PENGARUH PEMBERIAN JUS TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

PENGARUH PEMBERIAN JUS TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran MUH.UMAR AL MOKHTAR G0005136 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Pengaruh Pemberian Jus Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) terhadap Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Muh.Umar Al Mokhtar, NIM : G0005136, Tahun 2008

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari Kamis Tanggal 27 November 2008

Pembimbing Utama

Nama : Dian Ariningrum, dr., SpPK, M.Kes. NIP

Pembimbing Pendamping

Nama : Kustiwinarni, Dra., Apt. NIP

Penguji Utama

Nama : P. Murdani K, dr., MHPEd. NIP

Anggota Penguji

Nama : Sri Hartati H, Dra., Apt., SU. NIP : 130 786 653

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Sri Wahjono, dr., M.Kes. Dr. A.A. Subiyanto, dr., MS.

NIP : 030 134 646 NIP : 030 134 565

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 27 November

2008

Muh.Umar Al Mokhtar NIM.G0005136

PERSETUJUAN

Proposal Penelitian/Skripsi dengan judul: Pengaruh Pemberian Jus

Tomat(Lycopersicum esculentum Mill.) Terhadap Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih(Rattus norvegicus)

Muh.Umar Al Mokhtar, G0005136, Tahun 2008

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Ujian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari………… , Tanggal November 2008

Pembimbing Utama Penguji Utama

Dian Ariningrum, dr., SpPK, MKes. P. Murdani K, dr., MHPEd.

NIP: 132 319 202 NIP: 130 786 875

Pembimbing Pendamping Anggota Penguji

Kustiwinarni, Dra., Apth. Sri Hartati H, Dra., Apt., SU.

NIP: 131 472 290 NIP: 130 786 653

Tim Skripsi

PRAKATA

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, kasih, karunia dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “ Pengaruh Pemberian Jus Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) Terhadap Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih (Rattus norvegicus)”.

Selama proses penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

2. Sri Wahjono, dr., M. Kes, selaku Ketua Tim Skripsi FK UNS

3. Dian Ariningrum, dr., SpPK, M. Kes, selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan penyusunan skripsi.

4. Kustiwinarni, Dra., Apth., selaku Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan penyusunan skripsi.

5. P. Murdani K, dr., MHPEd., selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan, kritik dan saran penulisan skripsi.

6. Sri Hartati H., Dra., Apt., SU., selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan bimbingan, kririk dan saran penulisan skripsi.

7. Staf Laboratorium Biokimia (Bapak Widayaka dan Ibu Sumiyati) Fakultas Kedokteran UNS yang telah memberikan bantuan penyelesaian skripsi.

8. Bagian skripsi FK UNS (Bapak Sunardi dan Ibu Enny, S.H., M.H.) yang turut membantu penyusunan skripsi.

9. Kedua orangtuaku tercinta dan adikku yang telah memberikan doa dan dukungan baik material maupun spiritual.

10. Bapak Samidi dan Bapak Sugito, selaku staf LPPT Unit IV UGM yang telah membantu pengambilan data penelitian.

11. Ismawardi, teman senasib seperjuangan dengan kebersamaan, dukungan dan perhatian yang diberikan kepada penulis telah membantu penyelesaian skripsi.

12. Mas Udin yang telah membantu pengolahan data dengan Program SPSS Windows.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan ilmiah bagi pembaca, rekan mahasiswa dan para peneliti khususnya di lingkup profesi kedokteran. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih mempunyai

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Metabolisme Kolesterol LDL

Gambar 2. Mekanisme Karotenoid dan Flavonol Tomat

terhadap Penurunan Kolesterol LDL

Gambar 3. Struktur Kimia dan Metabolisme Likopen

Gambar 4 . Struktur Kimia dan Metabolisme β-karoten

Gambar 5. Distribusi Data Kolesterol LDL Kedua Kelompok

sebelum Perlakuan

Gambar 6. Distribusi Data Kolesterol LDL Kedua Kelompok

setelah Perlakuan

Gambar 7. Rerata Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih

sebelum dan sesudah Perlakuan (mg/dl)

Gambar 8. Siklus Diurnal Hiperkolesterolemia

Gambar 9. Hubungan Pakan Hiperkolesterolemik dengan

49 Peningkatan Aktivitas ACAT

Gambar 10. Pengaruh Hormon T 3 terhadap Reseptor Kolesterol LDL

Gambar 11. Hubungan Pemberian Larutan PTU 0,1 % terhadap

51 Reseptor Kolesterol LDL

Gambar 12. Metabolisme Asam Empedu

61

Gambar 13. Jalur Absorpsi dan Metabolisme Karoten

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Profil Kolesterol LDL

Tabel 2. Rerata Berat Badan Tikus Putih sebelum Perlakuan

41

Tabel 3. Rerata Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih sebelum Perlakuan pada Kedua Kelompok

43

Tabel 4. Rerata Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih setelah Perlakuan pada Kedua Kelompok

44

Tabel 5. Rerata Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih sebelum dan setelah Perlakuan Kelompok I

45

Tabel 6. Rerata Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih sebelum dan setelah Perlakuan pada Kelompok II

46

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Cara Pembuatan Jus Tomat

Lampiran B Perhitungan Dosis Jus Tomat.

Lampiran C Perhitungan Dosis PTU

Lampiran D Perhitungan Dosis Pakan Hiperkolesterolemik

Lampiran E Data Biologi Tikus Putih

Lampiran F Volume Maksimal Lambung Tikus Putih

Lampiran G Komposisi Pelet 21

Lampiran H Komposisi Zat Tomat

Lampiran I Konversi Perhitungan Dosis untuk Berbagai Jenis

Hewan dan Manusia

Lampiran J Biosintesis Flavonoid dan Flavonol Tomat

Lampiran K Biosintesis Likopen

Lampiran L Kadar Kolesterol LDL Berdasarkan Umur Tikus Putih

Lampiran M Metabolisme Kolesterol dan Lipoprotein

Berdasarkan Strain Tikus Putih

Lampiran N Pengaruh ACAT terhadap Esterifikasi Kolesterol

Lampiran O Pengaruh Hiperkolesterolemia terhadap abnormalitas

Lipoprotein dan Sekresi Empedu

Lampiran P Kandungan Polyenoic Acid pada Beberapa Pakan Hiperkolesterolemik.

Lampiran Q Efek Dimer AA,AC dan CC terhadap

Penurunan Kadar Kolesterol LDL

Lampiran R Hubungan Lama Pemanasan terhadap Penurunan Likopen dan Pengaruh Lama Pemanasan pada Suhu Sedang terhadap Peningkatan Likopen

Lampiran S Hasil Pengukuran Berat Badan Tikus Putih

sebelum Perlakuan

Lampiran T Hasil Pengukuran kadar kolesterol LDL Tikus Putih sebelum Perlakuan.(sebelum eliminasi data ekstrim)

Lampiran U Hasil Pengukuran Kadar kolesterol LDL Tikus Putih setelah Perlakuan (sebelum eliminasi data ekstrim)

Lampiran V Uji Normalitas Data Berat Badan dan Kolesterol LDL

Tikus Putih sebelum dan sesudah Perlakuan (sebelum eliminasi data ekstrim)

Lampiran W Grafik Normalitas Berat Badan tikus Putih

Lampiran X Grafik Normalitas Kadar Kolesterol LDL Kelompok I sebelum dan setelah Perlakuan (sebelum eliminasi data ekstrim)

Lampiran Y Grafik Normalitas Kadar Kolesterol LDL Kelompok II sebelum dan setelah Perlakuan (sebelum eliminasi data ekstrim)

Lampiran Z Hasil Pengukuran kadar kolesterol LDL Tikus Putih sebelum Perlakuan.(setelah eliminasi data ekstrim)

Lampiran AA Hasil Pengukuran Kadar kolesterol LDL Tikus Putih setelah Perlakuan (setelah eliminasi data ekstrim)

Lampiran BB Uji Normalitas Data Berat Badan dan Kolesterol LDL Tikus Putih sebelum dan sesudah Perlakuan (setelah eliminasi data ekstrim)

Lampiran CC Uji t Berat Badan tikus Putih sebelum Perlakuan

Lampiran DD Uji t Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih Kelompok I

sebelum dan setelah Perlakuan

Lampiran EE Uji t Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih Kelompok II Lampiran EE Uji t Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih Kelompok II

Lampiran FF Uji t Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih

Kelompok I dan II sebelum Perlakuan

Lampiran GG Surat Ijin Penelitian

Lampiran HH Surat Keterangan Bukti Penelitian

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan kesejahteraan penduduk dan ketersediaan pangan mengakibatkan perubahan pola konsumsi ke jenis-jenis makanan kaya lemak dan rendah serat (Tsalissavrina, 2006). Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di negara maju maupun di negara berkembang (Sargowo,1995). PJK menempati urutan pertama penyebab kematian penduduk di Indonesia (Sitopoe, 1992).

Aterosklerosis merupakan penyebab PJK (Priyana, 2007). Aterosklerosis merupakan gangguan pembuluh darah koroner akibat penimbunan plak lipid di dinding arteri (Tsalissavrina, 2006). Proses aterosklerosis dimulai sejak usia anak-anak. Proses tersebut dimulai dengan pembentukan fatty streak pada umur 3 tahun, fibrous plaque pada masa remaja dan menyebabkan komplikasi lesi berupa kalsifikasi dinding pembuluh darah. Proses tersebut sangat dipengaruhi oleh peninggian kadar kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) (Saap, 2007).

Peningkatan kadar kolesterol LDL disebabkan oleh peningkatan konsumsi lemak jenuh dan kolesterol (Tssalisavrina, 2006). Kolesterol LDL merupakan faktor risiko terpenting proses aterosklerosis dan merupakan sasaran utama pencegahan dan pengobatan PJK (Pusparini, 2006).

PJK merupakan masalah komplek dan multifaktorial sehingga memerlukan perhatian dan penanganan secara holistik secara farmakologik dan non-farmakologik (Maryanto dan Fatimah, 2006). Aspek non- farmakologik merupakan faktor terpenting penanganan penyakit jantung (Waspadji, 2006). Salah satu penanganan non-farmakologik adalah konsumsi sayuran dan buah (Maryanto dan Fatimah, 2006).

Berdasarkan penelitian di Universitas Oulu, konsumsi jus tomat menurunkan kolesterol LDL sebesar 13% (Silaste et al, 2007). Namun, berdasarkan penelitian Briviba et al (2004) dan Hininger et al (2001), konsumsi jus tomat tidak mempunyai efek terhadap penurunan kolesterol LDL teroksidasi dan penurunan lipid peroksidase plasma (Basu dan Imrhan, 2006).

Perbedaan hasil penelitian tersebut terjadi karena perbedaan waktu pemberian jus tomat, beberapa zat karotenoid jus tomat yang saling menghambat aktivitas antarkelompok karotenoid lain, aktivitas pH lambung yang berperan mengisomerasi karotenoid, pengaruh enzim pencernaan melarutkan karotenoid dan pengaruh hormon tiroid yang mengatur metabolisme lemak (Olson, 1994). Hal inilah yang mendasari peneliti untuk meneliti lebih lanjut pengaruh pemberian jus tomat terhadap kadar kolesterol LDL tikus putih.

B. Perumusan Masalah

Apakah ada pengaruh pemberian jus tomat (Lycopersicum esculentum Mill) terhadap kadar kolesterol LDL tikus putih (Rattus norvegicus)?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jus tomat (Lycopersicum esculentum Mill) terhadap kadar kolesterol LDL tikus putih (Rattus norvegicus).

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis Penelitian ini memperkaya pengetahuan di Bidang Biokimia dan berbagai disiplin ilmu terkait penggunaan tanaman obat Indonesia, khususnya tomat yang mempunyai efek menurunkan kadar kolesterol LDL.

2. Manfaat aplikatif Penelitian ini memberikan informasi tentang kemungkinan penggunaan tomat sebagai salah satu pilihan terapi alternatif yang rasional, mudah dan ekonomis menurunkan kadar kolesterol LDL.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tomat

a. Deskripsi Tomat

1) Akar Akar tunggang dengan akar samping yang menjalar tanah.

2) Batang Batang bulat menebal pada buku-bukunya, berambut kasar dan

berwarna hijau keputihan.

3) Daun Daun berukuran 10-40 cm dan berwarna hijau muda. Daun bersifat

majemuk dan menyirip, letak berseling, berbentuk bundar telur sampai memanjang, ujung runcing dan pangkal membulat. Daun yang besar bertepi lekuk, sedangkan daun yang lebih kecil bertepi gerigi.

4) Bunga Bunga majemuk berkumpul dalam rangkaian berupa tandan, bertangkai, mahkota berbentuk bintang dan berwarna kuning.

5) Buah

Buah buni, berdaging, berkulit tipis, mengkilap, beragam dalam bentuk maupun ukurannya dan berwarna kuning atau merah.

6) Biji Biji banyak, pipih dan berwarna kuning kecokelatan Tomat

diperbanyak dengan menggunakan biji (Dalimartha, 2003 ; Trisnawati dan Setyawan, 1994).

b. Taksonomi Tomat

Sistematika kedudukan tomat secara botanis (Rukmana,1994):

Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Klas : Dicotyledoneae Sub Klas : Metaclamidae Ordo : Tubiflorae Famili : Solanaceae Genus : Lycopersicum Spesies : Lycopersicum esculentum Mill Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Klas : Dicotyledoneae Sub Klas : Metaclamidae Ordo : Tubiflorae Famili : Solanaceae Genus : Lycopersicum Spesies : Lycopersicum esculentum Mill

Tomat mengandung alkaloid solanin, saponin, asam folat, asam malat, asam sitrat, flavonoid, protein, lemak, gula (glukosa dan fruktosa), adenin, trigolenin, kolin, tomatin, mineral (Ca, Mg, P, K, Na,

Fe, sulfur dan klorin), vitamin (B 1 1 1 , B 2 , B 6 , C, E dan niasin) dan histamin (Dalimartha, 2003). Tomat juga mengandung provitamin A, asam folat, kaumarin, serat dan beta karoten (Arab dan Steck, 2002 dan Wirakusumah, 2006).

Selain itu, tomat mengandung kelompok flavonol dan karotenoid. Kelompok flavonol seperti kaemferol, quercetin, myrisetin dan isohamnetin, sedangkan kelompok karotenoid seperti likopen (25-76 %), fitoeten (10-12%), γ-karoten (10-11%), neurosporen (7-9%), fitofluen (4-5%), β-karoten (1-2%) dan sedikit lutein (Clinton, 1998 ; Haytowitz et al, 2007).

2. Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein)

Lemak hampir terdiri dari karbon (C), hidrogen (H) dan relatif kurang oksigen (O) yang menyebabkan hidrofobik (Linder, 1992). Agar lemak dapat larut dalam plasma, maka lemak perlu digabung dengan protein. Gabungan lemak dan protein disebut lipoprotein. Lipoprotein berfungsi sebagai pengangkut lemak dan kolesterol (Soeharto, 2000).

Lipoprotein disintesis di hepar. Proporsi liporotein terdiri atas seperempat sampai sepertiga bagian adalah protein dan sisanya lemak (Almatsier, 2004). Lipoprotein adalah partikel berbentuk bola dan mempunyai inti hidrofobik yang mengandung ester kolesterol dan trigliserida. Inti hidrofobik tersebut dikelilingi oleh selapis kolesterol tidak teresterifikasi, fosfolipid dan protein spesifik (apolipoprotein) (Katzung,1998). Apolipoprotein (Apo) mempertahankan struktur lipoprotein dan mengarahkan lipoprotein ke metabolisme lemak (Murray, 2003). Dari beberapa macam apolipoprotein, hanya ApoB-100 dan ApoE yang dapat dikenali oleh reseptor membran sel (Kamaluddin,1993).

Gambar 1. Metabolisme Kolesterol LDL

(Sumber: Murray, 2003)

utama kolesterol (Tjokroprawiro,1989). Sekitar 65-70% kolesterol beredar di plasma berikatan dengan kolesterol LDL. Hal tersebut disebabkan oleh pembersihan kolesterol LDL berjalan lambat di plasma (Halim, 2006 dan

Kolesterol LDL

merupakan

sumber

Kamaluddin, 1993). Kolesterol LDL merupakan lipoprotein yang meneruskan kolesterol ke reseptor kolesterol LDL di jaringan ekstrahepatik. Kebutuhan kolesterol sel-sel tubuh akan terpenuhi melalui reseptor tersebut. Reseptor tersebut juga berperan sebagai faktor penghambat sintesis kolesterol endogen di hepar (Tjokroprawiro, 1989).

Tabel 1. Profil Kolesterol LDL (Ariantini dan Suryaatmadja, 2000) Nama lain Lipoprotein beta Densitas 1,019-1,063 g/mL Diameter 20-30 nm Sifat elektroforesis gel agarose Mobilitas b Komposisi:

a. Lapisan permukaan: -fosfolipid 20-25 % -kolesterol bebas 5-10 % - Apo B 20-24 %

b. Bagian inti (bersifat hidrofobik): -ester kolesterol 35-40 % -trigliserida 8-12 % Apoprotein utama Apo B-100 Fungsi Apo B :

a. Mempertahankan struktur LDL

b. Receptor interaction LDL dengan reseptor ApoB dan ApE

Kolesterol LDL dibentuk dari kolesterol VLDL dan Intermediate Density Lipoprotein (IDL). Trigliserida dan kolesterol endogen disekresi oleh hepar sebagai kolesterol VLDL (Halim, 2006). Sepertiga dari kolesterol VLDL diubah menjadi kolesterol LDL dan sisanya berikatan Kolesterol LDL dibentuk dari kolesterol VLDL dan Intermediate Density Lipoprotein (IDL). Trigliserida dan kolesterol endogen disekresi oleh hepar sebagai kolesterol VLDL (Halim, 2006). Sepertiga dari kolesterol VLDL diubah menjadi kolesterol LDL dan sisanya berikatan

a. Reseptor kolesterol LDL Kolesterol LDL berikatan dengan reseptor kolesterol LDL. Reseptor kolesterol LDL adalah reseptor permukaan sel yang berisi ApoB-100. Selain itu, permukaan sel terdapat reseptor ApoE yang mempunyai afinitas kuat terhadap remnant kolesterol VLDL, khususnya di hepar. Peningkatan reseptor ApoE menurunkan kolesterol LDL (Halim, 2006).

Komplek reseptor-kolesterol LDL memasuki sel melalui endositosis. Di dalam endosom (lisosom), kolesterol LDL dan ApoB- 100 dipisahkan dari reseptornya. Reseptor kolesterol LDL yang sudah terpisah dari komplek reseptor-kolesterol LDL kembali ke permukaan sel. Molekul kolesterol LDL sendiri dihancurkan menjadi beberapa asam amino dan kolesterol bebas (Halim, 2006).

Reseptor kolesterol LDL jalur scavenger mempunyai afinitas rendah terhadap kolesterol LDL (Murray, 2003). Reseptor kolesterol LDL jalur scavenger dipengaruhi oleh kolesterol bebas. Peningkatan kolesterol bebas intrasel menurunkan aktivitas pembentukan reseptor Reseptor kolesterol LDL jalur scavenger mempunyai afinitas rendah terhadap kolesterol LDL (Murray, 2003). Reseptor kolesterol LDL jalur scavenger dipengaruhi oleh kolesterol bebas. Peningkatan kolesterol bebas intrasel menurunkan aktivitas pembentukan reseptor

Mutasi reseptor kolesterol LDL sangat berpengaruh terhadap kolesterol LDL. Mutasi tersebut meningkatkan kolesterol LDL. Peningkatan kolesterol LDL menyebabkan sistem scavenger makrofag bekerja keras membersihkan kolesterol LDL (Halim, 2006). Hal tersebut menyebabkan makrofag membentuk sel-sel busa (foam cell). Pembentukan foam cell merupakan salah satu prediktor aterosklerosis. Oleh karena itu, reseptor kolesterol LDL sebagai competitor inhibitor pembersihan kolesterol LDL melalui sistem scavenger (Tjokroprawiro, 1989).

Lima macam mutasi reseptor kolesterol LDL (Halim, 2006):

1) Mutasi Null (Rº) menyebabkan sintesis protein reseptor kolesterol LDL di retikulum endoplasmik berkurang atau tidak terbentuk.

2) Mutasi yang menyebabkan kelainan transpor intraseluler dan kelainan kolesterol LDL di aparatus golgi.

3) Mutasi yang menyebabkan kelainan ligand ekstraseluler dan kelainan pengikatan kolesterol LDL.

4) Mutasi (R + ) menyebabkan kelainan endositosis.

5) Mutasi yang menyebabkan kegagalan pelepasan kolesterol LDL dari lisosom (kelainan mutasi resiklus).

b. Partikel kolesterol LDL Partikel kolesterol LDL mempunyai ukuran, densitas dan komponen kimia heterogen. Pola kolesterol LDL dibagi menjadi dua fenotip, yaitu fenotip A dan fenotip B. Fenotip A berukuran besar disebut kolesterol LDL peak partikel diameter. Kolesterol LDL tersebut merupakan kolesterol LDL utama. Kolesterol LDL fenotip A berjalan lambat sehingga memperpanjang waktu pembersihan kolesterol LDL. Sebaliknya, kolesterol LDL fenotip B atau small dense LDL (sd-LDL) sangat mudah berikatan oleh jaringan perifer sehingga pembersihan kolesterol LDL berjalan cepat (Ariantini dan Suryaatmadja, 2000 dan Pusparini, 2006).

Pembentukan sd-LDL dikatalisis oleh enzim Cholesteryl Ester Transfer Protein (CETP). Peningkatan aktivitas CETP terjadi pada keadaan hiperkolesterolemia. CETP menukarkan trigliserida dari kolesterol VLDL dan IDL ke kolesterol HDL dan LDL. Kolesterol HDL dan LDL mengandung trigliserida disebut lipoprotein kaya trigliserida (TGrL). TGrL mengalami hidrolisis menjadi sd-LDL (Halim, 2006).

c. Kolesterol bebas Kolesterol bebas meningkatkan enzim ACAT. Kandungan ACAT tikus putih sangat tinggi (Murray, 2003). ACAT mengkatalisis esterifikasi kolesterol (Halim, 2006). Penurunan ACAT menurunkan kadar kolesterol LDL (World Intelectual Property, 2000). Kolesterol c. Kolesterol bebas Kolesterol bebas meningkatkan enzim ACAT. Kandungan ACAT tikus putih sangat tinggi (Murray, 2003). ACAT mengkatalisis esterifikasi kolesterol (Halim, 2006). Penurunan ACAT menurunkan kadar kolesterol LDL (World Intelectual Property, 2000). Kolesterol

d. Lipoprotein lipase Sekresi lipoprotein dipengaruhi oleh aktivitas enzim lipoprotein lipase. Perangsangan enzim tersebut meningkatkan pembersihan kilomikron dan kolesterol VLDL. Penurunan kolesterol VLDL menurunkan kolesterol LDL (Kamaluddin, 1993).

e. Sintesis garam empedu Stimulasi aktivitas enzim 7- α hidroksilase mengakibatkan perubahan kolesterol endogen menjadi garam empedu. Peningkatan sintesis asam empedu menyebabkan penurunan kolesterol endogen di hepar. Penurunan kolesterol endogen di hepar meningkatkan reseptor kolesterol LDL untuk memenuhi kebutuhan kolesterol di hepar. Peningkatan kebutuhan kolesterol LDL di hepar menurunkan kolesterol LDL (Fikriah dkk, 2005).

f. Karbamilasi dan glikosilasi kolesterol LDL Proses karbamilasi kolesterol LDL oleh residu lisin menyebabkan kolesterol LDL gagal berikatan dengan reseptor kolesterol LDL, khususnya Human Monocytes Derived Macrophages (HMDM) dan sel fibroblas (Ghaffari dan Mojab, 2006). Proses glikosilasi menyebabkan kolesterol LDL terglikosilasi bersifat toksik karena dapat bergabung f. Karbamilasi dan glikosilasi kolesterol LDL Proses karbamilasi kolesterol LDL oleh residu lisin menyebabkan kolesterol LDL gagal berikatan dengan reseptor kolesterol LDL, khususnya Human Monocytes Derived Macrophages (HMDM) dan sel fibroblas (Ghaffari dan Mojab, 2006). Proses glikosilasi menyebabkan kolesterol LDL terglikosilasi bersifat toksik karena dapat bergabung

g. Stres Stres meningkatkan kolesterol LDL (Nyam News, 2004). Stres tikus putih disebabkan oleh perlakuan berulang kali dalam jangka waktu lama, kandang penuh dan suhu dingin. Keadaan tersebut merangsang pelepasan epinefrin (Ganong, 2003).

Epinefrin merangsang pelepasan insulin. Insulin merangsang pengeluaran enzim lipoprotein lipase. Enzim lipoprotein lipase meningkatkan kolesterol remnant VLDL. Peningkatan remnant VLDL meningkatkan kadar kolesterol LDL (Murray, 2003).

h. Genetik Heterogenitas genetik tikus putih sebagai hewan percobaan mempengaruhi metabolisme kolesterol LDL. Faktor genetik tidak dapat dikendalikan sepenuhnya. Peneliti berusaha mengendalikannya dengan menggunakan tikus putih dari strain yang sama yaitu strain Wistar sehingga sampel bersifat homogen.

i. Kerusakan sel hepar Kerusakan sel hepar mempengaruhi kolesterol LDL. Kolesterol LDL sebagian besar berasal dari kolesterol VLDL. Kerusakan sel hepar mengakibatkan defisiensi Microsomal Triacylglycerol Transfer Protein (MTTP) dan gangguan perakitan polipeptida nascent ApoB-100.

Defisiensi MTTP menganggu pembentukan kolesterol VLDL. Gangguan perakitan polipeptida mencegah pembentukan ApoB-100. Penurunan sintesis kolesterol VLDL dan ApoB-100 menurunkan kadar kolesterol LDL. Dengan demikian, kerusakan sel hepar menurunkan kolesterol LDL (Murray, 2003 dan Shepherd, 2001).

j. Kerusakan sel beta pankreas

Kerusakan sel beta pankreas menurunkan insulin. Penurunan insulin menurunkan enzim lipoprotein lipase. Penurunan lipoprotein lipase menghambat pembentukan kolesterol remnant VLDL. Penurunan kolesterol remnant VLDL menurunkan kolesterol LDL (Murray, 2003).

k. Hormon tiroid Hormon tiroid mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak (Sacker dan McPherson, 2004). Tikus normal bersifat hipertiroid (Martin et al, 1983). Hormon tiroid meningkatkan jumlah reseptor kolesterol LDL di hepar (Ganong, 2003). Peningkatan jumlah reseptor kolesterol LDL di hepar menurunkan kolesterol LDL.

3. Mekanisme Penurunan Kolesterol LDL oleh Tomat

Senyawa kimia tomat yang berperan dalam penurunan kadar kolesterol LDL adalah likopen, beta karoten, niasin, narigenin, esceulogenin dan flavonol (kaemferol, quersetin dan myrisetin) (gambar 2)

Gambar 2. Mekanisme Karotenoid dan Flavonol Tomat terhadap Penurunan Kolesterol

LDL

(Sumber : Zern L.T dan Fernandez L.M. 2005 )

a. Likopen (C 40 H 56 ) Likopen merupakan pigmen berwarna merah. Likopen ditemukan pada buah dan sayuran, seperti tomat, semangka, anggur merah, pepaya, jambu merah, wortel, ubi merah, apel dan aprikot (Agarwal dan Rao, 2000 dan Shi dan Maguer, 2000). Kandungan likopen paling banyak di tomat (Campbell et al, 2004).

Likopen merupakan hidrokarbon poliena dengan rantai asiklik tak jenuh dan mempunyai 13 ikatan rangkap, 11 di antaranya ikatan rangkap yang tersusun linier (gambar 3) (Ferreiara et al, 2000). Likopen mudah mengalami degradasi melalui proses isomerasi dan oksidasi karena pengaruh cahaya, oksigen, pemanasan, pengeringan, pengelupasan, penyimpanan dan pengasaman (Agarwal dan Rao, 2000).

Gambar 3. Struktur Kimia dan Metabolisme Likopen dalam Tubuh (Sumber: Quan Hu et al. 2005)

Metabolisme likopen dalam tubuh terjadi bersamaan dengan metabolisme lemak. Setelah lemak dicerna oleh enzim lipase pankreas di dalam duodenum dan diemulsi oleh garam empedu menjadi misel- misel, misel yang mengandung likopen memasuki mukosa sel usus melalui difusi pasif. Setelah misel diserap oleh usus, likopen dibawa oleh kilomikron ke aliran darah melalui sistem limfatik. Likopen didistribusikan ke jaringan terutama melalui kolesterol LDL (Clinton, 1998).

Likopen sebagai agen hiperkolesterolemik terlibat pengaturan kadar kolesterol LDL melalui penghambatan enzim HMG-KoA reduktase. Penghambatan enzim tersebut menurunkan sintesis kolesterol dari mevalonat di hepar maupun penurunan sintesis kolesterol dari asetat di makrofag. Selain itu, likopen meningkatkan reseptor kolesterol LDL di hepar (Rao, 2002). Penghambatan enzim

HMG-KoA reduktase dan peningkatan reseptor kolesterol LDL di hepar menurunkan kolesterol LDL.

b. Beta karoten (C 40 H 56 )

Beta karoten merupakan karotenoid hidrokarbon dengan rantai ujung berstruktur sikloheksena. Beta karoten adalah produk dari reaksi siklisasi rantai ujung asiklik likopen (Paiva et al,1999).

Gambar 4. Metabolisme dan Struktur β-karoten

(Sumber: Haila K. 1999)

Penyerapan beta karoten dipengaruhi oleh cantasentin dan garam empedu. Pengangkutan beta karoten melalui misel meningkatkan penyerapan usus sedangkan garam empedu memperlambat penyerapan beta karoten (Olson, 1994). Beta karoten meningkatkan aktivitas reseptor kolesterol LDL di makrofag dan menurunkan sintesis kolesterol di hepar (Fuhrahman et al, 1997).

c. Niasin (Vitamin B 3 ) Niasin berpengaruh secara tidak langsung terhadap kadar kolesterol LDL. Niasin menekan sekresi kolesterol Very low Density Lipoprotein (VLDL) di hepar melalui penurunan inhibisi aliran asam lemak bebas di jaringan adiposa. Keadaan tersebut mengurangi pembentukan kolesterol VLDL, IDL dan LDL (Rahayu, 2005). Apabila kolesterol VLDL menurun, maka kolesterol LDL akan menurun. Selain itu, niasin menurunkan trigliserida (Kamaluddin, 1993).

d. Narigenin (C 15 H 12 O 5 )

Narigenin adalah flavonoid utama tomat. Kandungan kimia tersebut banyak ditemukan di kulit tomat. Narigenin secara simultan dibentuk bersamaan dengan pematangan buah. Selain itu, narigenin masih ditemukan di daging tomat berbentuk glikosida (Verhoeyen et al , 2001).

Narigenin menurunkan sekresi ApoB dan kolesterol LDL melalui penghambatan enzim asil KoA transferase (ACAT) (Kurowska et al, 2000). ACAT berfungsi mengubah kolesterol bebas di retikulum endoplasma menjadi ester kolesterol Penurunan ACAT menurunkan sintesis ester kolesterol. Penurunan ester kolesterol menurunkan kolesterol LDL (Davalos et al, 2006).

e. Esculeogenin A Esculeogenin A merupakan senyawa sapogenol baru tomat. Berdasarkan penelitian Yukio et al (2007), esculeogenin A merupakan bentuk aglikon dari esculoside A karena esculeogenin A merupakan senyawa spirosolane tipe glikosida. Kandungan senyawa tersebut 4 kali lebih tinggi daripada likopen tomat. Manfaat utama esculeogenin

A adalah penurunan kolesterol. Esculeogenin A menghambat esterifikasi kolesterol di makrofag dengan mekanisme penghambatan enzim ACAT-1 dan ACAT-2. Penghambatan ACAT menurunkan kadar kolesterol LDL (World Intelectual Organization, 2000).

f. Flavonol Buah dan sayuran merupakan sumber utama flavonol. Flavonol menurunkan kolesterol LDL teroksidasi di makrofag. Ada lima macam flavonol yang penting menurunkan insidensi penyakit jantung, seperti quercetin, myricetin, kaemferol, rutin dan morin. Flavonol tersebut secara in vitro menurunkan kolesterol LDL terglikosilasi (Ghafari dan Mojab, 2006).

Flavonol ditemukan di kulit dan daging tomat. Quercetin paling banyak ditemukan di kulit tomat. Kaemferol ditemukan di seluruh daging buah, terutama pericarp maupun collumela dan ditemukan di kulit tomat (Ghafari dan Mojab, 2006). Quercetin dipecah menjadi rutin oleh mikroorganisme usus di tubuh (Manach et al, 1996).

Mekanisme kaemferol dan myricetin menurunkan kadar kolesterol LDL terjadi secara tidak langsung melalui penghambatan glikosilasi dan karbamilasi kolesterol LDL dan secara langsung menghambat enzim HMG Ko-A reduktase dan ACAT. Pada keadaan terglikosilasi, kolesterol LDL tidak dapat dikenali oleh reseptor kolesterol LDL di hepar sehingga kadar kolesterol LDL meningkat (Ghafari dan Mojab, 2006).

Mekanisme langsung quercetin dan rutin menurunkan kolesterol LDL melalui penghambatan enzim sintesis kolesterol (World Intelectual Organization , 2000). Penghambatan HMG-KoA reduktase di hepar menurunkan sintesis kolesterol endogen. Keadaan tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas pembentukan reseptor kolesterol LDL di hepar. Penghambatan ACAT di beberapa jaringan menyebabkan penurunan ester kolesterol. Kedua keadaan tersebut menurunkan kolesterol LDL (Kamaludin, 1993 ; World Intelectual Organization , 2000).

: Variabel yang akan diteliti

: Zat penginduksi hiperkolesterolemik

LDL : Low Density Lipoprotein

HMG : Hydroxy Methyl Glutaril

ACAT : Acyl Co-A transferase

CE : Cholesteryl Ester

C. Hipotesis

Pemberian jus tomat (Lycopersicum esculentum Mill) menurunkan kadar kolesterol LDL tikus putih (Rattus norvegicus).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian:

Penelitian bersifat eksperimental laboratorik dengan pre and post test controlled group design .

B. Lokasi Penelitian:

Pemberian perlakuan dan pengukuran kadar kolesterol LDL tikus putih dilakukan peneliti di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Unit II Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

C. Subjek Penelitian:

Tikus diperoleh dari LPPT Unit II UGM berupa tikus putih (Rattus norvegicus ) jantan, Strain Wistar, tidak kawin, sehat dan mempunyai aktivitas normal, berumur kurang lebih 3 bulan dengan berat badan 180- 200 gram.

D. Teknik Sampling:

Pengambilan sampel dilakukan peneliti secara purposive sampling. Penentuan besar sampel dilakukan peneliti dengan Rumus Federer (Maryanto dan Fatimah, 2004). Tikus putih sebanyak 34 ekor dibagi menjadi 2 kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 17 ekor tikus putih.

Rumus Federer:

(n - 1) x (t - 1) > 15

Keterangan:

n= besar sampel tiap kelompok t= banyaknya kelompok

Dengan demikian, setiap kelompok terdapat minimal 17 ekor tikus putih sehingga jumlah seluruh subjek penelitian sebanyak 34 ekor tikus putih.

E. Identifikasi Variabel Penelitian:

1. Variabel bebas : Jus tomat

2. Variabel tergantung : Kadar kolesterol LDL

3. Variabel rancu atau variabel luar :

a. Dapat dikendalikan :

1) Pakan dan minuman yang diberikan selama perlakuan.

2) Faktor hormonal.

3) Stress terhadap adaptasi lingkungan percobaan.

b. Tidak dapat dikendalikan :

1) Penyakit hepar.

2) Penyakit pankreas.

3) Mutasi reseptor LDL

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian:

1. Jus tomat (Lycopersicum esculentum Mill.)

Jus tomat yang digunakan penelitian adalah jus dari buah tomat segar yang sebelumnya dipanaskan dalam air, lalu diblender dan disaring. Pemilihan bentuk jus tomat bertujuan untuk memudahkan penyondean ke dalam lambung tikus putih. Dosis jus tomat mempunyai Skala Pengukuran Rasio.

2. Kolesterol LDL

Kolesterol LDL merupakan sumber utama kolesterol karena 65- 70% kolesterol yang beredar di plasma berikatan dengan kolesterol LDL (Halim, 2006). Kolesterol LDL merupakan lipoprotein yang meneruskan kolesterol dari hepar ke jaringan perifer (Pusparini, 2006). Definisi kolesterol LDL penelitian tersebut adalah kadar kolesterol LDL tikus putih yang diukur setelah puasa 12 jam. Hasil pengukuran kolesterol LDL mempunyai Skala Pengukuran Rasio.

3. Pakan hiperkolesterolemik

Peneliti menggunakan pakan hiperkolesterolemik berupa campuran pakan standar, kuning telur itik, minyak babi, minyak kelapa dan kristal kolesterol (Krause et al, 2008 ; Saap, 2007).

4. Hormon tiroid

Hormon tiroid adalah hormon yang mengatur metabolisme karbohidrat, protein dan lemak (Sacker dan McPherson, 2004). Tikus putih normal bersifat hipertiroid (Martin et al, 1983). Hormon tiroid meningkatkan jumlah reseptor kolesterol LDL di hepar terutama

triiodotironin (T 3 ). Hormon T 3 meningkatkan jumlah reseptor kolesterol LDL sebanyak 25 % setelah 4 jam dan 30 % setelah 9 jam (Ganong, 2003 dan Salter et al, 1991). Peningkatan jumlah reseptor kolesterol LDL di hepar menurunkan kolesterol LDL (Kamaluddin, 1993).

5. Minuman

Minuman tikus putih berupa larutan propiltiourasil (PTU) 0,1 %

ad libitum (Salter et al, 1991). Pemberian larutan PTU 0,1 % ad libitum bertujuan mempermudah pencapaian kadar kolesterol LDL. Selain itu, larutan PTU 0,1 % ad libitum digunakan sebagai minuman karena tikus putih adalah hewan resisten induksi hiperlipidemia (Saap, 2007). Larutan PTU 0,1 % mempengaruhi sintesis hormon

tiroid terutama triiodotironin (T 3 ) (Salter et al, 1991). Peneliti tiroid terutama triiodotironin (T 3 ) (Salter et al, 1991). Peneliti

6. Umur

Umur tikus putih sangat mempengaruhi penelitian. Kolesterol tikus putih meningkat pada umur 6 minggu dan menurun pada beberapa minggu. Kadar kolesterol minimum pada usia 12 minggu, setelah itu kadarnya meningkat lagi (lampiran 11). Peneliti memilih umur tikus putih berusia 3 bulan agar memudahkan pemberian pakan hiperkolesterolemik (Saap, 2007).

7. Jenis kelamin

Jenis kelamin tidak hanya dipengaruhi oleh metabolisme kolesterol LDL, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor hormonal. Untuk mengendalikan faktor tersebut, maka peneliti menggunakan tikus putih jantan, Strain Wistar, dewasa dan kurang lebih berumur 3 bulan dengan berat badan 180-200 gram.

Tikus putih jantan tidak hanya memiliki sedikit hormon estrogen dan memberikan hasil penelitian lebih stabil karena tikus putih jantan tidak dipengaruhi oleh siklus menstruasi dan kehamilan, tetapi juga mempunyai kecepatan metabolisme obat dan kondisi biologis yang lebih stabil daripada tikus putih betina (Rahayu, 2005). Hormon Tikus putih jantan tidak hanya memiliki sedikit hormon estrogen dan memberikan hasil penelitian lebih stabil karena tikus putih jantan tidak dipengaruhi oleh siklus menstruasi dan kehamilan, tetapi juga mempunyai kecepatan metabolisme obat dan kondisi biologis yang lebih stabil daripada tikus putih betina (Rahayu, 2005). Hormon

8. Stres

Stres meningkatkan kolesterol LDL di plasma (Nyam News, 2004). Stres disebabkan oleh perlakuan, kandang penuh bisa dan suhu dingin. Keadaan tersebut merangsang pelepasan epinefrin (Ganong, 2003).

Epinefrin merangsang pelepasan insulin. Insulin merangsang pengeluaran enzim lipoprotein lipase. Enzim lipoprotein lipase meningkatkan kolesterol remnant VLDL. Peningkatan kolesterol remnant VLDL meningkatkan kadar kolesterol LDL (Murray, 2003). Peneliti mengendalikan faktor stres dengan mengisi setiap kandang 1 ekor tikus putih dan menjaga suhu kandang tetap 22-25°C (Lafay et al , 2006).

9. Genetik

Heterogenitas genetik mempengaruhi metabolisme kolesterol, metabolisme lipoprotein dan sintesis asam empedu (lampiran M). Faktor genetik tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh peneliti. Peneliti mengendalikan faktor tersebut dengan memilih tikus putih strain sama yaitu Strain Wistar sehingga sampel bersifat homogen.

10. Mutasi Reseptor Kolesterol LDL

Mutasi reseptor kolesterol LDL menyebabkan peningkatan kadar kolesterol LDL. Pemeriksaan mutasi reseptor kolesterol LDL tikus putih membutuhkan biaya mahal sehingga peneliti tidak dapat mengendalikan variabel tersebut (Halim, 2006).

11. Kerusakan Sel Hepar

Kerusakan sel hepar tikus putih merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh peneliti karena pendeteksian dini sulit dan biaya pemeriksaan mahal (Saap, 2007). Kerusakan sel hepar mempengaruhi kolesterol LDL. Kolesterol LDL sebagian besar berasal dari kolesterol VLDL. Kerusakan sel hepar akan mengakibatkan defisiensi Microsomal Triacylglycerol Transfer Protein (MTTP) dan gangguan perakitan polipeptida nascent ApoB- 100 (Murray, 2003).

Defisiensi MTTP menganggu pembentukan kolesterol VLDL. Gangguan perakitan polipeptida mencegah pembentukan ApoB-100. Penurunan sintesis kolesterol VLDL dan ApoB-100 menurunkan kadar kolesterol LDL. Dengan demikian, kerusakan sel hepar menurunkan kolesterol LDL (Murray, 2003 dan Shepherd, 2001).

12. Kerusakan Sel Beta Pankreas

Kerusakan sel beta pankreas merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dikendalikan karena kesulitan deteksi dini dan biaya pemeriksaan mahal (Saap, 2007). Kerusakan sel beta pankreas Kerusakan sel beta pankreas merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dikendalikan karena kesulitan deteksi dini dan biaya pemeriksaan mahal (Saap, 2007). Kerusakan sel beta pankreas

G. Alur Penelitian

Tikus putih n=34

KI K II (n=17)

(n=17)

Diadaptasikan selama 7 hari diberi pakan standar

-pemberian pakan hiperkolesterolemik 100 gr/Kg BB ad libitum -pemberian kuning telur itik 7,5 mL/Kg BB per sonde -pemberian PTU 0,1% secara ad libitum

Dilakukan selama 2 minggu

Pemeriksaan kadar LDL sebelum perlakuan

-pemberian pakan -pemberian pakan hiperkolesterolemik 100

hiperkolesterolemik gr/Kg BB ad libitum.

100gr/Kg BB ad libitum. -pemberian kuning telur itik

-pemberian kuning telur itik 7,5 mL/ Kg BB per sonde.

7,5 mL/Kg BB personde. -pemberian plasebo akuades

-pemberian jus tomat 30 30 mL/KgBB per sonde.

mL/KgBB per sonde. -pemberian PTU 0,1 %

-pemberian PTU 0,1 % secara ad libitum.

secara ad libitum.

Dilakukan selama 2 minggu

Pemeriksaan kadar LDL post test

Analisis statistik

Keterangan: K I : Kelompok kontrol sebanyak 17 ekor tikus putih K II : Kelompok perlakuan sebanyak 17 ekor tikus putih

1. Pemberian kuning telur itik 1,5 mL/200 grBB per sonde dengan dua kali

pemberian pada pagi hari (jam 08.00) dan sore hari (jam 16.00).

2. Jus tomat diberikan sebanyak 30 mL/KgBB/hari dengan dosis terbagi pada pagi hari (jam 08.00) sebanyak 15 mL/KgBB/hari dan sore hari (jam 16.00) sebanyak 15 mL/KgBB/hari.

3. Setiap minggu peneliti mengukur berat badan tikus putih untuk menyesuaikan dosis pemberian pakan.

H. Alat, Bahan dan Cara Kerja:

1. Alat dan Bahan:

a. Alat-alat yang digunakan:

1) Kandang beserta kelengkapan pemberian makanan

2) Sonde lambung

3) Tabung mikro kapiler

4) Spuit needle feeding

5) Timbangan sartorius

6) Gelas ukur

7) Alat dan tabung sentrifugasi

8) Rak tabung reaksi

9) Pengaduk

10) Pipet berskala

11) Termometer

12) Blender

13) Spektrofotometer (tipe Boehringe 4010) 13) Spektrofotometer (tipe Boehringe 4010)

1) 500 gr buah tomat

2) Akuades

3) Larutan propiltiourasil 0,1%

4) Pakan standar pellet 21

5) Pakan hiperkolesterolemik terdiri dari campuran pakan standar, kuning telur itik, kristal kolesterol, minyak babi dan minyak kelapa

6) Reagen pemeriksaan kolesterol LDL (merk Roche Diagnostic cat.no.1489232)

2. Cara Kerja:

a. Pembuatan Jus Tomat

Lima ratus gram buah tomat diperoleh dari pasar, kemudian disortir terlebih dahulu. Buah busuk, terlalu matang atau ketidaknormalan lainnya harus dipisahkan agar menjaga kandungan tomat. Setelah itu, tomat dicuci dengan air sampai bersih. Tomat ditimbang sampai beratnya mencapai 350 gram, kemudian tomat diblanching atau dipanaskan dengan merendamnya ke dalam 100 mL air panas bersuhu 82-93°C dengan termometer selama 5-10 menit. Pemanasan bertujuan untuk melunakkan bahan dan memudahkan pemblenderan (Dania dan Hidayat, 2005 ; Gunawan, dkk., 2004).

Setelah tomat diblanching, tomat kemudian dihancurkan dengan blender selama 15 menit. Setelah 15 menit, hasil blender disaring. Ampas hasil saringan diencerkan lagi dengan akuades 3-4 kali, Setelah tomat diblanching, tomat kemudian dihancurkan dengan blender selama 15 menit. Setelah 15 menit, hasil blender disaring. Ampas hasil saringan diencerkan lagi dengan akuades 3-4 kali,

Kelompok perlakuan diberi jus tomat selama 2 minggu sebanyak

30 mL/KgBB dengan dosis terbagi pada pagi (jam 08.00) dan sore hari (jam 16.00). Cara pembuatan dan dosis jus tomat dapat dilihat di lampiran A dan lampiran B.

b. Pembuatan Pakan Hiperkolesterolemik

Pemberian pakan hiperkolesterolemik ad libitum terdiri dari campuran pakan standar, minyak babi, minyak kelapa dan kristal kolesterol sebanyak 100 gr /Kg BB (Krause et al, 2008 ; Maryanto dan Fatimah, 2004 ; Saap, 2007), sedangkan pemberian kuning telur itik 7,5 mL/Kg BB per sonde pada jam 08.00 dan jam 16.00. Kedua jenis pakan hiperkolesterolemik tersebut diberikan selama 4 minggu. Cara pembuatan dan penentuan dosis pakan hiperkolesterolemik akan dijelaskan peneliti di lampiran 4. Pakan hiperkolesterolemik bertujuan agar keadaan hiperkolesterolemia tercapai. Komposisi pakan hiperkolesterolemik terdiri dari:

1) Kuning telur itik Kuning telur itik diperoleh dari LPPT Unit II UGM Yogyakarta. Kuning telur berwujud cairan kental. Kuning telur itik diberikan tersendiri secara per sonde pada semua subjek penelitian.

2) Lemak hewan Lemak hewan yang digunakan penelitian adalah lemak babi. Lemak babi diperoleh dari LPPT Unit II UGM Yogyakarta. Lemak babi dipanaskan dalam wajan sampai terbentuk minyak babi yang cair.

3) Minyak kelapa Minyak kelapa diperoleh dari LPPT Unit II UGM Yogyakarta. Minyak kelapa mengandung lemak jenuh, seperti asam laurat, asam palmitat dan asam miristat. Minyak kelapa menekan reseptor mediated clearance kolesterol LDL sehingga katabolisme kolesterol LDL terganggu (Mihardja, 1999).

4) Kristal kolesterol Kristal kolesterol didapatkan dari Laboratorium Biokimia UNS

bentuk sediaan padat. Kristal kolesterol dihaluskan menjadi serbuk kemudian dicampur dengan pakan standar.

c. Pengukuran Kadar Kolesterol LDL

Pengukuran kadar kolesterol LDL perlu memperhatikan kadar trigliserida dan kilomikron. Kadar tersebut masih bertahan di plasma apabila tikus putih puasa 4-5 jam. Pemeriksaan kadar kolesterol LDL dilakukan peneliti setelah tikus putih puasa 12 jam. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kekeruhan plasma akibat trigliserida dan Pengukuran kadar kolesterol LDL perlu memperhatikan kadar trigliserida dan kilomikron. Kadar tersebut masih bertahan di plasma apabila tikus putih puasa 4-5 jam. Pemeriksaan kadar kolesterol LDL dilakukan peneliti setelah tikus putih puasa 12 jam. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kekeruhan plasma akibat trigliserida dan

Peneliti mengukur kadar kolesterol LDL dengan mengambil darah tikus putih melalui vena orbitalis menggunakan tabung mikrokapiler sebanyak 1 ml tiap ekor. Peneliti mengumpulkan darah tikus putih secara terpisah di tabung sentrifugasi tanpa anti koagulan, kemudian peneliti mengukur kadar kolesterol LDL. Pengukuran kolesterol LDL dilakukan di LPPT Unit II UGM.

Peneliti memeriksa kolesterol LDL secara langsung dengan Metode Direk Homogenous yaitu satu ml darah tikus putih dipusingkan dengan kecepatan 1500 rpm selama 15-20 menit untuk memisahkan serum dari darah. Peneliti mengambil 10 µL serum kemudian ditambah 1000 µL reagen pengukuran LDL (merk Roche Diagnostic cat.no.1489232 ). Setelah itu, tabung sampel diinkubasi selama 20 menit pada suhu 20-25ºC atau pada suhu 37°C selama 10 menit. Peneliti memasukkan sampel serum ke dalam spektrofotometer dan hasil pembacaan bersatuan mg/dL dengan panjang gelombang 500nm (Rosari, 2004).

I. Langkah penelitian

1. Subyek penelitian dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing sebanyak 17 ekor tikus putih. Kelompok I sebagai kelompok kontrol dan kelompok II sebagai kelompok perlakuan. Peneliti 1. Subyek penelitian dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing sebanyak 17 ekor tikus putih. Kelompok I sebagai kelompok kontrol dan kelompok II sebagai kelompok perlakuan. Peneliti

2. Peneliti memberikan pakan hiperkolesterolemik kepada semua subjek penelitian sebanyak 100 gr/Kg BB ad libitum sedangkan pemberian kuning telur itik per sonde 7,5 mL/Kg BB sebelum perlakuan. Kedua jenis pakan tersebut diberikan peneliti selama 2 minggu untuk meningkatkan kadar kolesterol LDL sebelum perlakuan. Kuning telur itik diberikan peneliti pada pagi hari (jam 08.00) dan sore hari (jam 16.00). Selain itu, kelompok I dan kelompok II diberikan larutan PTU 0,1 % ad libitum.

3. Peneliti mempuasakan subjek penelitian selama 12 jam setelah 2 minggu. Peneliti mengambil sampel darah tikus putih melalui vena orbitalis mata dengan tabung mikrokapiler sebanyak 1 mL setiap ekor, kemudian sampel tersebut dikirim peneliti ke UPPT Unit II UGM Yogyakarta untuk mengukur kadar kolesterol LDL, kemudian peneliti mendapatkan hasil pengukuran kolesterol LDL sebelum perlakuan.

4. Penelitian tersebut dilanjutkan peneliti dengan pemberian pakan hiperkolesterolemik dan jus tomat selama 2 minggu. Peneliti memberikan pakan hiperkolesterolemik ad libitum dan kuning telur itik per sonde kepada semua subjek penelitian sedangkan jus tomat dan plasebo berupa akuades diberikan peneliti dengan dosis terbagi pada 4. Penelitian tersebut dilanjutkan peneliti dengan pemberian pakan hiperkolesterolemik dan jus tomat selama 2 minggu. Peneliti memberikan pakan hiperkolesterolemik ad libitum dan kuning telur itik per sonde kepada semua subjek penelitian sedangkan jus tomat dan plasebo berupa akuades diberikan peneliti dengan dosis terbagi pada

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN KERJA DI PENGGILINGAN PADI MAKMUR DESA MUNGGUR KECAMATAN MOJOGEDANG KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

0 1 73

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DIRI KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH OBSTETRI DI DIV KEBIDANAN FK UNS KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

0 2 41

Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

1 1 109

PENGARUH KOEFISIEN HAMBATAN UDARA PADA BENTUK LOKOMOTIF TERHADAP GAYA AERODINAMIS KERETA API ARGO LAWU

0 0 65

KASIH SAYANG IBU TERHADAP ANAK SEBAGAI TEMA KARYA SENI GRAFIS

0 0 40

ANALISIS TANGGUNG JAWAB PENGUSAHA HOTEL TERHADAP BARANG MILIK PENYEWA ARCADE ( Studi di Hotel Sahid Kusuma Surakarta)

0 1 66

PENGARUH PROFITABILITAS DALAM SUATU PERIODE (TAHUN) TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERIODE (TAHUN) BERIKUTNYA: STUDI PADA BANK ISLAM DI BEBERAPA NEGARA

0 0 96

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL

0 0 125

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRESS KERJA TENAGA KERJA PENGGILINGAN PADI CV PADI MAKMUR KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

0 1 93

PERBEDAAN NILAI APE (ARUS PUNCAK EKSPIRASI) PADA PENDERITA ASMA YANG MENGIKUTI SENAM ASMA DAN TIDAK MENGIKUTI SENAM ASMA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 51