Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Makanan Pendamping ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2014

(1)

Oleh :

Silvia Yanita Karina

110100260

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

Silvia Yanita Karina

110100260

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(3)

Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Makanan Pendamping ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2014

Nama : Silvia Yanita Karina NIM : 110100260

Pembimbing

(dr. Hj. Sri Sofyani, M.Ked(Ped), SP.A(K)) NIP: 196508281996032004

Penguji I

(dr. Muhammad Syahputra, M.Kes.) NIP: 197010071989021001

Penguji II

(dr. Suhartono, Sp.PD) NIP: 195402201980111001

Medan, 12 Januari 2015 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 195402201980111001


(4)

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Seorang anak bukanlah merupakan seorang dewasa dalam wujud kecil karena anak masih mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan. Asupan gizi yang baik dapat menentukan pertumbuhan dan perkembangan yang baik pada anak. Sesuai dengan rekomendasi WHO dan Departemen Kesehatan Indonesia, pada 6 bulan pertama sebaiknya bayi diberikan ASI ekslusif dan diberikan makanan tambahan berupa makanan pendamping ASI (MP-ASI) saat bayi mulai berusia 6 bulan. Penelitian di Puskesmas Barusjahe (2012) menyatakan bahwa lebih dari setengah ibu-ibu (68%) telah memberikan makanan pendamping ASI dini pada anaknya yang berusia kurang dari 6 bulan. Hal ini banyak terjadi terutama pada ibu-ibu yang baru memiliki anak. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan ibu hamil tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI)

Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah ibu-ibu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas Belawan yang berjumlah 2.817 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode quota sampling dengan besar sampel sebanyak 96 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner melalui wawancara.

Dalam penelitian ini didapatkan bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil tentang makanan pendamping ASI di Puskesmas Belawan yang kurang sebanyak 49%, cukup sebanyak 22.9%, dan baik sebanyak 28.1%. Peran petugas Puskesmas Belawan dalam sosialisasi program makanan pendamping ASI sebanyak 66.7% masih kurang dan sebanyak 33.3% sudah baik.

Kata kunci : makanan pendamping ASI, MP-ASI, tingkat pengetahuan, ibu hamil


(5)

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

A child is not an adult in a small size because child is still experiencing a period of growth and development. Good nutrition intake can determine the growth and the development of children. According to WHO and Health Ministry of Indonesia (Depkes RI) recomendation, the first 6 month baby should be breastfed exclusively and given additionalfoodin the form ofcomplementary feeding when the baby at the age of 6 months. The research in Puskesmas Barusjahe (2012) stated that more than half mothers (68%) had given early complementary feeding to their children which are aged less than 6 months. It often occur especially in new mother. Therefore, the author is interested to find the knowledge level of pregnant women on complementary feeding.

The study was a descriptive study with a cross-sectional study approach. The population of this study is 2.817 pregnant mothers who are in the working area of Puskesmas Belawan. The sampling is conducted using quota sampling method to the 96 respondents. The data is collected by answering the questionnaire through interviewing the respondents.

From the research, it can be obtained that the knowledge levels of pregnant women on complementary feeding in the working area of Puskesmas Belawan which are 49% as poor, 22.9% as fair, and 28.1% as good. The role of health workers in Puskesmas Belawan in complementary feeding programs socialization are 66.7% as poor and 33.3% as good.

Keywords : complementary feeding, weaning food, level of knowledge, pregnant women


(6)

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Makanan Pendamping ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2014”. Sebagai salah satu area kompetensi dasar harus dimiliki oleh seorang dokter umum, laporan hasil penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam peyusunan laporan hasil penelitian ini :

1. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Kepada Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A(K), selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Kepada dr. Zaimah Z. Tala, Msi Sp.GK, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Kepada dr. M. Rusda M.Ked (OG), Sp.OG(K), selaku Pembantu Dekan III Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Kepada dr. Hj. Sri Sofyani, M.Ked(Ped), Sp.A(K), sebagai dosen pembimbing dalam penulisan penelitian ini, yang dengan sepenuh hati telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing serta mengarahkan penulis mulai dari awal penyusunan penelitian, pelaksanaan di lapangan, hingga selesainya penyusunan laporan hasil penelitian ini.

6. Kepada dr. Muhammad Syahputra, M.Kes., sebagai dosen penguji satu yang telah memberikan kritik dan saran yang berguna bagi penyusunan laporan hasil penelitian ini.

7. Kepada dr. Suhartono, Sp.PD, sebagai dosen penguji dua yang telah memberikan kritik dan saran yang berguna bagi penyusunan laporan hasil penelitian ini.


(7)

Universitas Sumatera Utara

8. Kepada kedua orangtua penulis yang tercinta, Ayahanda Ir. Sima Sebayang dan Ibunda Dra. Jani Tarigan yang selalu memberikan dukungan moril dan materiil.

9. Kepada seluruh teman-teman Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang luar biasa, khususnya Riama Melisa, Claudy Bunga, Peny Damanik, Apriany Cordias, Johanna Sihombing, Timotius Kevin, Fifi Florensia dan teman-teman Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah membantu saya dalam penyusunan laporan penelitian ini. 10. Kepada seluruh petugas Puskesmas Belawan dan kader Posyandu

Puskesmas Belawan yang telah membantu penulis saat pelaksanaan penelitian.

Sesuai dengan peribahasa “tiada gading tak retak” begitu juga dengan laporan hasil penelitian ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada laporan hasil penelitian ini. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan hasil penelitian ini.

Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kedokteran.

Medan, 8 Desember 2014


(8)

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Konsep Pengetahuan ... 5

2.1.1. Pengetahuan ... 5

2.1.2. Tingkat Pengetahuan ... 5

2.1.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan ... 6

2.2. Makanan Pendamping ASI ... 6

2.2.1. Defenisi Makanan Pendamping ASI ... ... 6

2.2.2. Anjuran WHO Tentang Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) ... 8

2.2.3. Prinsip Pemberian MP-ASI ... 8

2.2.4. Data Pemberian MP-ASI ... 9


(9)

Universitas Sumatera Utara

2.2.6. Tahapan Pemberian MP-ASI ... 10

2.3. Konsep Kehamilan ... 12

2.3.1. Definisi Kehamilan... 12

2.3.2. Diagnosis Kehamilan ... 13

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 15

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 15

3.2. Variabel dan Defenisi Operasional ... 16

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 17

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 17

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 17

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 17

4.4.1. Uji Validatas dan Reliabilitas... 18

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 19

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 20

5.1.1. Kecamatan Medan Belawan... 20

5.1.2. Puskesmas Belawan ... 20

5.2. Karakteristik Responden ... 21

5.3. Hasil ... 22

5.3.1. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil ... 22

5.3.2. Peran Petugas ... 23

5.3.3. Peran Petugas dengan Pengetahuan Ibu ... 24

5.3.4. Umur dengan Pengetahuan Ibu ... 24

5.3.5. Pendidikan dengan Pengetahuan Ibu ... 25

5.3.6. Pekerjaan dengan Pengetahuan Ibu ... 25


(10)

Universitas Sumatera Utara

5.4. Pembahasan ... 26

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 32

6.1. Kesimpulan ... 32

6.2. Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 34 LAMPIRAN


(11)

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(12)

Universitas Sumatera Utara

Nomor Judul Halaman

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian ... 19

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 21

Tabel 5.2 Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Makanan Pendamping ASI ... 23

Tabel 5.3 Peran Petugas Kesehatan di Puskesmas Belawan dalam Sosialisasi Makanan Pendamping ASI ... 23

Tabel 5.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Peran Petugas Kesehatan... 24

Tabel 5.5 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Umur ... 24

Tabel 5.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Pendidikan ... 25

Tabel 5.7 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Pekerjaan ... 25

Tabel 5.8 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Ada atau Tidak Ada Anak Sebelumnya ... 26


(13)

Universitas Sumatera Utara

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Lembar Penjelasan

Lampiran 3 Lembar Persetujuan (Informed Consent) Lampiran 4 Kuesioner

Lampiran 5 Lembar Persetujuan Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Lampiran 6 Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 7 Analisa Statistik Lampiran 8 Master Data


(14)

Universitas Sumatera Utara

ASI : Air Susu Ibu

MP-ASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah

WHO : World Health Organization

UNICEF : United Nation International Children’s Fund

IMD : Inisiasi Menyusu Dini Depkes : Departemen Kesehatan Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat Pemko : Pemerintah Kota

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama SMA : Sekolah Menengah Akhir


(15)

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Seorang anak bukanlah merupakan seorang dewasa dalam wujud kecil karena anak masih mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan. Asupan gizi yang baik dapat menentukan pertumbuhan dan perkembangan yang baik pada anak. Sesuai dengan rekomendasi WHO dan Departemen Kesehatan Indonesia, pada 6 bulan pertama sebaiknya bayi diberikan ASI ekslusif dan diberikan makanan tambahan berupa makanan pendamping ASI (MP-ASI) saat bayi mulai berusia 6 bulan. Penelitian di Puskesmas Barusjahe (2012) menyatakan bahwa lebih dari setengah ibu-ibu (68%) telah memberikan makanan pendamping ASI dini pada anaknya yang berusia kurang dari 6 bulan. Hal ini banyak terjadi terutama pada ibu-ibu yang baru memiliki anak. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan ibu hamil tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI)

Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah ibu-ibu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas Belawan yang berjumlah 2.817 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode quota sampling dengan besar sampel sebanyak 96 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner melalui wawancara.

Dalam penelitian ini didapatkan bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil tentang makanan pendamping ASI di Puskesmas Belawan yang kurang sebanyak 49%, cukup sebanyak 22.9%, dan baik sebanyak 28.1%. Peran petugas Puskesmas Belawan dalam sosialisasi program makanan pendamping ASI sebanyak 66.7% masih kurang dan sebanyak 33.3% sudah baik.

Kata kunci : makanan pendamping ASI, MP-ASI, tingkat pengetahuan, ibu hamil


(16)

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

A child is not an adult in a small size because child is still experiencing a period of growth and development. Good nutrition intake can determine the growth and the development of children. According to WHO and Health Ministry of Indonesia (Depkes RI) recomendation, the first 6 month baby should be breastfed exclusively and given additionalfoodin the form ofcomplementary feeding when the baby at the age of 6 months. The research in Puskesmas Barusjahe (2012) stated that more than half mothers (68%) had given early complementary feeding to their children which are aged less than 6 months. It often occur especially in new mother. Therefore, the author is interested to find the knowledge level of pregnant women on complementary feeding.

The study was a descriptive study with a cross-sectional study approach. The population of this study is 2.817 pregnant mothers who are in the working area of Puskesmas Belawan. The sampling is conducted using quota sampling method to the 96 respondents. The data is collected by answering the questionnaire through interviewing the respondents.

From the research, it can be obtained that the knowledge levels of pregnant women on complementary feeding in the working area of Puskesmas Belawan which are 49% as poor, 22.9% as fair, and 28.1% as good. The role of health workers in Puskesmas Belawan in complementary feeding programs socialization are 66.7% as poor and 33.3% as good.

Keywords : complementary feeding, weaning food, level of knowledge, pregnant women


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seorang anak bukan merupakan seorang dewasa dalam wujud kecil karena anak memiliki sifat yang sangat berbeda dengan orang dewasa. Anak mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan yang sangat penting sehingga asupan gizi yang cukup sangat memengaruhi kesehatan anak untuk tumbuh menjadi orang dewasa. Gizi yang dibutuhkan anak sangat berbeda dengan orang dewasa (Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2010).

Gizi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan BBLR (Bayi Berat Lahir Redah) dan juga dapat menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan anak yang dilahirkan. Kekurangan gizi yang terjadi pada anak dan bayi berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan yang terganggu apabila tidak ditangani dengan tepat. Gizi yang dibutuhkan anak tiap masa pertumbuhannya tidak sama namun memiliki keteraturan, saling berkaitan, dan kesinambungan sejak konsepsi sampai dewasa (Soetjiningsih, 2010).

Untuk mendapatkan tumbuh kembang optimal pada anak, di dalam Global strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan : pertama pemberian ASI kepada bayi segera setelah lahir dalam waktu 30 menit yang biasa disebut Inisiasi Menyusu Dini (IMD), kedua pemberian hanya ASI saja sampai bayi berumur 6 bulan atau pemberian ASI eksklusif, ketiga pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai dengan 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai usia anak mencapai 24 bulan atau lebih. Makanan pendamping ASI yang disediakan bila memungkinkan berdasarkan bahan lokal. Selain itu makanan pendamping ASI harus mudah dicerna, sesuai dengan umur dan kebutuhan bayi serta mengandung nutrisi yang cukup (Depkes, 2006).


(18)

Bayi terus tumbuh dan berkembang serta semakin aktif sehingga ASI tidak lagi mampu memenuhi kecukupan gizi bayi sesuai dengan pertumbuhan bayi. Dengan demikian, pemberian makanan pendamping ASI perlu diberikan untuk menambah asupan nutrisi bayi. Makanan pendamping ASI harus diberikan setelah bayi berumur 6 bulan karena pada usia ini sistem pencernaan bayi mulai kuat (WHO). Pada masa transisi ini sering terjadi gangguan gizi karena keluarga/ibu kurang memiliki pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi bayi dan makanan tambahan yang baik, tidak tahu cara menyiapkan makanan tambahan dari bahan lokal bergizi, dan kemiskinan yang menyebabkan keluarga tidak mampu menyediakan makanan yang sehat. (Soetjiningsih, 2010)

Pemberian makanan pendamping ASI pada kenyataannya sering terjadi masalah. Pemberian yang terlalu dini ataupun terlalu lambat dapat mengganggu pertumbuhan bayi. Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini dapat menyebabkan diare (karena kebersihan yang kurang) dan alergi dikemudian hari (karena bayi masih mudah dilalui protein asing). Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu lambat juga berdampak tidak baik karena ASI hanya dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi sampai dengan usia 6 bulan sehingga kemungkinan malnutrisi dapat terjadi. Penelitian yang dilakukan di Posyandu Kelurahan Lamper Tengah, kota Semarang, menunjukkan pemberian makanan pendamping ASI dini rata-rata terjadi pada usia 3,8 bulan. (Rohmani, 2010)

Penelitian yang dilakukan pada 100 Ibu yang memiliki anak kurang dari enam bulan di Puskesmas Barusjahe, Kabupaten Karo, menunjukkan bahwa lebih dari setengah (68%) Ibu-ibu tersebut memberikan makanan pendamping (MP-ASI) dini kepada anaknya. (Ginting, 2013)

Belawan adalah salah satu kecamatan yang terletak di kota Medan dengan luas wilayah 21,82 kilometer persegi. Pada daerah Belawan terdapat beberapa pusksemas, salah satunya adalah Puskesmas Belawan yang terletak di kecamatan Medan Kota Belawan. Pada Puskesmas ini belum terdapat data terbaru tentang pemberian makanan pendamping ASI terutama pada ibu hamil. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik melakukan penelitian di daerah tersebut. Penelitian yang


(19)

dilakukan diharapkan dapat menjadi kontribusi baik bagi masyarakat setempat, dinas kesehatan setempat, dan peneliti yang lain.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang makanan pendamping ASI di wilayah Puskesmas Belawan, kota Medan.

1.2.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah yaitu bagaimana tingkat pengetahuan ibu hamil yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Belawan tentang makanan pendamping ASI?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang makanan pendamping ASI di wilayah kerja Puskesmas Belawan, kota Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang : 1. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi tingkat pengetahuan ibu hamil

tentang makanan pendamping ASI.

2. Peran petugas kesehatan dalam sosialisasi program makanan pendamping ASI yang telah dilakukan Puskesmas Belawan, kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Mengetahui gambaran wawasan ibu hamil di Puskesmas Belawan, kota Medan tentang makanan pendamping ASI.

2. Meningkatkan kesadaran ibu hamil tentang pentingnya pemberian makanan pendamping ASI.


(20)

3. Meningkatkan kesadaran ibu hamil tentang cara pemberian makanan pendamping ASI yang baik dan benar.

4. Sebagai kontribusi bagi tenaga kesehatan dan Dinas Kesehatan kota Medan untuk meningkatkan upaya promotif dalam promosi program pemberian makanan pendamping ASI.

5. Sebagai bahan yang diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan penelitian ilmiah selanjutnya.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pengetahuan 2.1.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” yang terjadi ketika orang telah mengadakan pengindraan terhadap sesuatu. Pengindraan tersebut bisa dengan menggunakan penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Proses pengindraan yang menghasilkan pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian terhadap suatu objek. Pengetahuna seseorang terhadap suatu hal mengandung dua aspek yaitu positif dan negatif. Aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang terhadap hal tersebut apakah positif atau negatif. (Wawan, 2011)

2.2.2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hal penting yang dapat membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan yang cukup di dalam domain kognitif memiliki 6 tingkat :

1. Tahu (know)

Mengingat sesuatu yang sudah diketauhi sebelumnya. Merupakan tingkat pengetahuan paling rendah.

2. Memahami (comprehention)

Mampu menjelaskan dan menginterpretasikan suatu hal secara benar yang sudah diketuhui.

3. Aplikasi (application)

Mampu menggunakan sesuatu yang telah dipelajarinya pada keadaan nyata.

4. Analisis (analysis)

Mampu menyatakan suatu hal ke dalam komponen-komponen namun masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih saling berkaitan. 5. Sintesis (syntesis)

Mampu menunjukkan suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan baru.


(22)

6. Evaluasi (evaluation)

Mampu memberikan penilaian terhadap suatu hal. (Wawan, 2011)

2.2.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan a. Faktor Internal

1. Pendidikan

Bimbingan yang telah diberikan kepada seseorang menuju arah cita-cita tertentu yang dapat menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya demi mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

2. Pekerjaan

Pekerjaan ialah keburukan yang harus dilakukan seseorang untuk menunjang kehidupan dan mencari nafkah.

3. Umur

Umur seseorang terhitung mulai saat dia dilahirkan sampai orang tersebut berulang tahun. Menurut kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa lebih dipercayai dibandingkan orang yang lebih muda. Hal ini dilihat dari segi pengalaman dan kematangan jiwa. (Wawan, 2011)

b. Faktor Eksternal 1. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan semua kondisi yang ada di sekitar manusia serta pengaruhnya dapat memengaruhi perkembangan dan perilaku orang ataupun kelompok.

2. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada di mayarakat dapat memengaruhi sikap seseorang dalam menerima suatu informasi.

2.2. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) 2.2.1. Definisi Makanan Pendamping ASI


(23)

Makanan Pendamping Air Susu Ibu adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi dan diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. (Depkes,2006)

Menurut penelitian yang telah dilakukan WHO, pemberian makanan pendamping ASI paling tepat yaitu diberikan pada bayi usia 6 bulan. Pada usia ini ASI eksklusif tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi karena pada tahap ini bayi menjadi sangat aktif sehingga membutuhkan asupan nutrisi yang lebih banyak. Berikut grafik kebutuhan energi tiap kelompok usia dibanding energi yang disediakan ASI. Berikut bagan yang menunjukkan kesenjangan energi yang dibutuhkan anak dan energi yang dapat disediakan oleh ASI saja pada anak usia 6 bulan ke atas. (Saadeh, 2000)

Gambar 1.1

Kebutuhan Energi Anak dan Jumlah Energi pada ASI

Makanan pendamping ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan orang dewasa. Pemberian makanan pendamping ASI harus bertahap. Berhubung bayi belum pernah merasakan makanan lain selain ASI, maka kita harus memperkenalkan makanan pendamping ASI secara bertahap. Pemberian makanan pendamping ASI harus disesuaikan dengan maturitas saluran pencernaan bayi dan kebutuhannya. Disamping pemberian makanan pendamping ASI, ASI dianjurkan untuk terus diberikan sampai anak berusia 2 tahun. (IDAI, 2010)


(24)

2.2.2. Anjuran WHO tentang Makanan Pendamping ASI

Menurut WHO, dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding,

pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) harus memperhatikan :

a. Timely : bayi diperkenalkan saat kebutuhan energi dan nutrisi melebihi dari yang dapat disediakan baik secara ASI eksklusif dan pemberian ASI yang sering.

b. Adequate : makanan yang diberikan memenuhi energi, protein, dan nutrisi mikro yang dapat mencapai kebutuhan nutrisi bayi.

c. Safe : makanan disediakan dan disimpan secara bersih dan aman, serta diberikan dengan alat makan bersih yang digunakan dengan tangan dan bukan dengan botol ataupun puting tiruan.

d. Properly fed : diberikan secara konsisten dengan memperhatikan tanda rasa lapar dan kenyang bayi, dan secara sering dengan metode mendorong bayi untuk memakan sendiri makanannya dengan tangan atau sendok sesuai dengan umurnya.

Oleh karena itu, pemberian makanan pendamping ASI tidak hanya berdasarkan waktu pemberian tetapi juga harus memperhatikan jenis, tekstur, komposisi serta cara pemberian.

2.2.3. Prinsip Pemberian Makanan Pendamping ASI

Makanan pendamping ASI sebaiknya diberikan bertahap sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan tiap usia perkembangan anak. Pemberian makanan pendamping ASI juga harus diperhatikan waktu pemberian, komposisi, keamanan dan kebersihan makanan serta cara yang tepat untuk memberikan makanan. Berikut adalah prinsip pemberiaan makanan pendamping ASI :

 Dimulai pada usia 6 bulan

 Hindari makanan dengan potensi alergi yang tinggi (susu sapi, telur, ikan, kacang, kacang kedelai)

 Saat usia yang cukup, dorong anak untuk menggunakan mangkok atau gelas dari pada botol susu


(25)

 Energi yang dikandung harus melebihi energi yang dapat diberikan ASI  Pemberian zink dengan makanan seperti daging, prodik susu, gandum,

dan nasi

 Asupan fitat sebaiknya rendah untuk meningkatkan absorpsi mineral  ASI sebaiknya dilanjutkan sampai 12 bulan

 Cairan selain ASI, formula, dan air sebaiknya mulai diberikan (Heird, 2007)

2.2.4. Data Pemberian Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI sering terlalu cepat ataupun terlambat. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan anak. Pemberian makanan pendamping ASI pada kenyataannya sering terjadi masalah. Pemberian yang terlalu dini ataupun terlalu lambat dapat mengganggu pertumbuhan bayi. Pemberian yang terlalu dini dapat menyebabkan diare karena kebersihan yang kurang dan alergi di kemudian hari karena bayi masih mudah dilalui protein asing. Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu lambat juga berdampak tidak baik karena ASI hanya dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi sampai dengan usia 6 bulan sehingga kemungkinan malnutrisi dapat terjadi. Penelitian yang dilakukan di Posyandu Kelurahan Lamper Tengah, kota Semarang, menunjukkan program pemberia makanan pendamping ASI belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan yaitu pemberian makanan pendamping ASI dini rata-rata terjadi pada usia 3,8 bulan yang serharusnya diberikan pada usia 6 bulan. (Rohmani, 2010)

2.2.5. Jenis-Jenis Makanan Pendamping ASI

Makanan tambahan lokal adalah makanan tambahan yang diolah di rumah tangga atau di Posyandu, terbuat dari bahan makanan yang tersedia setempat, mudah diperoleh dengan harga terjangkau oleh masyarakat, dan memerlukan pengolahan sebelum dikonsumsi oleh bayi. Makanan tambahan lokal ini disebut juga dengan makanan pendamping ASI lokal. (Depkes, 2006)

Pemberian makanan tambahan lokal memiliki beberapa dampak positif, antara lain ibu lebih memahami dan terampil dalam membuat makanan tambahan


(26)

dari pangan lokal sesuai dengan kebiasaan dan sosial budaya setempat, sehingga ibu dapat melanjutkan pemberian makanan tambahan secara mandiri, meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat serta memperkuat kelembagaan seperti posyandu, memiliki potensi meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penjualan hasil pertanian, dan sebagai sarana dalam pendidikan atau penyuluhan gizi. (Depkes, 2006)

2.2.6. Tahapan Pemberian Makanan Pendamping

Pengenalan dan pemberian makanan pendamping ASI harus dilakukan secara bertahap baik dalam bentuk maupun jumlahnya disesuaikan dengan kemampuan pencernaan anak. Tahapan tersebut sebagai berikut (Nadesul, 2004 dalam Su’adi, 2010) :

a. Makanan bayi berumur 0-4 bulan

 Hanya ASI saja (ASI Eksklusif selama 6 bulan).

 Hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama pada 30 menit pertama setelah melahirkan .

 Dengan menyusui anak, maka akan terbina hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.

 Berikan kolostrum karena kolostrum mengandung zat-zat gizi dan zat kekebalan yang dibutuhkan bayi.

 Berikan ASI sesering mungkin sesuai dengan keinginan bayi. b. Makanan bayi berumur 4-6 bulan:

 Pemberian ASI tetap diteruskan sesuai dengan keinginan anak.

 Bentuk makanan lumat, halus, bayi sudah memiliki aktivitas atau reflex mengunyah.

 Contoh makanan lumat antara lain pisang yang dilumatkan, pepaya yang dilumatkan, biscuit yang ditambah dengan air susu, atau bubur susu.  Diberikan 2 kali sehari, dan setiap kali pemberian 2 sendok makan


(27)

 Diberikan sambil mengajak bicara kepada bayi agar timbul sentuhan kasih sayang.

 Jangan sekali-kali makanan pendamping ASI diberikan dengan botol susu sambil tiduran karena dapat menyebabkan infeksi telinga pada anak.

c. Makanan bayi berumur 6-9 bulan:

 Pemberian ASI tetap diteruskan sesuai dengan keinginan anak.

 Bentuk makanan lumat karena alat pencernaan bayi sudah dapat berfungsi lebih baik, contoh : nasi tim, bubur susu.

 Berikan 2 kali sehari setelah anak diberikan ASI.  Porsi tiap pemberian makanan sebagai berikut :

o Pada umur 6 bulan : 6 sendok makan o Pada umur 7 bulan : 7 sendok makan o Pada umur 8 bulan : 8 sendok makan o Pada umur 9 bulan : 9 sendok makan

o Untuk menambah nilai gizi, nasi tim juga dapat ditambahkan sumber zat lemak sedikit demi sedikit, seperti santan, margarine, minyak kelapa.

o Bila bayi masih lapar, ibu dapat menambah makanan pendamping ASI.

d. Makanan bayi umur 9-12 bulan :  Pemberian ASI tetap diberikan

 Pada usia ini bayi diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap dengan takaran yang cukup.

 Bentuk makanan yang diberikan lunak.

 Berikan makanan selingan satu kali dalam sehari.

 Makanan selingan diusahakan bernilai gizi tinggi seperti bubur kacang hijau, bubur sumsum, dan sebagainya


(28)

 Biasakan mencampurkan berbagai lauk pauk dan sayuran kedalam makanan lunak.

 Pengenalan berbagai bahan makanan sejak dini berpengaruh baik dalam kebiasaan makan anak.

e. Makanan bayi umur 12-24 bulan :

 Frekuensi pemberian ASI dikurangi sedikit demi sedikit.

 Susunan makanan seperti makanan orang dewasa, terdiri dari makanan pokok lauk-pauk sayuran dan buah.

 Porsi makanan adalah separuh dari makanan orang dewasa.  Gunakan angka ragam bahan makanan setiap harinya.  Diberikan sekurang-kurangnya tiga kali dalam sehari.  Berikan makanan selingan dua kali dalam sehari.  Anak dilatih untuk makan dan mencuci tangan sendiri.

 Biasakan anak mencuci tangannya sebelum dan sesudah makan.  Biasakan anak makan bersama-sama dengan keluarga.

2.3. Konsep Kehamilan 2.3.1. Definisi Keahamilan

Hamil didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi dalam Federasi Obstetri Ginekologi Internasional.

Bila dihitung mulai dari fertilisasi hingga bayi dilahirkan, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kahamilan dibagi menjadi 3 trimester, di mana trimester pertama berlangsung 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu 13 hingga 27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu 28-minggu ke-40). (Prawirohardjo, 2011)


(29)

2.3.2. Diagnosis Kehamilan a. Bukti Presumtif Kehamilan

Bukti presumtif kehamilan umumnya didasarkan pada gejala-gejala subyektif berupa (Cunningham, 2006) :

1. Mual dengan atau tanpa muntah 2. Gangguan berkemih

3. Fatigue

4. Persepsi adanya gerakan janin

Yang termasuk tanda presumtif adalah : 1. Terhentinya menstruasi

2. Perubahan pada payudara

3. Perubahan warna mukosa vagina

4. Meningkatnya pigmentasi kulit dan striae abdomen

5. Yang terpenting, apakah wanita yang bersangkutan merasa dirinya hamil

b. Gejala Kehamilan

1. Mual dengan atau tanpa muntah 2. Persepsi gerakan janin

c. Tanda Kehamilan

1. Terhentinya menstruasi

2. Perubahan pada mukus serviks 3. Perubahan payudara

4. Perubahan warna mukosa vagina

5. Meningkatnya pigmentasi kulit dan munculnya striae abdomen

d. Bukti Kemungkinan Hamil 1. Pembesaran abdomen

2. Perubahan bentuk, ukuran, dan konsistensi uterus 3. Perubahan anatomis pada serviks


(30)

4. Kontraksi Braxton Hicks 5. Ballottement

6. Kontur fisik janin


(31)

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Variabel :

Variabel independen : - Ibu hamil

- Karakteristik ibu hamil : ∙ Umur

∙ Pendidikan ∙ Pekerjaan

∙ Sudah memiliki anak sebelumnya - Peran Petugas Kesehatan

Variabel dependen : Tingkat pengetahuan Ibu hamil tentang makanan pendamping ASI

Karakteristik Ibu Hamil : - Umur

- Pendidikan - Pekerjaan

- Sudah Memiliki Anak Sebelumnya

Peran Petugas Kesehatan

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Makanan


(32)

3.2. Variabel dan Defenisi Operasional

Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI.

Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Hasi Ukur Skala

Umur Umur ibu hamil Kuesioner Umur dalam tahun Ratio

Pendidikan Pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh ibu hamil

Kuesioner Rendah : Tidak sekolah, SD

Sedang : SMP, SMA Tinggi : Perguruan Tinggi

Ordinal

Pekerjaan Pekerjaan yang pernah dilakukan ibu hamil dalam 1 tahun terakhir

Kuesioner 1. Bekerja 2. Tidak bekerja

Nominal

Pengetahuan Pengetahuan tentang pemberian MP-ASI yang benar

Kuesioner Baik : 76 % -100 % Cukup : 56%-75% Kurang : < 56%

Ordinal

Sudah Memiliki Anak Sebelumnya

Ibu hamil telah memiliki minimal satu orang anak sebelumnya

Kuesioner Ada Tidak ada Nominal Peran Petugas Kesehatan Dukungan petugas kesehatan dalam promosi kesehatan tentang MP-ASI kepada masyarakat

Kuesioner Baik : > 75% Kurang : < 75 %


(33)

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional, bertujuan untuk mendapatkan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI) serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan tersebut.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian dimulai dari September 2014 sampai dengan Desember 2014.

4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Belawan, Jalan Stasiun Nomor 1 Komplek PJKA, Belawan, Medan, Sumatera Utara.

4.3. Populasi dan Sample Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Ibu-ibu hamil yang terdaftar pada wilayah kerja Puskesmas Belawan pada tahun 2014. Populasi penelitian ini berjumlah sekitar 2.817 orang. (Puskesmas Belawan)

4.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari Ibu-ibu hamil dalam populasi. Penentuan besar sampel yang akan digunakan didapat berdasarkan rumus penentuan sampel berikut (Notoadmojo, 2005)


(34)

Universitas Sumatera Utara =

1 + ( ) =

2817

1 + 2817(0.1) = 96

Keterangan:

n : Besar sampel N : Jumlah populasi

d : Jika interval kepercayaan 95% maka d=0.05 Jika interval kepercayaan 90% maka d=0.1

Dengan menggunakan interval kepercayaan 90% maka didapatkan sampel sebanyak 96 orang Ibu hamil yang terdaftar di wilayah kerja Puskesmas Belawan. Pengambilan sampel dilakukan dengan quota sampling.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu dengan pengisian kuesioner oleh reponden (Ibu hamil). Sebelum pembagian kuesioner, peneliti akan memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan tata cara pengisian kuesioner. Peneliti melampirkan informed consent pada kuesioner untuk ditandangani oleh calon responden yang bersedia menjadi responden penelitian. Responden kemudian diwawancarai untuk mengisi kuesioner sesuai dengan penjelasan yang telah disampaikan.

Data sekunder yang didapat adalah data yang berasal dari pihak Puskesmas Belawan untuk menunjang data primer yang didapat peneliti.

4.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Pada kuesioner yang telah disusun sebelumnya dilakukan uji validitas dan realibilitas menggunakan program pengolahan data. Sampel untuk uji validitas dan realibilitas sebanyak 20 orang ibu hamil. Uji validitas dan reliabilitas ini dilaksanakan pada bulan September 2014.

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi Pearson. Skor yang didapatkan dari setiap pertanyaan kemudian dikorelasikan dengan skor total setiap variabel. Nilai-nilai yang didapatkan dari korelasi tersebut dibandingkan dengan r tabel. Nilai r tabel untuk jumlah 20 orang responden dengan taraf signifikansi 0,01


(35)

Universitas Sumatera Utara

adalah 0,561. Jika nilai koefisien korelasi Pearson yang didapat pada suatu pertanyaan lebih besar dari nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut valid.

Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan koefisien Reliabilitas Alpha. Jika nilai alpha pada kuesioner lebih besar dari nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel. Hasil uji validitas dan reliabilitas setiap pertanyaan pada kuesioner dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut :

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian

Variabel Nomor

Pertanyaan

Total Pearson

Correlation Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0.673 Valid 0.892 Reliabel

2 0.699 Valid Reliabel

3 0.646 Valid Reliabel

4 0.578 Valid Reliabel

5 0.680 Valid Reliabel

6 0.736 Valid Reliabel

7 0.624 Valid Reliabel

8 0.757 Valid Reliabel

9 0.781 Valid Reliabel

10 0.694 Valid Reliabel

11 0.748 Valid Reliabel

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara data dikumpulkan kemudian dikoreksi dan diberi kode secara manual oleh peneliti. Data yang sudah diberi kode akan dimasukkan ke dalam program pengolah data yang ada di komputer dan diperiksa kembali untuk menghindari kesalahan pemasukan data. Data kemudian disimpan dan dianalisa.

Data kemudian diolah dengan menggunakan program pengolahan data dan akan disajikan dalam bentuk tabel sesuai dengan tujuan peneliti yaitu untuk mngetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang makanan pendamping ASI.


(36)

Universitas Sumatera Utara

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian 5.1.1. Kecamatan Medan Belawan

Kecamatan Medan Belawan terletak di daerah pesisir Kota Medan dengan luas wilayah 21,82 kilometer persegi. Kecamatan ini merupakan wilayah bahari dan maritim yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka dan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang - Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang - Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Labuhan - Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka

Jumlah penduduk di Kecamatan Medan Belawan sekitar 95.506 jiwa (2012). Kecamatan Medan Belawan terdiri dari 6 kelurahan yaitu Kelurahan Pulau Sicanang, Kelurahan Belawan Bahagia, Kelurahan Belawan Bahari, Kelurahan Belaawan II, Kelurahan Bagan Deli, Kelurahan Belawan I.

Pada daerah ini terdapat Pelabuhan Belawan yang merupakan Pelabuhan terbuka untuk perdagangan internasional, regional dan nasional. Pelabuhan Belawan ini merupakan urat nadi perekonomian Sumatera Utara khususnya sebagai arus keluar masuknya barang dan penumpang melalui angkutan laut, sehingga Kota Medan dikenal dengan pintu gerbang Indonesia bagian barat. (Pemko Medan)

5.1.2. Puskesmas Belawan

Puskesmas Belawan terletak di Jalan Stasiun Nomor 1 Komplek PJKA Belawan, Medan. Puskesmas Belawan memiliki wilayah kerja seluas 2182 Ha. Wilayah kerja Puskesmas Belawan meliputi 6 kelurahan dan 143 lingkungan yaitu

- Kelurahan Belawan I : 31 lingkungan - Kelurahan Belawan II : 44 lingkungan - Kelurahan Belawan Bahari : 13 lingkungan - Kelurahan Belawan Bahagia : 20 lingkungan


(37)

Universitas Sumatera Utara

- Kelurahan Bagan Deli : 15 lingkungan - Kelurahan Belawan Sicanang : 20 lingkungan

Puskesmas Belawan merupakan puskesmas induk yang ada di Kecamatan Medan Belawan. Puskesmas induk ini dibantu oleh 5 puskesmas pembantu (Pustu) yang masing-masing terletak di setiap kelurahan.

5.2. Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) Umur (tahun)

Remaja Akhir (17-25) 47 49.0

Dewasa Awal (26-35) 46 47.9

Dewasa Akhir (36-45) 3 47.9

Usia Kehamilan

Trimester 1 9 9.4

Trimester 2 23 24.0

Trimester 3 64 66.7

Sudah Memiliki Anak 67 69.8

Belum Memiliki Anak 29 30.2

Pendidikan

Rendah (Tidak Sekolah, SD) 21 21.9

Sedang (SMP, SMA) 70 72.9

Tinggi (akademi, Perguruan Tinggi) 5 5.2

Pekerjaan

Tidak Bekerja 80 83.3

Bekerja 16 16.7

Penghasilan

< 1jt 38 39.6

1jt - 3jt 52 54.2

> 3jt 6 6.3

Total 96 100.0

Dari hasil analisis tabel 5.1 dapat diketahui bahwa umur responden terbanyak berada pada rentang usia 17-25 tahun sebanyak 47 orang (49%), sedangkan paling sedikit pada rentang usia 36-45 tahun sebanyak 3 (orang) 3%.


(38)

Universitas Sumatera Utara

Responden dengan usia kehamilan pada trimester pertama sebanyak 9 orang (9.4%), trimester kedua sebanyak 23 orang (24%), dan trimester ketiga sebanyak 64 orang (66.7%). Distribusi ibu-ibu hamil yang sudah memiliki anak sebanyak 67 orang (69.8%), sedangkan yang belum memiliki anak sebanyak 23 orang (30.2%).

Dapat diketahui bahwa jenjang pendidikan terbanyak pada ibu-ibu hamil yaitu SMP dan SMA sebanyak 70 orang (72.9%). Sedangkan pada akademi dan perguruan tinggi hanya sebanyak 5 orang (5.2%) dan pada SD ataupun tidak sekolah sebanyak 21 orang (21.9%).

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu-ibu hamil tidak memiliki pekerjaan selama satu tahun terakhir yaitu sebanyak 80 orang atau 83% dari total responden, sedangkan ibu-ibu hamil yang memiliki pekerjaan hanya 16 orang atau 16.7% dari total responden. Sebagian besar responden yang memiliki penghasilan per bulan sebesar satu juta rupiah – tiga juta rupiah sebanyak 52 orang (54.2%), kurang dari satu juta rupiah sebanyak 38 orang (39.6%), dan lebih dari tiga juta rupiah hanya sebanyak 6 orang (6,3%).

5.3. Hasil

5.3.1. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil

Tingkat pengetahuan ibu dalam penelitian ini dinilai dengan mengajukan 11 pertanyaan tentang pemberian makanan pendamping ASI. Pertanyaan tersebut akan diberi skor dan total skor akan didistribusikan menjadi tiga tingkat pengetahuan yaitu baik, cukup dan kurang. Hasil penelitian menunjukkan responden diperoleh data bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 47 orang (49%) berpengetahuan kurang. Responden yang berpengetahuan cukup sebanyak 22 orang (22.9%) dan berpengetahuan baik 27 orang (28.1%). Dari data di atas maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan Ibu-ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Belawan masih tergolong kurang. Penilaian tingkat pengetahuan ibu-ibu hamil tentang makanan pendamping ASI dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini


(39)

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.2 Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Makanan Pendamping ASI

Tingkat Pengetahuan Jumlah(%)

Baik 27(28.1)

Cukup 22(22.9)

Kurang 47(49.0)

Total 96(100.0)

5.3.2. Peran Petugas

Dalam penelitian ini peran petugas puskesmas dinilai dengan mengajukan 9 pertanyaan pada responden. Setiap pertanyaan akan diberi skor. Penilaian peran petugas akan dibagi menjadi baik dan kurang. Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 64 orang (66.7%) responden menyatakan peran petugas kesehatan masih kurang, sedangkan hanya sebanyak 32 orang (33.3%) responden menyatakan sudah baik. Dari hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa peran petugas Puskesmas Belawan masih tergolong kurang. Penilaian peran petugas kesehatan ini ditunjukkan pada tabel 5.3 berikut ini

Tabel 5.3 Peran Petugas Kesehatan di Puskesmas Belawan dalam Sosialisasi Makanan Pendamping ASI

Peran Petugas Jumlah(%)

Baik 32(33.3)

Kurang 64(66.7)


(40)

Universitas Sumatera Utara

5.3.3. Peran Petugas dengan Pengetahuan Ibu

Tabel 5.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Peran Petugas Kesehatan

Peran Petugas Kesehatan

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Cukup Kurang

Baik 20(74.1%) 9(40.9%) 3(6.4%) 32(33.3%)

Kurang 7(25.9%) 13(59.0%) 44(93.6%) 64(66.7%)

Total 27(100%) 22(100%) 47(100%) 96(100%)

Berdasarkan data tabulasi silang antara peran petugas kesehatan dan tingkat pengetahuan ibu hamil, didapatkan bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik dan menyatakan peran petugas kesehatan baik sebanyak 20 orang (74%), sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang dan menyatakan peran petugas kesehatan kurang 44 orang (93%).

5.3.4. Umur dengan Pengetahuan Ibu

Tabel 5.5 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Umur

Umur (tahun) Tingkat Pengetahuan Total

Baik Cukup Kurang

Remaja Akhir

(36-45) 9(33,3%) 9(40.9%) 29(61.7%) 47(49%)

Dewasa Awal

(26-35) 18(66.7%) 13(59.1%) 15(31.9%) 46(47.9%) Dewasa Akhir

(17-25) - - 3(6.4%)) 3(3.1%)

Total 27(100%) 22(100%) 47(100%) 96(100%)

Berdasarkan data tabulasi silang antara umur dan tingkat pengetahuan ibu hamil, didapatkan data bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik mayoritas berada pada usia dewasa awal sebanyak 18 orang (66.7%) dan responden yang


(41)

Universitas Sumatera Utara

memiliki tingkat pengetahuan kurang mayoritas berada pada usia remaja akhir sebanyak 29 orang(61.7%).

5.3.5. Pendidikan dengan Pengetahuan Ibu

Tabel 5.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Pendidikan Pendidikan

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Cukup Kurang

Rendah 1(3.7%) 4(18.2%) 16(34%) 21(21.9%)

Sedang 23(85.2%) 18(81.8%) 29(61.7%) 70(72.9%)

Tinggi 3(11.1%) - 2(4.3%) 5(5.2%)

Total 27(100%) 22(100%) 47(100%) 96(100%)

Berdasarkan data tabulasi silang antara pendidikan dan tingkat pengetahuan ibu hamil, diperoleh data bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik dan kurang mayoritas berada pada tingkat pengetahuan sedang (SMP atau SMA) sebanyak 23 orang (85.2%) dan 29 orang (61.7%).

5.3.6. Pekerjaan dengan Pengetahuan Ibu

Tabel 5.7 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Pekerjaan

Bekerja Tingkat Pengetahuan Total

Baik Cukup Kurang

Tidak 19(70.4%) 21(95.5%) 40(85.1%) 80(83.3%)

Ya 8(29.6%) 1(4.5%) 7(14.9%) 16(16.7%)

Total 27(100%) 22(100%) 47(100%) 96(100%)

Berdasarkan data tabulasi silang antara pekerjaan dan tingkat pengetahuan ibu hamil, dapat diperoleh data bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebagian besar tidak bekerja yaitu sebanyak 19 orang (70.4%). Responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang juga sebagian besar tidak bekerja yaitu sebanyak 40 orang (85.1%).


(42)

Universitas Sumatera Utara

5.3.7. Anak dengan Pengetahuan Ibu

Tabel 5.8 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Ada atau Tidak Ada Anak Sebelumnya

Anak Tingkat Pengetahuan Total

Baik Cukup Kurang

Ada 25(92.6%) 18(81.8%) 24(51.1%) 67(69.8%)

Tidak 2(7.4%) 4(18.2%) 23(48.9%) 29(30.2%)

Total 27(100%) 22(100%) 47(100%) 96(100%)

Berdasarkan data tabulasi silang antara ada atau tidaknya anak dengan tingkat pengetahuan Ibu hamil di atas, dapat diperoleh data bahwa ibu hamil yang berpengetahuan baik dan sudah memiliki anak sebelumnya sebanyak 25 orang (92.6%), sedangkan ibu hamil yang berpengetahuan kurang dan tidak memiliki anak sebelumnya sebanyak 23 orang (48.9%).

5.4. Pembahasan

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil tentang makanan pendamping ASI di wilayah kerja Puskesmas Belawan pada tahun 2014 umumnya berpengetahuan kurang. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang makanan pendamping ASI yang tergolong baik hanya sebanyak 27 orang (28.1%) dan tingkat pengetahuan yang tergolong cukup sebanyak 22 orang (22.9%). Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang makanan pendamping ASI yang tergolong kurang meliputi 47 orang (49%) atau hampir dari setengah total responden. Hal ini menunjukkan ibu-ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas ini belum memiliki pengetahuan yang baik tentang makanan pendamping ASI. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Siemeulue Timur, Kabupaten Siemeulue, Provinsi Aceh. Penelitian tersebut menyatakan bahwa tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang makanan pendamping ASI pada daerah tersebut mayoritas baik yaitu sebesar 79.2%. (Wahyuni, 2013)


(43)

Universitas Sumatera Utara

Makanan pendamping ASI merupakan makanan yang diberikan pada bayi mulai dari umur 6 bulan sebagai tambahan ASI yang tidak lagi mencukupi asupan nutrisi bayi. Makanan pendamping ini sebaiknya diberikan secara tepat. Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini merupakan salah satu faktor risiko yang dapat meningkatkan morbiditas pada bayi. (Depkes RI)

Berdasarkan sumber data sekunder yang penulis dapatkan dari petugas kesehatan dan kader puskesmas, praktik pemberian makanan pendamping ASI dini di Kecamatan Medan Belawan masih banyak. Hal ini dikarenakan ibu-ibu beranggapan ASI saja tidak cukup sebagai makanan bayi mereka. Anggapan tersebut dihubungkan dengan seringnya ataupun cepatnya bayi kembali menangis sesudah diberi ASI. Ibu-ibu beranggapan seringnya bayi menangis merupakan tanda bahwa bayi tidak kenyang sehingga bayi diberikan makanan padat walupun masih berusia kurang dari 4 bulan. Praktik pemberian makanan pendamping ASI dini juga dilakukan karena anjuran orang tua responden. Orang tua responden menyarankan anak mereka untuk memberikan makanan pendamping ASI secara dini dengan anggapan agar bayi kenyang dan sehat. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian Pardosi (2009) yang menyatakan bahwa sebagian besar ibu memberikan makanan tambahan pada bayi kurang dari 6 bulan dengan alasan agar bayi menjadi sehat sebanyak 89.1% dan agar bayi menjadi kenyang sebanyak 86.9%.

Tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya praktik pemberian makanan pendamping ASI dini pada bayi. Pada penelitian yang dilakukan Ginting di Puskesmas Barusjahe menyatakan bahwa tingkat pengetahuan ibu akan makanan pendamping ASI merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi pemberian makanan pendamping ASI dini. Penelitian tersebut menyatakan bahwa ibu yang memiliki tingkat pengetahun dalam ketegori tidak baik telah memberikan makanan pendamping ASI dini pada bayi dengan usia kurang dari 6 bulan sebanyak 97.9%, sedangkan ibu dengan kategori tingkat pengetahuan yang baik telah memberikan makanan pendamping ASI dini kepada anaknya hanya 40.4%. Hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian di Puskesmas Barusjahe tersebut menyatakan bahwa ibu yang memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori tidak baik memiliki risiko untuk


(44)

Universitas Sumatera Utara

memberikan makanan pendamping ASI dini pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan sebesar 2,425 kali lebih besar. (Ginting, 2012)

Pemberian makanan pendamping ASI dini pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI, namun dapat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2 Faktor-faktor, yaitu Faktor-faktor internal dan Faktor-faktor eksternal. Faktor internal yang dapat mempengaruhi pemberian makanan pendamping ASI dini pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan yaitu tingkat pengetahuan dan sikap ibu. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pemberian makanan pendamping ASI dini pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan yaitu dukungan keluarga, peran petugas kesehatan, dan sosial budaya. (Ginting, 2012)

Analisis data pada tabel 5.3 dapat memberikan informasi bahwa peran petugas kesehatan di Puskesmas Belawan dalam sosialisasi makanan pendamping ASI masih tergolong kurang. Dari total 96 responden, sebanyak 64 orang (66.7%) menyatakan peran petugas kesehatan dalam sosialisasi makanan pendamping ASI masih kurang, sedangkan hanya 32 orang (33.3%) responden yang menyatakan peran petugas kesehatan sudah baik. Penelitian di Puskesemas Barusjahe tahun 2012 menyatakan hal yang sama yaitu peran petugas kesehatan yang tergolong baik pada wilayah ini hanya mencapai 32% dan yang tergolong tidak baik mencapai 68%. (Ginting, 2012)

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik dan menyatakan peran petugas kesehatan baik sebanyak 20 orang (74%), sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang dan menyatakan peran petugas kesehatan masih kurang sebanyak 44 orang (93%). Hal ini menunjukkan bahwa ibu-ibu hamil yang berpengetahuan baik cenderung menyatakan bahwa peran petugas kesehatan sudah baik dalam sosialisasi program makanan pendamping ASI, sedangkan ibu-ibu hamil yang berpengetahuan kurang cenderung menyatakan bahwa peran petugas kesehatan masih kurang dalam sosialisasi program makanan pendamping ASI. Hal tersebut menunjukkan adanya kecenderungan antara peran petugas kesehatan dalam sosialisasi program makanan pendamping ASI dengan tingkat pengetahuan ibu. Sesuai dengan penelitian yang telah dilakuakan oleh Ginting (2012), pengetahuan yang baik dapat menentukan pemberian makanan pendamping ASI yang baik.


(45)

Universitas Sumatera Utara

Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Barusjahe ini juga menyatakan bahwa dari 68 ibu yang menyatakan peran petugas kesehatan dalam kategori tidak baik sebanyak 58 orang (85.3%) telah memberikan makanan pendamping ASI dini kepada bayi usia kurang dari 6 bulan. Sebaliknya, ibu yang menyatakan peran petugas kesehatan dalam kategori baik hanya sebanyak 10 orang (31.3%) yang telah memberikan makanan pendamping ASI dini kepada bayinya. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pemberian makanan pendamping ASI dini. Hubungan tersebut dinyatakan bahwa peran petugas kesehatan dalam kategori tidak baik mempunyai risiko sebesar 2,73 kali untuk memberikan makanan pendamping ASI pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan sehingga baik tingkat pengetahuan ibu maupun peran petugas kesehatan memiliki pengaruh dalam pemberian makanan pendamping ASI dini pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan. (Ginting, 2012)

Data tabulasi silang pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa mayoritas ibu dengan pengetahuan makanan pendamping ASI yang baik berada pada usia dewasa awal dan ibu dengan pengetahuan makanan pendamping ASI yang kurang berada pada usia remaja akhir. Pada kelompok usia dewasa akhir semua responden berpengetahuan kurang. Hal ini menunjukkan usia ibu hamil dan tingkat pengetahuan ibu hamil tidak memiliki kecenderungan yang berarti. Hal ini dapat dilihat yaitu pada usia yang paling tua yitu dewasa akhir, tingkat pengetahuan ibu akan makanan pendamping ASI adalah kurang. Hal ini mungkin disebabkan usia responden yang tidak berdistribusi normal atau tidak tersebar secara merata pada tiap kelompok usia yang ada. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ginting (2012), bahwa tidak ada pengaruh secara bermakna antara umur ibu dengan pemberian makanan pendamping ASI dini pada usia kurang dari 6 bulan. Penelitian di Puskesmas Barusjahe ini menunjukkan bahwa 85% ibu dengan usia 35 tahun kebawah memberikan makanan pendamping ASI dini pada anak meraka yang berusia kurang dari 6 bulan dan ibu dengan usia di atas 35 tahun juga memberikan makanan pendamping ASI dini kepada anak mereka yang berusia kurang dari 6 bulan sebanyak 86.7%.

Tabel 5.6 juga menunjukkan bahwa tidak ada kecenderungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan tingkat pengetahuan ibu. Hasil analisis data


(46)

Universitas Sumatera Utara

menunjukkan bahwa ibu dengan tingkat pengetahuan makanan pendamping ASI yang baik dan buruk mayoritas berasal dari ibu dengan tingkat pendidikan sedang yaitu SMP atau SMA. Hasil uji statistik oleh Ginting (2012) juga menunjukkan hal yang sama yaitu tidak ada pengaruh secara bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian makanan pendamping ASI di Puskesmas Barusjahe. Tidak adanya kecenderungan yang dapat dihasilkan pada analisi tabel 5.6 mungkin dapat juga disebabkan karena distribusi tingkat pendidikan yang tidak merata. Hal ini dapat dilihat pada karakteristik responden dengan pendidikan yang tinggi hanya 5 orang (5,2%) dari total 96 orang responden.

Analisa data pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa tidak adanya kecenderungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pekerjaan ibu karena tingkat pengetahuan ibu yang baik dan buruk sebagian besar berasal dari ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga. Penelitian yang dilakukan Sua’di (2010) menyatakan bahwa pekerjaan ibu tidak memiliki pengaruh terhadap pemberian makanan pendamping ASI. Hal ini sejalan dengan data yang telah dianalisa pada tabel 5.7. Tidak adanya kecenderungan antara pekerjaan ibu dengan tingkat pengetahuan mungkin disebabkan karena distribusi ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja tidak tersebar secara merata. Tabulasi silang antara ada atau tidaknya anak dan tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa ibu yang sudah memiliki anak sebelumnya mempunyai pengetahuan yang baik tentang makanan pendamping ASI sebanyak 25 orang (92.6%) dari total 27 ibu yang berpengetahuan baik. Hal ini menunjukkan ibu yang sudah memiliki anak sebelumnya cenderung memiliki pengetahuan yang baik tentang makan pendamping ASI. Ibu dengan pengetahuan makanan pendamping ASI yang baik akan mengurangi risiko pemberian makanan pendamping ASI dini pada bayi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Soedibyo (2007) dalam Banjarnahor (2010) di Unit Pediatri Rawat Jalan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Penelitian tersebut menyatakan bahwa responden (ibu) yang berusia lebih dari 30 tahun mayoritas sudah memiliki anak lebih dari satu sehingga mempunyai pengalaman tentang pemberian makanan pendamping ASI sesuai dengan usia bayi dan tidak lagi memberikan makanan pendamping ASI


(47)

Universitas Sumatera Utara

kepada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan melainkan memberikan ASI saja secara eksklusif sesuai dengan usia pada bayi mereka.


(48)

Universitas Sumatera Utara

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan pengambilan data yang telah dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai dengan Desember 2014 di Puskesmas Belawan, Medan, pada 96 responden, maka melalui analisa data dan pembahasan hasil penelitian, peneliti dapat mengemukakan beberapa hal yang menjadi kesimpulan :

1. Mayoritas ibu-ibu hamil memiliki tingkat pengetahuan tentang makanan pendamping ASI yang kurang (49%).

2. Mayoritas ibu-ibu hamil menyatakan peran petugas kesehatan di Puskesmas Belawan masih kurang (66.7%).

3. Ibu-ibu hamil yang memiliki pengetahuan tentang makanan pendamping ASI dalam kategori baik, cenderung menyatakan peran petugas kesehatan sudah baik (74%).

4. Ibu-ibu hamil yang memiliki pengetahuan tentang makanan pendamping ASI dalam kategori baik, cenderung telah memiliki anak (93%).

6.2. Saran

Beberapa hal yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Perlu dilakukan lebih banyak penelitian di Kecamatan Medan Belawan karena masih sedikitnya informasi mengenai keadaan kesehatan masyarakat di wilayah ini.

2. Penelitian mengenai makanan pendamping ASI perlu diperluas sehingga kita dapat lebih mengetahui mengapa masih banyak ibu-ibu yang memberikan makanan pendamping ASI terlalu cepat dan masih rendahnya pemberian ASI eksklusif.

3. Perlu peningkatan kegiatan edukasi pada ibu-ibu hamil tentang makanan pendamping ASI secara lebih dini agar praktik pemberian makanan ASI dini dapat dicegah terutama pada ibu-ibu yang belum memiliki anak.


(49)

Universitas Sumatera Utara

4. Peran petugas kesehatan dalam sosialisasi dan edukasi tentang makanan pendamping ASI perlu ditingkatkan melihat masih rendahnya tingkat pengetahuan tentang makanan pendamping ASI dan kurangnya peran petugas kesehatan dalam sosialisasi makanan pendamping ASI.

5. Edukasi tentang pemberian makanan pendamping ASI yang baik dan benar serta dampak yang dapat ditimbulkan dari pemberian makanan pendamping ASI yang tidak tepat melalui media massa perlu ditingkatkan.

6. Edukasi tentang pemberian makanan pendamping ASI yang baik dan benar juga perlu diberikan kepada anggota keluarga, khususnya kepada anggota keluarga yang akan membantu ibu hamil dalam mengasuh anak nantinya (seperti orang tua, saudara, sepupu, dsb) karena praktik pemberian makanan pendamping ASI dini kerap kali terjadi atas saran dari orang tua maupun anggota keluarga lainnya.


(50)

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Banajarnahor, B. F. 2010. Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI ( MP-ASI ) pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Tiga Balata Tahun 2010.

G. Cunningham, N. F.2006. Kehamilan. In: G. Cunningham, N. F. Gant, K. J. Leveno, L. C. Gilstrap III, J. C. Hauth, & K. D. Wenstrom, Obstetri Williams,Ed.21,Vol.1. Jakarta: EGC, 15-31.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Lokal Tahun 2006. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.

Ginting, D., Sekarwarna, N., & Sukandar, H. 2012. Pengaruh Karakteristik, Faktor Internal dan Eksternal Ibu Terhadap Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi Usia <6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Barusjahe Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara.

Kliegman, R. M., Behrman, R. E., Jenson, H. B., & Stanton, B. F. 2007. Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Ed.15, Vol.1. USA: Saunders Elsevier, 191-211.

Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 115-130.

Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 213-220.

Rohmani, A. 2010. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Anak Usia 1-2 Tahun di KelurahProsan Lamper Tengah Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang. Prosiding Seminar Nasional UNIMUS 2010. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 81-87.

Saadeh, R., & Martines, J. 2000. Complementary Feeding, Family Foods for Breastfed Children. Geneva: WHO, 1-10.


(51)

Universitas Sumatera Utara

Sastroasmoro, S., & Ismael, S. 2002. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.

Jakarta: Sagung Seto. 16-55.

Soedibyo, S., & F., W. Maret 2007. Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu pada Bayi yang Berkunjung ke Unit Pediatri Rawat Jalan. Sari Pediatri, Vol. 8 , 270-275.

Soetjiningsih, & IKG, S. 2010. Gizi untuk Tumbuh Kembang Anak. Dalam M. B. Narendra, T. S. Sularyo, Soetjiningsih, H. Suyitno, I. N. Ranuh, & S. Wiradisura,

Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto, 26-42.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. 2007. Perumbuhan dan Perkembangan Anak. Dalam Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI, 145-167.

Su'adi, P. S.2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini Pada Bayi 6-24 Bulan di Kelurahan Pematang Kandis Bangko, Kabupaten Merangin, Jambi Tahun 2010. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Wahyuni, I. 2013. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan Pendampng ASI (MP-ASI) Pada Anak Usia 6-24 ulan di Kecamatan Seimeulue Timur Kabupaten Siemeulue.

Wawan, A., & M., D. 2011. Konsep Pengetahuan. Dalam: Teori & Pengukuran PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MANUSIA. Yogyakarta: Nuha Medika, 18.

WHO. 2003. Global Strategy for Infant and Young Child Feeding. Geneva: WHO, 7-9.

WHO. 2009. Infant and Young Child Feeding, Model Chapter for Textbooksfor Medical Students and Allied Health Professionals. Geneva: WHO, 19-25.


(52)

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1

Daftar Riwayat Hidup

Nama Lengkap : Silvia Yanita Karina Tempat,tanggal lahir : Jakarta, 18 November 1992 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Warga Negara : Indonesia

Alamat : Jl.Setia Budi no.194 Medan 2122 Nomor telepon : 085717177832

Alamat e-mail : catarina_storm@yahoo.co.id Kewarganegaraan : Indonesia

Riwayat Pendidikan :

Tahun 1997-1999 : TK Ignatius Slamet Riyadi Tahun 1999-2005 : SD Ignatius Slamet Riyadi Tahun 2005-2008 : SMP Ignatius Slamet Riyadi Tahun 2008-2011 : SMAN 28 Jakarta

Tahun 2011- sekarang : Universitas Sumatera Utara – Fakultas Kedokteran Riwayat organisasi : Anggota Pramuka SD Ignatius Slamet Riyadi

Anggota OSIS SMP Ignatius Slamet Riyadi

Ketua(Pratami) Pramuka SMP Ignatius Slamet Riyadi Anggota OSIS SMAN 28 Jakarta

Anggota Paduan Suara FK USU

Anggota Divisi Keuangan SCORE PEMA FK USU 2013-2014 Anggota Divisi Program SCORE PEMA FK USU 2014-2015


(53)

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2

Lembar Penjelasan

Saya Silvia Yanita Karina, saat ini saya sedang menjalani program Pendidikan Kedokteran Umum di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Makanan Pendamping ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2014. Adapun tujuan dilakukannya penelitian tersebut untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan dokter dan memperoleh gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pada penelitian ini, saya akan melakukan wawancara dan memberikan kuesioner dimana pertanyaan yang diberikan ada menyangkut makanan pendamping ASI.

Partisipasi Ibu dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela tanpa paksaan apapun. Identitas dan jawaban yang diberkan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak akan disalahgunakan untuk kepentingan lain serta dirahasiakan.

Jika selama penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang jelas, maka Ibu dapat menghubungi saya, Silvia Yanita Karina (085717177832)

Demikian lembar penjelasan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan penuh tanggung jawab tanpa paksaaan dari pihak manapun.

Medan...2014 Hormat Saya


(54)

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 3

Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Tempat/ Tgl. Lahir :

Dengan ini, setelah mendapat penjelasan tentang penelitian dengan judul Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Makanan Pendamping ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2014 memahaminya, menyatakan SETUJU/MENOLAK* untuk menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti pada kuesioner yang tertera untuk disertakan dalam data penelitian.

Medan, 2014 Peneliti,

(Silvia Yanita Karina)

Pembuat pernyataan

( )

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Tempat/ Tgl. Lahir :

Dengan ini menyatakan bahwa data yang diisi dalam pertanyaan kuesioner adalah benar dan saya bersedia memberikan pernyataan saya sebagai bahan penelitian tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Medan, 2014 Pembuat Pernyataan

( ) Keterangan :


(55)

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4

KUESIONER

Judul Penelitian

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Makanan Pendamping ASI

Tanggal : Medan, ... 2014

Identitas Responden

Nama :

Tempat & Tanggal Lahir :

Umur :

Usia Kehamilan :

Anak ke- :

Agama :

Suku :

Alamat :

1. Pendidikan terakhir :

a. Tidak sekolah atau tidak tamat SD b. SD

c. SMP d. SMA

e. Akademi / Perguruan tinggi

2. Pekerjaan :

a. Pegawai Negeri/TNI/Polri b. Pegawai Swasta


(56)

Universitas Sumatera Utara

c. Wiraswasta/Pedagang d. Petani

e. Buruh/Buruh Cuci/Buruh Pabrik f. Nelayan

g. Ibu rumah tangga h. Lainnya : ...

3. Penghasilan per bulan : a. < Rp 500.000;

b. Rp 500.000; - Rp 1.000.000; c. Rp 1.000.000; - Rp 3.000.000; d. > Rp 3.000.000

Pengetahuan Ibu

1. Apakah kepanjangan MP-ASI ? a. Makanan Pengganti ASI b. Makanan Pendamping ASI c. Makanan Pokok ASI d. Tidak tahu

e. Lainnya : ...

2. Menurut ibu, berapakah usia yang tepat untuk mulai memberikan MP-ASI? a. 2-4 bulan

b. > 6 bulan c. > 1 tahun d. Tidak tahu e. Lainnya : ...

3. Apakah MP-ASI baik diberikan pada bayi 0-6 bulan ? a. Ya, karena ...

b. Tidak, karena ... c. Tidak tahu

4. Menurut ibu, manakah selain ASI yang baik diberikan untuk bayi 6 bulan? a. Makanan lunak, seperti nasi tim

b. Makanan lumat, seperti bubur susu

c. Makanan biasa (keluarga) seperti nasi dan lauk pauk d. Tidak tahu

e. Lainnya : ...

5. Menurut ibu, manakah selain ASI yang baik diberikan untuk bayi 9-12 bulan? a. Makanan lunak, seperti nasi tim


(57)

Universitas Sumatera Utara

c. Makanan biasa (keluarga) seperti nasi dan lauk pauk d. Tidak tahu

e. Lainnya : ...

6. Menurut ibu, manakah makanan selain ASI yang baik diberikan untuk bayi 12-24 bulan?

a. Makanan lunak, seperti nasi tim b. Makanan lumat, seperti bubur susu

c. Makanan biasa (keluarga) seperti nasi dan lauk pauk d. Tidak tahu

e. Lainnya : ...

7. Syarat pemberian MP-ASI yang baik adalah...

a. Sesuai dengan usia bayi/anak dan gizi seimbang

b. Makanan Pendamping ASI yang mengandung kalori tinggi, misalnya yang membuat kenyang saja atau porsinya banyak

c. Makanan atau minuman yang bermerek d. Tidak Tahu

e. Lainnya : ...

8. Apakah yang dimaksud dengan MP-ASI dini? a. Makanan yang diberikan sebelum ASI keluar

b. Makanan yang diberikan pada bayi berusia < 6 bulan c. Makanan yang diberikan pada bayi prematur

d. Tidak Tahu e. Lainnya : ...

9. Menurut Ibu, apa yang akan terjadi jika bayi diberi makanan atau minuman selain ASI, sebelum 6 bulan?

a. Bayi akan menderita diare dan penyakit infeksi b. Status gizi bayi lebih baik dan bayi lebih sehat c. Bayi akan menjadi bayi cerdas

d. Tidak Tahu e. Lainnya : ...

10. Menurut Ibu, pertumbuhan bayi lebih cepat bila diberi ? a. ASI saja hingga usia 6 bulan

b. ASI dan susu formula mulai bayi berusia 4 bulan c. Vitamin dan susu formula

d. Tidak Tahu e. Lainnya : ...

11. Menurut Ibu, apakah dengan menunda makanan tambahan dapat mengurangi risiko alergi makanan?

a. Ya, karena ... b. Mungkin, karena ...


(1)

Akhir 74 21

Remaja

Akhir 7 Trim. 3 3 Ada 1 Rendah 1 Tidak 1 < 1jt

75 34

Dewasa

Awal 8 Trim. 3 2 Ada 2 Sedang 1 Tidak 2 1jt - 3j

76 24

Remaja

Akhir 9 Trim. 3 0 Tidak 2 Sedang 2 Ya 2 1jt - 3j

77 35

Dewasa

Awal 7 Trim. 3 3 Ada 2 Sedang 1 Tidak 2 1jt - 3j

78 27

Dewasa

Awal 2 Trim. 1 2 Ada 2 Sedang 1 Tidak 1 < 1jt

79 34

Dewasa

Awal 5 Trim. 2 4 Ada 2 Sedang 1 Tidak 1 < 1jt

80 30

Dewasa

Awal 9 Trim. 3 3 Ada 2 Sedang 1 Tidak 3 > 3jt

81 24

Remaja

Akhir 9 Trim. 3 0 Tidak 2 Sedang 1 Tidak 2 1jt - 3j

82 26

Dewasa

Awal 9 Trim. 3 2 Ada 1 Rendah 1 Tidak 2 1jt - 3j

83 26

Dewasa

Awal 9 Trim. 3 1 Ada 1 Rendah 1 Tidak 1 < 1jt

84 33

Dewasa

Awal 6 Trim. 2 2 Ada 1 Rendah 2 Ya 2 1jt - 3j

85 32

Dewasa

Awal 8 Trim. 3 2 Ada 2 Sedang 1 Tidak 2 1jt - 3j


(2)

Akhir 87 24

Remaja

Akhir 7 Trim. 3 0 Tidak 2 Sedang 2 Ya 1 < 1jt

88 28

Dewasa

Awal 8 Trim. 3 1 Ada 2 Sedang 2 Ya 1 < 1jt

89 27

Dewasa

Awal 5 Trim. 2 0 Tidak 3 Tinggi 2 Ya 3 > 3jt

90 23

Remaja

Akhir 8 Trim. 3 1 Ada 2 Sedang 1 Tidak 2 1jt - 3j

91 26

Dewasa

Awal 7 Trim. 3 1 Ada 2 Sedang 1 Tidak 1 < 1jt

92 26

Dewasa

Awal 4 Trim. 2 1 Ada 2 Sedang 1 Tidak 1 < 1jt

93 23

Remaja

Akhir 7 Trim. 3 1 Ada 2 Sedang 1 Tidak 2 1jt - 3j

94 30

Dewasa

Awal 4 Trim. 2 1 Ada 2 Sedang 1 Tidak 1 < 1jt

95 24

Remaja

Akhir 9 Trim. 3 0 Tidak 2 Sedang 1 Tidak 2 1jt - 3j

96 25

Remaja


(3)

b. Jawaban Responden

No. P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 Total Pengetahuan pp1 pp2 pp3 pp4 pp5 pp6 pp7 pp8 pp9 Total

Peran Petugas

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10 Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 Baik

3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 9 Baik 1 1 1 1 0 0 0 1 0 5 Kurang

4 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 9 Baik 1 1 1 1 0 0 1 1 1 7 Baik

5 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 5 Kurang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik

6 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 4 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

7 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 7 Cukup 1 1 1 1 0 1 0 1 1 7 Baik

8 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 7 Cukup 1 0 1 1 0 0 1 1 0 5 Kurang

9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik

10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

11 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 Kurang 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 Kurang

12 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 6 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

13 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 6 Kurang 0 0 0 0 0 1 1 1 0 3 Kurang

14 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 8 Cukup 0 1 1 1 0 1 1 1 1 7 Baik

15 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 3 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

17 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 5 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 Kurang

18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Baik 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8 Baik

19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Baik 0 0 0 0 0 1 1 1 0 3 Kurang

20 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

21 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 3 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang


(4)

23 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 3 Kurang 1 1 1 0 1 1 0 1 0 6 Kurang

24 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

25 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 10 Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik

26 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 6 Kurang 1 0 0 0 0 1 0 0 1 3 Kurang

27 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 7 Cukup 1 0 1 1 1 1 1 1 0 7 Baik

28 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 3 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik

30 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

31 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 6 Kurang 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 Kurang

32 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 9 Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 Baik

33 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 7 Cukup 1 1 1 1 0 1 1 1 0 7 Baik

34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Baik 1 0 1 0 0 1 1 0 0 4 Kurang

35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik

36 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

37 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 5 Kurang 1 0 0 0 0 1 0 1 1 4 Kurang

38 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 4 Kurang 0 0 1 1 0 0 1 1 0 4 Kurang

39 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 7 Cukup 1 1 1 1 0 1 1 1 0 7 Baik

40 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 9 Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik

41 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 9 Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik

42 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 Cukup 1 0 1 1 0 1 1 1 0 6 Kurang

43 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 6 Kurang 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 Baik

44 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 5 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

45 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 8 Cukup 1 0 0 1 0 0 1 1 0 4 Kurang

46 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 Kurang 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 Kurang

47 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik


(5)

49 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 6 Kurang 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

50 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 3 Kurang 1 0 1 0 0 1 1 0 0 4 Kurang

51 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 5 Kurang 1 1 1 0 1 0 1 1 0 6 Kurang

52 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 9 Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 Baik

53 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik

54 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 5 Kurang 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 Kurang

55 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 7 Cukup 1 1 1 1 1 0 0 1 0 6 Kurang

56 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 10 Baik 1 1 1 1 0 0 1 1 1 7 Baik

57 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

58 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

59 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

60 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

61 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 Kurang

62 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

63 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

64 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 9 Baik 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 Baik

65 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 Cukup 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

66 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 5 Kurang 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 Kurang

67 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 7 Cukup 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 Baik

68 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 7 Cukup 1 1 1 0 0 0 0 0 0 3 Kurang

69 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 8 Cukup 1 1 1 1 1 0 0 1 0 6 Kurang

70 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 8 Cukup 1 1 1 1 1 0 0 1 0 6 Kurang

71 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

72 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 7 Cukup 1 0 1 1 0 0 1 1 0 5 Kurang

73 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 7 Cukup 1 0 1 1 0 0 1 1 0 5 Kurang


(6)

75 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10 Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 Baik

76 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 9 Baik 1 1 1 1 0 0 1 1 0 6 Kurang

77 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 5 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

78 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 5 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 Kurang

79 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 7 Cukup 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 Baik

80 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 4 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

81 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 7 Cukup 1 0 1 1 1 1 1 1 0 7 Baik

82 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 5 Kurang 1 0 0 0 0 1 0 0 1 3 Kurang

83 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 3 Kurang 1 1 1 0 1 1 0 1 0 6 Kurang

84 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10 Baik 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2 Kurang

85 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 7 Cukup 1 1 0 1 0 0 1 0 0 4 Kurang

86 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 Baik 1 1 0 1 1 1 1 1 1 8 Baik

87 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

88 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 5 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang

89 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 3 Kurang 1 0 0 0 0 1 1 0 0 3 Kurang

90 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10 Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik

91 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10 Baik 1 1 1 0 1 1 1 0 1 7 Baik

92 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 9 Baik 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 Kurang

93 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 Cukup 1 0 1 1 0 1 1 1 0 6 Kurang

94 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 8 Cukup 0 1 1 1 0 1 1 1 1 7 Baik

95 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang


Dokumen yang terkait

Alasan Ibu Memberikan Makanan Pendamping ASI Dini Dengan Pendekatan Teori Health Belief Model Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013

1 36 196

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JUWIRING KLATEN

0 2 9

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI PADA Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Dengan Status Gizi Pada Anak Di Wilayah Kerja Puskesmas Juwiring Klaten.

0 3 15

PENDAHULUAN Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Dengan Status Gizi Pada Anak Di Wilayah Kerja Puskesmas Juwiring Klaten.

0 1 6

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Dengan Status Gizi Pada Anak Di Wilayah Kerja Puskesmas Juwiring Klaten.

0 1 4

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI PADA Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Dengan Status Gizi Pada Anak Di Wilayah Kerja Puskesmas Juwiring Klaten.

0 2 19

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BALITA USIA 6-24 BULAN DI PUSKESMAS DEPOK II SLEMAN YOGYAKARTA

0 0 8

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENYIMPANAN ASI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU BEKERJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

0 0 19

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL DI PUSKESMAS NGAMPILAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia dengan Kejadian Anemia Ibu Hamil di Puskesmas Ngam

0 0 11

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU TERHADAP STATUS GIZI BAYI 6 – 12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKIS SKRIPSI

0 0 28