FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPA (3)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA UMKM DI KABUPATEN BOGOR
Puspita Putri Afianti
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta puspitaputria@gmail.com
Abstract
This study was aimed to test the impact of UMKM enterpreneurs’ perception, entities’ age, and the socialization and training of Without Public Accountability Entities SAK (SAK ETAP)
implementation. Purposive sampling method with roscoe formula was used in data gathering. There were 89 shoes and sandals UMKM enterpreneurs in Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor participated in this study. Data collected were tested using multiple regression analysis with 5% level of significance. Result from this study showed that the UMKM enterpreneurs’s perception and entities’ age failed to have any significant impact to the implementation of SAK ETAP, while the socialization and trainings were found to have positive significant contributions to it.
Key words: Perception, entities age, socialization, training, implementation of SAK ETAP, UMKM, SAK ETAP
Abstrak
Penelitian ini melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) pada UMKM di Kabupaten Bogor. Pengujian persepsi pengusaha UMKM, umur usaha, serta sosialisasi & pelatihan terhadap penerapan SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) menggunakan survei yang dilakukan dengan mendatangi langsung responden. Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan menentukan jumlah sampel berdasarkan rumus Roscoe. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 89 responden yang merupakan pengusaha UMKM pada bidang industri sepatu sandal di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Data penelitian diuji menggunakan analisis regresi berganda dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian tidak dapat memberi bukti bahwa persepsi pengusaha dan umur usaha berpengaruh positif terhadap penerapan SAK ETAP sedangkan sosialisasi & pelatihan berpengaruh positif terhadap penerapan SAK ETAP.
Kata Kunci: Persepsi Pengusaha UMKM, Umur Usaha, Sosialisasi, Pelatihan, Penerapan SAK ETAP, Usaha Mikro Kecil dan Menengah, SAK ETAP
PENDAHULUAN
UKM (karena tidak tahu berapa keuntungan bersih bisnisnya) mencampur uang pribadi dan
menjadi satu. perekonomian Indonesia bergantung pada
Modal utama
pembangunan
perusahaan
(www.kompasiana.com)
keberadaan UMKM yang handal dan kuat. Memang kita sadari bahwa disiplin Kedudukannya sebagai pemain utama dan
melakukan pembukuan belum membudaya di tulang punggung dalam kegiatan ekonomi di
Indonesia. Banyak UMKM yang belum sadar berbagai sektor, yaitu: penyedia lapangan
akan pentingnya pencatatan akuntansi atau kerja yang terbesar, pemain penting dalam
laporan keuangan dalam usahanya karena pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan
terlalu fokus pada proses produksi dan pemberdayaan masyarakat, pencipta pasar
operasionalnya. Terlebih lagi bentuk UMKM baru dan sumber inovasi, serta sumbangannya
didominasi perusahaan dalam menjaga neraca pembayaran melalui
yang
lebih
mengakibatkan kurangnya kegiatan ekspor. Itu telah terbukti ketika krisis
perseorangan
kebutuhan untuk membuat laporan keuangan menerpa pada periode tahun 1997 –1998,
yang sesuai standar akuntansi. Bentuk hanya UMKM yang mampu tetap berdiri
perusahaan perseorangan juga menyebabkan kokoh.
pemisahan keuangan bagi diri pribadi pemilik Keberhasilan UMKM dalam menghadapi
usaha dengan kegiatan usahanya seringkali masa krisis tidak serta merta menjadikan
juga tidak dilakukan. Akibatnya, terkadang mereka mampu menjaga kelangsungan
sulit diketahui dengan pasti usahanya dengan baik. Banyak hambatan dan
sangat
perkembangan usahanya. Hanya perusahaan kendala, baik yang bersifat internal maupun
besar, atau yang telah masuk ke bursa efek (go eksternal yang harus dihadapi para pelaku
public ) umumnya secara kontinyu melakukan UMKM, seperti aspek keuangan, sumber daya
pembukuan dengan baik. Bahkan laporan manusia (SDM), iklim usaha, infrastruktur dan
keuangannya disusun oleh akuntan publik. pemasaran sehingga walaupun memiliki peran
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyadari yang strategis bagi ekonomi namun upaya
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mengembangkan
bagi perekonomian nasional harus didukung bukanlah hal yang mudah (Bank Indonesia,
akses keuangan yang baik agar industri 2015).
tersebut semakin berkembang. Kurangnya Belum adanya kesamaan mindset antara
akses ke layanan keuangan dan melek persyaratan bank yang harus dipenuhi oleh
rendah menghambat UMKM, termasuk ketersediaan laporan
finansial
yang
perkembangan UMKM di Indonesia. Pada keuangan dan bussines plan (rencana
akhir Februari 2016, pinjaman dalam negeri pengembangan usaha) merupakan kendala
untuk UMKM hanya sebesar Rp728,97 triliun, yang menyebabkan minimnya akses keuangan
atau 18%, jika dibandingkan dengan total UMKM. Padahal dengan adanya laporan
kredit sebesar Rp3.998.09 triliun. Selain itu, keuangan akan memungkinkan pemilik
UMKM adalah segmen dengan indeks relatif memperoleh data dan informasi yang tersusun
rendah melek finansial. Hal ini berdasarkan secara sistematis. Laporan keuangan berguna
survei yang dilakukan oleh OJK pada tahun bagi pemilik untuk dapat memperhitungkan
2013, di mana tingkat melek finansial berdiri keuntungan yang diperoleh, mengetahui
di 21,84% dan tingkat inklusi keuangan berapa tambahan modal yang dicapai dan juga
mencapai 59,74%.
dapat mengetahui bagaimana keseimbangan Pemerintah telah berupaya mengatasi hak dan kewajiban yang dimiliki sehingga
permasalahan tersebut dengan menetapkan setiap keputusan yang diambil oleh pemilik
sebuah peraturan yang mewajibkan UMKM dalam mengembangkan usahanya akan
untuk melakukan pencatatan akuntansi yang didasarkan pada kondisi konkret keuangan
baik yang tertuang dalam Peraturan yang dilaporkan secara lengkap bukan hanya
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 didasarkan pada asumsi semata.
Tahun 2013 tentang pelaksanaan Undang- Kebanyakan bisnis kecil atau usaha kecil
Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha menengah (UKM) tidak pernah bertahan
Mikro, Kecil dan Menengah. Dalam pasal 48 sampai lima tahun. Penyebabnya? 1. menyatakan pembinaan dan pengawasan
Pengusaha UKM tidak tahu berapa sebenarnya terhadap usaha mikro, usaha kecil, dan usaha keuntungan bersih bisnisnya; 2. Pengusaha
menengah yang telah memperoleh izin usaha menengah yang telah memperoleh izin usaha
pemerintah, perusahaan swasta, dan juga kewenangannya. Selanjutnya. Pada pasal 49
sesuai
dengan
perguruan tinggi negeri, misalnya Dinas ditegaskan dalam rangka pembinaan dan
Koperasi & UMKM Pematang Siantar pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
menjadikan program pelatihan akuntansi pasal 48, pemegang izin usaha wajib
sebagai salah satu program kerja tahunan menyusun pembukuan kegiatan usaha.
mereka, Prodi Akuntansi FE Unjani Saat ini sebagian UMKM telah mulai
memberikan pelatihan SAK ETAP bagi menyusun laporan keuangan meskipun
UMKM se Kota Cimahi atau seperti Kadin terbatas untuk memenuhi persyaratan kredit
yang menggandeng PwC untuk melakukan ataupun
pelatihan kepada UMKM sebagai bentuk perpajakan. Pelaksanaan pembuatan laporan
dalam pemenuhan
kewajiban
keprihatinannya pada UMKM yang hanya 5% keuangan sendiri memerlukan keterampilan
dari jumlahnya memahami masing-masing dan pengetahuan mengenai pembukuan
keuangannya . akuntansi. Hal ini masih sulit dilakukan karena
laporan
(www.bisniskeuangan.kompas.com) keterbatasan pengetahuan pelaku UMKM,
Hal ini tentu tidak hanya berguna bagi rumitnya proses akuntansi, dan anggapan
rangka mendapatkan bahwa laporan keuangan bukanlah hal yang
UMKM
dalam
permodalan. Ketersediaan laporan keuangan penting bagi UMKM (Said, 2009; dalam
yang memadai akan menyajikan informasi dan Rudiantoro dan Siregar, 2012) Selain itu,
keuangan mengenai kondisi perusahaan yang beberapa alasan UKM yang sering kita dengar
lebih relevan, sehingga pelaku UMKM akan masih enggan melaksanakan pembukuan ialah
mampu melakukan pengambilan keputusan penyediaan sarana dan prasarana pembukuan,
bisnis terkait usaha yang dibangunnya dengan harus
lebih baik di masa yang akan datang. Selain pelaksananya, penggunaan uang yang tidak
itu, pembuatan laporan keuangan yang layak terstruktur antara untuk kegiatan usaha dengan
akan memudahkan perusahaan dalam mencari keperluan pribadi dan adanya tambahan dana
mau membantu yang harus dikeluarkan.
investor
yang
mengembangkan UMKM. Dengan demikian Terkait dengan kondisi tersebut, untuk
potensi UMKM untuk terus tumbuh dan mempermudah UMKM dalam penyusunan
berkembang akan semakin baik dalam jangka laporan keuangan dan akan pentingnya
panjang.
standardisasi laporan keuangan yang lebih Di wilayah Kabupaten Bogor sendiri, salah sederhana, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
satunya di sentra UMKM sepatu dan sandal melalui Dewan Standar Akuntansi Keuangan
Kecamatan Ciomas, berdasarkan data pra (DSAK) pada tanggal 19 Mei 2009 telah
penelitian yang telah dilakukan menunjukkan mengesahkan Standar Akuntansi untuk Entitas
bahwa sebagian besar UMKM belum Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) yang
menerapkan SAK ETAP dalam sistem ditujukan
khusus bagi entitas tanpa pencatatan dan pembukuan mereka. Hal ini akuntabilitas publik yaitu salah satunya
sangat disayangkan mengingat UMKM dan telah berlaku efektif per 1 Januari
perkembangan industri di Kabupaten Bogor 2011.
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan Sebagai langkah awal untuk menerapkan SAK
yang didominasi oleh usaha kecil dan ETAP secara keseluruhan, peran sosialisasi
menengah dibandingkan dengan usaha besar. atau pelatihan bagi UMKM sangat diperlukan
Perkembangan industri di Kabupaten Bogor agar mereka mengetahui dan memahami
disajikan dalam Tabel I.1. Selain itu, tujuan dan cara penerapan standar tersebut.
Kabupaten Bogor juga sebagai penyumbang Umumnya proses sosialisasi yang dilakukan
PDRB terbesar kedua setelah Kabupaten IAI meliputi publikasi penetapan dan
Bekasi terhadap PDRB Jawa Barat. Melihat pengesahan SAK ETAP melalui berbagai
kondisi ini, apabila UMKM dikelola dan media cetak dan sarana komunikasi lainnya,
dikembangkan dengan baik tentunya akan yakni dengan penerbitan buku SAK yang
dapat mewujudkan usaha menengah yang dijual dan disebarluaskan kepada publik,
tangguh.
penyelenggaraan berbagai pelatihan, kursus Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dan seminar bagi pengguna SAK ETAP
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian maupun pihak lain yang berkepentingan.
tentang kesiapan implementasi SAK ETAP tentang kesiapan implementasi SAK ETAP
yang
Mempengaruhi
menjaga eksistensi usaha tersebut.
Penerapan Standar Akuntansi Keuangan
Growth merupakan kebutuhan yang pada
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
dasarnya tercermin pada keinginan seseorang
ETAP) pada UMKM
untuk tumbuh dan berkembang, misalnya pada Kabupaten Bogor ”.
di Wilayah
peningkatan keterampilan dalam bidang pekerjaan atau profesi seseorang yang memungkinkan meraih apa yang secara umum disebut sebagai kemajuan dalam perjalanan hidup
Dalam kehidupan organisasional, kebutuhan untuk meraih
seseorang.
kemajuan tercermin pada dorongan untuk mencapai prestasi sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Standar tersebut dapat berupa standar yang ditetapkannya sendiri atau
standar yang sudah berlaku secara umum dan harus ditaati.
Kebutuhan pemilik usaha akan eksistensi usaha, hubungan dengan pihak lain,dan perkembangan usaha dapat dipenuhi dengan menerapkan SAK ETAP (Standar Akuntansi
TELAAH LITERATUR DAN
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Publik). Berdasarkan ruang lingkup SAK ETAP, Standar Akuntansi Keuangan untuk
Teori ERG
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK Penelitian ini dilandasi dengan teori ERG yang
ETAP) dimaksudkan untuk digunakan oleh dikembangkan oleh Clayton Alderfer dari
entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas Univesitas Yale. Clayton Alderfer berpendapat
tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang bahwa manusia mempunyai tiga kelompok
tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan kebutuhan inti, yaitu eksistensi/existence,
dan menerbitkan laporan keuangan untuk hubungan/relatedness,
tujuan umum (general purpose financial perkembangan/growth (Siagian, 2004)
dan
statement ) bagi pengguna eksternal. Menurut teori ini, eksistensi seseorang
adalah kebutuhan yang mendasar yang
Technology Acceptance Model (TAM)
merupakan kebutuhan nyata setiap orang TAM merupakan pengembangan TRA untuk mempertahankan eksistensinya itu
dan memprediksi penerimaan pengguna secara terhormat. Mempertahankan eksistensi
terhadap teknologi. TAM percaya bahwa bukan hanya dapat terpenuhinya kebutuhan
informasi dapat dasar
penggunaan
sistem
kinerja seseorang atau mempertahankan semua yang dimiliki oleh
manusia, namun
organisasi, serta mempermudah pemakainya manusia itu sendiri, antara lain harta kekayaan,
dalam menyelesaikan pekerjaan (Dasgupta, jabatan, status sosial, perusahaan dan lain-lain.
2002). Menurut Davis dalam Jogiyanto (2007) Relatedness atau hubungan mencakup
TAM adalah sebuah teori yang dirancang kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang
untuk menjelaskan bagaimana pengguna lain. Setiap orang ingin mengaitkan
mengerti dan menggunakan sebuah teknologi keberadaannya dengan orang lain dan dengan
informasi. TAM menggunakan TRA dari lingkungannya. Dalam hal bisnis, kebutuhan
Fishbein dan Ajzen yang digunakan untuk berinteraksi ditunjukkan adanya kerjasama
melihat bagaimana tingkat adopsi responden bisnis antara para pengusaha. Kerja sama
dalam menerima teknologi informasi. Menurut tersebut dapat terjadi antara pengusaha dengan
Davis (1989) seperti yang dikutip oleh Wijaya bank dalam hal pemenuhan modal. Atau dapat
(2005:39), tujuan utama TAM adalah untuk berupa hubungan antara konsumen dan
untuk penelusuran supplier dalam hal pemenuhan pesanan atau
memberikan
dasar
eksternal terhadap jual beli. Hubungan baik yang dibangun oleh
pengaruh
faktor
kepercayaan, sikap, dan tujuan pengguna. TAM menganggap bahwa 2 keyakinan kepercayaan, sikap, dan tujuan pengguna. TAM menganggap bahwa 2 keyakinan
dengan perilaku menggunakan sistem tersebut penggunaan (perceived easy of use), adalah
untuk menyelesaikan tugas. pengaruh utama untuk perilaku penerimaan
Penelitian-penelitian sebelumnya komputer.
menunjukkan bahwa konstruk kegunaan Wijaya (2005:39) menyatakan bahwa
(perceived usefulness ) TAM mendeskripsikan terdapat dua faktor
persepsian
mempengaruhi secara positif dan signifikan yang secara dominan mempengaruhi integrasi
terhadap penggunaan sistem informasi teknologi. Faktor pertama adalah persepsi
(misalnya Davis, 1989; Chau, 1996; Igbaria et pengguna terhadap manfaat teknologi.
al., 1997; Sun, 2003) Penelitian-penelitian Sedangkan faktor kedua adalah persepsi
sebelumnya juga menunjukkan bahwa pengguna terhadap kemudahan penggunaan
kegunaan persepsian (perceived usefulness) teknologi.
merupakan konstruk yang paling banyak mempengaruhi kemauan untuk memanfaatkan
signifikan dan penting yang mempengaruhi teknologi. Selanjutnya kemauan
sikap (attitude), niat (behavioral intention), memanfaatkan teknologi akan mempengaruhi
untuk
(behavior) di dalam penggunaan teknologi yang sesungguhnya.
dan
perilaku
menggunakan teknologi dibandingkan dengan Pada umumnya penguna teknologi akan
konstruk lainnya. Sebaliknya, penelitian memiliki persepsi positif terhadap teknologi
Karahna dan Limayem pada tahun 2000 yang yang disediakan. Persepsi negatif akan muncul
menggunakan variabel karakteristik tugas sebagai dampak dari penggunaan teknologi
dalam penelitiannya memperoleh hasil bahwa tersebut. Artinya persepsi negatif berkembang
penentu penggunaan sistem informasi dengan setelah pengguna pernah mencoba teknologi
konstruk perceived usefulness dan (perceived tersebut atau pengguna berpengalaman buruk
of ease use ) berbeda untuk tugas-tugas yang terhadap penggunaan teknologi tersebut.
berbeda.
Sehingga model TAM dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan upaya-upaya
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
yang diperlukan untuk mendorong kemauan
(UMKM)
menggunakan teknologi. Secara umum, Usaha Mikro, Kecil, dan Menurut Jogiyanto (2007), persepsi
Menengah (UMKM) merupakan unit usaha kemudahan penggunaan (perceived ease of
yang dikelola oleh suatu kelompok masyarakat use ) terhadap sebuah informasi menunjukkan
atau keluarga (Wahyudi, 2009). Selain itu, sejauh mana seseorang percaya bahwa
UMKM didefinisikan sebagai entitas yang menggunakan suastu informasi tertentu
tidak memiliki akuntabilitas publik tetapi yang dengan mudah, bebas atau tidak diperlukan
mempublikasikan laporan keuangan untuk usaha apapun. Sedangkan kegunaan adalah
tujuan umum, meliputi entitas yang memiliki nilai fungsi dari suatu benda atau informasi
efek yang diperdagangkan di bursa efek (Price yang
Waterhouse Coopers, 2009) Definisi lain memperingan, dan mempunyai makna atau arti
dapat membantu
memudahkan,
terkait usaha kecil dikemukakan oleh M. dari hal tersebut (Rahmat, 2003:85)
Tohar bahwa usaha kecil adalah kegiatan Minat penggunaan system atau
ekonomi rakyat yang berskala kecil, dan teknologi
memenuhi kekayaan bersih atau hasil perusahaan merencanakan dan mengatur
serta kepemilikan sistem informasi dalam mencapai manfaat
penjualan
tahunan
sebagaimana diatur dalam undang-undang potensial dan efektif (Croteau dan Bergeron,
(Tohar, 2001).
1992). Sistem informasi diterapkan sesuai dengan strategi bisnis. Oleh karenanya,
Standar Akuntansi Keuangan Entitas
perusahaan dapat mengadopsi berbagai tipe
Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
penggunaan sistem tergantung pada strategi Menurut SAK ETAP (2009:1) Standar bisnisnya. Persepsi tentang kemudahan dalam
Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa menggunakan sistem informasi merupakan
Publik (SAK ETAP) faktor yang dominan untuk menjelaskan
Akuntabilitas
dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa persepsi dari manfaat dan penggunaan suatu
publik. Entitas tanpa sistem. Persepsi tentang manfaat mempunyai
akuntabilitas
akuntabilitas publik adalah entitas yang: pengaruh yang kuat terhadap penggunaan akuntabilitas publik adalah entitas yang: pengaruh yang kuat terhadap penggunaan
b. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement ) bagi pengguna eksternal
Walaupun demikian,
entitas yang
memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK ETAP. Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika:
1. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau
2. Entitas menguasai
aset
dalam
kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi.
Dari pernyataan di atas, jelas mengandung makna bahwa entitas kecil dan menengah yang dimaksud oleh SAK ETAP adalah entitas kecil menengah non-listed atau entitas yang tidak masuk dalam bursa saham. Artinya ada dua standar akuntansi yang berbeda yang dijadikan acuan dalam penyusunan dan pelaporan keuangan. Ini berarti juga akan ada standar pengukuran dan pengungkapan yang berbeda dari masing-masing standar akuntansi tersebut. Di satu sisi ada SAK ETAP yang khusus ditujukan untuk entitas kecil menengah yang non-listed, di sisi lain ada SAK umum, dalam hal ini PSAK yang ditujukan untuk entitas lainnya, termasuk entitas kecil menengah jika entitas tersebut termasuk listed company. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh suatu entitas nantinya harus menyebutkan bahwa laporan keuangan tersebut telah dinyatakan sesuai dengan standar akuntansi yang digunakan, apakah SAK ETAP atau PSAK.
Penerapan SAK
Entitas
Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
Studi terhadap
penerapan
SAK
memberikan bukti bahwa Standar Akuntansi yang dijadikan pedoman dalam penyusunan laporan keuangan memberatkan bagi UKM (Wahdini & Suhairi, 2006). Dalam penelitian Wahdini dan Suhairi (2006) studi yang sama juga pernah dilakukan di beberapa negara, dan menyimpulkan bahwa Standar Akuntansi yang dijadikan pedoman dalam penyusunan laporan keuangan overload (memberatkan) bagi UKM
(Williams, Chen, & Tearney, 1989; Knutson & Hendry, 1985; Nair & Rittenberg 1983; Wishon 1985).
Sekalipun
memberatkan,
penelitian tentang jenis informasi akuntansi yang disajikan dan digunakan oleh perusahaan kecil di Australia mengungkapkan bahwa informasi akuntansi utama yang banyak disiapkan dan digunakan perusahaan kecil adalah informasi yang diharuskan menurut undang-undang (statutory), yaitu Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas (Homes & Nicholls, 1989).
Standar akuntansi keuangan tidak lepas dari perihal informasi akuntansi, di mana standar keuangan keuangan merupakan tata cara formal yang berlaku sebagai acuan penyusunan laporan keuangan. Belkaoui (2000) mendefinisikan informasi akuntansi sebagai informasi kuantitatif tentang entitas ekonomi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi dalam menentukan pilihan-pilihan diantara alternatif-alternatif tindakan.
Kekurangan informasi akuntansi dalam manajemen perusahaan dapat membahayakan perusahaan kecil. Kondisi keuangan yang memburuk dan kekurangan catatan akuntansi akan membatasi akses untuk memperoleh informasi yang diperlukan, sehingga akan menyebabkan kegagalan perusahaan (Haswell dan Holmes, 1989; dalam Astuti, 2007).
Tarmizi (2013) mengukur penerapan SAK ETAP menggunakan 3 indikator, yaitu akuntabilitas, tujuan
dan kelengkapan informasi sesuai SAK ETAP. Menurut Eni Minarni (2014) implementasi SAK ETAP dapat diukur dengan 7 indikator terkait pemahaman pengukuran, pengungkapan dan penyajian akun-akun yang tercantum dalam standar ETAP, yaitu: (1) penyajian laporan keuangan dengan menghilangkan pos-pos yang diatur dalam SAK-ETAP, (2) Proses penyajian laporan laba/rugi tanpa harus menyajikan laba/rugi komprehensif, (3) Proses pengungkapan modal, (4) Proses penyajian arus kas dengan menggunakan metode tidak langsung, (5) proses pengukuran properti investasi dengan menggunakan biaya, (6) proses pengakuan dan pengukuran aset tidak berwujud, (7) pembebanan biaya pinjaman langsung dibebankan.
Sedangkan Supadmi (2015) mengukur implementasi SAK ETAP dengan 6 indikator yang diadopsi dari SAK ETAP, yaitu: (1)
Mengakui semua aset dan kewajiban sesuai dimana seseorang percaya bahwa teknologi SAK ETAP, (2) Tidak mengakui aset dan
tersebut dapat dengan mudah dipahami dan kewajiban jika tidak diijinkan oleh SAK
digunakan.
ETAP, (3) Mereklasifikasi pos-pos yang Persepsi Kegunaan adalah suatu tingkatan sebelumnya menggunakan SAK yang berlaku
dimana seseorang percaya bahwa suatu umum menjadi SAK ETAP, (4) Menerapakan
teknologi tertentu akan pengukuran aset dan kewajiban yang diakui
penggunaan
meningkatkan prestasi kerja orang tersebut sesuai SAK ETAP, (5) SAK ETAP membantu
(Davis 1989: 320). Adamson dan Shine (2003) pengontrolan masuk dan keluar keuangan
mendefinisikan Persepsi Kegunaan sebagai perusahaan, (6) SAK ETAP memberi
konstruk kepercayaan seseorang bahwa kemudahan dalam penyajian laporan keuangan
penggunaan sebuah teknologi tertentu akan perusahaan.
mampu meningkatkan kinerja mereka.
H 1 : Terdapat pengaruh antara persepsi
Persepsi Pengusaha UMKM
pengusaha UMKM terhadap penerapan Sesuai dengan perkembangan UMKM
SAK ETAP
dalam melaporkan laporan keuangannya, kini telah
Umur Usaha
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik Menurut Widiastuti (2002) dalam (SAK ETAP). Penerapan standar akuntansi ini
Rahmawati (2012:187) menyatakan diharapkan dapat memberi gambaran kinerja
bahwa: “Umur perusahaan dapat menunjukkan manajemen UKM di masa lalu dan prospek di
bahwa perusahaan tetap eksis dan mampu masa depan, sehingga dapat dipercaya dan
Sedangkan menurut Ulum diandalkan baik oleh pengurus maupun oleh
bersaing”.
(2009:173) umur dalam suatu perusahaan anggota UKM dan pihak eksternal yang
adalah: “Bagian dari dokumentasi yang memiliki kepentingan lain yang berhubungan
menunjukkan tentang apa yang tengah dan dengan UKM. Sejak diberlakukannya SAK
yang akan diraih oleh perusahaan.” ETAP, persepsi dari berbagai pihak muncul
Nugroho (2012) mendefinisikan umur sebagai tanggapan atas tingkat efektifitas,
perusahaan sebagai berikut: efisiensi,
merupakan awal kegunaan (kebermanfaatan) adanya standar
perusahaan melakukan aktivitas operasional yang baru (Supadmi, 2015). Pada dasarnya,
hingga dapat mempertahankan going concern sebuah perubahan sistem yang mampu
perusahaan tersebut atau mempertahankan memberikan kegunaan pada penggunanya
eksistensi dalam dunia bisnis.” maka sistem tersebut akan diterima dengan
Pengukuran umur perusahaan dihitung baik dan begitu pula sebaliknya, apabila sistem
sejak berdirinya perusahaan sampai dengan tersebut tidak bermanfaat atau menyulitkan
data observasi (annual report) dibuat (latifah maka akan ditinggalkan oleh penggunanya
et al, 2011). Umur perusahaan harus diukur (Robbins, 2002). Wibowo (2006) mengatakan
dari tanggal pendiriannya maupun dari tanggal bahwa persepsi kemudahan penggunaan
terdaftarnya di BEI. Umur perusahaan dalam sebuah teknologi didefiniskan sebagai suatu
penelitian Owusa dan Ansah (2000) ukuran dimana seseorang percaya bahwa
menggunakan umur perusahaan dari tanggal sebuah informasi dengan mudah dapat
perusahaan terdaftar di bursa efek. Menurut dipahami dan digunakan. Fitakurokkmah
Elyana (2016) umur usaha diukur dari sejak (2013) dalam penelitiannya menyatakan
pertama kali usaha didirikan hingga penelitian bahwa persepsi kegunaan dan persepsi
dilakukan.
kemudahan penggunaan berpengaruh positif
H 2 : Terdapat pengaruh antara umur usaha dalam penggunaan SAK ETAP oleh BPR di
terhadap penerapan SAK ETAP Malang Raya. Persepsi kemudahan merupakan tingkatan
Sosialisasi dan Pelatihan
dimana seseorang percaya bahwa teknologi Kegiatan sosialisasi dan pelatihan terkait mudah untuk dipahami (Davis, 1989: 320).
pembukuan bagi UMKM memiliki andil yang Definisi tersebut juga didukung oleh Wibowo
cukup besar dalam mensukseskan sosialisasi (2006) yang menyatakan bahwa persepsi
dan pelatihan sebagai wujud pengembangan tentang kemudahan penggunaan sebuah
UMKM baik yang dilakukan oleh pemerintah teknologi didefinisikan sebagai suatu ukuran
maupun instansi swasta. Berbagai media maupun instansi swasta. Berbagai media
Desember 2016 hingga Januari 2017. membawa pesan moral terhadap pentingnya
Objek penelitian ini merupakan pemilik pembukuan bagi perkembangan usaha mereka.
usaha yang berada di wilayah Kabupaten Menurut Firmansyah (2013), konstruk
Bogor. Para pelaku UMKM tersebut akan pelatihan dapat diukur menggunakan variabel
pertanyaan-pertanyaan dalam pengalaman usaha berdasarkan konsep Astuti
menjawab
kuesioner yang disusun oleh peneliti. (2005) dengan indikator: (1) Keikutsertaan responden dalam kegiatan pelatihan, (2)
Metode Penelitian
Perlunya pelatihan sesuai bidang usaha untuk Metode yang digunakan dalam penelitian meningkatkan
ini adalah metode kuantitatif. Menurut mengikuti pelatihan, dan (4) Pelatihan penting
Sugiyono (2012:23) dikatakan metode untuk memperbaiki kinerja.
kuantitatif karena data penelitian berupa Sosialisasi SAK ETAP dimaksudkan
angka-angka dan analisis menggunakan sebagai suatu mekanisme penyampaian
statistik. Dan untuk menjawab rumusan informasi mengenai SAK ETAP kepada
masalah dalam penelitian ini akan dilakukan pelaku UMKM sebagai target penggunanya
uji regresi berganda.
melalui berbagai pola dan bentuk kegiatan,
dilakukan melalui baik secara langsung maupun tidak langsung
Penelitian
ini
penggunaan data primer yang diperoleh yang bertujuan untuk membuat pelaku UMKM
berdasarkan penyebaran kuesioner kepada menjadi tahu bahkan memahami SAK ETAP.
responden, pelaku UMKM di wilayah Sebagai kelanjutannya, diharapkan informasi
Kabupaten Bogor. Penyebaran kuesioner mengenai standar ini mendorong implementasi
dilakukan untuk memperoleh informasi SAK ETAP pada UMKM ke depannya dalam
mengenai persepsi pengusaha UMKM (X1), membantu
umur usaha (X2), sosialisasi & pelatihan (X3) manajemen
pengembangan
keterampilan
dan penerapan SAK ETAP (Y). mendukung pengambilan keputusan bagi UMKM.
Populasi dan Sampel
H 3 : Terdapat pengaruh antara sosialisasi Menurut Sugiyono (2012), populasi dan pelatihan terhadap penerapan SAK
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas ETAP
obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
Berdasarkan pembahasan tersebut maka peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kerangka
kesimpulannya. Dalam penelitian ini, populasi digambarkan sebagai berikut:
yang diambil adalah seluruh pengusaha UMKM dari berbagai sektor industri yang
Gambar II.1
terdapat di wilayah Kabupaten Bogor
Kerangka Pemikiran Model Penelitian
sebanyak 1.800 unit (BPS Kab. Bogor, 2015). Mengingat besarnya jumlah populasi pada
penelitian ini sehingga dalam penentuan
Variabel Independen
Variabel Dependen
H 1 sampel, peneliti menggunakan metode
X 1 Persepsi Pengusaha UMKM
purposive sampling. yaitu penarikan sampel
Faktor-Faktor yang
X 2 H 2 Mempengaruhi Penerapan
berdasarkan pertimbangan tertentu dengan
Umur Usaha
SAK ETAP
tujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa
X 3 Sosialisasi & Pelatihan representatif (Sugiyono, 2010). Kriteria-
(Y)
H 3 Sumber: Data diolah oleh peneliti (2016) kriteria yang dibutuhkan untuk penentuan
sampel ialah:
a. Industri Kecil Menengah produk alas kaki
METODOLOGI PENELITIAN
yang terletak di Kecamatan Ciomas dan terdaftar dalam laporan tahunan kecamatan
Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
b. Industri yang masih beroperasi sampai Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh
dengan akhir tahun 2016 data bersumber dari UMKM yang tersebar di
c. Industri yang berproduksi tiap bulannya wilayah Kabupaten Bogor. Penelitian yang
d. Industri yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini
Penentuan jumlah sampel didasarkan atas teori terdapat dalam SAK ETAP (Tarmizi, 2013) menurut Roscoe dalam Sugiyono (2009)
dan (Supadmi, 2015).
memberikan rule of thumbs mengenai sampel Pengukuran setiap dimensi variabel size adalah sebagai berikut :
penerapan SAK ETAP dilakukan sesuai
a. Sampel size lebih dari 30 dan kurang dari dengan standar ETAP dengan menggunakan 500 adalah tepat untuk semua riset.
skala likert 1-5, yaitu poin 1 untuk
b. Kalau sampel dibagi menjadi sampel, maka menggambarkan bahwa penerapan SAK minimum berjumlah 30 untuk tiap kategori;
ETAP tersebut sangat tidak baik atau sangat
c. Pada studi multivariate, sampel harus rendah diterapkan dan digunakan, poin 2 untuk beberapa kali lebih besar dari jumlah
tingkat penggunaan yang rendah atau kurang variabel dalam studi (misalnya 10 x jumlah
baik, poin 3 untuk tingkat penggunaan cukup variabel);
baik poin 4 untuk penggunaan yang tinggi atau
d. Untuk riset eksperimen dengan kontrol baik, dan poin 5 untuk penggunaan yang ketat, sampel size cukup besar 10-20.
sangat tinggi atau sangat baik. Sehingga didapatkan hasil purposive sampling , didapatkan sampel sebanyak 152
Persepsi Pengusaha UMKM
unit UMKM yang terdaftar di Laporan Persepsi pengusaha UMKM merupakan Tahunan Kecamatan Ciomas 2015. Dari 152
gambaran yang dimiliki pengusaha kecil dan unit UMKM yang semuanya bergerak di
menengah atas nilai informasi akuntansi untuk bidang industri alas kaki sandal sepatu,
usahanya. Pengembangan akhirnya diperoleh 124 unit UMKM yang
kelangsungan
penelitian Davis et. al (1989) tentang model memenuhi persyaratan penelitian ini. Dan
penerimaan teknologi, bahwa ada enam item yang layak untuk diolah ialah sebesar 89 unit
untuk membentuk persepsi kegunaan dan UMKM. Sedangkan, metode analisis dalam
enam item pula untuk persepsi kemudahan penelitian ini merupakan regresi linier
penggunaan, yakni: (1)Work More Quickly, berganda maka sesuai dengan saran Roscoe
(2)Job Performance, (3)Increase Productivity, dalam Sugiyono (2012) pada poin 3 di atas,
(4)Effectiveness, (5)Makes Job Easier, (6) penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini
Useful,(7) Easy of Learn, (8)Clear & adalah: 20x lebih besar dari jumlah variabel.
Understandable, (9)Flexible, (10) Ease Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2
to Use, (11)Controllable, (12)Easy to Become variabel bebas dan 1 variabel terikat yang diuji
Skillful,
melalui kuesioner, sehingga jumlahnya ialah
20 x 3 variabel = 60 sampel minimal yang
Umur Usaha
diambil untuk penelitian terdiri dari pengusaha Menurut Wulandary (2010) mengukur UMKM sandal sepatu Kecamatan Ciomas
variabel umur perusahan berdasarkan tahun Kabupaten Bogor.
sejak pendirian perusahaan sampai dengan penelitian
ini
dilakukan.Instrumen ini
Operasionalisasi Variabel Penelitian
dikembangkan oleh Nicholls dan Holmes Pada penelitian ini terdapat variabel
(1988) dan juga dipakai oleh Grace Trianna independen dan variabel dependen. Menurut
Solovida (2010), dan Era Astuti (2007). Bungin, (2011) variabel dibedakan menjadi
Penelitian ini mengukur varibel umur dua yaitu variabel bebas (Independent
usaha berdasarkan waktu (dalam tahun) sejak variable ) dan variabel terikat (Dependent
sampai dengan variable ). Variabel bebas adalah variabel yang
pendirian
perusahaan
penelitian ini dilakukan.
menentukan arah atau perubahan tertentu pada
Sosialisasi dan Pelatihan
variabel terikat. Dengan demikian variabel Sosialisasi dan pelatihan yang dimaksud terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh
adalah kegiatan sosialisasi dan pelatihan yang variabel bebas.
diselenggarakan oleh suatu lembaga, baik itu pemerintah maupun instansi swasta. Menurut
Penerapan SAK ETAP
Firmansyah (2013), instrumen ini dapat diukur Terkait penelitian ini tentang penerapan
dengan indikator: (1) Keikutsertaan SAK ETAP di dalam penyiapan laporan
responden dalam kegiatan sosialisai/pelatihan; keuangan usaha, maka pengukuran dalam
(2) Perlunya pelatihan sesuai bidang usaha variabel ini merujuk pada akuntabilitas, tujuan
untuk meningkatkan kinerja; (3) Kesediaan dan karakteristik kelengkapan informasi yang
mengikuti pelatihan; (4)Pentingnya pelatihan mengikuti pelatihan; (4)Pentingnya pelatihan
c. Pendidikan Terakhir indikator konstruk menggunakan skala likert lima poin.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Subjek Penelitian
Data pada penelitian ini diperoleh dari hasil kuesioner yang diisi oleh responden,
merupakan data primer dengan 89 (Sembilan
puluh sembilan) pengusaha industri alas kaki
di Kabupaten Bogor. Dan untuk tingkat penyebaran dan pengembalian kuesioner,
d. Latar Belakang Pendidikan
dapat dilihat pada tabel IV.1 dibawah ini:
Tabel IV.1 Tingkat Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner Keterangan
Jumlah
Kuesioner yang disebar
Kuesioner yang kembali
Kuesioner yang tidak kembali
Kuesioner yang dapat digunakan
Kuesioner yang tidak dapat digunakan
Kuesioner yang dijadikan uji validitas
Kuesioner yang dapat diolah
Tingkat Pengembalian Kuesioner (Respon Rate)
Tingkat Pengembalian Kuesioner yang dapat digunakan (Useable Rate)
Statistik Deskriptif
Sumber: Data primer yang diolah (2017)
Tabel IV.2 Jumlah Penyebaran Kuesioner
No Nama Desa Disebar
1 Desa Ciomas
2 Desa Ciomas Rahayu
4 Desa Sukamakmur
5 Desa Sukaharja
6 Desa Ciapus
7 Desa Parakan
14 Mekarjaya Tabel di atas menunjukkan hasil statistik 26 24 2 5
8 Desa
deskriptif terhadap nilai kuesioner penelitian
9 Desa
Kotabatu
3 yang disebar kepada 89 responden. Variabel
10 Desa Laladon
yang diukur dengan menggunakan skala likert dalam kuesioner. Adapun penjelasan dari Deskripsi Karakteristik Responden pengukuran statistik deskriptif tersebut adalah
Sumber: Data primer yang diolah (2017)
a. Jenis Kelamin
sebagai berikut:
Persepsi Pengusaha UMKM atas SAK ETAP
Variabel persepsi pengusaha UMKM atas SAK ETAP menggunakan 13 item pernyataan. Deskripsi mengenai distribusi
jawaban responden terkait variabel persepsi
pengusaha UMKM dapat dilihat pada tabel
IV.8 berikut ini:
b. Umur Responden
Variabel persepsi pengusaha UMKM diukur dengan 13 item pertanyaan sehingga
kisaran skor jawaban dapat berkisar antara 13
(skor terendah ideal) sampai dengan 65 (skor
tertinggi ideal). Berdasarkan tabel IV.7 terkait
statistic deskriptif variabel, skor kisaran aktual untuk variabel persepsi pengusaha UMKM
atas SAK ETAP adalah skor terendah
(minimum) 34 dan skor tertinggi (maksimum)
54. Dari skor tersebut didapatkan hasil Variabel sosialisasi & pelatihan diukur persentase sebesar antara 52,31% - 83,08%,
dengan 4 item pertanyaan sehingga kisaran yaitu pada angka 68,23% dan dengan nilai
skor jawaban dapat berkisar antara 4 (skor mean 44,35. Jawaban kuesioner dengan
terendah ideal) sampai dengan 20 (skor kriteria “Cukup Setuju” pada variabel persepsi
tertinggi ideal). Berdasarkan tabel IV.7, skor pengusaha UMKM dipilih paling banyak oleh
kisaran aktual untuk variabel sosialisasi & responden dalam penelitian ini, yaitu dengan
pelatihan adalah skor terendah (minimum) 10 frekuensi 48 responden atau 53,9%. Hal ini
dan skor tertinggi (maksimum) 17. Dari skor mengindikasi para responden dalam penelitian
tersebut didapatkan hasil persentase sebesar ini yaitu pengusaha UMKM cukup meyakini
antara 50% - 85 %, yaitu pada angka 69,78% bahwa persepsi mereka memberikan pengaruh
dan dengan nilai mean 13,96. Berdasarkan terhadap penerapan SAK ETAP.
Tabel IV.10, jawaban kuesioner dengan kriteria “Setuju” pada variabel sosialisasi &
Umur Usaha pelatihan dipilih paling banyak oleh responden
dalam penelitian ini, yaitu dengan frekuensi 56
responden atau 62,9%. Hal ini mengindikasi para responden dalam penelitian ini yaitu
pengusaha UMKM meyakini bahwa sosialisasi & pelatihan memberikan pengaruh terhadap penerapan SAK ETAP.
Penerapan SAK ETAP
Deskripsi mengenai distribusi jawaban responden terkait variabel penerapan SAK
ETAP dapat dilihat pada tabel IV.11 berikut menunjukkan bahwa rata-rata pengusaha
Berdasarkan Tabel IV.7 di atas
ini:
UMKM di Sentra industri alas kaki
Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor cukup
memiliki pengalaman dalam mengelola
usahanya. Karena suatu perusahaan yang dapat
bertahan pada usaha yang lama dalam kurun
waktu lebih dari 10 tahun menggambarkan
bahwa para pengusahanya
semakin
memperoleh pembelajaran dalam mengelola
perusahaan dan menggambarkan bahwa
usahanya pun semakin berkembang. Variabel persepsi pengusaha UMKM diukur dengan 8 item pertanyaan sehingga
Sosialisasi dan Pelatihan
kisaran skor jawaban dapat berkisar antara 8 Variabel
pengetahuan
(skor terendah ideal) sampai dengan 40 (skor menggunakan 4 item pertanyaan yang
akuntansi
tertinggi ideal). Berdasarkan tabel IV.7, skor mengungkap tentang sosialisasi dan pelatihan
kisaran aktual untuk variabel persepsi dari para pengusaha UMKM di Sentra sepatu
pengusaha UMKM atas SAK ETAP adalah sandal Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor.
skor terendah (minimum) 17 dan skor tertinggi Deskripsi mengenai distribusi jawaban
(maksimum) 32. Dari skor tersebut didapatkan responden atas variabel sosialisasi & pelatihan
hasil persentase sebesar antara 42,50% - 80%, dapat dilihat pada tabel IV.10 berikut ini:
yaitu pada angka 60,31% atau sama dengan yaitu pada angka 60,31% atau sama dengan
variabel penerapan SAK ETAP dipilih paling banyak oleh responden dalam penelitian ini, yaitu dengan frekuensi 61 responden atau 68,5%. Hal ini mengindikasi para responden dalam penelitian ini yaitu pengusaha UMKM
Berdasarkan tabel IV.13 di atas, pengujian bahwa penerapan SAK ETAP dalam tingkat
reliabilitas dilakukan pada 25 item yang cukup baik diterapkan.
pertanyaan terhadap 10 responden setelah dinyatakan seluruh item pertanyaan lolos
Pengujian Hipotesis
uji validitas. Variabel penrsepsi pengusaha
1. Hasil Uji Instrumen Penelitian
UMKM dengan 13 item pernyataan valid
a. Uji Validitas
memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,935. Uji validitas dilakukan dengan cara
Variabel sosialisasi & pelatihan dengan 4 mengkorelasi antara skor yang diperoleh
item pernyataan valid memiliki nilai pada masing-masing item pertanyaan
sebesar 0,864. Variabel dengan skor total individu, uji validitas
reliabilitas
penerapan SAK ETAP dengan 8 item dilakukan dengan menguji 10 jawaban
pernyataan, memiliki nilai reliabilitas responden. Jumlah item pertanyaan yang
sebesar 0,942. Secara keseluruhan tiap-tiap diuji validitas sebanyak 25 item, terdiri
variabel memenuhi uji reliabilitas dimana dari variabel persepsi pengusaha UMKM
nilai reliabilitas melebihi nilai cronbach’s sebanyak 13 item pernyataan, variabel
alpha sebesar 0,70.
sosiaslisasi & pelatihan sebanyak 4 pernyataan, dan variabel penerapan SAK
2. Uji Asumsi Klasik
ETAP sebanyak 8 pernyataan.
a. Uji Normalitas
Dengan menggunakan uji dua sisi Menurut Ghozali (2016:154) uji (two-tailed) dengan taraf signifikansi 5%
normalitas bertujuan untuk menguji maka nilai rtabel dalam penelitian ini
apakah dalam model regresi, variabel adalah
penggangu atau residual memiliki dinyatakan valid jika nilai rhitung > dari
distribusi normal. Metode yang dipakai rtabel. Pada tabel IV.12 di bawah ini
adalah One Sample Kolmogorov-Smirnov merupakan hasil dari uji validitas.
Test. Distribusi data dinyatakan normal apabila nilai p dari One Sample Kolmogorov-Smirnov Test > 0,05, dan sebaliknya. Jika nilai hasil Uji K-S lebih besar dibandingkan taraf signifikansi 0,05 maka data berdistribusi normal.
Dari hasil uji normalitas data menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov
b. Uji Reliabilitas
(Uji K-S) pada Tabel IV.14 dapat dilihat Uji reliabilitas digunakan untuk
bahwa nilai pada Asymp. Sig. (2-tailed) mengukur konsistensi dari suatu variabel.
adalah 0,051 yang mana berada di atas Butir
0,05. Dapat ditarik kesimpulan bahwa dikatakan reliabel apabila jawaban
data berdistribusi normal. responden adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Item pernyataan yang dinyatakan reliabel adalah yang memiliki nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,70. Jika variabel menunjukan nilai di atas cronbach alpha maka dapat menghasilkan data yang dipercaya.
b. Uji Multikolinearitas
3. Uji Regresi Linier Berganda
multikolinearitas di bawah ini, variabel Setelah variabel-variabel dalam penelitian persepsi pengusaha UMKM, umur usaha
ini telah dinyatakan lolos uji asumsi klasik, dan sosialisasi & pelatihan mempunyai
selanjutnya dapat dilakukan analisis regresi tolerance > 0,10 dan VIF < 10. Dengan
linear berganda. Regresi linear berganda demikian dapat disimpulkan bahwa tidak
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana terdapat multikolinearitas antar variabel
variabel bebas mempengaruhi variabel independen dalam model regresi yang
terikat. Dengan menggunakan metode digunakan dalam penelitian ini.
analisis regresi linier berganda, didapatkan hasil pengolahan data analisis regresi tersebut sebagai berikut:
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
Berdasarkan hasil analisis regresi di atas, pengamatan
maka dapat diperoleh suatu persamaan (2016:134) menjelaskan bahwa model
garis regresi sebagai berikut: regresi
yang
baik adalah yang
homoskesdatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji Glejser
Keterangan:
Uji Glejser
dilakukan
dengan
= Penerapan SAK ETAP
meregresi nilai absolut residual terhadap
X1 = Persepsi Pengusaha UMKM
variabel independen (Ghozali, 2016). Jika
X2 = Umur Usaha
hasil signifikansi berada di atas 5% maka
X3 = Sosialisai & Pelatihan
dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel = Konstanta
e = Error
penelitian terbebas
dari
masalah
Berdasarkan tabel IV. 17, untuk uji regresi
heteroskedastisitas.
berganda dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Konstanta 8,642 artinya jika semua variabel independen tetap (konstan), maka penerapan SAK ETAP nilainya 8,642.
b. Koefisien
regresi variabel Persepsi
Pengusaha UMKM (X1) sebesar 0,093; artinya jika variabel persepsi pengusaha UMKM mengalami peningkatan satu
satuan, maka penerapan SAK ETAP (Y)
akan mengalami peningkatan sebesar 0,093
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai
c. Koefisien regresi variabel Umur usaha (X2)
signifikansi variabel persepsi pengusaha,
sebesar 0,582; artinya jika variabel umur
umur usaha serta sosialisasi & pelatihan
usaha mengalami peningkatan satu satuan,
berada diatas tingkat kepercayaan 5% atau
maka penerapan SAK ETAP (Y) akan
0,05 yang berarti tidak ada yang signifikan.
mengalami peningkatan sebesar 0,582
Dalam uji glejser, jika variabel independen
d. Koefisien regresi variabel Sosialisasi &
tidak signifikan mempengaruhi variabel
Pelatihan (X3) sebesar 0,628; artinya jika
dependen berarti tidak terjadi gejala
variabel sosialisasi & pelatihan mengalami
heterokedastisitas. Dengan begitu, dapat
peningkatan satu satuan, maka penerapan
disimpulkan bahwa model regresi dalam SAK ETAP akan mengalami peningkatan
sebesar 0, 628
penelitian ini terbebas dari masalah
heterokedastisitas.
4. Uji Hipotesis
ETAP (Y). Hal ini dapat dilihat dari thitung
a. Uji Regresi Parsial (Uji - t)
> ttabel (3,748 > 1,986). Sementara untuk
Pengujian ini bertujuan untuk
uji signifikansi konstanta dan variabel
mengetahui pengaruh masing-masing
independen, dari tabel di atas diperolah nilai
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 (α).
variabel independen terhadap variabel
Dengan
demikian, maka H3 yang
dependen (Ghozali, 2016:171). Pengujian
menyatakan bahwa sosialisasi & pelatihan
dilakukan dengan
(X3) memiliki pengaruh terhadap penerapan significance level 0,05 (α=5%). SAK ETAP (Y) diterima (H3 diterima). Nilai t-tabel untuk jumlah sampel 89
menggunakan
yaitu sebesar 1,986. Hasil dari uji statistik
b. Uji Regresi Simultan (Uji Statistik F)
t dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Ghozali (2016:171) menjelaskan bahwa uji ini digunakan untuk
mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen. Uji-F merupakan
uji model yang
menunjukkan apakah model regresi fit untuk diolah lebih lanjut. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%).
1) Pengujian Hipotesis 1 (H1)
Dengan derajat kepercayaan 5%,
Berdasarkan hasil Uji-t pada tabel di atas,
df 1 (jumlah variabel – 1) = 3, dan df 2
maka dapat disimpulkan dengan derajat
(n – k – 1) atau 89 – 3 – 1 = 85 (n
adalah jumlah observasi dan k adalah
pengusaha UMKM (X1) tidak berpengaruh
jumlah variabel independen), hasil
signifikan secara
statistik
terhadap
diperoleh untuk F tabel sebesar 2,71.