SIKAP DAN INTERAKSI SOSIAL dan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia tidak terlepas dari aktivitas, baik
yang berhubungan dengan fisik maupun psikis, berusaha untuk
menambah pengetahuan serta timbul kecenderungan untuk
bertindak.

Kecenderungan

bertindak

tersebut

dapat

memengaruhi tingkah laku dari seluruh proses psikologi seperti
belajar, minat, pemahaman, dan lain sebagainya yang pada
akhirnya akan menimbulkan sikap. Kata sikap tersebut sering
sekali kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari karena ia

menjadi bagian dari kalimat atau ulasan yang kita pahami secara
keseluruhan.
Dalam kehidupannya

manusia

senantiasa

melakukan

hubungan dan pengaruh timbal balik dengan manusia yang lain
dalam rangka

memenuhi kebutuhan dan mempertahankan

kehidupannya yang dapat diaplikasikan dengan sikap dan
perilaku. Bahkan manusia akan memiliki arti jika ada manusia
lain di tempat ia tinggal dan berinteraksi. Interaksi sosial akan
berlangsung apabila seorang individu melakukan tindakan dan
dari tindakan tersebut menimbulkan reaksi individu yang lain.

Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik yang saling
memengaruhi,

baik

mempengaruhi

perasaan,

pikiran,

dan

tindakan. Pelakunya lebih dari satu, baik antar individu, individu
dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Terjadinya
interaksi sosial didasari oleh beberapa faktor, yakni meliputi
imitasi, sugesti, identifikasi, simpati dan empati.
Atraksi interpersonal merupakan ketertarikan orang kepada
orang lain. Semakin tertarik kepada seseorang, maka akan
mengevaluasinyya


secara

positif,

1

berkecenderungan

untuk

bergerak mendekatinya dan bersikap baik terhadapnya. Hal ini,
dapat memengaruhi komunikasi dan interaksi sosial karena
atraksi

interpersonal

dapat

berpengaruh


pada

keefektifan

komunikasi dan penafsiran pesan oleh komunikan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah :
1. Apa pengertian dari sikap?
2. Apa pengertian interaksi sosial?
3. Bagaimana atraksi interpersonal dan pengaruhnya?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah :
1. Mengetahui pengertian sikap
2. Mengetahui pengertian interaksi sosial
3. Memahami atraksi interpersonal dan pengaruhnya.


2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau obyek (Soekidjo N, 2003). Newcomb dalam Notoatmodjo
(2003) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, dan bukan merupakan pelaksanan motif tertentu. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan “predisposisi” tindakan atau perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan
merupakan reaksi terbuka.
Jalaluddin Rakhmat (1992 : 39) mengemukakan lima pengertian sikap,
yaitu:
a. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan
merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan
perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan
cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa
benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok.
b. Sikap mempunyai daya penolong atau motivasi. Sikap bukan sekedar
rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau

kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan
diinginkan,mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang
harus dihindari.
c. Sikap lebih menetap. Berbagai studi menunjukkan sikap politik
kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami pembahan.

3

d. Sikap mengandung aspek evaluatif: artinya mengandung nilai
menyenangkan atau tidak menyenangkan.
e. Sikap timbul dari pengalaman: tidak dibawa sejak lahir, tetapi
merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam
manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial
dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di
lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk
merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
1. Ciri-Ciri Sikap
Sikap memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Sikap Tidak Dibawa Sejak Lahir

Berarti manusia dilahirkan tidak membawa sikap tertentu pada suatu
objek. Oleh karenanya maka sikap terbentuk selama perkembangan
individu yang bersangkutan. Karena terbentuk selama perkembangan
maka sikap dapat berubah, dapat dibentuk dan dipelajari. Namun
kecenderungannya sikap bersifat tetap.
b. Sikap Selalu Berhubungan Dengan Objek
Sikap terbentuk karena hubungan dengan objek-objek tertentu, melalui
persepsi terhadap objek tersebut.
c. Sikap Dapat Tertuju Pada Satu Objek dan Sekumpulan Objek
Bila seseorang memiliki sikap negatif pada satu orang maka ia akan
menunjukkan sikap yang negatif pada kelompok orang tersebut.
d. Sikap Itu Dapat Berlangsung Lama atau Sebentar
Jika sikap sudah menjadi nilai dalam kehidupan seseorang maka akan
berlangsung lama bertahan, tetapi jika sikap belum mendalam dalam
diri seseorang maka sikap relaatif dapat berubah.
e. Sikap Mengandung Perasaan atau Motivasi
Sikap terhaadap sesuaatu akan diikuti oleh perasaan tertentu baik positif
maupun negatif. Sikap juga mengandung motivasi atau daya dorong
untuk berperilaku.
2. Fungsi Sikap


4

Katz (Luthans, 1955) menjelaskan empat fungsi sikap, keempat fungsi sikap
itu adalah fungsi penyesuaian diri, fungsi pertahanan diri, fungsi ekspresi nilai,
dan fungsi pengetahuan.
a. Fungsi Instrumental atau Fungsi Penyesuaian atau Fungsi Manfaat;
fungsi sikap ini dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat, dan
menggambarkan keadaan keinginan. bahwa untuk mencapai suatu
tujuan, diperlukan suatu sarana yang disebut sikap. apabia objek sikap
dapat membantu individu mencapai tujuan, individu akan bersikap
positif terhadap objek tersebut atau sebaiknya. Sebagai contoh,
seseorang cenderung menyukai partai politik yang mampu memenuhi
dan mewakili aspirasi-aspirasinya. Di Negara Inggris dan Australia,
seorang pengangguran akan cenderung memilih partai buruh yang
kemungkinan besar dapat membuka lapangan pekerjaan baru atau
memberi tunjangan lebih besar.
b. Fungsi Pertahanan Diri/Ego; sikap ini diambil individu dalam rangka
melindungi diri dari kecemasan atau ancaman harga dirinya. Sebagai
contoh fungsi ini adalah perilaku proyeksi. Proyeksi adalah atribusi ciriciri yang tidak diakui oleh diri seorang dalam dirinya kepada orang lain.

Melalui proyeksi, ia seakan-akan tidak akan memiliki ciri-ciri itu.
c. Fungsi Ekspresi Nilai; sikap ini mengekspresikan nilai yang ada dalam
diri individu. Sistem nilai yang terdapat pada diri individu dapat dilihat
dari sikap yang diambilnya bersangkutan terhadap nilai tertentu. Contoh
: Fithra mungkin memiliki citra diri sebagai seorang “Konsevative”
yang hal itu akan mempengaruhi sikapnya tentang perubahan sosial.
d. Fungsi Pengetahuan; sikap ini membantu individu memahami dunia
yang membawa keteraturan terhadap bermacam-macam informasi yang
perlu diasimilasikan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap individu
memiliki motif ingin tahu, ingin mengerti, dan pengetahuan. Contoh
fungsi pengetahuan sikap misalnya adalah pemilik sepeda motor akan
mengubah sikap positif terhadap sepeda motor seiring dengan
peningkatan status sosialnya. Ia sekarang memutuskan untuk membeli
mobil karena ia yakin bahwa mobil lebih sesuai dengan status sosialnya

5

yang baru, yaitu sebagai manager tingkat menengah sebuah perusahaan
level menengah.
3. Komponen Sikap

Saifudin (1995) mengemukakan pendapat Kothandapani (1974) tentang
struktur sikap dan pendapat Mann (1969) tentang isi tiap komponen sikap.
Kothandapan (1974) mengungkapkan bahwa struktur sikap terdiri dari komponen
kognitif (kepercayaan, komponen internasional (perasaan), dan komponen tingkah
laku (tindakan). Sementara itu, Mann (1969) menyebutkan bahwa isi dari
komponen kognitif adalah persepsi, kepercayaan, dan stereotipe (sesuatu yang
sudah terpolakan pada individu). Komponen kognitif sering disamakan dengan
opini (pandangan), terutama yang menyangkut isu atau masalah yang
kontroversial. Selanjutnya, komponen afektif berisi perasaan individu terhadap
objek dan menyangkut masalah emosi. Terakhir, isi dari komponen perilaku
adalah kecenderungan bertindak.
Saifudin (1995) juga menyatakan bahwa sikap memiliki tiga komponen
yang membentuk struktur sikap. Ketiga komponen tersebut saling mendukung dan
menunjang, yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif. Berikut akan dijelaskan
secara ringkas mengenai ketiga komponen tersebut.
a. Komponen Kognitif
Komponen kognitif dapat disebut juga dengan komponen persepsual,
yang berisi kepercayaan individu. Kepercayaan tersebut berhubungan
dengan hal-hal bagaimana individu memersepsikan objek sikap dengan
apa yang dilihat dan diketahui (pengetahuan), pandangan, keyakinan,

pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan informasi dari
orang lain. Misalnya, individu mengetahui bahwa kesehatan itu sangat
berharga karena ia menyadari bahwa apabila sakit, dirinya akan
merasakan betapa nikmatnya itu sehat.
b. Komponen Afektif (Komponen Emosional)
Komponen ini merujuk pada dimensi emosional subjektif individu,
terhadap objek sikap, baik yang positif (rasa senang) maupun negatif
(rasa tidak senang). Reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh apa
yang kita percayai sebagai suatu yang benar terhadap objek sikap

6

tersebut. Misalnya, individu senang (sikap positif) terhadap profesi
keperawatan, berarti ia melukiskan perasaannya terhadap keperawatan;
masyarakat umumnya tidak senang (sikap negatif) terhadap tindakan
kekerasan, perjudian, pelacuran, dan kejahatan.
c. Komponen Konatif
Komponen konatif disebut juga komponen perilaku, yaitu komponen
sikap yang berkaitan dengan predisposisi atau kecenderungan bertindak
terhadap objek sikap yang dihadapinya. Misalnya, individu mengetahui
bahwa profesi keperawatan adalah profesi yang mulia sehingga banyak
lulusan SMA yang masuk Akademi Keperawatan; remaja putri lulusan
SMA banyak memilih untuk melanjutkan sekolah ke Akademi
Kebidanan karena lulusan Akademi Kebidanan menjanjikan pekerjaan
yang jelas.
Allport

(1954)

sebagaimana

dijelaskan

oleh

Notoatmojo

(1993)

mengungkapkan bahwa struktur sikap terdiri tiga komponen pokok, yaitu
komponen kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek ;
komponen yang meliputi kehidupan emosional atau evaluasi individu terhadap
suatu objek sikap ; dan komponen predisposisi atau kesiapan/ kecenderungan
individu untuk bertindak (tend to behave). Ketiganya membuat total attitude.
Dalam hal ini, yang menjadi determinan sikap adalah pengetahuan, berpikir,
keyakinan dan emosi.
4. Tingkatan Sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan,
seperti :
a. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek). Misalnya sikap orang terhadap gizi
dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramahceramah.
b. Merespon (Responding)

7

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan sesuatu dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (Valuting)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan/mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap.
d. Bertanggung jawab (Responsile)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
5. Bentuk-Bentuk Sikap
a. Sikap Positif
Sikap positif adalah perwujudan nyata dari suasana jiwa terutama
memperhatikan hal-hal yang positif. Ini adalah suasana jiwa yang lebih
mengutamakan kegiatan kreatif daripada kegiatan yang menjemukan,
kegembiraan dari pada kesedihan, harapan dari pada keputusasaan. Bila
sesuatu terjadi sehingga membelokkan fokus mental seseorang ke arah
negatif, mereka yang positif mengetahui bahwa guna memulihkan
dirinya, penyesuaian harus dilakukan, karena sikap hanya dapat
dipertahankan dengan kesadaran.
Cerminan sikap positif :
1) Merupakan sesuatu yang indah dan membawa seseorang untuk
selalu dikenang, dihargai, dan dihormati
2) Mengatakan bahwa seseorang yang memiliki kepercayaan diri,
bahwa ia patut dikenal dan diketahui
3) Mengatakannya tidak hanya melalui ekspresi wajah, tetapi juga
melalui bagaimana cara ia berbicara, berjumpa orang lain, dan cara
menghadapi masalah.
b. Sikap Negatif
Sikap negatif harus dihindari, karena hal ini mengarahkan seseorang
pada kesulitan diri dan kegagalan.
Cerminan sikap negatif :
1) Lebih dari sekedar bermuka sedih
8

2) Merupakan sesuatu yang disampaikan oleh seseorang kepada orang
lain
3) Sesuatu yang mengatakan ketidak ramahan, tidak menyenangkan,
dan tidak memiliki kepercayaan diri
4) Banyak hal yang menarik dalam membicarakan sikap.
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap
Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap :
a. Faktor intern: yaitu manusia itu sendiri.
b. Faktor ekstern: yaitu faktor manusia.
Dalam hal ini Sherif mengemukakan bahwa sikap itu dapat diubah atau
dibentuk apabila:
1) Terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia.
2) Adanya komunikasi (yaitu hubungan langsung) dan satu pihak.
a) Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen
sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang
dianggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya
bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak
ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita
akan mempengaruhi pembentkan sikap kita terhadap sesuatu.
Contoh : Orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru, istri, suami
dan lain-lain.
b) Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Kebudayaan
dapat memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat
asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari kebudayaan telah
menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.
c) Media Massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai
pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan
landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
d) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

9

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan
keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam
arti individu.
e) Pengaruh Faktor Emosional
Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang sesuatu bentuk
sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang
berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego.

B. Pengertian Interaksi Sosial
Secara harfiah interaksi berarti tindakan (action) yang berbalasan antar
individu atau antar kelompok. Tindakan saling mempengaruhi ini seringkali
dinyatakan dalam bentuk simbol-simbol atau konsep-konsep.
Jadi, pengertian interaksi sosial, yaitu hubungan timbal balik yang dinamis
antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, atau antara kelompok
dengan kelompok baik dalam kerja sama, persaingan, ataupun pertikaian.
1. Interaksi Antara Individu dengan Individu
Adalah individu yang satu memberikan pengaruh, rangsangan/stimulus
kepada individu lainnya dan sebaliknya, individu yang terkena pengaruh
itu akan memberikan reaksi, tanggapan atau respon.
2. Interaksi Antara Individu dengan Kelompok
Secara konkret bentuk interaksi sosial antara individu dengan kelompok
bisa digambarkan seperti seorang guru yang sedang berhadapan dan
mengajari siswa-siswinya didalam kelas/seorang penceramah yang sedang
berpidato didepan orang banyak. Bentuk interaksi semacam ini juga
menunjukkan bahwa kepentingan seseorang individu berhadapan/bisa ada
saling keterkaitan dengan kepentingan kelompok.
10

3. Interaksi Antar Kelompok dengan Kelompok
Bentuk interaksi antara kelompok dengan kelompok saling berhadapan
dalam kepentingan, namun bisa juga ada kepentingan individu disitu dan
kepentingan dalam kelompok merupakan satu kesatuan, berhubungan
dengan kepentingan individu dalam kelompok lain.
Interaksi sosial melibatkan proses-proses sosial yang bermacam-macam,
yang menyusun unsur-unsur dinamis dari masyarakat, yaitu proses-proses tingkah
laku yang dikaitkan dengan struktur sosial.

1. Ciri-Ciri Interaksi Sosial
Sistem sosial dalam masyarakat akan membentuk suatu pola hubungan
sosial yang relatif baku/tetap, apabila interaksi sosial yang terjadi berulang-ulang
dalam kurun waktu relatif lama dan diantara para pelaku yang relatif sama. Pola
seperti ini dapat dijumpai dalam bentuk sistem nilai dan norma. Sejarah pola yang
melandasi interaksi sosial adalah tujuan yang jelas, kebutuhan yang jelas dan
bermanfaat, adanya kesesuaian dan berhasil guna, adanya kesesuaian dengan
kaidah sosial yang berlaku dan dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial itu
memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang.
b. Interaksi sosial selalu menyangkut komunikasi diantara dua pihak yaitu
pengirim (sender) dan penerima (receiver).
c. Interaksi sosial merupakan suatu usaha untuk menciptakan pengertian
diantara pengirim dan penerima.
d. Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan
tersebut. Interaksi sosial menekankan juga pada tujuan mengubah
tingkah laku orang lain yang meliputi perubahan pengetahuan, sikap
dan tindakan dari penerima.
11

2. Faktor Terjadinya Interaksi Sosial
a. Faktor Internal
1) Dorongan untuk meneruskan/mengembangkan keturunan. Secara
naluriah, manusia mempunyai dorongan nafsu birahi untuk saling
tertarik dengan lawan jenis. Dorongan ini bersifat kodrati artinya
tidak usah dipelajaripun seseorang akan mengerti sendiri dan secara
sendirinya pula orang akan berpasang-pasangan untuk meneruskan
keturunannya agar tidak mengalami kepunahan.
2) Dorongan untuk memenuhi kebutuhan. Dorongan ini memerlukan
keberadaan orang lain yang akan saling memerlukan, saling
tergantung untuk saling melengkapi kebutuhan hidup.
3) Dorongan untuk mempertahankan hidup. Dorongan ini terutama
dalam menghadapi ancaman dari luar seperti ancaman dari
kelompok atau suku bangsa lain, ataupun dari serangan binatang
buas.
4) Dorongan untuk berkomunikasi dengan sesama. Secara naluriah,
manusia memerlukan keberadaan orang lain dalam rangka saling
berkomunikasi untuk mengungkapkan keinginan yang ada dalam
hati masing-masing dan secara psikologis manusia akan merasa
nyaman dan tentram bila hidup bersama-sama dan berkomunikasi
dengan orang lain dalam satu lingkungan sosial budaya.
b. Faktor Eksternal
1) Imitasi
Imitasi dapat diartikan sebagai suatu perbuatan atau tindakan
seseorang untuk meniru sesuatu yang ada pada orang lain. Contoh:
Seorang anak sering kali meniru kebiasan – kebiasan orang tuanya.

12

2) Identifikasi
Merupakan kecenderungan/keinginan dalam diri seseorang untuk
menjadi sama dengan pihak lain. Contoh: Seorang anak laki – laki
yang

begitu

dekat

dan

akrab

dengan

ayahnya

suka

mengidentifikasikan dirinya menjadi sama dengan ayahnya.
3) Sugesti
Merupakan cara pemberian suatu pandangan/pengaruh oleh
seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga
seseorang tersebut mengikuti pandangan atau pengaruh yang
diberikan tanpa berpikir panjang. Contoh : Seorang remaja putus
sekolah akan dengan mudah ikut-ikutan terlibat kenalan remaja.
Tanpa memikirkan akibatnya kelak.

4) Simpati
Perasaan tertarik yang timbul dalam diri seseorang yang
membuatnya merasa seolah-olah berada dalam keadaan orang lain.
Contoh: mengucapkan ulang tahun pada hari ulang tahun
merupakan wujud simpati pada seseorang.

5) Empati
Merupakan proses sosial yang hampir sama dengan simpati, hanya
perbedaannya adalah bahwa empati lebih melibatkan emosi atau
lebih menjiawai dalam diri seoang yang lebih daripada simpati.
Contoh: apabila kita melihat seseorang yang kecelakaan kita
berempati untuk ikut membantu korban kecelakaan itu.

6) Motivasi
Adalah suatu dorongan atau rangsangan yang diberikan seseorang
kepada orang lain sedemikian rupa sehingga orang yang diberi

13

motivasi tersebut menuruti atau melaksanakan yang dimotivasikan
kepadanya. Contoh : Pemberian tugas dari seorang guru kepada
muridnya merupakan salah satu bentuk motivasi supaya mereka
mau belajar dengan rajin dan penuh rasa tanggung jawab.

3. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Menurut Gillin dan Gillin tidak semua hubungan sosial dapat dikatakan
interaksi sosial. Suatu hubungan sosial dikatakan interaksi sosial jika terdapat dua
syarat yang terpenuhi. Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya
kontak sosial (social contact) dan komunikasi (communication).
a. Kontak Sosial (social contact)
Kontak sosial lebih menunjuk pada suatu hubungan sosial yang bersifat
langsung. Sebagai contohnya, sentuhan, percakapan, maupun tatap
muka. Namun, seiring dengan perkembangan zaman serta majunya
teknologi saat ini telah memungkinkan terjadinya kontak sosial yang
bersifat tidak langsung. Di mana pihak-pihak yang bersangkutan
menggunakan media perantara untuk melakukan kontak sosial seperti
email, SMS, telepon, dan lain-lain.
b. Komunikasi (communication)
Komunikasi terjadi setelah kontak sosial berlangsung. Pada umumnya
komunikasi mengacu pada proses penyampaian pesan dari seseorang
kepada orang lain yang dilakukan secara langsung maupun melalui alat
bantu agar orang lain memberikan tanggapan atau respons tertentu.
4. Bentuk dan Sifat Interaksi Sosial
Dalam proses interaksi sosial menghasilkan 2 bentuk yaitu proses sosial
asosiatif dan disosiatif.
a. Proses/interaksi Sosial Asosiatif
Adalah proses sosial yang membawa ke arah persatuan dan kerja sama.
Proses ini disebut juga sebagai proses yang positif. Beberapa proses
sosial yang bersifat asosiatif adalah :
1) Akulturasi (Acculturation)

14

Merupakan proses sosial yang timbul akibat suatu kebudayaan
asing/kebudayaan lain tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian
kebudayaan sendiri.
2) Asimilasi
Proses asimilasi terjadi apabila dalam masyarakat terdapat
perbedaan kebudayaan diantara kedua belah pihak, ada proses
saling menyesuaikan, ada interaksi intensif antara kedua belah
pihak.
3) Kerja Sama (Cooperation)
Merupakan bentuk yang paling utama dalam proses interaksi sosial
karena interaksi sosial yang dilakukan oleh seorang/kelompok orang
bertujuan untuk memenuhi kepentingan/kebutuhan bersama.
4) Akomodasi
Sebagai proses usaha-usaha yang dilakukan manusia untuk
meredakan atau memecahkan konflik dalam rangka mencapai
kestabilan.
b. Proses/Interaksi Sosial Disosiatif
Merupakan interaksi sosial yang membawa ke arah perpecahan. Ada
beberapa bentuk interaksi sosial disosiatif yaitu :
1) Konflik Sosial/Pertentangan
Dapat diartikan sebagai suatu proses antara dua orang atau lebih,
maupun kelompok berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan
menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
2) Persaingan (Competition)
Merupakan suatu proses sosial yang melibatkan mencapai
keuntungan melalui bidang kehidupan yang pada suatu saat tertentu
menjadi pusat perhatian umum, tanpa ancaman/kekerasan.
3) Kontrovensi
Merupakan suatu proses sosial yang posisinya berada diantara
persaingan dan konflik. Kontrovensi dapat berwujud sikap tidak
senang, baik secara terbuka/sembunyi-sembunyi.
5. Fungsi Interaksi Sosial
Interaksi sosial dalam masyarakat mempunyai fungsi sebagai suatu sarana,
tempat atau tatanan untuk saling bersinggungan atau bersinergi antara satu dengan
yang lain sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat.

15

Proses interaksi sosial yang berbentuk kerjasama atau kooperatif (asosiatif)
mempunyai fungsi positif antara lain: (a) proses pencapaian tujuan hidup individu
atau kelompok lebih mudah terwujud (b) mendorong terwujudnya pola kehidupan
individu atau kelompok secara integratif (c) setiap individu dapat meningkatkan
kualitas beragam peran sosial dalam kehidupan kelompok (d) mendorong
terbangunnya sikap mental positif pada setiap individu dalam proses-proses
sosialnya dan (e) mendorong lahirnya beragam inovasi di berbagai bidang menuju
masyarakt madani (masyarakat beradab).
Dalam batas-batas tertentu, interaksi sosial dalam bentuk persaingan atau
kompetisi (dissosiatif) mempunyai fungsi positif, antara lain: (a) menyalurkan
keinginan-keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif (b) sebagai
media tersalurkannya keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada suatu
masa menjadi pusat perhatian secara baik oleh mereka yang bersaing (c)
merupakan alat untuk menempatkan individu pada status dan peran yang sesuai
dengan kemampua/ keahliannya dan (d) sebagai alat menjaring para individu atau
kelompok yang akhirnya menghasilkan pembagian kerja yang efektif.
Demikian juga, dalam batas-batas tertentu, interaksi sosial dalam bentuk konflik
(dissosiatif) mempunyai fungsi positif, yaitu: (a) dapat mendorong terjadinya
perubahan pola perilaku seseorang atau kelompok ke arah yang lebih baik (b)
dapat mendorong terjadinya atau terbangunnya solidaritas ingroup dalam
kehidupan kelompok dan (c) dapat mendorong lahirnya karya demi karya yang
lebih inovatif atau lebih maju (Wilson, E.K. 1966 Mack, R. and Pease, J. 1973).
C. Atraksi Interpersonal dan Pengaruhnya

1. Definisi Atraksi Interpersonal
Kita dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi.
Semakin tertarik kita kepada seseorang, maka semakin besar kecenderungan kita
untuk berkomunikasi dengan dia. Oleh karena itu, atraksi interpersonal adalah
kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Adanya daya

16

tarik ini membentuk rasa suka. Rasa suka pada seseorang umumnya membuat
orang yang kita sukai menjadi signifikan bagi kita.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Atraksi Interpersonal
Faktor-faktor yang mempengaruhi atraksi interpersonal dibagi menjadi dua,
yaitu faktor personal dan faktor situasional. Berikut ini adalah penjelasan dari
faktor-faktor tersebut, yaitu:
a. Faktor-faktor personal yang mempengaruhi interpersonal yaitu:
1) Kesamaan Karakteristik Personal
Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap,
keyakinan, tingkat sosioekonomis, agama, dan ideologis memiliki
kecenderungan

saling

menyukai.

Menurut

teori

Cognitive

consistency dari Fritz Heider dalam Jalaluddin Rakhmat (2011),
manusia selalu berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan
perilakunya. Contoh: Ketika kita sedang naik kendaraan umum dan
berjumpa dengan seorang kenalan baru. Maka percakapan kita
berlangsung dan dimulai dari masalah-masalah demografis (dimana
anda tinggal, pekerjaan anda, dll) sampai masalah-masalah politik
dan sebagainya.
2) Tekanan Emosional (Stress)
Bila seseorang sedang dalam keadaan yang mencemaskannya atau
harus memikul tekanan emosional, maka ia akan menginginkan
kehadiran orang lain. Tekanan emosional ini dibuktikan oleh
Stanley Schacter dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) dengan
membuat sebuah eksperimen. Ia mengumpulkan dua kelompok
mahasiswi. Kepada kelompok pertama dia menyatakan bahwa
mereka akan menjadi subjek eksperimen yang meneliti efek kejutan

17

listrik yang sangat menyakitkan. Sedangkan untuk kelompok kedua
dia memberitahukan bahwa mereka hanya mendapat kejutan yang
ringan saja. Dari kedua kelompok tersebut Schacter menemukan
bahwa kelompok pertama memiliki kecemasan sebesar 63%,
sedangkan kelompok kedua memiliki tingkat kecemasan 33% . dari
data tersebut Schacter menyimpulkan bahwa situasi yang membuat
orang cemas akan meningkatkan kebutuhan akan kasih sayang.
3) Harga Diri Yang Rendah
Menurut wlster dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), bila harga diri
seseorang direndahkan, hasrat afiliasi (bergabung dengan orang
lain) bertambah, dan ia makin responsif untuk menerima kasih
sayang orang lain. Orang yang rendah diri cenderung mudah
mencintai orang lain.
4) Isolasi Sosial
Manusia adalah makhluk sosial. Manusia mungkin tahan dengan
hidup terasing untuk beberapa waktu dan bukan untuk waktu yang
lama. Isolasi sosial merupakan pengalaman yang tidak enak.
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa tingkat isolasi sosial
sangat berpengaruh terhadap kesukaan kita pada orang lain.
b. Faktor-faktor situasional yang mempengaruhi interpersonal yaitu:
1) Daya Tarik Fisik (Physical Attractiveness)
Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa daya tarik fisik sering
menjadi penyebab utama atraksi personal. Kita cenderung senang
kepada orang-orang yang berwajah tampan atau cantik. Mereka
sangat mudah memperolah perhatian dari lingkungan sekitarnya.
Jadi, tidak salah jika banyak sekali perusahaan yang menggunakan
wanita cantik dan pria tampan untuk dijadikan pegawai dalam
bagian promosi, iklan, dan bahkan Hubungan Masyarakatnya.
18

2) Ganjaran (Reward)
Kita akan menyukai orang yang menyukai kita dan kita akan
menyenangi orang yang memuji kita. Menurut teori pertukaran
sosial, interaksi sosial adalah semacam transaksi dagang. Kita akan
melanjutkan transaksi bila kita mendapatkan laba yang banyak.
Menurut Thibault dan Kelley dalam Jalaluddin Rakhmat (2011),
bila pergaulan kita sangat menyenangkan, sangat menguntungkan
dari segi psikologi dan ekonomis, maka kita akan saling
menyenangi.
3) Familiarity
Prinsip dari familiarity dicerminkan dalam peribahasa Indonesia,
“kalau tak kenal, maka tak sayang”. Ketika kita sering berjumpa
dengan seseorang dan tidak ada hal yang pentik untuk dibicarakan
maka kita akan menyukainya. Robert B. Zajonc dalam Jalaluddin
Rakhmat (2011) memperlihatkan foto-foto wajah dalam subjeksubjek eksperimennya. Ia menemukan makin seriang subjek melihat
wajah tertentu maka ia akan menyukainnya. Dari penelitian tersebut
kemudian melahirkan sebuah teori “more exposure” (terpaan saja).
Hipotesis itu dipakai sebagai landasan ilmiah akan pentingnya
repetisi pesan dalam mempengaruhi pendapat dan sikap.
4) Kedekatan (Proximity)
Kedekatan ini sangat erat kaitannya dengan familiarity. Orang
cenderung menyenangi mereka yang tempat tinggalnya berdekatan.
Orang yang tempatnya berdekatan akan cenderung saling menyukai.
Hal itu sering dianggap biasa. Namun, dari segi psikologi itu
merupakan hal yang luar biasa karena tempat yang kelihatannya
netral mampu mempengaruhi tatanan psikologis manusia. Hal itu
berarti, mereka dapat memanipulasikan tempat atau desain
arsitektural untuk menciptakan persahabatan dan simpati.

19

5) Kemampuan (Competence)
Kita

cenderung

menyenangi

orang-orang

yang

memiliki

kemampuan lebih tinggi daripada kita, atau lebih berhasil dalam
kehidupannya.

Aronson

dalam

Jalaluddin

Rakhmat

(2011)

menemukan dalam penelitian yang dilakukannya, bahwa orang yang
paling disenangi adalah orang yang memiliki kemampuan tinggi,
tetapi menunjukkan beberapa kelemahan.

3. Pengaruh Atraksi Interpersonal Pada Komunikasi Interpersonal
Sulit untuk memisahkan atraksi interpersonal dengan interaksi orang lain.
Kebanyakan apa yang kita katakan sebagai hal yang menarik akan terungkap
hanya setelah kita melakukan kontak dengan orang lain.
Daya tarik seseorang sangat penting bagi komunikasi interpersonal.
Hubungan-hubungan kita dengan orang lain sedikit banyak dipengaruhi oleh
apakah kita menyukai orang lain atau tidak. Jika kita menyukai seseorang, kita
akan cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengannya secara positif.
Sebaliknya, apabila kita tidak menyukainya, kita akan melihatnya secara negatif.
Pentingnya daya tarik dalam komunikasi juga dilandasi oleh adanya efek
timbal balik dalam ketertarikan. Kita menjadi tertarik pada seseorang yang tertarik
kepada kita. Singkatnya, jika seseorang menyukai kita maka kita balik
menyukainya.
Orang yang memiliki daya tarik bagi orang lain akan lebih dapat
mempengaruhi pendapat dan sikap seseorang. Oleh karena itu, penilaian dan
penafsiran akan sesuatu juga dipengaruhi oleh sejauh mana daya tarik orang
tersebut bagi kita.
a. Penafsiran Pesan dan Penilaian

20

Sudah diketahui bahwa pendapat dan penilaian kita tentang orang lain
tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional. Kita juga
makhluk emosional. Oleh karena itu, ketika kita menyenangi seseorang,
kita juga melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif.
Sebaliknya,

jika

kita

membencinya,

kita

cenderung

melihat

karakteristik secara negative.
b. Efektivitas Komunikasi
Komunikasi

interpersonal

dinyatakan

efektif

bila

pertemuan

komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila
kita berkumpul dengan kelompok yang banyak mamiliki kesamaan
dengan kita, maka kita akan menyenangi mereka. Begitu juga
sebaliknya. Menurut Wolosin dalam Jalaluddin Rakhmat (2011),
komunikasi akan lebih efektif bila para komunikan saling menyukai.

21

BAB III
KESIMPULAN

Sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktifitas, akan tetapi adalah merupakan “pre-disposisi” tindakan atau perilaku.
Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka.
Komponen pada sifat bisa diesut juga seperti kognitif, afektif, konatif. Selain itu
sikap juga memiliki dua bentuk, yaitu sikap positif dan sikap negatif.
Interaksi sosial ialah hubungan timbal balik yang dinamis antara individu
dan individu, antara individu dan kelompok, atau antara kelompok dengan
kelompok baik dalam kerja sama, persaingan, ataupun pertikaian. Betuk-bentuk
interaksi sosial: kerja sama, persaingan, konflik.
Atraksi interpersonal merupakan kesukaan pada orang lain, sikap positif dan
daya tarik seseorang. Adanya daya tarik ini membentuk rasa suka. Rasa suka pada
seseorang umumnya membuat orang yang kita sukai menjadi signifikan bagi kita.
Faktor-faktor yang mempengaruhi atraksi interpersonal dibagi menjadi dua, yaitu
faktor personal dan faktor situasional. Faktor-faktor personal yang mempengaruhi
interpersonal yaitu: (a) kesamaan karakteristik personal (b) tekanan emosional
(stress) (c) harga diri yang rendah (d) isolasi sosial. Faktor-faktor situasional yang
mempengaruhi interpersonal yaitu: (a) daya tarik fisik (physical attractiveness) (b)
ganjaran (reward) (c) familiarity (d) kedekatan (proximity) (e) kemampuan
(competence).

22

DAFTAR PUSTAKA

Fattah, Hanurawan. (2004). Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Bandung :Rosada
Gunawan, Singgih. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Gunung Mulia
Kartono, Kartini dkk. (1987). Kamus Psikologi. Jakarta : Pionir Jaya
Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran EDC
Ayu Putri. (2011). 01 November 2014. Atraksi Interpersonal Dan Hubungan
Interpersonal.

(online).

http://ayuputri-pratiwi.blogspot.com/2011/11/atraksi-

interpersonal-dan-hubungan_22.html
Lailis Nurhayati. (2011). 01 November 2014. Psikologi Sosial Tentang Sikap.
(online).

http://lalisnurhayatiii.blogspot.com/2013/05/psikologi-sosial-tentang-

sikap.html
Risya. (2012). 01 November 2014. Interaksi Sosial (Aksi, Reaksi dan Interaksi).
(online). http://risyacell.blogspot.com/2012/11/makalah-psikologi-umum.html

23

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24