STRATEGI PEMERINTAH UNTUK MENJAMIN KEBERLANGSUNGAN PROGRAM JKN
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
STRATEGI PEMERINTAH UNTUK
MENJAMIN KEBERLANGSUNGAN
PROGRAM JKN
PURWANTO
Direktur Anggaran Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan
Diskusi Panel Stakeholder Jaminan Kesehatan Nasional
Jakarta, 12 Desember 2017
POKOK BAHASAN
Pendahuluan
TANTANGAN APBN TAHUN 2018
PELAKSANAAN PROGRAM JKN DAN
CAPAIANNYA
STRATEGI MENJAGA
KEBERLANGSUNGAN JKN
KEMENTERIAN KEUANGAN
2
Pendahuluan
KEMENTERIAN KEUANGAN
3
FOKUS APBN 2018
OPTIMALISASI DAN
REFORMASI
PENERIMAAN
NEGARA
EFISIENSI DAN
KUALITAS BELANJA
PRIORITAS
Pengurangan Kemiskinan
Pajak
Pengurangan Kesenjangan
Kepabeanan dan Cukai
Penciptaan Kesempatan Kerja
PNBP
JAGA MOMENTUM
EKONOMI DAN
KEPERCAYAAN
RAKYAT
Keberlanjutan Pembiayaan
Utang terkendali
Pertumbuhan lebih baik
4
APBN Tahun 2018 Ditujukan Untuk
Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi
Yang Berkeadilan
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
9,5-10,0%
Tingkat Kemiskinan
2017
Realisasi s.d Maret:
10,64%
5,4%
2017
Outlook: 5,1%
5,0-5,3%
0,38
Tingkat Pengangguran
Gini Ratio
2017
Realisasi s.d Agustus:
5,5%
2017
Realisasi s.d Maret :
0,393
5
5
Harmonisasi Antara Proses Teknokratis dan Politis
Perlu Dijaga Untuk Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat
Teknokrat
Tantangan
• Analisa data dan kondisi
ekonomi
• Prioritas Pembangunan
• Desain penerimaan,
belanja, dan pembiayaan
Politis
•
•
•
•
Janji politik
proses kabinet
proses DPR dan DPD
proses daerah
Tata Kelola
• Kecepatan vs
governance
• Transparansi &
Tantangan
akuntabilitas
• Kepatuhan vs Pragmatis
FUNGSI ALOKASI, DISTRIBUSI, DAN STABILISASI
KESEJAHTERAAN RAKYAT
6
POKOK BAHASAN
TANTANGAN APBN TAHUN 2018
KEMENTERIAN KEUANGAN
7
Tantangan Perencanaan APBN :
Menjaga Kredibilitas
8
Ruang Fiskal Masih Dibatasi Oleh Pendapatan
(perpajakan dan non Pajak)
Tingkat Pendapatan dan Belanja Indonesia relatif lebih rendah dibanding negara lain
Posisi Fiskal Negara – Negara 2016 (general government, % of GDP)
Menjadi tantangan sekaligus prestasi
Revenue
Pendapatan
Expenditure
Belanja
-6,5
Vietnam
22,9
29,5
-4,1
United States
Sumber: IMF, diolah
-3,3
United Kingdom
22,3
22,7
-0,4
Thailand
22,0
19,6
2,4
Singapore
19,3
19,7
-0,4
Philippines
Norway
-3,4
Malaysia
-5,2
Japan
3,0
-2,5
Indonesia
India
-6,7
-10,4
Brazil
-20
-3,0
0,1
Germany
-10
China
0
36,3
39,6
53,1
50,1
33,7
38,9
20,8
24,2
10
14,1
16,6
21,4
28,1
20
44,6
44,5
30
27,7
30,7
40
32,6
43,0
50
31,4
35,5
60
Surplus/Deficit
9
Porsi Belanja Pemerintah dalam Nilai Total
Perekonomian relatif kecil, sekitar 15-16 % thd PDB,
termasuk untuk pembiayaan investasi
PDB Tahun 2017: Rp13.716 Triliun
Sumber Pembiayaan Investasi
2017: + Rp4.517 Triliun
APBN
15%
Non
APBN
85%
Internal
Funds
Korporasi
dan
lainnya
42%
Pemerinta
h
9%Perbanka
n
8%
Pasar
Modal
17%
PMA
PMDN
15%
Capex
BUMN
9%
Di tengah kondisi tersebut, APBN juga:
▪ Berdinamika tinggi sumber dananya tergantung pada
berbagai faktor eksternal dan internal
▪ Menghadapi “public goods problem” semua merasa memiliki
tetapi sedikit yang memelihara sustainabilitasnya
10
Anggaran Kesehatan Meningkat (5 persen dari APBN)
• meningkatkan supply side dan layanan, upaya
kesehatan promotif preventif, serta menjaga
keberlanjutan JKN
2018:
2017:
2016:
104,9
Pusat
81,5
65,9
(triliun rupiah)
111,0
111,0
92,3
2015:
Alokasi 2018
Transfer ke daerah
29,5
2014:
59,7
Sasaran Target (sementara)
0
0
0
0
0
0
Pertumbuhan (%)
8,6
29,6
29,6
40,1
10,3
10,3
40,1
13,7
5,8
Program Indonesia Sehat
92,4 juta jiwa
Kesertaan ber-KB melalui
peningkatan akses dan kualitas
pelayanan KBKR
1,8 juta orang
Penyediaan sarana fasilitas
kesehatan yang berkualitas
49 RS/Balkes
Imunisasi untuk anak
usia 0-11 bulan
92,5%
Sertifikasi obat dan makanan
74,0 ribu
74,0 ribu
Arah kebijakan
1.Meningkatkan dan memperbaiki distribusi faskes dan tenaga
kesehatan.
2.Penguatan program promotif dan preventif yang diarahkan untuk
penyakit tidak menular dan program untuk ibu hamil & menyusui.
3.Meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan program JKN.
4.Meningkatkan peran Pemda untuk supply side dan peningkatan
mutu layanan.
KEMENTERIAN KEUANGAN
Indikator Kesehatan
Stunting
28,8%
29,6%
Ketersediaan obat dan
vaksin di puskesmas
Persalinan di
fasilitas kesehatan
2017
2018
82%
81%
86%
83%
11
Mensinergikan Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah
Belanja Pemerintah
Pusat
Sinkronisasi K/L dan
Pemda
Transfer ke Daerah dan
Dan Desa
masih cukup tingginya belanja barang
aparatur/operasional (perjalanan dinas,
paket pertemuan, dan honorarium)
alokasi belanja pegawai lebih besar
dibandingkan dengan belanja modal
rendahnya efektivitas belanja barang
bantuan pemerintah dan bantuan sosial
dalam mengentaskan kemiskinan
penyerapan anggaran belum optimal
khususnya pada awal tahun anggaran
rendahnya kemampuan penyerapan
belanja kementerian/lembaga
dengan rata-rata hanya sebesar 88,3
persen dalam 7 tahun terakhir
Belum optimalnya sistem monitoring
pada K/L
Ketimpangan layanan publik antar
daerah
kesalahan tata kelola keuangan
daerah
12
POKOK BAHASAN
PELAKSANAAN PROGRAM JKN DAN
CAPAIANNYA
KEMENTERIAN KEUANGAN
13
Penyelenggaran Jaminan Sosial di Indonesia
Sebelum UU 40/2004 (UU SJSN)
Program
berdasarkan jenis
pekerjaan
Program
Kesehatan
Miskin dan tidak
mampu
PNS & TNI/Polri
Program
Ketenagakerjaan
Pekerja formal
lainnya
Pekerja formal
dan informal
PNS
TNI/Polri
Setelah UU SJSN dan UU 24/2011 (UU BPJS)
Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN)
Program Kesehatan
Program Ketenagakerjaan
dikelola oleh
BPJS Kesehatan
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK), Jaminan Hari Tua
(JHT), dan Jaminan Pensiun (JP) dikelola oleh BPJS Ketenagakerjaan
Seluruh warga
KEMENTERIAN KEUANGAN
Seluruh
pekerja
1
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)
Alat untuk mencapai Universal
Health Coverage (UHC) in 2019
Paket manfaat yang
komprehensif, sepanjang
terindikasi medis
Untuk kebutuhan dasar kesehatan: promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. No limits
Program asuransi kesehatan
sosial dengan skema kontributori
Semua orang membayar iuran
Menerapkan layanan berjenjang
Iuran orang miskin dan tidak mampu dibayar
oleh Pemerintah
Metode pembayaran:
Dimulai pada 1 Januari 2014
Kapitasi (pada primary care) dan case
payment Diagnostic Related Group (DRG)
(INA CBGs) (secondary and tertiary care)
Bersifat wajib bagi seluruh Warga
Negara Indonesia (secara
bertahap)
Model bisnis: dana wali amanat
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
Aset penyelenggara dipisahkan dari aset
program
15
Apa itu UHC?
“…menjamin seluruh penduduk mendapatkan layanan kesehatan yang dibutuhkan
dengan kualitas yang memadai dan efektif, tanpa menimbulkan kesulitan keuangan
(WHO)
Ada 3 dimensi dari UHC
Penduduk
Seluruh penduduk
diharapkan memiliki
jaminan atas layanan
kesehatan
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
Layanan
kesehatan
Jenis layanan kesehatan
yang dijamin adalah
komprehensif
Biaya yang
terjangkau
Biaya yang terjangkau
untuk mendapatkan
layanan kesehatan
16
Pencapaian Program JKN
JKN meningkatkan jumlah penduduk yang memiliki jaminan
kesehatan (dimensi kepesertaan dari UHC)
• Per 1 Des 2017, total peserta JKN 186,6 juta jiwa
• Jumlah orang miskin dan tidak mampu yang disubsidi: Jamkesmas
76,4 juta (2013), Penerima Bantuan Iuran JKN 92,4 juta (2017)
• Sektor informal JKN (PBPU)I: 24,7 juta jiwa. Sebagian besar
mereka, sebelum JKN, tidak memiliki jaminan kesehatan
JKN meningkatkan perlindungan atas seluruh penyakit,
khususnya atas penyakit katastropik (dimensi jenis layanan dari UHC)
•
Paket manfaat komprehensif, sepanjang terindikasi medis
JKN meningkatkan akses ke fasillitas kesehatan pada tingkat
biaya yang relatif sangat terjangkau (dimensi biaya, lebih terjangkau)
• Iuran terendah Rp25.500 (seharga rata-rata 2 bungkus rokok di
Jakarta)
• Untuk menjadi peserta tidak diperlukan screening
KEMENTERIAN KEUANGAN
17
POKOK BAHASAN
STRATEGI MENJAGA
KEBERLANGSUNGAN JKN
KEMENTERIAN KEUANGAN
18
Defisit Program JKN (1)
Defisit Financial Program JKN disebabkan oleh, a.l :
1. insurance effect dan adverse selection
2. Sebagian masyarakat (yang sehat) cenderung menunda atau menghindar
untuk menjadi peserta.
Karena hal-hal tersebut, biaya per orang per bulan (popb)
yang terjadi saat ini adalah biaya di atas yang semestinya
(apabila seluruh warga menjadi peserta)
Karena itu, selama 4 tahun pertama, Pemerintah
Pusat menetapkan besaran iuran pada tingkat
yang dinilai terjangkau (affordable) oleh warga
yang non-miskin
KEMENTERIAN KEUANGAN
2015
-3,3 T
-9,1 T
2016
Defisit
(Kumulatif)
Konsekuensi
Dukungan
Pemerintah
2014
2014
Dari Pengalihan
Aset PT Askes
2015 PMN Rp5T
2016
PMN
Rp6.8 T
-8,6 T
2017
APBNP: Cad
Belanja Rp3,6 T
Dukungan Pemerintah terhadap Pelaksanaan JKN
triliun rupiah
40,0
Dukungan Pemerintah tersebut berupa:
36,8
34,7
35,0
29,7
30,0
24,4
25,0
19,9
20,0
25,5
24,8
19,9
15,0
10,0
5,0
4,8
4,5
5,0
5,2
6,8
5,6
3,6
-
0,0
2014
2015
2016
APBNP 2017
PPU Pemerintah (PNS/TNI/Polri)
Penerima Bantuan Iuran (PBI)
Penyertaan Modal Negara (PMN)
Total
20
1. Pemerintah sebagai pemberi kerja
melakukan kewajibannya dengan
membayar 3% dari gaji per bulan
untuk iuran kepesertaan BPJS
Kesehatan bagi PNS/TNI dan Polri
2. Pemerintah secara konsisten
mendukung pelaksanaan Program JKN
dengan terus mengalokasikan bantuan
premi bagi 92,4 juta jiwa pada segmen
PBI dengan premi Rp23.000,-per jiwa
per bulan.
3. Pemerintah juga berupaya menjaga
sustainability program JKN dengan
memberikan suntikan dana untuk
mengatasi defisit financial DJS
Kesehatan baik melalui Penyertaan
Modal maupun melalui Bantuan
Pemerintah.
Upaya Pemerintah
(1)
Beberapa hal yang telah dan sedang dilaksanakan terkait
pengendalian Defisit BPJS Kesehatan Tahun 2017 dan 2018
1. Pencairan iuran PBI dimuka untuk Bulan November dan Desember 2017
(Rp4,2 T) telah dilaksanakan pada tanggal 6 Nov 2017
2. Pencairan dana Cadangan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
sebesar Rp3,6 T telah cair ke Rekening BPJS Kesehatan pada tanggal 30 Nov
2017
3. PMK tentang Tata Cara Pemotongan DAU/DBH atas Tunggakan Iuran Jaminan
Kesehatan Pemerintah Daerah sebagai tindak lanjut UU APBN 2018 (selesai
tanggal 30 Nov 2017)
4. Proses penyusunan Permenkeu tentang Biaya Operasional BPJS Kesehatan
a. Rakor Menkeu,Menkes, Ketua DJSN membahas kelayakan besaran biaya
Operasional BPJS Kesehatan tahun 2018 (undangan Kemenkeu c.q DJA PIC Dit HPP)
b. Penetapan Permenkeu tentang Biaya Operasional BPJS Kesehatan paling lambat 1
bulan sebelum tahun anggaran berjalan
c. Sudah dilakukan rapat teknis internal DJA pada tanggal 29 November 2017, dan
diusulkan batas maksimal 4,8% sebagaimana hasil RTM di Kemenko PMK
21
KEMENTERIAN KEUANGAN
Upaya Pemerintah
(2)
5. Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT) dalam
mendukung program JKN
a. Dukungan tidak secara langsung menutup defisit BPJS Kesehatan, melainkan melalui
perbaikan supply side JKN (kuantitas dan kualitas fasilitas kesehatan)
b. Besaran dukungan adalah 50% dari DBH CHT
c. PMK mengenai penggunaan DBH CHT ini ditargetkan selesai pada akhir Desember
2017
6. Proses revisi Perpres 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan
a. Revisi substansi yang akan diatur, antara lain:
i. Perbaikan manajemen klaim faskes (mitigasi fraud)
ii. Penyesuaian batas atas pengenaan iuran
iii. Perbaikan sistem rujukan dan rujuk balik (optimalisasi Dana kapitasi)
iv. Cost sharing penyakit dengan potensi moral hazard (10%)
v. Strategic purchasing
vi. Dukungan Pemda melalui dana hasil Pajak Rokok
b. Dukungan Pemda pada poin vi tersebut, dilakukan melalui pemotongan di depan
sebesar 75% dari 50% (35%) dari penerimaan Pajak Rokok setiap Daerah sebagai
bantuan untuk mendukung keberlangsungan program JKN. PMK tentang Tata Cara
Pemotongan-nya dilakukan setelah diterbitkan Revisi Perpres tersebut.
22
KEMENTERIAN KEUANGAN
Upaya Pemerintah
c.
(3)
Substansi lebih detail akan dibahas bersama antara Kemenkeu dengan
DJSN, Kemenkes, dan BPJS Kesehatan
d. Unit Eselon I Kemenkeu yang terkait DJA (Dit HPP), DJPB (Dit. SP), BKF
(PKSK dan PKAPBN), DJPPR (Dit PRKN), DJPK (Dit PKKD), DJBC (Dit. TF
Cukai), Setjen (Biro Hukum) dan akan dikoordinasi oleh Staf Ahli KRJKPM
7. Proses penyelesaian Revisi PP Perubahan kedua atas PP 87/2013 tentang
pengelolaan aset jaminan sosial kesehatan
a. Menkeu telah menyampaikan izin prakarsa kepada Presiden pada tanggal 19
September 2017
b. Substansi telah dibahas antar Kementerian
(Kemenkes,Kemenkumham,Setneg, dan Kemenkeu.
c. Tindak Lanjut hasil pembahasan akan dilakukan oleh Staf Ahli KRJKPM
dengan dibantu Dirjen KN (izin prakarsa dari Presiden telah diterima)
23
KEMENTERIAN KEUANGAN
TANTANGAN DAN UPAYA PERBAIKAN PROGRAM JKN
TANTANGAN
UPAYA PERBAIKAN
1. Belum terbentuknya
risk pool yang ideal
1. Mendorong percepatan kepesertaan khususnya pada sektor formal dan
PBPU & BP (informal) dan peningkatan kepatuhan peserta dalam
membayar iuran antara lain dengan mengkaitkan kewajiban
kepesertaan dengan layanan publik
2. Tingkat kolektibilitas
iuran yang
belum
optimal
3. Peran
Fasilitas
Kesehatan
Tingkat
Pertama
(FKTP)
sebagai gatekeeper
belum optimal
4. Kualitas
layanan
perlu ditingkatkan
5. Keterbatasan jumlah
serta
tidak
meratanya distribusi
faskes dan tenaga
kesehatan
KEMENTERIAN KEUANGAN
•
•
Enforcement kepada seluruh Badan Usaha untuk mendaftarkan seluruh
pegawainya sebagai peserta JKN
Bekerja sama dengan PLN sehingga kelompok pelanggan golongan rumah
tangga dengan daya 1300-2.200 watt didorong untuk menjadi peserta JKN
2. Meningkatkan supply side, ketersediaan dan pemerataan distribusi faskes
serta tenaga kesehatan dengan mendorong partisipasi faskes swasta
3. Memperkuat peran FKTP sebagai gat keeper untuk memastikan sistem
rujukan berjenjang berjalan optimal dengan memperbaiki sistem kapitasi
4. Meningkatkan kualitas layanan kesehatan untuk meningkatkan kepuasan
peserta atas layanan kesehatan, mengurangi antrian panjang dan waktu
tunggu yang lama
5. Meningkatkan akses ke faskes khususnya bagi PBI JKN melalui edukasi
masyarakat dan mendirikan faskes yang mudah dijangkau oleh
masyarakat
6. Penerapan waiting period secara wajar, khususnya bagi peserta
reinstatement (yang pernah menunggak dan ingin aktif kembali)
7. Peningkatan kualitas verifikasi melalui penerapan IT based verification
system dan peningkatan kualitas verifikator BPJS Kesehatan
8. Penerapan strategic purchasing dengan memperkuat peran BPJS
Kesehaan dalam bernegosiasi dengan penyedia jasa layanan terkait
layanan yang diberikan
9. Penerapan co-payment atau deductible cost
10. Peningkatan efisiensi dana operasional
24
PENUTUP
Pemerintah mempunyai komitmen untuk menjaga
kelangsungan JKN, melalui supply-demand side, dan upaya
kesehatan promotif-preventif
Dukungan pemerintah dengan tetap menjaga keseimbangan
antara kesinambungan program JKN, kesinambungan
pelaksaan program, dan kesinambungan fiskal
Pemerintah mempunyai keterbatasan anggaran, sehingga
perlu sinergitas antara pemerintah pusat - pemerintah
daerah – BPJSK - fasilitas kesehatan
KEMENTERIAN KEUANGAN
25
TERIMA KASIH
KEMENTERIAN KEUANGAN
26
REPUBLIK INDONESIA
STRATEGI PEMERINTAH UNTUK
MENJAMIN KEBERLANGSUNGAN
PROGRAM JKN
PURWANTO
Direktur Anggaran Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan
Diskusi Panel Stakeholder Jaminan Kesehatan Nasional
Jakarta, 12 Desember 2017
POKOK BAHASAN
Pendahuluan
TANTANGAN APBN TAHUN 2018
PELAKSANAAN PROGRAM JKN DAN
CAPAIANNYA
STRATEGI MENJAGA
KEBERLANGSUNGAN JKN
KEMENTERIAN KEUANGAN
2
Pendahuluan
KEMENTERIAN KEUANGAN
3
FOKUS APBN 2018
OPTIMALISASI DAN
REFORMASI
PENERIMAAN
NEGARA
EFISIENSI DAN
KUALITAS BELANJA
PRIORITAS
Pengurangan Kemiskinan
Pajak
Pengurangan Kesenjangan
Kepabeanan dan Cukai
Penciptaan Kesempatan Kerja
PNBP
JAGA MOMENTUM
EKONOMI DAN
KEPERCAYAAN
RAKYAT
Keberlanjutan Pembiayaan
Utang terkendali
Pertumbuhan lebih baik
4
APBN Tahun 2018 Ditujukan Untuk
Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi
Yang Berkeadilan
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
9,5-10,0%
Tingkat Kemiskinan
2017
Realisasi s.d Maret:
10,64%
5,4%
2017
Outlook: 5,1%
5,0-5,3%
0,38
Tingkat Pengangguran
Gini Ratio
2017
Realisasi s.d Agustus:
5,5%
2017
Realisasi s.d Maret :
0,393
5
5
Harmonisasi Antara Proses Teknokratis dan Politis
Perlu Dijaga Untuk Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat
Teknokrat
Tantangan
• Analisa data dan kondisi
ekonomi
• Prioritas Pembangunan
• Desain penerimaan,
belanja, dan pembiayaan
Politis
•
•
•
•
Janji politik
proses kabinet
proses DPR dan DPD
proses daerah
Tata Kelola
• Kecepatan vs
governance
• Transparansi &
Tantangan
akuntabilitas
• Kepatuhan vs Pragmatis
FUNGSI ALOKASI, DISTRIBUSI, DAN STABILISASI
KESEJAHTERAAN RAKYAT
6
POKOK BAHASAN
TANTANGAN APBN TAHUN 2018
KEMENTERIAN KEUANGAN
7
Tantangan Perencanaan APBN :
Menjaga Kredibilitas
8
Ruang Fiskal Masih Dibatasi Oleh Pendapatan
(perpajakan dan non Pajak)
Tingkat Pendapatan dan Belanja Indonesia relatif lebih rendah dibanding negara lain
Posisi Fiskal Negara – Negara 2016 (general government, % of GDP)
Menjadi tantangan sekaligus prestasi
Revenue
Pendapatan
Expenditure
Belanja
-6,5
Vietnam
22,9
29,5
-4,1
United States
Sumber: IMF, diolah
-3,3
United Kingdom
22,3
22,7
-0,4
Thailand
22,0
19,6
2,4
Singapore
19,3
19,7
-0,4
Philippines
Norway
-3,4
Malaysia
-5,2
Japan
3,0
-2,5
Indonesia
India
-6,7
-10,4
Brazil
-20
-3,0
0,1
Germany
-10
China
0
36,3
39,6
53,1
50,1
33,7
38,9
20,8
24,2
10
14,1
16,6
21,4
28,1
20
44,6
44,5
30
27,7
30,7
40
32,6
43,0
50
31,4
35,5
60
Surplus/Deficit
9
Porsi Belanja Pemerintah dalam Nilai Total
Perekonomian relatif kecil, sekitar 15-16 % thd PDB,
termasuk untuk pembiayaan investasi
PDB Tahun 2017: Rp13.716 Triliun
Sumber Pembiayaan Investasi
2017: + Rp4.517 Triliun
APBN
15%
Non
APBN
85%
Internal
Funds
Korporasi
dan
lainnya
42%
Pemerinta
h
9%Perbanka
n
8%
Pasar
Modal
17%
PMA
PMDN
15%
Capex
BUMN
9%
Di tengah kondisi tersebut, APBN juga:
▪ Berdinamika tinggi sumber dananya tergantung pada
berbagai faktor eksternal dan internal
▪ Menghadapi “public goods problem” semua merasa memiliki
tetapi sedikit yang memelihara sustainabilitasnya
10
Anggaran Kesehatan Meningkat (5 persen dari APBN)
• meningkatkan supply side dan layanan, upaya
kesehatan promotif preventif, serta menjaga
keberlanjutan JKN
2018:
2017:
2016:
104,9
Pusat
81,5
65,9
(triliun rupiah)
111,0
111,0
92,3
2015:
Alokasi 2018
Transfer ke daerah
29,5
2014:
59,7
Sasaran Target (sementara)
0
0
0
0
0
0
Pertumbuhan (%)
8,6
29,6
29,6
40,1
10,3
10,3
40,1
13,7
5,8
Program Indonesia Sehat
92,4 juta jiwa
Kesertaan ber-KB melalui
peningkatan akses dan kualitas
pelayanan KBKR
1,8 juta orang
Penyediaan sarana fasilitas
kesehatan yang berkualitas
49 RS/Balkes
Imunisasi untuk anak
usia 0-11 bulan
92,5%
Sertifikasi obat dan makanan
74,0 ribu
74,0 ribu
Arah kebijakan
1.Meningkatkan dan memperbaiki distribusi faskes dan tenaga
kesehatan.
2.Penguatan program promotif dan preventif yang diarahkan untuk
penyakit tidak menular dan program untuk ibu hamil & menyusui.
3.Meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan program JKN.
4.Meningkatkan peran Pemda untuk supply side dan peningkatan
mutu layanan.
KEMENTERIAN KEUANGAN
Indikator Kesehatan
Stunting
28,8%
29,6%
Ketersediaan obat dan
vaksin di puskesmas
Persalinan di
fasilitas kesehatan
2017
2018
82%
81%
86%
83%
11
Mensinergikan Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah
Belanja Pemerintah
Pusat
Sinkronisasi K/L dan
Pemda
Transfer ke Daerah dan
Dan Desa
masih cukup tingginya belanja barang
aparatur/operasional (perjalanan dinas,
paket pertemuan, dan honorarium)
alokasi belanja pegawai lebih besar
dibandingkan dengan belanja modal
rendahnya efektivitas belanja barang
bantuan pemerintah dan bantuan sosial
dalam mengentaskan kemiskinan
penyerapan anggaran belum optimal
khususnya pada awal tahun anggaran
rendahnya kemampuan penyerapan
belanja kementerian/lembaga
dengan rata-rata hanya sebesar 88,3
persen dalam 7 tahun terakhir
Belum optimalnya sistem monitoring
pada K/L
Ketimpangan layanan publik antar
daerah
kesalahan tata kelola keuangan
daerah
12
POKOK BAHASAN
PELAKSANAAN PROGRAM JKN DAN
CAPAIANNYA
KEMENTERIAN KEUANGAN
13
Penyelenggaran Jaminan Sosial di Indonesia
Sebelum UU 40/2004 (UU SJSN)
Program
berdasarkan jenis
pekerjaan
Program
Kesehatan
Miskin dan tidak
mampu
PNS & TNI/Polri
Program
Ketenagakerjaan
Pekerja formal
lainnya
Pekerja formal
dan informal
PNS
TNI/Polri
Setelah UU SJSN dan UU 24/2011 (UU BPJS)
Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN)
Program Kesehatan
Program Ketenagakerjaan
dikelola oleh
BPJS Kesehatan
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK), Jaminan Hari Tua
(JHT), dan Jaminan Pensiun (JP) dikelola oleh BPJS Ketenagakerjaan
Seluruh warga
KEMENTERIAN KEUANGAN
Seluruh
pekerja
1
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)
Alat untuk mencapai Universal
Health Coverage (UHC) in 2019
Paket manfaat yang
komprehensif, sepanjang
terindikasi medis
Untuk kebutuhan dasar kesehatan: promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. No limits
Program asuransi kesehatan
sosial dengan skema kontributori
Semua orang membayar iuran
Menerapkan layanan berjenjang
Iuran orang miskin dan tidak mampu dibayar
oleh Pemerintah
Metode pembayaran:
Dimulai pada 1 Januari 2014
Kapitasi (pada primary care) dan case
payment Diagnostic Related Group (DRG)
(INA CBGs) (secondary and tertiary care)
Bersifat wajib bagi seluruh Warga
Negara Indonesia (secara
bertahap)
Model bisnis: dana wali amanat
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
Aset penyelenggara dipisahkan dari aset
program
15
Apa itu UHC?
“…menjamin seluruh penduduk mendapatkan layanan kesehatan yang dibutuhkan
dengan kualitas yang memadai dan efektif, tanpa menimbulkan kesulitan keuangan
(WHO)
Ada 3 dimensi dari UHC
Penduduk
Seluruh penduduk
diharapkan memiliki
jaminan atas layanan
kesehatan
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
Layanan
kesehatan
Jenis layanan kesehatan
yang dijamin adalah
komprehensif
Biaya yang
terjangkau
Biaya yang terjangkau
untuk mendapatkan
layanan kesehatan
16
Pencapaian Program JKN
JKN meningkatkan jumlah penduduk yang memiliki jaminan
kesehatan (dimensi kepesertaan dari UHC)
• Per 1 Des 2017, total peserta JKN 186,6 juta jiwa
• Jumlah orang miskin dan tidak mampu yang disubsidi: Jamkesmas
76,4 juta (2013), Penerima Bantuan Iuran JKN 92,4 juta (2017)
• Sektor informal JKN (PBPU)I: 24,7 juta jiwa. Sebagian besar
mereka, sebelum JKN, tidak memiliki jaminan kesehatan
JKN meningkatkan perlindungan atas seluruh penyakit,
khususnya atas penyakit katastropik (dimensi jenis layanan dari UHC)
•
Paket manfaat komprehensif, sepanjang terindikasi medis
JKN meningkatkan akses ke fasillitas kesehatan pada tingkat
biaya yang relatif sangat terjangkau (dimensi biaya, lebih terjangkau)
• Iuran terendah Rp25.500 (seharga rata-rata 2 bungkus rokok di
Jakarta)
• Untuk menjadi peserta tidak diperlukan screening
KEMENTERIAN KEUANGAN
17
POKOK BAHASAN
STRATEGI MENJAGA
KEBERLANGSUNGAN JKN
KEMENTERIAN KEUANGAN
18
Defisit Program JKN (1)
Defisit Financial Program JKN disebabkan oleh, a.l :
1. insurance effect dan adverse selection
2. Sebagian masyarakat (yang sehat) cenderung menunda atau menghindar
untuk menjadi peserta.
Karena hal-hal tersebut, biaya per orang per bulan (popb)
yang terjadi saat ini adalah biaya di atas yang semestinya
(apabila seluruh warga menjadi peserta)
Karena itu, selama 4 tahun pertama, Pemerintah
Pusat menetapkan besaran iuran pada tingkat
yang dinilai terjangkau (affordable) oleh warga
yang non-miskin
KEMENTERIAN KEUANGAN
2015
-3,3 T
-9,1 T
2016
Defisit
(Kumulatif)
Konsekuensi
Dukungan
Pemerintah
2014
2014
Dari Pengalihan
Aset PT Askes
2015 PMN Rp5T
2016
PMN
Rp6.8 T
-8,6 T
2017
APBNP: Cad
Belanja Rp3,6 T
Dukungan Pemerintah terhadap Pelaksanaan JKN
triliun rupiah
40,0
Dukungan Pemerintah tersebut berupa:
36,8
34,7
35,0
29,7
30,0
24,4
25,0
19,9
20,0
25,5
24,8
19,9
15,0
10,0
5,0
4,8
4,5
5,0
5,2
6,8
5,6
3,6
-
0,0
2014
2015
2016
APBNP 2017
PPU Pemerintah (PNS/TNI/Polri)
Penerima Bantuan Iuran (PBI)
Penyertaan Modal Negara (PMN)
Total
20
1. Pemerintah sebagai pemberi kerja
melakukan kewajibannya dengan
membayar 3% dari gaji per bulan
untuk iuran kepesertaan BPJS
Kesehatan bagi PNS/TNI dan Polri
2. Pemerintah secara konsisten
mendukung pelaksanaan Program JKN
dengan terus mengalokasikan bantuan
premi bagi 92,4 juta jiwa pada segmen
PBI dengan premi Rp23.000,-per jiwa
per bulan.
3. Pemerintah juga berupaya menjaga
sustainability program JKN dengan
memberikan suntikan dana untuk
mengatasi defisit financial DJS
Kesehatan baik melalui Penyertaan
Modal maupun melalui Bantuan
Pemerintah.
Upaya Pemerintah
(1)
Beberapa hal yang telah dan sedang dilaksanakan terkait
pengendalian Defisit BPJS Kesehatan Tahun 2017 dan 2018
1. Pencairan iuran PBI dimuka untuk Bulan November dan Desember 2017
(Rp4,2 T) telah dilaksanakan pada tanggal 6 Nov 2017
2. Pencairan dana Cadangan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
sebesar Rp3,6 T telah cair ke Rekening BPJS Kesehatan pada tanggal 30 Nov
2017
3. PMK tentang Tata Cara Pemotongan DAU/DBH atas Tunggakan Iuran Jaminan
Kesehatan Pemerintah Daerah sebagai tindak lanjut UU APBN 2018 (selesai
tanggal 30 Nov 2017)
4. Proses penyusunan Permenkeu tentang Biaya Operasional BPJS Kesehatan
a. Rakor Menkeu,Menkes, Ketua DJSN membahas kelayakan besaran biaya
Operasional BPJS Kesehatan tahun 2018 (undangan Kemenkeu c.q DJA PIC Dit HPP)
b. Penetapan Permenkeu tentang Biaya Operasional BPJS Kesehatan paling lambat 1
bulan sebelum tahun anggaran berjalan
c. Sudah dilakukan rapat teknis internal DJA pada tanggal 29 November 2017, dan
diusulkan batas maksimal 4,8% sebagaimana hasil RTM di Kemenko PMK
21
KEMENTERIAN KEUANGAN
Upaya Pemerintah
(2)
5. Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT) dalam
mendukung program JKN
a. Dukungan tidak secara langsung menutup defisit BPJS Kesehatan, melainkan melalui
perbaikan supply side JKN (kuantitas dan kualitas fasilitas kesehatan)
b. Besaran dukungan adalah 50% dari DBH CHT
c. PMK mengenai penggunaan DBH CHT ini ditargetkan selesai pada akhir Desember
2017
6. Proses revisi Perpres 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan
a. Revisi substansi yang akan diatur, antara lain:
i. Perbaikan manajemen klaim faskes (mitigasi fraud)
ii. Penyesuaian batas atas pengenaan iuran
iii. Perbaikan sistem rujukan dan rujuk balik (optimalisasi Dana kapitasi)
iv. Cost sharing penyakit dengan potensi moral hazard (10%)
v. Strategic purchasing
vi. Dukungan Pemda melalui dana hasil Pajak Rokok
b. Dukungan Pemda pada poin vi tersebut, dilakukan melalui pemotongan di depan
sebesar 75% dari 50% (35%) dari penerimaan Pajak Rokok setiap Daerah sebagai
bantuan untuk mendukung keberlangsungan program JKN. PMK tentang Tata Cara
Pemotongan-nya dilakukan setelah diterbitkan Revisi Perpres tersebut.
22
KEMENTERIAN KEUANGAN
Upaya Pemerintah
c.
(3)
Substansi lebih detail akan dibahas bersama antara Kemenkeu dengan
DJSN, Kemenkes, dan BPJS Kesehatan
d. Unit Eselon I Kemenkeu yang terkait DJA (Dit HPP), DJPB (Dit. SP), BKF
(PKSK dan PKAPBN), DJPPR (Dit PRKN), DJPK (Dit PKKD), DJBC (Dit. TF
Cukai), Setjen (Biro Hukum) dan akan dikoordinasi oleh Staf Ahli KRJKPM
7. Proses penyelesaian Revisi PP Perubahan kedua atas PP 87/2013 tentang
pengelolaan aset jaminan sosial kesehatan
a. Menkeu telah menyampaikan izin prakarsa kepada Presiden pada tanggal 19
September 2017
b. Substansi telah dibahas antar Kementerian
(Kemenkes,Kemenkumham,Setneg, dan Kemenkeu.
c. Tindak Lanjut hasil pembahasan akan dilakukan oleh Staf Ahli KRJKPM
dengan dibantu Dirjen KN (izin prakarsa dari Presiden telah diterima)
23
KEMENTERIAN KEUANGAN
TANTANGAN DAN UPAYA PERBAIKAN PROGRAM JKN
TANTANGAN
UPAYA PERBAIKAN
1. Belum terbentuknya
risk pool yang ideal
1. Mendorong percepatan kepesertaan khususnya pada sektor formal dan
PBPU & BP (informal) dan peningkatan kepatuhan peserta dalam
membayar iuran antara lain dengan mengkaitkan kewajiban
kepesertaan dengan layanan publik
2. Tingkat kolektibilitas
iuran yang
belum
optimal
3. Peran
Fasilitas
Kesehatan
Tingkat
Pertama
(FKTP)
sebagai gatekeeper
belum optimal
4. Kualitas
layanan
perlu ditingkatkan
5. Keterbatasan jumlah
serta
tidak
meratanya distribusi
faskes dan tenaga
kesehatan
KEMENTERIAN KEUANGAN
•
•
Enforcement kepada seluruh Badan Usaha untuk mendaftarkan seluruh
pegawainya sebagai peserta JKN
Bekerja sama dengan PLN sehingga kelompok pelanggan golongan rumah
tangga dengan daya 1300-2.200 watt didorong untuk menjadi peserta JKN
2. Meningkatkan supply side, ketersediaan dan pemerataan distribusi faskes
serta tenaga kesehatan dengan mendorong partisipasi faskes swasta
3. Memperkuat peran FKTP sebagai gat keeper untuk memastikan sistem
rujukan berjenjang berjalan optimal dengan memperbaiki sistem kapitasi
4. Meningkatkan kualitas layanan kesehatan untuk meningkatkan kepuasan
peserta atas layanan kesehatan, mengurangi antrian panjang dan waktu
tunggu yang lama
5. Meningkatkan akses ke faskes khususnya bagi PBI JKN melalui edukasi
masyarakat dan mendirikan faskes yang mudah dijangkau oleh
masyarakat
6. Penerapan waiting period secara wajar, khususnya bagi peserta
reinstatement (yang pernah menunggak dan ingin aktif kembali)
7. Peningkatan kualitas verifikasi melalui penerapan IT based verification
system dan peningkatan kualitas verifikator BPJS Kesehatan
8. Penerapan strategic purchasing dengan memperkuat peran BPJS
Kesehaan dalam bernegosiasi dengan penyedia jasa layanan terkait
layanan yang diberikan
9. Penerapan co-payment atau deductible cost
10. Peningkatan efisiensi dana operasional
24
PENUTUP
Pemerintah mempunyai komitmen untuk menjaga
kelangsungan JKN, melalui supply-demand side, dan upaya
kesehatan promotif-preventif
Dukungan pemerintah dengan tetap menjaga keseimbangan
antara kesinambungan program JKN, kesinambungan
pelaksaan program, dan kesinambungan fiskal
Pemerintah mempunyai keterbatasan anggaran, sehingga
perlu sinergitas antara pemerintah pusat - pemerintah
daerah – BPJSK - fasilitas kesehatan
KEMENTERIAN KEUANGAN
25
TERIMA KASIH
KEMENTERIAN KEUANGAN
26