PPh OP SLide.ppt

PAJAK PENGHASILAN (ORANG PRIBADI)

  PAJAK PENGHASILAN A D A L A H PAJAK YANG DIKENAKAN

  • TERHADAP SUBJEK PAJAK

  • ATAS PENGHASILAN YANG
  • DITERIMA ATAU DIPEROLEHNYA
  • DALAM TAHUN PAJAK

  WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BADAN

  • sekumpulan orang dan atau modal 1 orang
  • yang merupakan kesatuan 1 keluarga dianggap sebagai

  Kewajiban NPWP = PPh UNDANG UNDANG

  SUBJEK PAJAK WAJIB PAJAK

  NON - USAHA NON - PEK. BEBAS USAHA / KEGIATAN PEK. BEBAS

  Ya

  • Orang Pribadi

  Badan

  NPWP

  PTKP 2006 Diri WP

  54.000.000 Status kawin 4.500.000

Istri – Penghasilan digabungkan dg 54.000.000

penghasilan suami Tanggungan

  4.500.000 No Status PTKP 2016

  

1 TK/0 54,000,000

  

2 TK/1 58,500,000

  

3 TK/2 63,000,000

  

4 TK/3 67,500,000

  

5 K/0 58,500,000

  

6 K/1 63,000,000

  

7 K/2 67,500,000

  

8 K/3 72,000,000

  

9 K/I/0 112,500,000

  

10 K/I/1 117,000,000

  11 K/I/2 121,500,000

  SUMBER PENGHASILAN KELOMPOK PEKERJAAN USAHA & KEGIATAN MODAL LAIN-LAIN

  HUBUNGAN KERJA HARTA GERAK PEKERJAAN BEBAS HARTA TAK GERAK

  Contoh:

  Jenis SPT Tahunan 1770 S (sederhana)

  1771 1770 ORANG PRIBADI BADAN

  WP yg menerima : ph hanya dari 1 pemberi WP yg

SPT 1770-SS

  • Digunakan oleh WP Orang Pribadi sbb :
  • • Pegawai/karyawan dg penghasilan bruto

    kurang dari atau maks 60 jt rupiah setahun
  • Penghasilan diperoleh dari 1 pemberi kerja
  • • Mendapat penghasilan lain yg dikenakan

    PPh Final, seperti : Bunga tabungan/deposito/koperasi,
  • Cukup lampirkan Bukti Potong PPh-21

  WP OP YG MENGGUNAKAN 1770 S PENGHASILAN WP Sebagai Karyawan Hanya Pada Satu Pemberi Kerja (Badan / Orang Pribadi)

  • SBI

  Bunga Deposito, Tabungan, Diskonto

  PEKERJAAN

  DARI SATU

  1

  • Bunga/diskonto Obligasi di Bursa Efek

  PEMBERI KERJA

  • Penjualan Saham di Bursa Efek • Hadiah Undian • Dll

  DIKENAKAN

  (akan disampaikan kemudian)

  2 PPh FINAL

  • Penghasilan Istri dari 1 pemberi kerja

  DIKENAKAN •

  Penghasilan anak dari pekerjaan

  PAJAK

  3 TERSENDIRI

  Bantuan/sumbangan/hibah •

  • Warisan • Bagian laba anggota CV tidak atas

  BUKAN

  saham, persekutuan, perkumpulan, firma,

  4

  WP sebagai Karyawan Tetap Dikenakan PPh Pasal 21, Rincian terdapat pada 1721 A1

   2006 Lanjutan …..

   

   

   

   

  1770 S : PPh Final No Sumber/jenis Penghasilan Tarif Pajak

  1 Bunga deposito, tabungan, & diskonto SBI 20%

  2 Bunga/diskonto obligasi di bursa efek 20%

  3 Penjualan saham di bursa efek 0,1%

  4 Hadiah undian

  25%

  5 Pesangon, THT/Tebusan pensiun bertingkat bila > 25 jt

  6 Honorarium atas beban APBN/APBD 15%

  7 Pengalihan hak atas Tanah/Bangunan 5%

  8 Bangunan yg diterima d/r BGS(BOT) 5%

  9 Sewa Tanah/Bangunan

  10%

  

Penghasilan yang dikenakan PPh tersendiri

  Penghasilan istri (karyawati) bila diperoleh hanya dari 1 pemberi kerja dan pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya (tidak digabung dengan penghasilan suamin) Penghasilan anak yang belum dewasa dari pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan usaha orang yang mempunyai hubungan

  istimewa (tidak digabung dengan orang tuanya) Anak yang belum dewasa adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah menikah.

  Hubungan istimewa : hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus dan atau ke samping satu derajat.

  CONTOH KASUS Tuan Badri, direktur PT. Maxima Consultindo, pada tahun 2006 sesuai formulir 1721-A1 dari perusahaannya mempunyai penghasilan sebesar Rp 56.567.100,00. Ia sudah menikah dengan Shinta (35 tahun) dan sudah dikaruniai seorang anak yang lahir pada tanggal 10 Januari 2006. Shinta tidak bekerja. Pada tanggal 21 April 2006, Shinta memperoleh hadiah undian sebuah sepeda motor dengan harga Rp 10.000.000,00.

WP OP YG MENGGUNAKAN 1770

  

PENGHASILAN

  USAHA / DIKENAKAN

  1

  5 PEKERJAAN BEBAS PPh FINAL

  DIKENAKAN PEKERJAAN

  2 PAJAK

  6 TERSENDIRI PENGHASILAN BUKAN DALAM NEGERI

  3

  7 OBJEK LAINNYA PENGHASILAN

  4 LUAR NEGERI

  1770 : WP – USAHA / PEKERJAAN BEBAS OMSET SETAHUN

  DAGANG

  < 1,8 milyar ≥ 1,8 milyar

  USAHA

  INDUSTRI

  Boleh Wajib

  JASA menggunakan menyelenggarakan

  Norma pembukuan

  Penghitungan (akuntansi) Pengacara

  Penghasilan Arsitek

  Neto (%) Dokter

  PEKERJAAN Akuntan Konsultan

  BEBAS Notaris

  

Contoh besarnya norma

Medan, Palembang, Jakarta, Bandung,

  Ibu kota Jenis Usaha

  Daerah Semarang, Surabaya, propinsi lainnya lainnya

  Denpasar, Manado, Makassar, & Pontianak Industri kecap, tauco, tempe, oncom, tahu, dan tempe, oncom, tahu, dan pengolahan kedele/kacang-kacangan

  15 12,5

  10 lainnya.

  Perdagangan eceran barang-barang kelontong,

  30

  25

  20 supermarket dan warunglangsam.

  Perdagangan eceran barang-barang elektronik,

  30

  25

  20 perlengkapan listrik, alat komunikasi, fotografi dan optik.

  Rumah makan dan minum.

  25

  20

  20 Notaris

  55

  50

  50 Dokter. 45 42,5

  40

  1770 : WP – PEKERJAAN

  • • Karyawan Tetap (satu atau lebih pemberi kerja)

  • Pegawai Tidak Tetap • Penerima Upah • Penerima Honorarium • dll

  1770 : WP – Penghasilan DN lainnya

  • • Bunga (selain bunga deposito, tabungan, giro)

  • Dividen • Royalti • Sewa • Penghargaan & Hadiah (tidak dg undian)
  • Keuntungan dari penjualan/pengalihan harta
  • Lain-lain

  1770 : WP – Penghasilan Luar Negeri

  • Seluruh penghasilan dari LN
  • Kerugian dari LN tidak boleh diperhitungkan (kompensasi horisontal) dengan penghasilan lainnya

  

1770 : WP - PPh Final

No Sumber/jenis Penghasilan Tarif Pajak

  1 Bunga deposito, tabungan, & diskonto SBI 20%

  2 Bunga/diskonto obligasi di bursa efek 20%

  3 Penjualan saham di bursa efek 0,1%

  4 Hadiah undian

  25%

  5 Pesangon, THT/Tebusan pensiun Bertingkat bila > 25 jt

  6 Honorarium atas beban APBN/APBD 15%

  7 Pengalihan hak atas Tanah/Bangunan 5%

  8 Bangunan yg diterima d/r BGS(BOT) 5%

  9 Sewa Tanah/Bangunan

  10%

  10 Usaha Jasa Konstruksi

  2%, 4%, 4%

  11 Penyalur/dealer/agen BBM

  0,30%

  1770 : WP - PPh Tersendiri Sama dengan di 1770 S

  1770 : WP – Bukan Objek Sama dengan di 1770 S

CONTOH KASUS

  Tuan Badri, direktur PT. Maxima Consultindo, pada tahun 2006 sesuai formulir 1721-A1 dari perusahaannya mempunyai penghasilan sebesar Rp. 56.567.100,00. Ia sudah menikah dengan Shinta (35 tahun) dan sudah dikaruniai seorang anak yang lahir pada tanggal 10 Januari 2006. Shinta mempunyai sebuah minimarket dengan omset setahun Rp. 240.000.000,00. Untuk menghitung pajak ia memilih menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto yang besarnya ditetapkan 20%. Selama tahun 2006 sudah membayar angsuran/PPh pasal 25 Rp. 200.000,00 tiap bulan Pada tanggal 21 April 2006, Shinta memperoleh hadiah undian sebuah sepeda motor dengan harga Rp 10.000.000,00.

  PPh BADAN

  • Seluruh WP Badan pelaporan pajaknya diperlakukan sama  SPT 1771
  • • Wajib menyelenggarakan pembukuan dengan

    menyusun Laporan Keuangan di akhir tahun

    (minimal Neraca & Laporan Laba Rugi)
  • • Wajib melampirkan penghitungan penyusutan

    aktiva tetap

  PENGERTIAN : BADAN

  

  sekumpulan orang dan atau modal

  

  yang merupakan kesatuan

  

  baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha

  

  yang meliputi : o o perseroan terbatas, o perseroan komanditer, o perseroan lainnya, o Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, o firma, o kongsi, o koperasi, o dana pensiun, o persekutuan, o perkumpulan, o yayasan, o

organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis,

o lembaga, bentuk usaha tetap dan

  Sumber Jurnal Buku Neraca Laporan Keuangan Dokumen

  Besar Saldo Neraca Laporan Laba/Rugi

  PSAK Praktek akuntansi yang lazim

  Rekonsiliasi Fiskal Penyesuaian Positif Penyesuaian Negatif

  UU Perpajakan Laba (Rugi) Fiskal Laba xxx

  Kompensasi ( xxx )

  Objek Pajak – PPh Final Bukan Pendapatan Pendapatan menurut menurut Akuntansi Akuntansi Objek Pajak – PPh Tidak Final Laba Kena Pajak PPh Biaya berkaitan dg Bukan Biaya Objek Pajak – PPh Tidak Final Biaya menurut menurut Akuntansi Akuntansi Biaya berkaitan dg

  

Objek Pajak – PPh Final Pendapatan Komersial Bukan Pendapatan

  Komersial OBJEK PAJAK Bukan

  Objek Pajak PPh FINAL

  PPh UMUM Ada penghitungan

OBJEK PAJAK

Pasal 4 ayat (1) Penggantian atau imbalan berkenaan dgn pekerjaan atau jasa yg diterima

  

atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,

gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dlm bentuk lainnya, kec. ditentukan lain dlm UU ini Hadiah dari undian atau pekerjaan/kegiatan dan penghargaan Laba usaha Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk : 1. keuntungan krn pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sbg penggantian saham/penyertaan modal ; 2. keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya krn pengalihan harta kpd pemegang saham, sekutu atau anggota ; 3. keuntungan krn likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha ; 4. keuntungan krn pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan , kec. yang diberikan kpd keluarga sedarah dlm garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan

pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi

Pasal 4 ayat (1) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan krn jaminan pengembalian utang Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala Keuntungan krn pembebasan utang, kecuali sampai dgn jumlah tertentu yg ditetapkan dgn PP Keuntungan krn selisih kurs mata uang asing

  Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya

Deviden, dgn nama dan dlm bentuk apapun, termasuk deviden dari perusahaan asuransi

kpd pemegang polis, dan pembagian SHU koperasi Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dgn penggunaan harta OBJEK PAJAK

OBJEK PAJAK

Pasal 4 ayat (1) premi asuransi,

  tambahan kekayaan neto yg berasal dari penghasilan yg belum dikenakan pajak. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva,

iuran yg diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yg terdiri

dari WP yg menjalankan usaha / pekerjaan bebas,

PENGHASILAN TERTENTU

Pasal 4 ayat (2) - Bunga deposito/tabungan - Transaksi saham dan sekuritas di bursa efek - Pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan - Penghasilan tertentu lainnya PENGENAAN PAJAKNYA BERSIFAT FINAL DIATUR DENGAN PERATURAN PEMERINTAH

  (PP)

TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK

Pasal 4 ayat (3) BANTUAN ATAU SUMBANGAN TERMASUK ZAKAT YG DITERIMA BADAN AMIL ZAKAT/LEMBAGA AMIL ZAKAT DAN PENERIMA ZAKAT YG BERHAK HARTA HIBAHAN DENGAN SYARAT TERTENTU WARISAN HARTA TERMASUK SETORAN TUNAI YG DITERIMA OLEH BADAN SEBAGAI PENGGANTI SAHAM ATAU PENYERTAAN MODAL PENGGANTIAN/IMBALAN DALAM BENTUK NATURA DAN/ATAU KENIKMATAN DARI WAJIB PAJAK ATAU PEMERINTAH PEMBAYARAN DARI PERUSAHAAN ASURANSI KEPADA ORANG PRIBADI SEHUBUNGAN DENGAN ASURANSI KESEHATAN/KECELAKAAN/JIWA/ DWIGUNA DAN BEA SISWA

TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK

Pasal 4 ayat (3) DIVIDEN /BAGIAN LABA YG DITERIMA/DIPEROLEH PT SBG WP D.N KOPERASI,BUMN/BUMD , DARI PENYERTAAN MODAL PADA BADAN YANG DIDIRIKAN/BERTEMPAT KEDUDUKAN DI INDONESIA DGN SYARAT DEVIDEN BERASAL DARI CADANGAN LABA YG DITAHAN DAN KEPEMILIKAN PADA BADAN YG MEMBERIKAN DEVIDEN PALING RENDAH 25% DARI JUMLAH MODAL YG DISETOR DAN HRS MEMPUNYAI USAHA AKTIF DILUAR KEPEMILIKAN SAHAM TSB IURAN YG DIPEROLEH DANA PENSIUN YG PENDIRIANNYA TELAH DISAHKAN OLEH MENKEU DAN PENGHASILAN DANA PENSIUN TSB DARI MODAL YG DITANAMKAN DLM BIDANG TERTENTU YG DITETAPKAN MENKEU BAGIAN LABA YG DITERIMA/DIPEROLEH ANGGOTA DARI BADAN USAHA YG MODALNYA TDK TERBAGI ATAS SAHAM (CV, Persekutuan, dll) BUNGA OBLIGASI YG DITERIMA ATAU DIPEROLEH PERUSAHAAN REKSA

TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK

Pasal 4 ayat (3) PENGHASILAN YG DITERIMA/DIPEROLEH PERUSAHAAN MODAL VENTURA BERUPA BAGIAN LABA DARI BADAN PASANGAN USAHA YG DIDIRIKAN DAN MENJALANKAN USAHA/KEGIATAN DI INDONESIA DGN SYARAT BADAN PASANGAN USAHA MERUPAKAN PERUSAHAAN KECIL, MENENGAH, ATAU YG MENJALANKAN KEGIATAN DLM SEKTOR-SEKTOR USAHA YG DITETAPKAN DGN KEPMENKEU DAN SAHAMNYA TDK DIPERDANGKAN DI BURSA EFEK DI INDONESIA

BIAYA-BIAYA YANG BOLEH

Pasal 6 ayat (1)

   Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan

   Penyusutan dan amortisasi

   Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan

   Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk

  mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan;

  

  Kerugian karena selisih kurs mata uang asing;

  

  Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan

  di Indonesia; 

  Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan;

  

  Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih,

  

  Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan berdasarkan

PENGELUARAN YANG BOLEH

Pasal 6 ayat (1) huruf h BIAYA UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH, DAN MEMELIHARA PENGHASILAN YANG MERUPAKAN OBJEK PAJAK, TERMASUK PIUTANG YANG NYATA-NYATA TIDAK DAPAT DITAGIH SYARAT

  1. TELAH DIBEBANKAN SEBAGAI BIAYA DALAM LAPORAN LABA RUGI KOMERSIAL;

  2. TELAH DISERAHKAN PERKARA PENAGIHANNYA KEPADA PN ATAU BUPLN ATAU ADANYA PERJANJIAN TERTULIS MENGENAI PENGHAPUSAN PIUTANG/PEMBEBASAN UTANG ANTARA KREDITUR DAN DEBITUR YBS;

  3. TELAH DIPUBLIKASIKAN DALAM PENERBITAN UMUM ATAU KHUSUS; DAN

  

4. WP HARUS MENYERAHKAN DAFTAR PIUTANG YANG TIDAK DAPAT DITAGIH KEPADA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

  Yang dimaksud dengan penerbitan umum atau khusus adalah:

  

a. Penerbitan koran/majalah atau media massa cetak yang lazim

lainnya yang berskala nasional; atau

b. Penerbitan khusus Himpunan Bank-Bank Milik Negara (HIMBARA)/persatuan Bank-Bank Swasta Nasional (PERBANAS); atau c. Penerbitan/pengumuman khusus Bank Indonesia.

PENGELUARAN YANG TIDAK BOLEH

Pasal 9 ayat (1) PEMBAGIAN LABA DENGAN NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN BIAYA YG DIBEBANKAN UTK KEPENTINGAN PRIBADI PEMEGANG SAHAM, SEKUTU, ATAU ANGGOTA PEMBENTUKAN DANA CADANGAN KECUALI CADANGAN UNTUK JENIS USAHA TERTENTU YANG DITETAPKAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN PREMI ASURANSI KESEHATAN, KECELAKAAN, JIWA, DWI GUNA, DAN ASURANSI BEA SISWA YG DIBAYAR OLEH WP ORANG PRIBADI PENGGANTIAN/ IMBALAN PEKERJAAN/JASA YG DIBERIKAN DALAM BENTUK NATURA DAN KENIKMATAN KECUALI

  • - PENYEDIAAN MAKANAN DAN MINUMAN BAGI SELURUH PEGAWAI

PENGELUARAN YANG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO

Pasal 9 ayat (1) JUMLAH YANG MELEBIHI KEWAJARAN YG DIBAYARKAN KEPADA PEMEGANG SAHAM ATAU PIHAK YG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA HARTA YG DIHIBAHKAN, BANTUAN / SUMBANGAN , DAN WARISAN SESUAI PSL 4 AYAT (3) HURUF a DAN b KECUALI :ZAKAT ATAS PENGHASILAN YANG DIBAYARKAN OLEG WP ORANG PRIBADI PEMELUK AGAMA ISLAM DAN ATAU WP BADAN D.N YANG DIMIILIKI OLEH PEMELUK AGAMA ISLAM, KEPADA BADAN AMIL ZAKAT ATAU LEMBAGA AMIL ZAKAT YANG DIBENTUK/DISAHKAN PEMERINTAH PAJAK PENGHASILAN BIAYA YANG DIBEBANKAN/ DIKELUARKAN UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI WP ATAU ORANG YANG MENJADI TANGGUNGAN GAJI ANGGOTA PERSEKUTUAN, FIRMA, ATAU PERSEROAN KOMANDITER YG MODALNYA

  PENGELUARAN YANG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO PP NO.138 TAHUN 2000 BIAYA 3M UNTUK PENGHASILAN YG BUKAN OBJEK PAJAL BIAYA 3M UNTUK PENGHASILAN YG DIKENAKAN PPh FINAL BIAYA 3M PENGHASILAN YG PAJAK DIHITUNG DG NORMA PPh DITANGGUNG PERUSAHAAN

KERUGIAN HARTA / HUTANG YG TIDAK DIMILIKI & DIGUNAKAN UNTUK 3M OBJEK

PAJAK

Pasal 6 ayat (2) dan PP 34 Tahun 1994

KERUGIAN DAPAT DIKOMPENSASIKAN

  

DENGAN PENGHASILAN

MULAI TAHUN PAJAK BERIKUTNYA BERTURUT-TURUT

  

SAMPAI DENGAN 5 (LIMA) TAHUN

PENANAMAN MODAL DI BIDANG USAHA

PERKEBUNAN TANAMAN KERAS DAN

PERTAMBANGAN,

  

DI DAERAH TERPENCIL,

KOMPENSASI KERUGIAN PALING LAMA

  

10 TAHUN

PENANAMAN MODAL DI BIDANG USAHA

PERKEBUNAN TANAMAN KERAS DAN

KOMPENSASI KERUGIAN CONTOH KOMPENSASI KERUGIAN DAN PENGHASILAN KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL NETO FISKAL TH. 2003 TH. 2004 TA TH. 1999 TH. 2000 TH. 2001 TH. 2002

  ( Tahun Pajak ini) ( Tahun Berjalan) RUPIAH

  (Rupiah) (Rupiah) (Rupiah) (Rupiah) HUN

RUPIAH *) RUPIAH **)

  1995 -

  • 1996
  • (20.000.000) 20.000.000

  5.000.000 - (5.000.000)

  • 1997 (1.000.000) 1.000.000 -
  • (20.000.000)
  • (100.000.000) 4.000.000 10.000.000 50.000.000 - 1998
  • > 30.000.000 - - - - - 2000
  • 2001 10.000.000
  •   20.000.000 - - 1999

    • - - -

    • 2002 (5.000.000)

      5.000.000

    • 2003
    • 50.000.000 Dari tahun 1995 s.d. 1999 tidak ada keuntungan sehingga tidak ada kompensasi.
    • JUMLAH : 30.000.000 10.000.000

      25.000.000

    Pasal 9 ayat (2)

      

    PENGELUARAN UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH, DAN

    MEMELIHARA PENGHASILAN YANG MEMPUNYAI MASA

    MANFAAT LEBIH DARI SATU TAHUN

    DIBEBANKAN MELALUI PENYUSUTAN ATAU

    AMORTISASI

    PENGELUARAN YANG TIDAK BOLEH

    DIBEBANKAN SEKALIGUS

    Pasal 11 ayat (1),(2) dan (7)

      BANGUNAN SELAIN BANGUNAN USAHA TERTENTU

      METODE GARIS LURUS METODE SALDO MENURUN

      DITETAPKAN MENTERI KEUANGAN

      

    HARTA BERWUJUD

    PENYUSUTAN

    PADA AKHIR MASA MANFAATDISUSUTKAN SEKALIGUS

    Pasal 11 ayat (3),(4) dan (5)

    PADA BULAN PENGELUARAN

    MULAI DIGUNAKAN/ MENGHASILKAN

      DASAR PENYUSUTAN BAGI WP YG MELAKUKAN PENILAIAN KEMBALI AKTIVA SESUAI PASAL 19 NILAI SETELAH DILAKUKAN

      KECUALI : HARTA YG MASIH DLM PROSES PENGERJAAN,

      PADA BULAN SELESAINYA PENGERJAAN PADA BULAN HARTA

      DENGAN PERSETUJUAN DIRJEN PAJAK SAAT MULAI PENYUSUTAN

    Pasal 11 ayat (6) dan (7)

      KEL. HARTA MASA TARIF PENYUSUTAN BERWUJUD MANFAAT

       GARIS LURUS SALDO MENURUN

      1. BUKAN BANGUNAN

      4 THN 25 % 50 %

    • KELOMPOK 1
    • KELOMPOK 2
    • KELOMPOK 3
    • KELOMPOK 4

      8 THN 12,5 % 25 %

      16 THN 6,25 % 12,5 %

      20 THN 5 % 10 %

      2. BANGUNAN

      PERMANEN

      20 THN 5 % TDK PERMANEN 10 THN 10 %

    PENENTUAN KELOMPOK HARTA BERWUJUD

    Pasal 11 ayat (8) dan (9)

      JUMLAH HARGA JUAL ATAU PENGGANTIAN ASURANSI DIBUKUKAN SEBAGAI PENGHASILAN PENJUALAN ATAU PENGALIHAN HARTA SESUAI PSL 4 Ayat (1) Huruf d ATAU PENARIKAN HARTA KARENA SEBAB LAINNYA KERUGIAN SEBESAR NILAI SISA BUKU HARTA

    KARENA PENGGANTIAN ASURANSI

    YG JUMLAHNYA BARU

    DAPAT DIKETAHUI DI MASA KEMUDIAN

    PADA TAHUN TERJADINYA PENGALIHAN

    ATAU PENARIKAN HARTA

    PENGALIHAN HARTA BERWUJUD

    JUMLAH NILAI SISA BUKU DIBEBANKAN SEBAGAI KERUGIAN

      AMORTISASI

    Pasal 11A ayat (1) METODE METODE SALDO GARIS LURUS MENURUN PADA AKHIR MASA MANFAAT DIAMORTISASI SEKALIGUS (CLOSED ENDED )

    MASA MANFAAT DAN TARIF AMORTISASI

    Pasal 11A ayat (2),(3),(4),(5) dan (6)

       KELOMPOK MASA TARIF AMORTISASI HARTA TAK MANFAAT BERWUJUD GARIS LURUS SALDO MENURUN

    • KELOMPOK 1
    • KELOMPOK 2
    • KELOMPOK 3
    • KELOMPOK 4

      4 THN 25 % 50 %

      8 THN 12,5 % 25 %

      16 THN 6,25 % 12,5 %

      20 THN 5 % 10 % 1. BIAYA PENDIRIAN

    2. BIAYA PERLUASAN MODAL

      TARIF BERDASARKAN KELOMPOK HARTA ATAU DIBEBANKAN SEKALIGUS PADA TAHUN TERJADINYA PENGELUARAN PENGELUARAN UNTUK MEMPEROLEH HAK PENAMBANGAN MIGAS METODE SATUAN PRODUKSI 1. HAK PENAMBANGAN SELAIN MIGAS

      2. HAK PENGUSAHAAN HUTAN 3. HAK PENGUSAHAAN SUMBER DAN HASIL ALAM LAINNYA METODE SATUAN PRODUKSI SETINGGI-TINGGINYA 20 % SETAHUN

      Perlakuan Khusus Penyusutan Fiskal Aktiva perusahaan yang merupakan

      Aktiva perusahaan yang merupakan

      fasilitas bagi karyawan

      fasilitas bagi karyawan

      Biaya

      Kelompok 2 Bus

      Perolehan

      Dibebankan Karyawan

      Biaya Perawatan dan BBM

      seluruhnya

      50% Biaya

      Kelompok 2

      Perolehan

      Sedan dan sejenisnya

      50% Biaya Perawatan dan BBM

      Dibebankan

      50% Biaya

      Kelompok 1 Telepon Perolehan

      Selular

      50% Biaya

      Dibebankan

      Pulsa dan Perbaikan Perlakuan Khusus Amortisasi Fiskal

      Harga Perolehan

      Biaya Up-grade

      Software

      Komputer Termasuk

      Komputernya Terpisah

      Aplikasi Umum

      Aplikasi Khusus

      Kelompok 1 Dibebankan

      Kelompok 1 Menambah

      NSBF Biaya untuk memperoleh

      TANAH

       Untuk Pertama kali

      Di kapitalisasi Biaya Perpanjangan

      HGB, HGU dan Hak Pakai atas TANAH

      Diamortisasikan selama jangka waktu tersebut

      

    Perlakuan PPh atas Bunga Pinjaman

    Bunga Pinjaman

      Dapat dibebankan Sepanjang berhubungan dengan biaya untuk 3 M penghasilan (obyek PPh non-final) Kecuali Bunga tersebut dikapitalisasi, pada : - pembelian saham - pembelian tanah (real estate) - masa konstruksi

      Perlakuan PPh atas Bunga Pinjaman

      Apabila WP juga mempunyai deposito atau tabungan Rata-rata Pinjaman

      Rata-rata Pinjaman = <

      >

      Rata-rata Dep/Tab Rata-rata Dep/Tab

      Bunga dibebankan Bunga tidak boleh atas selisih lebih dibebankan rata-rata pinjaman Bunga dapat dibebankan seluruhnya dalam hal : - dana pinjaman ditempatkan dalam rekening giro - ketentuan mengharuskan dana pinjaman ditempatkan di dep/tab

    • saldo dep/tab dananya berasal dari tambahan modal/sisa laba

      Bunga yg diperkenankan: (Rata2 Pinjaman – Rata2 Deposito)

      X Bunga Pinjaman Rata2 Pinjaman

    BIAYA ENTERTAINMENT

      No Tanggal Jenis Entertain ment Nama Tempat Alamat Tempat Jumlah Relasi Nama Posisi Perusahaan Usaha 1.

      Dapat dikurangkan sebagai biaya dengan syarat:

    • Benar-benar dikeluarkan dan ada hubungannya dengan kegiatan usaha wajib pajak
    • Dibuatkan daftar nominatif dan dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh, yang memuat nomor urut, tanggal dan jenis entertainment, nama tempat, alamat, jumlah, nama relasi, posisi, nama perusahaan, jenis usaha.

      2.

      

    Penyisihan/Cadangan : BANK

    Bagi Bank Umum (lihat KMK No 68/KMK.04/1999), cadangan kerugian : 1% dari jumlah kredit lancar 5% dari jumlah kredit dalam perhatian khusus 15% dari jumlah kredit kurang lancar setelah dikurangi nilai agunan 50% dari jumlah kredit diragukan setelah dikurangi nilai agunan 100% dari jumlah kredit macet setelah dikurangi nilai agunan Bagi Bank Perkreditan Rakyat atau BPR (KMK No.204/KMK.04/2000), cadangan kerugian : 0,5% dari jumlah kredit lancar 3% dari jumlah kredit kurang lancar setelah dikurangi nilai agunan 50% dari jumlah kredit diragukan setelah dikurangi nilai agunan 100% dari jumlah nilai kredit macet setelah dikurangi nilai agunan Nilai agunan yang dikurangkan setinggi-tingginya : • seluruh nilai agunan yang bersifat lancar.

    • agunan lain yang tidak lancar ditetapkan sebesar 75% dari nilai agunan atau berdasarkan penilaian perusahaan penilai.

      Peraturan Menteri Keuangan No.

    93/PMK.03/2006

      

      Sumbangan yang diberikan oleh Wajib Pajak dalam rangka bantuan

      tanggal 13 Oktober 2006

      kemanusiaan bencana alam gempa bumi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan sebagian Provinsi Jawa Tengah yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 serta gempa bumi dan tsunami di pesisir pantai selatan pulau Jawa pada tanggal 17 Juli 2006 dapat dibiayakan.

      Peraturan Menteri Keuangan No. 94/PMK.03/2006 Sumbangan meliputi uang dan/atau barang tanggal 13 Oktober 2006 Sumbangan harus ditampung, disalurkan, dan/atau dikelola oleh instansi

    Pemerintah antara lain Kantor Wakil Presiden, Kantor Menteri Koordinator

    Bidang Kesejahteraan Rakyat, Departemen Sosial, Departemen Kesehatan,

    dan Departemen Keuangan, serta pihak-pihak lain yang dapat

    dipertanggungjawabkan keberadaannya, termasuk Palang Merah Indonesia,

    media massa cetak dan elektronik, dan organisasi sosial dan/atau keagamaan.

      Sumbangan harus didukung oleh bukti-bukti yang sah dan dapat diuji kebenarannya .

    TARIF PAJAK PENGHASILAN

    Pasal 17 ayat 1 (b), (2), (3) dan (7) TARIF PAJAK PENGHASILAN BAGI WAJIB PAJAK BADAN DN LAPISAN PKP TARIF PAJAK - S/D Rp 50.000.000,00 10 % - DI ATAS Rp 50.000.000,00 15 % S/D Rp 100.000.000,00 - DI ATAS Rp 100.000.000,00 30 % LAPISAN PKP DAPAT DIUBAH DENGAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN DENGAN PERATURAN PEMERINTAH DAPAT DITETAPKAN :

    • Tarif tertinggi diturunkan menjadi paling

       rendahnya 25 %

    TARIF PAJAK PENGHASILAN

    Pasal 17 ayat (4) UNTUK KEPERLUAN PENERAPAN TARIF PAJAK JUMLAH PKP DIBULATKAN KE BAWAH DALAM RIBUAN RUPIAH PENUH Contoh:

      123.456.789  123.456.000 987.654.321  987.654.000

      

    PELUNASAN PPh

    DALAM TAHUN BERJALAN

    Pasal 20 ayat (1), (2) dan (3)

    • PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK OLEH PIHAK LAIN (PPh Psl 21, 22,23,24 )
    • PEMBAYARAN OLEH WAJIB PAJAK SENDIRI (PPh Pasal

      25 ) MERUPAKAN

    • DILAKUKAN SETIAP

      ANGSURAN PAJAK YANG BOLEH DIKREDITKAN

      BULAN, ATAU

      TERHADAP PPh YANG TERUTANG UNTUK TAHUN PAJAK YBS

    • MASA LAIN YANG

      KECUALI

      DITETAPKAN OLEH

       PEMBAYARAN PPh YANG

      MENTERI

    BERSIFAT FINAL

      KEUANGAN

    LANGKAH MENGHITUNG

    PAJAK PENGHASILAN PADA AKHIR TAHUN

    IDENTIFIKASI PENGHASILAN

      IDENTIFIKASI KERUGIAN TAHUN-TAHUN SEBELUMNYA

      IDENTIFIKASI PPh YANG TELAH DIPOTONG/DIPUNGUT PIHAK LAIN

      IDENTIFIKASI PPh YANG DIBAYAR SENDIRI

    IDENTIFIKASI PENGHASILAN

    PASAL 4 AYAT 1 (PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA UMUM) PASAL 4 AYAT 2 (PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA FINAL) PASAL 4 AYAT 3 (PENGHASILAN YANG BUKAN OBYEK PAJAK)

    IDENTIFIKASI BIAYA

      DEDUCTIBLE EXPENSES (PASAL 6 UU PPh) Biaya yang dapat dikurangkan

    NON DEDUCTIBLE EXPENSES (PASAL 9 UU PPh) Biaya yang TIDAK dapat dikurangkan IDENTIFIKASI KERUGIAN TAHUN- TAHUN SEBELUMNYA KERUGIAN YANG DIKOMPENSASIKAN TIDAK BOLEH MELEBIHI LIMA TAHUN KOMPENSASI SESUAI SURAT KETETAPAN PAJAK YANG DITERBITKAN KPP (dalam hal sudah dilakukan pemeriksaan) KOMPENSASI RUGI SESUAI SPT TAHUNAN TAHUN YANG MENYATAKAN KERUGIAN (bila belum dilakukan pemeriksaan)

    IDENTIFIKASI PPh YANG TELAH

    DIPOTONG/DIPUNGUT PIHAK LAIN

      PPh Pasal 22 PPh Pasal 23 PPh Pasal 24

      IDENTIFIKASI PPh YANG TELAH DIBAYAR SENDIRI

      PPh Pasal 25 •

    • Pokok STP PPh Pasal 25 (baik sudah atau belum dibayar)
    • Fiskal Luar Negeri

      KOMERSIAL vs FISKAL UNSUR LAPORAN RUGI LABA KOMERSIAL KOREKSI FISKAL Penghasilan

    • Obyek Pajak
    • Dikenakan PPh Final
    • Obyek Pajak
    • Dikenakan PPh Final
    • Non Obyek Pajak
    • Non Obyek Pajak
    • Deductible
    • Non Deductible
    • Deductible
    • Non Deductible

      Biaya

    • Laba Komersial  
    • Laba Fiskal

      Laba

    KOREKSI FISKAL BIAYA PERUSAHAAN

      Contoh Kasus

    PSAK 46 AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

      PENYAJIAN/PERLAKUAN TERHADAP ADANYA BEDA WAKTU ANTARA AKUNTANSI DENGAN PERATURAN PAJAK

      

    Penyajian & Penghitungan Pajak Tangguhan:

      Untuk tahun pertama pembentukan pajak tangguhan:

      Untuk tahun pertama pembentukan pajak tangguhan: