Nomor : 1Pdt.G2018PA.Kras DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

  

P U T U S A N

Nomor : 1/Pdt.G/2018/PA.Kras

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

  Pengadilan Agama Karangasem yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama dalam persidangan Majelis Hakim telah menjatuhkan putusan sebagaimana tertera di bawah ini dalam perkara permohonan izin poligami yang diajukan oleh:

  

Pemohon, tempat lahir Bandung, tanggal 16 Januari 1981, agama Islam,

  pendidikan Diploma, pekerjaan Swasta (Karyawan Hotel), tempat tinggal Br. Dinas Buitan, Desa Manggis Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, selanjutnya disebut sebagai Pemohon;

  M E L A W A N

Termohon, tempat lahir Karangasem, tanggal 28 Oktober 1985, agama Islam,

  Pendidikan SLTA, pekerjaan Ibu Rumah Tangga yang beralamat Br. Dinas Buitan, Desa Manggis Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, selanjutnya disebut sebagai Termohon; Pengadilan Agama tersebut; Setelah membaca surat permohonan Pemohon dan surat-surat lain yang berkaitan; Telah mendengar keterangan Pemohon dan Termohon serta saksi-saksi; Telah memperhatikan bukti-bukti yang berhubungan dengan perkara ini;

DUDUK PERKARA

  Menimbang, bahwa Pemohon dengan surat permohonannya tertanggal

  8 Januari 2018 yang telah terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama

  Karangasem dengan Register Nomor 1/Pdt.G/2018/PA.Kras tertanggal 8 Januari 2018 telah mengemukakan permohonannya dengan dalil-dalil/alasan sebagai berikut :

  1. Bahwa pemohon sudah mempunyai seorang istri yang bernama Termohon (Termohon), yang telah tercatatkan pernikahannya di KUA Kecamatan Manggis, dengan nomor Kutipan Akta Nikah 04/01/IV/2007 tanggl 11 April 2007 dan bermaksud melangsungkan perkawinan kedua dengan seorang perempuan bernama Calon isteri kedua Pemohon, tempat lahir Gianyar, tanggal 05 Januari 1994, agama islam, Pendidikan SMA, pekerjaan karyawan swasta.

  2. Setelah 10 tahun menikah Pemohon dan Termohon dikarunia 2 orang anak yang bernama ANAK PERTAMA (9 Tahun) dan ANAK KEDUA (6 Tahun).

  3. Bahwa Pemohon melaksanakan tanggung jawabnya sebagai suami dalam hal memberikan nafkah lahir maupun bathin. Pemohon yang sering bertugas diluar kota hingga bertemu dan menjalin hubungan dengan seorang gadis yang bernama Calon isteri kedua Pemohon, sehingga menyebabkan kehamilan diluar nikah dengan usia kandungan 5 bulan.

  4. Bahwa dengan adanya keadaan tersebut dan atas pertimbangan masa depan Termohon dan anak anak pemohon dan sebagai pertanggung jawaban pemohon, lalu mengijinkan Pemohon untuk menikah lagi, dengan seorang perempuan yang bernama Calon isteri kedua Pemohon daripada Pemohon berbuat yang dilarang agama.

  5. Bahwa keinginan Pihak Pemohon telah mendapat restu (izin) dari istri pertama Pemohon dan akan diajukan pada saat persidangan.

  6. Bahwa pihak Pemohon telah hidup layaknya suami istri dengan Calon isteri kedua Pemohon dan telah hamil diluar nikah dengan usia kandungan 5 bulan.

  7. Bahwa Calon isteri kedua Pemohon berstatus seorang single berdomisili di Br. Lungsiakan, Desa Kedewatan, Kec Ubud, Gianyar Bali sedangkan pihak Pemohon berdomisili di Br. Dinas Buitan, Desa Manggis, Kec Manggis, Karangasem Bali.

  8. Bahwa Pemohon mempunyai penghasilan Rp. 25 juta perbulan

  9. Bahwa Pemohon bersedia untuk berlaku adil terhadap istri-istri Pemohon baik lahir maupun bathin.

  10. Bahwa antara Pemohon dengan calon istri tidak ada larangan perkawinan, baik menurut syariat Islam maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku, yakni :

  a. Antara calon istri dengan Pemohon maupun Termohon tidak ada hubungan saudara dan bukan sesusuan; b. Calon istri berstatus perawan dan tidak terikat pertunangan dengan laki- laki lain;

  11. Bahwa selama perkawinan Pemohon dengan Termohon telah memperoleh harta bersama sebagai berikut : a. 1 (Satu) Unit Mobil Suzuki R3 Warna Putih dengan NoPol DK 1022 SF pembelian tahun 2013 ; b. 1 (Satu) Unit Sepeda Motor Honda Vario warna Hitam 150 CC dengan

  Nopol DK 4367 SW pembelian tahun 2015 ;

  12. Bahwa antara Pemohon dan Termohon selama ini masih saling mencintai dan selain itu Termohon menyetujui dan mengijinkan kalau pemohon nikah lagi dengan seorang perempuan yang bernama Calon isteri kedua Pemohon, bahkan Termohon juga tidak keberatan kalau dimadu dengan Calon isteri kedua Pemohon, vide surat pernyataan terlampir.

  13. Bahwa antara Pemohon dan Calon isteri kedua Pemohon, sampai saat ini tidak ada larangan untuk menikah.

  14. Bahwa keluarga Calon isteri kedua Pemohon, juga tidak mempersoalkan dan tidak keberatan apabila saudaranya dinikahi pemohon dan dimadu dengan Termohon. Primer:

  1. Mengabulkan permohonan Pemohon;

  2. Memberi izin kepada Pemohon untuk menikah lagi dengan Calon isteri kedua Pemohon sebagai istri ke dua ;

  3. Menetapkan harta berupa :

  a. 1 (Satu) Unit Mobil Suzuki R3 Warna Putih dengan NoPol DK 1022 SF pembelian tahun 2013 ; b. 1 (Satu) Unit Sepeda Motor Honda Vario warna Hitam 150 CC dengan Nopol DK 4367 SW pembelian tahun 2015 ;

  Adalah harta brsama antara Pemohon dengan Termohon;

  4. Membebankan segala biaya perkara kepada Pemohon sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku; Subsider: Dan atau apabila Majelis Hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil- adilnya

  Menimbang, bahwa pada hari sidang yang telah ditentukan Pemohon dan Termohon secara in person hadir di persidangan; Bahwa Majelis Hakim telah berupaya mendamaikan kedua belah pihak berperkara guna memperoleh hasil yang maksimal dalam penyelesaian perkara ini dan menghindari perpecahan keluarga akibat kasus ini maka Majelis Hakim telah memerintahkan kepada kedua belah pihak berperkara untuk dapat menempuh jalan mediasi, untuk itu para pihak menyerahkan mediator kepada majelis hakim dan atas dasar itu Ketua Majelis menunjuk hakim Drs.Amanudin, S.H, M.Hum sebagai mediator

  Bahwa setelah dilaksanakan mediasi oleh hakim mediator yang dihadiri oleh Pemohon dan Termohon, selanjutnya mediator menyampaikan laporan kepada majelis hakim yang pada pokoknya tidak berhasil mendamaikan para pihak dan oleh karena itu pemeriksaan perkara dilanjutkan;

  Bahwa oleh karena itu kemudian dibacakanlah surat permohonan Pemohon yang dalam persidangan secara lisan Pemohon merubah keterangan posita No.3 yakni bahwa usia kandungan perempuan yang akan dinikahi Pemohon (Calon isteri kedua Pemohon) adalah 8 bulan bukan 5 bulan dan untuk selainnya Pemohon tetap dengan permohonannya;

  Bahwa atas dalil-dalil Pemohon tersebut, Termohon mengajukan jawaban secara lisan yang pada pokoknya mengakui dan membenarkan semua dalil permohonan Pemohon dan menyatakan tidak keberatan serta menyetujui dan atau mengijinkan Pemohon menikah lagi ataun berpoligami dengan seorang perempuan yang bernama Calon isteri kedua Pemohon dengan alasan Pemohon telah menjalin hubungan dengan perempuan tersebut yang menyebabkan kehamilan di luar nikah. Termohon juga menyatakan bahwa rumah tangga Pemohon dan Termohon hingga kini rukun dan damai;

  Bahwa di persidangan calon isteri Pemohon yang bernama Ni Wayan Anik Antarai binti I Wayan Ardita telah hadir dan memberi keterangan secara lisan yang pada pokoknya sebagai berikut: a. Bahwa calon istri Pemohon akan menikah dengan Pemohon jika diijinkan oleh Pengadilan; b. Bahwa calon istri Pemohon telah mengenal Pemohon sejak 3 tahun yang lalu namun tidak mengenal Termohon hanya diceritakan Pemohon; c. Bahwa calon istri Pemohon mengetahui Pemohon telah memiliki istri dan punya anak 2; d. Bahwa calon istri Pemohon kini sedang mengandung 8 (delapan) bulan akibat hubungan dengan Pemohon; e. Bahwa calon istri Pemohon dengan Pemohon sering melakukan hubungan badan bahkan telah hamil masih melakukan; f. Bahwa orang tua calon istri Pemohon tidak keberatan jika Pemohon menikahi calon istri Pemohon; g. Bahwa calon istri Pemohon masih berstatus belum menikah dan tidak ada pinangan atau ikatan perkawinan dengan laki-laki lain; h. Bahwa calon istri Pemohon ingin menikah didasari rasa cinta dengan

  Pemohon dan siap hidup rukun dengan istri Pemohon; i. Bahwa calon istri tersebut telah memeluk agama Islam sejak tanggal 16

  Desember 2017 di Masjid Annur Denpasar; j. Bahwa selama calon istri Pemohon hamil tidak pernah ada proses ritual agama Hindu yang dilakukan;

  Bahwa untuk meneguhkan dalil permohonannya, Pemohon telah mengajukan alat-alat bukti berupa :

A. Surat:

  1. Fotokopi Kutipan Akta Nikah atas nama Pemohon dan Termohon yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Manggis, Kabupaten

  Karangasem, bermeterai cukup, telah dinasegelen dan telah dicocokkan aslinya, selanjutnya diberi tanda P.1;

  2. Fotokopi Kartu Keluarga atas nama kepala keluarga Jerry Januar yang dikeluarkan Kepala Dinas Duk Capil Kabupaten Karangasem, tertanggal

  20 September 2016, bermeterai cukup, telah dinasegelen dan telah dicocokkan dan sesuai aslinya, selanjutnya diberi tanda P.2;

  3. Asli surat Pernyataan Izin Termohon kepada Pemohon untuk berpoligami tertanggal 25 Oktober 2017, selanjutnya diberi tanda P.3;

  4. Asli surat Pernyataan Termohon tidak keberatan dan tidak ada unsur paksaan mengijinkan Pemohon kawin lagi, tertanggal 24 Oktober 2017,, selanjutnya diberi tanda P.4;

  5. Asli surat Pernyataan tidak keberatan calon istri Pemohon untuk dipoligami tertanggal 25 Oktober 2017, selanjutnya diberi tanda P.5;

  6. Asli surat keterangan kependudukan atas nama Ni Wayan Anik Antari, tertanggal yang dikeluarkan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, tertanggal 25 Juli 2017, selanjutnya diberi tanda P.6;

  7. Asli surat katerangan belum menikah calon Istri kedua yang dikeluarkan oleh Perbekel Kedewatan, Desa Kedewatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, 27 Oktober 2017, selanjutnya diberi tanda P.7;

  8. Asli surat pernyataan berlaku Adil tertanggal 25 Oktober 2017 yang dibuat oleh Pemohon, selanjutnya diberi tanda P.8;

  9. Asli surat perjanjian kerja Pemohon dengan Alila Villas Uluwatu atau PT.Bukit Uluwatu Villa tertanggal 06 Maret 2017, bermeterai cukup dan dinaseegelen, selanjutnya diberi tanda P.9;

  10. Fotokopi sertifikat pernyataan memeluk islam atas nama Ni Wayan Anik Antari yang dikeluarkan Yayasan Masjid An-Nur, tertanggal 16 Desember 2017, bermeterai cukup, telah dinasegelen dan telah dicocokkan dan sesuai aslinya, diberi kode P.10;

  11. Asli surat Pernyataan suka sama suka yang dibuat oleh Pemohon dan calon istrinya tertanggal 01 Oktober 2017, selanjutnya diberi tanda P.11; Menimbang bahwa terhadap bukti P.1 s/d P.11 Termohon mengakui dan membenarkanya serta tidak membantahnya;

B. Saksi:

  1. Saksi Pertama, tempat tanggal lahir, Jakarta 27 Maret 1987, Agama Islam, pekerjaan Freelance bidang desaign, bertempat tinggal di Jalan Tukad Pancoran Perumahan Pesona Pancoran No.14 Denpasar, di dalam persidangan di bawah sumpahnya telah menerangkan sebagai berikut :

   Bahwa saksi adalah adik kandung Pemohon;  Bahwa saksi mengenal Pemohon dan Termohon sebagai suami istri;  Bahwa setahu saksi, Pemohon datang ke Pengadilan karena ingin mengajukan ijin poligami;  Bahwa alasan Pemohon mau poligami karena calon istri kedua Pemohon sudah hamil 8 bulan dan saksi mengetahui dari Pemohon sekitar Januari

  2018;  Bahwa saksi kenal dengan calon istri kedua Pemohon sejak satu tahun yang lalu ketika Pemohon beli sepatu bersama calon istri keduanya tersebut;

   Bahwa saksi hanya bertemu sekali dengan calon istri kedua Pemohon tersebut dan saya tidak kenal dengan keluarganya;  Bahwa saksi tidak mengetahui calon istri kedua Pemohon sudah masuk

  Islam atau belum ?  Bahwa orang tua Pemohon belum mengetahui persoalan Pemohon yang telah menghamili calon istrinya tersebut karena belum diberitahu oleh

  Pemohon dan juga saksi;  Bahwa saksi tidak mengetahui sikap keluarga calon istri Pemohon apakah keberatan atau menuntut karena masalah tersebut;  Bahwa Pemohon bekerja di Hotel dengan penghasilan sekitar

  Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah);  Bahwa Pemohon dan Termohon tidak pernah bertengkar dan rukun- rukun saja dan dimungkinkan ke depannya bisa berlaku adil kepada kedua istri dan anak-anaknya;

  Bahwa atas keterangan saksi tersebut, Pemohon dan Termohon tidak mengajukan pertanyaan apapun kepada saksi dan tidak membantahnya;

  2. Saksi Kedua, tempat dan tanggal lahir, Lungsiakan 29 Juni 1984, agama Islam, Pekerjaan swasta, bertempat tinggal di Br. Lungsiakan Kedewatan, Ubud, Kecamatan Ubud, di dalam persidangan di bawah sumpahnya telah menerangkan sebagai berikut :

   Bahwa saksi adalah kakak kandung calon istri kedua Pemohon;  Bahwa saksi mengenal Pemohon sejak 2 atau 3 tahun yang lalu tetapi tidak mengenal Termohon;  Bahwa saksi mengetahui Pemohon ingin menikahi adiknya (calon istri

  Pemohon) sejak adiknya Pemohon hamil 4 bulan;  Bahwa keluarga saksi sudah mengetahui peristiwa tersebut dan tidak keberatan asal Pemohon mau bertanggungjawab;  Bahwa adiknya sudah beragama Islamdan tidak keberatan;  Bahwa adik saksi tidak memiliki ikatan perkawinan dengan laki-laki lain;  Bahwa saksi tidak mengetahui penghasilan Pemohon;  Bahwa setelah mengetahui adiknya hamil tidak pernah ada ritual secara agama Hindu meskpun awalnya adiknya ingin dinikahkan secara agama

  Hindu namun karena beda agama tidak diperbolehkan oleh saksi dan juga keluarga;  Bahwa saksi sudah menasehati adiknya dan Pemohon untuk hidup rukun dan berdampingan dengan istri pertama Pemohon;

  Bahwa atas keterangan saksi tersebut, Pemohon dan Termohon tidak mengajukan pertanyaan apapun kepada saksi dan tidak membantahnya; Bahwa Termohon tidak mengajukan alat bukti apapun meskipun telah diberi kesempatan oleh hakim;

  Bahwa Pemohon dan Termohon telah mencukupkan bukti-bukti Pemohon tersebut dan dalam kesimpulannya mengemukakan bahwa Pemohon tetap pada pendiriannya tentang permohonannya dan Termohon juga tetap pada pendiriannya mengizinkan Pemohon untuk berpoligami, oleh karena itu Pemohon dan Termohon mohon perkaranya diputus oleh Majelis Hakim;

  Bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini, segala yang tercatat dalam berita acara persidangan dianggap telah dipertimbangkan dalam putusan ini dan ditunjuk sebagai bagian yang tak terpisahkan dari putusan ini;

PERTIMBANGAN HUKUM

  Menimbang, bahwa maksud dan tujuan Permohonan Pemohon adalah sebagaimana telah diuraikan di atas; Menimbang, bahwa bahwa dali-dalil Permohonan ijin poligami Pemohon pada pokoknya adalah sebagai berikut:

  1. Bahwa Pemohon telah memiliki seorang istri yang bernama Termohon (Termohon) dan memiliki dua orang anak;

  2. Bahwa Pemohon bermaksud melangsungkan perkawinan kedua dengan seorang perempuan bernama Calon isteri kedua Pemohon dengan alasan karena perempuan tersebut telah hamil 5 bulan akibat hubungan dengan Pemohon;

  3. Bahwa Termohon telah memberikan ijin kepada Pemohon untuk kawin lagi;

  4. Bahwa antara Pemohon dengan calon istri kedua Pemohon tidak ada larangan perkawinan baik menurut agama atau peraturan perundang- undangan;

  5. Bahwa Pemohon mempunyai penghasilan Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) setiap bulan dan bersedia untuk berlaku adil terhadap istri-istri Pemohon baik lahir maupun batin;

  Menimbang, bahwa Pemohon dan Termohon telah hadir secara in person di persidangan, selanjutnya Majelis Hakim di persidangan telah berusaha mendamaikan Pemohon dan Termohon agar Pemohon mengurungkan keinginannya untuk berpoligami sesuai Pasal 82 ayat (1) dan (4) Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 dan perdamaian tersebut telah pula dilakukan melalui proses mediasi akan tetapi tidak berhasil;

  Menimbang, bahwa terhadap permohonan Pemohon tersebut Termohon telah menyampaikan jawabannya secara lisan dengan mengakui dan membenarkan dalil permohonan pemohon tersebut serta menyetujui dan mengizinkan Pemohon menikah lagi karena calon istri kedua Pemohon telah hamil 8 bulan;

  Menimbang, bahwa calon isteri kedua Pemohon telah hadir di persidangan dan menyatakan yang pada pokoknya bersedia menjadi isteri kedua Pemohon dengan segala konsekwensinya dan tidak ada halangan atau larangan untuk perkawinan poligami dengan demikian pernyataan calon isteri kedua pemohon semakin menguatkan permohonan Pemohon dan jawaban Termohon;

  Menimbang, bahwa terhadap pengakuan Termohon dan pernyataan calon isteri kedua Pemohon maka Majelis Hakim berpendapat bahwa dengan pengakuan secara bulat di persidangan haruslah dinyatakan bahwa dalil permohonan Pemohon tersebut telah terbukti kebenarannya karena pengakuan murni atau bulat sebagai alat bukti yang sempurna dan mengikat sebagaimana ditentukan pasal 311 R.Bg jo pasal 1925 KUH Perdata, namun demikian, in

  

casu Majelis Hakim tetap harus memeriksa tentang persyaratan ijin poligami

  sebagai aturan yang imperatif sebagaimana telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan; Menimbang, bahwa dalam persidangan Pemohon telah mengajukan bukti

  P.1 sampai dengan P.11. secara formil majelis hakim menilai bahwa bukti P.1, P.2 dan P.6 adalah akta otentik karena di buat oleh pejabat umum yang berwenang dan bersesuian dengan maksud pasal 285 R.Bg jo. pasal 1868 KUH Perdata;

  Menimbang, bahwa bukti P.3, P.4, P.5, P.8 adalah akta bawah tangan yang bersifat tidak partai karena dibuat secara sepihak sehingga disebut akta pengakuan sepihak sebagaimana ditentukan pasal 291 R.Bg pasal 1878, sedangkan bukti P.7, P.9, P.10 dan P.11, majelis hakim juga menilai sebagai akta bawah tangan karena tidak dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang berwenang;

  Menimbang, bahwa meskipun alat bukti P.3, P.4, P.5, P.7, P.8 , P.9,P.10 dan P.11 adalah selurunhya termasuk akta bawah tangan namun namun karena tandatangan dan identitas serta keterangan yang tertuang dalam bukti- bukti tersebut tidak dibantah atau dibenarkan oleh masing-masing Pemohon maupun Termohon maka Majelis Hakim menilai bahwa kekuatan formil alat-alat bukti tersebut dapat dipersamakan dengan akta otentik dan secara materil, isi bukti-bukti tersebut dapat diterima oleh Majelis Hakim;

  Menimbang, bahwa dalam persidangan Pemohon juga telah menghadirkan calon istri kedua Pemohon dan telah memberikan keterangan namun karena calon istri Pemohon tidak disumpah maka majelis hakim secara materil akan mempertimbangkan keterangan-keterangan calon istri kedua Pemohon tersebut sepanjang sesuai atau dikuatkan dengan bukti-bukti Pemohon lainnya;

  Menimbang, bahwa selain bukti-bukti tersebut, Pemohon telah mengajukan bukti dua orang saksi yang sudah dewasa dan telah disumpah dalam persidangan sehingga secara formil telah memenuhi ketentuan pasal 172 ayat 1 angka 4 R.Bg jo. Pasal 175 R.Bg;

  Menimbang, bahwa saksi I memberikan keterangan yang pada pokoknya bahwa Pemohon berkeinginan berpoligami dengan seorang perempuan bernama NI Wayan Anik Antari dengan alasan bahwa perempuan tersebut telah hamil 8 bulan. Saksi menyatakan bahwa perempuan tersebut berstatus belum kawin dan tidak memiliki halangan perkawinan dengan Pemohon. Saksi juga menyatakan bahwa Pemohon memiliki gaji sekitar Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) dan menyatakan bahwa antara Pemohon dengan Termohon tidak pernah bertengkar atau rukun-rukun saja sehingga dimungkinkan bisa berlaku adil kepada kedua istrinya kelak dan anak-anaknya;

  Menimbang, bahwa saksi II memberikan keterangan yang pada pokoknya bahwa Pemohon ingin kawin lagi untuk kedua kalinya dengan Ni Wayan Anik Antari karena telah hamil 8 bulan. Saksi II sebagai kakak perempuan tersebut menyatakan bahwa setelah hamil adiknya tidak dinikahi oleh Pemohon karena berbeda agama namun sekarang telah masuk Islam dan mau menikah secara Islam namun tekendala syarat poligami;

  Menimbang, bahwa keterangan kedua orang saksi tersebut merupakan yang dilihat sendiri dan relevan dengan permohonan Pemohon sehingga telah memenuhi syarat materil pasal 308 R.Bg o. Pasal 1907 KUH Perdata;

  Menimbang, bahwa keterangan kedua orang saksi tersebut telah saling bersesuaian antara satu dengan lainnya atau tidak berdiri sendiri (unus testis

  

nulus testis) sehingga secara materil majelis hakim menilai keterangan kedua orang saksi tersebut telah memenuhi syarat pasal 309 R.Bg jo. Pasal 1908 KUH Perdata;

  Menimbang, bahwa berdasarkan permohonan Pemohon, jawaban Termohon, keterangan calon istri Pemohon, bukti-bukti surat dan keterangan saksi-saksi majelis hakim menemukan fakta-fakta kejadian sebagai berikut:

  1. Bahwa Pemohon dan Termohon adalah suami isteri yang sah;

  2. Bahwa Pemohon dan Termohon telah memiliki dua orang anak;

  3. Bahwa Pemohon telah melakukan hubungan dengan perempuan yang bernama Ni Wayan Anik Antari;

  4. Bahwa karena Ni Wayan Anik Antari telah hamil, Pemohon ingin menikahinya atau poligami;

  5. Bahwa Termohon sebagai istri sah Pemohon telah mengijinkan Pemohon untuk poligami;

  6. Bahwa Pemohon dan Termohon selama berumah tangga hingga kini selalu rukun dan harmonis;

  7. Bahwa Termohon memiliki gaji sebesar Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) setiap bulannya;

  8. Bahwa rumah tangga Pemohon dan Termohon selama ini tidak pernah bertengkar dan rukun–rukun saja;

  9. Bahwa Pemohon dan Termohon telah memiliki harta bersama satu unit mobil suzuki ertiga nopol DK 1022 SF dan satu unit motor honda vario warna hitam nopol DK 4367 SW;

  10. Bahwa antara Pemohon dengan calon istri keduanya tidak memiliki ada halangan perkawinan secara agama maupun undang-undang hanya terkendala persyaratan poligami;

  Menimbang, bahwa berdasarkan fakta kejadian tersebut majelis hakim menyimpulkan fakta hukum sebagai berikut:

  1. Bahwa Pemohon telah memiliki istri satu orang dan ingin menikah lagi atau poligami dengan perempuan lain yang bernama Ni Wayan Anik Antari binti Iwayan Ardita;

  2. Bahwa alasan poligami Pemohon karena perempuan tersebut yang akan dinikahi telah hamil 8 bulan;

  3. Bahwa Termohon telah setuju atau memberikan ijin kepada Pemohon untuk poligami;

  4. Bahwa Pemohon memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup istri-istri dan anak-anak mereka dan dapat berlaku adil;

  5. Bahwa Pemohon dan Termohon telah menetapkan harta bersama yang didapati Pemohon dan Termohon hingga sekarang Menimbang, bahwa terhadap fakta-fakta hukum tersebut maka majelis hakim akan menilai syarat-syarat ijin poligami Pemohon secara yuridis berdasarkan ketentuan Pasal 4 Ayat (2) Undang Undang nomor 1 Tahun 1974, jo.Pasal 41 huruf (a) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Jo. Pasal 57 Kompilasi Hukum Islam (INPRES nomor 1 Tahun 1991) sebagai dasar hukum untuk berpoligami;

  Menimbang, bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangn tersebut bahwa Pengadilan Agama hanya memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang apabila:

  a. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai sebagai seorang isteri;

  b. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan;

  c. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan; Menimbang, bahwa syarat poligami tersebut adalah syarat utama dan imperatif namun bersifat fakultatif karena tidak diharuskan untuk dipenuhi seluruhnya. Berdasarkan fakta hukum yang ditemukan bahwa Pemohon tidak memiliki salah satu alasan yang ditentukan oleh ketentuan perundang- undangan tersebut di atas, namun alasan Pemohon ingin berpoligami dikarenakan calon istri kedua Pemohon telah hamil 8 bulan;

  Menimbang, bahwa alasan-alasan poligami yang ditentukan peraturan perundang-undangan hakekatnya mengacu pada tujuan pokok perkawinan yang tercantum dalam Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan yaitu membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa atau dalam bahasa Kompilasi Hukum Islam, yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Karena jika salah satu alasan tersebut terjadi pada sebuah rumah tangga maka akan menjadi masalah atau persoalan yang membuat salah satu pihak yakni istri tidak bisa menjalankan kewajiban dan pihak lain yakni suami tidak mendapatkan haknya sehingga dapat mengurangi keharmonisan dan pada akhirnya menimbulkan goncangan rumah tangga dalam bentuk pertengkaran maupun perselisihan dan bentuk lainnya yang semakin menjauhkan tujuan perkawinan. Oleh karenanya dengan melakukan poligami dengan didasarkan salah satu dari tiga alasan tersebut hakekatnya bertujuan untuk memberikan solusi tanpa sebuah perceraian dan mengembalikan beberapa komponen perkawinan atau rumah tangga tersebut sehingga tidak ada lagi goncangan dan tujuan perkawinan dapat dipertahankan;

  Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas maka majelis hakim menilai bahwa alasan poligami yang diajukan oleh Pemohon juga memiliki dasar tujuan yang sama dengan tiga alasan tersebut yakni untuk mempertahankan tujuan perkawinan, in casu perkawinan Pemohon dengan Termohon. Calon istri kedua Pemohon yang telah hamil akibat hubungan badan dengan Pemohon, in casu telah membuat goncang rumah tangga Pemohon dengan Termohon, sebagaimana yang dinyatakan oleh Termohon sendiri bahwa bila Pemohon tidak mempoligami calon istri keduanya tersebut atau Termohon tidak mengijinkan Pemohon poligami maka Termohon khawatir akan ada persoalan yang lebih besar yang dapat mengganggu keharmonisan rumah tangga Pemohon dan Termohon seperti persoalan hukum yang salah satunya berakibat pada hilangnya pekerjaan Pemohon dan akhirnya berimbas pula kepada tidak tercukupinya hak Termohon yang harus diberikan Pemohon baik lahir maupun batin;

  Menimbang, bahwa kekhawatiran Termohon tersebut bukanlah hal yang tidak beralasan, majelis hakim menilai bahwa akibat hubungan badan yang dilakukan Pemohon dan calon istri keduanya di luar ikatan perkawinan bukan hanya memiliki dampak negatif bagi si Pemohon dan calon istri keduanya namun juga berdampak negatif pada kehidupan sosial yang lebih luas seperti kepada keluarga besar calon istri kedua Pemohon. Bila Pemohon tidak memberikan pertanggungjawaban terhadap anak yang dikandung dan kelak akan dilahirkan oleh calon istri kedua Pemohon dengan cara menikahinya yang sah maka akan menimbulkan aib bagi calon istri kedua Pemohon dan keuarga besarnya di hadapan masyarakat. Persoalan ini pada akhirnya akan memicu tuntutan keluarga besar calon istri kedua Pemohon baik secara hukum atau di luar hukum selama belum dinikahi oleh Pemohon. Kondisi ini tentu akan berakibat buruk bagi kehidupan rumah tangga Pemohon dan Termohon yang sebelumnya rukun dan damai menjadi goncang dan tidak harmonis;

  Menimbang, bahwa selain pertimbangan sosiologis, alasan ijin poligami yang diajukan oleh Pemohon juga memiliki dampak psikologis yang buruk bagi rumah tangga Pemohon dan Termohon. Hubungan di luar ikatan perkawinanyang dilakukan oleh Pemohon dengan calon istrinya telah menjadi candu bagi Pemohon dan calon istri keduanya untuk mengulangi kembali perbuatan tersebut. Sebagaimana dinyatakan oleh calon istri kedua Pemohon dan tidak dibantah oleh Pemohon bahwa Pemohon dan calon istri keduanya telah melakukan hubungan badan lebih dari sekali dan telah berulang-ulang termasuk setelah calon istri keduanya telah hamil. Bila hal ini terus dilakukan kembali tanpa adanya ikatan perkawinan maka semakin lama akan mempengaruhi keharmonisan rumah tangga Pemohon dan Termohon;

  Menimbang, bahwa berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut maka ijin poligami yang diajukan oleh Pemohon dengan alasan tersebut di atas dinilai majelis hakim merupakan salah satu jalan untuk menghilangkan kerusakan-kerusakan atau ke-madharat-an bagi rumah tangga Pemohon dan Termohon dan juga si calon istri kedua Pemohon, meskipun di sisi lain adanya kemaslahatan yang terabaikan. Pertimbangan majelis hakim ini juga telah sejalan dengan kaidah fiqhiyah yang tercantum dalam kitab al-Asbah wan

  

Nadzoir halaman 62 yang kemudian diambil alih dan merupakan pendapat

  Majelis Hakim yang berbunyi sebagai berikut:

  ﺢﻠﺎﺻﻤﻟﺍﺏﻟﺠﻰﻟﻋﻡ ﺩ ﻗﻣ ﺩ ﺴﺎﻓﻣﻟ ﺍ ﺀ ﺭﺩ

  Artinya ”Menolak kerusakan didahulukan daripada menarik kemaslahatan”; Menimbang, bahwa pertimbangan majelis hakim tersebut di atas bukan untuk melegalkan sebuah hubungan badan di luar ikatan perkawinan karena in casu, majelis hakim akan tetap mempertimbangkan persyaratan yang lain guna menghindari persolaan baru yang disebabkan poligami yang akan dilakukan oleh Pemohon. Selain mempertimbangkan komponen syarat

  

fakultatif di atas, majelis hakim juga tetap memperhatikan ketentuan pasal 5

  ayat (1) Undang-undang nomor 1 tahun 1974 jo. pasal 41 huruf (b) dan (c) Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1975 jo. pasal 58 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam sebagai syarat kumulatif, yakni:

  1. Adanya persetujuan dari isteri;

  2. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak mereka;

  3. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri anak-anak mereka; Menimbang, bahwa dalam persidangan Termohon telah menyatakan secara lisan mengijinkan Pemohon untuk menikah lagi dengan calon istri kedua Pemohon. Pemohon juga telah mengajukan bukti P.3 dan P.4 yakni ijin secara tertulis tanpa paksaan, yang sebelumnya telah dipertimbangkan secara formil dan materil maka syarat kumulatif yang pertama dinilai majelis hakim telah dipenuhi oleh Pemohon;

  Menimbang, bahwa kemampuan Pemohon dalam hal menjamin keperluan hidup Termohon dan calon isteri keduanya serta anak-anaknya telah dibenarkan oleh Termohon, calon istri kedua Pemohon dan saksi I Pemohon. Selain itu, Pemohon juga telah memberikan bukti P.9 yakni bahwa penghasilan Pemohon sebesar Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) setiap bulannya. Dengan demikian Majelis Hakim menilai bahwa dengan gaji tersebut beserta tunjangan lainnya sebagaimana tersebut dalam bukti P.9 dan berdasarkan ukuran biaya hidup di Kabupaten Karangasem atau daerah yang ada di Indonesia pada umumnya maka Pemohon dinilai memiliki kemampuan untuk menjamin keperluan isteri-isterinya kelak. Dengan demikian syarat kumulatif kedua telah dipenuhi oleh Pemohon;

  Menimbang, bahwa selain persyaratan di atas yang bersifat material dan terukur tentang kemampuan Pemohon, ketentuan perundang-undangan juga telah mensyaratkan seorang pemohon ijin poligami harus menjamin bisa berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anak mereka kelak;

  Menimbang, bahwa Pemohon telah mengajukan alat bukti P.8 tentang pernyataan berlaku adil yang secara formil dan materil telah dipertimbangkan sebelumnya. Terhadap bukti P.8, meskipun bukti ini bersifat formalistik yakni keadilan di atas sebuah kertas dan keadilan adalah sesuatu yang sulit untuk didefiniskan namun majelis hakim menilai keadilan berdasarkan indikasi-indikasi yang bisa dikatakan sebagai keadilan;

  Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Termohon sendiri sebagai istri Pemohon dan saksi I yakni adik Pemohon sendiri yang menerangkan bahwa antara Pemohon dan Termohon tidak pernah bertengkar dan rumah tangganya rukun-rukun saja maka majelis hakim menilai bahwa fakta ini bisa dinilai sebagai circumstansial evidennce atau menjadi bukti dengan sendirinya mengenai adanya sifat adil yang dimilki oleh Pemohon selama ini, persangkaan majelis hakim ini telah sejalan dengan pasal 1922 KUH Perdata jo. pasal 310 R.Bg;

  Menimbang, bahwa syarat jaminan sebuah keadilan menurut Majelis Hakim sesuatu yang abstrak dan sulit untuk diukur, namun demikian, in casu berdasarkan alat bukti P.8 dan dikuatkan oleh jawaban Termohon yakni istri Pemohon dan saksi I yakni adik kandung Pemohon dalam persidangan mengenai rumah tangga Pemohon dan Termohon yang tidak pernah bertengkar dan rukun–rukun saja maka dengan persangkaan hakim (rechtelijke

  

vermoeden), f akta tersebut dinilai sebagai circumstansial evidennce atau

  menjadi bukti dengan sendirinya mengenai adanya sifat adil yang dimilki oleh Pemohon selama ini, persangkaan Majelis Hakim ini telah sejalan dengan

  pasal 1922 KUH Perdata jo. pasal 310 R.Bg; Menimbang bahwa terhadap fakta-fakta tersebut di atas Majelis hakim menilai bahwa syarat-syarat yang ditentukan perundang-undangan baik yang bersifat fakultatif maupun kumulatif bagi seorang suami yang ingin berpoligami telah terbukti dapat dipenuhi oleh Pemohon;

  Menimbang, bahwa akibat dari ijin poligami yang dikabulkan oleh Pengadilan adalah dilaksanakannya pernikahan Pemohon kepada calon isteri kedua Pemohon dengan demikian selain mempertimbangkan syarat-syarat poligami tersebut dan untuk menghindari perkawinan yang tidak sejalan dengan peraturan perundang-undangan serta hukum Islam maka Majelis Hakim juga memeriksa dan mempertimbangkan syarat sah perkawinan Pemohon dengan calon isteri kedua Pemohon;

  Menimbang, bahwa dalam persidangan, calon isteri kedua Pemohon menyatakan tidak ada hubungan keluarga, hubungan darah dan hubungan susuan dan larangan lainnya yang menjadi penghalang untuk kawin secara poligami dengan Pemohon. Pemohon juga telah mengajukan alat bukti P.10 tentang pernyataan masuk Islam maka semakin menguatkan bahwa antara Pemohon dengan Termohon tidak memiliki halangan perkawinan sebagaimana ditentukan pasal 8 Undang-udang Nomor 1 tahun 1974 jo. pasal 39, 40, 41, 42, 43 dan 44 Kompilasi Hukum Islam;

  Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, majelis hakim kiranya memberikan penguatan bahwa syarat-syarat yang ditentukan oleh peraturan perundang-undang tersebut hakekatnya adalah untuk mengawal sebuah perkawinan poligami sebagai alternatif untuk mempertahankan tujuan perkawinan yang sakinah mawaddah dan rahmah. Dengan demikian segala syarat di luar perundang-undangan yang disesuaikan dengan sebuah kondisi sebagaimana yang telah dipertimbangkan majelis hakim di atas hakekatnya tidak menyimpang selama poligami tersebut dikendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan sebagaimana disebutkan dalam pasal 3 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam; “pengadilan dapat memberikan ijin

  

kepada seorang suami untuk beritri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh

pihak-pihak yang bersangkutan”. Dengan catatan bahwa kehendak tersebut

  tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan agama yang dianut pihak-pihak tersebut; Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut dan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas Majelis Hakim menilai bahwa

  Pemohon telah memenuhi syarat-syarat poligami atau lebih kurang tidak bertentangan dengan yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan baik yang bersifat fakultatif maupun kumulatif;

  Menimbang, bahwa berdasarkan KMA/032/SK/IV/2006 tentang pemberlakuan Buku II Pedoman Pelaksanaan dan Administrasi Pengadilan Edisi Revisi 2010 bahwa pada saat permohonan izin poligami suami wajib pula mengajukan permohonan penetapan harta bersama dengan isteri sebelumnya, permohonan ini bertujuan untuk melindungi hak isteri sebelumnya serta mempermudah pembagian harta bersama ketika terjadi perceraian atau kematian;

  Menimbang, bahwa dalam permohonannya Pemohon telah mengajukan penetapan harta bersama Pemohon dan Termohon yang seluruhnya dibenarkan oleh Termohon dan juga calon istri kedua Pemohon maka Majelis Hakim menilai telah memenuhi syarat formil dan materil pembuktian sehingga terbukti bahwa harta bersama Pemohon dan Termohon sebagai berikut: a. 1 (Satu) Unit Mobil Suzuki R3 Warna Putih dengan NoPol DK 1022 SF pembelian tahun 2013 ; b. 1 (Satu) Unit Sepeda Motor Honda Vario warna Hitam 150 CC dengan

  Nopol DK 4367 SW pembelian tahun 2015 ; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang telah diuraikan di atas, maka permohonan Pemohon untuk diizinkan berpoligami terbukti cukup beralasan dan telah memenuhi syarat sehingga sebagaimana ditentukan pasal 43 Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 bahwa “apabila pengadilan berpendapat bahwa cukup alasan bagi Pemohon untuk beristeri lebih dari seseorang maka Pengadilan memberikan putusannya berupa izin untuk beristeri lebih dari seorang;

  Menimbang bahwa, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, Majelis Hakim bependapat dalil pemohonan Pemohon untuk berpoligami telah didasarkan kepada alasan hukum dan telah terbukti oleh karenanya petitum permohonan Pemohon dapat dikabulkan dengan memberi izin kepada Pemohon untuk menikah lagi (poligami) dengan calon isteri kedua Pemohon yang bernama Calon isteri kedua Pemohon serta mengabulkan permohonan penetapan harta bersama Pemohon dan Termohon;

  Menimbang, bahwa karena perkara ini termasuk dalam bidang perkawinan, maka berdasarkan ketentuan Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan terakhir diubah dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 semua biaya yang timbul dalam perkara ini dibebankan kepada Pemohon untuk membayarnya;

  Mengingat segala ketentuan perundangan-perundangan yang berlaku serta hukum syara’ yang berkaitan dengan perkara ini;

  

M E N G A D I L I

  1. Mengabulkan permohonan Pemohon;

  2. Memberi ijin kepada Pemohon Pemohon untuk menikah lagi (poligami) dengan calon istri kedua bernama Calon isteri kedua Pemohon;

  3. Menyatakan bahwa harta-harta sebagai berikut: 3.1. 1 (Satu) Unit Mobil Suzuki R3 Warna Putih dengan NoPol DK 1022 SF pembelian tahun 2013 3.2. 1 (Satu) Unit Sepeda Motor Honda Vario warna Hitam 150 CC dengan

  Nopol DK 4367 SW pembelian tahun 2015; Adalah harta bersama antara Pemohon dengan Termohon;

  4. Membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya perkara sejumlah Rp.331000,00 ( tiga ratus tiga puluh satu ribu rupiah ).;

  Demikian Putusan ini dijatuhkan dalam musyawarah Majelis Hakim Pengadilan Karangasem pada hari Selasa tanggal 6 Februari 2018 Masehi, bertepatan dengan tanggal 20 Jumadil Awwal 1439 Hijriyah oleh kami Ahmad Rifa’i, S.Ag, M.HI sebagai Ketua Majelis, Abdurrahman, S.Ag dan Nurul Laily, S.Ag

   masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan tersebut pada

  hari itu juga diucapkan oleh Ketua Majelis tersebut dalam sidang terbuka untuk umum dengan dihadiri oleh Hakim-hakim Anggota tersebut serta dibantu oleh Syamsurrijal, S.H sebagai Panitera Pengganti, dihadiri pula oleh Pemohon dan Termohon; HAKIM ANGGOTA KETUA MAJELIS

  Abdurrahman,S.Ag Ahmad Rifa’i, S.Ag, M.HI HAKIM ANGGOTA Nurul Laily, S.Ag.

  PANITERA PENGGANTI

   Syamsurrijal, S.H Perincian Biaya Perkara :

  Pendaftaran Rp 30.000,- Proses Rp 50.000,- Panggilan Rp 240.000,- Redaksi Rp 5.000,- Meterai Rp 6.000,- JUMLAH Rp 331.000,-

  (tiga ratus tiga puluh satu ribu rupiah)