TANGGUNG JAWAB ETIS hukum AKUNTAN

TANGGUNG JAWAB ETIS AKUNTAN

Hasana1
nanahasana71517@gmail.com

Pendahuluan
Seperti halnya profesi-profesi yang lain, Akuntan Publik juga mempunyai kode etik yang
digunakan

sebagai

rambu-rambu

atau

batasan-batasan

ketika

seorang


Akuntan

Publik menjalankan perannya. Pemahaman yang cukup dari seorang Akuntan Publik tentang
kode etik, akan menciptakan pribadi Akuntan Publik yang profesional, kompeten, dan berdaya
guna. Tanpa adanya pemahaman yang cukup tentang kode etik, seorang Akuntan Publik akan
terkesan tidak elegan, bahkan akan menghilangkan nilai esensial yang paling tinggi dari
profesinya tersebut
Dengan adanya kode etik profesi, akuntan diharapkan berperilaku secara benar dan tidak
melakukan perbuatan yang melanggar aturan. Meski begitu terkadang pelanggaran tetap saja
terjadi. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman dan pengetahuan dalam menerapkan etika
secara memadai. Oleh karena itu diperlukan adanya landasan pada standar moral dan etika
tertentu.

Peran Ikatan Akuntan Indonesia (AIA) dalam mendukung profesionalisme Akuntan
Untuk mendukung profesionalisme akuntan, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), sejak tahun 1975
telah mengesahkan “Kode Etik Akuntan Indonesia” yang telah mengalami revisi pada tahun
1986, tahun 1994 dan terakhir pada tahun 1998. Dalam Mukadimah Kode Etik Akuntan
Indonesia tahun 1998 ditekankan pentingnya prinsip etika bagi akuntan. Dengan menjadi
anggota, seorang akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin dan memenuhi segala
hukum dan peraturan yang telah disyaratkan.

Deskripsi tentang prinsip etika berdasarkan pernyataan AIA, 1998 dalam Ludigdo (2007) yaitu:
1. Tanggung Jawab profesi
Setiap auditor harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam
setiap kegiatan yang dilakukan seperti dalam mengaudit sampai penyampaian hasil laporan
audit.
1

Program Studi Magister Akuntansi Universitas Islam Indonesia

2. Kepentingan Publik
Profesi akuntan publik memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari
profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai,
investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan
integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib.
3. Integritas
Auditor harus memiliki integritas yang tinggi, sama seperti hal dalam kepentingan publik,
auditor adalah peran yang penting dalam organisasi, dalam menjalankan tanggung jawabnya
auditor harus memiliki integritas yang tinggi, tidak mementingkan kepentingan sendiri tetapi
kepentingan bersama atas dasar nilai kejujuran.
4. Objektivitas

Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan auditor bersikap adil, tidak memihak, jujur secara
intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah
pengaruh pihak lain.
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan
ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan
profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir.
6. Kerahasiaan
Setiap auditor harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan
jasanya dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan
klien atau pihak – pihak yang terkait, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau
hukum untuk mengungkapkannya.
7. Perilaku Profesional
Setiap auditor harus berperilaku yang konsisten dengan karakter yang dimiliki yang harus
dapat menyesuaikan perilakunya dengan setiap situasi atau keadaan dalam setiap tanggung
jawabnya terhadap klien.

2


8. Standar Teknis
Setiap auditor harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati. Standar
teknis dan standar professional yang harus ditaati auditor adalah standar yang dikeluarkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan pengatur, dan
pengaturan perundang-undangan yang relevan.

Kesimpulan
Dari beberpa kali perubahan dan revisi yang telah dilakukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI), terkait dengan “Kode Etik Akuntan Indonesia” sebagai mana yang telah diuraikan diatas
yaitu dari pertama kali disahkan tahun 1975 yang kemudian revisi yang terjadi pada tahun 1986,
kemudian tahun 1994 dan terakhir tahun 1998, ini memerlukan waktu yang tidak sebentar,
revisi-revisi tersebut tentu saja dimaksudkan untuk penyempurnaan yang kemudian dapat
menghasilkan rambu-rambu atau batasan-batasan ketika seorang Akuntan Publik menjalankan
perannya, sehingga keprofesionalan dan kehandalan seorang akuntan tetap tejaga.

Referensi:
Ludigdo, U. (2007). Paradoks Etika Akuntan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.


3