Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Restoran di Kota Medan

(1)

S E K

O L

A H

P A

S C

A S A R JA N

A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN PENGUSAHA RESTORAN

DI KOTA MEDAN

T E S I S

OLEH

DIWAYANA PUTRI NASUTION

117018020/EP

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN PENGUSAHA RESTORAN

DI KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan

Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

DIWAYANA PUTRI NASUTION

117018020/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA RESTORAN DI KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : Diwayana Putri Nasution

Nomor Pokok : 117018020/EP

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Disetujui Komisi Pembimbing :

(Prof. Dr. Syaad Afifuddin M.Ec)

Ketua Anggota

(Dr. Rujiman M.A.)

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Syaad Afifuddin M.Ec) (Prof. Dr. Erman Munir M.Sc)


(4)

Telah diuji pada Tanggal : 31 Juli 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Syaad Afifuddin M.Ec

Anggota : 1. Dr. Rujiman M.A.

2. Prof. Dr. Ir. Pandia Setiaty 3. Dr. Ir. Rahmanta S., M.Si


(5)

“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA RESTORAN

DI KOTA MEDAN” PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Restoran di Kota Medan” adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga sebelumnya. Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan secara jelas dan benar.

Medan, Juli 2013 Penulis,


(6)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA RESTORAN

DI KOTA MEDAN

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Restoran di Kota Medan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha dan variasi menu terhadap variabel dependen yaitu pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan melalui variabel intervening biaya. Penelitian ini menggunakan data croos section sebanyak 160 populasi dan sampel penelitian sebanyak 115 pengusaha restoran serta menggunakan metode Path Analysis dalam mengestimasi hasil penelitiannya. Hasil penelitian pada persamaan struktural pertama menunjukkan bahwa modal, tenaga kerja, waktu kerja, dan lama usaha memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap biaya pengusaha restoran, serta variasi menu memiliki pengaruh positif dan non signifikan terhadap biaya pengusaha restoran. Pada persamaan struktural kedua menunjukkan bahwa modal, tenaga kerja, lama usaha dan variasi menu memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pengusaha restoran, serta waktu kerja dan biaya memiliki pengaruh positif dan non signifikan terhadap pendapatan pengusaha restoran. Berdasarkan pengaruh langsung diketahui bahwa modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha dan variasi menu memiliki pengaruh positif terhadap biaya dan pendapatan pengusaha restoran. Berdasarkan pengaruh tidak langsung diketahui bahwa modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha dan variasi menu melalui variabel intervening biaya memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha restoran. Berdasarkan pengaruh total diketahui bahwa modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha dan variasi menu bersama-sama variabel intervening biaya memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha restoran.

Kata kunci: Pendapatan, Biaya, Modal, Tenaga kerja, Waktu Kerja, Lama


(7)

THE ANALYSIS OF THE FACTORS INFLUENCING THE INCOME OF RESTAURANT BUSINESSMAN

IN THE CITY OF MEDAN

ABSTRACT

The title of the research is “The Analysis of the Factors influencing the Income of Restaurant Businessman in the City of Medan”. The objective of the research was to find out the influence of independent variables such as capital, manpower, work time, the length of doing business, and menu variation on dependent variable, the income of restaurant businessman in Medan through cost intervening variable. The research used cross sectional approach. The population was 160 restaurant businesses, and 115 of them were used as the samples, using path analysis in estimating the result of the research. The result of the research in the first structural equation showed that capital, manpower, work time, and the length of doing business had positive and significant influence on the cost of restaurant businessman, and menu variation had positive but not significant influence on the cost of restaurant businessman. The result of the research in the second structural equation showed that capital, manpower, the length of doing business, and menu variation had positive and significant influence on the income of restaurant businessman, and work time and cost had positive but not significant influence on the income of restaurant businessman. Based on the direct effect, it was found that capital, manpower, work time, the length of doing business, and menu variation had positive influence on the cost and the income of restaurant businessman. Based on indirect effect, it was found that capital, manpower, work time, length of doing business, and menu variation, through cost of intervening variable, had positive influence on the income of restaurant businessman. Based on total effect, it was found that capital, manpower, work time, the length of doing business, and menu variation, together with cost intervening variable, had positive influence on the income of restaurant businessman.

Keywords: Income, Cost, Capital, Manpower, Work Time, Length of Doing Business, and Menu Variation


(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim,

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang tercurah hingga selesainya tesis ini. Shalawat dan salam pada Rasulullah SAW yang dengan bimbingannya hingga saat ini kita berada dalam dien yang benar dan tetap menjadi umat yang terbaik.

Penulisan tesis ini merupakan kewajiban bagi para mahasiswa Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Magister Sains. Untuk memenuhi kewajiban tersebut, maka penulis menyusun tesis yang berjudul :”Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Restoran di Kota Medan”.

Dalam penulisan tesis ini penulis menyadari adanya bimbingan dan dukungan dari semua pihak baik moril maupun materil sehingga penulisan tesis ini dapat terwujud. Pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terimakasih atas motivasi, kasih sayang serta doa bagi penulis kepada ayah dan mama tercinta (Ir. Awaluddin Nasution dan Nurhayani Lubis), kakak tercinta (Dina Sabrinah Nasution) dan adik-adik tercinta (Muhammad Ghazi Alwafi Nasution dan Muhammad Fadil Hilmi Nasution) dan Muhammad Ikhsan. Penulis juga mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc. (CTM), Sp. A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.


(9)

2. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin M.Ec, dan Bapak Prof. Dr. Ramli S.E., M.S., selaku Ketua dan Sekretaris Magister Ekonomi Pembangunan Fakultas Pasca Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Erman Munir M.Sc, selaku Direktur Fakultas Pasca Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin M.Ec dan Bapak Dr. Rujiman M.A., selaku Dosen Pembimbing tesis, yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan yang baik mulai dari awal penulisan hingga selesainya tesis ini.

5. Ibu Prof. Dr. Ir. Pandia Setiaty, Bapak Dr. Ir. Rahmanta M.Si, Bapak Dr. H.B. Tarmizi S.U. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan tesis ini.

6. Dosen-dosen Pengajar Program Pasca Sarjana Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu-ilmunya melalui kegiatan belajar mengajar dengan dasar pemikiran dan pengetahuan yang sangat baik.

7. Staff-staff administrasi Program Pasca Sarjana Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dan mempermudah penulis dalam menyelesaikan studi di Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

8. Pengusaha-pengusaha Restoran di Kota Medan, manager dan para karyawannya, atas bantuan dalam memberikan data sehingga tesis ini dapat diselesaikan.


(10)

9. Kepada Teman-teman Magister Ekonomi Pembangunan, Sahabat-sahabat Tamsu, S1 Ekonomi Pembangunan, ESQ, dan pihak-pihak lain yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang selama ini memberikan semangat, keceriaan, dan motivasi. Terimakasih untuk doa, dukungan moril dan semangat yang membuat penulis memiliki motivasi dalam menyelesaikan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran, masukan dan kritik yang membangun demi penulisan yang lebih sempurna di masa akan datang.

Akhir kata, semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu selanjutnya dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya bagi kita semua.

Medan, 30 Juni 2013 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Diwayana Putri Nasution

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat tanggal lahir : Medan, 13 Februari 1989 Nama Ayah : Ir. Awaluddin Nasution

Nama Ibu : Nurhayani Lubis

Alamat : Jl. Setia Budi No.19 LK.8 Medan

1. SD Swasta Taman Asuhan Pematangsiantar Riwayat Pendidikan Formal :

(Tahun 1995 s/d 2001)

2. SMP Swasta Taman Asuhan Pematangsiantar (Tahun 2001 s/d 2004)

3. SMA Negeri 4 Pematangsiantar (Tahun 2004 s/d 2007)

4. Sarjana Ekonomi (S1) Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara Medan

(Tahun 2007 s/d 2011)

5. Pasca Sarjana Ekonomi (S2) Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara Medan


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Kewirausahawan ... 11

2.1.1. Pengertian Wirausahawan ... 11

2.1.2. Karakteristik Wirausahawan ... 12

2.1.3. Kelebihan dan Kekurangan Wirausahawan ... 13

2.1.4. Model Kurva Permintaan dari Perspektif Kewirausahaan ... 14

2.1.5. Model Fungsi Produksi Kewirausahaan ... 15

2.1.6. Teori Laba Kewirausahaan ... 17

2.2. Restoran ... 18

2.2.1. Jenis Usaha Restoran ... 20

2.2.2. Penyebab Kegagalan Restoran ... 24

2.3. Pendapatan ... 28

2.3.1. Pengertian Pendapatan ... 28

2.3.2. Pendekatan dalam Perhitungan Pendapatan Nasional 39 2.4. Biaya ... 40

2.4.1. Jenis-jenis Biaya ... 42

2.4.2. Biaya Produksi dalam Jangka Pendek ... 48

2.4.3. Biaya Produksi dalam Jangka Panjang ... 52

2.5. Modal... 54

2.5.1. Jenis-jenis Modal ... 55

2.5.2. Sumber-sumber Modal ... 56

2.5.3. Peranan Modal dalam Perekonomian ... 57

2.6. Tenaga Kerja ... 58

2.7. Lama Usaha ... 62

2.8. Variasi Menu ... 63

2.9. Penelitian Terdahulu ... 65


(13)

2.10. Kerangka Konseptual ... 71

2.11. Hipotesis ... 73

BAB III METODE PENELITIAN ... 74

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 74

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 74

3.3. Populasi dan Sampel ... 74

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 76

3.5. Metode Analisis Data ... 77

3.6. Model Analisis Data ... 77

3.7. Variabel Penelitian ... 78

3.8. Metode Path Analysis ... 81

3.8.1. Uji Asumsi ... 82

3.8.2. Uji Statistik ... 85

3.8.3. Uji Hipotesis dan Uji Hubungan ... 87

3.9. Defenisi Operasional ... 88

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 90

4.1. Gambaran Umum Wilayah Kota Medan ... 90

4.1.1. Kondisi Geografis Kota Medan... 90

4.1.2. Jumlah Penduduk Kota Medan ... 93

4.1.3. Kondisi Perekonomian Kota Medan ... 95

4.1.4. Gambaran Umum Pariwisata Kota Medan ... 96

4.1.5. Potensi Kegiatan Perdagangan, Hotel dan Restoran Kota Medan ... 97

4.1.6. Perkembangan Aneka Restoran di Kota Medan ... 99

4.2. Karakteristik Sampel Penelitian ... 107

4.2.1. Usia Responden ... 107

4.2.2. Jenis Kelamin Responden ... 108

4.2.3. Tingkat Pendidikan Responden ... 109

4.2.4. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden ... 110

4.2.5. Jumlah Tenaga Kerja Responden ... 111

4.2.6. Lama Usaha Responden ... 111

4.2.7. Jumlah Pembeli Responden ... 112

4.2.8. Kendala yang Dihadapi Responden ... 113

4.3. Analisis dan Pembahasan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Restoran di Kota Medan ... 114

4.3.1. Hasil Uji Asumsi ... 114

4.3.2. Analisis Model ... 119

4.3.3. Uji Kesesuaian danUji Hubungan Kausal ... 120

4.3.4. Hubungan Faktor-faktor terhadap Pendapatan Pengusaha Restoran di Kota Medan ... 120

4.3.5. Analisis Pengaruh Langsung, Pengaruh tidak Langsung, dan Pengaruh Total ... 124


(14)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 139 5.1. Kesimpulan ... 139 5.2. Saran ... 141 DAFTAR PUSTAKA


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Penelitian Terdahulu ... 67

3.1. Sampel Restoran per Kecamatan ... 76

3.2. Indeks Pengujian Kelayakan Model ... 87

3.3. Operasional Variabel ... 88

4.1. Luas Wilayah Kota Medan... 91

4.2. Sebaran dan Kepadatan Penduduk di Kota Medan ... 94

4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 108

4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 108

4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 109

4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga ... 110

4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Tenaga Kerja ... 111

4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Usaha ... 112

4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pembeli per Hari . 112 4.10. Uji Normalitas Data ... 115

4.11. . Asumsi Outlier ... 116

4.12. Uji Multikolinearitas ... 119

4.13. Hasil Komput erisasi Criteria Goodness of Fit Indices Model . 120 4.14. Regression Weight ... 121

4.15. Pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, dan pengaruh total faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan... 124


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1. Perkembangan Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran di Kota Medan 2004-2012 ... 2

1.2. Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Medan 2008 - 2012 . 4 2.1. Model Permintaaan Kewirausahaan ... 15

2.2. Model Fungsi Produksi Kewirausahaan ... 16

2.3. Model Kurva Biaya... 17

2.4. Model L-Shape ... 17

2.5. Model Diagram Laba Kewirausahaan ... 18

2.6. Tahapan Produksi ... 33

2.7. Kurva Isoquant ... 34

2.8. Kurva Isocost ... 34

2.9. Least Cost Combination ... 35

2.10. Kurva Biaya Variabel ... 44

2.11. Kurva Biaya Tetap ... 44

2.12. Kurva Biaya Total ... 45

2.13. Kerangka Konseptual Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Restoran di Kota Medan ... 72

4.1. Restoran Bernilai Sejarah, Tip Top Medan... 99

4.2. Food Court, Merdeka Walk & Amaliun Food Court ... 101

4.3. Restoran Padang, Garuda & Sederhana ... 102

4.4. Restoran di dalam Gedung, Solaria & Sari Laut Nelayan Jala-jala ... 104

4.5. Restoran siap saji (fast food), Mc. Donalds & Kentucky Fried Chicken ... 106


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Bagan Struktural Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak

Langsung Dan Pengaruh Total ... 146 2. Kuisioner Penelitian ... 148 3. Data Hasil Penelitian Pendapatan Pengusaha Restoran di

Medan ... 151 4. Hasil Path Analysis dengan program AMOS ... 157


(18)

DAFTAR SINGKATAN

AC = Average Cost AFC = Average Fixed Cost AVC = Average Variable Cost

AGFI = Adjusted Goodness of Fit Index AMOS = Analysis of Moment Structure

CMIN/DF = The Minimum Sample Disprepancy Fungtion/ Degree of Freedom

CR = Critical Ratio FC = Fixed Cost

GFI = Goodness of Fit Index LRAC =Long Run Average Cost MC =Marginal Cost

NLI = Normed Fit Indeks PDB = Produk Domestik Bruto

PDRB = Produk Domestik Regional Bruto PNB = Produk Nasional Bruto

RMSEA = The Root Mean Square of Approximation TC = Total Cost

TLI = Tucker Lewis Indeks FC =Fixed Cost


(19)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA RESTORAN

DI KOTA MEDAN

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Restoran di Kota Medan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha dan variasi menu terhadap variabel dependen yaitu pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan melalui variabel intervening biaya. Penelitian ini menggunakan data croos section sebanyak 160 populasi dan sampel penelitian sebanyak 115 pengusaha restoran serta menggunakan metode Path Analysis dalam mengestimasi hasil penelitiannya. Hasil penelitian pada persamaan struktural pertama menunjukkan bahwa modal, tenaga kerja, waktu kerja, dan lama usaha memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap biaya pengusaha restoran, serta variasi menu memiliki pengaruh positif dan non signifikan terhadap biaya pengusaha restoran. Pada persamaan struktural kedua menunjukkan bahwa modal, tenaga kerja, lama usaha dan variasi menu memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pengusaha restoran, serta waktu kerja dan biaya memiliki pengaruh positif dan non signifikan terhadap pendapatan pengusaha restoran. Berdasarkan pengaruh langsung diketahui bahwa modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha dan variasi menu memiliki pengaruh positif terhadap biaya dan pendapatan pengusaha restoran. Berdasarkan pengaruh tidak langsung diketahui bahwa modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha dan variasi menu melalui variabel intervening biaya memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha restoran. Berdasarkan pengaruh total diketahui bahwa modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha dan variasi menu bersama-sama variabel intervening biaya memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha restoran.

Kata kunci: Pendapatan, Biaya, Modal, Tenaga kerja, Waktu Kerja, Lama


(20)

THE ANALYSIS OF THE FACTORS INFLUENCING THE INCOME OF RESTAURANT BUSINESSMAN

IN THE CITY OF MEDAN

ABSTRACT

The title of the research is “The Analysis of the Factors influencing the Income of Restaurant Businessman in the City of Medan”. The objective of the research was to find out the influence of independent variables such as capital, manpower, work time, the length of doing business, and menu variation on dependent variable, the income of restaurant businessman in Medan through cost intervening variable. The research used cross sectional approach. The population was 160 restaurant businesses, and 115 of them were used as the samples, using path analysis in estimating the result of the research. The result of the research in the first structural equation showed that capital, manpower, work time, and the length of doing business had positive and significant influence on the cost of restaurant businessman, and menu variation had positive but not significant influence on the cost of restaurant businessman. The result of the research in the second structural equation showed that capital, manpower, the length of doing business, and menu variation had positive and significant influence on the income of restaurant businessman, and work time and cost had positive but not significant influence on the income of restaurant businessman. Based on the direct effect, it was found that capital, manpower, work time, the length of doing business, and menu variation had positive influence on the cost and the income of restaurant businessman. Based on indirect effect, it was found that capital, manpower, work time, length of doing business, and menu variation, through cost of intervening variable, had positive influence on the income of restaurant businessman. Based on total effect, it was found that capital, manpower, work time, the length of doing business, and menu variation, together with cost intervening variable, had positive influence on the income of restaurant businessman.

Keywords: Income, Cost, Capital, Manpower, Work Time, Length of Doing Business, and Menu Variation


(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perekonomian di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai sektor. Sektor-sektor ekonomi di Indonesia terbagi atas sembilan Sektor-sektor, salah satu diantaranya adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini memegang peranan yang penting dalam memberikan kontribusi terhadap perekonomian di Kota Medan. Bank Indonesia Kantor Regional Sumatera Utara dan Aceh mencatat penyaluran kredit sektor perdagangan, restoran dan hotel tertinggi di Sumatera Utara. Sektor ini mendominasi penyerapan kredit perbankan dan pada saat ini terus mengalami pertumbuhan. Posisi September 2011 serapannya mencapai 22,95 triliun, dan secara year on year (yoy) penyaluran ini mencatat pertumbuhan sekitar 24,93% dibandingkan periode yang sama tahun 2010 yang mencapai 18,37 triliun

Kota Medan sendiri di dominasi oleh kegiatan dalam bidang perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini dapat diihat dari kontribusi sektor ini yang memegang peranan terbesar dibandingkan sektor lainnya sebanyak 27,09% pada tahun 2011. Dijelaskan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran sebagai sektor unggulan yang ada di Kota Medan. Perkembangan perekonomian di Kota Medan di bidang perdagangan, hotel dan restoran dapat dilihat pada grafik berikut:


(22)

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2012

Gambar 1.1. Perkembangan Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di Kota Medan 2004 – 2011

Dari grafik di atas terlihat bahwa perkembangan sektor perdagangan, hotel dan restoran memegang andil yang cukup besar yakni di atas 25%. Dari tahun 2004 sektor ini menyumbang sebesar 26,26%. Pada tahun 2005 meningkat menjadi sebesar 27,11%. Pada tahun 2006 mengalami penurunan menjadi sebesar 26,70%. Tahun 2007 dan 2008 mengalami penurunan berturut-turut sebesar 26,24% dan 25,93%. Pada tahun 2009 meningkat kembali sebesar dan 26,40%. Selanjutnya ditahun 2010 mengalami peningkatan kembali yakni menjadi sebesar 26,69%, dan 27,09% pada tahun 2011. Hal ini menjadi fenomena yang cukup menarik dimana sektor ini menjadi penyumbang perekonomian terbesar di Kota Medan.

Melihat dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, penelitian ini memiliki ruang lingkup yang lebih spesifik lagi yakni melihat dari segi usaha restoran. Hal ini dikarenakan usaha restoran merupakan salah satu dari tiga usaha yang cenderung stabil dan dapat bertahan sepanjang masa, yakni usaha makanan,

25.00% 25.50% 26.00% 26.50% 27.00% 27.50%

Perkembangan Kontribusi Sektor

Perdagangan, Hotel & Restoran (%)

Sektor Perekonomian dalam bidang Perdagangan, Hotel & Restoran (%)


(23)

usaha pakaian dan usaha perumahan. Usaha restoran merupakan salah satu bagian dari tiga usaha pokok yang merupakan kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan pangan, sandang dan papan. Usaha ini tidak akan pernah berhenti, hanya saja dapat berganti-ganti jenisnya sepanjang masa tergantung perubahan dari selera masyarakat. Menurut Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No.KN.73/PVVI05/MPPT-85 tentang Peraturan usaha restoran, yang dimaksud dengan usaha jasa Pangan adalah suatu usaha yang menyediakan jasa pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara komersil.

Kota Medan sebagai Ibu Kota Propinsi Sumatera Utara meliputi 21 Kecamatan dan memiliki berbagai sektor perekonomian. Sektor perekonomian yang bergerak di bidang kuliner mengalami perkembangan yang cukup pesat di masa sekarang ini di Kota Medan. Banyaknya bermunculan restoran yang beraneka ragam jenisnya menggambarkan sektor ini memiliki peminat yang cukup besar. Perkembangan kota Medan yang pesat juga memberikan kesempatan bagi sektor restoran ini untuk dapat semakin berkembang. Wadah-wadah masyarakat, hotel, mall, keberadaan kampus, rumah sakit, dan keberadaan pusat bimbingan belajar membuat usaha restoran menjadi semakin melambung dan pada akhirnya dapat memberikan kontribusi untuk perekonomian di Kota Medan itu sendiri. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari banyaknya daerah atau sudut strategis kota Medan yang menjajakan aneka ragam kuliner, seperti di daerah Ringroad. Pada daerah ini, terdapat jalan yang hampir di kiri kanan lahannya didominasi oleh berbagai jenis usaha makanan dan minuman. Pusat perbelanjaan dan perhotelan di Kota Medan pun di dominasi oleh beraneka macam restoran. Bahkan lapangan merdeka sendiri yang menjadi jantung pertengahan Kota Medan


(24)

menjadi pusat jajanan kuliner masyarakat Kota Medan khususnya pada sore dan malam hari. Oleh karena itu Kota Medan sering disebut-sebut sebagai kota wisata kuliner bagi para wisatawan yang datang baik dari dalam maupun luar negeri. Hal ini memberi kesempatan pada kegiatan usaha restoran untuk semakin berkembang. Bisnis yang bergerak dalam usaha restoran di Kota Medan saat ini jumlahnya juga cukup banyak. Adapun perkembangan jumlah restoran di Kota Medan, dipaparkan pada grafik berikut:

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan, 2012

Gambar 1.2. Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Medan 2008 - 2012 Pada tahun 2008 jumlah restoran di Kota Medan menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan adalah sebanyak 167 restoran. Jumlah restoran ini menunjukkan peningkatan di tahun 2009 menjadi sebanyak 168 restoran. Pada tahun 2010 jumlah restoran kembali meningkat sebanyak 173 restoran. Namun pada tahun 2011 jumlah restoran mengalami penurunan menjadi sebanyak 160 restoran Jumlah ini juga cenderung kembali menurun pada tahun 2012 menjadi sebanyak 151 restoran yang ada di Kota Medan.

140 145 150 155 160 165 170 175

Tahun 2008 2009 2010 2011 2012

Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Medan

2008-2012

Perkembangan Restoran di Kota Medan 2008-2012


(25)

Di tengah fenomena laju perkembangan wisata kuliner yang berkembang cukup pesat di Kota Medan, data statistik menunjukkan adanya penurunan jumlah restoran di Kota Medan. Kegiatan usaha restoran semakin berkembang dikarenakan prospeknya yang menggiurkan bagi para pengusaha. Namun, perkembangan Kota Medan sebagai salah satu pusat perdagangan dan bisnis menimbulkan banyak perubahan. Perubahan yang paling jelas terlihat adalah timbulnya persaingan bisnis yang semakin tinggi. Meningkatnya bisnis restoran yang menyajikan aneka makanan dan minuman menimbulkan persaingan bisnis antara restoran-restoran yang ada. Hal ini ditandai dengan banyaknya berdiri usaha-usaha baru yang bergerak dibidang penyediaan pangan. Selain timbulnya persaingan bisnis yang tinggi, pola pikir serta perilaku masyarakat juga ikut mengalami kemajuan. Perkembangan pola pikir tersebut yakni semakin banyak masyarakat yang tertarik menginvestasikan dana mereka untuk mendirikan usaha restoran yang semakin berkembang untuk memperoleh keuntungan.

Persaingan bisnis dalam bidang restoran tergolong ketat karena semakin banyaknya restoran yang seakan terus berlomba-lomba untuk berkreasi dan berinovasi dalam membuat ciri khas maupun keunggulan restoran itu sendiri. Restoran-restoran yang tidak mau berkembang dan belajar untuk membuat inovasi tentu tidak dapat bertahan lama.

Dari penjelasan tadi dapat disimpulkan bahwan diperlukan adanya penelitian dalam pengembangan restoran sehingga usaha restoran dapat semakin berkembang dan mampu memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan pengusaha restoran itu sendiri. Jika tidak, usaha restoran tidak dapat bersaing dengan pesaing bisnis lainnya. Kenyataannya, dilapangan masih banyak


(26)

usaha restoran yang tidak bertahan lama ataupun gulung tikar. Melihat dari grafik 1.2. di atas terlihat bahwa data statistik usaha restoran mengalami penurunan yang menandakan adanya suatu permasalahan mengenai usaha restoran. Walaupun banyak restoran yang bermunculan, namun banyak juga restoran yang tidak mampu bertahan dengan persaingan yang ada.

Pada umumnya restoran akan melakukan gulung tikar apabila omset yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan. Itu artinya, hal ini dikarenakan masalah mengenai pendapatan pengusaha restoran itu sendiri. Salah satu yang mempengaruhi pendapatan pengusaha restoran adalah kurangnya modal. Modal sangat diperlukan dalam meningkatkan pendapatan pengusaha restoran. Namun, masih banyak pengusaha restoran yang mengalami permasalahan permodalan. Hal ini bisa disebabkan pula oleh perhatian pemerintah yang kurang tanggap terhadap kebutuhan para pengusaha. Minimnya modal tentu berpengaruh terhadap hasil dan inovasi yang dilakukan oleh pengusaha. Hal lain dapat berupa jumlah tenaga kerja yang sesuai dan berkualitas. Jumlah tenaga kerja yang sesuai dengan yang dibutuhkan membuat kinerja menjadi maksimal. Sumber daya manusia yang berkualitas juga memegang andil dalam peningkatan pengembangan usaha restoran. Pada akhirnya hal itu akan meningkatkan pendapatan pengusaha restoran. Waktu kerja yang sesuai dan fleksibel juga mempengaruhi pendapatan. Waktu kerja yang semakin lama tentunya akan memberikan kesempatan yang semakin banyak dalam menarik pengunjung yang datang. Lama usaha juga mempengaruhi pendapatan pengusaha restoran. Semakin lama usaha restoran berdiri, maka akan meningkatkan pendapatan pengusaha restoran. Hal ini dikarenakan pada umumnya usaha yang telah lama mampu mengambil kebijakan


(27)

yang lebih matang berdasarkan pengalaman yang ada. Hal ini tentunya dapat meningkatkan pendapatan pengusaha restoran. Banyaknya variasi menu menambah ketertarikan tersendiri untuk meningkatkan pendapatan pengusaha. Konsumen diberikan kemudahan dalam memilih berbagai variasi menu yang ditawarkan sesuai dengan selera konsumen masing-masing. Menu utama yang bervariasi membuat konsumen memiliki aneka pilihan restoran yang akan dikunjungi. Hal ini berpengaruh besar terhadap penerimaan omset. Variabel biaya juga mempengaruhi pendapatan pengusaha restoran, Semakin tinggi biaya yang dikeluarkan, tentunya berekspektasi untuk memperoleh penerimaan yang lebih besar dalam menaikkan omset pendapatan dari pengusaha restoran.

Kajian mengenai pendapatan pengusaha restoran diperlukan sebagai alat ataupun dasar ilmu yang dapat diaplikasikan untuk bahan pertimbangan maupun pengambilan langkah-langkah kebijakan dalam meningkatkan pendapatan pengusaha restoran. Diharapkan dengan semakin banyaknya penelitian dalam kajian sektor usaha restoran, hal ini dapat ikut memberikan kontribusi terhadap pengembangan usaha restoran. Apabila pendapatan restoran semakin meningkat, pada akhirnya tentu dapat memberikan kontribusi terhadap perekonomian di Kota Medan. Dikarenakan latar belakang tersebut penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Restoran di Kota Medan”.


(28)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah modal berpengaruh terhadap biaya pengusaha restoran di Kota Medan?

2. Apakah modal melalui biaya berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan?

3. Apakah tenaga kerja berpengaruh terhadap biaya pengusaha restoran di Kota Medan?

4. Apakah tenaga kerja melalui biaya berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan?

5. Apakah waktu kerja berpengaruh terhadap biaya pengusaha restoran di Kota Medan?

6. Apakah waktu kerja melalui biaya berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan?

7. Apakah lama usaha berpengaruh terhadap biaya pengusaha restoran di Kota Medan?

8. Apakah lama usaha melalui biaya berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan?

9. Apakah variasi menu berpengaruh terhadap biaya pengusaha restoran di Kota Medan?

10.Apakah variasi menu melalui biaya berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan?


(29)

11.Apakah biaya berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh modal terhadap biaya pengusaha restoran di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh modal melalui biaya terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tenaga kerja terhadap biaya pengusaha restoran di Kota Medan.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tenaga kerja melalui biaya terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan.

5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh waktu kerja terhadap biaya pengusaha restoran di Kota Medan.

6. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh waktu kerja melalui biaya terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan.

7. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lama usaha terhadap biaya pengusaha restoran di Kota Medan.

8. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lama usaha melalui biaya terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan.

9. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variasi menu terhadap biaya pengusaha restoran di Kota Medan.


(30)

10.Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variasi menu melalui biaya terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan.

11.Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh biaya terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Untuk peneliti

Penelitian ini adalah sebagai bahan pembelajaran yang bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang yang diteliti. 2. Untuk sektor usaha restoran

Sebagai bahan informasi dan sumbangan pemikiran bagi pengusaha restoran dalam pengambilan kebijakan usaha khususnya mengenai kajian tentang pendapatan pengusaha restoran.

3. Untuk Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan perbandingan bagi penelitian sejenis.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kewirausahaan

2.1.1. Pengertian Wirausahawan

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004) wirausahawan adalah seseorang yang menciptakan bisnis yang baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian untuk memperoleh suatu keuntungan dan pertumbuhan dengan cara melihat peluang dan menggabungkan sumber daya yang dibutuhkan untuk mendirikannya. Menurut Susanto (2002) kewirusahaan dapat diartikan sebagai sikap dan perilaku mandiri yang mampu memadukan unsur cipta, rasa dan karsa serta karya ataupun memiliki kemampuan dalam menggabungkan unsur kreativitas, tantangan dan kerja keras serta kepuasan untuk memperoleh prestasi yang maksimal sehingga dapat menghasilkan nilai tambah terhadap jasa, barang maupun pelayanan yang dihasilkan dengan mengindahkan sendi-sendi kehidupan masyarakat. Menurut Dewanti (2008) wirausahawan secara umum adalah orang-orang yang mampu menjawab tantangan-tantangan dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Sedangkan menurut Kasmir (2006) wirausahawan adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Jiwa kewirausahaan akan mendorong minat seseorang dalam mendirikan dan mengelola kegiatan usaha dengan profesional.


(32)

Jadi, wirausaha merupakan orang yang berani menanggung resiko usaha, jeli dalam melihat peluang usaha yang ada, serta mampu memperoleh sumber daya yang diperlukan baik modal maupun kebutuhan lainnya. Seorang wirausahawan harus memiliki keahlian (skill) sebagai berikut:

1. Managerial skill

Kemampuan dalam mengorganisasikan seluruh faktor produksi yang ada untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

2. Technical skill

Keahlian yang bersifat teknis dalam pelaksanaan proses produksi sehingga proses berjalan dengan baik.

3. Organizational skill

Keahlian memimpin berbagai usaha, baik intern perusahaan yang brsifat bisnis, maupun organisasi dalam bentuk lain.

2.1.2. Karakteristik Wirausahawan

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004) adapun karakteristik dari wirausahawan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Adanya kecenderungan bertanggung jawab secara pribadi atas hasil yang ditetapkan sendiri.

2. Wirausahawan memiliki sikap optimis sehingga memiliki keyakinan untuk berhasil.

3. Wirausahawan melihat bisnis dari tingkat pemahaman resiko pribadinya. Mereka melihat peluang sesuai dengan pengetahuan, latar belakang, dan pengalamannya.


(33)

4. Wirausahawan akan mencari pengukuhan dan melihat sebaik apa mereka bekerja.

5. Wirausahawan memiliki kecenderungan energi yang tinggi dibanding masyarakat kebanyakan.

6. Mempunyai orientasi ke depan dalam mencari peluang.

7. Memiliki keterampilan mengorganisasi untuk mengubah pandangan ke depan menjadi kenyataan.

8. Mempunyai penilaian bahwa prestasi lebih tinggi dibandingkan uang. Dalam hal ini mereka menjalankan suatu usaha sendiri sesuai dengan yang diinginkan.

Suatu usaha dapat dijalankan secara perseorangan ataupun bersama-sama. Menurut Kasmir (2006) untuk berwirausaha dapat dilakukan dengan :

a. Menjadi pemilik modal dan menjadi pengelolanya b. Menyetor modal dan dikelola oleh pihak mitra

c. Menyerahkan tenaga yang dikonversikan dalam bentuk saham untuk bukti kepemilikan usaha.

2.1.3. Kelebihan dan Kekurangan Wirausahawan

Dalam mejalankan suatu usaha pasti terdapat potensi keunggulan dan kekurangan. Dari segi keunggulan, terdapat hal-hal yang menarik yang menjadi keunggulan bagi wirausahawan. Berwirausaha memiliki banyak keuntungan dalam rangka mengembangkan potensi yang dimiliki. Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004) kelebihan dari wirausahawan adalah sebagai berikut:

a. Memiliki peluang untuk mengendalikan nasib sendiri b. Mempunyai kesempatan melakukan perubahan


(34)

c. Potensi yang dimiliki dapat dipergunakan sepenuhnya d. Peluang dalam meraih keuntungan tanpa batas

e. Peluang dalam melakukan hal yang diminati

f. Peluang untuk berperan pada masyarakat dan mendapatkan pengakuan. Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004) kekurangan dalam menjadi wirausahawan adalah:

a. Memiliki resiko kehilangan dari seluruh investasi b. Mempunyai pendapatan yang tidak sama

c. Cenderung bekerja lebih lama dan memerlukan kerja keras d. Memiliki mutu hidup yang rendah sampai bisnis menjadi mapan e. Harus bertanggung jawab penuh

f. Ketegangan mental yang tinggi

2.1.4. Model Kurva Permintaan dari Perspektif Kewirausahaan

Menurut Wirasasmita (2011) fenomena permintaan fungsi produksi dan laba dari perspektif kewirausahaan dapat dikembangkan dari teori dasar perusahaan kewirausahaan. Kurva permintaan sering dirumuskan Q = f (P) yang menjelaskan hubungan antara jumlah yang dibeli (Q) dengan harga (P). Variabel harga dianggap sebagai variabel kebijakan, selama perusahaan dapat menentukan harga. Variabel yang bukan variabel kebijakan antara lain: pendapatan, selera, harga barang lain.

Dari persperktif kewirausahaan variabel keinovatifan (dalam produk dan manajerial) merupakan variabel kebijakan yang dapat menggeser kurva permintaan kekanan. Model permintaan kewirausahaan : Q(p) = f(Inovasi).


(35)

Apabila harga dianggap tetap, jumlah yang dibeli merupakan fungsi inovasi atau dalam bentuk diagram :

Gambar 2.1. Model Permintaan Kewirausahaan

Variabel keinovativan merupakan “Market Shifter“/penggerak permintaan. Variabel keinovativan menghasilkan keunikan dari produk yang dapat berbentuk keunggulan teknikal, kualitas dan pelayanan yang dapat menciptakan nilai bagi pembeli karena kecocokan dengan preferensi atau ekspektasi pembeli.

Kurva permintaan dalam perspektif kewirausahaan merupakan fenomena dinamis, mengalami pergeseran sesuai dengan perubahan ekspektasi kustomer dan keinovativan perusahaan. Keinovativan selain dipicu oleh persaingan dari luar, juga karena persaingan dengan dirinya sendiri, yaitu keinginan untuk menghasilkan produk yang lebih baik dari produk-produk yang dihasilkan sebelumnya (www.yuyunwirasasmita.wordpress.com

2.1.5. Model Fungsi Produksi Kewirausahaan

).

Fungsi produksi tradisional biasa dinyatakan : Q = f (X1, X2, X3,….X|), dimana X| merupakan variabel input. Dari perspektif kewirausahaan fungsi produksi dirumuskan sebagai berikut :


(36)

Pengaruh dari keinovatifan dalam fungsi produksi merubah hubungan input-output :

1. Kombinasi input baru menghasilkan output yang lebih besar dibandingkan sebelumnya.

2. Inovasi baru menghasilkan penghematan penggunaan input, sehingga biaya produksi keseluruhan menjadi rendah atau mencegah kenaikan biaya.

Dalam diagram pengaruh keinovatifan dapat dijelaskan :

Gambar 2.2. Model Fungsi Produksi Kewirausahaa

Dengan input OX1 tanpa inovasi menghasilkan produk sebesar 0%. Dengan input yang sama (OX1) dengan inovasi menghasilkan output sebesar OQ2 (Iebih besar dari OQ1). Dengan input OX2 tanpa inovasi menghasilkan output sebesar OQ3. Dengan input yang Iebih kecil OX1 dengan inovasi menghasil output yang Iebih besar yaitu OQ2. Inovasi manajemen melekat baik pada inovasi produk maupun inovasi proses.

Berdasarkan fungsi produksi kewirausahaan, perusahaan kewirausahaan meminimalkan biaya atau mencegah kenaikan biaya dan memaksimalkan output. Berdasarkan uraian tersebut kurva biaya adalah sebagai berikut :


(37)

Gambar 2.3. Model Kurva Biaya

Kurva biaya rata-rata sebelum inovasi AC, sesudah inovasi bergerak kebawah menjadi AC1. Dalam hal inovasi dapat mencegah kenaikan biaya rata-rata, kurva AC mempunyai bentuk “L-Shape”.

Gambar 2.4. Model L-Shape

Inovasi yang dapat mencegah kenaikan biaya rata-rata inilah yang selanjutnya akan dijadikan dasar dari perusahaan-kewirausahaan (www.yuyunwirasasmita.wordpress.com

2.1.6. Teori Laba Kewirausahaan

).

Teori laba dalam perspektif kewirausahaan, laba merupakan fungsi dari inovasi. Dalam rumus :

Laba = f (inovasi produk, inovasi proses dan inovasi manajerial)

dimana sumber inovasi dapat bersifat exogeneous/dari luar dan dari dalam/endogeneous yaitu persaingan dengan dirinya sendiri, atau keinginan menghasilkan/produk atau proses yang Iebih baik dari sebelumnya. Melalui diagram laba kewirausahaan dapat dijelaskan sebagai berikut:


(38)

Gambar 2.5. Model Diagram Laba Kewirausahaan

Inovasi produk menggeser kurva AR menjadi AR1, inovasi proses menggeser kurva AC menjadi AC1, yang berbentuk “L-Shape”, sehingga Marginal Cost = Average Cost.

Dengan kedua jenis inovasi tersebut laba bertambah dari ABCD menjadi A1B1C1D1 yang lebih besar. Harga produk turun dari OA menjadi OA’.

Keadaan tersebut dapat dipertahankan selama perusahaankewirausahaan tidak masuk ke dalam“comfort/relax zone syndrome”, karena keberhasilan-keberhasilan sebelumnya menjadi tidak inovatif. Apabila terkena syndrome tersebut laba akan menjadi kecil, karena kurva permintaan bergeser menjadi AR dan kurva biaya rata-rata bergeser menjadi AC (www.yuyunwirasasmita.wordpress.com)..

2.2. Restoran

Beralih pada sektor ekonomi yang lebih spesifik yang dikaji yakni sektor rumah makan atau restoran, menurut Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No.KN.73/PVVI05/MPPT-85 tentang Peraturan usaha Restoran/Rumah Makan, yang dimaksud dengan usaha jasa Pangan adalah suatu usaha yang menyediakan jasa pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara komersil. Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No.


(39)

304/Menkes/Per/89 tentang persyaratan restoran/ rumah makan maka yang dimaksud restoran/ rumah makan adalah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat usahanya (pariwisatadanteknologi.blogspot.com

Menurut Marsum (2001) restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasi secara komersil, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada semua tamunya baik berupa makanan maupun minuman. Menurut Pupun Pujiati perbedaan antara rumah makan dan restoran adalah rumah makan sudah dimasak terlebih dahulu dan siap dihidangkan, sedangkan restoran akan memasak bila sudah ada pemesanan dari tamu restoran sehingga hidangan yang disajikan lebih hangat dan fresh. Selain itu menu hidangan restoran yang disajikan sangat banyak termasuk peralatannya mulai dari sendok, garpu, pisau, gelas, piring, makanan pembuka dan makanan penutup (

). Sedangkan menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, rumah makan/ kafe adalah setiap tempat usaha komersil yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman umumnya ditempat usahanya.

www.anneahira.com/restaurant.htm Jika dilihat dari arti kata, restoran berasal dari kata “re-store” yang artinya mengembalikan atau memperbaiki kondisi setelah orang bekerja. Dengan kata lain merupakan kegiatan ataupun upaya pemulihan seseorang karena mengalami kehilangan energi atau kalori sehingga memerlukan konsumsi makanan atau minuman di suatu tempat. Jadi, restoration merupakan tempat dimana seseorang dapat mengembalikan tenaga ataupun kalori di dalam tubuh. Restoration berubah


(40)

nama menjadi “Restaurant” (bahasa Inggris). dan restoran (bahasa Indonesia) (www. definisirestoran.blogspot.com

2.2.1. Jenis Usaha Restoran

).

Menurut Soekresno (2000) dilihat dari pengelolaan dan sistem penyajian, restoran dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga ) yaitu :

1. Restoran Formal

Pengertian restoran formal adalah industri jasa pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara komersial dan professional dengan pelayanan yang eksklusif. Contoh : member restoran, Gourmet, Main dining room, Grilled Restoran, executive restoran dan sebagainya.

Ciri – ciri restoran formal :

a. Penerimaan pelanggan dengan sistem pemesanan tempat terlebih dahulu b. Para pelanggan terikat menggunakan pakaian resmi

c. Menu pilihan yang disediakan adalah menu klasik atau menu Eropa popular

d. Sistem penyajian yang dipakai adalah Russian service atau French service atau modifikasi dari kedua table service tersebut

e. Di sediakan ruangan untuk cocktail selain ruangan jamuan makan digunakan sebagai tempat untuk minum yang berakohol sebelum santap malam

f. Di buka untuk pelayanan makan malam atau makan siang atau makan malam dan makan siang dan tidak di buka untuk makan pagi

g. Menyediakan berbagai merek minuman bar secara lengkap khususnya wine and champagne dari beberapa Negara penghasil wine di dunia


(41)

h. Menyediakan hiburan musik hidup dan tempat untuk melantai dengan suasana romantis dan exclusive

i. Harga makanan dan minuman relatif tinggi dibanding harga makanan dan minuman di restoran informal

j. Penataan bangku dan kursi memiliki area service yang lebih luas untuk dapat di lewati gueridon

k. Tenaga relatif banyak dengan standar kebutuhan pramusaji untuk melayani 4 – 8 pelanggan

2. Restoran Informal

Restoran informal adalah industri jasa pelayanana makanan dan minuman yang dikelola secara komersial dan professional dengan lebih mengutamakan kecepatan pelayanan, kepraktisan, dan percepatan frekuensi yang silih berganti pelanggan. Contoh : café, cafeteria, fast food restoran, coffe shop, bistro, canteen, tavern, family restaurant, pub, service corner, burger corner, snack bar.

Ciri – ciri restoran informal :

a. Harga makanan dan minuman relatif murah

b. Penerimaan pelanggan tanpa sistem pemesanan tempat

c. Para pelanggan yang datang tidak terikat untuk mengenakan pakaian formal

d. Sistem penyajian yang dipakai American Service/ ready plate bahkan self service ataupun counter service

e. Tidak menyediakan hiburan musik hidup


(42)

g. Daftar menu oleh pramusaji tidak dipresentasikan kepada tamu atau pelanggan namun di pampang di counter atau langsung di meja makan untuk mempercepat proses pelayanan

h. Menu yang disediakan sangat terbatas dan membatasi menu – menu yang relative cepat selesai dimasak

i. Jumlah tenaga service relatif sedikit dengan standar kebutuhan, 1 pramusaji melayani 12 – 16 pelanggan

3. Specialities Restoran

Specialities Restoran adalah industri jasa pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara komersial dan professional dengan menyediakan makanan khas dan diikuti dengan sistem penyajian yang khas dari suatu negara tersebut.Contoh : Indonesian food restaurant, Chinese food restaurant, Japanesse food restaurant etc.

Ciri ciri specialities restaurant :

a. Menyediakan sistem pemesanan tempat

b. Menyediakan menu khas suatu negara tertentu, popular dan disenangi banyak pelanggan secara umum

c. Sistem penyajian disesuaikan dengan budaya negara asal dan dimodifikasi dengan budaya internasional

d. Hanya dibuka untuk menyediakan makan siang dan atau makan malam e. Menu ala carte dipresentasikan kepada pelanggan

f. Biasanya menghadirkan musik/hiburan khas negara asal

g. Harga makanan relatif tinggi di banding informal restoran dan lebih rendah dibanding formal restoran


(43)

h. Jumlah tenaga service sedang, dengan standar kebutuhan 1 pramusaji untuk melayani 8 -12 pelanggan (www.rinakurniati.wordpress.com

Menurut Raharjo (2008) secara umum terdapat tiga jenis usaha pada

makanan dan minuman. Masing-masing jenis usaha ini mempunyai kategori dan karakteristik yang berbeda, baik segi investasi maupun cara pengelolaannya.

)

Ketiga jenis usaha tersebut adalah : a. Usaha skala kecil

Usaha jenis ini bersifat kecil dan biasanya pada kalangan yang berpendapatan kecil pula. Ciri-ciri dari usaha ini yaitu jenis menu yang sangat terbatas dan harga yang murah, yakni sekitar Rp. 3000,00- Rp15.000,00 per orangnya. Konsepnya sederhana yakni hanya “makan, kenyang dan pulang”. Usaha jenis ini tidak terlalu mementingkan pelayanan dan kebersihan.

b. Usaha skala menengah

Jenis usaha ini diperuntukkan bagi kalangan pada tingkat ekonomi menengah. Dari segi harganya, memiliki tingkat harga yang lebih mahal dibandingkan usaha kecil dengan kisaran antara Rp.15.000,00- Rp. 40.000,00 per orang. Ciri-ciri usaha skala menengah adalah dapat dilihat dari menu yang lebih variatif, memiliki karyawan untuk melayani, jenis pelayanannya sangat sederhana, kebersihannya lebih diperhatikan, dan biasanya memiliki lahan parkir yang luas. Jenis usaha ini dapat ditemukan di rumah makan padang, restoran franchise, kafe, resto, atau restoran yang ada di dalam kafe atau di dalam mal.


(44)

c. Usaha skala besar

Usaha skala besar biasanya ditujukan untuk kalangan dengan ekonomi dan sosial yang tinggi. Jenis restoran ini dapat berdiri sendiri pada daerah tertentu atau berada di hotel bintang lima. Biasanya restoran ini menggunakan konsep khusus pada pelayanan dan menu yang ditawarkan, misalnya restoran Italia, Restoran Jepang, pub dan resto, Restoran Perancis atau Restoran Indonesia.

Dalam mengelola usaha makanan dan minuman dibutuhkan pemahaman tentang hal-hal yang menyebabkan seseorang gagal dalam berbisnis restoran. Hal itu dapat diakibatkan oleh faktor-faktor eksternal dan faktor-faktor internal. Faktor internal contohnya adalah pengontrolan biaya, inovasi, pelatihan, tingkat kebersihan, adanya asumsi yang salah dan sebagainya. Contoh faktor eksternal adalah perizinan, tingkat persaingan, kurangnya promosi, penurunan tingkat kepuasan pelanggan, dan sebagainya.

2.2.2. Penyebab Kegagalan Restoran

Menurut Raharjo (2008) hal-hal dalam bisnis restoran yang perlu dihindari sebagai penyebab kegagalan adalah :

a. Menghindari asumsi yang keliru mengenai usaha restoran

Asumsi yang dimaksud seperti anggapan restoran tidak memiliki resiko, dengan keahlian dapat memperoleh sukses dengan cepat, bisnis makanan dan minuman memiliki pasar yang cakupannya luas, dan modal merupakan jaminan untuk sukses dan sebagainya.


(45)

b. Menghindari kesalahan dalam memilih lokasi

Lokasi merupakan strategi utama dalam meraup pasar. Salah satu faktor sukses berbisnis rumah makan terletak pada penentuan lokasi. Terkadang pemilihan lokasi yang tepat membawa dampak yang jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan rasa serta kualitas dari makanan yang ditawarkan. Tapi, apabila hal tersebut dapat dipenuhi dan memiliki lokasi yang strategis dengan harga terjangkau, ditambah dengan suasana dan pelayanan yang memuaskan, maka dapat dipastikan restoran tersebut akan dibanjiri oleh para pengunjung.

Kriteria dari lokasi yang strategis adalah (a) Mudah terjangkau, (b) Terlihat dari berbagai sisi, (c) Memiliki lokasi dengan tingkat keamanan tinggi, (d) Memiliki lalu lintas yang tinggi dan padat. Restoran yang letaknya berjauhan dari kriteria strategis biasanya akan sepi dari pengunjung karena pemilihan lokasi yang salah.

c. Menghindari kesalahan dalam mengelola arus keuangan

Keuangan merupakan faktor penting dalam berbisnis karena tujuan dasar dari berusaha adalah untuk memperoleh pengembalian modal tepat pada waktunya serta memperoleh keuntungan. Kekeliruan dalam pengaturan keuangan akan berdampak pada pendapatan dan masalah keuangan yang serius. Hal ini membuat restoran yang mendapatkan penjualan yang tinggi dari kegiatan operasional bulanan dapat berakibat minus dalam laporan keuangannya. Contohnya akibat tingginya biaya produksi makanan dan minuman untuk produk yang dihasilkan, pembayaran pada pemasok yang tidak terjadwal, tingginya biaya listrik, gaji dan air, pembelian


(46)

barang-barang yang tidak perlu, dan lain sebagainya. Suatu restoran harus dapat (a) mampu menghasilkan pendapatan yang memadai, (b) dapat mengontrol biaya makanan dan gaji karyawan dengan bijak dan cermat, (c) membeli peralatan sesuai kebutuhan, (d) Melakukan penagihan hutang tepat waktu, (e) membayar kewajiban tepat waktu, (f) tidak mencampuradukkan uang perusahaan dengan uang pribadi.

d. Menghindari ketidakmampuan dalam mengelola produk

Faktor penting agar produk dapat bersaing sukses dalam jangka waktu yang relatif lama adalah melakukan inovasi dan mengontrol kualitas produk ataupun pengembangan produk setiap saat sesuai dengan perkembangan pasar. Contohnya adalah toilet yang bersih, parkiran yang tertata rapi, dan suasana yang nyaman. Inovasi dan kreativitas sangat penting untuk menarik pelanggan, sehingga inovasi produk tetap dibutuhkan sampai kapan pun.

e. Menghindari ketidakmampuan dalam mengelola sumber daya manusia

Karyawan merupakan salah satu penggerak dari motor perusahaan. Kebutuhan karyawan yang terpenuhi akan mempengaruhi kinerja mereka. Misalnya, kebutuhan untuk dihargai, kebutuhan untuk berkomunikasi, dan kebutuhan untuk berkembang. Perusahaan dan karyawan perlu memiliki pemahaman yang sama dengan mengelola suatu usaha dengan saling pengertian, komunikasi yang baik, dan mengerti akan tanggung jawab serta haknya masing-masing. Hal tersebut akan menjadi dasar bagi kesuksesan karyawan dan usaha tersebut.


(47)

f. Menghindari kesalahan dalam Mengelola Pelanggan

Di dalam bisnis restoran pelanggan adalah segalanya. Hal ini karena merekalah yang membayar seluruh operasional restoran. Oleh karena itu banyak usaha yang gulung tikar akibat tidak memperhatikan pelanggannya. Contohnya adalah memberikan pelayanan yang baik pada pelanggan, tahu akan kebutuhan pelanggan, dan merespon pelanggan yang kecewa. Setiap orang yang bekerja di suatu usaha restoran harus mempunyai persepsi yang sama dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggannya. Hal itu dilakukan supaya pelanggan merasa puas dan tidak meninggalkan restoran tersebut.

g. Menghindari kesalahan dalam Berpromosi

Kegagalan suatu bisnis restoran salah satu penyebabnya karena kurangnya promosi ataupun berpromosi dengan cara yang salah. Seseorang tidak akan datang ke restoran apabila masyarakat tidak memiliki informasi tentang restoran tersebut. Adapula kesalahan akibat cara yang salah yakni contohnya hanya berpromosi pada awal pembukaan serta keyakinan berlebihan yang akhirnya justru menjerumuskan. Akibatnya setelah promosi berhenti akan dilupakan banyak orang. Dalam berpromosi dibutuhkan jadwal yang tepat sepanjang tahun. Diperlukan kesadaran bahwa produk dan inovasi perlu diketahui oleh banyak orang sehingga promosi perlu dilakukan. Dengan demikian, setiap orang yang melihat promosi tersebut terdorong untuk datang dan mencoba produk tersebut.


(48)

2.3. Pendapatan

2.3.1. Pengertian Pendapatan

Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya (Inggris) pada tahun 1665. Dalam perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar pada suatu Negara. Tujuan pokok dijalankannya suatu usaha perdagangan adalah untuk memperoleh pendapatan, dimana pendapatan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kelangsungan hidup usaha perdagangannya. Pendapatan yang diterima adalah dalam bentuk uang, dimana uang adalah merupakan alat pembayaran atau alat pertukaran (Samuelson dan Nordhaus, 2003).

Selanjutnya, pendapatan juga dapat didefinisikan sebagai jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan deviden, serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tujangan sosial atau asuransi pengangguran (Samuelson dan Nordhaus, 2003). Dalam Pernyataan


(49)

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 pendapatan diartikan sebagai arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal usaha selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasa. Pendapatan didefinisikan sebagai jumlah seluruh uang yang diterima oleh seorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu.

Menurut Rahardja dan Manurung (2006) pendapatan merupakan total dari penerimaan (uang dan bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga selama periode tertentu. Sedangkan nenurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2009) pendapatan nasional adalah pendapatan bersih seluruh warga negara dari suatu negara dalam satu tahun. Pendapatan yang diterima seseorang tidak hanya berupa uang tetapi dapat berupa barang atau lainnya. Pendapatan berupa uang merupakan penghasilan yang diterima biasanya sebagai balas jasa, sumber utama gaji atau upah serta lain-lain balas jasa, misalnya dari majikan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan dari pekerjaan bebas. Pendapatan dari penjualan barang yang dipelihara dari halaman rumah, hasil investasi seperti modal tanah, uang pensiun, jaminan sosial serta keuntungan sosial berupa barang merupakan segala penghasilan yang diterimakan dalam bentuk barang dan jasa. Barang dan jasa yang diterima dengan harga pasar sekalipun tidak diimbangi ataupun disertai transaksi uang yang menikmati barang dan jasa tersebut. Demikian juga penerimaan barang secara cuma-cuma pembelian barang dengan harga subsidi atau reduksi dari majikan merupakan pendapatan berupa barang.


(50)

Pendapatan adalah konsep aliran (flow concept). Terdapat tiga sumber penerimaan pada rumah tangga, yakni :

1. Pendapatan dari gaji dan upah

Gaji merupakan balas jasa terhadap kesediaan menjadi tenaga kerja. Besar dari gaji seseorang tersebut tergantung dari produktivitasnya. Faktor–faktor yang mempengaruhi produktivitas, yakni (a) Keahlian, (b) Mutu modal manusia, dan (c) Kondisi kerja.

2. Pendapatan dari aset produktif

Aset produktif mrerupakan aset yang memberikan masukan terhadap balas jasa penggunaanya. Aset ini terbagi dua yakni aset finansial dan aset bukan finansial.

3. Pendapatan dari Pemerintah

Pendapatan dari pemerintah merupakan pendapatan yang diterima bukan atas balas jasa yang telah dilakukan maupun diberikan. Hal ini biasanya terdapat pada negara-negara maju yang memberikan tunjangan penghasilan bagi para penganggur dan sebagainya.

Dalam analisis Mikro Ekonomi, menurut Sukirno (2002) pendapatan pengusaha merupakan keuntungan. Dalam kegiatan perusahaan, keuntungan ditentukan dengan cara mengurangi berbagai biaya yang dikeluarkan dari hasil penjualan yang diperoleh. Istilah pendapatan digunakan apabila berhubungan dengan aliran penghasilan pada suatu periode tertentu yang berasal dari penyediaan faktor-faktor produksi (sumber daya alam, tenaga kerja, dan modal) masing-masing dalam bentuk sewa, upah, dan bunga, secara berurutan.


(51)

Produksi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menambah nilai guna suatu barang dan dapat pula diartikan sebagai upaya untuk mengubah input menjadi output. Produsen adalah mereka yang melakukan produksi. Kegiatan produksi menjamin kelangsungan hidup masyarakat.oleh karena itu harus dilakukan dalam keadaan apa pun baik oleh pemerintah maupun swasta. Namun produksi tidak mungkin bisa berjalan bila tidak ada bahan yang memungkinkan untuk dilakukan proses produksi itu sendiri. Untuk melakukan proses produksi memerlukan tenaga manusia, sumber-sumber daya alam, modal, serta keahlian. Yang semuanya itu biasa disebut faktor produksi. Fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukan hubungan ketergantungan antara tingkat input yang digunakan dalam proses produksi dengan tingkat output yang di hasilkan. Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan jumlah produksi selalu juga disebut sebagai output. Yang dimaksud dengan teori produksi adalah teori yang menjelaskan hubungan antara tingkat produksi dengan jumlah faktor-faktor produksi dan hasil penjualan outputnya. Fungsi produksi secara matematis sebagai berikut :

Q = F (K,L,R,T) Penjelasan :

Q = Jumlah output (hasil) K = Kapital (Modal) L = Labour (Tenaga Kerja) R = Raw Material (Kekayaan) T = Teknologi


(52)

Hukum hasil lebih yang semakin berkurang merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisah – pisahkan dari teori produksi. Hukum itu menjelaskan sifat pokok dari hubungan tingkat produksi dan tenaga kerja yang digunakan untuk mewujudkan output produksi. Menurut Arsyad (2000) Hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang menyatakan bahwa jika jumlah dari penggunaan satu input variabel meningkat, sementara penggunaan faktor-faktor produksi lainnya tidak berubah maka pada mulanya kenaikan penggunaan input tersebut akan menaikkan jumlah output tetapi kemudian mulai menurun (berkurang). Dengan demikian pada hakikatnya hukum hasil lebih yang semakin berkurang menyatakan bahwa hubungan antara tingkat produksi dan faktor produksi/ jumlah tenaga kerja yang digunakan dapat dibedakan dalam tiga tahap, sebagai berikut :

a. Tahap produksi pertama

Produksi total mengalami pertambahan output yang semakin cepat b. Tahap produksi kedua

produksi total mengalami pertambahan output yang semakin lambat c. Tahap produksi ketiga


(53)

Gambar 2.6. Tahapan Produksi

Menurut Noor (2007) yang dimaksud dengan produksi jangka panjang adalah masa atau periode produksi diman semua input produksi adalah merupakan variabel/dapat berubah. Oleh karena itu, produksi jangka panjang berlaku bila teknologi dan kapasitas dari produksi dapat berubah. Artinya, apabila ada inovasi dalam teknologi produksi, sehingga ada perubahan atau input produksi,maka produksi jangka pendek berhenti dan berpindah menjadi produksi jangka panjang. Input tetap merupakan jenis input produksi yang tidak dapat berubah, meskipun output mengalami perubahan. Tidak dapat berubahnya jenis input ini karena berbagai alasan, misalnya ketersediaan yang terbatas, harga yang relatif tinggi, teknologi produksi yang belum berubah, dan lain-lain. Input variabel adalah jenis input yang dapat berubah dalam periode tertentu untuk mengubah jumlah output. Input ini dapat berubah karena ketersediaannya yang melimpah dan tidak terbatas. Seperti halnya diatas, apabila ada inovasi di dalam proses dan teknologi produksi, maka penggunaan input tetap akan berkurang dan berubah menjadi input variabel.


(54)

a. Isoquant

Gambar 2.7. Kurva Isoquant

Iso berasal dari kata sama dan quant yanga artinya kuantitas merupakan sebuah kurva yang menunjukkan semua kombinasi penggunaan input yang berbeda secara efisien dalam menghasilkan jumlah output tertentu (Arsyad, 2000).

b. Isocost


(55)

Isocost adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi input yang bisa dibeli dengan tingkat pengeluaran tertentu (Arsyad, 2000). Ciri-ciri kurva isocost sama dengan budget line pada teori perilaku konsumen.

c. Jumlah Produksi Optimum

Gambar 2.9. Least Cost Combination

Suatu perusahaan dapat menghasilkan produk secara optimal apabila perusahaan tersebut dengan jumlah produksi tertinggi dan pada saat itu mampu menghasilkan output dengan kombinasi faktor produksi yang paling rendah biayanya (Least Cost Combination). Secara garis besar Least Cost Combination tercapai pada saat kurva isocost bersinggungan dengan kurva isoquant.


(56)

Pada periode produksi jangka panjang ada kecenderungan bahwa pada tingkat permulaan dengan semakin diperluasnya skala usaha akan meningkatkan efisiensi usaha, namun mulai titik tertentu perluasan usaha yang lebih lanjut akan mengakibatkan semakin menurunnya efisiensi usaha secara keseluruhan. Skala usaha di mana tingkat efisiensi perusahaan mencapai nilai optimal disebut dengan skala usaha optimal (optimum scale of plant).

Ekonomi skala merupakan kejadian menurunnya biaya produksi per unit dari suatu perusahaan yang terjadi bersamaan dengan meningkatnya jumlah produksi (output). Istilah ekonomi skala seringkali disamakan dengan istilah pengembalian Skala (return to scale). Ekonomi skala membahas hubungan antara biaya produksi (per unit) dengan jumlah produksi (output). Sedangkan 'pengembalian skala membahas hubungan antara jumlah produksi (output) dengan faktor-faktor produksi. Namun kedua hal tersebut saling berhubungan yakni ekonomi skala merupakan pengembalian skala yang terjadi dari sisi biaya produksi.

a. Skala Ekonomi

Produksi yang semakin tinggi menyebabkan perusahaan menambah kapasitas produksi. Pertambahan kapasitas ini menyebabkan kegiatan produksi menjadi bertambah efisien. Pada kurva LRAC keadaan tersebut ditunjukkan oleh bagian kurva yang semakin menurun jika produksi bertambah. Beberapa faktor penting yang menimbulkan skala ekonomi adalah:

a. Spesialisasi dari faktor – faktor produksi

b. Pengurangan harga bahan mentah dan kebutuhan produksi lainnya d. Mendorong perkembangan usaha yang lain


(57)

e. Penggunaan intensif personil dengan keahlian tinggi yang lebih banyak dan penggunaan modal yang lebih banyak

b. Skala tidak ekonomi

Beberapa penyebab dari skala tidak ekonomi adalah : a. Sulitnya pengendalian dan pengawasan

b. Pembuatan keputusan yang berjalan lambat sehubungan dengan kelebihan ukuran administrasi

c. Kurangnya motivasi karyawan.

Skala tidak ekonomi ini merupakan bagian dari jangka panjang. Skala ini biasanya terjadi pada ukuran perusahaan yang terlalu berlebihan. Dalam memperoleh keuntungan pada skala ekonomi, perusahaan dapat meningkatkan ukurannya, tetapi keuntungan tersebut dapat hilang apabila perusahaan telah mencapai ukuran tertentu. Jadi, hal tersebut sebenarnya tidak diperlukan atau terjadi pemborosan yang menyebabkan terjadinya skala tidak ekonomi.

Dalam analisis Ekonomi Makro istilah pendapatan nasional (national income) dipakai berkenaan dengan pendapatan agregat suatu negara dari sewa, upah, bunga dan pembayaran, tidak termasuk biaya transfer (tunjangan pengangguran, pensiun dan lain sebagainya). Menurut Mankiw (2007) pendapatan nasional (national income) dapat diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB). PDB dianggap sebagai ukuran terbaik dalam kinerja perekonomian. Ada dua cara dalam melihat statistik PDB, yaitu dengan melihat PDB sebagai pendapatan total dari setiap orang di dalam perekonomian dan sebagai pengeluaran total atas output barang dan jasa perekonomian. PDB mengukur pendapatan dan pengeluaran perekonomian atas outputnya, dengan landasan pemikiran bahwa


(58)

jumlah keduanya benar-benar sama. Untuk perekonomian secara keseluruhan, pendapatan harus sama dengan pengeluaran. Kenyataan itu, sebaliknya, berasal dari fakta yang lebih mendasar karena setiap transaksi memiliki pembeli dan penjual, maka setiap rupiah yang dikeluarkan seorang pembeli harus menjadi pendapatan bagi seorang penjual. Ketika A membeli produk perusahaan B seharga Rp 1.000.000, maka Rp1.000.000 menjadi pendapatan bagi perusahaan B dan pengeluaran bagi A. Transaksi itu menyumbang Rp1.000.000 pada PDB, baik melalui penjumlahan seluruh pendapatan ataupun penjumlahan seluruh pengeluaran. Karena underground economy merupakan pendapatan yang tidak dilaporkan atau tidak tercatat ke dalam PDB, maka sebagai awal permulaan kita harus mengetahui konsep perhitungan PDB itu sendiri.

Beberapa komponen yang membentuk PDB dapat dilihat dalam persamaan identitas di bawah ini :

Y = C + I + G + NX

PDB (Y) adalah jumlah konsumsi (C), investasi (I), pembelian pemerintah (G), dan ekspor bersih. Setiap rupiah masuk ke salah satu kategori ini. Persamaan ini disebut identitas pos pendapatan nasional (national income accounts identity).

Pendapatan nasional atau produk nasional adalah istilah yang menerangkan tentang nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam suatu tahun tertentu. Dalam konsep pendapatan nasional dikenal istilah produk nasional bruto (PNB) yaitu seluruh produk yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara dalam suatu tahun tertentu dan Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu seluruh produk yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi baik milik warga negara maupun orang asing dalam suatu negara pada suatu tahun


(59)

tertentu. Dengan semakin terbukanya situasi perekonomian dunia, maka konsep PDB lebih umum dipakai dalam penghitungan pendapatan nasional.

2.3.2. Pendekatan dalam Perhitungan Pendapatan Nasional

1. Pendekatan produksi

Pendekatan hasil produksi atau product approach. Cara menghitung pendapatan nasional dengan pendekatan ini adalah dengan cara mengumpulkan data tentang hasil akhir barang-barang dan jasa-jasa untuk suatu periode tertentu dari semua unit-unit produksi yang menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa tersebut. Semua nilai hasil akhir barang-barang dan jasa-jasa tersebut dijumlahkan atau dengan kata lain penjumlahan dari seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sektor ekonomi masyarakat dalam periode tertentu

Y = [(Q1 x P1) + (Q2 x P2) + (Qn x Pn) ……] 2. Pendekatan pendapatan

Perhitungan pendapatan nasional dengan cara ini menghitung pendapatan nasional dari pendekatan pengembalian atas faktor produksi yang dimiliki masyarakat dalam bentuk seperti upah, sewa, bunga dan keuntungan.

Perhitungannya sebagai berikut :

NI = upah + sewa + bunga + keuntungan NNP = NI + pajak tidak langsung

GNP = NNP + Depresiasi

Hal yang perlu diingat dalam pendekatan ini adalah bahwa bunga yang digunakan adalah bunga neto, yaitu bunga atas pinjaman yang digunakan untuk kegiatan yang produktif. Bunga atas pinjaman yang bersifat konsumtif seperti bunga atas kredit kendaraan pribadi dan pinjaman pemerintah yang kerap kali


(60)

digunakan untuk tujuan lain seperti subsidi dan membayar pensiun pegawai tidak diperhitungkan dalam pendapatan nasional.

3. Pendekatan pengeluaran

Cara ini dilakukan dengan menghitung besarnya pendapatan nasional dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh keempat sektor dalam perekonomian yaitu sektor konsumen, sektor perusahaan, sektor pemerintah dan sektor perdagangan luar negeri. Pendekatan pengeluaran disebut juga pendekatan penggunaan atau end-use approach atau penggunaan akhir dari pendapatan nasional, yaitu apakah untuk konsumsi, untuk investasi, untuk kebutuhan pemerintah ataukah untuk dipasarkan keluar negeri. Pendapatan nasional merupakan penjumlahan dari seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh seluruh rumah tangga ekonomi (RTK,RTP,RTG,RT Luar Negeri) dalam suatu Negara selama satu tahun.

2.4. Biaya

Menurut Arsyad (2000) pengertian biaya pada dasarnya dapat berubah-uabg tergantung bagaimana biaya tersebut digunakan. Umumnya biaya berhubungan dengan tingkat harga suatu barang yang harus dibayar. Apabila kita menggunakan suatu produk dan memebelinya secara tunai serta segera menggunakan produk tersebut, maka tidak terjadi masalah dalam pendefenisian dan pengukuran biaya produk tersebut. Namun, apabila barang tersebut dibeli dan disimpan, untuk sementara waktu, kemudian baru digunakan maka akan menimbulkan permasalahan. Masalah akan menjadi lebih rumit apabila barang


(61)

tersebut merupakan asset yang memiliki umur yang panjang yang akan digunakan pada tingkatan tertentu pada periode waktu yang tidak terbatas.

Menurut Noor (2007) dalam istilah sehari-hari, antara biaya dan pengeluaran sering disamakan. Padahal dari segi konsep keduanya berbeda yakni:

a. Pengeluaran merupakan semua belanja yang dikeluarkan baik yang bisa dielakkan maupun yang tidak bisa dielakkan.

b. Biaya adalah pengeluaran yang tidak dapat dielakkan untuk mencapai tujuan tertentu. Sehingga, biaya merupakan bagian dari pengeluaran.

Secara konsep, maka pengertian biaya adalah (a) biaya tidak sama dengan pengeluaran, (b) Biaya harus menggambarkan kegiatan dan (c) Biaya harus relevan dengan kegiatan yang dikerjakan. Berdasarkan teori produksi, yakni bagaimana memperoleh formulasi input yang paling efisien dalam menghasilkan output tertentu. Dengan demikian maka teori biaya digunakan sebagai berikut:

a. Menentukan tingkat output (produksi) yang optimum dengan biaya minimum.

b. Analisis terhadap faktor-faktor ekonomi dan teknologi yang menunjang produksi dalam mendapatkan teknologi yang tepat dan cocok dengan kondisi perusahaan dengan biaya minimum.

Menurut Soeharno (2007) biaya produksi adalah semua pengeluaran yang digunakan pada proses produksi dalam menghasilkan suatu barang dan jasa. Menurut Mulyadi (2005) biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi satuan untuk satuan tertentu. Menurut Sunarto (2003) biaya merupakan harga pokok atau bagiannya yang telah dimanfaatkan atau dikomsumsi untuk


(62)

memperoleh pendapatan. Penggolongan biaya diperlukan untuk membuat pemahaman yang jelas mengenai biaya. Menurut Mulyadi (2005) biaya dalam satu perusahaan terdiri dari tiga macam yaitu:

1. Biaya produksi yang merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual, 2. Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk

melaksanakan kegiatan pemasaran produk

3. Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk.

2.4.1. Jenis-jenis biaya

Menurut Noor (2007) biaya dapat dikelompokkan dalam tujuan tertentu, terutama dalam pengambilan suatu kebijakan dan keputusan bisnis. Dalam kenyataannya masing-masing biaya mempunyai sifat dan kegunaan untuk pengambilan keputusan.

a. Menurut realitas pembayarannya

Menurut realitas pembayarannya, biaya dapat dikelompokkan menjadi: 1. Biaya pengorbanan

Biaya yang timbul karena mengorbankan suatu kesempatan tertentu. Dalam praktiknya biaya ini tidak pernah dibayarkan. Misalnya penggunaan lahan pertanian yang subur yang digunakan untuk membangun sarana publik, seorang pemilik perusahaan yang bekerja untuk perusahaannya sendiri dan lain-lain.


(63)

2. Biaya sebenarnya (real cost)

Biaya yang benar-benar dibayarkan sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan. Misalnya biaya upah dan gaji, biaya bahan baku, biaya dari bahan penolong, dan lain-lain.

b. Menurut Karakteristik Jumlahnya

Berdasarkan karakteristik jumlahnya, biaya dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Biaya variabel

Biaya yang jumlahnya berubah sesuai dengan jumlah produksi atau outputnya. Contohnya adalah biaya energi, biaya bahan baku, komisi penjualan, dan upah tenaga kerja. Menurut Wulandari (2011) berkebalikan dengan biaya tetap, biaya variabel bersifat dinamis. Biaya ini mengikuti banyaknya jumlah unit yang diproduksi ataupun banyaknya kegiatan yang dikerjakan. Jumlah yang akan kita keluarkan per unit atau per aktivitas justru berjumlah tetap sedangkan untuk biaya secara total jumlahnya akan menyesuaikan dengan banyaknya jumlah unit yang diproduksi ataupun jumlah kegiatan yang dilakukan. Jika biaya tetap memiliki hubungan terbalik dengan jumlah unit yang diproduksi atau aktivitas yang dilakukan, biaya variabel memiliki hubungan searah dengan jumlah unit yang diproduksi atau kegiatan yang dilakukan. Hubungan searah ini maksudnya adalah semakin banyak unit yang kita produksi atau semakin banyak kegiatan yang kita lakukan, maka akan semakin banyak biaya variabel yang kita keluarkan (www.akuntanmuda.files.wordpress.com).


(64)

Gambar 2.10. Kurva Biaya Variabel 2. Biaya Tetap

Biaya yang jumlah totalnya tetap dan tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya output. Biaya tetap ini timbul karena penggunaan sumber daya tetap dalam proses produksi. Sifat utama biaya tetap adalah jumlahnya yang tidak berubah walaupun jumlah produksi mengalami perubahan (naik atau turun). Biaya tetap bersifat konstan secara total dalam rentang waktu yang relevan. Contoh dari biaya tetap adalah biaya penyusutan, biaya sewa, gaji karyawan, biaya bunga dan lain-lain. Biaya tetap hanya berlaku pada analisis jangka pendek, yaitu sepanjang kapasitas produksi belum berubah, karena dalam jangka panjang semua biaya akan berubah. Kurva biaya tetap atau fixed cost dapat digambarkan sebagai berikut:


(1)

5.2. Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Sebaiknya pemerintah ikut memberikan bantuan permodalan bagi para wirausaha agar para wirausaha dapat membuka usahanya ataupun melakukan pengembangan usaha. Tentunya hal ini akan berdampak untuk kemajuan perekonomian pada akhirnya.

2. Memberikan training dalam pengembangan usaha khususnya di bidang usaha kuliner agar menambah pemahaman dan ketertarikan masyarakat terhadap dunia usaha.

3. Restoran dapat melakukan pembaharuan ataupun inovasi-inovasi yang menarik bagi para pelanggan. Misalnya dalam menyajikan variasi menu, restoran dapat memberikan referensi tentang perbandingan menu ketika melakukan pemesanan. Sehingga menu yang sejenis yang akan dipesan dapat dibandingkan secara detail agar memudahkan customer dalam menentukan pilihan.

4. Penelitian ini memiliki keterbatasan karena hanya meneliti variabel pada sektor modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha, variasi menu dan biaya sebagai variabel intervening yang mempengaruhi pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan. Penelitian selanjutnya diharapkan melakukan penelitian dengan melibatkan variabel-variabel lainnya. Hasil-hasil penelitian ini dan keterbatasan-keterbatasan yang ditemukan dalam


(2)

penelitian dapat dijadikan sumber ide bagi pengembangan penelitian ini di masa yang akan datang.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Akhdon. 2011. Cara Menggunakan dan Memaknai Path Analysis (Analisis Jalur). Bandung : Alfabeta.

Anonim. Pengertian dan Klasifikasi Rumah Makan atau Restoran. Pariwisata Teknologi. pada tanggal 25 Juni 2013.

Anonim. Restoran, Makan dengan Gaya Mewah.

http: 2013.

Anonim. Company Profile. http://restorangaruda.com. Diakses pada tanggal 20 September 2013.

Ardhiyansyah, Indra W. 2004. Analisis Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 1989/1990-2003. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Arfida. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Arsyad, Lincolin. 2000. Ekonomi Manajerial, Ekonomi Mikro Terapan untuk Manajemen Bisnis. Yogyakarta: BPFE.

Dewanti, Retno. 2008. Kewirausahaan. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Fauzi, Muchammad. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif. Semarang: Walisongo Press.

Firdausa, A.R & Fitrie Arianti. 2013 . Pengaruh Modal Awal, Lama Usaha dan Jam Kerja terhadap Pendapatan Pedagang Kios di Pasar Bintoro Demak. Semarang: Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2008. Model Persamaan Struktural, Konsep dan Aplikasi dengan Program Amos Versi. 16.0. Semarang : Universitas Diponegoro.

Gunamawan, Hendra (2013, 28 Juni). KFC Akan Ekspansif di Medan dan Banda Aceh. Tribunnews.com. http://www.Tribunnews.com, 2013. Diakses pada tanggal 4 Juli 2013.

Handayani, Yenni. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Rumah Makan di Kecamatan Medan Selayang. Medan: Universitas Sumatera Utara.


(4)

Isya, Muhammad (2011, 7 Desember). Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Dominasi Kredit Perbankan di Sumut. Me& Magazine. 2013.

Jaya, Abdul Hamid. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pantai Losari Kota Makassar. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kurniati, Rina. (2013, 11 Januari). Definisi Restoran, Kualitas Pelayanan, dan Kepuasan Pelanggan. http:// http://rinakurniawati.wordpress.com, 2013. Diakses pada tanggal 4 September 2013.

Kusnendi. 2008. Model-Model Persamaan Struktural (Satu dan Multigroup Sampel dengan LISREL). Bandung : Alfabeta.

Lubis, Rahmat. 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal di Kota Binjai. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Mankiw, N. Gregory. 2007. Makroekonomi. Jakarta: Erlangga

Marsum. 2001. Restoran dan Segala Permasalahannya. Yogyakarta: Andi

Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

2005. Akuntansi Biaya. edisi 5. Yogyakarta: Aditya Media.

Nasution, Diwayana Putri. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Rumah Makan di Kecamatan Medan Baru. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Nazir, 2011. Analisis Determinan Pendapatan Pedagang Kaki Lima Di Kabupaten Aceh Utara. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Noor, Henry Faizal. 2007. Ekonomo Manajerial. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.

Nurani, Dwi Okti. 2010. Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kaki Lima Makanan dan Minuman di Jalan Malioboro Yogyakarta. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Prayoga. Restoran Solaria. Kuliner Art. http: tanggal 30 Juni 2013.


(5)

Raharja, Prathama dan M. Manurung. 2006. Teori Ekonomi Mikro; Suatu Pengantar. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.

Raharjo, Adith. 2008. Lima Rahasia Sukses Bisnis Restoran. Jakarta: Penebarplus. Rusiadi, dkk. 2013. Metode Penelitian, Manajemen Akuntasi dan Ekonomi

Pembangunan, Konsep, Kasus dan Aplikasi SPSS, Eviews, Amos, Lisrel. Medan: USU Press.

Samuelson, Paul. A. dan Nordhaus. 2003. Makro Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Sarwono, Jonathan. 2012. Path Analysis dengan SPSS: Teori, Aplikasi Prosedur

Analisis untuk Riset Skripsi, Tesis dan Disertasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Septiawan, Armauliza. 2009. Analisis Determinan Pendapatan Usaha Rumah Makan Di Sekitar Universitas Sumatera Utara. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Soeharno. 2007. Ekonomi Manajerial. Yogyakarta: Andi.

Soeratno, dan Lincolin Arsyad. 2008. Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Sudantoko, Djoko dan Muliawan H. 2009. Dasar-dasar Pengantar Ekonomi Pembangunan. Jakarta Selatan: Mardi Mulyo.

Sugiyono. 2010. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Susanto, Adi 2002 Kewiraswastaan, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Wirasasmita, Yuyun. (2011, 11 Februari). Ekonomika Kewirausahaan. http:// yuyunwirasasmita.wordpress.com. 2011. Diakses pada tanggal 4 September 2013.

Wulandari, Hesti. (2011, Juni). Biaya Tetap VS Biaya Variabel. September 2013.

Zai, Setianus. (2013, 21 Januari). Restoran. 2013. Diakses pada tanggal 4 September 2013.

Zimmerer, Thomas W. Dan Norman M. Scarborough. 2004. Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil. Jakarta: PT.Indeks.


(6)