KEARIFAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “Kearifan Dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam” ini dengan baik.
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar para pembaca mengetahui pengertian Tentang Kearifan Sumber
Daya Alam.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesan “sempurna”. Makalah ini masih memiliki
banyak kekurangan baik dalam tata bahasa maupun dalam materi yang kami sampaikan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran untuk kepentingan di masa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bernanfaat bagi para pembaca.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………..

1

DAFTAR ISI…………………………………………………………..………

2

BABI Pendahuluan……………………………………………………………


3

1.1 Latar belakang…………………………………………………….............

3

1.2 Rumusan masalah…………………………………………………..............

3

1.3 Tujuan makalah…………………………………………………… ...........
BABII Pembahasan……………………………………………………………
2.1 Kegiatan Pertanian Yang Berkelanjutan………………………….

4

2.2 Kegiatan Pertambangan Yang Berkelanjutan …………………...

7


2.3 Kegiatan Industri Yang berkelanjutan……………………………

11

2.4 kegiatan Pariwisata Yang Berkelanjutan…………………………

13

2.5 Pemanfaatan Sumber Daya Alam dengan Prinsip Ekoefisiensi…

16

2.6 Amdal dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam…………………

18

2.7 Sertifikasi Ekolabel………………………………………………..
3.1 Kesimpulan……………………………………………………….


26

3.2 Kritik dan Saran………………………………………………….

26

PENDAHULUAN

4

22

BABIII Penutup……………………………………………………………….

BAB I

3

26


1.1 LATAR BELAKANG
Sumber daya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam hayati,
sumberdaya alam non hayati dan sumberdaya buatan, merupakan salah satu aset yang dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sebagai modal dasar pembangunan
sumberdaya alam harus dimanfaatkan sepenuh-penuhnya tetapi dengan cara-cara yang tidak
merusak, bahkan sebaliknya, cara-cara yang dipergunakan harus dipilih yang dapat memelihara
dan mengembangkan agar modal dasar tersebut makin besar manfaatnya untuk pembangunan
lebih lanjut di masa mendatang.
Dalam memanfaatkan sumber daya alam, manusia perlu berdasar pada prinsip ekoefisiensi.
Artinya tidak merusak ekosistem, pengambilan secara efisien dalam memikirkan kelanjutan
SDM. Pembangunan yang berkelanjutan bertujuan pada terwujudnya keberadaan sumber daya
alam untuk mendukung kesejahteraan manusia. Maka prioritas utama pengelolaan adalah upaya
pelestarian lingkungan, supaya dapat mendukung kehidupan makhluk hidup. Bila sumber daya
alam rusak atau musnah kehidupan bisa terganggu.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kegiatan pertanian?
2. Apa yang dimaksud dengan usaha pertambangan?
3. Penjelasan tentang pengertian kegiatan industri?
4. Apa yang dimaksud dengan kegiatan pariwisata?
5. Apa yang dimaksud pemanfaatan sumber daya alam yang berprinsip ekoefisiensi?

1.3 Tujuan makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu dapat mengetahui klasifikasi sumber daya alam
dan manfaatnya serta upaya yang dapat dilakukan untuk mengelola sumber daya alam tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1KEGIATAN PERTANIAN YANG BERKELANJUTAN
Pertanian Berkelanjutan Suatu Konsep Pemikiran Masa Depan. Pertanian berkelanjutan
adalah pertanian yang berlanjut untuk saat ini, saat yang akan datang dan selamanya. Artinya
pertanian tetap ada dan bermanfaat bagi semuanya dan tidak menimbulkan bencana bagi
semuanya.
Jadi dengan kata lain pertanian yang bisa dilaksanakan saat ini, saat yang akan datang dan
menjadi warisan yang berharga bagi anak cucu kita.
Menurut Gips, suatu sistem pertanian itu bisa disebut berkelanjutan jika memiliki sifat-sifat sbb:
1. Mampertahankan fungsi ekologis, artinya tidak merusak ekologi pertanian itu sendiri
2. Berlanjut secara ekonomis artinya mampu memberikan nilai yang layak bagi pelaksana
pertanian itu dan tidak ada pihak yang diekploitasi. Masing-masing pihak mendapatkan
hak sesuai dengan partisipasinya
3. Adil berarti setiap pelaku pelaksanan pertanian mendapatkan hak-haknya tanpa dibatasi

dan dibelunggu dan tidak melanggar hal yang lain
4. Manusiawi artinya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dimana harkat dan
martabat manusia dijunjung tinggi termasuk budaya yang telah ada
5. Luwes yang berarri mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini, dengan
demikian pertanian berkelanjutan tidak statis tetapi dinamis bisa mengakomodir
keinginan konsumen maupun produsen.
6. Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang
dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui
(unrenewable resources), untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak
negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud

meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya.
Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan
produk hayati yang ramah terhadap lingkungan.
Pertanian organik merupakan salah satu bagian pendekatan pertanian berkelanjutan, yang di
dalamnya meliputi berbagai teknik sistem pertanian, seperti tumpangsari (intercropping),
penggunaan mulsa, penanganan tanaman dan pasca panen. Pertanian organik memiliki ciri khas
dalam hukum dan sertifikasi, larangan penggunaan bahan sintetik, serta pemeliharaan
produktivitas tanah.
The International Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM) menyatakan bahwa

pertanian organik bertujuan untuk:
a)

menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dengan kuantitas memadai,

b)

membudidayakan tanaman secara alami,

c)

mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologis dalam ekosistem pertanian,

d)

memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah jangka panjang,

e)

menghindarkan seluruh bentuk cemaran yang diakibatkan penerapan teknik pertanian,


f)

memelihara keragaman genetik sistem pertanian dan sekitarnya, serta

g)

mempertimbangkan dampak sosial dan ekologis yang lebih luas dalam sistem usaha tani.

Beberapa kegiatan yang diharapkan dapat menunjang dan memberikan kontribusi dalam
meningkatkan keuntungan harmonisasai produktivitas pertanian dalam jangka panjang,
meningkatkan kualitas lingkungan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat tani adalah
sebagai berikut:
(1) pengendalian hama terpadu, (2) aplikasi sistem rotasi dan budidaya rumput, (3) konservasi
lahan, (4) menjaga kualitas air/lahan basah, (5) aplikasi tanaman pelindung, (6) diversifikasi
lahan dan tanaman, (7) pengelolaan nutrisi tanaman, (8) agroforestri (wana tani), (9) manajemen
pemasaran, dan (10) audit dan evaluasi manajemen pertanian secara terpadu dan holistik.
Berdasarkan penjabaran yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa
pertanian organik merupakan salah satu teknologi alternatif pertanian yang memberikan berbagai
hal positif, yang dapat diterapkan pada usaha tani, sehingga produk-produk hasil pertanian dapat


bernilai komersial tinggi, menjamin pemenuhan kebutuhan pangan dan keamanan pangan, dan
dapat memberikan kesadaran masyarakat dan petani khususnya dalam melestarikan ekosistem
lingkungan. Oleh karena itu, untuk menerapkan sistem pertanian ramah lingkungan yang
harmonis dan berkelanjutan, perlu dilakukan upaya antara lain : (1) sosialisasi pemasyarakatan
mengenai pentingnya pertanian yang ramah lingkungan, (2) penggalakkan konsumsi produk
hasil pertanian organik, (3) diperlukan lebih banyak kajian/penelitian untuk mendapatkan produk
organik yang berkualitas tinggi. Oleh karena itu perlu ditekankan bahwa usaha tani yang
berorientasi pasar global perlu menekankan aspek kualitas, keamanan, kuantitas dan harga yang
bersaing.
Salah satu alasan mengapa harus berlanjut adalah pengalaman selama ini dimana input tinggi
telah menyebabkan degradasi lahan secara nyata. Sebagai contoh penggunaan pestisida yang
berlebihan menyebabkan resurgensi, resistensi dan munculnya hama penyakit sekunder.
Penggunaan pupuk yang berlebihan malah menyebabkan pertemubuhan vegetatif yang tak
diinginkan dan di daerah hilir menyebabkan eutrifikasi (suburnya perairan akibat akumulai hara
oleh aliran air). Lahan sebagai penopang utama telah rusak, maka akan sangat mahal biaya yang
harus dikeluarkan dan dimasa yang akan datang anak cucu hanya ditinggali barang sisa kurang
bermutu.
Pada hal harapakn kita semua generasi yang akan datang harus lebih baik daripada generasi saat
ini.

Langkah yang bisa ditempuh adalah pertama meningkatkan kesadaran pertanian berkelanjutan.
Kedua setiap pihak yang berkait dengan pertanian melaksanakan prinsip-prinsip pertanian
berkelanjutan. Ketiga dukungan konsumen yang tidak mengkonsumsi produk pertanian yang
tidak ramah lingkungan.
Langkah operasional yang bisa dilaksanakan adalah : melaksanakan pengolahan tanam minimal,
sebanyak mungkin menggunakan pupuk organik, melaksanakan pengendalian hama penyakit
dengan bahan yang ramah lingkungan.
Definisi komprehensif bagi pertanian berkelanjutan meliputi komponen-komponen fisik, biologi
dan sosioekonomi, yang direpresentasikan dengan sistem pertanian yang melaksanakan
pengurangan input bahan-bahan kimia dibandingkan pada sistem pertanian tradisional, erosi
tanah terkendali, dan pengendalian gulma, memiliki efisiensi kegiatan pertanian (on-farm) dan

bahan-bahan input maksimum, pemeliharaan kesuburan tanah dengan menambahkan nutrisi
tanaman, dan penggunaan dasar-dasar biologi pada pelaksanaan pertanian.
2.2KEGIATAN PERTAMBANGAN YANG BERKELANJUTAN
Banyak pihak yang masih memiliki keraguan bahwa bisnis pertambangan apapun dapat menjadi
berkelanjutan. Tetapi untuk Bukit Asam, menjalankan bisnis yang berkelanjutan merupakan
sebuah investasi jangka panjang.
Sebagai perusahaan batubara milik negara yang berubah menjadi perusahaan publik pada
Desember 2002, Bukit Asam telah menyadari pentingnya menjaga kepercayaan investor. Itu

sebabnya prinsip berkelanjutan dianggap sebagai hal yang penting.
Prinsip tersebut telah terbukti dengan berbagai penghargaan baru yang dikumpulkan oleh
perusahaan di ajang Penghargaan Bisnis Berkelanjutan Tahunan kedua yang diadakan sebagai
bagian dari KTT Indonesia: Bisnis untuk Lingkungan, saat November lalu.
Bukit Asam berhasil memenangkan dua penghargaan dalam industri pertambangan dan logam
beserta prestasi khusus sebagai “Juara Umum”.

Bukit Asam telah menjalankan bisnis pertambangan batubara sejak 1981 dan memiliki tiga situs,
yaitu di Tanjung Enim yang terletak 200 kilometer arah barat laut kota Palembang, Sumatera
Utara, dan di Ombilin, Sawahlunto, yang terletak 90 kilometer arah tenggara Padang, Sumatra
Barat. Sekarang, Bukit Asam juga beroperasi dekat Samarinda, Kalimantan Timur.
Dengan mengelola sekitar 90 hektar, Bukit Asam memproduksi 7,3 milyar metrik ton batubara
yang didistribusikan ke dalam dan luar negeri. “Penghargaan Bisnis Berkelanjutan” adalah
kompetisi tahunan yang mengukur seberapa jauh perusahaan melakukan prinsip berkelanjutan
dalam bisnisnya.
Dengan penghargaan tersebut, Bukit Asam telah menunjukkan bahwa sebuah perusahaan lokal
dapat lebih unggul dibandingkan perusahaan multinasional seperti Total, Holcim, dan Nestle.
“Kita mengerti bahwa penambangan bisa merusak alam, tetapi lingkungan merupakan sebuah
investasi,” kata Sekretaris Perusahaan Bukit Asam, Joko Pramono.
Untuk membuktikan perkataannya, perusahaan mengalokasikan Rp 300 miliar ($25 juta) setiap
tahun untuk program-program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).

Menurut Joko, anggaran tersebut disiapkan setiap tahun untuk memenuhi visi perusahaan
sebagai perusahaan energi yang ramah lingkungan.
“Kita menyebutnya investasi. Pola pikir tua menganggap program lingkungan sebagai
pengeluaran semata. Tetapi bagi kami, hal itu justru membuat bisnis kami tumbuh dan
berkembang secara berkelanjutan,” kata Joko.
Dari Kota Hantu ke Kota Independen
Jika lahan pasca penambangan ini sering diasosiasikan dengan kota hantu seperti film koboi,
Bukit Asam memecahkan stigma tersebut dengan membangun kembali satu area untuk
kesejahteraan masyarakat setempat. Di Muara Enim, Sumatera Selatan, lahan pasca
penambangan sekitar 5.460 hektar dirancang untuk taman hutan botani yang telah berkembang
menjadi 12 zona, termasuk rekreasi, agribisnis, penggunaan air, pertanian, penelitian, satwa liar,
dan fungsi lainnya.
“Zona agribisnis sangat berguna untuk ribuan karyawan yang mampu mengembangkan area
untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari,” kata Joko.
Bukit Asam bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung
(ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Sriwijaya untuk membangun teknologi,
pertanian dan hortikultura yang efisien. “Jadi, industri dikembangkan, kebutuhan manusia
terpenuhi, dan energi dapat diselamatkan serta menjadi efisien,” katanya.
Tidak hanya di Muara Enim, area pasca tambang di Bukit Kandi dan Tanah Hitam di Kota
Sawahlunto, Sumatera Barat, juga direklamasi untuk tujuan wisata, seperti Taman Margasatwa.
Area penambangan open-pit di Sawahlunto meliputi 529 hektar; sementara tanah yang telah
digunakan mencapai hampir 73 persen dari total area.
Rehabilitasi, revegetasi, dan program pembangunan kembali untuk menciptakan daya tarik alam
telah lama ditetapkan dan tanah telah dikembalikan ke pemerintah Sawahlunto pada tahun 2008.
Pemerintah daerah juga mengatur Tour de Singkarak, perlombaan bersepeda internasional
tahunan untuk mempromosikan daerah sebagai tujuan wisata secara global. “Sebuah area juga
telah dialokasikan untuk membangun sebuah pemakaman dan sekitar 5.000 kuburan dari era
kolonial telah dipindah,” kata Joko.
Bagaimana sebuah perusahaan pertambangan menentukan apakah sudah memberikan perhatian
terhadap lingkungan sekitarnya?” Sangat sederhana. Lihat saja perkembangan pembangunan di
area sekitarnya dan perhatikan tingkat kemapanan masyarakatnya,” katanya.

Di tingkat regional, perusahaan berhasil mendapatkan posisi runner-up dalam pelaksanaan CSR.
Melalui prestasi tersebut, perusahaan mematahkan stigma yang selalu melabel perusahaan
pertambangan sebagai perusahaan yang tidak bertanggung jawab dan menyebabkan kerusakan
lingkungan. Sekarang, Bukit Asam telah menjadi perusahaan yang meningkatkan standar dalam
sektor lainnya di Asia Tenggara dalam hal tanggung jawab lingkungan.“ Kami tidak haus akan
penghargaan, tetapi hal tersebut adalah bagian dari standar kami, seberapa jauh kita peduli
tentang masyarakat dan lingkungan,” kata Joko.
Untuk membantu masyarakat setempat, Bukit Asam percaya bahwa pendidikan adalah pijakan
penting untuk memberdayakan mereka sehingga perusahaan menyediakan dukungan keuangan
untuk beberapa sekolah di Muara Enim. Perusahaan menyediakan sejumlah lokakarya mekanik
dan kerajinan tangan, di antaranya, dan juga mementori usaha dan industri kecil untuk membuat
mereka tumbuh dan menjadi independen di bawah Pusat Industri Bukit Asam (SIBA).“
Kita membutuhkan orang-orang lokal. Kami sadar kalau kami membutuhkan mereka, itulah
mengapa kami menciptakan industri dan peluang di area sekitar,” kata Joko.
Pada tahun 2012, perusahaan menghabiskan sekitar Rp 19,22 miliar untuk mendanai sejumlah
lokakarya dan program pelatihan bagi komunitas lokal.
“Jika kita melihat ini pada satu tingkat, semua biaya mungkin dilihat sebagai hal yang sia-sia.
Akan tetapi, jika kita mempertimbangkannya sebagai tujuan jangka panjang, sekali lagi ini akan
menjadi investasi. Jika orang-orang yang tinggal di daerah sekitar situs terdidik dengan baik,
maka hal itu adalah pertanda baik, karena akan membantu perusahaan” kata Joko.
Untuk memberdayakan masyarakat dan lingkungan, Bukit Asam bekerja sama dengan beberapa
universitas. Sebagai contoh, dengan IPB, Bukit Asam mendirikan laboratorium yang menanam
tanaman lokal yang langka.
Perusahaan pertambangan ini juga bekerja sama dengan Universitas Bengkulu untuk
menciptakan zona pengembangan reklamasi lahan pasca tambang. Dengan ITB, Bukit Asam
berusaha mengelola sistem air sehingga air dapat disalurkan secara langsung ke pengguna akhir.
Sebagai hasilnya, hampir semua kebutuhan pokok dan operasional dipenuhi secara independen
melalui program SIBA sehingga tidak perlu membawa produk mahal dari Lampung, Palembang,
atau lahan yang lebih jauh.

“Pada akhirnya, kami membantu orang-orang untuk menjadi independen secara ekonomi. Jika
mereka menjadi independen, maka masyarakat akan mendapatkan keuntungan pula karena
konflik akan semakin jarang terjadi,” kata Joko.
Mensinergikan Bisnis, Masyarakat, dan Lingkungan untuk Pembangunan
Saat ini, di tahun kedua, juri “Penghargaan Bisnis Berkelanjutan” Indonesia sibuk menilai lebih
dari 50 perusahaan nasional dan multinasional di delapan kategori.
Kategori ini termasuk strategi dan visi untuk praktik-praktik yang berkelanjutan, komitmen
untuk mengembangkan tenaga kerja yang berkelanjutan, tanggung jawab sosial perusahaan,
pengelolaan limbah yang berkelanjutan, pengurangan penggunaan energi, pengelolaan air yang
berkelanjutan, rantai pasokan yang termonitor dengan baik, dan komitmen untuk melindungi
keanekaragaman hayati dan ekosistem.
2.3KEGIATAN INDUSTRI YANG BERKELANJUTAN
1. Kegiatan Industri dan Jasa yang Berkelanjutan
2. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah
jadi, dan barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya,
termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Proses produksi industri telah
menimbulkan berbagai pencemaran. Pencemaran air, udara, tanah, dan pembuangan limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3) merupakan persoalan yang harus dihadapi oleh komunitas
yang tinggal di sekitar kawasan industri. Kegiatan produksi memberikan dampak pada
pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut terlihat dari pengaruhnya baik secara internal, maupun
eksternal.
Pengaruh internal antara lain sebagai berikut:
1. Masukan (input) bahan baku dalam keadaan alami. 2. Sumber pembangkit tenaga listrik. 3.
Proses transformasi. 4. Pembangkit residu dan racun. Sementara itu, pengaruh eksternal antara
lain terlihat pada hal-hal berikut: 1. Masukan (input) bahan baku industri. 2. Penggunaan produk
oleh konsumen.
 3. Pembangunan industri berkelanjutan memerlukan pelestarian lingkungan. Lingkungan yang
lestari sangat dibutuhkan oleh industri sehingga terdapat hubungan sinergis antara kedua hal
seperti udara, hutan, tanah, dan air untuk sumber bahan baku. Sumber daya lingkungan dapat
memastikan pasokan berkelanjutan dari layanan ini jika keberadaan mereka dilestarikan.

Menurut Daly, ada tiga indikator penting berkaitan dengan tujuan dari pembangunan
berkelanjutan: 1. Tingkat penggunaan SDA terbarukan tidak boleh lebih besar daripada laju
pembaharuan sumber daya. 2. Tingkat penggunaan sumber daya yang tidak terbarukan tidak
melebihi jumlah penggantinya yang dapat diperbaharui. 3. Polusi yang dihasilkan tidak boleh
melebihi kapasitas asimilasi lingkungan. Dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
nomor: Kep- 51/Menlh/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri
dikatakan bahwa kegiatan industri mempunyai potensi menimbulkan pencemaran lingkungan
hidup. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian terhadap pembuangan limbah cair dengan
menetapkan buku mutu limbah cair. Baku mutu limbah cair adalah batas maksimum limbah cair
yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan.
4. Sementara itu, limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan
industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Berbeda
dengan perusahaan industri, perusahaan jasa sering mempertanyakan bagaimana mereka dapat
berpartisipasi dalam gerakan berkelanjutan. Ini terjadi karena mereka tidak memiliki cerobong
asap dan mereka mungkin patuh mendaur ulang kertas mereka. Dampak langsung dari operasi
mereka sendiri akan sangat kecil dibandingkan dengan manufaktur, mereka perlu menghargai
dampak dari kegiatan mereka yang secara tidak langsung mempengaruhi pembangunan
berkelanjutan. Setiap perusahaan jasa antara lain menempati ruangan kantor, menggunakan
berbagai bentuk transportasi dan mengonsumsi kertas dan berbagai fasilitas yang lain.
Contohnya, hotel dan rumah sakit mencuci pakaian kator. Restoran memasak makanan. Seniman
grafis mencetak poster.
Museum menyelenggarakan pameran.toko ritel menjual barang-barang. Inilah contoh produkproduk mereka yang beruhubungan dengan lingkungan. Di sinilah terlihat hubungan perusahaan
jasa dengan pembangunan berkelanjutan.
 5. Terkait dengan hal tersebut, ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan jasa.
Ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut: 1. Efek domino layanan yang ditawarkan. 2. Ancaman
strategis untuk pelanggan, gambar atau model bisnis. 3. Kesempatan untuk memberikan
konstribusi positif. Terhadap ketiga hal di atas kita dapat melakukan hal-hal berikut: 1. Bersihkan
kegiatan anda sendiri dahulu. Biasanya, dampak operasi anda sendiri akan menjadi sebaguian
kecil dari dampak yang anda miliki di luar organisasi anda. Ada dua alasan yang baik untuk

fokus fulu pada peningkatan kualitas kegiatan anda sendiri, yaitu: a. Hal ini sering menjadi cara
terbaik untuk membantu karywaan anda memahami apa keberlanjutan. b. Mungkin ada beberapa
tindakan yang akan menghemat uang, tetapi banyak dari tindakan ini lebih penting untuk nilai
simbolis dan pendidikan mereka daripada untuk nilai keuangan mereka. 2. Bertanggung jawab
atas efek domino perbuatan anda. Dampak terbesar bisnis jasa sering datang bukan dari
operasionalnya sendiri, melainkan dari dampaknya terhadap orang lain.
 6. 3. Evaluasi ancaman strategis. Industri asuransi membuat bisnis dari penilaian risiko yang
akurat. Jadi, tidak mengherankan bahwa mereka adalah industri jasa pertama yang akan
mengambil sikap yang kuat pada perubahan iklim global. Munich Re(perusahaan reasuransi
terbesar di dunia) dan Swiss Re (terbesar kedua) telah mempelajari masalah ini dengan
kekhawatiran.
4. Jelajahi peluang yang muncul. Selain hanya untuk melindungi diri dar ancaman ini, Asuransi
Swiss Re juga memeriksa peluang bisnis yang potensial. Mereka juga ingin memainkan peran
dalam menengahi kredit karbon. Berdasarkan keterangan di atas, kita dapat menyimpulkan
bahwa tanggung jawab perusahaan jasa jauh melampaui kertas daur ulang dan mengurangi
penggunaan energi. Ada sejumlah ancaman dan peluang yang harus dipertimbangkan.
Perusahaan jasa harus melihat melampaui dinding organisasi mereka sendiri. Mereka juga harus
sama-sama meneliti potensi ancaman terhadap citra mereka sendiri dan kelangsungan hidup
dasar pelanggan mereka dan memperhitungkan perubahan demografis di seluruh dunia.
2.4KEGIATAN PARIWISATA YANG BERKELANJUTAN
The World Commission on Environment and Development yang didirikan tahun 1983 dan
diketuai oleh Harlem Bruntland - seringkali disebut juga sebagai Komisi Bruntland - sebagai
respon atas resolusi Majelis/Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, menyampaikan
laporannya yang berjudul “Our Common Future” pada tahun 1987.
Di dalam laporan tersebut untuk pertama kali dinyatakan pentingnya Pembangunan
Berkelanjutan yang didefinisikan sebagai : “Pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat
ini tanpa mengorbankan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan
mereka” (Development which meets the needs of present without compromising the ability of
future generations to meet their own needs).
Pendekatan pembangunan berkelanjutan hanyalah sebuah gagasan bila tidak dijabarkan ke dalam

tindakan yang dapat mengurangi persoalan-persoalan yang ditimbulkan oleh model
pembangunan yang selama ini dilaksanakan. Pada tahun 1992, dalam United Nation Conference
on Environment and Development -the Earth Summit- di Rio de Janeiro, dirumuskan program
tindak yang menyeluruh hingga abad ke-21 yang disebut Agenda 21, yang kemudian diadopsi
oleh 182 negara peserta konferensi termasuk Indonesia.
Agenda 21 merupakan cetak biru untuk menjamin masa depan yang berkelanjutan dari planet
bumi dan merupakan dokumen semacam itu yang pertama mendapatkan kesepakatan
internasional yang sangat luas, menyiratkan konsensus dunia dan komiment politik di tingkat
yang paling tinggi.
Dalam tataran kepariwisataan internasional, pertemuan Rio ditindaklanjuti dengan Konferensi
Dunia tentang Pariwisata Berkelanjutan pada tahun 1995 yang merekomendasikan pemerintah
negara dan daerah untuk segera menyusun rencana tindak pembangunan berkelanjutan untuk
pariwisata serta merumuskan dan mempromosikan serta mengusulkan Piagam Pariwisata
Berkelanjutan.
Prinsip-prinsip dan sasaran-sasaran dari piagam tersebut adalah bahwa:
1.Pembangunan pariwisata harus berdasarkan kriteria keberlanjutan -dapat didukung secara
ekologis dalam waktu yang lama, layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial bagi
masyarakat setempat.
2.Pariwisata harus berkontribusi kepada pembangunan berkelanjutan dan diintegrasikan dengan
lingkungan alam, budaya dan manusia.
3.Pemerintah dan otoritas yang kompeten, dengan partisipasi lembaga swadaya masyarakat dan
masyarakat setempat harus mengambil tindakan untuk mengintegrasikan perencanaan pariwisata
sebagai kontribusi kepada pembangunan berkelanjutan.
4.Pemerintah dan organisasi multilateral harus memprioritaskan dan memperkuat bantuan,
langsung atau tidak langsung, kepada projek-projek pariwisata yang berkontribusi kepada
perbaikan kualitas lingkungan.
5.Ruang-ruang dengan lingkungan dan budaya yang rentan saat ini maupun di masa depan harus
diberi prioritas khusus dalam hal kerja sama teknis dan bantuan keuangan untuk pembangunan
pariwisata berkelanjutan.
6.Promosi/dukungan terhadap berbagai bentuk alternatif pariwisata yang sesuai dengan prinsipprinsip pembangunan berkelanjutan

7.Pemerintah harus mendukung dan berpartisipasi dalam penciptaan jaringan untuk penelitian,
diseminasi informasi dan transfer pengetahuan tentang pariwisata dan teknologi pariwisata
berkelanjutan.
8.Penetapan kebijakan pariwisata berkelanjutan memerlukan dukungan dan sistem pengelolaan
pariwisata yang ramah lingkungan, studi kelayakan untuk transformasi sektor, dan pelaksanaan
berbagai proyek percontohan dan pengembangan program kerjasama internasional.
Sebagai industri terbesar di dunia, pariwisata memiliki potensi yang sangat besar untuk
mempengaruhi -negatif maupun positif- lingkungan, keadaan sosial dan ekonomi dunia.
Agar pariwisata dapat secara efektif memberikan kontribusi yang positif, program tindak global
Agenda 21 dan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan dalam Piagam Pariwisata Berkelanjutan
perlu diterjemahkan ke dalam langkah-langkah nyata yang relevan bagi pariwisata. World
Tourism and Travel Council (WTTC) bersama-sama dengan World Tourism Organization dan
Earth Council kemudian menerjemahkannya ke dalam program tindak bagi industri perjalanan
dan pariwisata yang disebut Agenda 21 untuk Industri Perjalanan dan Pariwisata.
Dalam dokumen tersebut dinyatakan bahwa pariwisata berkelanjutan adalah: “Pariwisata yang
memenuhi kebutuhan wisatawan dan wilayah yang didatangi wisatawan (destinasi wisata) pada
saat ini, sekaligus melindungi dan meningkatkan kesempatan di masa depan. Pengertian tersebut
mengarah pada pengelolaan seluruh sumber daya sedemikian sehingga kebutuhan ekonomi,
sosial dan estetika dapat terpenuhi sekaligus memelihara integritas kultural, berbagai proses
ekologi yang esensial, keanekaragaman hayati dan berbagai sistem pendukung kehidupan.”
Produk-produk pariwisata berkelanjutan adalah produk-produk yang dioperasikan secara
harmonis dengan lingkungan, masyarakat dan budaya setempat sehingga mereka terus menerus
menjadi penerima manfaat bukannya korban pembangunan pariwisata. Selain itu, dokumen
tersebut menyiratkan bahwa membuat perubahan ke arah pariwisata yang berkelanjutan
memerlukan perubahan orientasi cara kerja yang fundamental dari dua pihak yaitu:
Pertama, Pemerintah dalam mengarahkan pembangunan pariwisata serta;
Kedua, usaha perjalanan dan pariwisata dalam menjalankan usahanya. Oleh karenanya,
Dokumen Agenda 21 untuk Industri Perjalanan dan Pariwisata menyarankan berbagai program
tindak yang perlu dilakukan oleh kedua institusi tersebut.

Agenda 21 sektor pariwisata dirumuskan ketika bangsa Indonesia menghadapi isu-isu good
governance (tata pemerintahan yang baik), hak azasi manusia dan pengembangan manusia yang
berkelanjutan sehingga isu-isu tersebut begitu mewarnai program tindak di dalam agenda
pembangunannya.
Agenda 21 Sektor Pariwisata Indonesia tidak hanya menganggap pariwisata berkelanjutan
sebagai tanggung jawab dua pelaku utama dalam pariwisata: pemerintah dan usaha pariwisata.
Tetapi melihat seluruh pihak -pemerintah, usaha pariwisata, LSM dan masyarakat, wisatawanyang terlibat dalam kepariwisataan mempunyai tanggung jawab dalam mewujudkan pariwisata
yang berkelanjutan sehingga program tindak disusun untuk seluruh pelaku.
Dalam kaitannya dengan tanggung jawab pemerintah, terjadi pergeseran wewenang yang cukup
signifikan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah sehingga porsi yang cukup besar
diberikan untuk program tindak bagi pemerintah daerah.
Guna tercapainya pembangunan pariwisata berkelanjutan, setidak-tidaknya perlu dijalankan lima
program sebagai berikut :
1. Kesadaran tentang tanggung jawab terhadap pelestarian lingkungan dari
semuastakeholder kepariwisataan, karenanya program tindak untuk mengembangkan landasan
dan kerangka hukum yang tangguh, penegakan hukum, peningkatan kesadaran masyarakat
melalui pendidikan publik, pengembangan dan peningkatan peran lembaga swadaya masyarakat,
pengembangan sistem informasi pendukung pariwisata berkelanjutan menjadi program-program
yang diprioritaskan.
2. Pergeseran peranan pemerintah pusat dalam pembangunan pariwisata yang berisi tentang
berbagai tindakan yang perlu dilakukan pemerintah pusat dalam perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan pengendalian pembangunan pariwisata dalam era otonomi daerah.
3. Peningkatan peranan pemerintah daerah dalam pembangunan pariwisata nasional yang berisi
tindakan-tindakan yang perlu dilakukan pemerintah daerah dalam perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan penendalian pembangunan pariwisata agar berkelanjutan dalam era otonomi
daerah.
4. Kemantapan industri pariwisata yang berisi tindakan-tindakan yang perlu dilakukan usaha
pariwisata dalam meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan kehandalan dan kredibilitas,
pengelolaan usaha secara berkelanjutan, penjalinan kerjasama diagonal, promosi nilai-nilai lokal
dalam usaha pariwisata.

5. Kemitraan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata yang berisi program
tindak untuk menumbuhkan kepemimpinan lokal, pengembangan skema bantuan, pelembagaan
partisipasi masyarakat, penciptaan kaitan ke depan dan ke belakang dengan usaha pariwisata,
peningkatan kesempatan berwisata dan peningkatan kesadaran terhadap resiko pengembangan
pariwisata.
2.5PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DENGAN PRINSIP EKOEFISIENSI
Pada awalnya, proses energi yang terdapat di alam berjalan seimbang karena alam berperan
sebagai penyeimbang. Apabila ada populasi tertentu yang berkembang sangat cepat, populasi
tersebut akan terkena wabah dan kembali pada kondisi semula.
Setiap proses energi tidak ada yang sempurna sehingga selalu menghasilkan entropi (limbah).
Oleh karena itu, setiap ada peningkatan kegiatan industry maka akan terjadi peningkatan limbah
yang dikeluarkan dan dilepas ke alam. Hal tersebut memunculkan pandangan tentang
pemanfaatan SDA berdasarkan prinsip ekoefisiensi.
Hal yang paling pokok dalam pemanfaatan sumber daya alam berdasarkan prinsip ekoefisiensi
adalah sebagai berikut.
1. Menghemat sumber daya alam yang digunakan.
2. Menggunakan semua sumber daya alam yang dihasilkan dalam proses energi (industri).
3. Proses penambangan sumber daya alam tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.
4. Sumber daya alam yang ditambang dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.
5. Proses penggunaan sumber daya alam tidak menimbulkan entropi atau limbah.

Berikut ini adalah beberapa contoh pemanfaatan sumber daya alam berdasarkan prinsip
ekoefisiensi.
1. Penggunaan Air Bersih
Air yang dikelola oleh perusahaan air minum diambil dari sebagian mata air tanpa mengurangi
fungsi mata air untuk mengairi sungai. Saluran air yang digunakan betul-betul saluran yang tidak
mencemari air dan tidak menimbulkan kebocoran. Kelebihan air ditampung sebagai cadangan
untuk kebutuhan di musim kemarau untuk perluasan layanan. Saluran air yang digunakan untuk
mendistribusi ke pelanggan menggunakan saluran yang bersih dan tidak mudah bocor.

Penggunaan air pada konsumen betul-betul disesuaikan dengan kebutuhan. Air limbah rumah
tangga disalurkan ke tempat pembuangan (petak-petak penampungan air) yang telah disedia kan.
Kemudian air tersebut kotorannya diendapkan dan airnya dapat digunakan untuk pengairan
taman atau tanaman. Sebagian hasil retribusi air bersih digunakan untuk reboisasi di daerah
sekitar mata air yang digunakan sebagai sumber air bersih.
2. Industri Kertas
Bahan baku yang digunakan berasal dari hutan produksi tebang pilih secara selektif sehingga
kayu yang diambil betul-betul akan diguna kan. Dalam proses penebangan kayu tidak merusak
tanaman dan satwa lainnya sehingga hutan produksi masih terus berproduksi secara lestari.
Mesin pengolahan yang digunakan adalah mesin yang hemat bahan baku dan bahan bakar
sehingga limbah yang dihasilkan tidak terlalu banyak dan tidak menimbulkan terjadinya
pencemaran lingkungan. Debu dan gas buangan dalam proses industri disaring melalui filter atau
disertai dengan penanaman pepohonan sehingga polutan dapat diserap oleh beraneka ragam
pepohonan. Pepohonan yang ditanam adalah bukan tanaman buah-buahan melainkan tanaman
yang diusahakan kayunya agar tidak mencemari manusia.
Air yang digunakan dalam proses industri tidak mengurangi kebutuhan air masyarakat sekitar,
misalnya diambil dari sungai. Air buangannya kemudian ditampung dan diolah kembali sehingga
air yang dibuang ke sungai kualitasnya sama dengan air sebelumnya yang digunakan. Limbah
bubur kayu (pulp) dan debu kertas ditampung untuk kemudian digunakan sebagai bio gas dan
pupuk pertanian.
Berdasarkan contoh di atas, pemanfaatan sumber daya alam berdasarkan prinsip ekoefisiensi
berdampak pada penghematan sumber daya dengan hasil yang setinggi-tingginya, tidak
mencemari lingkungan, dan dapat dilakukan secara berkelanjutan. Hal tersebut dapat
memberikan mutu kehidupan yang jauh lebih layak dan proses energi yang berlangsung di alam
mencapai keseimbangan.
2.6AMDAL DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM
1. Maulida S – Nugrahini D – Rizqi Shofia – Talitha P KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN
SUMBER DAYA ALAM
2.PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DENGAN KONSEP EKOEFISIENSI

3.Ekoefisiensi adalah sebuah konsep dan strategi dalam pengurangan ketergantungan terhadap
“penggunaan alam”. Pengertian Ekoefisiensi
4.1. Proaktif, bukan reaktif. Maksudnya perusahaan membuat dan mendorong kebijakan tidak
hanya untuk kepentingan perusahaan tapi juga untuk pelanggannya. 2. Dirancang, bukan
ditambahkan. Maksudnya optimalisasi ekoefisiensi membutuhkan upaya perusahaan berkaitan
dengan produk dan proses untuk menginternalisasi strategi. 3. Fleksibilitas, Maksudnya
memerhatikan inovasi teknologi dan evolusi pasar. 4. Bersifat menyeluruh, tidak sporadis.
Maksudnya cangkupan dari penerapan ekoefisiensi. Karakteristik Utama dari Perusahaan yang
menerapkan Ekoefisiensi
5.Menurut World Business Council and Sustainable Development : 1. Mengurangi konsumsi
sumber daya, hal ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan usaha daur ulang dan produksi
kualitas dari produk lebih tinggi dan tahan lama. 2. Mengurangi dampak pada alam, dapat
dilakukan dengan menggunakan sumber daya alam yang terbaharukan yang dikelola secara
lestari, meminimalkan emisi, pembuangan limbah, dan zat beracun. 3. Pemberian pelanggan
kualitas produk dan layanan yang lebih tinggi, dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
penyediaan layanan tambahan pada produk. Tujuan Ekoefisiensi
6. Contoh penerapan konsep ekoefisiensi PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK PENDAUR
ULANGAN KERTAS MENJADI TEMPAT TELUR
7.VIDEO EKOEFISIENSI
8.AMDAL
9.Analisis Mengenai Dampak Lingkungan adalah salah satu sarana agar pembangunan
berwawasan lingkungan. Selain itu, Amdal adalah analisis kondisi lingkungan mengenai dampak
yang akan ditimbulkan oleh suatu proyek pembangunan PENGERTIAN AMDAL
10.Andal merupakan telaah mendalam tentang dampak proyek pembangunan yang direncarakan.
Amdal merupakan keseluruhan proses pelestarian lingkungan mulai dari kerangka acuan, analisis
dampak lingkungan (Andal), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), dan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL) PERBEDAAN AMDAL DAN ANDAL.
11.Terdapat batas batas yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan merupakan tanggung jawab
pemrakarsa proyek / perusahaan. Misal : biaya kesehatan, biaya kenyamanan, biaya keselamatan,
dan biaya kerusakan SDA PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN

12.(1)terbentuknya lapangan pekerjaan baru (2)terdapat fasilitas fasilitas baru yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat. Dengan catatan, pemerintah pusat dan daerah harus mengawasi
secara aktif untuk mengurangi dampak negatif pembangunan MANFAAT PROYEK
PEMBANGUNAN
13. • Tanggung jawab pelaksanaan Amdal berada ditangan Pemilik Proyek. • Dalam pelaksanaan
Studi Amdal : Negara Maju, pemilik proyek biasanya menyerahkan kepada konsultan swasta.
Negara Berkembang, biasanya dipercayakan kepada pihak universitas atau suatu tim gabungan
dari berbagai instansi PELAKSANAAN AMDAL
14.1. Dilakukan pada proyek pembangunan yang akan dilaksanakan. Apabila tidak
melakukannnya, mereka akan dianggap melanggar dan mendapat sanksi bahkan mereka tidak
akan mendapatkan perizinan. Cara ini sangat efektif untuk memaksa para pemilik proyek yang
kurang memperhatikan kualitas lingkungan. 2. Dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak
akibat proyek pembangunan. Cara ini adalah cara yang ideal, tetapi kesadaran tersebut tidak
mudah ditanamkan pada para pemrakarsa proyek CARA PELAKSANAAN AMDAL
15.1. pengelolaan lingkungan 2. pemantauan proyek 3. pengelolaan proyek 4. pengambilan
keputusan 5. dokumen yang penting. Aktivitas pengelolaan lingkungan baru dapat dilakukan
apabila rencana pengelolaan lingkungan telah disusun dan dampaknya telah diketahui.
Pengkajian dampak lingkungan yang digunakan untuk dasar pengelolaan dapat berbeda dengan
kenyataannya.
CAKUPAN AMDAL
16. 1. Penyusunan laporan Amdal kurang tepat dan umumnya disebabkan oleh ketidakcermatan
para penilai. 2. Pemilik proyek tidak melakukan proyek sesuai dengan laporan Amdal yang
diterima pemerintah. PENYEBAB PERBEDAAN DAMPAK YANG DIKAJI
DENGAN FAKTA .
17.1. Pemantauan dilakukan sedini mungkin dan teratur 2. Hasil pemantauan digunakan untuk
memperbaiki Rencana Pengelolaan Lingkungan atau memperbaiki hasil kajian CARA
MENGHINDARI KEGAGALAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
18.• Memutuskan apakah proyek yang diusulkan memerlukan kegiatan amdal atau tidak. •
Menilai apakah proyek tersebut berpotensi menimbulkan dampak negatif sehingga diharuskan
melakukan amdal. FUNGSI PIL (Penyajian Informasi Lingkungan) • Proyek tidak boleh

dibangun • Proyek boleh dibangun dengan syarat tertentu. • Proyek boleh dibangun sesuai
dengan usulan. KEPUTUSAN YANG DAPAT DIAMBIL DARI AMDAL
19.• Apakah proyek akan menimbulkan dampak pada kualitas lingkungan hidup melebihi kadar
yang sudah ditetapkan. • Apakah proyek akan menimbulkan dampak pada proyek lain sehingga
timbul pertentangan. • Apakah proyek akan menimbulkan dampak negatif yang berbahaya bagi
masyarakat. • Sejauh mana pengaruh proyek terhadap lingkungan yang lebih luas. HAL-HAL
YANG PERLU DI ANALISIS OLEH PENGAMBIL KEPUTUSAN
20.LAPORAN AMDAL
21.Sumber informasi yang mendetail mengenai keadaan lingkungan sejak penelitian,
pelaksanaan proyek, hingga keadaan di masa yang akan datang. PENGERTIAN • Dampak yang
tidak dapat dihindari • Aktivitas alternatif • Dampak jangka pendek maupun jangka panjang •
Dampak yang menimbulkan kerusakan ISI LAPORAN AMDAL
22. • Menghindarkan perusakan lingkungan hidup • Menghindarkan pertentangan yang mungkin
akan timbul. • Mencegah agar potensi sumber daya yang dikelola tidak rusak • Mencegah
rusaknya sumber daya di luar lokasi proyek • Menyesuaikan proyek pembangunan dengan
rencana pembangunan daerah dan nasional, serta tidak bertentangan dengan proyek lain. •
Menjamin manfaat yang jelas bagi masyarakat • Sebagai alat pemerintah dalam pengambilan
keputusan FUNGSI AMDAL BAGI PEMERINTAH • Berguna dalam pengembangan iptek •
Berguna dalam penelitian ilmiah • Berguna dalam meningkatkan keterampilan dan pengetahuan
peneliti BAGI PENELITI & ILMUWAN
23.• Mempersiapkan cara-cara pemecahan masalah di masa yang akan datang. • Sumber
informasi tentang kondisi lingkungan di sekitar proyek • Melindungi proyek dari berbagai
tuntutan atau tuduhan. • Memprediksi masalah lingkungan yang akan terjadi di masa yang akan
datang. • Bahan untuk analisis pengelolaan dan sasaran proyek • Bahan uji terhadap kelemahan
dan kekurangan perencanaan proyek • Panduan untuk menemukan kondisi lingkungan yang
membahayakan atau menunjang proyek BAGI PEMILIK PROYEK • Penentu prioritas pinjaman
sesuai dengan misi • Melakukan pengaturan modal dan promosi dari berbagai sumber modal •
Menghindari duplikasi dari proyek lain yang tidak diperlukan • Menjamin modal yang
dipinjamkan pada proyek sesuai dengan tujuan bank dalam membantu pembangunan. • Dapat
menjamin bahwa modal yang dipinjamkan dapat dikembalikan sesuai jangka waktu peminjaman.
BAGI PEMILIK MODAL

24.• Turut serta dalam pembangunan proyek (memberi masukan/info) • Mengetahui rencana
pembangunan di daerah sekitar sehingga mudah beradaptasi dengan perubahan lingkungan. •
Mengetahui perubahan lingkungan setelah proyek selesai dibangun sehingga dapat
memanfaatkan perubahan lingkungan yang ada dan untuk menghindari kerugianakibat proyek
tersebut. • Memahami segala hal mengenai proyek secara jelas sehingga menghindarkan
kesalahpahaman. • Mengetahui hak dan kewajiban masyarakatdalam kaitanya dengan proyek.
BAGI MASYARAKAT
25.DAMPAK PEMBANGUNAN TIDAK BERWAWASAN LINGKUNGAN Gambar mengenai
Amdal PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN KESEIMBANGAN
LINGKUNGAN .
26.VIDEO AMDAL
27.EKOLABEL
28..• Sertifikasi ekolabel pertama diterapkan oleh negara Jerman pada 1977. Baru menyebar ke
seluruh dunia pada 1990 . • Sertifikat ekolabel adalah sebuah label produk yang menunjukkan
bahwa produk tersebut di produksi dengan memperhatikan kelestarian lingkungan .
PENGERTIAN
29. Agar konsumen dapat mengetahui mana produk yang ramah lingkungan dan mana produk
yang tidak ramah lingkungan serta mana yang proses produksi nya tidak merusak lingkungan .
FUNGSI
30.• Ekolabel timbul akibat desakan dari konsumen yang membutuhkan produk bersih serta tidak
membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan . • Akibat dari kebijakan suatu negara yang
tidak menerapkan ekolabel yakni akan mempersempit pasar produk –produk ekspor karena
banyak negara yang telah menerapkan standar tersebut . AKIBAT
31.2 prinsip dalam sertifikat ekolabel : • Sertifikasi bersifat sukarela sesuai kebutuhan pasar •
Proses sertifikasi dilakukan oleh lembaga sertifikasi yang independen . 3 kriteria utama konsep
kelestarian sumber daya alam dalam sertifikat ekolabel : • Kelestarian produksi • Kelestarian
ekologi • Kelestarian sosial budaya KRITERIA UTAMA KONSEP EKOLABEL PRINSIP
SERTIFIKAT EKOLABEL
32.Penerapan sertifikasi ekolabel di indonesia : produk hasil hutan, terutama kayu dan
olahannya, alasannya karena tingkat kerusakan hutan di Indonesia sangat memprihatinkan.
PENERAPAN EKOLABEL DI INDONESIA

33.Contoh lembaga di indonesia : LEI (Lembaga Ekolabel Indonesia) tugasnya mengembangkan
sistem sertifikasi hutan yang mempromosikan misi untuk mengelola sumber daya hutan dengan
adil dan berkelanjutan di Indonesia . LEMBAGA EKOLABEL DI INDONESIA
34.CONTOH LOGO EKOLABEL
35.VIDEO PRODUK EKOLABEL
2.7SERTIFIKASI EKOLABEL
Ekolabel adalah label, tanda atau sertifikat pada suatu produk yang memberikan keterangan
kepada konsumen bahwa produk tersebut dalam daur hidupnya menimbulkan dampak
lingkungan negatif yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan produk lainnya yang sejenis
dengan tanpa bertanda ekolabel. Daur hidup produk mencakup perolehan bahan baku , proses
pemuatan, pendistribusian, pemanfaatan, pembuangan serta pendaurulangan. Informasi ekolabel
ini digunakan oleh pembeli atau calon pembeli dalam memilih produk yang diinginkan
berdasarkan pertimbangan aspek lingkungan dan aspek lainnya. Di lain pihak, penyedia produk
mengharapkan penerapan label lingkungan dapat mempengaruhi konsumen dalam pengambilan
keputusan pembelian produk.
Sertifikasi Ekolabel Indonesia mempunyai visi dan misi yakni perangkat efektif untuk
melindungi fungsi lingkungan hidup, kepentingan masyarakat dan peningkatan efisiensi serta
daya saing, kemudian diharapkan terwujudnya sinergi pengendalian dampak negatif sesuai
dengan daur hidup produk dan mendorong permintaan dan pemberian terhadap produk ramah
lingkungan.
Sertifikasi Ekolabel Indonesia dikembangkan berdasarkan acuan yang telah berkembang yakni
ISO 14024 (environmental labels and declarations – Type I ecolabelling – Principles and
guidelines), ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No 2 tahun 1997
tentang pengelolaan lingkungan hidup, UU No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
dan baku mutu lingkungan), konvensi internasional dan standar-standar terkait dengan produk
serta Benchmarking dengan kriteria sejenis pada program ekolabel lainnya. Selanjutnya beberapa
kelembagaan dan pihak terkait yang berkepentingan yakni, Kementerian Negara Lingkungan
Hidup merumuskan penerapan ekolabel di Indonesia, Badan Standardisasi Nasional (BSN)
mengesahkan kriteria (standar) ekolabel, Komite Akreditasi Nasional mengakreditasi lembaga
sertifikasi ekolabel (LSE) dan LSE mengevaluasi dan menerbitkan sertifikat ekolabel.

Ekolabel Indonesia lahir dengan latar belakang bahwa tuntutan konsumen pada perdagangan
Internasional semakin meningkat, pola konsumsi dunia juga cenderung mengarah pada Green
Consumerism, misalnya di Jepang dikenal dengan sistem Green Purchase Law (Green Koo Nyu
Hq) yang diberlakukan mulai April 2006, demand series produk yang berbasis pada kayu baik
domestik maupun impor harus dilengkapi dokumen asal usul kayu; dan untuk saat ini
pengecekan difokuskan pada 5 jenis barang yang bahan dasarnya menggunakan kayu yaitu
kertas, alat tulis, bahan Interior dan Furniture.
Di Jepang sendiri ekolabel dikenal dengan nama Eco-Mark yang ditangani oleh Japan
Environment Association (JEA) dan merupakan anggota Global Ecolabelling Network yang saat
ini telah memiliki 26 anggota dari seluruh dunia.
Perbedaan skema sertifikasi ekolabel di Indonesia dengan skema lain di luar negeri, misalnya
Jepang adalah tidak diperlukannya verifikasi kepada industri di Lapangan. Komite cukup menilai
dokumen yang dikirimkan oleh aplikan, demikian pula akreditasi laboratorium penguji bukan
menjadi fokus utama. Kejujuran dan kepercayaan data yang diberikan merupakan kunci utama.
Bila ada penyalahgunaan pemakaian logo, perusahaan harus menarik produk di pasar dan bayar
denda serta berakibat reputasi perusahaan jatuh, bahkan dapat berakibat perusahaan tersebut
tidak beroperasi lagi,
Mengapa konsumen perlu beralih pada produk ekolabel ? Produk ekolabel adalah produk ramah
lingkungan, yang mempertimbangkan mulai dari bahan baku yang legal dan dlikelolla secara
lestari (untuk lingkup kertas), pengelolaan aspek lingkungan sesuai dengan ambang batas yang
ditentukan, pengelolaan limbah dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam dan untuk ruang
lingkup kertas cetak tanpa salut hal ini berpengaruh pada pelestarian hutan sebagai sumber bahan
baku.
Logo dan skema ekolabel Indonesia diumurnkan kepada masyarakat oleh Kementerian
Lingkungan Hidup dan Badan Standardisasi Nasional pada peringatan hari lingkungan hidup
sedunia pada tanggal 5 Juni 2004 di Jakarta . Perangkat penerapan sertifikasi ekolabel disiapkan
oleh Kementerian Lingkungan Hidup bekerjasama dengan Komite Akreditasi Nasional, Instansi
teknis terkait, Lembaga Sertifikasi, Laboratorium Penguji dan pihak lain sampai dengan akhir
tahun 2004.
PT MUTUAGUNG LESTARI (MUTU Cerification) adalah lembaga sertifikasi swasta nasional
yang berpengalaman memberikan jasa sertifikasi untuk sistern manajemen mutu (ISO 9000),

sistern manajemen lingkungan (ISO 14000), Sertifikasi Hutan Lestari, Sertifikasi Pangan
(HACCP), kalibrasi alat, setting laboratorium (ISO Guide 17025) dan diakreditasi oleh beberapa
lembaga akreditasi yakni Komite Akreditasi Nasional (KAN), United Kingdom Accreditation
Services (UKAS), Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI), dan telah memperoleh pengakuan dari
MAFF – The Ministery of Agriculture, Forestry and Fisheries of Japan sebagai satu-satunya
ROCB-Registered overseas Certifying Body di Asia untuk melakukan kegiatan sertifikasi produk
dengan tanda JAS (Japanese Agriculture Standard).
Sebagai Lembaga Sertifikasi MUTU Certification ikut berperan serta mengajukan sebagai
Lembaga Sertifikasi Ekolabel (LSE) kepada Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan selanjutnya
untuk memenuhi persyaratan akreditasi dilakukan penilaian sistern mutu dan penyaksian
(witnessed process) oleh KAN. Kemudian pada kesempatan pertama MUTU Certification telah
memperoleh pengakuan akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) pada tanggal 9 Juni
2006 sebagai Lembaga Sertifikasi Ekolabel, deng