SKEPTISME PROFESIONAL MEMEDIASI HUBUNGAN INDEPENDENSI DENGAN KEMAMPUAN AUDITOR MENDETEKSI KECURANGAN | Mustarikah | Jurnal Analisa Akuntansi dan Perpajakan 1 PB

DENGAN KEMAMPUAN AUDITOR MENDETEKSI KECURANGAN

1 Anik Mustarikah 2 , Dian Agustia 1,2 Universitas Airlangga

Email: am.rischa@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk menguji secara empiris hubungan langsung dan tidak langsung independensi auditor terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan dengan skeptisme profesional sebagai pemediasi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 90 orang auditor internal yang bekerja pada Kantor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) di seluruh Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif dan uji hipotesis menggunakan pendekatan Partial Least Square (PLS) dengan bantuan aplikasi WarpPLS versi 6.00 melalui pengukuran inner model dan outer model. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa hubungan langsung independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan sedangkan hubungan tidak langsung independensi auditor terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan dengan skeptisme profesional tidak memiliki pengaruh yang signifikan.

Kata Kunci: skeptisme profesional, independensi auditor, kememapuan auditor dalam mendeteksi kecurangan, teori atribusi.

Abstract

This research is provide empirical evidence of the direct and indirect effect of independency toward auditor’s ability to detect fraud with professional skepticism as a mediator. This sample ini this study are 90 person as internal auditors working at Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) throughout Indonesia. The method of analysis used is descriptive statistics, hypothesis test using approach Partial Least Square (PLS) with WarpPLS version 6.00 software through measurement inner model and outer model. The result of this study prove that the direct effect of independency has significant influence on auditor’s ability to detect fraud. However the indirect effect of independency is not affected to auditor’s ability to detect fraud with professional skepticism as a mediator.

Keyword: professional skepticism,independency, auditor’s ability to detect fraud, attribution theory.

1. PENDAHULUAN

berupaya untuk memaksimalkan peran auditor, baik Tindak

terus

auditor internal maupun eksternal. instansi pemerintah Indonesia saat ini

kecurangan

dalam

Salah satu upaya yang efektif dan sudah mencapai tingkat yang

efisien yaitu dengan memaksimalkan memprihatinkan. Beberapa kasus

peran auditor internal dalam kecurangan yang terjadi di Indonesia

dan pendeteksian hingga

pencegahan

kecurangan. Hal ini dikarenakan mendapatkan titik terang, sehingga

auditor internal bertugas untuk menimbulkan kerugian negara yang

pengawasan dan tidak sedikit. Menurut pemantauan

melakukan

pemberian rekomendasi, sehingga yang

diharapkan dapat lebih mudah untuk Corruption Watch (ICW) yang

dilakukan

Indonesia

menemukan tindakan kecurangan. dikutip dari Kompasiana.com (2016)

Auditor internal pemerintah menunjukkan bahwa jenis korupsi

sebagai Aparat Pengawas Intern yang paling banyak terjadi pada

Pemerintah (APIP) merupakan first semester I tahun 2016 adalah kasus

defense dalam upaya pencegahan yang mengakibatkan kerugian negara

tindakan kecurangan yang dilakukan sebanyak 185 kasus dengan nilai

di instansi pemerintah. Dengan mencapai Rp 883,8 miliar.

kapasitas fungsi dan wewenangnya Salah satu contoh tindakan

sebagai APIP semestinya dapat korupsi yang melibatkan auditor

terjadinya tindakan Badan Pengawasan Keuangan dan

mencegah

melalui peran Pembangunan

kecurangan

pengawasannya baik dalam bidang internal

sebagai

auditor

audit, reviu, evaluasi dan monitoring. pengadaan Kartu Tanda Penduduk

yaitu dalam

proyek

Dalam hal audit keuangan, auditor berbasis elektronik (e-KTP). Dalam

internal juga dapat mengeluarkan indopos.co.id (2017), menjelaskan

opini atas audit keuangan atas bahwa

program tertentu yang dananya Korupsi

Komisi

Pemberantasan

bersumber dari Dana Pinjaman dan keterangan dari pihak BPKP

(KPK)

membutuhkan

Hibah Luar Negeri (PHLN) seperti dikarenakan lembaga negara tersebut

World Bank, Asian Development yang melakukan review perjalanan

Bank (ADB), dan lain-lain. proyek e-KTP yang merugikan

Berbagai faktor diteliti untuk negara sebesar Rp 2,3 triliun dari

menjelaskan penyebab proses awal hingga akhir karena

dapat

ketidakmampuan auditor internal mekanisme dan proses pengadaan

mendeteksi kecurangan. merupakan salah satu poin utama

dalam

Faktor-faktor tersebut dapat berasal yang didalami oleh penyidik KPK.

dari sisi internal (dalam diri auditor) Pemerintah Indonesia telah

maupun dari sisi eksternal auditor. melakukan berbagai upaya dengan

Sikap skeptisme auditor berkaitan memberdayakan secara maksimal

erat dengan kemampuan auditor lembaga-lembaga penegak hukum,

mendeteksi kecurangan. seperti

dalam

Fullerton dan Durtschi (2004) Kepolisian

Kejaksaan,

Pengadilan,

menggunakan model teoritikal yang Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk

maupun

Komisi

dikembangkan oleh Hurtt, Eining, melakukan pemberantasan korupsi

dan Plumlee (2008) mengenai skala yang terjadi di Indonesia. Pemerintah

skeptisme

profesional dengan profesional dengan

mengancam kemampuan aktivitas dampak skeptisme profesional dalam

terhadap

audit intern untuk melaksanakan kemampuan mendeteksi fraud oleh

tanggung jawab audit intern secara auditor internal. Hasil penelitiannya

objektif. Hal ini juga sesuai dengan menyimpulkan

standar BPK-RI (2007) bahwa internal dengan tingkat skeptisme

bahwa

auditor

independensi adalah sikap bebas baik profesional yang tinggi mempunyai

dalam sikap mental dan penampilan keinginan untuk mencari informasi

dari gangguan pribadi, ekstern dan mengenai adanya gejala fraud.

organisasi yang dapat mempengaruhi PCAOB (2007) menyebutkan

independensinya. bahwa salah satu masalah serius pada

Rahayu dan Gudono (2016) auditor dalam merespon risiko

menyebutkan bahwa independensi kecurangan

juga ikut berperan dalam membantu profesional sehingga auditor gagal

adalah

skeptisme

tugas auditor dalam mendeteksi untuk memenuhi standar. Sesuai

kecurangan. Hal ini diperkuat dengan dengan AAIPI (2014) menjelaskan

penelitian yang dilakukan oleh bahwa salah satu tuntutan yang wajib

(2014) juga dimiliki seorang auditor internal

Pramudyastuti

menyebutkan bahwa independensi adalah skeptisme profesional.

berpengaruh terhadap kemampuan Dalam

dalam mendeteksi sebagai seorang auditor harus

Hal ini berarti memiliki sikap skeptis untuk dapat

kecurangan.

auditor dalam memutuskan

kemampuan

mendeteksi kecurangan akan menjadi sejauhmana tingkat keakuratan dan

atau

menentukan

lebih baik dengan adanya sikap kebenaran atas bukti-bukti maupun

independensi dalam diri auditor dan informasi dari auditee. Hal ini

kecurangan terdeteksi, didukung dengan penelitian yang

setelah

auditor tidak ikut terlibat dalam dilakukan oleh Kartikarini dan

mengamankan praktik kecurangan Sugiarto (2016) yang membuktikan

tersebut (Widiyastuti dan Pamudji, bahwa

berpengaruh terhadap kemampuan Berdasarkan penjelasan di atas, auditor

penelitian ini kecurangan. Sedangkan Rahayu dan

memotivasi saya untuk meneliti dan Gudono (2016) tidak menemukan

cukup menarik untuk ditelaah lebih pengaruh yang signifikan antara

lanjut karena saya ingin memberikan skeptisme

kontribusi kepada Kantor Badan kemampuan

profesional

terhadap

Keuangan dan mendeteksi kecurangan.

Pembangunan selaku auditor internal Selain

Presiden. Dari hasil penelitian yang profesional auditor terdapat beberapa

faktor

skeptisme

akan saya lakukan ini diharapkan faktor yang harus dimiliki auditor

dapat membantu auditor melalui dalam mendeteksi kecurangan yaitu

proses audit yang dilaksanakan oleh independensi. Dalam semua standar

BPKP dan dapat dijadikan acuan audit, independensi adalah salah satu

untuk meningkatkan kemampuan sikap yang benar-benar diutamakan

dalam mendeteksi dari seorang auditor. Dalam standar

auditor

kecurangan

AAIPI (2014) independensi adalah Kedua, motivasi saya ingin kebebasan dari kondisi yang

mengkaji lebih dalam lagi terkait isu- mengkaji lebih dalam lagi terkait isu-

mediasi hubungan independensi kemampuan

dengan

auditor dengan kemampuan auditor mendeteksi

auditor

dalam

mendeteksi kecurangan dengan semakin banyak kasus

teori atribusi mengenai kecurangan yang terjadi

dengan

dasar

(Attribution Theory).Dalam audit, dalam lingkungan pemerintahan.

banyak peneliti menggunakan teori Ketiga, motivasi penelitian ini adalah

atribusi untuk menjabarkan tentang belum ada penelitian empiris yang

(judgement) auditor, menguji

penilaian

pengukuran kinerja dan pengambilan sebagai

skeptisme

profesional

keputusan oleh auditor. independensi

pemediasi

hubungan

pertama kali kemampuan

dikemukakan oleh Fritz Heider mendeteksi kecurangan audit.

auditor

dalam

(1980) yang menjelaskan bahwa Selain itu, ada perbedaan lainnya

terdapat kombinasi antara kekuatan dengan penelitian sebelumnya yaitu

internal dan eksternal dalam perilaku dasar teori yang digunakan dalam

seseorang. Kekuatan internal seperti rencana penelitian ini menggunakan

beberapa faktor yang datang dari teori atribusi (Attribution Theory)

dalam diri seseorang sedangkan sedangkan pada penelitian Rahayu

kekuatan eksternal adalah faktor- dan Gudono (2016) menggunakan

faktor yang bukan dari dalam diri teori segitiga kecurangan (The Fraud

seseorang namun datang dari luar. Triangle) dan teori Diamond Fraud.

Menurut teori atribusi, pengaruh dari Teori atribusi ini digunakan untuk

keberhasilan atau kegagalan dalam melihat faktor-faktor yang dimiliki

kecurangan oleh

mendeteksi

ekspektasinya mendeteksi adanya kecurangan pada

auditor dalam

menilai

kemungkinan

bervariasi apakah karena atribusi saat pelaksanaan audit. Faktor yang

internal (kemampuan auditor untuk dimiliki oleh auditor dapat berasal

menilai kecurangan) atau atribusi dari dalam diri (internal) yaitu sikap

eksternal (kesulitan auditor dalam skeptisme profesional sedangkan

risiko kecurangan) faktor-faktor yang berasal dari luar

mendeteksi

(Jaffar, Haron, Iskandar, dan Salleh, (eksternal)

auditor. Berdasarkan uraian di atas, teori Berdasarkan latar belakang yang

atribusi dapat digunakan sebagai diuraikan di atas, maka penulis

dasar mengkaji faktor-faktor yang tertarik untuk melakukan penelitian

mempengaruhi kemampuan auditor dengan

mendeteksi kecurangan.

Profesional Memediasi Hubungan

Dengan mengkaji faktor-faktor yang

Independensi Auditor dengan

mempengaruhi kemampuan auditor

Kemampuan Auditor

dalam

tersebut dapat memberikan tambahan

Mendeteksi Kecurangan”.

bukti empiris

terkait dengan pendeteksian kecurangan. Sikap skeptisme

profesional auditor

2. TINJAUAN TEORI DAN

termasuk kedalam faktor internal

PENGEMBANGAN

yang dimiliki oleh seorang auditor

HIPOTESIS

sikap independensi Penelitian ini akan menguji

sedangkan

auditor merupakan faktor eksternal skeptisme

profesional

sebagai

yang dimiliki oleh auditor karena yang dimiliki oleh auditor karena

mental independensi merupakan mempengaruhinya.

luar

yang

syarat utama yang harus dimiliki Skeptisme

oleh seorang auditor dan sama merupakan bagian dari internal

profesional

pentingnya dengan keahlian dalam individu yang dipengaruhi oleh

bidang praktek akuntansi dan faktor-faktor dalam dari individu

prosedur audit. Pendapat seorang tersebut seperti kemampuan (ability)

dalam melaksanakan dan dapat diusahakan dengan

auditor

kegiatan audit maupun jasa atestasi beberapa usaha yang dilakukan

lainnya, akan menjadi kurang (effort).

bernilai apabila tidak memiliki sikap menggunakan

Pemeriksa

harus

meskipun auditor profesional dalam menilai risiko

tersebut memiliki kompetensi yang untuk menentukan faktor-faktor atau

memadai. Untuk itu, auditor dituntut risiko-risiko yang secara signifikan

untuk dapat bersikap independen dapat mempengaruhi pekerjaan

dalam segala hal, yang berarti harus auditor apabila kecurangan terjadi.

bertindak dengan integritas dan Skeptisme profesional adalah

objektivitas (Khairin, Ginting, dan sikap yang mencakup pikiran yang

Oktavianti, 2015).Standar Audit selalu

Intern Pemerintah Indonesia (SAIPI) melakukan pengujian secara kritis

mempertanyakan

dan

menyatakan bahwa independensi terhadap bukti. Dalam menggunakan

adalah kebebasan dari kondisi yang skeptisme profesional, auditor tidak

mengancam kemampuan aktivitas harus puas dengan bukti yang kurang

audit intern untuk melaksanakan persuasif

tanggung jawab audit intern secara bahwa manajemen adalah jujur

karena

keyakinannya

objektif (AAIPI, 2014). Independensi (AAIPI, 2014).Seorang auditor harus

dalam program audit adalah bebas memiliki sikap skeptisme profesional

dari intervensi manajerial pada untuk menguji suatu bukti audit yang

penyusunan program audit dan diperolehnya. Seperti penelitian yang

prosedur pemeriksaan, yang berarti dilakukan oleh Fullerton dan

bahwa auditor bebas dari persyaratan Durtschi (2004) menyimpulkan

audit selain yang mengisyaratkan bahwa jika seorang auditor memiliki

untuk proses audit yang akan sikap skeptisme profesional yang

dilaksanakan (Pramana, Irianto, dan tinggi maka kemampuannya dalam

Nurkholis, 2016). mengembangkan informasi ketika

Dari beberapa pengertian di atas dihadapkan dengan gejala-gejala

disimpulkan bahwa kecurangan juga akan tinggi.

dapat

berarti kejujuran Tingkat

independensi

auditor dalam diterapkan

mempertimbangkan fakta-fakta dan pelaksanaan pemeriksaan dapat

pertimbangan atas ketidakberpihakan efektif dan efisien sehingga auditor

dalam merumuskan suatu keputusan. perlu

Dengan independensi yang dimiliki profesional dalam mengevaluasi

menerapkan

skeptisme

oleh seorang auditor maka auditor bukti. Auditor dapat meningkatkan

dapat lebih bebas mengungkapkan skeptisme profesional yang tinggi

semua kecurangan atau penipuan untuk mengantisipasi adanya risiko

terjadi.Hasil penelitian audit seperti risiko salah saji material

yang

terdahulu mengenai kemampuan terdahulu mengenai kemampuan

dan Rafael (2013) membuktikan kecurangan menunjukkan bahwa

mendeteksi

hasil penelitian yang berbeda-beda terdapat beberapa faktor yang dapat

atau tidak konsisten. Sehingga mempengaruhi seorang auditor dapat

penelitian terkait kemampuan auditor mendeteksi

dalam mendeteksi kecurangan perlu kecurangan dalam melaksanakan

adanya

tindakan

kembali dengan pemeriksaan.Penelitian

dikaji

mengikutsertakan auditor internal dilakukan oleh Fullerton dan

yang

sebagai responden dalam penelitian Durtschi (2004) yang menguji

ini.Dimana skeptisme profesional tentang kemampuan auditor dalam

sebagai variabel pemediasi ini pernah mendeteksi kecurangan pada sektor

digunakan penelitian oleh Marbun internal di Florida yang dipengaruhi

(2016) dalam hal pengaruh gender oleh skeptisme

auditor tentang Penelitian

dan persepsi

pengalaman audit dan pengetahuan dilakukan oleh Kartikarini dan

lainnya

yang

audit terhadap kemampuan auditor Sugiarto (2016) yang membuktikan

dalam mendeteksi kecurangan. bahwa

Berdasarkan teori dan hasil berpengaruh terhadap kemampuan

skeptisme

profesional

penelitian terdahulu maka dapat auditor

dalam kerangka kecurangan. Sedangkan Rahayu dan

pemikiran penelitian sebagai berikut: Gudono (2016) tidak menemukan pengaruh yang signifikan antara

Gambar 1

skeptisme profesional

terhadap

Kerangka Pemikiran

kemampuan auditor

dalam

mendeteksi kecurangan.Rahayu dan Gudono (2016) menyebutkan bahwa independensi juga ikut berperan dalam membantu tugas auditor dalam mendeteksi kecurangan. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Pramudyastuti (2014) juga

Berdasarkan rumusan masalah, independensi berpengaruh terhadap

menyebutkan

bahwa

kajian teori, penelitian sebelumnya kemampuan

dan kerangka pemikiran maka mendeteksi kecurangan. Hal ini

auditor

dalam

disusun hipotesis sebagai berikut: berarti kemampuan auditor dalam

H1: Independensi Auditor (INA) mendeteksi kecurangan akan menjadi

berpengaruh langsung terhadap lebih baik dengan adanya sikap

Kemampuan Auditor dalam independensi dalam diri auditor dan

Kecurangan setelah

auditor tidak ikut terlibat dalam H2: Independensi Auditor (INA) mengamankan praktik kecurangan

berpengaruh langsung terhadap tersebut (Widiyastuti dan Pamudji,

Skeptisme Profesional (SPA) 2009).

Profesional Hasil penelitian Fullerton dan

H3: Skeptisme

berpengaruh langsung terhadap Durtschi (2004); Kartikarini dan

Kemampuan Auditor dalam Sugiarto (2016); Pramudyastuti

Kecurangan (2014); Rahayu dan Gudono (2016)

Mendeteksi

(KAMK)

H4: Independensi Auditor (INA) yaitu minimal bekerja 1 (satu) tahun berpengaruh tidak langsung

sebagai auditor internal dan terhadap Kemampuan Auditor

diperankan sebagai ketua tim dalam dalam Mendeteksi Kecurangan

dan penugasan dengan Skeptisme Profesional

pelaksanaan

audit.Pengambilan sampel ini sebagai variabel mediasi.

rencananya dilakukan dengan cara menemui auditor internal yang berada di Kantor Pusat BPKP yang

3. METODE PENELITIAN

berlokasi di Jakarta dan untuk

Rancangan Penelitian

auditor internal yang berada di Penelitian

Kantor Perwakilan BPKP setiap penelitian

ini

merupakan

Provinsi Indonesia dapat dilakukan dengan menguji secara empiris

kantitatif

inferensial

dengan mengirimkan kuesioner mengenai skeptisme profesional

melalui akses email atau situs memediasi hubungan independensi

website internal BPKP agar dapat auditor dengan kemampuan auditor

lebih memudahkan para responden dalam

untuk mengisi kuesioner tersebut. Penelitian ini dilaksanakan melalui survei

Pengumpulan Data

kuesioner kepada setiap responden Metode pengumpulan data dan responden hanya diminta

dalam rencana penelitian ini dengan menjawab

menggunakan metode survey dengan kuesioner tersebut.

pernyataan

dalam

mengajukan beberapa pernyataan dalam kuesioner untuk mendapatkan

Populasi dan Sampel

dan merumuskan jawaban responden Populasi

terhadap kemampuan auditor dalam sebagai objek penelitian adalah

yang

digunakan

mendeteksi kecurangan. Instrumen seluruh auditor internal yang bekerja

yang digunakan dalam rencana pada Badan Pengawasan Keuangan

penelitian ini berupa pernyataan- dan Pembangunan baik yang berada

pernyataan dalam kuesioner dengan di Kantor Pusat BPKP di Jakarta

menggunakan menggunakan skala maupun di Kantor Perwakilan BPKP

likert 1 sampai dengan 7 yang di

menunjukkan tingkat kesetujuan Indonesia. Berdasarkan data yang

masing-masing

Provinsi

terhadap setiap diperoleh per 1 April 2016 komposisi

responden

pernyataan. Poin 1 menunjukkan auditor internal BPKP berjumlah

“Sangat Tidak Setuju” sedangkan 3.704 orang yang tersebar pada unit-

poin 7 menunjukkan “Sangat unit kerja kantor pusat dan kantor

Setuju”. Semakin tinggi skor dari perwakilan di seluruh Indonesia.

alternatif jawaban yang ada, hal ini Metode pemilihan sampel dalam

menunjukkan tingkat kemampuan rencana penelitian ini dengan

seorang auditor inertnal BPKP se- pemilihan sampel area (cluster

dalam mendeteksi random

kecurangan yang semakin tinggi pengambilan sampel dalam 34 pula.

provinsi ini dilakukan secara random.

Namun,

pengambilan

Variabel Penelitian

sampel ini menggunakan stratified Variabel-variabel yang random sampling dengan ketentuan

digunakan dalam penelitian ini digunakan dalam penelitian ini

digunakan oleh Singgih dan Bawono variabel mediasi dan variabel

dependen,

(2010) yang diadopsi dari Mauttz independen, yang diharapkan dapat

dan Sharaf (1961) dengan 3 indikator membentuk pola hubungan sehingga

digunakan yaitu (1) dapat merumuskan masalah yang

yang

Independensi dalam Penyusunan timbul. Adapun variabel dependen

Program, (2) Independensi dalam yang akan diteliti adalah kemampuan

Audit dan (3) auditor

Pelaksanaan

Independensi dalam Pelaporan. kecurangan

medianya adalah

skeptisme

Analisis Data

profesional. Sedangkan

Teknik analisis data yang akan variabel

untuk

digunakan dalam penelitian ini independensi auditor.

independennya

adalah

dengan menggunakan pendekatan Pengukuran kemampuan auditor

Partial Least Square (PLS) dengan dalam mendeteksi kecurangan pada

bantuan aplikasi WarpPLS 6.00. rencana penelitian ini merujuk pada

Analisis dengan pendekatan ini penelitian yang dilakukan oleh

merupakan analisis yang bersifat Rahayu dan Gudono (2016) yang

kuantitatif dan dipilih karena model diadopsi dari Pramudyastuti (2014)

yang digunakan dalam penelitian ini dengan modifikasi dari tahapan

merupakan hubungan kausalitas dan pendeteksian kecurangan dalam

bersifat rekursif yaitu hanya Modul Diklat BPKP tahun 2008.

mempunyai hubungan satu arah dan Dimensi dalam pengukuran variabel

tidak dapat hubungan resiprokal. kemampuan

menggunakan mendeteksi kecurangan antara lain

pendekatan PLS ini yaitu mampu yaitu (1) Pengetahuan mengenai

untuk menguji model analisis jalur kecurangan, (2) Kesanggupan dalam

dari banyak variabel secara simultan mendeteksi kecurangan dan (3)

atau serempak, bukan secara Pendeteksian fraud symptom.

bertahap sehingga model ini lebih Variabel skeptisme profesional

tepat dalam pengujian teori (Sholihin dalam penelitian ini mengikuti

dan Ratmono, 2013). instrumen yang dikembangkan oleh

Langkah-langkah analisis data Fullerton dan Durtschi (2004) yang

dalam pendekatan PLS ini yaitu diadopsi dari Hurtt, dkk (2003) yang

sebagai berikut: (1) Merancang meliputi enam dimensi yaitu (1)

model pengukuran (outer model) Mempertanyakan

yaitu model pengukuran yang (questioning mind), (2) Menunda

pikiran

menghubungkan indikator dengan keputusan (suspension of judgement),

variabel latennya dan (2) Merancang (3) Pencarian pengetahuan (search

model strukturan (inner model) yaitu for knowledge), (4) Pemahaman

model yang menghubungkan antara pribadi

(interpersonal

variabel laten.

understanding), (5) Kepercayaan diri (self confidence) dan (6) Keyakinan diri (self determination).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Instrumen untuk

variabel

Pengukuran Outer Model

independensi auditor

Pengukuran outer model ini digunakan dalam penelitian ini

yang

dilakukan untuk mengetahui bahwa menggunakan

instrumen

yang

variabel-variabel yang diuji telah variabel-variabel yang diuji telah

X11 (0.20

0.296 -0.097 0.022 convergent validity, discriminant

validity dan

0.047 1 dengan ketiga kriteria tersebut

reliability.Hasil pemrosesan data

0.036 diuraikan sebagai berikut: 1

1. Convergent Validity

1 mengukur loading setiap indikator

(0.23 dari seluruh variabel laten. Sebuah

X22 0.002

indikator dikatakan memenuhi

(0.27 syarat validitas konvergen jika

X23

2) memiliki loading di atas 0,70

-0.075 dengan nilai p signifikan <0,05.

X24 0.042

7) 1 Indikator dengan nilai loading di

-0.010 bawah 0,70 harus dihapus dari

X25

8) 1 model. Sedangkan

-0.039 dengan nilai loading antara 0,40

5) 1 sampai dengan 0,70 dapat dihapus

9) 1 jika dapat meningkatkan nilai (0.81

Average <0.00 Variance Extracted

X28 0.032

1 (AVE) dan composite reliability

(0.86 <0.00 di atas batasannya (threshold)

X29 0.079

1 (Sholihin dan Ratmono, 2013).

Hasil Combined Loadings dan Cross

KAM Nilai

X11 0.045 -0.053

X18 0.042 -0.073 (0.801 <0.00 1)

1 Y19 0.041 0.002 )

X19 0.094 0.289 0.055

Y11

) 1 X11 (0.67

Y11

Y11 - -

Sumber : Data Primer yang Diolah 2 0.088 0.108

1 dengan software WarpPLS 6.00 (2017) Y11

Berdasarkan data pada tabel 2 Y11

0.005 di atas menunjukkan bahwa terdapat 4 0.144

1 beberapa indikator yang tidak Y11

memenuhi syarat validitas konvergen 5 0.061 0.015 0.031)

untuk setiap variabel laten antara lain Sumber : Data Primer yang Diolah

yaitu variabel SPA, INA dan KAMK dengan software WarpPLS 6.0 (2017) dengan nilai Average Variance

Extract (AVE) masih di bawah 0,50 Berdasarkan data pada tabel 1

dengan nilai Cronbach’s alpha untuk di atas menunjukkan bahwa terdapat semua variabel laten tersebut di atas beberapa indikator yang tidak 0,60 yaitu SPA, INA dan KAMK. memenuhi syarat validitas konvergen Penjelasan mengenai hal

ini untuk setiap variabel laten yaitu diuraikan sebagai berikut: loading harus di atas 0,70 dan nilai p

signifikan <0,05 (Hair dkk, 2013)

dalam (Sholihin dan Ratmono, 2013). Dari hasil pemrosesan data

a. Analisis Validitas Konvergen Skeptisme Profesional Auditor

tersebut indikator yang tidak

(SPA)

memenuhi persayaratan validitas Skeptisme Profesional Auditor

konvergen antara lain yaitu terdapat (SPA) memiliki indikator instrumen dalam variabel SPA, INA dan pernyataan yaitu X11, X12, X13, KAMK. X14, X15, X16, X17, X18, X19, Untuk melihat nilai Average X110, X111, X112, X113 dan X114. Variance Extracted (AVE) dan Dari 14 indikator tersebut terdapat Composite Reliability terlihat pada beberapa indikator yang tidak koefisien variabel laten yang akan memenuhi syarat karena memiliki disajikan pada tabel 2 di bawah ini faktor loading di bawah 0,70 secara sebagai berikut: lengkap instrumen tersebut akan

Tabel 2

diuraikan pada tabel 3 di bawah ini

Koefisien Variabel Laten

sebagai berikut:

SPA INA Tabel 3

KAM

Keterangan

Loadings Factor Skeptisme

0.00 R-squared

Profesional Auditor (SPA)

Indi Faktor Nil

kato Loadin ai Keterangan

Adj. R-squared

2 <0. Memenuhi Composite

X11 (0.769) 00 validitas reliability

6 2 1 konvergen Cronbach's

<0. Memenuhi alpha

6 2 X12 (0.800) 00 validitas

Full collin. VIF

X13 (0.794) 00 validitas 3 6 1 konvergen

0.01 Q-squared

X14 (0.157) 0.0 Tidak 3

62 memenuhi

tersebut maka instrumen indikator

validitas

X14, X19, X110 dan X111 harus

X15 (0.754) 00 validitas 1 konvergen

b. Analissis Validitas Konvergen Independensi Auditor (INA)

Memenuhi

Analisis Validitas Konvergen

X16 (0.801) 00 validitas 1 konvergen

Auditor (INA) <0.

Independensi

Memenuhi

memiliki 11 indikator instrumen

X17 (0.762) 00 validitas

pernyataan yaitu X21, X22, X23,

X24, X25, X26, X27, X28, X29, <0.

1 konvergen

Memenuhi

X210, dan X211. Dari 11 indikator

X18 (0.801) 00 validitas

tersebut terdapat tiga indikator yang

1 konvergen

tidak memenuhi syarat karena

Tidak

memiliki faktor loading di bawah

X19 (0.162) 0,70 secara lengkap instrumen

0.0 memenuhi

55 validitas

tersebut akan diuraikan pada tabel

konvergen

4.14 di bawah ini:

Loadings Factor Independensi

X11

0.0 memenuhi

Auditor (INA)

1 22 validitas

Indi Faktor Nil

konvergen

kato Loadin ai Keterangan

memenuhi X21 (0.315) 00

validitas X11

0.0 memenuhi X11

konvergen Sumber : Data Primer yang Diolah

1 konvergen

Tidak dengan software WarpPLS 6.00 (2017)

0.0 memenuhi

X23 (0.272)

03 validitas Berdasarkan tabel 3 di atas konvergen <0.

Memenuhi menunjukkan bahwa terdapat empat X24 (0.887) 00 validitas instrumen indikator yang tidak 1 konvergen memenuhi syarat yaitu X14 dengan

<0. Memenuhi faktor loading 0,157 dengan nilai p

X25 (0.708) 00 validitas 0,062; X19 dengan faktor loading

1 konvergen 0,162 dengan nilai p 0,055; X110

<0. Memenuhi dengan faktor loading 0,679 dengan

X26 (0.795) 00 validitas nilai p <0,001 dan X111 dengan

1 konvergen faktor loading 0,202 dengan nilai p

<0. Memenuhi 0,022. Faktor loading yang tidak

X27 (0.749) 00 validitas memenuhi syarat validitas konvergen

1 konvergen

Memenuhi

Loadings Factor Kemampuan

X28 (0.817) 00 validitas

Auditor dalam

1 konvergen

Mendeteksi Kecurangan (KAMK)

Memenuhi

Indi Faktor Nil

X29 (0.864) 00 validitas

kato Loadin ai Keterangan

1 konvergen

Tidak X21

memenuhi 0 Y11 (0.633) 00

validitas 1 <0.

1 konvergen

konvergen X21

Y12 (0.793) 00 validitas Sumber : Data Primer yang Diolah

1 konvergen

1 konvergen dengan software WarpPLS 6.00 (2017)

<0. Memenuhi Y13 (0.804) 00 validitas Berdasarkan tabel 4 di atas

1 konvergen menunjukkan bahwa terdapat tiga

<0. Memenuhi instrumen indikator yang tidak

Y14 (0.744) 00 validitas memenuhi syarat yaitu X21 dengan

1 konvergen <0.

faktor loading 0,315 dengan nilai p Memenuhi Y15 (0.756) 00 validitas

<0,001; X22 dengan faktor loading 1 konvergen 0,236 dengan nilai p 0,009; dan X23 <0.

Memenuhi dengan faktor loading 0,272 dengan

Y16 (0.719) 00 validitas nilai p 0,003. Faktor loading tersebut

1 konvergen tidak memenuhi syarat validitas

Tidak konvergen maka instrumen indikator

<0. memenuhi Y17 (0.469) 00 X21, X22 dan X23 harus dihapus.

validitas 1 konvergen

c. Analissis Validitas Konvergen <0. Memenuhi Kemampuan Auditor dalam

Y18 (0.738) 00 validitas Mendeteksi

1 konvergen (KAMK)

Kecurangan

<0. Memenuhi

Y19 (0.801) 00 Analisis Validitas Konvergen validitas

1 konvergen Kemampuan

Auditor

dalam

<0. Memenuhi Mendeteksi Kecurangan (KAMK)

Y11

(0.713) 00 validitas memiliki 15 indikator instrumen

1 konvergen pernyataan yaitu Y11, Y12, Y13,

<0. Memenuhi Y14, Y15, Y16, Y17, Y18, Y19,

Y11

(0.815) 00 validitas Y110, Y111, Y112, Y113, Y114 dan 1 1 konvergen

Y115. Dari 15 indikator tersebut <0. Memenuhi

Y11

terdapat beberapa indikator yang (0.799) 00 validitas

tidak memenuhi syarat karena 1 konvergen memiliki faktor loading di bawah

Tidak 0,70 secara lengkap instrumen

3 15 tersebut akan diuraikan pada tabel 5 validitas di bawah ini: konvergen

1 konvergen Y11 (-0.031) 0.3

Tidak

1 Sumber : Data Primer yang Diolah

-0.068 dengan software WarpPLS 6.00 (2017)

0.000 Berdasarkan tabel 5 di atas

-0.031 instrumen indikator yang tidak

X26

6) 1 memenuhi syarat yaitu Y11 dengan

0.017 faktor loading 0,633 dengan nilai p

<0,001; Y17 dengan faktor loading <0.00

X28 0.020

0,469 dengan nilai p <0,001; Y113 1 (0.87

<0.00 dengan faktor loading -0,123 dengan

X29 0.072

1 nilai p 0,115; dan Y115 dengan

(0.87 <0.00 faktor loading -0,031 dengan nilai p

X21

6) 1 0,384. Faktor loading tersebut tidak

(0.71 <0.00 memenuhi syarat validitas konvergen

1 maka instrumen indikator Y11, Y17,

0.008 Y113, dan Y115 harus dihapus.

Y12

) 1 Penghapusan beberapa indikator

instrumen pernyataan tersebut dapat 0.094 0.050 ) 1 mempengaruhi

Variance Extracted (AVE) dan 0.005 ) 1 Cronbach’s alpha. Adapun faktor

(0.755 <0.00 Y15 0.066 0.030 )

loading setelah penghapusan yang 1

(0.734 <0.00 akan disajikan pada tabel 6 di bawah

Y16

) 1 ini sebagai berikut: -

Hasil Combined Loadings dan Cross

LoadingsSetelah Penghapusan

Y19 0.018

KAM Nilai

X11 0.046 -0.031

Sumber : Data Primer yang Diolah 5)

dengan software WarpPLS 6.00 (2017) (0.81

X16 0.015 0.057 8)

Dengan sisa indikator yang X17

1 ada, ternyata dapat meningkatkan (0.81

nilai Average Variance Extract X18

1 (AVE) dan Cronbach’s alpha yang X11 (0.72

0.037 -0.062 2)

disajikan pada tabel 7 di bawah ini

1 sebagai berikut:

X11 (0.75 -

Tabel 7

menunjukkan bahwa variabel

Koefisien Variabel Laten

laten

Skeptisme Profesional

Auditor (SPA) memiliki nilai Keterangan

KAM

SPA INA

AVE sebesar 0,783 yang berarti 0.01

R-squared

nilai tersebut lebih besar dari -

0 0,046 dan -0,196. Independensi -

Auditor (INA) memiliki nilai Adj. R-squared

AVE sebesar 0,810 yang berarti 1 nilai tersebut lebih besar dari - Composite

1 8 0,046 dan 0,354. Kemampuan Cronbach's

dalam Mendeteksi

alpha

0 4 Kecurangan (KAMK) memiliki

0.61 0.65 nilai AVE sebesar 0,778 yang AVE

3 6 berarti nilai tersebut lebih besar

1.04 1.14 dari -0,196 dan 0,354. Full collin. VIF

1 4 Berdasarkan deskripsi nilai

0.01 AVE dari setiap variabel laten Q-squared

4 yang telah diajabarkan di atas Sumber : Data Primer yang Diolah

maka dapat disimpulkan bahwa dengan software WarpPLS 6.00 (2017)

variabel Skeptisme Profesional Auditor (SPA), Independensi

2. Discriminant validity

Auditor (INA) dan Kemampuan Terdapat dua kriteria untuk

dalam Mendeteksi menilai validitas diskriminan,

Auditor

(KAMK) telah yaitu: (1) nilai akar kuadrat AVE

Kecurangan

syarat validitas setiap konstruk harus lebih tinggi

memenuhi

diskriminan. Sedangkan hasil daripada nilai korelasi kuadrat

2 perbandinganloading dan cross- (square correlation/R ) konstruk

loading indikator-indikator antara lainnya dan (2) nilai loading

variabel laten dapat dilihat pada setiap indikator pada suatu

tabel 9 di bawah ini sebagai konstruk harus lebih besar

berikut:

daripada nilai

cross-loading

Tabel 9

indikator pada konstruk lainnya

Faktor Loading Indikator Suatu

(Hair, Ringle, dan Mena, 2011).

Konstruk terhadap Konstruk Lain

Hasil perhitungan AVE dapat

Variabel Laten

ditulis pada tabel 8 di bawah ini

Indi Loa

KP

sebagai berikut:

kato din SP IN A R A

Tabel 8

Hasil Korelasi antara Variabel Laten K dengan Square roots AVE's

96 16 92 KAMK -0.196

07 Sumber : Data Primer yang Diolah

0.0 0.0 dengan software WarpPLS 6.00 (2017)

AVE pada tabel 8 di atas -

X15

31 29 13 39 - - (0.7 0.0 0.1

64 33 - - (0.7 0.1 0.0

87 79 - - (0.8 0.0 0.1 -

55 15 - Y11 (0.8 0.0 0.2 0.0

02 88 09 Sumber : Data Primer yang -

Diolah dengan software (0.8

X26 0.0 0.1 0.0 WarpPLS 6.00 (2017) 06)

0.1 0.0 Berdasarkan tabel 9 di atas X27

05 71 menunjukkan bahwa indikator-

93 58 indikator variabel laten telah

syarat validitas X28

(0.8 0.0 0.0 memenuhi

28) 03 38 diskriminan di mana nilai loading

49 69 setiap indikator pada suatu konstruk

(0.8 0.0 0.0 lebih besar daripada nilai cross- X29

56 76 loading indikator pada konstruk -

66 65 3. Composite Reliability

Pengujian terakhir dalam

X21 (0.7 0.0 0.3 0.0

0.0 pengukuran outer model adalah

83 composite reliability yang akan -

0.0 0.0 menilai reliabilitas sebenarnya Y12

22 43 atas suatu konstruk. Suatu

52 04 konstruk dikatakan reliabel jika -

nilai composite Y13

35 reliability dan Cronbach’s alpha

>0,70 (Sholihin dan Ratmono,

0.0 0.1 2013). Hasil pemrosesan data

penelitian ini penelitian ini

jika memiliki nilai lebih dari nol. Hubungan tidak langsung

Composite Reliability dan Cronbach's

terhadap kemampuan auditor

Alpha Setiap Konstruk

dalam mendetekssi kecurangan

Composit

melalui skeptisme profesional

Variab

e Cronba Kete

auditor dapat dilihat pada model

el Reliabilit

ch's

rang

secara utuh pada gambar 2 di

Laten y

Alpha

an

bawah ini sebagai berikut:

Model Struktural

Sumber : Data Primer yang Diolah dengan software WarpPLS 6.00 (2017)

Berdasarkan tabel 10 di atas menunjukkan

bahwa

hasil

pengujian composite reliability dan Cronbach’s alphaseluruh

menganalisa telah melebihi

variabel laten dalam penelitian ini

Sebelum

tidak langsung composite reliability yaitu >0,70

batas nilai

hubungan

auditor terhadap dengan nilai masing-masing untuk

independensi

auditor dalam Skeptisme Profesional Auditor

kemampuan

mendeteksi kecurangan melalui (SPA) sebesar 0,941 dan 0,930;

profesional auditor Independensi Auditor

skeptisme

sebagai variabel mediasi. Langkah sebesar 0,938 dan 0,924; dan

(INA)

yaitu membuktikan Kemampuan

pertama

langsung antara Mendeteksi Kecurangan (KAMK)

auditorterhadap yaitu sebesar 0,944 dan 0,935.

independensi

kemampuan

auditor dalam mendeteksi kecurangan. Pengujian

Pengukuran Inner Model

hubungan langsung tersebut akan Pengukuran inner model

diuraikan dalam beberapa hipotesis terdiri dari tiga kriteria yaitu

berikut ini:

coefficient of determination (R 2 ),

cross-validated redundancy (Q 2 ) H1: Independensi auditor serta p value dan path coefficient.

berpengaruh langsung R 2 digunakan untuk menjelaskan

terhadap kemampuan auditor pengaruh

dalam mendeteksi kecurangan terhadap variabel endogen dengan

variabel

eksogen

mengelompokkan nilai R 2 atau

adjusted R 2 ke dalam kategori

kuat, moderat dan lemah dengan nilai sebesar 0,67; 0,33 dan 0,19.

Q 2 menggambarkan

adanya

Gambar 3

pertama dalam tabel 11 di atas

Hubungan Langsung Independensi

terlihat pada persamaan model

Auditor terhadap Kemampuan

menunjukkan bahwa independensi

Auditor dalam Mendeteksi

auditor

berpengaruh secara

Kecurangan

signifikan dan positif sebesar 0,44 terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan dengan nilai P sebesar <0,01. Oleh karena itu

pengujian terhadap persamaan model

pertama menghasilkan kesimpulan Gambar 3 menunjukkan bahwa

yang sama dengan hipotesis pertama hubungan positif dan signifikan (H1 diterima) yaitu independensi independensi

auditor

terhadap

berpengaruh langsung kemampuan

terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan dengan nilai mendeteksi kecurangan. β sebesar 0,44 dengan nilai p <0,01.

2 2 Hubungan independensi Untuk nilai R dan Q akan diuraikan auditor dengan kemampuan auditor dalam tabel 4.23 di bawah ini

mendeteksi kecurangan sebagai berikut: selaras dengan temuan Rahayu

dalam

(2015); Pramana, et al. (2016);

R-Squared dan Q-Squared

Widiyastuti dan Pamudji (2009) yang

Independensi Auditor terhadap

menyatakan bahwa independensi

Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan

berpengaruh positif secara langsung terhadap kemampuan auditor dalam

mendeteksi kecurangan. Selain

R-

Q-

konsisten dengan temuan yang

Variabel

Squa Squa

diperoleh dari penelitian sebelumnya, Kemampuan Auditor

red

red

hasil penelitian ini juga konsisten dalam Mendeteksi

dengan teori yang sudah dijelaskan Kecurangan

dalam teori atribusi dijelaskan bahwa Sumber : Data Primer yang Diolah

terdapat pengaruh atribusi eksternal dengan software WarpPLS 6.00 (2017)

untuk keberhasilan seorang auditor Analisis R 2 berdasarkan tabel

dalam mendeteksi kecurangan yaitu

11 di atas mengindikasikan bahwa independensi yang dimiliki oleh independensi

auditor karena sikap independensi ini meningkatkan kemampuan auditor

auditor

mampu

merupakan sikap yang dapat dalam

dipengaruhi dari faktor-faktor luar. sebesar 19,7% sedangkan 80,3%

mendeteksi

kecurangan

penelitian ini lainnya dipengaruhi oleh variabel

Dalam

2 responden memberikan konfirmasi

selama melaksanakan menunjukkan bahwa model di atas

lain. nilai Q sebesar 0,203

bahwa

penugasan audit sudah menjalankan lebih memenuhi syarat relevansi

prinsip-prinsip Standar Umum yang prediktif karena memiliki nilai di

dalam atas nol.

tercantum

Per/05/M.PAN/03/2008 sesi 2100 Adapun pengujian hipotesis 1

tentang Standar Audit APIP yang dapat dilihat dari hasil olah data

mengatur independensi auditor, tersebut, untuk pengujian hipotesis

auditor

internal BPKP internal BPKP

12 di atas mengindikasikan bahwa dapat dipengaruhi oleh pihak

independensi mampu mempengaruhi manapun dan kebebasan dari campur

skeptisme profesional sebesar 1% tangan pihak manapun pada saat

sedangkan 99% lainnya dipengaruhi melaksanakan penugasan audit. Hal 2 oleh variabel lain. Nilai Q sebesar

ini berarti auditor internal yang 0,014 menunjukkan bahwa model di bekerja di BPKP memiliki tingkat

atas telah memenuhi syarat relevansi independensi pada level yang cukup

prediktif karena memiliki nilai di tinggi.

atas nol.

Adapun pengujian hipotesis 4 H2: Independensi

dapat dilihat dari hasil olah data berpengaruh

auditor

tersebut, untuk pengujian hipotesis skeptisme profesional

terhadap

keempat dalam tabel 12 di atas Hubungan independensiauditor

terlihat pada persamaan model terhadap

menunjukkan bahwa independensi terlihat pada gambar 4 di bawah ini

skeptisme

profesional

auditor tidak berpengaruh secara sebagai berikut:

signifikan dan positif sebesar 0,10 terhadap skeptisme

profesional

Gambar 4

dengan nilai p sebesar 0,16 atau

Hubungan Independensi Auditor

>0,1. Oleh karena itu pengujian

terhadap Skeptisme Profesional

terhadap persamaan model pertama menghasilkan kesimpulan yang berbeda dengan hipotesis keempat (H4tidak

diterima) yaitu

independensi

auditor tidak berpengaruh terhadap skeptisme

Gambar 4 menunjukkan

profesional.

bahwa hubungan positif namun tidak Hubungan independensi signifikan independensi auditor

terhadap skeptisme terhadap

auditor

profesional ini tidak selaras dengan dengan nilai β sebesar 0,10 dengan

skeptisme

profesional

2 2 temuan Handayani dan Merkusiwati nilai p = 0,16. Untuk nilai R dan Q (2015) yang menyatakan bahwa

akan diuraikan dalam tabel 12 di independensi auditor berpengaruh bawah ini sebagai berikut:

positif

terhadap skeptisme profesional. Dimana auditor yang

Tabel 12

kehilangan sikap independensinya,

R-Squared dan Q-Squared

maka tidak akan dapat melaporkan

Independensi terhadap Skeptisme

kesalahan dan kekurangan dalam

Profesional

laporan keuangan yang diauditnya.

dalam penelitian ini

mendukung temuan Oktaviani (2015) Skeptisme

Variabel Squared Squared

membuktikan bahwa 0.010

auditor tidak

Sumber : Data Primer yang Diolah dengan

mempengaruhi sikap skeptisme

software WarpPLS 6.00 (2017)

profesional

auditor. Dimana

independensi

merupakan sikap mental yang wajib dimiliki oleh merupakan sikap mental yang wajib dimiliki oleh

hubungan positif namun tidak penugasan audit. Hal ini berarti jika

signifikan skeptisme profesional seorang

terhadap kemampuan auditor dalam independensi yang tinggi namun

auditor

memiliki

mendeteksi kecurangan dengan nilai tidak dapat meningkatkan sikap

β sebesar 0,20 dengan nilai p 0,02.

2 skeptisme profesionalnya. 2 Untuk nilai R dan Q akan diuraikan Dalam

dalam tabel 13 di bawah ini sebagai independensi tidak berpengaruh

signifikan, hal ini dibuktikan dengan

Tabel 13

kondisi yang terjadi dimana laporan

R-Squared dan Q-Squared

hasil audit merupakan hasil proses

Skeptisme Profesional terhadap

negosiasi antara auditor dengan

Kemampuan Auditor dalam

auditee. Posisi inilah yang membuat

Mendeteksi Kecurangan

auditor berada pada situasi dilematis

R- Q-

yang menuntut sikap independensi

Variabel

Squar Squar

sehingga mempengaruhi

sikap

ed ed

skeptisme profesional

auditor.

Kemampuan

Auditor dalam penelitian ini adalah Auditor dalam

auditor yang berperan sebagai ketua 0.041 0.041

Mendeteksi

tim audit sehingga dimungkinkan

Kecurangan

adanya intervensi

dalam

Sumber : Data Primer yang Diolah dengan

pengambilan keputusan

setiap

software WarpPLS 6.00 (2017)

kegiatan audit

sehingga

menyebabkan auditor

Analisis R 2 berdasarkan tabel menjadi tidak independen.

tersebut

mengindikasikan bahwaskeptisme profesional mampu

13 di

atas

H3: Skeptisme

mempengaruhi kemampuan auditor berpengaruh

profesional

mendeteksi kecurangan kemampuan auditor dalam

terhadap

dalam

sebesar 0,41% sedangkan 99,59% mendeteksi kecurangan

lainnya dipengaruhi oleh variabel Hubunganskeptisme

lain. 2 Nilai Q sebesar 0,041 profesional terhadap kemampuan

menunjukkan bahwa model di atas auditor

telah memenuhi syarat relevansi kecurangan terlihat pada gambar 5 di

dalam

mendeteksi

prediktif karena memiliki nilai di bawah ini sebagai berikut:

atas nol.

Adapun pengujian hipotesis 7

Gambar 5

dapat dilihat dari hasil olah data

Hubungan Langsung Skeptisme

tersebut, untuk pengujian hipotesis

Profesional terhadap Kemampuan

ketujuh dalam tabel 13 di atas terlihat

Auditor dalam Mendeteksi

pada persamaan model menunjukkan

Kecurangan

bahwa skeptisme profesional tidak berpengaruh secara signifikan dan positif sebesar 0,20 terhadap skeptisme profesional dengan nilai P sebesar 0,02. Oleh karena itu

pengujian terhadap persamaan model pertama menghasilkan kesimpulan pengujian terhadap persamaan model pertama menghasilkan kesimpulan

tingkat skeptisme profesional yang skeptisme

tinggi akan memiliki keinginan yang berpengaruh

profesional

tidak

tinggi untuk mencari informasi kemampuan

positif

terhadap

apabila terdapat gejala kecurangan. mendeteksi kecurangan.

auditor

dalam

Semakin banyak informasi yang Hubungan

dikumpulkan auditor maka auditor profesional terhadap kemampuan

skeptisme

tersebut dinilai semakin mampu auditor

adanya gejala kecurangan selaras dengan temuan

Rahayu (2015) yang menyatakan bahwa skeptisme profesional tidak

H4: Skeptisme profesional berpengaruh

memediasi hubungan antara kemampuan

positif

terhadap

independensi dengan mendeteksi kecurangan. Hal ini

auditor

dalam

kemampuan auditor dalam disebabkan adanya perbedaan level

mendeteksi kecurangan skeptisme yang dimiliki oleh auditor

Pengujian hipotesis 8 mengenai senior dan junior dan indikator yang

efek mediasi skeptisme profesional digunakan

pada hubungan independensi auditor penelitian belum cukup relevan.

dalam

instrumen

dengan kemampuan auditor dalam Perbedaan

mendeteksi kecurangan diuji dengan profesional ini akan berdampak pada

level

skeptisme

dua prodesur sebagai berikut: kecepatan dan ketepatan khususnya

direct effect dalam hal pencarian informasi yang

1. Estimasi

auditor (INA) berkaitan

independensi

terhadap kemampuan auditor kebenaran informasi yang diberikan

dengan

kebenaran-

dalam mendeteksi kecurangan oleh auditee. Auditor junior akan

(KAMK) (jalur c). lebih memerlukan waktu dalam

2. Estimasi indirect effect secara ketepatan

simultan dengan triangle PLS keputusan

dan

pengambilan

SEM Model yaitu independensi dibandingkan dengan auditor senior

tentang

informasi

auditor (INA) kemampuan yang tentunya akan lebih cepat

dalam mendeteksi karena insting audit yang lebih baik

auditor

kecurangan (KAMK) (jalur c”), karena memiliki jam terbang yang

independensi auditor (INA) lebih lama dibandingkan auditor

skeptisme profesional (SPA) junior.

(jalur a), skeptisme profesional Hasil keputusan dari hipotesis

(SPA)

kemampuan auditor

7 ini berbeda dengan temuan yang dalam mendeteksi kecurangan dilakukan oleh Marbun (2016);

(KAMK) (jalur b). Pramana, et al. (2016); Kartikarini

Hasil estimasi pada gambar 4.2 (2016); Winardi dan Permana

menunjukkan bahwa koefisien direct (2015); Pramudyastuti (2014); Rafael

effect INA terhadap KAMK (jalur c) (2013); Nasution dan Fitriany (2012)

adalah sebesar 0,44 dan signifikan dan Fullerton dan Durtschi (2004)

pada 0.01. Hasil estimasi pada yang menyatakan bahwa skeptisme

gambar 4.1 menunjukkan bahwa profesional auditor berpengaruh

koefisien indirect effect INA positif terhadap kemampuan auditor

terhadap KAMK (jalur c”) turun dalam

mendeeksi

kecurangan.

menjadi 0,34 namun tetap signifikan menjadi 0,34 namun tetap signifikan

berarti menuntun auditor untuk secara simultan dengan triagle PLS

tidak percaya dan SEM Model diperoleh hasil koefisien

bersikap

menganggap auditee tidak berlaku direct effect INA terhadap SPA (jalur

jujur pada saat pengumbulan dan

a) adalah sebesar 0,05 namun tidak evaluasi bukti. Tetapi sikap ini siginifikan dengan p sebesar

ditunjukkan dengan sikap auditor 0,32>0,05 dan hasil koefisien direct

yang tidak mudah merasa puas dan effect SPA terhadap KAMK (jalur b)

cukup dengan bukti yang kurang adalah sebesar 0,14 dan tidak

meyakinkan yang diberikan oleh signifikan dengan p sebesar 0,08.

auditee.

Hal ini menunjukkan bahwa Berdasarkan fakta yang ada skeptisme profesional tidak dapat

di BPKP bahwa penyusunan program memediasi hubungan independensi

audit yang dibuat oleh ketua tim auditor terhadap kemampuan auditor

masih dipengaruhi oleh atasan dalam mendeteksi kecurangan atau

langsung yaitu pengendali teknis, hal dengan

ini menyebabkan auditor yang profesional bukan sebagai variabel

kata lain

skeptisme

berperan sebagai ketua tim kurang mediasi

memiliki sikap skeptisme profesional independensi

antara

hubungan

sehingga kemampuannya dalam kemampuan

auditor

terhadap

mendeteksi kecurangan juga minim. mendeteksi kecurangan sehingga

auditor

dalam

Hal ini yang menyebabkan skeptisme

hipotesis 8 tidak diterima.

profesional tidak dapat memediasi Bukti statistik bahwa skeptisme

hubungan independensi auditor profesional

dengan kemampuan auditor dalam hubungan independensi terhadap

tidak

memediasi

mendeteksi kecurangan. kemampuan

auditor

dalam

mendeteksi kecurangan berdasarkan

5. KESIMPULAN,

fakta yang ada bahwa sikap

KETERBATASAN DAN

independensi yang dimiliki oleh

SARAN PENELITIAN

auditor internal BPKP belum tentu

Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24