EFEKTIVITAS MAJELIS TAKLIM AT TAKWA DALA

MANADO SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Agama Islam ( S.Pd.I ) Jurusan Pendidikan Agama Islam ( PAI )

Oleh: RINI LAMPANG

NIM: 11.2.3.119

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) MANADO 2015

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah swt yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita dalam menjalani tugas dan aktivitas sehari-hari. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw, keluarga dan sahabatnya yang telah berjuang demi tegaknya agama Islam di muka bumi ini.

Ungkapan rasa syukur yang begitu mendalam atas selesainya penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di IAIN Manado. Oleh karena itu, saya berkenan menyampaikan ungkapan rasa terima kasih sebesar- besarnya kepada :

1. Dr. Rukmina Gonibala, M.Si selaku Rektor Intitut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

2. Dr. H. Yasin Jetta, M.Si Selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Pengembangan Kelembagaan.

3. Dr. H. Yusno Abdullah Otta, M.Ag Selaku Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan.

4. Dr. Evra Wilia, M.Ag Selaku Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama

5. Dr. M. Idris. M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

6. Drs. M Sakur Rahman, M.Pd.I Selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik dan Pengembangan Kelembagaan, Sahari, S.Ag, M.Pd.I selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, Rizal H Arsjad, M.A selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.

7. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Drs.Ishak Talibo, M.Pd.I, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Feiby Ismail, S.Pd.I, M.Pd.

8. Rizal H Arsjad, M.A pembimbing I dan Sulfa Potiua, M.Pd.I selaku pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan demi selesainya skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu dosen Intitut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado yang membina dan membimbing selama masa perkuliahan.

10. Ibu Maryam Abdul, S.Pd selaku ketua Majelis Taklim At-Takwa

11. Kepala staf perpustakaan yang membantu dalam menyediakan buku-buku literature.

12. Kepada orang tua yang telah melahirkan, membesarkan dan mendidik penulis hingga saat ini. Juga kepada suami dan anak-anak tercinta.

13. Kepada semua pihak yang turut memberikan sumbangsih pemikiran bagi penulis yang tidak dapat diuraikan dalam pengantar ini.

14. Teman-teman PAI B yang selalu memberikan motifasi bagi penulis

Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rahmat dan balasan pahala kepada semua amal kebaikan yang diberikan selama ini kepada penulis. Amiin.

Manado, 26 Oktober 2015 Penulis

Rini Lampang

ABSTRAK

Nama Penyusun

: Rini Lampang

: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan

: Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Efektivitas Majelis Taklim At-Takwa Dalam Meningkatkan Pendidikan Agama Islam Bagi Ibu Rumah Tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado

Skripsi ini membahas tentang efektivitas Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado. Pokok permasalahan adalah bagaimana efektivitas Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga serta faktor pendukung dan penghambat Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado. Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yaitu suatu telaah yang secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi di daerah tertentu atau penelitian yang langsung dilakukan di lapangan, sedangkan pendekatan yang dipakai adalah pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan analisis data dilakukan dengan tahapan reduksi kemudian penyajian dan penarikan kesimpulan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam serta untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pengurus Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil Dua Kota Manado

Berdasarkan hasil pembahasan yang penulis temukan dilapangan, dapat diambil kesimpulan bahwa Efektivitas Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua dengan diadakannya kegiatan harian, kegiatan mingguan, kegiatan bulanan dan kegiatan tahunan dengan menggunakan sistem individual dan sistem kelompok.

Adapun faktor pendukung Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado adalah metode dan materi yang diterapkan, homogenitas ibu rumah tangga, letak geografis serta adanya dukungan dari masyarakat. Sedangkan faktor penghambat terletak dari dalam diri ibu rumah tangga, kemampuan nalar dan daya tangkap materi yang diberikan serta manajemen yang belum jelas.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah permasalahan besar yang menyangkut nasib dan masa depan bangsa dan negara. Karena itu, tuntutan reformasi, ekonomi, sosial, politik, hak azasi manusia, sistem pemerintahan dan agraria tidak akan membuahkan hasil yang baik tanpa reformasi sistem pendidikan. Krisis multidimensi yang melanda negara dan bangsa Indonesia dewasa ini, tidak hanya disebabkan oleh krisis ekonomi, sosial dan politik, melainkan juga oleh krisis pada sistem pendidikan

nasional. 1 Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan

potensidirinya melalui kegiatan pengajaran baik pendidikan formal atau non formal yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Majelis Taklim merupakan pendidikan non formal yang diselenggarakan oleh masyarakat dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

Seiring kemajuan ilmu dan teknologi kehidupan manusia selalu mengalami perubahan, baik dari segi ekonomi, moralitas, serta gaya hidup. Perubahan-perubahan itu terjadi akibat banyaknya tuntutan dan keinginan baik dari lingkungan keluarga maupun dari pihak luar. Semakin besar tuntutan atau keinginan tersebut, semakin besar pula perubahan watak yang dimiliki seseorang,

1 D. Sudjana, Pendidikan Luar Sekolah: Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung, Asas (Cet. I; Bandung: Falah Production, 2000), h. 75.

sehingga membawa seseorang kepada kehidupan sosial yang berdampak positif seperti perkembangan teknologi semakin cepat, peningkatan dibidang ekonomi, peningkatan dibidang pendidikan dan sebagainya. Di samping itu pula ada yang berdampak negatif seperti perubahan watak seseorang yang penuh dengan kekerasan, kekejaman dan kebengisan. Kesemuanya ini telah membawa kepada pergeseran tata nilai yang bertentangan dengan kepribadian bangsa itu sendiri yang bersifat ramah tamah, gotong royong dan sebagainya.

Pergeseran tata nilai dalam kehidupan manusia ini sebagai salah satu akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang secara konkrit perubahan dan pergeseran itu membawa pada perilaku hidup umat yang mengejar kehidupan dunia sampai tidak menghiraukan halal dan haram, sehingga melupakan hubungannya dengan Allah dan hubungannya dengan manusia. Untuk mengatasi hal serupa di atas perlu adanya pembinaan pengetahuan di bidang agama yang dapat meredam sikap emosional yang berdampak pada dekadensi moral. Untuk mengatasi gejala tersebut, maka pendidikan agama dan kegiatan- kegiatan yang bernuansa keagamaan secara umum adalah hal yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan jiwa manusia dan membentuk kepribadian yang baik dan mulia, terutama pendidikan dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang bernuansa Islam.

Pembangunan yang berlangsung terus menerus membawa perubahan pada kehidupan masyarakat yang pada akhirnya menimbulkan berbagai persoalan di Pembangunan yang berlangsung terus menerus membawa perubahan pada kehidupan masyarakat yang pada akhirnya menimbulkan berbagai persoalan di

ini terjadi karena rendahnya perhatian pemerintah terhadap pentingnya peranan pendidikan dalam pembangunan bangsa dan negara.

Setiap orang tidak terkecuali anak atau remaja ingin memperoleh pendidikan dan duduk di bangku sekolah serta mempunyai cita-cita. Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan usaha, sarana dan prasarana sehingga

kebutuhan dapat terpenuhi. 3 Salah satu kebutuhan yang dipenuhi adalah kebutuhan pendidikan. Namun kenyataannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut

tidak mudah dengan berbagai kendala dan keterbatasan yang ada pada sebagian individu, keluarga maupun masyarakat.

Pemerintah mendidik bangsa untuk menjadi seorang ahli, golongan atau partai mendidik kader-kadernya untuk merumuskan dan memperjuangkan cita- cita, dengan madrasah kaum beragama mendidik putra-putrinya sebagai pelanjut perjuangan mereka. 4

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan. Upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan tidak pernah berhenti. Dengan upaya peningkatan mutu pendidikan, akan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk menciptakan sumber

2 N. S. Ahmad, Pendidikan dan Masyarakat, (Cet. I; Yogyakarta: CV Bina Usaha, 1989), h. 32.

3 C.E. Beeby., Pendidikan di Indonesia, (Cet. I; Jakarta: PT Djaya Pirusa, 1982), h. 51. 4 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 1991),

h. 162-182.

daya manusia yang berkualitas, sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan formal merupakan lembaga kepercayaan masyarakat sebagai komponen penting dalam mempersiapkan dan mengantarkan generasi anak bangsa untuk menghadapi kompetisi secara global yang kian hari semakin jelas dan terasa dampaknya terhadap aktifitas kehidupan masyarakat.

Masyarakat sebagaimana diketahui merupakan bagian dari komponen pendidikan yang turut serta memikul tanggung jawab pendidikan dan pengaruhnya dalam memberi arah terhadap pendidikan anak sangatlah besar, terutama para pemimpin masyarakat atau penguasa, di pundak mereka terpikul keikutsertaan membimbing pertumbuhan dan perkembangan terhadap penyelenggaraan pendidikan khususnya pada lembaga pendidikan. Dalam UUD No. 20 Tahun 2003, tentang hak dan kewajiban masyarakat disebutkan dalam pasal 8 bahwa:

“Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan”. Selanjutnya disebutkan dalam pasal 9 bahwa:

“Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan” 5

Masyarakat yang dimaksudkan disini adalah keluarga dimana keluarga tersebut sebagai pranata sosial yang utama, tidak disangkal lagi mempunyai arti yang sangat penting dan strategis dalam mengisi dan membekali nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan oleh anak yang tengah mengisi makna kehidupan.

5 Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional (Cet: II; Jakarta : Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag, 2003). h. 39

Keluarga jangan hanya dimaknai secara fisik yang terdiri dari bapak, ibu, dan anak, karena keluarga mempunyai nilai fungsional dalam membentuk pribadi anak guna mencapai kedewasaan dan kesempurnaan hidup.

Tujuan pendidikan Islam sebagaimana yang diungkapkan oleh Zakiah Daradjat adalah untuk menciptakan insan kamil. Insan kamil adalah manusia paripurna, manusia yang utuh jasmani dan rohani. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda atau bentuk tetap yang statis tetapi merupakan suatu keseluruhan dari

kepribadiaan seseorang berkenaan dengan seluruh aspek kehidupan. 6 Karena tujuan pendidikan bukanlah sesuatu yang bersifat tetap dan statis tetapi sesuatu

yang selalu berubah, berkembang, dinamis, dan mengikuti perkambangan zaman maka pendidikan harus disesuaikan dengan tuntutan zaman sekaligus sebuah keseluruhan yang memenuhi aspek kehidupan manusia. Manusia adalah sebaik- baik mahluk yang diciptakan terdiri dari aspek jasmani, rohani, dan akal maka pendidikan juga harus menjangkau ketiga aspek tersebut.

Suatu keniscayaan bahwa masalah kemasyarakatan dan peradaban dahulu, sekarang, dan akan datang tergantung pada pendidikan jika pendidikan tidak tertangani dengan baik niscaya peradaban akan semakin terpuruk dan tenggelam dalam kegelapan. Dapat dikatakan bahwa tumpuan terciptanya kemakmuran bumi adalah tanggung jawab pendidikan, tentunya pendidikan yang dinamis serta menjangkau seluruh aspek dan ruang lingkup yang sangat luas.

Majelis taklim adalah salah satu lembaga pendidikan diniyah non formal yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt dan

6 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. V; Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 29.

akhlak mulia bagi jamaahnya, serta mewujudkan rahmat bagi alam semesta. Dalam prakteknya, Majelis Taklim merupakan tempat pangajaran atau Pendidikan Agama Islam yang paling fleksibel dan tidak terikat oleh waktu. Dengan demikian Majelis Taklim menjadi lembaga pendidikan ibadah alternative bagi mereka yang tidak memiliki cukup tenaga, waktu, dan kesempatan menimba ilmu agama dijulur pendidikan formal. Inilah yang menjadikan Majlis Taklim memiliki nilai karakteristik tersendiri dibanding lembaga-lembaga ibadah lainnya.

Perlu dipahami juga bahwa manusia diciptakan oleh Allah swt dalam bentuk yang sebaik-baiknya, bahkan merupakan makhluk yang paling mulia jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya, oleh karena ia dibekali akal pikiran. manusia yang merasa dirinya memiliki akal, tentunya berusaha untuk melihat hakikat dirinya serta asal kejadiannya, sehingga hal tersebut dapat menumbuhkan keyakinan dan melahirkan dorongan untuk mengabdikan diri sepenuhnya hanya untuk menyembah Allah swt.

Sebagai makhluk hidup, manusia tumbuh dan secara evolusi baik selama kandungan maupun setelah lahir hingga menjadi dewasa dan mencapai usia lanjut. Dengan demikian manusia dalam proses kejadiannya termasuk makhluk tanpa daya dan eksploratif. Maksudnya manusia tidak mungkin dapat bertumbuh dan berkembang sendiri (tanpa daya) hingga memerlukan bantuan.

Islam sebagai agama yang menjadi pedoman hidup bagi manusia mencakup seluruh kehidupan manusia. Di samping sebagai way of life (pedoman hidup), Islam menurut para pemeluknya juga sebagai ajaran yang harus didakwahkan dan memberikan pemahaman berbagai ajaran yang terkandung di Islam sebagai agama yang menjadi pedoman hidup bagi manusia mencakup seluruh kehidupan manusia. Di samping sebagai way of life (pedoman hidup), Islam menurut para pemeluknya juga sebagai ajaran yang harus didakwahkan dan memberikan pemahaman berbagai ajaran yang terkandung di

Sebagaimana dalam Al-Quran yang tercantum dalam QS. al-Imran/3 : 104

Terjemahannya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. 7

Dari ayat diatas dijelaskan bahwa ada tanggung jawab yang harus dilakukan oleh seorang muslim kepada muslim lainnya yakni mengajak kepada yang ma’ruf (segala perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah swt, dan mencegah kepada yang munkar (segala perbuatan yang menjauhkan diri kepada Allah swt).

Majelis Taklim adalah lembaga pendidikan non formal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan diikuti oleh jamaah yang relatif banyak, dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah swt. Antara manusia sesamanya, dan antara manusia dan lingkungannya; dalam rangka membina masyarakat yang bertaqwa kepada Allah swt. 8

7 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Surabaya: Al- Hidayah,1998), h. 93.

8 Nurul Huda, Pedoman Majelis Taklim (Jakarta: KODI DKI Jakarta, 1990), h. 5.

Majelis Taklim adalah wadah pembentuk jiwa dan kepribadian yang agamis yang berfungsi sebagai stabilisator dalam seluruh gerak aktivitas kehidupan umat Islam Indonesia, maka sudah selayaknya kegiatan-kegiatan bernuansa Islami mendapat perhatian dan dukungan dari masyarakat, sehingga tercipta insan-insan yang memiliki keseimbangan antara potensi intelektual dan mental spiritual dalam upaya menghadapi perubahan zaman yang semakin maju.Perkembangan Majelis Taklim pertama-tama bersumber dari swakarsa dan swapercaya masyarakat berkat motivasi agamanya kemudian berkembang

Gambaran manusia yang diharapkan melalui proses pendidikan adalah seorang muslim yang beriman kepada Allah swt, bertakwa, berakhlak mulia serta menguasai ilmu untuk dunia dan akhirat serta memikul tanggung jawab dan amanat yang dibebankan kepadanya sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Keberhasilan seseorang dalam menyiarkan ajaran Islam sangat tergantung kepada metode (manhaj) yang digunakan sebagai media dakwah. Media dakwah dapat berupa pendidikan formal, non formal, informal maupun forum-forum incidental seperti tabligh akbar, ceramah-ceramah agamakhususnya yang berkaitan dengan sosio-kultural masyarakat.

Oleh sebab itu, lembaga non formal seperti Majelis Taklim diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa sarana pemberdayaan masyarakat untukmenanamkan dan meningkatkan pengetahuan agama yang nantinya dapat membentuk sikap keagamaan pada pribadi mereka. Melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang kegiatannya, fungsi demikian sesuai dengan pembangunan nasional kita. Pada umumnya pendidikan adalah tugas dan tanggung jawab Oleh sebab itu, lembaga non formal seperti Majelis Taklim diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa sarana pemberdayaan masyarakat untukmenanamkan dan meningkatkan pengetahuan agama yang nantinya dapat membentuk sikap keagamaan pada pribadi mereka. Melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang kegiatannya, fungsi demikian sesuai dengan pembangunan nasional kita. Pada umumnya pendidikan adalah tugas dan tanggung jawab

Gambaran manusia yang diharapkan melalui proses pendidikan adalah seorang muslim yang beriman kepada Allah swt, bertakwa, berakhlak mulia serta menguasai ilmu untuk dunia dan akhirat serta memikul tanggung jawab dan amanat yang dibebankan kepadanya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Keberhasilan seseorang dalam menyiarkan ajaran Islam sangat tergantung kepada metode (manhaj) yang digunakan sebagai media dakwah. Media dakwah dapat berupa pendidikan formal, non formal, informal maupun forum-forum incidental seperti tabligh akbar, ceramah-ceramah agama khususnya yang berkaitan dengan sosio-kultural masyarakat.

Oleh sebab itu, lembaga non formal seperti Majelis Taklim diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa sarana pemberdayaan masyarakat untuk menanamkan dan meningkatkan pengetahuan agama yang nantinya dapat membentuk sikap keagamaan pada pribadi mereka.

Peran penting pemerintah dalam pendidikan khususnya Pendidikan Agama Islam memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, seperti halnya dengan keadaan masyarakat di Kelurahan Singkil khususnya di Lingkungan V yang sebagian besar masyarakatnya masih minim dalam pemahaman keagamaan yang disebabkan masyarakat di daerah tersebut sebagian besar muallaf. Dengan demikian para Peran penting pemerintah dalam pendidikan khususnya Pendidikan Agama Islam memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, seperti halnya dengan keadaan masyarakat di Kelurahan Singkil khususnya di Lingkungan V yang sebagian besar masyarakatnya masih minim dalam pemahaman keagamaan yang disebabkan masyarakat di daerah tersebut sebagian besar muallaf. Dengan demikian para

Menurut pengamatan penulis, Majelis Taklim At-Takwa merupakan salah satu lembaga non formal yang dalam rangka meningkatkan pedidikan agama Islam khususnya bagi kaum ibu. Semenjak didirikanya hingga kini telah banyak memberikan kontribusi bagi masyarakat sekitar bahkan lebih luas lagi.

B. Rumusan Masalah

Melihat pembahasan latar belakang maka yang menjadi sub permasalahan pada skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana efektivitas Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado?

b. Apa faktor pendukung Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado ?

c. Apa faktor penghambat Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado ?

C. Pengertian Judul

Skripsi ini berjudul efektivitas Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado. Untuk memberikan pengertian terhadap judul, maka secara umum dapat dikemukakan beberapa pengertian kata atau kalimat yang menjadi inti dari judul skripsi ini, yaitu sebagai berikut :

1. Efektivitas merupakan kata benda dari keefektivan. Keefektivan dalam kamus bahasa indonesia kontemporer diartikan sebagai hal yang berkesan atau berpengaruh, dapat juga diartikan sebagai usaha, tindakan atau keberhasilan. 9

2. Majelis Taklim menurut bahasa terdiri dari dua kata yaitu “Majelis” dan “Taklim”, yang keduanya berasal dari bahasa Arab. Kata Majelis adalah suatu tempat yang di dalamnya berkumpul sekelompok manusia untuk

melakukan aktivitas atau perbuatan. 10 Kata Majelis Taklim adalah bentuk isim makna dari akar kata “yang berarti “tempat duduk, tempat sidang atau

dewan”. 11 Perkataan Majelis Taklim juga biasanya diartikan sebagai pengajaran, dengan demikian, secara lughaei Majelis Taklim dapat diartikan

9 Peter Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern English Press, 1991), h. 376.

10 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam (ed) Majelis, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeve, 1994), 121.

(Yogyakarta: Pustaka Progressif,1997), h. 2.

11 Ahmad Waeson

Munawir,

Kamus

Al-Munawwir, Al-Munawwir,

3. Pendidikan Agama Islam merupakan pengetahuan, potensi keagamaan atau kemungkinan berkembang yang dimiliki oleh setiap individu, hanya potensi tersebut dalam bentuk istimewa atau khusus yaitu dalam bentuk yang besar

atau kuat. 13

4. Ibu rumah tangga adalah sekumpulan ibu-ibu yang telah membentuk perkumpulan untuk melakukan pengajian atau pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

5. Masyarakat Kelurahan Singkil adalah sebuah komunitas masyarakat yang terletak di daerah Kelurahan Singkil dua Manado yang teridentifikasi dari awal bahwa daerah ini kebanyakan ibu rumah tangga telah menimbah ilmu Pendidikan Agama Islam.

Berdasarkan pengertian judul di atas, maka secara operasional skripsi ini mengkaji tentang bagaimana efektivitas Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado.

12 Tutty Alawiyah AS, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim (Bandung: Mizan, 1997), h. 5.

13 Suwrno, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Angkasa, 1981), h. 31.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mendeskripsikan efektivitas Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado.

b. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado.

c. Untuk mendeskripsikan faktor penghambat Majelis Taklim At-Takwa dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam bagi ibu rumah tangga di Lingkungan V Kelurahan Singkil dua Manado.

2. Kegunaan penelitian ini adalah:

a. Kegunaan Teoretis Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangsih khazanah pengetahuan tentang pola pendidikan masyarakat yang dapat memperkaya pemikiran tentang Pendidikan Agama Islam, sehingga diharapkan turut andil dalam menciptakan masyarakat Islam yang berkualitas.

b. Kegunaan Praktis Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan bahan masukan kepada para keluarga, masyarakat, dan instansi terkait yang berhubungan dengan pendidikan keagamaan khususnya Pendidikan Agama Islam bagi masyarakat.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Majelis Taklim

Majelis Taklim menurut bahasa terdiri dari dua kata yaitu “Majelis” dan “Taklim”, yang keduanya berasal dari bahasa Arab. Kata Majelis Taklim adalah bentuk isim makna dari akar kata yang berarti tempat duduk, tempat sidang atau

dewan. 1 Tuti Alawiyah As dalam bukunya “strategi dakwah di Lingkungan Majelis

Taklim”, mengatakan bahwa salah satu arti dari Majelis adalah pertemuan atau perkumpulan orang banyak sedangkan Taklim berarti pengajaran atau pengajian

agama Islam. 2 Kini apabila kedua istilah tersebut disatukan maka yang akan muncul

kemudian gambaran sebuah suasana dimana para muslimin berkumpul untuk melakukan kegiatan yang tidak hanya terikat pada makna pengajian belaka melainkan kegiatan yang dapat menggali potensi dan bakat serta menambah pengetahuan dan wawasan para jamaahnya.

Musyawarah Majelis Taklim se DKI Jakarta yang berlangsung tanggal 9-

10 Juli 1980 memberikan batasan (ta’rif) Majelis Taklim. Yaitu lembaga pendidikan non formal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri,

1 Ahmad Waeson Munawir, Kamus Al-Munawwir, (Yogyakarta: Pustaka Progressif,1997), h. 2

2 Tuti Alawiyah AS, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta,lim, (Bandung: MIZAN, 1997), h. 5 2 Tuti Alawiyah AS, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta,lim, (Bandung: MIZAN, 1997), h. 5

Dari beberapa definisi tersebut maka Majelis Taklim dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Majelis Taklim adalah tempat berlangsungnya kegiatan pengajian atau pengajaran agama Islam. Waktunya berkala tetapi teratur tidak tiap hari atau tidak seperti sekolah.

2. Majelis Taklim merupakan lembaga pendidikan Islam non formal yang pengikutnya disebut jamaah bukan pelajar atau murid. Hal ini didasarkan karena kehadiran di Majelis Taklim tidak merupakan suatu kewajiban sebagaimana dengan kewajiban murid di sekolah. Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa pengertian Majelis

Taklim adalah adalah suatu wadah berkumpulnya orang muslim guna menuntut ilmu agama Islam, yang disertakan kegiatan yang dapat menggali potensi dan mengembangkan bakat serta menambah pengetahuan dan wawasan para jamaahnya.

3 Nurul Huda, Pedoman Majelis Ta’lim, (Jakarta: KODI Jakarta, 1990), h. 5

B. Fungsi dan tujuan Majelis Taklim

1. Fungsi Majelis Taklim Fungsi Majelis Taklim menurut M. Arifin, Majelis Taklim berfungsi sebagai pengokoh landasan manusia Indonesia, khususnya di bidang mental spiritual keagamaan Islam dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara lahiriyah, bathiniyah dan duniawi sesuai tuntutan agama Islam yaitu iman dan takwa yang berlandaskan kehidupan duniawi dalam segala bidang kegiatan. 4

Menurut Nurul Huda fungsi Majelis Taklim, sebagai lembaga non formal adalah sebagai berikut:

a. Memberikan semangat dan nilai ibadah dan meresapi seluruh kehidupan manusia.

b. Memberikan motivasi dan inspirasi agar potensi jamaah dapat di kembangkan secara maksimal dan optimal dengan pembinaan pribadi, kerja produktif untuk kesejahtraan bersama.

c. Memadukan segala kegiatan atau aktifitas sehingga merupakan kesatuan yang padat dan selaras. 5

2. Tujuan Majelis Taklim Mengenai hal yang menjadi tujuan Majelis Taklim, mungkin rumusnya bermacam-macam. Tuti Alawiyah merumuskan bahwa tujuan Majelis Taklim dari funsi yaitu:

4 M. Arifin, Kapita Selekta pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta ; Bumi Aksara, 1995), h. 119.

5 Nurul Huda, pedoman Majelis Ta’lim (Jakarta: KODI DKI Jakarta, 1990), h. 5 5 Nurul Huda, pedoman Majelis Ta’lim (Jakarta: KODI DKI Jakarta, 1990), h. 5

b. Berfungsisebagai tempat kontak sosial, maka tujuannya adalah silaturahmi.

c. Berfungsi mewujudkan minat sosial, maka tujuannya adalah meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan

jamaahnya. 6 Secara sederhana tujuan Majelis Taklim dari apa yang diungkapkan diatas

adalah tempat berkumpulnya manusia yang didalamnya membahas pengetahuan agama serta terwujudnya ikatan silaturahmi guna meningkatkan kesadaran jamaah atau masyarakat sekitar tentang pentingnya peranan agama dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan di dalam ensiklopedia Islam, diungkapkan bahwa tujuan Majelis Taklim adalah:

a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran beragama dikalangan masyarakat khususnya bagi jamaah.

b. Meningkatkan amal ibadah masyarakat.

c. Mempererat silaturahmi antar jamaah.

d. Membina kader di kalangan umat Islam. 7

6 Tuti Alawiyah AS, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta’lim (Bandung: MIZAN, 1999), h. 78

7 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, (ed), Majelis, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Haefe, 1994), h.122

Majelis Taklim merupakan lembaga pendidikan tertua dalam Islam. Walaupun tidak disebut Majelis Taklim, namun pengajian Nabi Muhammad saw. Yang berlangsung secara sembunyi di rumah sahabat Arqam bin Abil Arqam r.a. di kota Makkah, dapat dianggap sebagai Majelis Taklim menurut pengertian sekarang.

Setelah adanya perintah Allah swt. Untuk menyiarkan Islam secara terang- terangan, pengajian seperti itu segera berkembang di tempat-tempat lain yang diselenggarakan secara terbuka.

C. Jenis-jenis dan Peranan Majelis Taklim

1. Jenis-jenis Majelis Taklim Jenis-jenis Majelis Taklim dapat dibedakan atas beberapa kriteria, diantaranya dari segi kelompok sosial jamaahnya Majelis Taklim terdiri atas:

a. Majelis Taklim bapak, anggotanya terdiri dari bapak-bapak.

b. Majelis Taklim Ibu, anggotanya terdiri dari ibu-ibu.

c. Majelis Taklim remaja, anggotanya terdiri dari para remaja pria maupun wanita.

d. Majeli Taklim campuran, pesertanya merupakan campuran muda-mudi dan pria wanita. 8

Ditinjau dari pengikat Majelis Taklim terdiri atas:

1) Majelis Taklim yang diselenggarakan oleh Masjid atau Mushollah tertentu. Pesertanya terdiri dari orang-orang yang berada disekitar Masjid atau

8 Tuti Alawiyah AS, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta’lim, h. 118

Mushollah tersebut. Dengan demikian dasar pengikatnya adalah Masjid dan Mushollah.

2) Majelis Taklim yang diselenggarakan oleh Rukun Warga (RW) atau Rukun Tetangga (RT) tertentu.

3) Majelis Taklim yang diselenggarakan oleh kantor atau instansi tertentu dengan peserta yang terdiri dari pegawai atau karyawan beserta keluarganya dasar pengikatnya adalah persamaan kantor atau instansi.

4) Majelis Taklim yang diselenggarakan oleh organisasi atau perkumpulan tertentu dengan peserta yang terdiri dari anggota atau simpatisan atau organisasi tersebut. Jadi dasar pengikatnya adalah rasa simpati peserta

terhadap organisasi atau perkumpulan tertentu. 9

2. Peranan Majelis Taklim Majelis Taklim adalah lembaga non formal. Dengan demikian Majelis Taklim bukan lembaga pendidikan formal seperti Madrasah, sekolah atau perguruan tinggi, Majelis Taklim bukanlah merupakan wadah organisasi masyarakat yang berbasis politik. Namun Majelis Taklim mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat, peranan Majelis Taklim antara lain:

1. Sebagai wadah yang membina dan mengembangkan kehidupan beragama dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah swt.

2. Sebagai taman rekreasi rohaniah, karena penyelenggaraannya bersifat santai.

9 Tuti Alawiyah AS, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta’lim, h. 119

3. Sebagai wadah silaturahmi yang menghidupkan syiar Islam, 10

4. Media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat Islam. Secara strategis Majelis Taklim menjadi sarana dakwah dan tabligh yang

Islami coraknya yang berperan sentral pada pembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat Islam sesuai tuntutan ajaran Islam. Di samping itu guna menyadarkan umat Islam dalam rangka menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang kontekstual kepada lingkungan sosial budaya dan alam sekitar, sehinggan dapat menjadikan umat Islam sebagai Ummatan Washatan yang meneladani kelompok umat lain.

Jadi peranan secara fungsional Majelis Taklim mengokohkan landasan hidup manusia Indonesia pada khususnya dibidang mental spiritual keagamaan Islam dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya. Secara lahiriyah dan bathiniyah, duniawih, rohaniyah secara bersamaan, sesuai tuntutan ajaran agama Islam yaitu iman dan takwa yang melandasi kehidupan duniawi, dalam segala bidang kegiatannya. Fungsi demikian sesuai dengan pembangunan nasional

kita. 11

D. Konsep Dasar Pendidikan Agama Islam

Pada hakekatnya yang disebut pendidikan adalah proses bimbingan, pembelajaran dan atau pelatihan terhadap anak, generasi muda, manusia agar

10 Tuti Alawiyah AS, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta’lim d., h. 120

11 M. Arifin, Kapita Selekta pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta ; Bumi Aksara, 1995), h. 119.

nantinya bisa berkehidupan dan melaksanakan peranan serta tugas-tugas hidupnya dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, pendidikan Islam dapat diartikan sebagai proses pembimbingan, pembelajaran, atau pelatihan agar manusia menjadi

muslim atau orang Islam. 12 Pendidikan mempunyai arti yang sangat luas dalam kehidupan

bermasyarakat. Untuk membentuk manusia yang memiliki peradaban dan budaya tinggi, M. Ngalim Purwanto mengatakan bahwa tinggi atau rendahnya kebudayaan suatu masyarakat, maju atau mundurnya tingkat suatu masyarakat dan negara sebagian besar tergantung kepada pendidikan dan pengajaran yang

diberikan 13 . Pendidikan Islam seperti kegiatan pengajian Majelis Taklim dapat dijadikan sebagai wadah pembentuk jiwa dan kepribadian yang agamis sekaligus berfungsi sebagai stabilisator dalam seluruh gerak aktifitas kehidupan manusia, maka selayaknya kegiatan-kegiatan yang bernuansa Islam mendapat perhatian dan dukungan dari masyarakat, sehingga tercipta insan-insan yang memiliki keseimbangan potensi dari segi intelektual maupun mental spiritual sekaligus memiliki kepribadian yang Islami dalam menghadapi perubahan zaman yang semakin global dan maju.

Dalam merumuskan pengertian pendidikan Islam, para ahli berbeda pendapat. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi memberikan pengertian Pendidikan Agama Islam mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan

12 Haidar Bagir, Konsep Pendidikan dalam Islam (Bandung: Mizan,1999),h. 6 13 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Rosda Karya, 1992), h. 36 12 Haidar Bagir, Konsep Pendidikan dalam Islam (Bandung: Mizan,1999),h. 6 13 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Rosda Karya, 1992), h. 36

lisan ataupun tulisan. 14

1. Defenisi Pendidikan Agama Islam Pendidikan lebih dari pada sekedar pengajaran, yang terakhir dapat dikatakan sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, bukan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Dengan demikian, pengajaran lebih berorientasi pada pembentukan tukang-tukang atau para spesialis yang terkurung dalam ruang spesialisasinya yang sempit, karena itu, perhatian dan minatnya lebih bersifat teknis. 15

Islam sebagai agama yang mengandung nilai universal, berlaku sepanjang zaman, dijamin pasti benar, sesuai dengan fitrah manusia, mengandung prinsip keseimbangan dan seterusnya dijamin dapat menyelamatkan kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Atas dasar ini, maka Pendidikan Agama Islam pada umumnya, memiliki tujuan yang didasarkan pada kepentingan agama, namun tujuannya untuk mensejahterakan dan membahagiakan manusia. Intinya ialah bahwa dengan berpegang teguh pada agama Islam, kehidupan manusia dijamin

pasti sejahtera dan bahagia di dunia dan akhirat. 16 Membahas Pendidikan Agama Islam tidak terlepas dari pengertian

pendidikan secara umum, untuk mendapatkan pengertian yang jelas dan tepat

14 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1994),h. 4 15 .Azyumadi Azra, Pendidikan Islam Cet VI; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002), h.3 16 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. 1; Jakarta: Prenada Media Group, 2010),

h.67.

diberikan batasan dalam pembahasan ini, sekitar penjelasan Pendidikan Agama Islam. Para ahli dalam bidang pendidikan telah banyak memberikan konsep tentang defenisi Pendidikan Agama Islam dengan redaksi yang berbeda-beda, sehingga hal ini ditemukan berbagai macam dan ragam pandangan tentang Pendidikan Agama Islam.

Menurut Abdul Majid mengemukakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terancana dalam menyiapkan peserta didik untuk

mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam. 17 Menurut Syahidin, dkk, mengemukakan bahwa Pendidikan Agama Islam

adalah suatu program pendidikan yang menanamkan nilai-nilai Islam sebagai proses pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas, yang dikemas dalam bentuk mata pelajaran yang diberi nama Pendidikan Agama Islam atau disingkat

PAI. 18 Secara fitrah manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya.

Pendidikan adalah media mencerdaskan kehidupan bangsa dan membawa bangsa pada era aufklarung (pencerahan). Menurut Romo Mangun Wijaya, pendidikan adalah proses awal usaha untuk menumbuhkan kesadaran sosial pada setiap manusia sebagai pelaku sejarah, yang pada akhirnya memberikan daya nalar yang

kritis terhadap perkembangan sosial yang ada. 19

17 Abdul Majid, dkk., Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004 (Cet. 3; Bandung: Remadja Rosdakarya, 2006), h. 130.

18 Syahidin dkk., Moral dan Kognisi Islam (Cet. 3; Bandung: Alfabeta, 2009), h. 1. 19 M. Yamin, Menggugat Pendidikan Indonesia, Belajar dari Paulo Preire dan Ki Hajar

Dewantara (Cet. I; Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), h. 16.

Sementara Jean Piaget mendefinisikan pendidikan sebagai penghubung dua sisi. Di satu sisi, individu yang sedang tumbuh, dan di sisi lain adalah nilai-nilai sosial, intelektual, dan moral yang menjadi tanggung jawab pendidikan untuk

mendorong individu tersebut. 20 Merujuk dua definisi di atas, pendidikan susungguhnya berupaya membangun kesadaran sosial kemasyarakatan yang tinggi

terhadap masyarakat atau pun anak didik agar mereka menjadi peka dan peduli terhadap realitas sosial, sehigga mampu bersentuhan secara konkret dan riil dengan situasi yang sedang terjadi dalam persoalan kemasyarakatan.

Ary H. Gunawan berpendapat bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi nilai, pengetahuan, sikap, dan keterampilan. 21 Pendidikan harus mampu menjawab persoalan-persoalan yang ada dalam masyarakat. Pendidikan bukan hanya mencetak manusia yang cerdas secara intelektual, namun juga mampu merasakan segala keluh kesah masyarakat yang ada disekitarnya. Masyarakat terdidik harus mampu berbaur dan membaur serta dapat mengatasi permasalahan masyarakat seperti kemiskinan, pengangguran, kebodohan, dan sederet persoalan masyarakat lainnya.

Chaedar Alwasilah dari berbagai definisi pendidikan ada tiga prinsip yang layak diperhatikan dalam pendidikan yaitu :

1. Belajar menghasilkan perubahan prilaku anak didik yang relatif permanen. Artinya peran pendidik adalah sebagai pelaku perubahan.

20 M. Yamin, Menggugat Pendidikan Indonesia,, h.16 21 Ibid, h. 17.

2. Anak didik memiliki potensi, kecenderungan, dan kemampuan yang merupakan benih kodrati untuk ditumbuhkembangkan tanpa henti. Maka, pendidikan seyogyanya menyirami benih kodrati ini hingga tumbuh subur dan berbuah. Proses belajar-mengajar dengan demikian adalah optimalisasi potensi diri sehingga dicapailah kualitas yang ideal.

3. Perubahan atau penciptaan kualitas ideal itu tidak tumbuh alami linier sejalan proses kehidupan. Artinya, proses belajar-mengajar memang merupakan bagian kehidupan itu sendiri, tapi ia disesuaikan secara

kusus. 22 Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas bab 1 pasal 1 menyebutkan:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual kegamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta berketerampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara. 23

Definisi tersebut menunjukkan bahwa pendidikan merupakan suatu aktivitas yang di dalamnya terdapat unsur kesengajaan untuk mengembangkan potensi, kecenderungan dan kemampuan menuju optimalisasi potensi diri sehingga dicapailah kualitas yang ideal. Pada hakekatnya pendidikan adalah bagian dari kehidupan itu sendiri yang tidak bisa dipisahkan. Kata pendidikan bila disandingkan dengan kata Islam, tentunya adalah pendidikan yang berdasarkan Islam atau menurut pandangan Islam, dan bukan pendidikan kusus agama Islam.

22 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching And Learning (Cet. III; Bandung: Mizan Learning Center, 2007), h. 18.

23 Departemen agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Undang-Undang RI No 20 Tahun 2005 Tentang Sikdiknas (Ttc; Jakarta: Departemen agama RI, Tth), h. 2.

Pendidikan agama tentu saja penting, tapi tentunya bukan satu-satunya yang penting. Bagaimanapun, menghasikan orang yang beriman dan bertakwa merupakan tujuan pendidikan yang sangat urgen, di samping itu orang tersebut harus memiliki tubuh yang sehat, akal yang cerdas, pandai dan mempunyai keterampilan hidup. Jadi pendidikan bagian ini pun menjadi bahan bahasan. Artinya pendidikan merupakan kegiatan yang sangat konprehensip.

2. Tujuan Pendidikan Islam Bila pendidikan dipandang sebagai suatu proses, maka proses tersebut akan berakhir pada tercapainya tujuan akhir pendidikan. Suatu tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan hakikatnya adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi manusia. Jika berbicara tentang tujuan pendidikan Islam, berarti berbicara tentang nilai-nilai ideal yang bercorak Islami. Sedang idealitas Islami itu sendiri pada hakekatnya adalah mengandung nilai yang dijiwai iman dan takwa kepada Allah swt.

Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang mempunyai tujuan, tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi merupakan suatu keseluruhan dari pribadi seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya. T.S. Eliot menyatakan bahwa pendidikan yang amat penting itu tujuannya harus diambil dari pandangan hidup. Jika pandangan hidup adalah

Islam, maka tujuan pendidikan adalah Islam. 24 Zakiah Daradjat membagi tujuan pendidikan menjadi empat yaitu tujuan umum, akhir, sementara, dan tujuan

24 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Cet. IV; Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), h. 46.

operasional. 25 Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan. Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang

meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan. Pendidikan Islam berlangsung seumur hidup yaitu untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, dan memelihara potensi maka tujuan akhir pendidikan Islam adalah memelihara tujuan pendidikan yang telah dicapai, sampai hidup di dunia ini telah berakhir, yaitu mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah swt. sebagai muslim atau Khusnul Khatimah.

Tujuan sementara ialah tujuan yang di sesuaikan dengan tingkat umur dan jenjang pendidikan yang biasanya direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal yang sekaligus menjadi tujuan opresional. Tujuan operasional dalam bentuk intruksional yang dikembangkan menjadi Tujuan Intruksional Umum (TIU) dan Tujuan Intruksional Khusus (TIK). Berikut beberapa pendapat tentang tujuan pendidikan diantaranya adalah Al-Attas menghendaki tujuan pendidikan Islam adalah manusia yang baik. Marimba berpendapat tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya manusia berkepribadian muslim. Al- Abrasyi menghendaki tujuan akhir pendidikan Islam adalah manusia yang berakhlak mulia. Munir Nursyi menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah manusia paripurna. 26 Bila dianalisa beberapa pendapat tersebut merupakan

tujuan pendidikan yang masih bersifat umum, sehingga membutuhkan beberapa

25 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam., h. 30-32. 26 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam., h. 46.

penjabaran tentang tujuan pendidikan yang lebih khusus. Secara psikologi tujuan pendidikan dalam individu manusia adalah mengubah sikap kanak-kanak menjadi sikap dewasa. Artinya pendidikan itu bertujuan agar anak mampu memiliki daya pembeda, antara yang baik dan yang

buruk antara yang benar dan yang salah. 27 Sehingga bagi orang yang telah menikmati pendidikan maka daya pembeda dalam jiwanya akan semakin matang dalam membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah.

Ali Abdul Halim Hahmud menyebutkan tujuan pendidikan Islam secara global adalah menciptakan keadaan yang kondusif bagi manusia untuk hidup di dunia secara lurus dan baik, serta hidup di akhirat dengan naungan Allah swt. 28

sedangkan Hasan Langgulung berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam untuk menjadikan manusia sebagai abid (hamba Allah swt.).

Membicarakan tujuan pendidikan umum memang penting, karena tujuan umum merupakan arah tujuan pendidikan itu sendiri. Untuk memperluas pelaksanaan pendidikan, tujuan itu dirinci menjadi tujuan khusus yang operasional. Salah satu rincian tujuan umum itu dilakukan oleh al-Syaibani. Al- Syaibani menjabarkan tujuan pendidikan Islam menjadi:

a. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuaan, tingkah laku, jasmani dan rohani, dan kemampuan-

27 Mukhotim El Moekry, Secercah Pemikiran Ideologis, (Cet. I; Jakarta: Wahyu Press, 2002), h. 135.

28 Cahyadi Takariawan, Menjadi Murabiyah Sukses, (Cet.III; Solo: Era Intermedia, 2005), h. 35-41.

kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan akhirat.

b. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkahlaku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan dalam masyarakat, dan memperkaya pengalaman masyarakat.

c. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan

masyarakat. 29 Al- Abrasyi merinci tujuan pendidikan Islam menjadi:

1) Pembinaan akhlak

2) Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat

3) Penguasaan ilmu

4) Ketrampilan bekerja dalam masyarakat Bagi Asma Hasan Fahmi tujuan akhir pendidikan Islam dapat dirinci

menjadi:

1) Tujuan keagamaan

2) Tujuan pengembangan amal dan akhlak

3) Tujuan pengajaran kebudayaan

4) Tujuan pembinaan kepribadian Munir Mursi menjabarkan tujuan pendidikan Islam adalah:

1) Menghambakan diri kepada Allah swt.

2) Berakhlak mulia

3) Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarat Islam

29 Cahyadi Takariawan, Menjadi Murabiyah Sukses,h. 41

4) Bahagia di Dunia dan Akhirat. 30 Jika diamati tujuan pendidikan di atas maka akan didapati beberapa

rumusan yang tumpang tindih dan kategori ganda, sehingga sampai disini perumusan tujuan pendidikan Islam belum memuaskan. Menurut Cahyadi Takariawan dan Ida Nur Laila tujuan Tarbiyah Islamiyah adalah tercapainya Muwasafat (sifat-sifat atau karakter individu) yang menjadi sasaran akhir pendidikan Islam sesuai dengan tahapnya, mencakup sepuluh poin kepribadiaan Islami yaitu sebagai berikut:

a. Salimul aqidah (bersih akidahnya)

b. Shahihul ibadah (benar ibadahnya)

c. Matinul khuluq (kokoh kepribadiannya)

d. Musaqqaful Fikr (terdidik pemikirannya/intelek)

e. Qowiyyul jismi (kuat fisik)

f. Qadirun ‘ alal kasbi (kemandirian finansial)

g. Munazamu fi syu’unihi (tertata urusannya)

h. Harisun ‘ alal waqtihi (efisien mengatur waktu)

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

EFEKTIVITAS FISIOTERAPI DADA TERHADAP PENGELUARAN SEKRET PADA BRONKITIS KRONIS DI RUMAH SAKIT PARU BATU

22 163 24

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

UJI EFEKTIVITAS BENZALKONIUM KLORIDA KONSENTRASI 0,001% DENGAN pH 5 (Terhadap Aktivitas Bakteri Staphylococcus aureus)

10 193 21

A DESCRIPTIVE STUDY ON THE TENTH YEAR STUDENTS’ RECOUNT TEXT WRITING ABILITY AT MAN 2 SITUBONDO IN THE 2012/2013 ACADEMIC YEAR

5 197 17

EFEKTIVITAS PENGAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA LAGU BAGI SISWA PROGRAM EARLY LEARNERS DI EF ENGLISH FIRST NUSANTARA JEMBER

10 152 10

IMPROVING CLASS VIII C STUDENTS’ LISTENING COMPREHENSION ACHIEVEMENT BY USING STORYTELLING AT SMPN I MLANDINGAN SITUBONDO IN THE 2010/2011 ACADEMIC YEAR

8 135 12

EFEKTIVITAS siaran dialog interaktif di Radio Maraghita sebaga media komunikasi bagi pelanggan PT.PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten di Kelurahan Lebakgede Bandung

2 83 1

EFEKTIVITAS MEDIA PENYAMPAIAN PESAN PADA KEGIATAN LITERASI MEDIA (Studi pada SMA Negeri 2 Bandar Lampung)

15 96 159

THE EFFECTIVENESS OF THE LEADERSHIP'S ROLE AND FUNCTION OF MUHAMMADIYAH ELEMENTARY SCHOOL PRINCIPAL OF METRO EFEKTIVITAS PERAN DAN FUNGSI KEPALA SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH METRO

3 69 100