Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Analisis kesalahan berbahasa pada karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali

Oleh: Wahyu Tyas Cahyaningrum

K.1206043

Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA KARYA TULIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 ANDONG KABUPATEN BOYOLALI

Oleh: WAHYU TYAS CAHYANINGRUM K1206043

Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Herman J Waluyo, M.Pd. Dr. Andayani, M.Pd. NIP 19440315 197804 1 001

NIP 19601030 198601 2 001

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Tanggal

Tim Penguji Skripsi

Tanda tangan Ketua

Nama Terang

: Dra. Raheni Suhita, M.Hum. .....................

Sekretaris : Drs. Edy Suryanto, M.Pd. ...................... Anggota I : Prof. Dr. Herman J Waluyo, M. Pd. .................... Anggota II : Dr. Andayani, M. Pd.

Disahkan oleh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP 19600727 198702 1 001

ABSTRAK

Wahyu Tyas Cahyaningrum. K1206043. ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA KARYA TULIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 ANDONG KABUPATEN BOYOLALI Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan mengenai (1) bentuk kesalahan penggunaan ejaan pada karya tulis siswa, (2) bentuk kesalahan penggunaan pilihan kata atau diksi pada karya tulis siswa, (3) bentuk kesalahan penggunaan kalimat pada karya tulis yang dibuat oleh siswa, dan (4) persentase persebaran komponen ejaan, pilihan kata, dan penyusunan kalimat pada karya tulis siswa, (5) penyebab terjadinya kesalahan penulisan karya tulis siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan strategi tunggal terpancang. Sumber data dalam penelitian ini adalah dokumen yang berupa arsip karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong, Kabupaten Boyolali dan catatan lapangan hasil wawancara dengan narasumber. Selain dokumen, sumber data yang lain adalah informan, yaitu guru bahasa Indonesia, guru pembimbing karya tulis dan beberapa siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan mengkaji dokumen atau arsip dengan menggunakan teknik analisis isi atau disebut content analysis. Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi teori, trianggulasi sumber, triangulasi metode, dan review informan. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif (interaktif model of analysis ).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ditemukan kesalahan penggunaan ejaan pada karya tulis siswa, terdapat kesalahan penggunaan pilihan kata atau diksi pada karya tulis siswa, dan terdapat kesalahan penggunaan kalimat pada karya tulis siswa. Besarnya persentase kesalahan pada komponen kebahasaan tersebut adalah antara lain: (a) kesalahan huruf kapital 20, 46%; (b) tanda titik 13, 20%; (c) tanda koma 10,56 %; (d) tanda titik dua 1, 32 %; (e) tanda titik koma 5, 94 %; (f) tanda apostrof 1, 32 %; (g) tanda hubung 0,99 %; (h) tanda petik 0,99 %; (i) tanda pisah 0,33 %; (j) kata depan 5, 62 %; (k) kata turunan 6, 60 %; (l) cetak miring 23, 76 %; (m) garis bawah 1, 32 %; (n) kata denotasi 3, 30%; (o) kata sinonim 0,99 %; (p) penggunaan kata tidak ekonomis 2,

97 %; (q) kata baku 3, 63 %; (r) kata cakapan 1, 32 %; (s) kohesi 1, 32 %; (t) koherensi 2, 31 %; dan (u) kesejajaran 1, 32%. Faktor peyebab terjadinya kesalahan pada karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali tersebut antara lain: (1) sumber kesalahan yang berasal dari guru pembimbing yaitu pembimbing yang kurang sungguh-sungguh dalam membimbing pembuatan karya tulis siswa, (2) sumber kesalahan yang berasal dari siswa sendiri yaitu kekurangtelitian siswa dalam membuat karya tulis siswa, dan (3) sumber kesalahan yang berasal dari pihak lain, dalam hal ini yaitu kesalahan yang berasal dari pihak luar yang membantu dalam pembuatan karya tulis siswa.

MOTTO

Tinggalkanlah segala keragu-raguan untuk menuju kepastian, sebab kejujuran itu

melahirkan ketenangan dan kebohongan adalah keragu-raguan. (H.R. Tirmidzi)

Hadapilah masa depan yang muram tanpa rasa takut, tetapi dengan hati yang jantan. (Longfellow)

Cinta adalah satu-satunya kebebasan di dunia karena cinta itu membangkitkan yang hukum-hukum kemanusiaan dan gejala alami pun tak mampu mengubah

perjalanannya. (Kahlil Gibran)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibu tercinta, atas doa yang tiada pernah berhenti mengalir untukku;

2. Mbak Endang dan keluarga, mas Dwi dan keluarga, mbak Naning serta Najwa, yang telah memberikan semangat hingga studiku selesai;

3. A’ Joko Febri Suhartono, Ak., atas cinta dan dukungan yang tak pernah terhenti untukku;

4. Sahabatku (Jenny, Rihi, Asih, dan Hesti), terimakasih untuk semua yang telah diberikan;

5. Rekan-rekan Bastind ’06, terimakasih atas kebersamaan yang telah kita lalui selama ini;

6. Teater Peron, yang telah mendidik dan mendewasakan aku; dan

7. Almamater.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kesehatan, karunia, rahmat, dan hidayah-Nya kepada kita semua, terutama penulis dan keluarga. Hanya kepada-Nya kembali segala sanjungan, kepada-Nya kami memohon pertolongan dan ampunan, dan atas ridhonya sehingga penulis mampu menyusun skripsi ini dengan baik, yang merupakan persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Dalam mengumpulkan data dan informasi selama proses penyusunan skripsi ini, penulis menyadari tidak dapat bekerja seorang diri melainkan bekerja sama dengan berbagai pihak. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi ini;

2. Drs. Suparno, M. Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin dalam penulisan skripsi ini;

3. Drs. Slamet Mulyono, M. Pd., Ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin dalam penulisan skripsi ini;

4. Prof. Dr. Herman J Waluyo, M. Pd., sebagai pembimbing skripsi I yang senantiasa dengan sabar dan perhatian membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini;

5. Dr. Andayani, M.Pd., selaku pembimbing skripsi II yang selalu sabar memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini;

6. Bapak Ahmad Sochib, S.Pd., selaku guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Andong yang senantiasa memberikan informasi dan semangat kepada penulis;

7. Bapak Drs. Agus Suyono; selaku guru pembimbing karya tulis siswa SMA Negeri 1 Andong yang telah bersedia menjadi narasumber sehingga penulis memperoleh informasi yang mendalam;

8. Siswa dan siswi SMA Negeri 1 Andong kelas XII yang memberikan informasi yang dapat membantu penulis dalam mengumpulkan data-data dalam penelitian; dan

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan skripsi ini serta tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan, khususnya dalam bidang bahasa dan sastra Indonesia.

Surakarta, Juni 2010

Penulis

B. Implikasi............................................................................................ 89

C. Saran.................................................................................................. 91 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 92 LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Berpikir...................................................................................... 40

2. Model Analisis Interaktif ........................................................................... 48

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Kesalahan Karya Tulis Siswa.............................................................. 95

2. Data Hasil Wawancara dengan Guru Pembimbing Karya Tulis.................. 191

3. Data Hasil Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia .............................. 195

4. Data Hasil Wawancara dengan Siswa.......................................................... 198

5. Dokumentasi Wawancara ............................................................................ 205

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keluhan tentang rendahnya kemampuan menulis di kalangan siswa khususnya siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) bukan masalah baru lagi dalam dunia pendidikan. Kegiatan pengamatan yang telah dilakukan kurang begitu diperhatikan. Biasanya kegiatan menulis ini hanya digunakan untuk memenuhi persyaratan nilai suatu mata pelajaran ataupun syarat kenaikan kelas saja.

Hasil menulis siswa tersebut biasanya berbentuk karya tulis. Isi yang akan disampaikan melalui karya tulis akan mencapai sasarannya secara efektif apabila bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan isi karya tulis tersebut sesuai dengan penggunaan bahasa dalam karya tulis, teknik penulisan ilmiah dan teknik notasi ilmiah. Dalam hal ini bahasa sebagai alat komunikasi dalam karya tulis sangat memegang peranan terpenting di samping bentuk-bentuk nonbahasa.

Karya tulis pada hakikatnya adalah sebuah komposisi atau karangan. Oleh karena itu, semua ketentuan mengenai komposisi berlaku juga untuk karya tulis. Sebagai salah satu bentuk komposisi khusus, karya tulis terikat oleh kaidah karya tulis. Kaidah-kaidah itu perlu diperhatikan supaya karya tulis itu memenuhi syarat penulisan ilmiah dan notasi ilmiah serta dapat mencapai sasaran secara efektif dan efisien.

Untuk menghadirkan karya tulis dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak hanya berpatokan pada ada tidaknya aturan yang mengatur, tetapi juga perlu diketahui bagaimana sumber daya pendukung dalam hal ini penulis karya tulis menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dalam penulisan karya ilmiah, terdapat potensi kesalahan yang besar dari faktor Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini disebabkan oleh lemahnya penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, oleh sumber daya manusia khususnya dalam penulisan karya tulis.

Dilihat dari bentuk dan bahasanya, karya tulis dibagi menjadi dua jenis, yaitu karya tulis penelitian dan karya tulis nonpenelitian. Penelitian in hanya Dilihat dari bentuk dan bahasanya, karya tulis dibagi menjadi dua jenis, yaitu karya tulis penelitian dan karya tulis nonpenelitian. Penelitian in hanya

Hasil karya tulis akan lebih efektif bila bahasa yang digunakan adalah bahasa dengan ejaan yang benar, pilihan kosa kata yang baku, susunan atau struktur kalimat yang tertib dan sitematis. Oleh karena itu, penulis karya tulis harus mempunyai pengetahuan yang cukup memadai mengenai komponen- komponen kebahasaan.

Karya tulis atau karya ilmiah banyak ragamnya, misalnya ada yang berbentuk laporan, artikel, jurnal, skripsi, buku-buku ilmiah dan sebagainya. Setiap ragam sudah tentu memiliki ciri-ciri masing-masing. Oleh karena itu, sulit untuk memberikan pengertian yang mewakili semua karya ilmiah. Brotowidjojo (dalam Amir, 2007: 105) menyatakan bahwa karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Selain itu, di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 2005: 511 ) menjelaskan mengenai karya ilmiah berupa laporan yaitu 1) sesuatu yang dilaporkan, 2) berita. Dari semua kepentingan dituliskannya suatu karya ilmiah ada satu maksud yang sama, yaitu berkomunikasi dengan orang lain tentang ilmu.

Penulis karya ilmiah yang kurang teliti atau memang kurang memahami penggunaan bahasa Indonesia yang benar dapat dikatakan bahwa mereka kurang menyadari kaidah-kaidah penggunaan bahasa Indonesia dalam karya tulis. Oleh sebab itu, sering penulis menemukan penggunaan bahasa Indonesia yang tidak tepat dalam karya tulis yang dibuat oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali. Penulis sebagai calon pengajar bahasa Indonesia sekaligus berperan sebagai mahasiswa bahasa Indonesia merasa terpanggil untuk Penulis karya ilmiah yang kurang teliti atau memang kurang memahami penggunaan bahasa Indonesia yang benar dapat dikatakan bahwa mereka kurang menyadari kaidah-kaidah penggunaan bahasa Indonesia dalam karya tulis. Oleh sebab itu, sering penulis menemukan penggunaan bahasa Indonesia yang tidak tepat dalam karya tulis yang dibuat oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali. Penulis sebagai calon pengajar bahasa Indonesia sekaligus berperan sebagai mahasiswa bahasa Indonesia merasa terpanggil untuk

Kebakuan bahasa dalam karya ilmiah harus diupayakan melalui proses. Untuk mengadakan perbaikan diperlukan deskripsi data tentang kemampuan riil penggunaan bahasa Indonesia dalam karya tulis. Kegiatan menganalisis pemakaian bahasa Indonesia dalam karya tulis dipandang sangat penting. Berdasarkan pengamatan penulis, penulis sering menemukan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia dalam karya tulis siswa yang ditulis oleh siswa SMA. Dalam hal yang sama, penulis juga sering menemukan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia dalam karya tulis yang ditulis oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali.

Perlu ditegaskan bahwa penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah yang berlaku merupakan cermin dari sikap si pemakai bahasa tersebut terhadap bahasa Indonesia yang dipakainya. Jika bahasa Indonesia yang dipakainya acak-acakkan atau serampangan, ini menunjukkan bahwa pemakai bahasa kurang memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia.

Analisis kesalahan bahasa memberikan banyak keuntungan terutama yang bertalian dengan kegiatan pengajaran bahasa. Dengan analisis tersebut, akan dapat dipahami dan dapat diungkapkan berbagai kesalahan bahasa yang dibuat oleh siswa kelas XI SMA Nageri 1 Andong Kabupaten Boyolali dan dapat dipahami latar belakang atau faktor penyebabnya. Sebagaimana telah dikemukakan dapat digunakan sebagai masukan atau umpan balik dalam upaya memperbaiki kesalahan sejenis pada waktu yang akan datang, yang pada akhirnya dapat memperbaiki atau menyempurnakan pengajaran bahasa.

Di samping keunggulan di atas, harus pula diakui bahwa analisis kesalahan berbahasa mengandung beberapa kelemahan. Dulay, dkk (dalam Suwandi, 1997: 21) berpendapat bahwa sekurang-kurangnya ada tiga kelemahan analisis kesalahan berbahasa. Pertama, kekacauan antara aspek penjelasan dan aspek deskriptif (proses dan produk) analisis kesalahan. Pemerian suatu kesalahan mengacu pada produk pemerolehan bahasa, sedangkan penjelasan (explanation) suatu kesalahan penentuan asal-usul mengacu pada bahasa dari sudut Di samping keunggulan di atas, harus pula diakui bahwa analisis kesalahan berbahasa mengandung beberapa kelemahan. Dulay, dkk (dalam Suwandi, 1997: 21) berpendapat bahwa sekurang-kurangnya ada tiga kelemahan analisis kesalahan berbahasa. Pertama, kekacauan antara aspek penjelasan dan aspek deskriptif (proses dan produk) analisis kesalahan. Pemerian suatu kesalahan mengacu pada produk pemerolehan bahasa, sedangkan penjelasan (explanation) suatu kesalahan penentuan asal-usul mengacu pada bahasa dari sudut

Penulis masih sering menemukan kesalahan penggunaan bahasa dalam karya tulis siswa. Masih ditemukan kesalahan yang sama dengan penelitian yang relevan di tempat penulis melakukan penelitian, yaitu: dalam komponen ejaan, pilihan kata dan penyusunan kalimat dalam karya tulis yang ditulis oleh siswa kelas XI SMA.

Kendala bagi terwujudnya karya tulis atau karya ilmiah bermutu karena kurangnya kemampuan berbahasa sangatlah beralasan. Sebagaimana dikemukakan Lawrence (1972) (dalam Suwandi, 1997: 9 ) bahwa pada hakikatnya menulis adalah mengkomunikasikan apa dan bagaimana pikiran penulis. “Apa” menyangkut substansi persoalan (gagasan) yang akan dikemukakan, sedangkan “bagaimana” merupakan persoalan media yang digunakan, untuk menyampaikan gagasan itu. Dengan kata lain, persoalan kedua adalah kemampuan berbahasa.

Sehubungan dengan itu, maka upaya peningkatan kemampuan berbahasa siswa perlu dilakukan. Pembinaan kemampuan menulis perlu dilakukan. Pembinaan kemampuan menulis perlu mendapat prioritas. Untuk dapat melakukan upaya peningkatan kemampuan menulis siswa secara tepat, yang pertama harus dipahami adalah apa yang menjadi kebutuhan (need) mereka. Berdasarkan pada rumusan kebutuhan itu akan dapat diformat materi yang diperlukan serta ditentukan pendekatan dan strategi yang tepat sehingga upaya peningkatan tersebut efektif.

Kebutuhan itu dapat dirumuskan dengan memahami adanya kesenjangan antara pengetahuan dan keterampilan yang dituntut atau dipersyaratkan bagi terwujudnya tulisan yang baik dengan pengetahuan dan keterampilan nyata yang dimiliki siswa. Yang pertama dapat diperoleh dengan melakukan kajian teoretis (kajian pustaka), sedangakn kedua dapat dipahami, antara lain, dengan melakukan analisis kesalahan berbahasa (tulis) siswa.

Studi atau analisis kesalahan berbahasa dalam kaitannya dengan pengajaran bahasa sangat fungsional. Dengan analisis tersebut akan dapat Studi atau analisis kesalahan berbahasa dalam kaitannya dengan pengajaran bahasa sangat fungsional. Dengan analisis tersebut akan dapat

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bentuk kesalahan penggunaan ejaan pada karya tulis yang dibuat oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali?

2. Bagaimanakah bentuk kesalahan penggunaan pilihan kata pada karya tulis yang dibuat oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali?

3. Bagaimanakah bentuk kesalahan penggunaan kalimat pada karya tulis yang dibuat oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali?

4. Kesalahan komponen manakah yang memiliki persentase persebaran terbesar di antara komponen ejaan, pilihan kata atau diksi, dan penyusunan kalimat yang ada pada karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali?

5. Apa sajakah sumber-sumber penyebab kesalahan penggunaan bahasa Indonesia dalam karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian tentang penggunaan bahasa Indonesia pada karya tulis ini dilaksanakan dengan tujuan:

1. Mendeskripsikan kesalahan penggunaan ejaan pada karya tulis yang dibuat oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali.

2. Mendeskripsikan kesalahan penggunaan pilihan kata atau diksi pada karya tulis yang dibuat oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali.

3. Mendeskripsikan kesalahan penggunaan kalimat pada karya tulis yang dibuat oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali.

4. Mendeskripsikan persentase persebaran kesalahan penggunaan bahasa Indonesia pada setiap komponen kebahasaan seperti ejaan, pilihan kata atau diksi, dan penyusunan kalimat yang ada pada karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali.

5. Mendeskripsikan penyebab kesalahan pemakaian bahasa Indonesia dalam karya tulis yang dibuat oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis Memberikan sumbangan teoretis dalam bidang analisis kesalahan berbahasa khususnya dalam karya tulis yang ditulis siswa dan dapat memperkaya dan melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa dapat menambah pengetahuan tentang teknik penulisan ilmiah dan teknik notasi ilmiah yang pada akhirnya dapat membuat karya tulis dengan baik dan benar.

b. Bagi guru pengajar bahasa dan sastra Indonesia di SMA Negeri 1 Andong yaitu memberikan pengetahuan kepada guru agar dapat menyampaikan materi pembelajaran menulis ilmiah kepada siswa dengan tepat.

c. Dapat digunakan sebagai acuan atau referensi dalam pembuatan karya ilmiah lain agar terhindar dari kesalahan berbahasa.

BAB II KAJIAN TEORETIK

A. Tinjauan Pustaka

1. Analisis Kesalahan Berbahasa

a. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa

Analisis kesalahan sering disingkat anakes. Analisis kesalahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah analisis kesalahan berbahasa. Analisis kesalahan terdengar hanya sebagai pekerjaan yang membosankan yang berusaha mencari-cari kesalahan. Sesungguhnya analisis kesalahan bukan hanya memiliki pengertian yang sesempit itu, supaya lebih jelas pada bab ini juga akan sedikit menyinggung tentang analisis kesalahan berbahasa yang berkaitan erat dengan penelitian ini.

Parera (1993: 7) berpendapat bahwa analisis merupakan proses menjelaskan gejala-gejala alam dengan cara: (1) membedakan, (2) mengelompokkan, (3) menghubung-hubungkan, (4) mengendalikan, dan (5) meramalkan. Berdasar pengertian tentang analisis tersebut, sepertinya Parera (1993: 7) berusaha menyampaikan pengertian tentang analisis kesalahan secara tersendiri. Menurutnya, analisis kesalahan adalah kajian dan analisis mengenai kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa atau peserta didik atau pelajar asing atau seseorang atau bahasa kedua.

Hastuti (1989: 45) menjelaskan bahwa analisis merupakan suatu penyelidikan dengan tujuan ingin mengetahui sesuatu dengan kemungkinan dapat menemukan inti permasalahan, kemudian dikupas dari berbagai segi, dikritik, diberi ulasan (komentar) akhirnya hasil dari tindakan tersebut dapat diberi kesimpulan untuk kemudian dipahami.

Ternyata perlu adanya suatu pengertian tentang apa sebenarnya analisis kesalahan bahasa itu dari sekian yang telah menyampaikan pemaparannya tentang analisis kesalahan. Guna memperoleh pengertian ini, diambilah pendapat Ellis (dalam Tarigan dan Tarigan, 1990: 170) tentang analisis kesalahan berbahasa.

Menurutnya, analisis kesalahan berbahasa ialah suatu prosedur yang digunakan oleh para peneliti dan para guru, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu. Pendapat lain datang dari Tarigan (dalam Ardiana, 1998: 2.6) bahwa yang dimaksud dengan analisis kesalahan berbahasa adalah suatu proses kerja yang digunakan oleh para guru dan peneliti bahasa dengan langkah-langkah pengumpulan data, pegidentifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian taraf keseriusan kesalahan itu.

Sehubungan dengan kata analisis dalam penelitian ini, dapat diberikan pengertian sebagai suatu kegiatan penelitian untuk menyelidiki atau meneliti (menguraikan, menjabarkan, menelaah, mengkaji) bahasa pada karya tulis yang dibuat oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali. Telaah kajian yang diselidiki sebagaimana uraian bab terdahulu meliputi kesalahan ejaan, pemilihan kata atau diksi, dan penyusunan kalimat.

b. Pengertian Tentang Kesalahan

Penelitian ini akan berusaha mencari kesalahan bahasa dalam karya tulis siswa. Sebelum membahas penelitian secara mendalam perlu adanya pemahaman tentang konsep kesalahan. Berikut adalah sedikit konsep atau gambaran tentang kesalahan berbahasa.

Arti kata kesalahan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 2005: 983)adalah atau bersinonim dengan kekeliruan atau kealpaan, tetapi Tarigan dan Tarigan (1990:75) memberikan pengertian yang berbeda antara kesalahan dengan kekeliruan dalam konteks bahasa. Istilah kesalahan lebih erat dengan pengertian error dan kekeliruan dengan mistake.

According to Brown (Xing, 2008: 175), a “mistake” refers to a performance error in that it is a failure to utilize a known system correctly. While an “error” is a noticeable deviation from the adult grammar of a native speaker, reflecting the interlanguage competence of the learner. This recognition process According to Brown (Xing, 2008: 175), a “mistake” refers to a performance error in that it is a failure to utilize a known system correctly. While an “error” is a noticeable deviation from the adult grammar of a native speaker, reflecting the interlanguage competence of the learner. This recognition process

Senada dengan pendapat di atas, Corder (dalam Suwandi, 1997: 19) juga mengusulkan adanya perbedaan antara kekeliruan (mistake) dan kesalahan (error), kekeliruan menurutnya ialah penyimpangan-penyimpangan yang tidak sistematis seperti kekeliruan ucapan disebabkan oleh faktor keletihan, emosi, dan sebagainya. Kekeliruan terletak pada performance, sedangkan kesalahan pada competence yang merupakan penyimpangan-penyimpangan yang sifatnya sistematis, konsisten, dan menggambarkan kemampuan siswa pada tahap tertentu.

Tarigan dan Tarigan (1990: 75) memberikan pengertian bahwa kekeliruan pada umumnya disebabkan oleh faktor performansi. Keterbatasan dalam mengingat menyebabkan kekeliruan dalam pelafalan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat, dan sebagainya. Kekeliruan dapat terjadi pada setiap tataran linguistik, karena bersifat acak. Kekliruan dapat diperbaiki dengan lebih mawas diri, lebih sadar atau memusatkan perhatian. Kekliruan biasanya tidak bersifat lama.

Tarigan dan Tarigan (1990: 75-76) memberikan pengertian bahwa kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi. Maksudnya, pelaku memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakan. Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten sehingga dapat berlangsung dalam kurun waktu yang lama. Kesalahan ini bisa diperbaiki dengan belajar, latihan, praktik dan sebagainya.

Untuk memudahkan pemahaman tentang kesalahan dan kekeliruan, dapat dilihat melalui ilustrasi berikut.

1) Idrus adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa. Ia sedang mengerjakan tugas proposal penelitian di rumahnya. Ketika telah hampir selesai menulis kalimat tiba-tiba temannya ke rumahnya. Karena sudah dipanggil-panggil oleh ibunya, agar ia segera menemui temannya, maka Idrus segera mematikan komputer dan lupa memberi tanda titik pada kalimat penutup pada proposalnya tadi.

2) Heri adalah siswa kelas satu sekolah dasar. Heri telah hafal abjad bahasa Indonesia dan mampu menulis kata-kata bahasa Indonesia. Hari ini ia belajar menulis. Heri sangat senang karena berhasil menulis kalimat yang sederhana, seperti: ini Budi, Amir makan nasi, dan sebagainya. Tetapi semua kalimat yang ditulis Heri tersebut seluruhnya tidak diakhiri dengan tanda titik karena memang ia belum mendapat pelajaran tentang tanda baca.

Ilustrasi (1) merupakan contoh kekeliruan (mistake) karena sebenarnya Idrus telah sangat menguasai prinsip atau teori bahwa kalimat yang ia tulis harus diakhiri dengan tanda titik, tetapi karena tergesa-gesa maka ia lupa memberi tanda titik pada kalimat penutup proposal yang ia kerjakan. Ilustrasi (2) adalah contoh kesalahan (error) karena Heri yang sedang belajar memang belum menguasai teori atau prinsip penggunaan tanda baca titik, sehingga semua kalimat yang ia tulis tidak diakhiri dengan tanda baca titik.

Memperjelas perbedaan antara kesalahan dengan kekeliruan, Parera (1993: 74) menyampaikan bahwa kesalahan adalah kekhilafan berlatar belakang tentang bahasa yang memang sudah salah, kekhilafan itu dilakukan berulang- ulang karena pengetahuan tentang kaidah bahasa yang sudah tidak benar.

Pemaparan tadi telah cukup jelas membedakan antara kesalahan dalam arti (error) dengan kekeliruan (mistake). Adanya perbedaan antara keduanya ternyata meminta penanganan yang berbeda pula untuk memperbaikinya. Kesalahan karena sifatnya yang sitematis, maka perlu adanya pemerolehan prinsip kebahasaan yang benar, baik dengan latihan remedial maupun yang lain. Sementara itu, untuk memperbaiki kekeliruan cukup dengan pemusatan perhatian.

Pendapat lain muncul dari Hastuti (1989: 75-76) tentang konsep kesalahan berbahasa sebagai berikut:

1) Salah adalah apa yang dilakukan (kalau ia salah) tidak betul, tidak menurut aturan. Hal ini mungkin disebabkan oleh ketidaktahuan. Jika kesalahan ini dihubungkan dengan penggunaan kata, maka pelaku tidak tahu kata apa yang setepat-tepatnya dipakai.

2) Penyimpangan adalah menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan. Penyimpangan disebabkan oleh ketidakmauan, enggan atau malas mengikuti 2) Penyimpangan adalah menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan. Penyimpangan disebabkan oleh ketidakmauan, enggan atau malas mengikuti

3) Pelanggaran adalah saat pelaku dengan penuh kesadaran tidak mau menurut aturan yang telah ditentukan. Terdapat indikasi pengaruh kedwibahasaan dalam pelanggaran ini.

4) Kekhilafan adalah proses psikologis seseorang khilaf menerapkan teori atau norma bahasa yang ada pada dirinya. Khilaf mengakibatkan sikap keliru pakai. Kekhilafan dapat diartikan kekeliruan. Seperti salah ucap atau salah susun karena kurang cermat.

Contoh berikut berusaha memberi penjelasan tentang empat konsep kesalahan yang disampaikan oleh Hastuti tersebut. 1)

a. Untuk memberantas hama tikus menggunakan alat tangkap atau bubuk mati hewan. (salah)

b. Untuk memberantas hama tikus digunakan alat tangkap atau bubuk mati hewan. (betul) 2)

a. Banyak anak-anak membaca buku komik. (menyimpang-salah)

b. Banyak anak membaca buku komik. (tepat) 3)

a. Ia mau berdatangan dalam pertemuan itu. (melanggar-salah)

b. Ia mau datang dalam pertemuan itu. (tak melanggar) 4)

a. Di mana ada uang ingin aku memperbaiki rumahku. (khilaf-salah)

b. Jika ada uang ingin aku memperbaiki rumahku. (mengena) Dari beberapa pendapat tentang kesalahan berbahasa yang telah disampaikan, penulis justru condong pada pendapat Tarigan dan Tarigan (1990:

75) karena pendapat mereka ringkas sehingga mudah dipahami. Hadirnya pendapat serta istilah lain yang memandang kesalahan, bukanlah sesuatu yang membingungkan. Pemaparan di atas telah jelas. Walaupun istilahnya berbeda ternyata penjelasan di dalamnya telah relatif lengkap mampu menjelaskan inti yang dimaksud.

Setelah diketahui berbagai pengertian kesalahan, perlu dijelaskan bahwa penelitian ini berusaha mencari kesalahan berbahasa berupa penyimpangan terhadap aturan. Dengan penjelasan ini maka penelitian tidak terlalu Setelah diketahui berbagai pengertian kesalahan, perlu dijelaskan bahwa penelitian ini berusaha mencari kesalahan berbahasa berupa penyimpangan terhadap aturan. Dengan penjelasan ini maka penelitian tidak terlalu

c. Fungsi Analisis Kesalahan

Fungsi atau kegunaan analisis kesalahan sangat erat dengan kegiatan pembelajaran. Supaya lebih jelas tentang fungsi atau kegunaan analisis kesalahan perlu dilihat pendapat para pakar bahasa. Berikut akan dibicarakan tentang fungsi atau kegunaan analisis kesalahan.

Fungsi analisis kesalahan akan disampaikan oleh dua ahli dengan pendapat mereka masing-masing. Menurut Parera (1993: 7), analisis kesalahan dilakukan untuk: (1) menemukan seberapa baik dan benar seseorang mengetahui bahasa ajaran, (2) mengetahui bagaimana seseorang belajar bahasa, dan (3) memperoleh informasi tentang kesulitan-kesulitan dalam belajar bahasa.

Untuk memperkuat pendapat tersebut, perlu pendapat lain sebagai pembanding. Pendapat tersebut datang dari Sidhar (dalam Tarigan dan Tarigan, 1990: 69). Analisis kesalahan antara lain berfungsi untuk: (1) menentukan urutan penyajian butir-butir yang diajarkan dalam kelas dan buku teks, misalnya urutan mudah-sukar, (2) menentukan urutan jenjang relatif penekanan, penjelasan, dan latihan berbagai butir bahan yang diajarkan, (3) merencanakan latihan dan remedial, dan (4) memilih butir-butir bagi pengujian kemahiran siswa.

Dari pendapat kedua ahli di atas dapat ditarik kesimpulan secara garis besar bahwa fungsi analisis kesalahan bahasa adalah untuk mengarahkan seseorang agar berhasil dalam belajar bahasa.

d. Kesalahan Berbahasa

Kesalahan berbahasa adalah bagian konversi atau komposisi yang menyimpang dari beberapa norma baku (norma terpilih) dari performansi bahasa orang dewasa (Tarigan, 1990: 141). Jenis kesalahan berbahasa dapat ditinjau dari segi penyebabnya dan dapat pula dari segi kebahasaan.

Kesalahan berbahasa bertalian dengan faktor pribadi pemakai bahasa dan faktor sosial budaya. Ditinjau dari faktor kebahasaan, kesalahan berbahasa terjadi dari segi keterbatasan, semantik dan ejaan. Faktor pribadi pemakai bahasa yang menimbulkan kesalahan berbahasa menyangkut segi fisiologis dan psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang terjadi kemudian.

2. Jenis Kesalahan Berbahasa

Sebelum lebih jauh membahas tentang kesalahan berbahasa perlu diketahui pengertian tentang bahasa itu sendiri. Sumardi (1993: 3) memberi pengertian bahwa bahasa adalah alat untuk menyampaikan pikiran dan perasaan dari seseorang kepada orang lain. Penyampaian perasaan dan pikiran ini dapat dinyatakan dengan tanda yang berupa bunyi atau tulisan.

Keraf (2001: 2) memberikan pengertian bahwa bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer, yang dapat diperkuat dengan diperkuat dengan gerak-gerik badani yang nyata. Kesimpulan dari pendapat tersebut, bahasa adalah alat untuk menyampaikan pikiran dan perasaan dengan suatu sistem yang mempergunakan lambang bunyi yang arbitrer dan digunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.

Keraf (2001: 3) menjelaskan pendukung pengertian bahasa berupa fungsi bahasa, yaitu sebagai alat: (a) menyatakan ekspresi diri; (b) berkomunikasi; (c) mengadakan integrasi dan adaptasi sosial: dan (d) alat untuk mengadakan kontrol sosial. Dengan pengertian tentang bahasa tersebut dapat diketahui bagaimana dampak yang terjadi jika pengguna bahasa melakukan suatu kesalahan dalam penggunaannya. Pemahaman ini memberikan kesadaran bahwa bahasa harus digunakan secara benar, oleh karena itu pemakainya harus berhati-hati dalam menggunakan bahasa agar terhindar dari kesalahan yang dapat mengakibatkan terganggunya komunikasi.

Bahasa tidak hanya memiliki satu pengertian atau satu macam saja. Penelitian ini tidak membahas bahasa secara umum, tetapi satu bentuk bahasa berupa ragam bahasa baku. Bahasa baku memiliki pengertian tersendiri yang Bahasa tidak hanya memiliki satu pengertian atau satu macam saja. Penelitian ini tidak membahas bahasa secara umum, tetapi satu bentuk bahasa berupa ragam bahasa baku. Bahasa baku memiliki pengertian tersendiri yang

Selanjutnya kesalahan bahasa yang ada yang akan dibahas pada penelitian ini meliputi ejaan, diksi, dan penyusunan kalimat. Berikut ini akan diuraikan dasar-dasar atau aturan yang akan digunakan untuk mencari kesalahan penggunaan bahasa pada karya tulis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali.

a. Kesalahan Ejaan

Sabariyanto (1992: 189) mengungkapkan bahwa ejaan adalah kaidah penulisan huruf, kata-kata, dan tanda baca. Tarigan (1986: 2) mengemukakan bahwa ejaan adalah cara atau aturan menulis kata-kata dengan huruf menurut disiplin ilmu bahasa. Sementara Wibowo (2002: 47) menjelaskan bahwa ejaan adalah seperangkat kaidah, aturan, atau ketentuan yang mengatur pelambangan bunyi bahasa, termasuk bagaimana menggunakan tanda baca. Pendapat lain dari Suryaman (1997: 7) menyatakan bahwa ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran, bagaimana menempatkan tanda- tanda baca, bagaimana memotong-motong suatu kata, dan bagaimana menghubungkan kata-kata.

Berdasarkan pengertian tentang ejaan di atas dapat disimpulkan bahwa ejaan adalah cara ataua aturan atau kaidah menulis kata-kata dengan huruf disertai tanda baca untuk menggambarkan bunyi ejaan suau bahasa. Kesalahan penggunaan ejaan bahasa Indonesia banyak macamnya. Adapun yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:

1) Pemakaian Huruf Kapital

Huruf kapital secara umum disebut juga sebagai huruf besar. Pengertian ini tidaklah salah, tetapi akan lebih baik digunakan istilah huruf Huruf kapital secara umum disebut juga sebagai huruf besar. Pengertian ini tidaklah salah, tetapi akan lebih baik digunakan istilah huruf

Huruf besar atau huruf kapital dalam penggunaannya harus disesuaikan dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan yang diterbitkan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (2007: 6-12). Penggunaan huruf kapital tersebut harus disesuaikan dengan aturan sebagai berikut:

a) Sebagai huruf pertama awal kalimat. Misalnya: Dia mengantuk. Apa maksudnya?

b) Huruf pertama petikan langsung. Misalnya: Adik bertanya, ”Kapan kita pulang?” ”Besok pagi, dia akan berangakat.”, kata Ibu.

c) Huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti Tuhan. Misalnya: Alkitab Yang Maha Pengasih

d) Huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya: Haji Agus Salim Sultan Hasanuddin

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Misalnya: Dia baru saja diangkat sebagai sultan. Tahun ini dia pergi naik haji.

e) Huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama istansi, atau nama tempat. Misalnya: Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian Gubernur Jawa Tengah

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat. Misalnya: Siapa gubernur yang baru dilantik itu? Kemarin Brigadir jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal

f) Huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya: Amir Hamzah Dewi Sartika

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya: Mesin diesel

10 volt

g) Huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya: Bangsa Indonesia Suku Sunda Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya: Mengindonesiakan kata asing Keinggris-inggrisan g) Huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya: Bangsa Indonesia Suku Sunda Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya: Mengindonesiakan kata asing Keinggris-inggrisan

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama. Misalnya: Soekarno dan Hatta memproklamasikan. Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

i) Huruf pertama nama geografi. Misalnya: Banyuwangi Danau Toba

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak dipakai menjadi unsur nama diri. Misalnya: Berlayar ke teluk Mandi di kali

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang dipakai sebagai nama jenis. Misalnya: Gula jawa Pisang ambon

j) Huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatnegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata dan. Misalnya: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi. Misalnya: Menjadi sebuah republik Beberapa badan hukum

k) Huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat nama

badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa Rancangan Undang-Undang Kepegawaian

l) Huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nam buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya: Bacalah majalah Bahasa dan sastra Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan

m) Huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Misalnya: Prof. profesor Sdr. saudara

n) Huruf pertama petunjuk unsur kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara,

kakak, adik , dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Misalnya: ”Silakan duduk, Dik!” kata Ucok. Besok Paman akan datang. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.

Misalnya: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua kaka dan adik saya sudah berkeluarga.

o) Huruf pertama kata ganti Anda. Sudahkah Anda tahu? Surat Anda telah kami terima.

2) Penggunaan Tanda Baca

Tanda baca terkadang dipakai oleh beberapa penulis untuk menghasilkan suatu gaya atau kesan tersendiri. Tidak jarang terlihat suatu tulisan mengandung titik-titik sederetan panjang, bahkan diulang-ulang dalam tulisan itu. Ada pula yang menggunakan tanda seru (!) sampai tiga buah, berdiri tegak berjajar. Atau tanda seru didampingi tanda tanya (!?), atau banyak yang diberi tanda petik (”...”) atau dicetak miring dan digarisbawahi. Sebenarnya pemakaian tanda-tanda baca yang tidak lazim ini tidak perlu.

Dalam karya tulis tentu tidak bisa lepas dari pemakaian ejaan. Karya tulis juga menggunakan bahasa terikat oleh aturan. Keberadaan aturan atau kaidah tersebut ternyata belum sepenuhnya bisa dipatuhi dengan benar oleh penulis, sehingga sangat dimungkinkan dalam karya tulis terjadi kesalahan. Bentuk-bentuk aturan kebahasaan yang mungkin dilanggar antara lain sebagai berikut.

a) Tanda titik (.) Tanda titik bentuknya sangat sederhana. Meskipun demikian tanda titik memiliki arti tersendiri yang tidak kalah penting dengan tanda baca yang lain. Mungkin karena bentuknya yang sangat sederhana terkadang terjadi kesalahan dalam penggunaannya.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (2007: 42-44) telah menjelaskan bagaimana menggunakan tanda titik (.). Adapun penggunaannya sebagai berikut. (1) Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan

(2) Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar (3) Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu (4) Dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu (5) Dipakai diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka (6) (a) Dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. (b) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. (7) Tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya (8) Tidak dipakai dibelakang alamat pengirim dan tanggal surat atau nama dan alamat penerima surat Bentuk tanda baca titik memang sangat sederhana, tetapi penggunaannya tidak bisa sembarangan. Dalam berbahasa, khususnya tulis, pengguna bahasa harus mentaati aturan atau tata cara penggunaan tanda titik seperti telah dibicarakan di atas. Oleh sebab itu, penguasaan penggunaan tanda titik harus dimiliki oleh setiap penulis.

b) Tanda koma (,) Tanda baca koma di antaranya dipergunakan sebagai berikut. (1) Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. (2) Tanda koma dipakai untuk memisahkan suatu kalimat setara yang satu dengan kalimat setara berikutnya yang didahului kata tetapi atau melainkan.

(3) (a) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat, jika anak kalimat itu mendahului anak kalimat. (b) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimat.

(4) Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh, karena itu , namun, jadi,lagi pula, meskipun, begitu, dan akan tetapi.

(5) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan , dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat. (6) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. (7) Tanda koma dipakai diantara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang dituliskan berurutan.

(8) Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. (9) Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. (10) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang

mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

(11) Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau diantara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. (12) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. (13) tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. (14) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2007: 44-48).

c) Penggunaan Tanda Hubung (-) Kegunaan tanda hubung adalah untuk menyambung. Meski demikian, ada tata cara atau aturan pemakaian tanda hubung ini. Berikut adalah hal-hal yang perlu yang perlu diperhatikan dalam penggunaan tanda hubung seperti pendapat Tarigan (1986: 168-172).

(1) Tanda hubung dipakai untuk menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris. (2) Tanda hubung dipakai untuk menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.

(3) Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur-unsur kata ulang. (4) Tanda hubung dipakai untuk menyambung huruf kata yang dieja

satu-satu, bagian-bagian tanggal, dan suku kata yang dipisah- pisahkan.

(5) Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian- bagian ungkapan. (6) Tanda hubung dipakai untuk merangkai se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan –an , dan singkatan huruf kapital dengan imbuhan dan kata-kata.