1.1. Latar Belakang - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Tanaman hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang menempati posisi penting dalam memberikan kontribusi bagi perekonomian Indonesia, khususnya tanaman sayuran yang sangat penting bagi kehidupan. Meningkatnya kebutuhan sayuran menuntut adanya suatu cara yang mampu menghasilkan sayuran dalam jumlah yang lebih banyak dan dalam waktu yang relatif singkat. Sistem pertanian konvensional yang dicirikan dengan penggunaan input-input anorganik dan bahan-bahan kimia pertanian dalam proses budidaya ternyata membawa dampak negatif, akibatnya terjadi masalah baru dalam pertanian sayuran. Masalah-masalah yang dihadapi yaitu, pencemaran air oleh bahan kimia pertanian, menurunnya kualitas dan produktivitas sayuran, ketergantungan terhadap bahan kimia pertanian, serta gangguan kesehatan yang diakibatkan adanya residu kimia yang terkandung dalam produk sayuran. Penggunaan bahan-bahan kimia (pupuk dan pestisida) memang terbukti dapat melipat gandakan hasil panen produksi pangan dan hortikultura, namun dalam jangka panjang ternyata memberikan dampak negatif seperti menurunkan kesuburan tanah dan merusak lingkungan hidup. Penggunaan pestisida yang berlebihan diperkirakan sebagai salah satu sumber pencemaran lingkungan. (http://repository.ipb.ac.id)

  Salah satu tanaman sayuran organik yang digemari masyarakat yang sangat baik bagi kesehatan sebagai sumber bahan makanan dan obat-obatan yaitu tanaman jamur. Beraneka ragam jenis jamur yang telah dibudidayakan seperti jamur Shiitake, jamur kuping, jamur tiram, jamur lingzhi, jamur merang, dan masih banyak lagi jenis jamur yang telah dikonsumsi. Jamur merupakan salah satu jenis produk hortikultura yang dapat dikembangkan dan diarahkan untuk dapat memperbaiki keadaan gizi masyarakat. Oleh karena itu, jamur merupakan pangan yang aman untuk dikonsumsi. (H.Unus Suriawiria, 1997)

  Perkembangan jamur di dunia tampaknya cukup mendorong budidaya jamur di Indonesia dengan bertambahnya upaya pengembangan jenis jamur konsumsi dan perkembangan budidaya yang mendorong perluasan produksi (Agromedia, 2009).

  Hal yang paling menarik dari usaha budidaya jamur adalah aspek ekonomi yang sangat cerah karena tidak membutuhkan lahan yang luas, media tumbuh tanam berupa limbah pertanian mudah di dapat di mana-mana yang harganya murah serta siklus produksinya relatif singkat (1-6) bulan, hasil produksinya cukup bersaing dengan jenis makanan lainnya terlebih keunggulan dalam kandungan nilai gizi serta khasiat sebagai obat-obatan (Tahir, Djumhawan, dan Eisrin, 2002).

  Peluang pasar jamur tiram tidak terbatas pada jamur segar saja, tetapi juga meliputi produk olahan lainnya seperti jamur kalengan, keripik jamur, dan abon jamur. Selain menjual jamur segar, petani jga dapat menambah penghasilan dengan menjual sarana budidaya seperti bibit botolan dan media tanam atau baglog (Agromedia, 2009).

  Menurut jumlah produksi dan nilai bisnisnya maka jenis-jenis jamur di dalam perdagangan dunia memiliki urutan sebagai berikut:

  Tabel 1. Kawasan Produksi Jenis-Jenis Jamur No Nama Umum/Nama Latin Kawasan Produksi

  1. Champignon/jamur kompos Amerika Serikat, Prancis, Nederland, (Agaricus bisporus, A. Campestris) Inggris, Cina, Taiwan, Australia,Skandinavia.

  2. Shiitake (Lentinus edodes) Cina, Jepang, Taiwan, Korea, serta Indonesia baru mulai, juga Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa.

  3. Jamur merang, hed-bua Cina, Taiwan, Korea, Filipina, (Volvariella volvacea, V.esculenta) Thailand, Indonesia dan Malaysia.

  4. Jamur winter Jepang, Cina, Taiwan, dan Korea.

  (Flammulina velutipes) 5. Jamur kuping/mouleh Cina , Taiwan, Filipina. (Aureicularia auriculae)

  6. Jamur tiram Cina, Taiwan, Jepang, Thailand, (Pleurotus ostratus) Pakistan, Indonesia, Singapura, Jerman, dan Nederland.

  7. Nameko Jepang.

  (Pholiota nameko) 8. Jamur lendir putih Cina dan Taiwan. (Tramella fuciformis) 9. Tuber Jepang. (Tricholoma matsutake)

  Sumber: H.Unus Suriawiria, 1997 Dilihat dari tabel diatas, Indonesia telah termasuk salah satu kawasan perdagangan dunia menurut jumlah dan produksinya dalam perdagangan jamur, khususnya jamur shinttake dan jamur tiram. Adapun jenis-jenis jamur yang telah dibudidayakan di Indonesia adalah:

  Tabel 2. Jenis Jamur yang Sudah Dibudidayakan Di Indonesia No Jenis Nama Umum 1. Volvariella volvace Jamur merang, supa, padi, jamur padi.

  v.esculenta 2. Pleurotus ostreatus Jamur tiram, jamur kayu. P.flebellatus P.floridae 3. Auricularia auriculae Jamur kuping, supa lember.

  4. Lentinus edodes “shiitake”, jamur kayu cokelat-hitam, jamur kayu hitam.

  5. Agaricus bisporus “champignon”, jamur kompos.

  6. Ganoderma lucidum “ling-zhi” Sumber: H.Unus Suriawiria, 1997

  Jamur tiram memiliki kandungan gizi yang tinggi dan bermanfaat bagi kesehatan seperti:

1. Dapat menurunkan tingkat kolesterol dalam darah 2.

  Mencegah penyakit jantung 3. Mengurangi berat badan dan diabetes 4. Menyembuhkan anemia (kekurangan darah) 5. Melancarkan pencernaan 6. Antitumor, antioksidan 7. Mencegah dan menanggulangi kekurangan gizi dan pengobatan kekurangan zat besi

  8. Keunggulan lain dari jamur tiram putih adalah memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan memiliki sifat adaptif dengan lingkungan yang baik serta tingkat produktivitasnya yang cukup tinggi sehingga diharapkan mampu meningkatkan pendapatan petani serta membantu program pemerintah dalam usaha meningkatkan ekspor nonmigas, khususnya di bidang pertanian.

  Selain dilihat dari segi kesehatan perkembangan prospek usaha jamur tiram cukup menjajikan dalam hal bisnis. Hal ini dibuktikan dengan semakin berkembangnya bisnis kuliner jamur tiram yang tentunya akan membuka pasar jamur tiram. Banyak sudah masyarakat yang mulai melirik budidaya jamur tiram sebagai kerja sampingan atau bahkan ada yang menjadikannya bisnis utama dalam penyangga perekonomian rumah tangga. Karena jamur tiram mudah untuk dibudidayakan dan media tanamnya banyak tersedia. Selain itu pemasaran jamur tiram biasanya sudah ada jaringannya sendiri. Jadi saat jamur tiram dipanen, sudah ada yang bersiap menampung jamur tiram (Kompasiana, 2012).

  Di kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang tiap tahunnya mengalami peningkatan jumlah petani yang membudidayakan jamur tiram organik seperti pada tabel berikut:

  

Tabel 3. Jumlah Petani Jamur Tiram di Kota Medan dan Kabupaten Deli

Serdang No. Tahun Jumlah Petani Jamur Tiram Jumlah Petani Jamur Tiram Organik di Kab. Deli Organik di Kota Medan Serdang

  1. 2012

  11 Petani

  4 Petani 2. 2013

  17 Petani

  7 Petani

  Jumlah

28 Petani

  11 Petani

  Sumber: Perkumpulan Anggota Jamur Tiram di Kota Medan dan Kab. Deli Serdang, 2013

  Jumlah Petani jamur tiram organik mengalami peningkatan dari Tahun 2012 ke Tahun 2013. Peningkatan di Kota Medan sebanyak 3 orang Petani dari Tahun 2012 sebanyak 4 Petani dan Tahun 2013 sebanyak 7 Petani, sedangkan di Kabupaten Deli Serdang mengalami peningkatan sebesar 6 orang Petani yaitu dari Tahun 2012 sebanyak 11 Petani dan Tahun 2013 sebanyak 17 Petani.

  Penelitian ini khusus untuk mengamati dan menganalisis 5 faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani jamur tiram organik di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang yaitu: biaya bibit, biaya serbuk kayu, biaya kapur, pengalaman kerja petani dan biaya tenaga kerja.

  Di lihat di kondisi di lapangan, adapun kendala-kendala yang dihadapi petani jamur tiram di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang yaitu modal, tenaga kerja dan menjaga suhu kumbung. Selain karena keterbatasan kepemilikan modal, tenaga kerja juga belum terampil dalam pembuatan media karena merupakan komoditi yang baru d kembangkan di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang. Kemampuan teknis budidaya jamur yang kurang mengakibatkan hasil yang dicapai tidak optimum dan menjaga suhu kumbung merupakan salah satu faktor penting dalam budidaya jamur tiram sehingga akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh.

  Sumatera Utara merupakan daerah yang memiliki potensi dalam mengembangkan produksi jamur tiram, karena sumberdaya alam yang dimiliki dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku pembuatan media jamur tiram dan bahan-bahan lain yang digunakan juga tersedia banyak karena merupakan limbah dari pertanian. Misalnya sisa-sisa penggergajian kayu yang merupakan limbah yang masih jarang dimanfaatkan di Sumatera Utara.

  Dilihat dalam uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti faktor- faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani jamur tiram di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang, melihat tanaman jamur tiram merupakan tanaman baru yang dikembangkan di daerah penelitian dengan harapan memperoleh pendapatan yang menguntungkan bagi keluarga dan dapat memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat disekitar usaha.

1.2. Identifikasi Masalah

  Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan jamur tiram organik? 2.

  Berapa biaya produksi, penerimaan pendapatan dan R/C usahatani jamur tiram organik?

1.3. Tujuan Penelitian 1.

  Untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani jamur tiram organik.

2. Untuk menganalisis biaya produksi, penerimaan, pendapatan dan R/C usahatani jamur tiram organik.

1.4. Kegunaan Penelitian

  Kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi yang dapat menambah pengetahuan mengenai pengusahaan jamur tiram putih bagi petani dan masyarakat, pelaku bisnis, serta pihak-pihak lain yang membutuhkan sehingga dapat memberikan daya tarik bagi mereka untuk menanamkan modal pada usaha jamur tiram putih.

  2. Bagi penulis sebagai bahan tambahan wawasan dan pengetahuan, serta melatih kemampuan berfikir dan mendapatkan pengalaman tentang permasalahan yang dibahas di lapangan dengan teori yang telah didapat dari perkuliahan.

  3. Bagi pembaca, sebagai bahan referensi dan tambahan informasi tentang analisis penggunaan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani jamur tiram organik.