BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) di Desa Huta Rakyat Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

   

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

  2.1.1. Definisi Pengetahuan

  Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni: indera penglihatan, penciuman, pendengaran, perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari indera penglihatan dan indera pendengaran. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

  Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, dan sebagainya.

  2.1.2. Tingkatan Pengetahuan

  Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif empunyai enam tingkatan, yaitu:

1. Tahu (Know)

  Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengtahuan paling rendah. Pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima sebelumnya.

     

  2. Memahami (Comprehension) Memahami adalah suatu kemampuan utuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

  3. Aplikasi (Application) Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata (sebenarnya). Aplikasi ini diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus-rumus , metode, prinsip, dan sebagainya dalam situasi lain.

  4. Analisa (Analysis) Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek yang telah dipelajari kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih saling berkaitan.

  5. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian informasi di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya, dapat merencanakan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

  6. Evaluasi (Evaluation).

  Evaluasi merupakan suatu kemampuan untuk melakukan penilaian atau justifikasi tehadap suatu objek atau materi berdasarkan suatu kriteria tertentu.

     

2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan.

  Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal (Notoatmodjo, 2003).

  A. Faktor internal: Ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi pengetahuan seseorang,

  

Pertama pendidikan, pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan

  dimana seseorang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih luas. Namun, bukan berarti setiap orang yang memiliki pendidikan yang rendah mutlak memiliki pengetahuan yang rendah. Pengetahuan tidak hanya didapat pada pendidikan fomal, akan tetapi pengetahuan juga dapat diperoleh dari pendidikan non formal.

  Kedua pengalaman juga sangat mempengaruhi pengetahuan. Pengalaman

  sebagai sumber pengetahuan merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Ketiga usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berekembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

  B. Faktor eksternal: Selain faktor internal, faktor eksternal juga mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki seseorang. Berbagai macam fator eksternal yang dapat mempengaruhi pengtahuan, yakni: Pertama Informasi / Media Massa, informasi

     

  yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun yang non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Kedua Sosial Budaya dan Ekonomi, kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakuakan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan apapun. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

  Faktor yang ketiga adalah lingkungan. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

  Lingkungan berpengaruh dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

2.1.4. Cara Memperoleh Pengetahuan

  Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni: pertama cara tradisional atau nonilmiah, dan kedua cara modern atau cara ilmiah, yakni melalui proses penelitian (Notoatmodjo, 2012).

     

  a.

  Cara Memproleh Kebenaran Nonilmiah 1.

  Cara Coba Salah (Trial and Error) Cara ini telah dipakai sebelum adanya kebudayaan. Apabila seseorang menghadapi persoalan atau masalah, maka upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Cara ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahakan masalah, dan apabila tidak berhasil maka akan dicoba kemungkinan yang lain. Itulah sebabnya cara ini disebut dengan metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba salah (coba-coba).

  2. Secara Kebetulan Merupakan penemuan kebenaran yang terjadi secara kebetulan atau tidak disengaja. Misalnya penemuan kina sebagai obat penyembuhan penyakit malaria yang secara kebetulan ditemukan oleh seorang penderita malaria yang sedang mengembara.

  3. Cara Kekuasaan atau Otoritas Cara ini merupakan suatu kebiasaan-kebiasaan yang sering dijumpai di masyarakat yang diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya.

  Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin agama, pemegang pemerintahan, dan sebagainya. Kekuasaan raja zaman dahulu adalah mutlak, sehingga apapun yang diucapkannya adalah kebenaran mutlak dan harus diterima oleh masyarakat atau rakyatnya.

  4. Berdasarkan Pengalaman Pribadi Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini

     

  dilakukan dengan cara mengulangi kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

  5. Cara Akal Sehat Akal sehat atau commom sense kadang-kadang menemukan teori atau kebenaran. Pemberian hadiah dan hukuman (reward and punishment) merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.

  6. Kebenaran Melalui Wahyu Ajaran dan dogma adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut- pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.

  7. Kebenaran secara Intuitif Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan yang sistematis.

  Kebenaran diperoeh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.

  8. Melalui Jalan Pikiran Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Dalam hal ini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.

     

  9. Induksi Induksi merupakan proses penarikan kesimpulan yang dimuai dari pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus ke pernyataan yang bersifat umum.

  10. Deduksi Deduksi merupakan pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum ke pernyataan yang bersifat khusus. Disini terlihat proses berfikir berdasarkan pada pengetahuan yang umum mencapai pengetahuan yang khusus.

  b.

  Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Metode ilmiah adalah upaya memecahkan masalah melalui cara bepikir rasional dan berpikir empiris dan merupakan prosedur untuk mendapatkan ilmu (Setiadi, 2007).

2.1.5. Pengukuran Pengetahuan

  Pengetahuan dapat diukur dengan tekhnik wawancara, penyebaran kuesioner dengan daftar pertanyaan yang relevan dengan aspek yang akan di ukur (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan dapat diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal yang merupakan himpunan yang beranggotakan pangkat, jabatan, tingkatan, atau order. Pengetahuan dikategorikan dalam bentuk lebih besar atau lebih kecil dari, misalnya 0= jelek, 1= cukup, 2= baik, 3= sangat baik (Nursalam, 2009). Skor yang sering digunakan untuk mempermudah dalam mengtegorikan jenjang/ peringkat dalam penelitian biasanya dituliskan dalam

     

  persentase, misalnya pengetahuan Baik = 76-100%; Cukup = 56-75%; dan Kurang ≤ 56% (Nursalam, 2003).

2.2. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

  2.2.1. Definisi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

  Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan pada bayi yang telah berusia 6 bulan atau lebih karena ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi. Pemberian makanan pendamping dilakukan secara berangsur untuk mengembangkan kemampuan bayi mengunyah dan menelan serta menerima bermacam-macam makanan dengan berbagai tekstur dan rasa (Sulistijani, 2004).

  MP-ASI meliputi cairan lain (misal air putih, air teh, air gula atau madu, air buah, air tajin), susu pengganti ASI atau PASI (susu segar susu kental manis dan susu formula, susu bubuk) dan makanan lumat, makanan lembek atau makanan padat (Proverawati, 2009).

  2.2.2. Waktu pemberian MP-ASI (Usia menyapih)

  Waktu memulai pemberian MP-ASI sekurangnya berusia 6 bulan karena pada usia 6 bulan tersebut bayi sudah mengeluarkan air liur lebih banyak dan produksi enzim amilase lebih banyak pula sehingga bayi siap menerima makanan selain ASI. Memasuki usia 6 bulan, bayi telah siap menerima makanan bukan cair karena gigi telah tumbuh dan lidah tidak lagi menolak makanan setangah padat. Di samping itu, lambung juga telah lebih baik mencerna zat tepung. Menjelang usia 9 bulan, bayi telah pandai menggunakan tangan untuk memasukkan benda ke dalam mulut. Jelaslah bahwa pada saat tersebut bayi siap mengonsumsi makanan

     

  (setengah) padat (Lailiyana, 2008).

  Menurut Proverawati (2009) jika kemudian bayi disapih pada usia 6 bulan, tidak berarti karena bayi telah siap menerima makanan selain ASI, melainkan juga karena kebutuhan gizi bayi tidak lagi cukup dipasok hanya oleh ASI. Pada saat berusia 6-9 bulan alat pencernaan bayi sudah lebih berfungsi, dan bayi membutuhkan penyerapan vitamin A dan zat gizi lainnya meskipun pemberian ASI diteruskan, namun bayi seharusnya diberikan makanan pendamping yang lumat dua kali sehari. Setelah bayi berusia 9-12 bulan bayi sudah mulai diperkenalkan makanan keluarga secara bertahap, bayi juga diajarkan mengenl berbagai jenis makanan dengan cara penyajian sayur dan lauk pauk berganti-ganti setiap harinya. Pada usia ini bayi dapat diberi makanan selingan berupa bubur kacang ijo ataupun buah-buahan satu sampai dua kali dalam sehari.

  Bayi membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk tumbuh kembang optimal. Bagi bayi berusia 0-6 bulan, pemberian ASI saja sudah cukup, namun bagi bayi diatas 6 bulan diperlukan makanan selain ASI yaitu berupa makanan pendamping (Depkes RI, 2006). Air susu adalah makanan yang baik, sedemikian puasnya ia hanya makan air susu, sehingga beberapa bayi merasa puas memakannya sampai 2 atau 3 tahun. Jika bayi dibiarkan begitu terus-menerus, bayi akan menolak dan tidak akan menyukai jenis-jenis makanan yang mengandung zat yang seimbang bagi anak-anak. Hal ini akan menyebabkan bayi mengalami kekurangan gizi, terutama zat besi, vitamin C, dan D.

  Menurut Arisman (2008) pada umumnya bayi yang menderita kekurangan protein (kwashioskor) terjadi pada bayi atau anak yang berumur satu sampai tiga

     

  tahun, tanda-tandanya sebagai berikut: Pertumbuhan tubuhnya berjalan lambat, dan otot dagingnya menyusut dan lembek, tetapi masih mempunyai sedikit lemak.

  Selain itu, terjadi pembengkakan (edema) pada kaki bagian bawah. Wajah bayi nampak bulat seperti bulan. Sedikit demi sedikit warna rambut hitamnya (normal) berubah agak coklat kemerahan (pirang) atau abu-abu, dan rambutnya mudah rontok atau tanggal. Bayi yang berambut keriting bila menderita kurang protein (kwashioskor) ini rambutnya dapat menjadi lurus. Warna kulitnya menjadi pucat, dan biasanya bayi tersebut disertai dengan menderita anemia. Bayi tampak murung, kurang bergairah dan apatis. Bayi tidak mempunyai nafsu makan.

2.2.3. Cara memberikan MP-ASI.

  Permulaan masa menyapih merupakan awal dari suatu perubahan besar baik bagi bayi maupun ibunya. Proses ini diupayakan tidak terjadi secara mendadak. Insidensi penyakit infeksi, terutama diare, lebih tinggi pada saat periode ini. Hal ini terjadi dikarenakan makanan berubah dari ASI yang bersih dan mengandung zat-zan anti infeksi (antara lain: IgA, laktoferin, WBC) menjadi makanan yang disiapkan, dan dimakan dengan cara yang salah, serta tidak mengindahkan syarat kebersihan (Arisman, 2008).

  Pemberian makanan pendamping disarankan bervariasi setiap minggunya agar bayi tidak merasa bosan. Namun, harus tetap memperhatikan komposisi gizinya dan konsep empat sehat lima cukup. Saat memberikan makanan pendamping ibu harus memperhatikan jadwal pemberian makanan yang tepat untuk bayi. Jika ibu telah mengetahui pemberian jadwal makanan yang tepat, makan seharusnya ibu tidak memberikan camilan/ snack menjelang waktu makan.

     

  Hal ini bertujuan untuk menghindari nafsu makanannya yang besar. Jika ibu tetap ingin memberikan snack satu jam sebelum makan, berilah snack yang sehat berupa buah segar atau sayuran.

  Saat bayi berusia 6-8 bulan bayi diberi bubur susu atau makanan yang dilumatkan. Selain itu, bayi juga dapat mengkonsumsi makanan camilan seperti biskuit yang dilumatkan. Menjelang usia 9 bulan, bayi sudah dapat memakan makanan lunak seperti nasi tim. Saat bayi berusia 9-12 bulan, makan setengah padat dan makanan padat berupa makanan keluarga sudah boleh diperkenalkan.

  Pada saat memperkenalkan makanan, sebaiknya cukup diperkenalkan satu jenis makanan saja, dalam jumlah kecil. Seandainya bayi tidak dapat menoleransi makanan ini, atau bahkan menimbulkan reaksi alergi, gejala yang timbul mudah dikenali, dan makanan itu tidak diberikan lagi. Makanan sebaiknya tidak dicampur karena bayi harus mempelajari perbedaan tekstur dan rasa makanan.

  Cara pemberian makanan pendamping sebaiknya disuapkan dengan menggunakan sendok dan tidak dimasukkan kedalam botol susu, atau membuat lubang dot lebih besar, yang mengesankan seolah bayi meminum makanan padat. Ketika memberikan makanan pendamping, volume dan frekuensi pemberian susu sebaiknya tidak dikurangi secara drastis.

2.2.4. Frekuensi pemberian makanan

  Bayi memerlukan waktu beberapa hari untuk menyukai cita rasa makanan baru, jika bayi mau memakan makanan pendamping, pemberian pertama cukup dua kali sehari, satu atau dua sendok teh penuh. Kira-kira dua minggu kemudian bayi akan terbiasa dengan makanan barunya (Arisman, 2009). Hal ini bukan

     

  karena bayi tidak suka memakan makanan pendamping, tetapi karena belum terbiasa menggunakan lidahnya mendorong makanan kebelakang mulut (Beck, 2011).

  Kebutuhan bayi akan meningkat seiring tumbuh-kembangnya. Jika bayi telah menggemari makanan baru tersebut, ia akan mengonsumsi 3-6 sendok besar penuh setiap kali makan. Pada usia 6-9 bulan, bayi setidak-tidaknya membutuhkan empat porsi, namun tetap membutuhkan ASI. Jika dengan takaran tersebut bayi tersebut masih kelaparan, berilah ia makanan selingan, misalnya pisang atau biskuit. Bayi memerlukan sesuatu untuk dimakan setiap 2 jam, begitu ia terbangun. Pemberian makanan tambahan sebagai pendamping ASI dilakukan secara bertahap, baik porsi, jenis, maupun tekstur makanannya juga harus disesuaikan (Proverawati, 2009).

Tabel 2.1. Frekuensi pemberian makanan pendamping (Proverawati, 2009).

  Umur Frekuensi pemberian MP-ASI

  0-6 bulan ASI sepuasnya 6-8 bulan ASI sepuasnya

  Buah 1-2 kali sehari Makanan lumat 1-2 kali sehari

  8-10 bulan ASI diteruskan Buah 1-2 kali sehari Makanan lumat 2 kali sehari Makanan lembek 1 kali sehari

     

  10-12 bulan ASI dilanjutkan Buah 1-2 kali sehari Makanan lumat 1 kali sehari Makanan lembek 2 kali sehari Telur 1 kali sehari

2.2.5. Syarat-syarat Makanan Pendamping-ASI yang diberikan

  Menurut Arisman (2008) bahan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang ideal harus mengandung: (1) Makanan pokok (pangan yang paling banyak dikonsumsi oleh keluarga), biasanya makanan yang mengandung tepung, seperti beras, gandum, kentang, tepung maizena. (2) Kacang, sayuran berdaun hijau atau kuning, (3) Buah, (4) Daging hewan, (5) Minyak atau lemak.

  Makanan tambahan yang diberikan pada bayi hendaknya memenuhi beberapa syarat seperti: a.

  Makanan terbuat dari bahan makanan yang segar dan harus memiliki nilai energi dan kandungan protein tinggi.

  b.

  Susunan menu seimbang (berasal dari 10-15% protein, 25-35% dari lemak, 50-60% dari karbohidrat).

  c.

  Mengandung banyak nilai gizi dan berserat lunak d. Memiliki nilai suplementasi yang baik, memiliki komposisi vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup.

     

  e.

  Makanan tambahan juga tidak boleh bersifat kamba, yang dapat menimbulkan rasa kenyang pada bayi. Karena bukan kenyang yang diberikan pada bayi tetapi energi , protein, dan zat-zat gizi yang diperlukan.

  f.

  Makanan dapat diterima bayi dengan baik atau tidak menimbulkan reaksi alergi.

  g.

  Harga bahan makanan relatif murah.

  h.

  Bahan makanan hendaknya berasal dari bahan-bahan lokal. Makanan tambahan bagi bayi sudah seharusnya menghasilkan energi yang tinggi, sedikitnya mengandung 360 Kkal per 100 gram. Bagi bayi yang berusia 6 sampai 12 bulan kebutuhan energinya sekitar 870 Kkal dan protein sekitar 20 gr per hari. Hindari makanan yang mengandung serat kasar serta bahan lain yang sulit dicerna.

2.2.6. Jenis MP-ASI

  Pada awal pemberian makanan pelengkap ibu dianjurkan memberikan sereal yang dimasak terlebih dahulu, seperti berbagai tepung beras untuk bayi, konsistensinya sama dengan larutan susu (Beck, 2011).

  Menurut Proverawati (2009) jenis-jenis MP-ASI yang diberikan, antara lain sebagai berikut:

  1. Makanan lumat adalah makanan yang dihancurkan atau disaring tampak kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan lumat halus, contoh:

     

  bubur susu, bubur sumsum, pisang dikerok, pepaya saring, tomat saring, dan sebagainya.

  2. Makanan lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan tampak berair, contoh: bubur nasi saring, bubur ayam, nasi tim saring, kentang puri, dan lain-lain.

  3. Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair dan biasanya disebut makanan keluarga, contoh: lontong, nasi tim, kentang rebus, biskuit, roti, dan lain-lain. Sangat tidak dianjurkan untuk memberikan makanan padat ini terlalu cepat mengingat sistem pencernaan bayi masih sangat lemah.

  Selain jenis-jenis makanan pelengkap tersebut, jenis makanan selingan lain juga dapat diberikan pada bayi, seperti; bubur kacang ijo, sari buah jeruk, pepaya, atau pisang, yang diberi sebelum bayi menyusu pada siang hari.

  Jenis dan cara pemberian makanan pendamping seharusnya disesuaikan dengan kemampuan bayi sesuai dengan usianya, berikut tabel yang menunjukkan keterampilan bayi sesuai dengan usianya.

Tabel 2.2. Keterampilan mulut, tangan, tubuh, kemampuan makan bayi dan jeni makanan pendamping ASI sesuai dengan usianya (Proverawati, 2008).

  Usia Keterampilan mulut Keterampilan tangan dan Keterampilan dan Jenis MP-ASI (bulan) tubuh kemampuan makan 6-8 - Mulai dapat - Dapat duduk sendiri - Dapat makan Makanan lumat bulan mengontrol makanan tanpa ditopang makanan yang halus, seperti: dalam mulut dihaluskan bubur susu, bubur

  • Gerakan mata saring, bubur
  • Bisa melakukan mengikuti makanan - Sudah bisa makan sumsum, gerakan mengunyah menggunakan pisang/pepaya ke atas dan ke -Dapat menggunakan sendok kerok, bisuit.

     

  bawah jempol dan jari telunjuk untuk mengangkat benda - Mulai dapat minum dengan gelas

  • Mulai dapat makan dengan menggunakan tangan

  8-10 - Dapat - Duduk sendiri dengan - Mulai bisa makan Makan lunak bulan memindahkan mudah potongan kecil dari sampai dengan makanan (di dalam makanan yang lunak makanan lembek, mulut) ke kiri dan ke - Dapat memindahkan seperti: bubur nasi, kanan objek dari tangan ke - Mulai bubur tim mulut bereksperimen makan saring,kentang

  • Dapat sendiri dengan sendok puri, bubur ayam.

  menyesuaikan bibir dengan bentuk - Minum dari gelas lengkung gelas

  • Mulai mengunyah dengan lebih sempurna

  10-12 - Mengunyah - Mulai bisa - Sudah dapat makan Makanan setengah bulan dengan sempurna mengarahkan sendok ke potongan kecil dengan padat dan mulai mulut konsistensi lunak dari memperkenalkan makanan keluarga makanan keluarga

  (padat), seperti:

Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Makanan Pendamping ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2014

1 57 81

Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) di Desa Huta Rakyat Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

2 71 86

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Anak Usia 6-24 Bulan Di Kecamatan Siemeulue Timur Kabupaten Siemeulue

3 66 73

Pengaruh Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) terhadap Status Gizi pada Bayi 6-12 Bulan di Kecamatan Medan Amplas

16 130 108

Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Leaflet terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) pada Anak 6-24 Bulan di Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2011

11 92 70

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini Pada Bayi 6-24 Bulan di Kelurahan Pematang Kandis Bangko, Kabupaten Merangin, Jambi Tahun 2010

5 107 99

Gambaran Pelaksanaan Konseling Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) di Puskesmas Wilayah Jakarta Tahun 2012

2 30 126

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian ASI Eksklusif - Hubungan Sosial Budaya Ibu Menyusui dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013

1 2 62

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Kepuasan - Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Huta Rakyat Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

0 0 11

Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) di Desa Huta Rakyat Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

0 1 29