HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DI RT 3 RW 4 DESA KEMBANGBAHU KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK
DI RT 3 RW 4 DESA KEMBANGBAHU KECAMATAN KEMBANGBAHU
KABUPATEN LAMONGANDian Nurafifah
ABSTRAK
…………......……….…… …… . .…. …… … ......………. …… …… . .….Setiap wilayah yang terdapat nyamuk Aedes Aegypti mempunyai resiko untuk kejangkitan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Hasil survey awal menunjukan dari 10 keluarga terdapat 7 keluarga (70%) tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan baik mereka hanya menggunakan obat nyamuk atau obat-obatan lain dalam memberantas nyamuk tanpa ada tindakan lain memberantas sarang atau jentik nyamuk. Terdapat satu kejadian kematian pada anak akibat DBD di RT 3 RW 4 pada tahun 2012. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk di RT 3 RW 4 Desa Kembangbahu Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi korelasi dengan pendekatan
cross sectional , populasinya adalah 38 KK di RT 3 RW 4 Desa Kembangbahu Kecamatan
Kembangbahu Kabupaten Lamongan, dengan besar sampel 35 KK, mengunakan teknik Simple
Random Sampling . Variabel independen adalah pengetahuan pemberantasan sarang nyamuk dan
variabel dependen adalah perilaku pemberantasan sarang nyamuk. Instrument yang digunakan adalah lembar kuesioner, kemudian di uji dengan mengunakan uji Rank Spearman dengan α = 0,05
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil responden dengan pengetahuan baik sebagian besar melakukan pemberantasan sarang nyamuk dan tidak satupun responden yang tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk. Responden yang mempunyai pengetahuan cukup sebagian besar melakukan pemberantasan sarang nyamuk dan sebagian kecil tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk. Responden yang mempunyai pengetahuan kurang sebagian besar tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk dan sebagian kecil melakukan pemberantasan sarang nyamuk. Hasil uji sp earman dengan α = 0,05 di dapatkan nilai signifikan dimana ρ = 0,000 nilai koefisien korelasi (rs) = 0,560. Hal ini berarti sign ρ < 0,05 sehingga H1 diterima artinya terdapat hubungan pengetahuan dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk dirt 3 RW 4 Desa Kembangbahu Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, perlu kerjasama dengan berbagai pihak untuk memberantas DBD, bagi petugas kesehatan diharapkan lebih intensif melakukan penyuluhan tentang pencegahan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Keywords: Pengetahuan, perilaku, pemberantasan sarang nyamuk PENDAHULUAN
mencegah berjangkitnya penyakit ini, . …… . … … . nyamuk Aedes Aegypti perlu diberantas.
Perilaku hidup bersih dan sehat Setiap wilayah yang terdapat nyamuk merupakan perilaku seseorang menyangkut
Aedes Aegypti mempunyai resiko untuk kebersihan yang dapat mempengaruhi kejangkitan penyakit Demam Berdarah kesehatannya. Salah satu faktor yang Dengue (DBD). Nyamuk ini berkembang mendukung perilaku hidup bersih dan sehat biak di tempat-tempat penampungan air adalah kesehatan lingkungan. Kesehatan dari seperti bak mandi, tempayan, drum dan suatu komunitas bergantung pada integritas barang bekas yang dapat menampung air lingkungan fisik, nilai kemanusiaan dalam hujan di rumah dan tempat umum. Untuk hubungan sosial, ketersediaan sumber yang diperlukan dalam mempertahankan hidup dan penanggulangan penyakit
Departemen Kesehatan telah menetapkan 5 kegiatan pokok sebagai kebijakan dalam pengendalian penyakit DBD yaitu menemukan kasus secepatnya dan mengobati sesuai protap, memutuskan suatu mata rantai penularan dengan pemberantasan vector (nyamuk dewasa dan jentik- jentiknya), kemitraan dalam wadah POKJANAL DBD (kelompok kerja oprasional DBD), pemberdayaan masyarakat dalam gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN 3M Plus) dan peningkatan profesionalisme pelaksanaan program.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi terjadinya peningkatan kasus, salah satu diantaranya dan yang paling utama adalah dengan memberdayakan masyarakat dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M (menguras, menutup, mengubur). Kegiatan ini telah diintensifkan sejak tahun 1992 dan pada tahun 2000 dikembangkan menjadi 3M Plus yaitu dengan cara menggunakan larvasida, memelihara ikan dan mencegah gigitan nyamuk. Sampai saat ini upaya tersebut belum menampakkan hasil yang diinginkan karena setiap tahun masih terjadi peningkatan angka kematian.
Berdasarkan hasil survey awal di Desa Kembangbahu Kecamatan Kembangbahu didapatkan dari 10 keluarga hanya 3 keluarga (30%) yang sudah melakukan pemberantasan sarang nyamuk, dan 7 keluarga (70%) belum melakukan pemberantasan sarang nyamuk secara maksimal. Mereka hanya memberantas nyamuk besar dengan menggunakan obat nyamuk atau obat - obatan lain tanpa memberantas sarang atau jentik nyamuk. Pada tahun 2012 terdapat 1 kematian anak akibat penyakit demam berdarah. Maka masalah penelitian dari data diatas adalah masih banyak keluarga yang belum melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan maksimal.
Faktor yang dapat mempengaruhi penyakit DBD adalah lingkungan, biologis dan kimiawi. Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhui perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Semakin tinggi tingkat kebersihan lingkungan maka semakin rendah terjadinya penyakit DBD. Pengendalian secara bioligis merupakan pengendalian perkembangan nyamuk dan jentiknya dengan menggunakan hewan atau tumbuhan. Seperti pemeliharaan ikan cupang pada kolam/ sumur yang sudah tak terpakai atau menggunakan dengan bakteri Bt H-14. Pengendalian secara kimiawi adalah cara pengendalian serta pembasmian nyamuk dan jentik dengan menggunakan bahan-bahan kimia misalnya pengasapan/ fogging dengan menggunakan malathion dan fenthion, memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat yang sering menjadi tempat penampungan air. Apabila faktor tersebut diatas mendukung maka tindakan PSN akan berjalan dengan baik tanpa adanya hambatan dan sebaliknya jika faktor tersebut tidak mendukung maka akan timbul penyulit sehingga hal tersebut akan membawa dampak pada keluarga atau masyarakat.
Cara memberantas nyamuk Aedes Aegypti yang tepat guna ialah melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yaitu kegiatan untuk memberantas jentik di tempat berkembang biaknya. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara 3 M plus (menguras, menutup, mengubur, serta menghindari gigitan nyamuk) tempat berkembang biak nyamuk penular penyakit Demam Berdarah Dengue atau usaha lain untuk memberantas jentik seperti abatisasi, memelihara ikan, dll.(Depkes RI, 2005)
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) merupakan suatu metode untuk mencegah penyakit DBD. Pelaksanaanya memerlukan peran serta penyakit agar hasil yang diperoleh maksimal, karena yang melakukan pemberantasan sarang nyamuk ini adalah masyarakat. Tapi dalam kenyataanya masih banyak masyarakat yang belum melakukan pencegahan ini.
Untuk meningkatkan perilaku keluarga dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), kita perlu meningkatkan rasa kepedulian masyarakat khususnnya keluarga terhadap kesehatan lingkungan dengan
2. Karakteristik responden berdasarkan
memberikan pengetahuan tentang kesehatan umur di RT
3 RW
4 Desa
lingkungan khususnya tentang Pencegahan Kembangbahu Kecamatan DBD dan pemberantasan sarang nyamuk. Kembangbahu Kabupaten Lamongan
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden
METODE PENELITIAN
berdasarkan umur di RT 3 RW .… … .…
4 Desa Kembangbahu Kecamatan Kembangbahu
Desain yang digunakan dalam penelitian ini Kabupaten Lamongan adalah analitik korelasional dengan populasi
No. Umur Frekuensi Prosentase
seluruh KK di RT 3 RW 4 Desa
(%)
Kembangbahu Kecamatan Kembangbahu
1. < 20 tahun Kabupaten Lamongan sebanyak 38 KK.
2.
20 6 14,2
- – 35 tahun
Teknik sampling yang digunakan adalah
3. > 35 tahun 29 82,8 simple random sampling dengan sampel
Jumlah 35 100
sebanyak 35 KK. Variabel independen adalah Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa pengetahuan tentang pemberantasan sarang sebagian besar responden berumur lebih dari nyamuk dan variabel dependen adalah 35 tahun yaitu 29 responden (82,8%) dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk. tidak satupun responden yang berumur
Pengumpulan data dengan menggunakan kurang dari 20 tahun yaitu 0% lembar kuesioner. Pengolahan data menggunakan Editing, Coding, Scoring,
3. Karakteristik responden berdasarkan
Tabulating. Analisa data menggunakan uji pendidikan di RT 3 RW 4 Desa
Rank Spearman dengan taraf signifikansi Kembangbahu Kecamatan
0,05.
Kembangbahu Kabupaten Lamongan
Tabel 3. Distribusi frekuensi responden
HASIL PENELITIAN
. … berdasarkan pendidikan di RT 3 RW 4 Desa Kembangbahu Kecamatan Kembangbahu
Data Umum
Kabupaten Lamongan
1. Karakteristik Responden berdasarkan No. Pendidikan Frekuensi Prosentase pekerjaan di RT 3 RW 4 Desa
% Kembangbahu Kecamatan
1. SD 5 14,3 Kembangbahu Kabupaten Lamongan
2. SMP 12 34,3
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden
3. SMA 8 22,8
berdasarkan pekerjaan di RT 3
4. PT 2 5,8
RW 4 Desa Kembangbahu
5. Tidak 8 22,8
Kecamatan Kembangbahu
sekolah
Kabupaten Lamongan
Jumlah 35 100 No Pekerjaan Frekuensi Prosentase
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa
(% )
sebagian responden memiliki pendidikan
1. Petani 25 71,4
SMP yaitu sebanyak 12 responden (34,3%)
2. Wiraswasta 8 22,9
dan sebagian kecil mempunyai pendidikan
3. PNS 2 5,7
sarjana pertguruan tinggi yaitu 2 responden
Jumlah 35 100 (5,8%).
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai pekerjaan sebagai petani yaitu 25 responden (71,4%) dan sebagian kecil responden sebagai PNS yaitu 2 responden (5,7%).
Data Khusus
3. Hubungan pengetahuan dan perilaku
1. Pengetahuan tentang pemberantasan dalam pemberantasan sarang nyamuk
sarang nyamuk di RT 3 RW 4 Desa Tabel 6. Tabulasi Silang hubungan Kembangbahu Kecamatan pengetahuan dan perilaku Kembangbahu Kabupaten Lamongan pemberantasan sarangTabel 4. Distribusi responden nyamuk di RT 3 RW 4 Desa berdasarkan pengetahuan Kembangbahu Kecamatan tentang DBD di RT 3 RW 4 Kembangbahu Kabupaten Desa Kembangbahu Kecamatan Lamongan Kembangbahu Kabupaten
PSN
Lamongan No Pengetahuan Jumlah
Tidak PSN No. Pengetahuan Frekuensi Prosentase PSN
(%)
1. Baik 2(100%) 0(0%) 2(100%)
1. Baik 12 34,28
2. Cukup 15(71,4%) 6(28,6%) 21(100%)
2. Cukup
21
60
3. Kurang 2(16,6%) 10(83,4%) 12(100%)
3. Kurang 2 5,72 Jumlah 35 100 Jumlah 19(54,3%) 16(45,71%) 35(100%)
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa Berdasarkan tabel 6 diketahui sebagian besar responden mempunyai bahwa responden dengan pengetahuan baik pengetahuan cukup tentang pemberantasan sebagian besar melakukan pemberantasan sarang nyamuk yaitu 21 responden (60%) sarang nyamuk yaitu 2 responden (100%) dan sebagian kecil responden mempunyai dan tidak satupun responden yang tidak pengetahuan kurang tentang pemberantasan melakukan pemberantasan sarang nyamuk sarang nyamuk yaitu 2 responden (5,72%). 0%. Responden yang mempunyai
2. Perilaku pemberantasan sarang pengetahuan cukup sebagian besar
nyamuk di RT 3 RW 4 Desamelakukan pemberantasan sarang nyamuk
Kemabangbahu Kecamatan
yaitu 15 responden (71,4%) dan sebagian
Kembangbahu Kabupaten Lamongan kecil tidak melakukan pemberantasan sarang
Tabel 5. Distribusi responden nyamuk yaitu 6 responden (28,6%).
Responden yang mempunyai pengetahuan pemberantasan sarang nyamuk kurang sebagian besar tidak melakukan di RT
3 RW
4 Desa pemberantasan sarang nyamuk yaitu 10 Kembangbahu Kecamatan responden (83,4%) dan sebagian kecil Kembangbahu Kabupaten melakukan pemberantasan sarang nyamuk Lamongan yaitu 2 responden (16,6%).
No. Perilaku Frekuensi Prosentase
Berdasarkan hasil perhitungan
(%)
dengan SPSS yang dilakukan dengan
1. Melakukan 19 54,29
menggunakan uji spearman dengan α = 0,05
PSN
di d apatkan nilai signifikan dimana ρ = 0,000
2. Tidak 16 45,71
nilai koefisien korelasi (rs) = 0,560. Hal ini
melakukan
berarti sign ρ < 0,05 sehingga H1 diterima
PSN
artinya terdapat hubungan pengetahuan dan
Jumlah 35 100
perilaku pemberantasan sarang nyamuk dirt 3 Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa
RW 4 Desa Kembangbahu Kecamatan sebagian besar responden melakukan Kembangbahu Kabupaten Lamongan. pemberantasan sarang nyamuk yaitu 19 responden (54,29%) dan sebagian kecil responden tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk yaitu 16 responden (45,71%).
PEMBAHASAN
.… .…
Tingkat ekonomi juga berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Dengan ekonomi yang mencukupi seseorang dapat memperoleh pengetahuan di tempat pendidikan yang lebih tinggi. Sedangkan orang yang memiliki kehidupan ekonomi kurang mereka hanya mendapatkan pengetahuan yang terbatas dari orang lain. Di desa Kembangbahu sebagian besar memiliki tingkat ekonomi baik sehingga dimungkinkan mereka mempunyai kesempatan untuk mencari informasi lebih banyak.
1. Pengetahuan tentang pemberantasan sarang nyamuk di RT 3 RW 4 Desa Kembangbahu Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan.
Ditinjau dari factor pekerjaan, berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai pekerjaan sebagai petani yaitu 25 responden (71,4%) dan sebagian kecil responden sebagai PNS yaitu 2 responden (5,7%).
Pengetahuan responden didapatkan dari informasi yang datang melalui media massa maupun elektronik. Banyak sekali informasi yang didapat terutama melalui televisi. Walaupun pekerjaan responden sebagian besar petani, tetapi mereka memiliki waktu luang untuk mendapatkan informasi. Pada malam hari adalah waktu paling banyak dimanfaatkan responden untuk mendapatkan informasi melalui televisi.
Informasi yang didapatkan juga berasal dari petugas kesehatan dimana banyak sekali terdapat petugas kesehatan di wilayah Kembangbahu. Letak Puskesmas terdapat di Desa Kembangbahu sehingga masyarakat lebihmudah mendapatkan informasi kesehatan terutama masalah pemberantasan sarang nyamuk.
Ditinjau dari faktor usia berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa sebagian besar responden berumur lebih dari 35 tahun yaitu 29 responden (82,8%) dan tidak satupun responden yang berumur kurang dari 20 tahun yaitu 0%.
Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang. Terdapat factor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain usia, pendidikan, pekerjaan, ekonomi.
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup tentang pemberantasan sarang nyamuk yaitu 21 responden (60%) dan sebagian kecil responden mempunyai pengetahuan kurang tentang pemberantasan sarang nyamuk yaitu 2 responden (5,72%).
Ditinjau dari faktor pendidikan berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa sebagian responden memiliki pendidikan
SMP yaitu sebanyak 12 responden (34,3%) dan sebagian kecil mempunyai pendidikan sarjana pertguruan tinggi yaitu 2 responden (5,8%). Pendidikan SMP termasuk dalam pendidikan dasar. Walaupun sebagian besar responden mempunyai pendidikan dasar tetapi mereka mempunyai keinginan yang kuat untuk memberantas sarang nyamuk. Apalagi terdapat satu kejadian pada tahun 2012 salah satu anak warga RT 3 RW 4 terkena demam berdarah sampai meninggal dunia. Kegiatan yang mereka lakukan terbatas pada kegiatan pemberantasan sarang nyamuk di rumah masing-masing.
nyamuk di RT 3 RW 4 Desa Kembangbahu Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar responden melakukan pemberantasan sarang nyamuk yaitu 19 responden (54,29%) dan sebagian kecil responden tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk yaitu 16 responden (45,71%).
Perilaku yang dilakukan responden di RT 3 RW 4 dipengaruhi oleh banyak factor diantaranya usia, pendidikan, dan pekerjaan.
Ditinjau dari factor usia berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa sebagian besar responden berumur lebih dari 35 tahun yaitu 29 responden (82,8%) dan tidak satupun responden yang berumur kurang dari 20 tahun yaitu 0%. Pada umur tersebut mereka mempunyai kemampuan berfikir lebih matang karena usia yang semakin matang.
Pada umumnya taraf berfikir keluarga yang berumur 20-35 tahun semakin matang dan dewasa sehingga keluarga sadar akan pentingnya pengetahuan pencegahan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) dengan pemberantasan sarang nyamuk. Dengan semakin matangnya usia membuat mereka dapat memilih perilaku yang terbaik untuk mencapai tujuan yang baik pula. Mereka menganggap bahwa memberantas sarang nyamuk adalah merupakan hal yang baik karena dapat mencegah terjadinya penyakit demam berdarah. Selain itu mereka juga takut apabila suatu saat terdapat anggota keluarga yang terkena demam berdarah sehingga berusaha semaksimal mungkin untuk berupaya memberantas sarang nyamuk.
- – hal yang sederhana yang mudah untuk mereka kerjakan.
Ditinjau dari faktor pekerjaan berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai pekerjaan sebagai petani yaitu 25 responden (71,4%) dan sebagian kecil responden sebagai PNS yaitu 2 responden (5,7%). Karena sebagian besar responden bekerja sebagai petani mereka mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk. Hasil wawancara pada responden mereka mengatakan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dilakukan ketika akan memulai pekerjaan di sawah dan setelah pulang dari sawah. Mereka meluangkan waktu untuk kegiatan pemberantasan sarang nyamuk karena ada perasaan takut jika anggota keluarga terkena demam berdarah. Bentuk kegiatan pemberantasan sarang nyamuk yang mereka kerjakan antara lain membersikan rumah dengan menyapu setiap pagi dan sore, membakar sampah setiap hari, menguras tempat penampungan air beberapa hari sekali. Jika malam tiba mereka menggunakan lotion anti nyamuk, obat nyamuk bakar, obat nyamuk semprot dan beberapa keluarga menggunakan kelambu terutama bagi keluarga yang memiliki bayi.
Selain itu sebagian besar responden menganggap bahwa penyakit demam berdarah sangat menakutkan sehingga perlu diberantas.
Ditinjau dari faktor pendidikan berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa sebagian responden memiliki pendidikan
SMP yaitu sebanyak 12 responden (34,3%) dan sebagian kecil mempunyai pendidikan sarjana pertguruan tinggi yaitu 2 responden (5,8%). Pendidikan SMP termasuk dalam pendidikan dasar. Walaupun demikian mereka sangat antusias dengan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk. Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk mereka ketahui dari informasi di media massa. Mereka mengerjakan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk mulai dari hal
3. Hubungan pengetahuan dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk di RT 3 RW 4 Desa Kembangbahu Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan
Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa responden dengan pengetahuan baik sebagian besar melakukan pemberantasan sarang nyamuk yaitu 2 responden (100%) dan tidak satupun responden yang tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk 0%. Responden yang mempunyai pengetahuan cukup sebagian besar melakukan pemberantasan sarang nyamuk yaitu 15 responden (71,4%) dan sebagian kecil tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk yaitu
6 responden (28,6%). Responden yang mempunyai pengetahuan kurang sebagian besar tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk yaitu 10 responden (83,4%) dan sebagian kecil melakukan pemberantasan sarang nyamuk
Berdasarkan hasil perhitungan dengan SPSS yang dilakukan dengan menggunakan uji spearman dengan α = 0,05 di dapatkan nilai signifikan dimana ρ = 0,000 nilai koefisien korelasi (rs) = 0,560. Hal ini berarti sign ρ < 0,05 sehingga H1 diterima artinya terdapat hubungan pengetahuan dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk dirt 3 RW 4 Desa Kembangbahu Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan.
Responden yang memiliki pengetahuan baik sebagian besar melakukan pencegahan sarang nyamuk. Karena mereka tahu bahaya dari nyamuk demam berdarah. Mereka takut jika anggota keluarga menderita penyakit demam berdarah yang dapat mengakibatkan kematian. Pengetahuan tentang pemberantasan sarang nyamuk mereka peroleh dari banyak sumber baik dari media elektronik, media massa maupun dari lebih mengerti bagaimana melakukan petugas kesehatan. tindakan PSN yang benar
Pengetahuan yang didapat kemudian diaplikasikan dalam kehidupan
DAFTAR PUSTAKA . . . . . .
sehari - hari. Misalkan pembuangan sampah tidak di sembarang tempat melainkan Azis Alimul Hidayat, (2007). Metode dikumpulkan kemudian dibakar, mengurang
Penelitian Kebidanan dan Teknik
tempat penampungan air, mengumpulkan .
Analisis Data Jakarta: Salemba
barang bekas untuk dijual agar tidak Medika. menumpuk dirumah, dan kegiatan lain dalam rangka memberantas sarang nyamuk. Budiman Chandra, (2008). Metodologi
Berdasarkan hasil wawancara Penelitian Kesehatan . Jakarta : EGC diketahui bahwa antar keluarga saling Depkes RI, (1992). Petunjuk Teknis mengingatkan dan saling memberi informasi
Penggerakan Pemberantasan Sarang
apabila mereka memiliki pengetahuan baru
Nyamuk (PSN) Demam Beradarah terutama pengetahuan tentang kesehatan.
. Jakarta: Dirjen PP & PL.
Dengeu KESIMPULAN DAN SARAN .
… Depkes RI, (2005). Pencegahan dan .
Pemberantasan Demam Berdarah 1. Kesimpulan Dengue di Indonesia. Jakarta : Dirjen
PP & PL Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
Depkes RI, (2007). Pelatihan Bagi Pelatih 1) Sebagian besar responden
Pemberantasan Sarang Nyamuk
mempunyai pengetahuan baik dalam
(PSN) Demam Berdarah Dengue
pemberantasan sarang nyamuk
Dengan Pendekatan Komunikasi
2) Sebagian besar responden melakukan
Perubahan Perilaku. Jakarta : Dirjen
pemberantasan sarang nyamuk PP & PL
3) Terdapat hubungan antara Effendi, Nasrul, (1998). Dasar-dasar pengetahuan dengan perilaku
Keperawatan Kesehatan Masyarakat .
pemberantasan sarang nyamuk Jakarta : EGC 2. Saran
Mardalis, (2004). Metode Penelitian Suatu 1) Bagi institusi pendidikan kesehatan
Pendekatan Proposal. Jakarta : Bumi
Diharapkan agar lembaga pendidikan Aksara lebih mengembangkan ilmu khususnya tentang pengetahuan Nursalam dan Siti Pariani, (2001). pencegahan DHF sehingga dapat
Pendekatan Praktis Metodologi Riset
dijadikan sebagai acuan bagi pihak
Keperawatan. Jakarta : Salemba
lain dalam mengembangkan wacana Medika tentang pengetahuan pencegahan
Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan DHF.
Metode Penelitian Ilmu Keperawatan ,
2) Bagi Profesi kesehatan Jakarta: Salemba Utama.
Tenaga kesehatan perlu meningkatkan pendidikan kesehatan kepada Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan masyarakat misalnya melalui Metode Penelitian Ilmu Keperawatan,
Jakarta: Salemba medika penyuluhan pada keluarga atau masyarakat tentang pengetahuan
Praktiknya, Ahmad Watik, (2010). Dasar- pencegahan DHF agar masyarakat
dasar Metodologi Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan . Jakarta :
Rajawali Pers Soekidjo Notoatmodjo, (2003). Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta Soekidjo Notoatmodjo, (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku .
Jakarta : Rineka Cipta Soekidjo Notoatmodjo, (2007). Kesehatan
Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta
Soekidjo Notoatmodjo, (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta
Suharsini Arikunto, (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta Wahid Iqbal Mubarok, (2007). Buku Ajar
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :
EGC Wahid, Iqbal dkk, (2007). Promosi
Kesehatan . Jakarta : Graha Ilmu