Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Leaflet terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) pada Anak 6-24 Bulan di Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2011

(1)

PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH DAN LEAFLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POLA PEMBERIAN

MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA ANAK 6-24 BULAN DI DESA PANTAI GEMI KECAMATAN STABAT

KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2011

Oleh:

RANI SURAYA NIM.071000021

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH DAN LEAFLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POLA PEMBERIAN

MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA ANAK 6-24 BULAN DI DESA PANTAI GEMI KECAMATAN STABAT

KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh:

RANI SURAYA NIM.071000021

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul:

PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH DAN LEAFLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POLA PEMBERIAN

MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA ANAK 6-24 BULAN DI DESA PANTAI GEMI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2011

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh: RANI SURAYA

NIM. 071000021

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi pada Tanggal 14 Juni 2011 dan Dinyatakan

Telah Memenuhi Syarat untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Ernawati Nasution, SKM, M.Kes Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si NIP. 19700212 199501 2 001 NIP. 19670613 199303 1 004

Penguji II Penguji III

Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, MSi Ferry, SH, SSi, AMG, DC. Nutri, MKes NIP. 19680616 199303 2 003 NIP. 19690524 199303 1 001

Medan, Juni 2011

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRAK

Pemberian MP ASI sering tidak tepat seperti pemberian makanan yang terlalu cepat, tidak bervariasi, serta frekuensi makan yang kurang. Akibatnya, anak menderita kurang gizi. Ketidaktepatan pemberian MP ASI tersebut disebabkan oleh pengetahuan dan sikap ibu yang rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan leaflet terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang pola pemberian MP ASI pada anak usia 6-24 bulan.

Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan rancangan pre- dan pos-tes dengan kelompok kontrol. Sampel penelitian terdiri atas 64 responden pada kelompok perlakuan dan 67 responden pada kelompok kontrol. Responden adalah ibu yang mempunyai anak usia 6-24 bulan. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak sederhana. Kegiatan penyuluhan dilakukan dengan metode ceramah dan pembagian leaflet. Efek penyuluhan terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian MP ASI dianalisis dengan uji independent sample t-test pada α=0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan ibu memiliki pengetahuan ‘baik’ sebanyak 9,4%, ‘sedang’ sebanyak 54,7%, dan ‘kurang’ sebanyak 35,9%. Sesudah penyuluhan ibu memiliki pengetahuan ‘baik’ sebanyak 90,6% dan ‘sedang’ sebanyak 9,4%. Sebelum penyuluhan ibu memiliki sikap ‘baik’ sebanyak 4,7%, ‘sedang’ sebanyak 34,4%, dan ‘kurang’sebanyak 60,9%. Sesudah penyuluhan ibu memiliki sikap baik sebanyak 98,4% dan ‘sedang’ sebanyak 1,6%. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan p=0,000 (p<0,05) pengetahuan dan sikap ibu sesudah penyuluhan.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penyuluhan dengan metode ceramah dan leaflet dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang pola pemberian MP ASI pada anak usia 6-24 bulan. Disarankan bagi petugas kesehatan di puskesmas untuk melakukan penyuluhan dengan metode ceramah dan leaflet kepada masyarakat.


(5)

ABSTRACT

Complementary feeding practices are often inappropriate, for example early feeding practices, no variation, and inadequate of frequency of feeding. Therefore, the children experience undernutrition. Inappropriate complementary feeding practices are caused by low of knowledge and attitude of mothers.

This study aims to determine the influence of health education with oral communication and leaflet on mother’s knowledge and attitude regarding complementary feeding practices to the children of 6-24 months old.

This study was quasi experiment with pre-test and post-test with control group design. Samples consisted of 64 treatment group of respondents and 67 control group of respondents who have children of 6-24 months old. Sampling method was done by simple random sampling. The effect of health education on mother’s knowledge and attitude regarding complementary feeding practices was analyzed by using independent sample t-test on α=0,05.

The result showed that before health education, mothers have ‘good’ knowledge 9,4%, ‘medium’ 54,7%, and ‘less’ 35,9%. After health education, mothers have ‘good’ knowledge 90,6% and ‘medium’ 9,4%. Before health education, mothers have ‘good’ attitude 4,7%, ‘medium’ 34,4%, and ‘less’ 60,9%. After health education, mothers have ‘good’ attitude 98,4% and ‘medium’ 1,6%. It showed that there was significant difference between mother’s knowledge and attitude p=0,000 (p=0,05) after health education intervention.

It is concluded that health education with oral communication and distribution of leaflets are able to improve mother’s knowledge and attitude regarding complementary feeding practices to children of 6-24 months old. It is recommended that health services to do health education with oral communication and leaflet to the people.

Keyword: health education with oral communication and leaflet, maternal behavioral, underfive children


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Rani Suraya

Tempat/ Tanggal Lahir : Tandam Hilir I/ 10 November 1988

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Anggota Keluarga : 4 (empat) orang Orang tua

a. Ayah : Mahyudi

b. Ibu : Fadillah

Alamat Rumah : Jalan Tanjung Pura KM. 32 No. 87 Dusun I Pasar Umum Tandam Hilir I

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 105285 Tandam Hilir I (1995-2001)

2. SLTP Negeri 1 Binjai (2001-2004)

3. SMA Negeri 1 Binjai (2004-2007)


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan segala nikmat, rahmat, dan karuniaNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan

Leaflet terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pola Pemberian Makanan

Pendamping ASI (MP ASI) pada Anak 6-24 Bulan di Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2011” adalah dedikasi penulis kepada Ayahanda Mahyudi dan Ibunda Fadillah untuk cinta dan kasih yang tak tergantikan yang diberikan kepada penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih atas doa, bantuan serta kehadiran orang-orang yang diberkahi oleh sang Khalik di dalam kehidupan penulis sendiri antara lain:

1. Dr. Drs Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Asfriyati, SKM, MKes selaku dosen penasihat akademik yang telah membimbing penulis selama mengikuti proses pembelajaran di FKM USU.

3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat beserta seluruh staf.

4. Ernawati Nasution, SKM, MKes dan Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si yang sudah berkenan menjadi dosen pembimbing serta orangtua yang baik bagi penulis, tidak hentinya dengan penuh kasih sayang serta kesabaran selalu memberikan kesempatan belajar bagi penulis.

5. Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang dan Ferry, SH, SSi, AMG, DC. Nutri, MKes selaku penguji yang telah memberikan masukan dan saran dalam skripsi ini.

6. Bapak Wahyudin selaku Kepala Desa Pantai Gemi beserta staf yang telah berkenan memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian dalam mendapatkan gelar sarjana ini.


(8)

7. Teristimewa untuk teman-temanku yang telah memberikan cinta, kasih sayang, perhatian, ilmu dan motivasi sehingga penulis lebih sabar dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Adikku, yang telah memberikan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya pada kesempatan yang istimewa ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut memberikan perhatian kepada penulis.

Medan, Juni 2011


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Riwayat Hidup Penulis ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel... ix

Daftar Gambar ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Penyuluhan ... 6

2.1.1 Pengertian Penyuluhan Gizi ... 6

2.1.2 Proses Adopsi dalam Penyuluhan ... 7

2.1.3 Metode dan Media Penyuluhan ... 7

2.1.3.1 Metode Penyuluhan ... 7

2.1.3.2 Media penyuluhan ... 9

2.2 Makanan Pendamping ASI (MP ASI) ... 11

2.2.1 Prinsip Pemberian MP ASI ... 12

2.3 Penyuluhan dalam Proses Perubahan Perilaku ... 14

2.4 Kerangka Konsep ... 18

2.5 Hipotesis Penelitian ... 18

BAB 3 METODE PENELITIAN………. 19

3.1 Jenis Penelitian ... 19

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

3.2.1 Lokasi Penelitian... 20

3.2.2 Waktu Penelitian ... 20

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

3.3.1 Populasi ... 21

3.3.2 Sampel ... 21

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 22

3.4.1 Data Primer ... 22

3.4.2 Data Sekunder... 22


(10)

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 23

3.7 Aspek pengukuran ... 23

3.8 Definisi Operasional ... 25

3.9 Mekanisme Pelaksanaan Penelitian... 25

3.9.1 Tahap Persiapan ... 25

3.9.2 Tahap Pelaksanaan ... 26

3.9.3 Tahap Akhir ... 26

3.10 Variabel Penelitian ... 27

3.11 Teknik Analisis Data ... 27

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 28

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 28

4.1.1 Letak Geografis ... 28

4.1.2 Akses Informasi Kesehatan ... 28

4.2 Karakteristik Ibu (Responden) ... 29

4.3 Karakteristik Anak ... 30

4.4 Gambaran Pengetahuan dan Sikap pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Pembanding Sebelum dan Sesudah Penyuluhan... 30

4.4.1 Pengetahuan ... 30

4.4.2 Sikap ... 36

4.5 Pengaruh Penyuluhan terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pola Pemberian MP ASI pada Anak 6-24 Bulan di Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat ... 40

4.5.1 Pengetahuan ... 40

4.5.2 Sikap ... 40

BAB 5 PEMBAHASAN... 42

5.1 Pengaruh Penyuluhan terhadap Pengetahuan Ibu tentang Pola Pemberian MP ASI pada Anak 6-24 Bulan di Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat………. 42

5.2 Pengaruh Penyuluhan terhadap Sikap Ibu tentang Pola Pemberian MP ASI pada Anak 6-24 Bulan di Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat……….. 45

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………... 47

6.1 Kesimpulan………. 47

6.2 Saran………... 47 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Prinsip Pemberian MP ASI ... 13 Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden di Desa

Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat

Tahun 2011………. 29

Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Anak Responden

di Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten

Langkat Tahun 2011……….. 30 Tabel 4.3 Hasil Jawaban Pre-test dan Post-test Pengetahuan

Responden tentang Pola Pemberian MP ASI pada

Kelompok Perlakuan dan Kelompok Pembanding……… 32 Tabel 4.4 Hasil Jawaban Pre-test dan Post-test Sikap Responden

tentang Pola Pemberian MP ASI pada Kelompok

Perlakuan dan Kelompok Pembanding……….. 37 Tabel 4.5 Perbandingan Rata-rata Nilai Skor Pre-test dan Post-test

Pengetahuan pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Pembanding tentang Pola Pemberian MP ASI pada Anak 6-24 Bulan di Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat

Kabupaten Langkat………... 40 Tabel 4.6 Perbandingan Rata-rata Nilai Skor Pre-test dan Post-test

Sikap pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Pembanding tentang Pola Pemberian MP ASI pada Anak 6-24 Bulan di Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep ... 18 Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 19 Gambar 4.1 Diagram Distribusi Responden pada Kelompok

Perlakuan dan Kelompok Pembanding berdasarkan Pre-test

dan Post-test Pengetahuan……… 31 Gambar 4.2 Diagram Distribusi Responden pada Kelompok

Perlakuan dan Kelompok Pembanding berdasarkan Pre-test


(13)

ABSTRAK

Pemberian MP ASI sering tidak tepat seperti pemberian makanan yang terlalu cepat, tidak bervariasi, serta frekuensi makan yang kurang. Akibatnya, anak menderita kurang gizi. Ketidaktepatan pemberian MP ASI tersebut disebabkan oleh pengetahuan dan sikap ibu yang rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan leaflet terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang pola pemberian MP ASI pada anak usia 6-24 bulan.

Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan rancangan pre- dan pos-tes dengan kelompok kontrol. Sampel penelitian terdiri atas 64 responden pada kelompok perlakuan dan 67 responden pada kelompok kontrol. Responden adalah ibu yang mempunyai anak usia 6-24 bulan. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak sederhana. Kegiatan penyuluhan dilakukan dengan metode ceramah dan pembagian leaflet. Efek penyuluhan terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian MP ASI dianalisis dengan uji independent sample t-test pada α=0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan ibu memiliki pengetahuan ‘baik’ sebanyak 9,4%, ‘sedang’ sebanyak 54,7%, dan ‘kurang’ sebanyak 35,9%. Sesudah penyuluhan ibu memiliki pengetahuan ‘baik’ sebanyak 90,6% dan ‘sedang’ sebanyak 9,4%. Sebelum penyuluhan ibu memiliki sikap ‘baik’ sebanyak 4,7%, ‘sedang’ sebanyak 34,4%, dan ‘kurang’sebanyak 60,9%. Sesudah penyuluhan ibu memiliki sikap baik sebanyak 98,4% dan ‘sedang’ sebanyak 1,6%. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan p=0,000 (p<0,05) pengetahuan dan sikap ibu sesudah penyuluhan.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penyuluhan dengan metode ceramah dan leaflet dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang pola pemberian MP ASI pada anak usia 6-24 bulan. Disarankan bagi petugas kesehatan di puskesmas untuk melakukan penyuluhan dengan metode ceramah dan leaflet kepada masyarakat.


(14)

ABSTRACT

Complementary feeding practices are often inappropriate, for example early feeding practices, no variation, and inadequate of frequency of feeding. Therefore, the children experience undernutrition. Inappropriate complementary feeding practices are caused by low of knowledge and attitude of mothers.

This study aims to determine the influence of health education with oral communication and leaflet on mother’s knowledge and attitude regarding complementary feeding practices to the children of 6-24 months old.

This study was quasi experiment with pre-test and post-test with control group design. Samples consisted of 64 treatment group of respondents and 67 control group of respondents who have children of 6-24 months old. Sampling method was done by simple random sampling. The effect of health education on mother’s knowledge and attitude regarding complementary feeding practices was analyzed by using independent sample t-test on α=0,05.

The result showed that before health education, mothers have ‘good’ knowledge 9,4%, ‘medium’ 54,7%, and ‘less’ 35,9%. After health education, mothers have ‘good’ knowledge 90,6% and ‘medium’ 9,4%. Before health education, mothers have ‘good’ attitude 4,7%, ‘medium’ 34,4%, and ‘less’ 60,9%. After health education, mothers have ‘good’ attitude 98,4% and ‘medium’ 1,6%. It showed that there was significant difference between mother’s knowledge and attitude p=0,000 (p=0,05) after health education intervention.

It is concluded that health education with oral communication and distribution of leaflets are able to improve mother’s knowledge and attitude regarding complementary feeding practices to children of 6-24 months old. It is recommended that health services to do health education with oral communication and leaflet to the people.

Keyword: health education with oral communication and leaflet, maternal behavioral, underfive children


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Masa balita merupakan masa yang penting dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan struktur dan fungsi tubuh, emosi, intelektual, serta tingkah laku. Pertumbuhan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti keturunan, makanan, kesehatan, dan lingkungan yang baik. Pemberian makanan yang baik merupakan faktor yang sangat penting, karena jika kekurangan energi atau zat-zat gizi yang esensial dapat mengganggu pertumbuhan yang optimal dan menimbulkan penyakit gangguan gizi (Khodiyah, 2006).

Di masa bayi, Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik dan utama karena mempunyai kandungan zat kekebalan yang sangat diperlukan untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit terutama penyakit infeksi. Namun seiring dengan pertumbuhan bayi, maka bertambah pula kebutuhan gizinya. Oleh karena itu, sejak usia 6 bulan, bayi mulai diberi Makanan Pendamping ASI (MP ASI) (Santoso, 2005).

Anak balita merupakan kelompok masyarakat rawan gizi dimana prevalensi tertinggi ditemukan pada kelompok tersebut. Kurang gizi pada anak balita bukan semata-mata disebabkan oleh kekurangan pangan. Beberapa faktor lain yang menjadi penyebab yaitu pemberian MP ASI yang tidak adekuat dan penyapihan yang terlalu cepat. Memburuknya keadaan gizi anak dapat juga terjadi akibat ketidaktahuan ibu mengenai tata cara memberikan MP ASI yang tepat pada anaknya dan kurangnya pengetahuan ibu tentang cara memelihara gizi dan mengatur makanan anaknya (Arisman, 2004).


(16)

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa terdapat 19 anak balita menderita gizi buruk di Desa Pantai Gemi. Masalah kurang gizi pada anak dapat disebabkan oleh kebiasaan pemberian MP ASI yang tidak tepat dan ketidaktahuan ibu tentang cara pemberian MP ASI yang benar (Departemen Kesehatan RI, 2006).

Pemberian MP-ASI pada periode usia 6-24 bulan sering tidak tepat dan tidak cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya. Masalah pemberian MP ASI yang tidak tepat juga terjadi di desa tersebut. Terdapat ibu yang memberikan MP ASI pada anak 6-24 bulan hanya dengan makanan seadanya saja tanpa memperhitungkan variasi MP ASI yang diberikan. Selain itu, dalam sehari frekuensi pemberian MP ASI masih kurang sehingga dapat berakibat kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi. Namun, ada juga ibu yang memberikan MP ASI terlalu banyak, tetapi MP ASI yang diberikan tersebut tidak memenuhi kebutuhan gizi anaknya. Di samping itu, ada anak berusia 9 bulan sudah diberikan makanan orang dewasa oleh ibunya.

Dalam periode pemberian MP ASI, bayi tergantung sepenuhnya pada perawatan dan pemberian makanan oleh ibunya. Oleh karena itu, pengetahuan dan sikap ibu sangat berperan, sebab pengetahuan tentang MP ASI dan sikap yang baik terhadap pemberian MP ASI akan menyebabkan seorang ibu mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi oleh bayinya. Semakin baik pengetahuan gizi ibu maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi oleh bayinya. Pada keluarga dengan pengetahuan tentang MP ASI yang rendah seringkali


(17)

anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi anak balita karena ketidaktahuan ibunya. Penelitian Simanjuntak (2007) mengenai gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan pola pemberian ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun, menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan pola pemberian ASI.

Untuk meningkatkan pengetahuan ibu, maka perlu dilakukan kegiatan penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan yang diperlukan oleh masyarakat sehingga akan memudahkan terjadinya perilaku sehat pada mereka (Notoatmodjo, 2003).

Penyuluhan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Penyuluhan kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan media. Metode yang digunakan tergantung pada sasaran. Apabila kelompok sasarannya besar maka metode yang digunakan adalah ceramah. Ceramah baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Sedangkan media yang digunakan dapat berupa media cetak (brosur dan poster), elektronik (televisi, radio, video, slide, dan film), dan media papan (billboard) (Notoatmodjo, 2003).

Salah satu media yang dapat digunakan secara efektif untuk memberikan informasi kesehatan adalah leaflet. Leaflet mempunyai beberapa kelebihan yaitu lebih tahan lama, dapat dibawa kemana-mana, mencakup banyak orang, biaya murah, dan dapat mempermudah pemahaman (Notoatmodjo, 2003).


(18)

Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, dkk (2006) menyebutkan bahwa ada peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu tentang gizi setelah dilakukan penyuluhan dengan media audio-visual. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Anjelisa, dkk (2009) tentang sosialisasi cara penggunaan obat yang baik melalui penyebaran poster dan leaflet pada unit pelayanan kesehatan di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang terbukti dapat meningkatkan pengetahuan para tenaga kesehatan maupun masyarakat. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Pulungan (2007) mengenai pengaruh metode penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap dokter kecil dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) di Kecamatan Helvetia terbukti bahwa penyuluhan dengan metode ceramah dengan leaflet maupun ceramah dengan film berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap dokter kecil.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penyuluhan tentang pola pemberian MP ASI kepada ibu-ibu di desa tersebut, karena apabila ibu tidak mengetahui bagaimana pemberian MP ASI yang tepat maka akan dapat mengakibatkan terjadinya masalah kurang gizi pada anak mereka di kemudian hari.


(19)

1.2Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah bagaimana pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan leaflet terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang pola pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan di Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2011.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan leaflet terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang pola pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan di Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2011.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai alternatif penyuluhan yang dapat dilakukan oleh pihak Puskesmas kepada ibu-ibu mengenai pola pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan.

2. Dapat memberikan informasi dan meningkatkan kesadaran ibu akan pentingnya pola pemberian MP ASI yang tepat dan benar.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyuluhan

2.1.1 Pengertian Penyuluhan Gizi

Istilah penyuluhan sering kali dibedakan dari penerangan, walaupun keduanya merupakan upaya edukatif. Secara umum penyuluhan lebih menekankan “bagaimana”, sedangkan penerangan lebih menitikberatkan pada “apa”. Penyuluhan memiliki arti lebih luas dan menyeluruh. Penyuluhan merupakan upaya perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan edukatif. Pendekatan edukatif diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematik, terencana, dan terarah dengan peran serta aktif individu maupun kelompok atau masyarakat, untuk memecahkan masalah masyarakat dengan memperhitungkan faktor sosial-ekonomi-budaya setempat. Dalam hal penyuluhan di masyarakat sebagai pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku, maka terjadi proses komunikasi antar penyuluh dan masyarakat. Dari proses komunikasi ini ingin diciptakan masyarakat yang mempunyai sikap mental dan kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Sesuai dengan pengertian yang dijelaskan tersebut, maka penyuluhan gizi adalah suatu pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku individu atau masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan dan mempertahankan gizi yang baik (Suhardjo, 2003).


(21)

2.1.2 Proses Adopsi dalam Penyuluhan

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut Rogers yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu, interest (tertarik), yakni orang tersebut mulai tertarik kepada stimulus, evaluation (evaluasi), yakni orang tersebut mulai menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi, trial (mencoba), yakni orang tersebut telah mulai mencoba perilaku baru, adoption (adopsi), yakni orang tersebut telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2.1.3 Metode dan Media Penyuluhan 2.1.3.1 Metode Penyuluhan

Menurut Van deb Ban dan Hawkins yang dikutip oleh Lucie (2005), pilihan seorang agen penyuluhan terhadap suatu metode atau teknik penyuluhan sangat tergantung kepada tujuan khusus yang ingin dicapai.


(22)

Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode penyuluhan ada tiga, yaitu:

1. Metode Berdasarkan Pendekatan Perorangan

Dalam metode ini, penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan. Metode ini sangat efektif karena sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus dari penyuluh. 2. Metode Berdasarkan Pendekatan Kelompok

Dalam metode ini, penyuluh berhubungan dengan sasaran penyuluhan secara kelompok. Metode ini cukup efektif karena sasaran dibimbing dan diarahkan untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerjasama. Dalam pendekatan kelompok ini dapat terjadi pertukaran informasi dan pertukaran pendapat serta pengalaman antara sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Selain itu, memungkinkan adanya umpan balik dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma anggotanya.

3. Metode Berdasarkan Pendekatan Massa

Metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah banyak. Dipandang dari segi penyampaian informasi, metode ini cukup baik, namun terbatas hanya dapat menimbulkan kesadaran atau keingintahuan semata. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa metode pendekatan massa dapat mempercepat proses perubahan, tetapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku. Adapun yang termasuk dalam metode ini


(23)

antara lain rapat umum, siaran radio, kampanye, pemutaran film, suart kabar, dan sebagainya.

2.1.3.2 Media Penyuluhan

Media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi, antara lain:

1. Leaflet

Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Adapun keuntungan menggunakan leaflet antara lain sasaran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri serta praktis karena mengurangi kebutuhan mencatat. Sasaran dapat melihat isinya di saat santai dan sangat ekonomis. Berbagai informasi dapat diberikan atau dibaca oleh anggota kelompok sasaran sehingga bisa didiskusikan dan dapat memberikan informasi yang detail yang mana tidak dapat diberikan secara lisan, mudah dibuat, diperbanyak, dan diperbaiki serta mudah disesuaikan dengan kelompok sasaran. 2. Flip Chart (Lembar Balik)

Lembar balik merupakan media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk buku dimana tiap lembar berisi gambar peragaan dan lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan kesehatan yang berkaitan dengan gambar.

3. Film dan Video

Keuntungan penyuluhan dengan media ini adalah dapat memberikan realita yang mungkin sulit direkam kembali oleh mata dan pikiran sasaran, dapat memacu diskusi mengenai sikap dan perilaku, efektif untuk sasaran yang jumlahnya relatif kecil dan


(24)

sedang, dapat dipakai untuk belajar mandiri dan penyesuaian oleh sasaran, dapat dihentikan ataupun dihidupkan kembali, serta setiap episode yang dianggap penting dapat diulang kembali, mudah digunakan dan tidak memerlukan ruangan yang gelap.

4. Slide

Keuntungan media ini antara lain dapat memberikan berbagai realita walaupun terbatas, cocok untuk sasaran yang jumlahnya relatif besar, dan pembuatannya relatif murah, serta peralatannya mudah digunakan.

5. Transparansi OHP

Transparansi OHP sebagai media penyuluhan adalah dapat dipakai untuk mencatat point-point penting saat diskusi sedang berjalan, murah dan efisien karena alatnya mudah didapat dan dibuat, serta tidak memerlukan ruangan yang gelap, dapat digunakan untuk sasaran yang kecil maupun besar, peralatannya mudah digunakan dan dipelihara.

6. Papan Tulis

Keunggulan menggunakan papan tulis antara lain murah dan efisien, baik untuk menjelaskan sesuatu, mudah dibersihkan dan digunakan kembali, tidak perlu ruangan yang gelap.


(25)

2.2 Makanan Pendamping ASI (MP ASI)

Makanan Pendamping ASI (MP ASI) adalah makanan yang diberikan kepada bayi yang telah berusia enam bulan atau lebih karena ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi. Pemberian MP ASI ini diberikan pada anak yang berusia 6 sampai 24 bulan secara berangsur-angsur untuk mengembangkan kemampuan anak mengunyah dan menelan serta menerima macam-macam makanan dengan berbagai tekstur dan rasa. Pemberian MP ASI harus bertahap dan bervariasi, mulai dari bentuk bubur cair ke bentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembik dan akhirnya makanan padat (Sulistijani, 2001).

Dalam pemberian makanan yang diberikan pada bayi dan anak balita harus memenuhi syarat-syarat berikut (As’ad, 2002) yaitu memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai umur, susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang, bahan makanan yang tersedia di daerah setempat, kebiasaan makan, dan selera makan, bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima, toleransi, dan keadaan faali anak, serta memperhatikan kebersihan perorangan dan lingkungan.

Selain itu, menurut Muchtadi (2004), MP ASI untuk bayi sebaiknya memenuhi persyaratan antara lain nilai energi dan kandungan proteinnya cukup tinggi, dapat diterima dengan baik, harganya relatif murah, dan dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara lokal. MP ASI bagi bayi hendaknya bersifat padat gizi dan mengandung serat kasar serta bahan lain yang sukar dicerna sedikit mungkin karena serat kasar yang terlalu banyak jumlahnya akan mengganggu pencernaan.


(26)

MP ASI sebaiknya diberikan pada bayi yang telah berusia enam bulan karena jika diberikan terlalu dini akan menurunkan konsumsi ASI dan bayi dapat mengalami gangguan pencernaan atau bisa diare. Risiko pemberian MP ASI sebelum usia enam bulan adalah kenaikan berat badan yang terlalu cepat (risiko obesitas), alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan tersebut, mendapat zat-zat tambahan seperti garam dan nitrat yang dapat merugikan, mungkin saja dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat pewarna maupun zat pengawet, dan kemungkinan terjadinya pencemaran dalam penyediaan dan penyimpanannya. Sebaliknya, penundaan pemberian MP ASI akan menghambat pertumbuhan bayi karena energi dan zat-zat gizi yang dihasilkan ASI tidak mencukupi kebutuhan lagi sehingga akan mengakibatkan kurang gizi (Pudjiadi, 2005).

2.2.1 Prinsip Pemberian MP ASI

Memasuki usia enam bulan bayi telah siap menerima makanan bukan cair, karena gigi telah tumbuh dan lidah tidak lagi menolak makanan setengah padat. Di samping itu, lambung juga telah lebih baik mencerna zat tepung. Menjelang usia sembilan bulan bayi telah pandai menggunakan tangan untuk memasukkan benda ke dalam mulut. Karena itu jelaslah bahwa pada saat tersebut bayi siap mengkonsumsi makanan (setengah padat) (Arisman, 2004). Selain itu, saat bayi berusia enam bulan ke atas, sistem pencernaannya juga sudah relatif sempurna dan siap menerima MP ASI. MP ASI sebaiknya diberikan secara bertahap, sedikit demi sedikit dalam bentuk encer secara berangsur-angsur ke bentuk yang lebih kental (Arisman, 2004).


(27)

Hal-hal yang harus diperhatikan mengenai cara pemberian MP ASI secara tepat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Prinsip Pemberian MP ASI

6-8 bulan 8-9 bulan 9-12 bulan 12-24 bulan

Jenis 1 jenis bahan dasar (6 bulan)

2 jenis bahan dasar (7 bulan)

2-3 jenis bahan dasar (sajikan secara terpisah atau dicampur)

3-4 jenis bahan dasar (sajikan secara terpisah atau dicampur) makanan keluarga (tanpa garam, gula, hindari penyedap, hindari santan dan gorengan)

Tekstur semi cair

(dihaluskan), secara bertahap kurangi campuran air sehingga menjadi semi padat lunak (disaring) dan potongan makanan yang dapat digenggam dan mudah larut kasar (dicincang), makanan yang dipotong dan dapat digenggam. padat

Frekuensi Makanan

utama 1-2 kali sehari, camilan satu kali sehari

Makanan utama 2-3 kali sehari, camilan satu kali sehari

Makanan utama 3 kali sehari, camilan

2 kali sehari

Makanan utama 3 kali sehari, camilan

2 kali sehari Porsi 1-2 sendok teh,

secara bertahap ditambahkan 2-3 sendok makan (makanan semi padat), potongan makanan seukuran sekali gigit. 3-4 sendok makan (makanan semi padat), potongan makanan seukuran sekali gigit. 5 sendok makan atau lebih

ASI Sesuka bayi Sesuka bayi Sesuka bayi Sesuka bayi Sumber: Safitri, 2007


(28)

2.3 Penyuluhan dalam Proses Perubahan Perilaku

Proses perubahan perilaku akan menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap mental sehingga seseorang tahu, mau, dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan dalam kehidupannya demi tercapainya perbaikan kesejahteraan keluarga yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan.

Titik berat penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku adalah penyuluhan yang berkesinambungan. Dalam proses perubahan perilaku dituntut agar sasaran berubah tidak semata-mata karena adanya penambahan pengetahuan saja, namun diharapkan juga adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus kepada tindakan atau kerja yang lebih baik, produktif, dan menguntungkan.

Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku adalah tidak mudah. Perubahan tersebut menuntut suatu persiapan yang panjang dan pengetahuan yang memadai bagi penyuluh maupun sasarannya. Menurut Notoatmodjo (2003) untuk merubah perilaku, seseorang harus mengikuti tahap-tahap proses perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktik (practice). Dalam hal ini, penyuluhan berperan sebagai salah satu metode penambahan dan peningkatan pengetahuan seseorang sebagai tahap awal terjadinya perubahan perilaku.

Menurut Notoatmodjo (2003), penyuluhan kesehatan tidak dapat lepas dari media, pesan-pesan disampaikan dengan mudah dipahami, dan lebih menarik. Media juga dapat menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi, mempermudah pengertian, dapat mengurangi komunikasi yang verbalistik, dan memperlancar komunikasi. Dengan


(29)

demikian, sasaran dapat mempelajari pesan tersebut dan mampu memutuskan mengadopsi perilaku sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan.

Dalam hal pemberian MP ASI, ternyata masih banyak ibu yang sudah memberikan MP ASI pada bayinya sebelum berusia enam bulan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Carnoto (2000) tentang hubungan antara pola pemberian MP ASI dengan status gizi bayi usia 6-12 bulan di Desa Gunan Kabupaten Wonogiri, yang menyebutkan bahwa sebesar 52,1% bayi diberikan MP ASI oleh ibunya di bawah usia enam bulan. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Mariastuti (2010) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian MP ASI pada bayi usia 3-6 bulan di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung menunjukkan bahwa dari 30 ibu terdapat 27 ibu yang sudah memberikan MP-ASI kepada bayinya saat berumur di bawah 6 bulan.

Selain itu, penelitian Simanjuntak (2007) mengenai gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan pola pemberian ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun tahun 2007, menyebutkan bahwa dari 43 responden, pola pemberian ASI dengan kategori baik tidak ada dijumpai, kategori kurang baik sebanyak 7 orang (16,68%) sedangkan kategori tidak baik sebanyak 36 orang (83,72%). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat ibu yang memberikan MP ASI sebelum bayi berusia enam bulan. Hasil penelitian ini juga membuktikan terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan pola pemberian ASI. Sebanyak 30 responden (69,7%) yang berpengetahuan kurang, memiliki pola pemberian ASI kategori tidak baik dari total 33 responden yang berpengetahuan kurang. Oleh karena itu, pengetahuan ibu tentang pemberian MP ASI


(30)

harus ditingkatkan melalui penyuluhan yang dilakukan dengan metode dan media yang tepat, serta harus dilakukan secara berkesinambungan.

Berbagai penelitian telah dilakukan dengan media untuk mengubah perilaku dan terbukti hasilnya mampu mempengaruhi sasarannya. Penelitian yang juga dilakukan Bandari, dkk (2004) tentang intervensi pendidikan untuk mempromosikan pemberian makanan pendamping ASI yang tepat dan pertumbuhan fisik pada bayi dan anak-anak di Rural Haryana India menunjukkan bahwa intervensi yang bersifat edukasi melalui pelatihan (demonstrasi) dan poster dapat meningkatkan perilaku pemberian MP ASI. Selain itu, penelitian yang dilakukan Rajagukguk (2007) tentang pengaruh promosi konsumsi sayur dan buah terhadap perilaku ibu rumah tangga di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru menyebutkan bahwa promosi kesehatan dengan metode penyuluhan (ceramah) dan pembagian brosur memberikan pengaruh dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu terhadap konsumsi sayur dan buah dalam keluarga. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Khairunnisak (2008) tentang pengaruh penyuluhan sayur dan buah terhadap pengetahuan remaja putri SMAN 1 Julok Kabupaten Aceh Timur juga menyimpulkan bahwa penyuluhan dalam bentuk ceramah dengan memperlihatkan contoh sayur dan buah serta pemberian leaflet mampu meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang sayur dan buah.

Penelitian Tampubolon (2009) tentang pengaruh media visual poster dan leaflet makanan sehat terhadap perilaku konsumsi makanan jajanan pelajar kelas khusus SMA Negeri 1 Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal terbukti bahwa pemajangan poster


(31)

dan pemberian leaflet dapat mempengaruhi perilaku konsumsi makanan jajanan para pelajar tersebut. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Rahmawati, dkk (2006) tentang efektifitas leaflet diabetes melitus modifikasi terhadap pengendalian kadar gula darah penderita DM tipe-2 menyimpulkan bahwa penggunaan leaflet dapat meningkatkan pengetahuan penderita DM tipe-2 yang sebelumnya memiliki pengetahuan rendah.

Demikian juga penelitian yang dilakukan Sari (2008) tentang pengaruh penyuluhan Kadarzi terhadap pengetahuan dan sikap tentang Kadarzi serta tentang pola konsumsi pangan pada ibu hamil di Nagari Cupak Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok menyimpulkan bahwa penyuluhan yang disertai dengan pemberian leaflet dapat memberikan pengaruh terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil.

Penelitian yang juga dilakukan oleh Mulyati, dkk (2004) tentang pengaruh pendidikan gizi pada ibu tentang konsumsi makanan dan status gizi anak yang terinfeksi tuberkulosis primer di RS Dr. Kariadi Semarang menunjukkan bahwa pendidikan gizi mampu meningkatkan konsumsi protein pada anak di bawah usia 5 tahun yang terinfeksi tuberkulosis primer sebesar 21,39%.

Penyuluhan dengan media juga dilakukan oleh Rapiasih, dkk (2009) tentang pelatihan hygiene sanitasi dan poster berpengaruh terhadap pengetahuan, perilaku penjamah makanan, dan kelaikan hygiene sanitasi di instalasi gizi RSUP Sanglah Denpasar. Hasil penelitian membuktikan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan, perilaku penjamah makanan dan kelayakan hygiene sanitasi setelah dilakukan pelatihan (diskusi dan demonstrasi) dengan media poster.


(32)

2.4Kerangka Konsep

Kerangka konsep kaitan antara penyuluhan pola pemberian MP ASI dengan metode ceramah dan leaflet terhadap pengetahuan dan sikap ibu dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

2.5Hipotesis Penelitian

Ho: tidak ada perbedaan pengetahuan dan sikap ibu tentang pola pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan antara kelompok perlakuan dan kelompok pembanding.

Ha: ada perbedaan pengetahuan dan sikap ibu tentang pola pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan antara kelompok perlakuan dan kelompok pembanding.

Penyuluhan Pola Pemberian MP ASI dengan metode

ceramah dan leaflet

Pengetahuan Ibu


(33)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experiment) dimana bentuk desain yang dipakai adalah desain pre-test and post-test with comparison group untuk mengetahui pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan leaflet tentang pola pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan terhadap pengetahuan dan sikap ibu. Dalam rancangan ini terdapat kelompok pembanding yang memungkinkan peneliti dapat menguji perbedaan yang terjadi pada kelompok perlakuan setelah dilakukan intervensi.

Intervensi yang dilakukan

Pre-test (O1) Post-test (O2)

Pre-test (O3) Post-test (O4)

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Observasi yang dilakukan sebelum perlakuan (01) disebut pre-test dan observasi yang dilakukan sesudah perlakuan (02) disebut post-test. Perbedaan antara pre-test dan post-test dapat diasumsikan sebagai pengaruh dari perlakuan yang diberikan oleh peneliti (Arikunto, 2006).


(34)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Adapun pertimbangan peneliti memilih lokasi tersebut karena berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa terdapat 19 anak balita menderita gizi buruk di Desa Pantai Gemi, dimana kurang gizi pada anak dapat disebabkan oleh kebiasaan pemberian MP ASI yang tidak tepat. Terdapat ibu yang memberikan MP ASI pada anak 6-24 bulan hanya dengan makanan seadanya saja tanpa memperhitungkan variasi MP ASI yang diberikan. Selain itu, dalam sehari frekuensi pemberian MP ASI masih kurang sehingga dapat berakibat kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi. Namun, ada juga ibu yang memberikan MP ASI terlalu banyak, tetapi MP ASI yang diberikan tersebut tidak memenuhi kebutuhan gizi anaknya. Di samping itu, ada anak berusia 9 bulan sudah diberikan makanan orang dewasa oleh ibunya. Selain itu, berdasarkan Profil Desa Pantai Gemi Tahun 2010, sebanyak 34,4% ibu berpendidikan rendah (tamat SD). Ibu-ibu dengan tingkat pendidikan yang rendah tersebut menyebabkan mereka kurang mengerti tata cara dalam pemberian

MP ASI. 3.2.2 Waktu


(35)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu di Desa Pantai Gemi yang memiliki anak 6-24 bulan yang berjumlah sebanyak 204 orang.

3.3.2 Sampel

Penentuan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin dalam Notoatmodjo (2005) yaitu:

Keterangan:

N = besar populasi n = besar sampel

d = galat pendugaan (0,1)

Maka,

2

) 1 , 0 ( 204 1

204 + = n

04 , 3

204 = n

= n ± 67

Dari perhitungan di atas, diperoleh jumlah sampel sebanyak 67 orang untuk setiap kelompok, yaitu 67 pada kelompok perlakuan dan 67 pada kelompok pembanding. Selanjutnya pengambilan jumlah sampel untuk kelompok perlakuan dan kelompok


(36)

pembanding dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling) dengan menggunakan teknik undian. Namun pada saat penyuluhan dilakukan, sampel pada kelompok perlakuan menjadi 64 orang karena 3 orang lainnya tidak hadir pada saat penyuluhan dilakukan.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari pre-test dan post-test melalui wawancara dengan ibu yang memiliki anak 6-24 bulan meliputi identitas responden, pengetahuan dan sikap tentang pola pemberian MP ASI.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat, Puskesmas Stabat, dan Kantor Desa Pantai Gemi yang meliputi data demografi penduduk, gambaran umum Desa Pantai Gemi, serta jumlah ibu yang memiliki anak 6-24 bulan. 3.5 Instrumen Penelitian


(37)

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

Alat ukur yang digunakan harus benar-benar mengukur pengetahuan dan sikap ibu serta dapat melakukan fungsi ukurnya secara cermat dan dapat dipercaya. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji kuesioner di luar objek penelitian kepada 10 (sepuluh) ibu. Uji validitas instrumen menggunakan nilai Corrected Item-Total Correlation masing- masing butir pertanyaan. Item pertanyaan yang mencapai nilai korelasi minimal 0,3 dianggap valid (Azwar, 2003). Sedangkan uji reliabilitas menggunakan nilai Croanbach’s Alpha. Reliabilitas suatu item pertanyaan dikatakan baik apabila memiliki nilai Croanbach’s Alpha > 0,6.

Secara keseluruhan semua item pertanyaan pengetahuan dan sikap dikatakan valid dan reliabel. Hasil statistik menyatakan bahwa nilai Corrected Item-Total Correlation dari pengetahuan > 0,3 dan Croanbach’s Alpha 0,891. Sedangkan untuk sikap, nilai Corrected Item-Total Correlation > 0,3 dan Croanbach’s Alpha 0,906.

3.7 Aspek Pengukuran 1. Pengetahuan

Komponen pengetahuan terdiri dari 21 item pertanyaan dengan tipe pilihan jawaban skala Likert yaitu benar, hampir benar, dan salah. Diberi skor 2 untuk jawaban yang benar, skor 1 untuk jawaban yang hampir benar, dan skor 0 untuk jawaban salah. Total skor pengetahuan tertinggi adalah 42 dan terendah adalah 0.

Adapun cara menentukan kategori tingkat pengetahuan ibu (Arikunto, 2002) adalah:


(38)

a. Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh responden lebih besar dari 75% dijawab dengan benar dengan total nilai >32.

b. Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh responden lebih besar dari 40-75% dijawab dengan benar dengan total nilai 17-32.

c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh responden lebih besar dari 40% dari jawaban benar dengan total nilai <17.

2. Sikap

Komponen sikap terdiri dari 15 item pertanyaan dengan menggunakan skala Gutment, yakni dengan 2 alternatif jawaban setuju dan tidak setuju. Pertanyaan positif nomor 4, 5, 6, 7, 10, 11, 12, 13, 14, 15 diberi skor 1 untuk jawaban setuju dan skor 0 untuk jawaban tidak setuju. Sedangkan pertanyaan negatif nomor 1, 2, 3, 8, 9, diberi skor 1 untuk jawaban tidak setuju dan skor 0 untuk jawaban setuju. Total skor tertinggi adalah 15 dan skor terendah adalah 0.

Adapun cara menentukan kategori tingkat sikap ibu (Arikunto, 2002) adalah sebagai berikut:

a. Kategori baik, apabila nilai yang diperoleh responden lebih besar dari 75% dijawab dengan benar dengan total >11.

b. Kategori sedang, apabila nilai yang diperoleh responden lebih besar dari 40-75% dijawab dengan benar dengan total 6-11.

c. Kategori kurang, apabila nilai yang diperoleh responden lebih besar dari 40% dijawab dengan benar dengan total <6.


(39)

3.8 Definisi Operasional

1. Penyuluhan pola pemberian MP ASI adalah suatu usaha penyebarluasan informasi tentang pola pemberian MP ASI kepada ibu yang memiliki anak 6-24 bulan dengan menggunakan metode ceramah dan leaflet.

2. Metode ceramah adalah kegiatan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dan informasi-informasi tentang pola pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan.

3. Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan tentang pola pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan melalui lembaran yang dilipat.

4. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui ibu tentang pola pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan.

5. Sikap adalah respon atau tanggapan ibu tentang pola pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan.

3.9 Mekanisme Pelaksanaan Penelitian 3.9.1 Tahap Persiapan

Tahap persiapan meliputi survei pendahuluan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian dan penyusunan rencana eksperimen yaitu membuat proposal, menyusun instrumen penelitian, serta mengurus surat izin penelitian.


(40)

3.9.2 Tahap Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 s/d 21 April 2011 di Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat dengan mekanisme sebagai berikut:

1. Peneliti mendatangi setiap rumah ibu untuk melakukan pre-test. Pre-test pada kelompok perlakuan dilakukan pada hari pertama dan selanjutnya pre-test pada kelompok pembanding dilakukan pada hari kedua.

2. Pada hari berikutnya, peneliti melakukan penyuluhan pola pemberian MP ASI dengan metode ceramah dan leaflet. Penyuluhan dilakukan sebanyak dua kali dan dilakukan pada hari yang berbeda. Penyuluhan pertama dilakukan pada 34 ibu dan penyuluhan kedua dilakukan pada 33 ibu. Tetapi pada penyuluhan pertama, ibu yang hadir pada saat penyuluhan sebanyak 31 orang. Setelah peneliti selesai memberikan penyuluhan, para ibu diberikan leaflet mengenai pola pemberian MP ASI sebagai bahan bacaan di rumah.

3. Setelah dua minggu, peneliti kembali mendatangi setiap rumah ibu untuk melakukan post-test. Post-test pada kelompok perlakuan dilakukan pada hari pertama dan selanjutnya post-test pada kelompok pembanding dilakukan pada hari kedua.

3.9.3 Tahap akhir

Setelah data terkumpul melalui pre-test dan post-test, peneliti melakukan editing, coding, dan entry. Selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan fasilitas komputer.


(41)

3.10 Variabel Penelitian

Variabel penelitian dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:

1. Variabel bebas (independent) adalah penyuluhan dengan metode ceramah dan leaflet.

2. Variabel terikat (dependent) adalah pengetahuan dan sikap ibu tentang pola pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan.

3.11 Teknik Analisis Data

Analisis data menggunakan bantuan perangkat lunak komputer dengan uji statistik independent samples t-test untuk membandingkan perbedaan pengetahuan dan sikap tentang pola pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan pada kelompok perlakuan dan kelompok pembanding. Keputusan uji statistik menggunakan taraf signifikan (nilai kemaknaan) p<0,05 yaitu:

1. Jika p<0,05 artinya ada pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan leaflet terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang pola pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan di Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

2. Jika p>0,05 artinya tidak ada pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan leaflet terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang pola pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan di Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.


(42)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis

Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat merupakan desa yang terletak di Kota Stabat, yang memiliki luas wilayah sebesar 510 ha/ m2 dengan batas wilayah yaitu sebelah utara berbatasan dengan Sei Wampu, sebelah selatan berbatasan dengan Kwala Bingai/ Sidomulyo, sebelah barat berbatasan dengan Pertumbukan, dan sebelah timur berbatasan dengan Stabat Baru. Desa Pantai Gemi terdiri dari beberapa dusun, yaitu Dusun I, II, III, dan IV. Dusun I terletak dekat dengan Kota Stabat, sedangkan Dusun II, III, dan IV terletak agak jauh dan memiliki jalan yang belum diaspal.

4.1.2 Akses Informasi Kesehatan

Desa Pantai Gemi merupakan daerah yang terletak tidak jauh dari Kota Stabat, namun masyarakat yang tinggal di desa ini masih sangat jarang memperoleh berbagai informasi, baik informasi kesehatan maupun informasi lainnya. Pada umumnya masyarakat di sana dapat dikatakan tidak dapat menjangkau informasi yang ada dikarenakan sebagian dusun di desa ini masih memiliki jalan yang belum diaspal sehingga mempersulit akses media informasi untuk menjangkau dusun di desa ini. Selain itu, ketersediaan media massa seperti koran dan majalah belum menjangkau desa ini. Informasi mengenai kesehatan hanya ada di instansi pemerintahan, seperti kantor desa dan puskesmas.


(43)

4.2 Karakteristik Ibu (Responden)

Berdasarkan Tabel 4.1 di bawah ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok umur 26-33 tahun yaitu sebesar 68 orang (51,9%). Sebagian besar responden berasal dari Suku Jawa yaitu sebesar 82 orang (62,6%). Selain itu, tingkat pendidikan responden yang terbanyak adalah tamat SLTP/SMP yaitu sebesar 66 orang (50,4%) dan pada umumnya responden bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sebesar 124 orang (94,7%).

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden di Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2011

Karakteristik Ibu Jumlah Persentase

Umur: 18-25 tahun 26-33 tahun 34-44 tahun 25 68 38 19,1 51,9 29,0

Total 131 100,0

Suku: Jawa Melayu Banjar Batak 82 44 2 3 62,6 33,6 1,5 2,3

Total 131 100,0

Pendidikan Terakhir: SD SLTP/SMP SLTA/SMA 49 66 16 37,4 50,4 12,2

Total 131 100,0

Pekerjaan:

Ibu Rumah Tangga Wiraswasta Petani 124 6 1 94,7 4,6 0,8


(44)

4.3 Karakteristik Anak

Berdasarkan Tabel 4.2 di bawah ini terlihat bahwa jumlah anak laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda. Sedangkan untuk umur pertama kali anak yang diberikan MP ASI, sebagian besar anak sudah diberikan MP ASI oleh ibunya sebelum usia 6 bulan. Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Anak Responden di Desa Pantai Gemi

Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2011

Karakteristik Anak Jumlah Persentase

Jenis Kelamin: Laki-laki Perempuan

66 65

50,4 49,6

Total 131 100,0

Umur Pertama Kali Diberikan MP ASI:

< 6 bulan 6 bulan > 6 bulan

89 40 2

67,9 30,5 1,5

Total 131 100,0

4.4 Gambaran Pengetahuan dan Sikap pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Sebelum dan Sesudah Penyuluhan

4.4.1 Pengetahuan

Berdasarkan Gambar 4.1 di bawah ini, dapat terlihat bahwa sebelum dilakukan penyuluhan, pengetahuan pada kelompok perlakuan dan kelompok pembanding adalah tidak jauh berbeda. Dapat dikatakan bahwa pada umumnya tingkat pengetahuan responden tentang pola pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan pada kelompok perlakuan dan kelompok pembanding adalah hampir sama yaitu pengetahuannya masih rendah.


(45)

6 9

58

10

35 39

6

40

23

19 17

0 10 20 30 40 50 60 70

Re

spo

nde

n

Perlakuan Pembanding Perlakuan Pembanding

Pre-test Post-test

Baik Sedang Kurang Sementara itu, sesudah dilakukan penyuluhan, diketahui bahwa pengetahuan pada kelompok perlakuan mengalami peningkatan. Tidak ada lagi responden pada kelompok perlakuan yang memiliki pengetahuan kategori kurang. Sedangkan pada kelompok pembanding, hasil post-test hanya sedikit mengalami peningkatan. Responden pada kelompok pembanding masih banyak yang memiliki pengetahuan kategori dengan kurang.

Gambar 4.1 Diagram Distribusi Responden pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Pembanding berdasarkan Pre-test dan Post-test Pengetahuan

Peningkatan pengetahuan sesudah dilakukan penyuluhan sangat jelas terlihat pada gambar di atas. Untuk lebih jelas mengetahui pengetahuan ibu sebelum dan sesudah penyuluhan pada kelompok perlakuan dan kelompok pembanding, dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini.


(46)

Tabel 4.3 Hasil Jawaban Pre-test dan Post-test Pengetahuan Responden tentang Pola Pemberian MP ASI pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Pembanding

Aspek Pengetahuan

Pre-test Post-test

Perlakuan Pembanding Perlakuan Pembanding

n % n % n % n %

1. Apakah yang dimaksud dengan Air Susu Ibu (ASI)?

a. makanan yang kandungan gizinya tidak lengkap

b. makanan pertama dan utama segera setelah bayi dilahirkan yang mengandung hampir semua zat gizi

c. cairan yang keluar dari puting ibu 1 18 45 1,6 28,1 70,3 10 32 25 14,9 47,8 37,3 0 58 6 0,0 90,6 9,4 6 38 23 9,0 56,7 34,3

2. Menurut ibu, apakah kelebihan ASI bagi kesehatan bayi?

a. ASI lebih praktis

b. ASI membuat bayi tidak merasa lapar

c. Bayi jarang sakit karena ASI mengandung zat antibodi yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit 8 35 21 12,5 54,7 32,8 9 37 21 13,4 55,2 31,3 1 7 56 1,6 10,9 87,5 7 37 23 10,4 55,2 34,3

1. Menurut ibu, apakah yang disebut dengan MP ASI?

a. makanan yang diberikan pada anak berusia 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizinya b. makanan yang diberikan pada

anak agar tetap sehat c. makanan pengganti ASI

16 36 12 25,0 56,3 18,8 18 40 9 26,9 59,7 13,4 60 4 0 93,8 6,2 0,0 20 42 5 29,9 62,7 7,5 2. Menurut ibu, apa tujuan pemberian

MP ASI pada bayi?

a. untuk memberikan tambahan makanan

b. untuk melengkapi zat gizi ASI yang kurang sehingga bayi dapat menerima bermacam-macam makanan

c. untuk menggantikan ASI

49 6 9 76,6 9,4 14,1 41 14 12 61,2 20,9 17,9 5 59 0 7,8 92,2 0,0 40 14 13 59,7 20,9 19,4


(47)

Tabel 4.3 (Sambungan) Aspek Pengetahuan

Pre-test Post-test

Perlakuan Pembanding Perlakuan Pembanding

n % n % n % n %

3. Menurut ibu, berapa jenis bahan dasar untuk pemberian MP ASI pada bayi berusia 6-8 bulan? a. 1-2 jenis bahan dasar b. 2-3 jenis bahan dasar c. 3-4 jenis bahan dasar

21 28 15 32,8 43,8 23,4 17 39 11 25,4 58,2 16,4 59 4 1 92,2 6,3 1,6 18 39 10 26,9 58,2 14,9 4. Menurut ibu, berapa jenis bahan

dasar untuk pemberian MP ASI pada bayi berusia 8-9 bulan? a. 1-2 jenis bahan dasar b. 2-3 jenis bahan dasar c. 4 jenis bahan dasar

41 9 14 64,1 14,1 21,9 20 31 16 29,9 46,3 23,9 2 60 2 3,1 93,8 3,1 21 30 16 31,1 44,8 23,9 5. Menurut ibu, berapa jenis bahan

dasar untuk pemberian MP ASI pada bayi berusia 9-12 bulan? a. 1-2 jenis bahan dasar b. 2-3 jenis bahan dasar c. 3-4 jenis bahan dasar

27 21 16 42,4 32,8 25,0 13 22 32 19,4 32,8 47,8 1 4 59 1,6 6,2 92,2 20 17 30 29,9 25,4 44,8 6. Menurut ibu, berapa jenis bahan

dasar untuk pemberian MP ASI pada bayi berusia 12-24 bulan? a. 2-3 jenis bahan dasar b. 3-4 jenis bahan dasar

c. Sudah bisa diberikan makanan orang dewasa

15 29 20 23,4 45,3 31,3 16 40 11 23,9 59,7 16,4 1 3 60 1,6 4,7 93,8 14 42 11 20,9 62,7 16,4 7. Menurut ibu, berapa kali

frekuensi pemberian MP ASI pada bayi berusia 6-8 bulan? a. 4 kali sehari

b. 3 kali sehari c. 1-2 kali sehari

9 38 17 14,1 59,4 26,6 18 27 22 26,9 40,3 32,8 0 1 63 0,0 1,6 98,4 17 31 19 25,4 46,3 28,4 8. Menurut ibu, berapa kali

frekuensi pemberian MP ASI pada bayi berusia 8-9 bulan? a. 1 kali sehari

b. 2-3 kali sehari c. 4-5 kali sehari

34 23 7 53,1 35,9 10,9 12 28 27 17,9 41,8 40,3 1 63 0 1,6 98,4 0,0 14 29 24 20,9 43,3 35,8 9. Menurut ibu, berapa kali

frekuensi pemberian MP ASI pada bayi berusia 9-12 bulan? a. 3 kali sehari

b. 4 kali sehari c. 5 kali sehari

22 28 14 34,4 43,8 21,9 9 37 21 13,4 55,2 31,3 57 7 0 89,1 10,9 0,0 8 40 19 11,9 59,7 28,4


(48)

Tabel 4.3 (Sambungan) Aspek Pengetahuan

Pre-test Post-test

Perlakuan Pembanding Perlakuan Pembanding

n % n % n % n %

10. Menurut ibu, berapa kali frekuensi pemberian MP ASI pada anak berusia 12-24 bulan? a. 3 kali sehari

b. 5 kali sehari c. 4 kali sehari

9 16 39 14,1 25,0 60,9 5 38 24 7,5 56,7 35,8 62 0 2 96,9 0,0 3,1 6 33 28 9,0 49,3 41,8 11. Menurut ibu, bentuk makanan

untuk bayi berusia 6-8 bulan adalah……

a. makanan lunak b. makanan semi cair c. makanan padat

34 19 11 53,1 29,7 17,2 43 19 5 64,2 28,4 7,5 5 59 0 7,8 92,2 0,0 43 20 4 64,2 29,9 6,0 12. Menurut ibu, bentuk makanan

untuk bayi berusia 8-9 bulan adalah……

a. makanan lunak b. makanan cair c. makanan padat

16 30 18 25,0 46,9 28,1 27 26 14 40,3 38,8 20,9 62 0 2 96,9 0,0 3,1 26 29 12 38,8 43,3 17,9 13. Menurut ibu, bentuk makanan

untuk bayi berusia 9-12 bulan adalah……

a. Makanan lunak b. Makanan padat c. Makanan kasar

36 21 7 56,3 32,8 10,9 36 23 8 53,7 34,3 11,9 2 4 58 3,1 6,3 90,6 37 21 9 55,2 31,3 13,4 14. Menurut ibu, bentuk makanan

untuk bayi berusia 12-24 bulan adalah……

a. Makanan padat b. Makanan lunak c. Makanan kasar

12 5 47 18,8 7,8 73,4 37 11 19 55,2 16,4 28,4 60 0 4 93,8 0,0 6,2 33 8 26 49,3 11,9 38,8 15. Menurut ibu, berapa banyak MP

ASI yang diberikan pada bayi berusia 6-8 bulan?

a. 3-4 sendok teh b. 2-3 sendok teh c. 1-2 sendok teh

14 36 14 21,9 56,3 21,9 23 34 10 34,3 50,7 14,9 1 5 58 1,6 7,8 90,6 20 39 8 29,9 58,2 11,9 16. Menurut ibu, berapa banyak MP

ASI yang diberikan pada bayi berusia 8-9 bulan?

a. 1 sendok makan b. 2-3 sendok makan c. 3-4 sendok makan

17 14 33 26,6 21,9 51,6 23 19 25 34,3 28,4 37,3 5 53 6 7,8 82,8 9,4 22 18 27 32,8 26,9 40,3


(49)

Tabel 4.3 (Sambungan) Aspek Pengetahuan

Pre-test Post-test

Perlakuan Pembanding Perlakuan Pembanding

n % n % n % n %

17. Menurut ibu, berapa banyak MP ASI yang diberikan pada bayi berusia 9-12 bulan?

a. 1 sendok makan b. 2-3 sendok makan c. 3-4 sendok makan

14 40 10 21,9 62,5 15,6 5 34 28 7,5 50,7 41,8 0 4 60 0,0 6,2 93,8 4 36 27 6,0 53,7 40,3 18. Menurut ibu, berapa banyak MP

ASI yang diberikan pada bayi berusia 12-24 bulan?

a. 3 sendok makan b. 2 sendok makan

c. 5 sendok makan atau lebih

40 11 13 62,5 17,2 20,3 30 1 36 44,8 1,5 53,7 6 1 57 9,4 1,6 89,1 36 0 31 53,7 0,0 46,3 19. Menurut ibu, apa yang akan

terjadi jika anak Anda terlalu cepat diberikan MP ASI?

a. Anak menjadi tidak lapar b. Anak menderita gangguan

pencernaan atau diare c. Tidak terjadi apa-apa

36 2 26 56,3 3,1 40,6 36 9 22 53,7 13,4 32,8 3 61 0 4,7 95,3 0,0 43 6 18 64,2 9,0 26,9 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebelum dilakukan penyuluhan, pada umumnya pengetahuan ibu tentang pengertian dan tujuan pemberian MP ASI masih rendah. Selain itu, pengetahuan ibu mengenai jenis, frekuensi, bentuk, dan jumlah MP ASI serta dampak pemberian MP ASI yang terlalu cepat juga masih kurang. Namun, setelah dilakukan penyuluhan, pengetahuan ibu mengalami peningkatan. Adapun pengetahuan ibu yang meningkat yaitu tentang pengertian MP ASI, tujuan pemberian MP ASI, jenis, frekuensi, bentuk, dan jumlah MP ASI serta dampak pemberian MP ASI yang terlalu cepat. Sedangkan pada kelompok pembanding, jawaban ibu ada yang cenderung turun, walaupun ada juga jawaban yang meningkat setelah dilakukan post-test.


(50)

3 4

63

2

22 27

1

35 39

36

30

0 10 20 30 40 50 60 70

Re

spo

nde

n

Perlakuan Pembanding Perlakuan Pembanding

Pre-test Post-test

Baik Sedang Kurang 4.4.2 Sikap

Berdasarkan Gambar 4.2 tampak bahwa pada saat dilakukan pre-test, sikap pada kelompok perlakuan dan kelompok pembanding adalah tidak jauh berbeda. Dapat dikatakan bahwa tingkat sikap responden tentang pola pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan pada kelompok perlakuan dan kelompok pembanding adalah masih kurang.

Sesudah dilakukan penyuluhan, diketahui bahwa sikap pada kelompok perlakuan mengalami peningkatan. Sebagian besar responden memiliki sikap yang baik tentang pola pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan. Tidak ada lagi responden pada kelompok perlakuan yang memiliki sikap kategori kurang. Sedangkan pada kelompok pembanding, hasil post-test hanya sedikit mengalami peningkatan. Responden pada kelompok pembanding masih ada yang memiliki sikap kategori kurang.

Gambar 4.2 Diagram Distribusi Responden pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Pembanding berdasarkan Pre-test dan Post-test Sikap


(51)

Untuk mengetahui persentase responden yang menjawab setuju dan tidak setuju pada setiap item pertanyaan, dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4 Hasil Jawaban Pre-test dan Post-test Sikap Responden tentang Pola Pemberian MP ASI pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Pembanding

Aspek Sikap

Pre-test Post-test

Perlakuan Pembanding Perlakuan Pembanding

n % n % n % n %

1. Bayi berusia kurang dari 6 bulan sudah boleh diberikan MP ASI. a. Setuju

b. Tidak Setuju

59 5 92,2 7,8 47 20 70,1 29,9 2 62 3,1 96,9 44 23 65,7 34,3 2. Pemberian MP ASI tidak harus

bertahap, tidak harus dari makanan cair sampai makanan padat.

a. Setuju b. Tidak Setuju

45 19 70,3 29,7 52 15 77,6 22,4 4 60 6,2 93,8 48 19 71,6 28,4 3. Tujuan pemberian MP ASI adalah

untuk menggantikan ASI. a. Setuju

b. Tidak Setuju

39 25 60,9 39,1 11 56 16,4 83,6 1 63 1,6 98,4 10 57 14,9 85,1 4. Frekuensi pemberian MP ASI pada

anak usia 6-8 bulan sebanyak 1-2 kali sehari.

a. Setuju b. Tidak Setuju

45 19 70,3 29,7 17 50 25,4 74,6 64 0 100 0,0 21 46 31,3 68,7 5. Frekuensi pemberian MP ASI pada

anak usia 8-9 bulan sebanyak 2-3 kali sehari.

a. Setuju b. Tidak Setuju

32 32 50 50 24 43 35,8 64,2 62 2 96,9 3,1 24 43 35,8 64,2 6. Bayi yang baru pertama kali

diberikan MP ASI sebaiknya sebanyak 1-2 sendok teh.

a. Setuju b. Tidak Setuju

32 32 50 50 20 47 29,9 70,1 62 2 96,9 3,1 25 42 37,3 62,7 7. Bentuk MP ASI yang pertama kali

harus diberikan pada anak adalah semi cair.

a. Setuju b. Tidak Setuju

29 35 45,3 54,7 18 49 26,9 73,1 62 2 96,9 3,1 20 47 29,9 70,1


(52)

Tabel 4.4 (Sambungan) Aspek Sikap

Pre-test Post-test

Perlakuan Pembanding Perlakuan Pembanding

n % n % n % n %

8. Bentuk MP ASI untuk anak usia 12-24 bulan adalah makanan lunak.

a. Setuju b. Tidak Setuju

51 13 79,7 20,3 18 49 26,9 73,1 4 60 6,2 93,8 19 48 28,4 71,6 9. Bayi berusia 6-8 bulan boleh

diberikan makanan selingan sesuka hati ibu.

a. Setuju b. Tidak Setuju

34 30 53,1 46,9 47 20 70,1 29,9 3 61 4,7 95,3 43 24 64,2 35,8 10. Bayi berusia 9-12 bulan sudah bisa

diberikan makanan yang kasar (dicincang).

a. Setuju b. Tidak Setuju

22 42 34,4 65,6 6 61 9 91 58 6 90,6 9,4 13 54 19,4 80,6 11. Bayi berusia 9-12 bulan sudah dapat

diberikan makanan selingan 2 kali sehari.

a. Setuju b. Tidak Setuju

35 29 54,7 45,3 27 40 40,3 59,7 64 0 100 0,0 28 39 41,8 58,2 12. Dalam memberikan MP ASI, ibu

harus menghindari gula, garam, bahan penyedap, santan ataupun gorengan.

a. Setuju b. Tidak Setuju

25 39 39,1 60,9 18 49 26,9 73,1 63 1 98,4 1,6 24 43 35,8 64,2 13. Pemberian MP ASI yang terlalu

cepat dapat menyebabkan anak mengalami gangguan pencernaan atau diare.

a. Setuju b. Tidak Setuju

30 34 46,9 53,1 20 47 29,9 70,1 58 6 90,6 9,4 17 50 25,4 74,6 14. MP ASI sebaiknya diberikan

dengan berbagai variasi makanan. a. Setuju

b. Tidak Setuju

7 57 10,9 89,1 46 21 68,7 31,3 60 4 93,8 6,2 50 17 74,6 25,4 15. Pemberian MP ASI yang terlalu

cepat dapat mengakibatkan anak menjadi gemuk.

a. Setuju b. Tidak Setuju

2 62 3,1 96,9 22 45 32,8 67,2 64 0 100 0,0 19 48 28,4 71,6


(53)

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan penyuluhan, pada umumnya sikap ibu tentang usia pertama kali diberikan MP ASI, tahapan pemberian dan tujuan MP ASI adalah masih rendah. Di samping itu, sikap tentang jenis dan frekuensi pemberian MP ASI pada anak usia 8-9 bulan serta jumlah dan bentuk MP ASI yang pertama kali diberikan juga masih rendah. Demikian juga sikap mengenai bentuk MP ASI anak usia 9-12 bulan dan 12-24 bulan, makanan selingan anak usia 6-8 bulan, menghindari penyedap dalam pemberian MP ASI, serta dampak pemberian MP ASI yang terlalu cepat juga masih kurang.

Namun, setelah dilakukan penyuluhan, pengetahuan ibu mengalami peningkatan. Setiap item pertanyaan mengalami peningkatan jawaban yang benar. Adapun sikap ibu yang meningkat yaitu tentang usia pertama kali diberikan MP ASI, tahapan pemberian dan tujuan MP ASI, jenis dan frekuensi pemberian MP ASI pada anak usia 8-9 bulan serta jumlah dan bentuk MP ASI yang pertama kali diberikan, bentuk MP ASI anak usia 9-12 bulan dan 12-24 bulan, makanan selingan anak usia 6-8 bulan, menghindari penyedap dalam pemberian MP ASI, serta dampak pemberian MP ASI yang terlalu cepat.Sedangkan pada kelompok pembanding, jawaban ibu ada yang cenderung mengalami penurunan, walaupun ada juga jawaban yang meningkat setelah dilakukan post-test.


(54)

4.5 Pengaruh Penyuluhan terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pola Pemberian MP ASI pada Anak 6-24 Bulan di Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat

4.5.1 Pengetahuan

Berdasarkan Tabel 4.5 di bawah ini terlihat bahwa berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan independent sample t-test diperoleh jumlah rata-rata skor pre-test pengetahuan sebesar 21,42 dan post-test sebesar 40,09 pada kelompok perlakuan. Sedangkan pada kelompok pembanding, jumlah rata-rata skor pre-test pengetahuan sebesar 22,45 dan post-test sebesar 22,99. Nilai probabilitas (p) = 0,000. Oleh karena p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan nyata secara rata-rata pengetahuan responden pada kelompok perlakuan dan kelompok pembanding sebelum dan sesudah perlakuan.

Tabel 4.5 Perbandingan Rata-rata Nilai Skor Pre-test dan Post-test Pengetahuan pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Pembanding tentang Pola Pemberian MP ASI pada Anak 6-24 Bulan di Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat

Kelompok

Pengetahuan

Pre-test Post-test

Mean MD t p Mean MD t p

Perlakuan 21,42

-1,026 -0,795 0,428 40,09 17,109 17,595 0,000

Pembanding 22,45 22,99

4.5.2 Sikap

Berdasarkan Tabel 4.6 berikut ini terlihat bahwa berdasarkan analisis dengan menggunakan independent sample t-test diperoleh jumlah rata-rata skor pre-test sikap sebesar 5,48 dan post-test sebesar 14,42 pada kelompok perlakuan. Sedangkan pada kelompok pembanding, jumlah rata-rata skor pre-test sikap sebesar 5,64 dan post-test


(55)

sebesar 6,15. Nilai probabilitas (p) = 0,000. Oleh karena p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan nyata secara rata-rata sikap responden pada kelompok perlakuan dan kelompok pembanding sebelum dan sesudah perlakuan.

Tabel 4.6 Perbandingan Rata-rata Nilai Skor Pre-test dan Post-test Sikap pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Pembanding tentang Pola Pemberian MP ASI pada Anak 6-24 Bulan di Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat

Kelompok

Sikap

Pre-test Post-test

Mean MD t p Mean MD t p

Perlakuan 5,48

-0,157 -0,356 0,722 14,42 8,273 28,566 0,000


(56)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Penyuluhan terhadap Pengetahuan Ibu tentang Pola Pemberian MP ASI pada Anak 6-24 Bulan di Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat

Sebelum dilakukan penyuluhan, pengetahuan kelompok perlakuan dan kelompok pembanding masih rendah. Pada Gambar 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan ibu tentang pola pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan pada kelompok perlakuan dan kelompok pembanding masih kategori sedang. Hal ini dapat disebabkan karena ibu-ibu di Desa Pantai Gemi belum pernah mendapatkan penyuluhan apapun mengenai pola pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan sehingga mereka tidak memiliki informasi yang cukup tentang pola pemberian MP ASI yang benar.

Ibu memberikan MP ASI tanpa mengetahui terlebih dahulu bagaimana makanan tersebut dapat memenuhi zat gizi bayi. Alasan ibu tersebut memberikan MP ASI sejak dini karena bayi sering menangis yang diartikan sebagai rasa lapar pada bayi. Sebagian besar ibu masih mengikuti anjuran dari orangtua/ mertua, dimana ibu sudah memberikan MP ASI sejak dini kepada bayinya dan ini merupakan kebiasaan yang sudah membudaya secara turun-temurun di keluarganya.

Setelah dilakukan penyuluhan dengan metode ceramah dan leaflet terjadi peningkatan pengetahuan pada kelompok perlakuan. Salah satu strategi untuk memperoleh perubahan perilaku menurut WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) adalah dengan pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan sehingga


(57)

menimbulkan kesadaran dan pada akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuannya tersebut. Salah satu upaya pemberian informasi yang dapat dilakukan adalah dengan penyuluhan. Namun untuk kelompok pembanding, peningkatan yang terjadi kemungkinan disebabkan oleh media informasi seperti televisi.

Karakteristik ibu yang mencakup umur, pendidikan, dan pekerjaan dapat mempengaruhi proses perubahan perilaku. Umur ibu rata-rata masih dalam kategori usia produktif sehingga memungkinkan mereka masih mampu untuk menangkap informasi yang diberikan.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan independent sample t-test seperti pada Gambar 4.5 menunjukkan bahwa perubahan rata-rata skor pengetahuan kelompok perlakuan tentang pola pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan pada pre-test sebesar 21,42 dan post-test sebesar 40,09. Sedangkan pada kelompok pembanding rata-rata pre-test sebesar 22,45 dan post-pre-test sebesar 22,99 dengan nilai probabilitas (p) = 0,000 (p<0,05). Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan secara nyata rata-rata pengetahuan pada kedua kelompok sebelum dan sesudah penyuluhan. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa ada pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan leaflet terhadap pengetahuan ibu tentang pola pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan sesudah diberikan penyuluhan.

Pemberian informasi dalam bentuk penyuluhan dengan metode ceramah dan leaflet ternyata mampu meningkatkan pengetahuan ibu tentang pola pemberian MP ASI. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Supardi (2002) yang membuktikan adanya


(58)

pengaruh metode ceramah dan leaflet terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang pengobatan sendiri. Hasil penelitian Pulungan (2007) juga membuktikan bahwa metode pendidikan kesehatan dengan penyuluhan (ceramah) dapat meningkatkan pengetahuan. Hal ini sependapat dengan Green L.W (1980) yang menyebutkan bahwa pendekatan edukasional dapat merubah perilaku seseorang termasuk pengetahuan, dimana intervensi yang diberikan merupakan proses pendidikan kesehatan yang bertujuan merubah perilaku yang dipengaruhi banyak faktor. Salah satu faktornya adalah metode yang diberikan pada waktu penyuluhan seperti metode ceramah dan pembagian leaflet.

Penelitian yang juga dilakukan oleh Mulyati, dkk (2004) tentang pengaruh pendidikan gizi pada ibu tentang konsumsi makanan dan status gizi anak yang terinfeksi tuberkulosis primer di RS Dr. Kariadi Semarang menunjukkan bahwa pendidikan gizi mampu meningkatkan konsumsi protein pada anak di bawah usia 5 tahun yang terinfeksi tuberkulosis primer. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Rahmawati, dkk (2006) tentang efektifitas leaflet diabetes melitus modifikasi terhadap pengendalian kadar gula darah penderita DM tipe-2 menyimpulkan bahwa penggunaan leaflet dapat meningkatkan pengetahuan penderita DM tipe-2 yang sebelumnya memiliki pengetahuan rendah.


(1)

Santoso, J. 2005. Health Mass Research Paper. Hmrpjs.blogspot.com (diakses pada 01 Januari 2011).

Sari, N.C. 2008. Pengaruh Penyuluhan Kadarzi terhadap Pengetahuan dan Sikap tentang Kadarzi serta Pola Konsumsi Pangan pada Ibu Hamil di Nagari Cupak Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok. Skripsi. FKM USU Medan.

Simanjuntak, E. 2007. Gambaran Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun. Skripsi. FKM USU Medan.

Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. PT Bumi Aksara: Jakarta. Sulistijani, dkk. 2001. Menjaga Kesehatan Bayi dan Balita. Puspa Swara: Jakarta. Supardi. 2002. Pengaruh Metode Ceramah dan Media Leaflet terhadap Perilaku

Pengobatan Sendiri yang sesuai dengan Aturan untuk Keluhan Demam, Sakit Kepala, Batuk dan Pilek di Jawa Barat. (diakses pada 23 Februari 2011)

Tampubolon, F. 2009. Pengaruh Media Visual Poster dan Leaflet Makanan Sehat terhadap Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan Pelajar Kelas Khusus SMA Negeri 1 Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal. Skripsi. FKM USU Medan.


(2)

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH DAN LEAFLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POLA PEMBERIAN

MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA ANAK 6-24 BULAN DI DESA PANTAI GEMI KECAMATAN STABAT

KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2011

1. KARAKTERISTIK IBU

Nama :

Umur :

Agama :

Suku :

Pendidikan : Pekerjaan :

2. KARAKTERISTIK ANAK

Nama :

Tanggal Lahir/ Umur : Jenis Kelamin :

Umur pertama kali diberikan MP ASI:

3. PENGETAHUAN IBU TENTANG MP ASI Petunjuk Pengisian

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang menurut Anda paling benar.

1. Menurut ibu, apakah yang dimaksud dengan Air Susu Ibu (ASI)? a. makanan yang kandungan gizinya tidak lengkap (0)

b. makanan pertama dan utama segera setelah bayi dilahirkan yang mengandung hampir semua zat gizi (2)

c. cairan yang keluar dari puting ibu (1)

2. Menurut ibu, apakah kelebihan ASI bagi kesehatan bayi? d. ASI lebih praktis (0)

e. ASI membuat bayi tidak merasa lapar (1)

f. Bayi jarang sakit karena ASI mengandung zat antibodi yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit (2)


(3)

3. Menurut ibu, apakah yang disebut dengan MP ASI?

d. makanan yang diberikan pada anak berusia 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizinya (2)

e. makanan yang diberikan pada anak agar tetap sehat (1) f. makanan pengganti ASI (0)

4. Menurut ibu, apa tujuan pemberian MP ASI pada bayi? a. untuk memberikan tambahan makanan (1)

b. untuk melengkapi zat gizi ASI yang kurang sehingga bayi dapat menerima bermacam-macam makanan (2)

c. untuk menggantikan ASI (0)

5. Menurut ibu, berapa jenis bahan dasar untuk pemberian MP ASI pada bayi berusia 6-8 bulan?

d. 1-2 jenis bahan dasar (2) e. 2-3 jenis bahan dasar (1) f. 3-4 jenis bahan dasar (0)

6. Menurut ibu, berapa jenis bahan dasar untuk pemberian MP ASI pada bayi berusia 8-9 bulan?

d. 1-2 jenis bahan dasar (1) e. 2-3 jenis bahan dasar (2) f. 4 jenis bahan dasar (0)

7. Menurut ibu, berapa jenis bahan dasar untuk pemberian MP ASI pada bayi berusia 9-12 bulan?

d. 1-2 jenis bahan dasar (1) e. 2-3 jenis bahan dasar (0) f. 3-4 jenis bahan dasar (2)

8. Menurut ibu, berapa jenis bahan dasar untuk pemberian MP ASI pada bayi berusia 12-24 bulan?

d. 2-3 jenis bahan dasar (0) e. 3-4 jenis bahan dasar (1)

f. Sudah bisa diberikan makanan orang dewasa (makanan keluarga) (2)

9. Menurut ibu, berapa kali frekuensi pemberian MP ASI pada bayi berusia 6-8 bulan? a. 4 kali sehari (0)

b. 3 kali sehari (1) c. 1-2 kali sehari (2)


(4)

10. Menurut ibu, berapa kali frekuensi pemberian MP ASI pada bayi berusia 8-9 bulan? d. 1 kali sehari (1)

e. 2-3 kali sehari (2) f. 4-5 kali sehari (0)

11. Menurut ibu, berapa kali frekuensi pemberian MP ASI pada bayi berusia 9-12 bulan? d. 3 kali sehari (2)

e. 4 kali sehari (1) f. 5 kali sehari (0)

12. Menurut ibu, berapa kali frekuensi pemberian MP ASI pada anak berusia 12-24 bulan?

a. 3 kali sehari (2) b. 5 kali sehari (0) c. 4 kali sehari (1)

13. Menurut ibu, bentuk makanan untuk bayi berusia 6-8 bulan adalah…… a. makanan lunak (1)

b. makanan semi cair (2) c. makanan padat (0)

14. Menurut ibu, bentuk makanan untuk bayi berusia 8-9 bulan adalah…… a. makanan lunak (2)

b. makanan cair (1) c. makanan padat (0)

15. Menurut ibu, bentuk makanan untuk bayi berusia 9-12 bulan adalah…… d. Makanan lunak (1)

e. Makanan padat (0)

f. Makanan kasar (dicincang) (2)

16. Menurut ibu, bentuk makanan untuk bayi berusia 12-24 bulan adalah…… d. Makanan padat (2)

e. Makanan lunak (0) f. Makanan kasar (1)

17. Menurut ibu, berapa banyak MP ASI yang diberikan pada bayi berusia 6-8 bulan? a. 3-4 sendok teh (0)

b. 2-3 sendok teh (1) c. 1-2 sendok teh (2)


(5)

18. Menurut ibu, berapa banyak MP ASI yang diberikan pada bayi berusia 8-9 bulan? d. 1 sendok makan (0)

e. 2-3 sendok makan (2) f. 3-4 sendok makan (1)

19. Menurut ibu, berapa banyak MP ASI yang diberikan pada bayi berusia 9-12 bulan? d. 1 sendok makan (0)

e. 2-3 sendok makan (1) f. 3-4 sendok makan (2)

20. Menurut ibu, berapa banyak MP ASI yang diberikan pada bayi berusia 12-24 bulan? d. 3 sendok makan (1)

e. 2 sendok makan (0)

f. 5 sendok makan atau lebih (2)

21. Menurut ibu, apa yang akan terjadi jika anak Anda terlalu cepat diberikan MP ASI? d. Anak menjadi tidak lapar (1)

e. Anak menderita gangguan pencernaan atau diare (2) f. Tidak terjadi apa-apa (0)

4. SIKAP IBU TENTANG MP ASI Petunjuk Pengisian

Pada pertanyaan di bawah ini, baca dan simaklah kalimat tersebut dengan baik. Kemudian berilah tanda checklist (√) pada kalimat yang Anda anggap paling benar dengan memilih Setuju atau Tidak setuju.

No Pernyataan Setuju Tidak

Setuju 1. Bayi berusia kurang dari 6 bulan sudah boleh diberikan

MP ASI

2. Pemberian MP ASI tidak harus bertahap, tidak harus dari makanan cair sampai makanan padat.

3. Tujuan pemberian MP ASI adalah untuk menggantikan ASI.

4. Frekuensi pemberian MP ASI pada anak usia 6-8 bulan sebanyak 1-2 kali sehari

5. Frekuensi pemberian MP ASI pada anak usia 8-9 bulan sebanyak 2-3 kali sehari

6. Bayi yang baru pertama kali diberikan MP ASI sebaiknya sebanyak 1-2 sendok teh

7. Bentuk MP ASI yang pertama kali harus diberikan pada anak adalah semi cair.


(6)

8. Bentuk MP ASI untuk anak usia 12-24 bulan adalah makanan lunak

9. Bayi berusia 6-8 bulan boleh diberikan makanan selingan sesuka hati ibu.

10. Bayi berusia 9-12 bulan sudah bisa diberikan makanan yang kasar (dicincang)

11. Bayi berusia 9-12 bulan sudah dapat diberikan makanan selingan 2 kali sehari.

12. Dalam memberikan MP ASI, ibu harus menghindari gula, garam, bahan penyedap, santan ataupun gorengan.

13. Pemberian MP ASI yang terlalu cepat dapat menyebabkan anak mengalami gangguan pencernaan atau diare.

14. MP ASI sebaiknya diberikan dengan berbagai variasi makanan.

15. Pemberian MP ASI yang terlalu cepat dapat mengakibatkan anak menjadi gemuk.


Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Anak Usia 6-24 Bulan Di Kecamatan Siemeulue Timur Kabupaten Siemeulue

3 66 73

Pola Pemberian Pisang Awak (Musa Paradisiaca Var. Awak), Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Desa Paloh Gadeng Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2011

12 113 94

Pengaruh Penyuluhan Dengan Media Audio Visual Dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan Pendamping Asi.

0 9 60

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi dan Baduta (6– 24 Bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2016

1 16 124

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi dan Baduta (6– 24 Bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2016

0 1 14

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi dan Baduta (6– 24 Bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi dan Baduta (6– 24 Bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2016

0 0 12

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi dan Baduta (6– 24 Bulan) di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2016

0 0 25

PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU MENYUSUI TENTANG PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) PADA BAYI USIA 6-12 BULAN

0 0 6

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Anak Usia 6-24 Bulan Di Kecamatan Siemeulue Timur Kabupaten Siemeulue

0 0 23