BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motivasi 2.1.1. Pengertian Motivasi - Motivasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas Kesatria Di Kecamatan Siantar Timur Kota Pematangsiantar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Motivasi

2.1.1. Pengertian Motivasi

  Motivasi berasal dari kata latin “MOREVE” yang berarti dorongan atau daya penggerak. Secara umum, motivasi artinya mendorong untuk berbuat atau beraksi. Menurut Sarwono (2002) “Motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dari dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan” (Sunaryo, 2002).

  Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu (Stoner & Freeman, 1995 dalam Suarli & Bahtiar, 2002).

  Motivasi menurut Purwanto (2002), adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Suarli & Bahtiar, 2002).

  Menurut Suarli dan Bahtiar (2002), motivasi menurut bentuknya terdiri atas (1) Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri individu,misalnya tingkat pendidikan, harapan/keinginan dan pengalaman (2) Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari luar diri individu, misalnya lingkungan, dorongan/bimbingan dari orang lain dan jarak tempat tinggal ke puskesmas. Motivasilah yang merangsang, memberikan arah dan mendorong aktivitas individu kearah tujuan-tujuannya yang terdapat pada lingkungan yang mengelilingi, yang pencapaiannya membawa kepada pemuasan motivasi tertentu (Langgulung, 1986).

  2.1.2. Aspek-Aspek Motivasi

  Ada dua aspek yang dikenal yaitu aspek aktif atau dinamis dan aspek pasif atau statis (Hasibuan, 1996). Aspek aktif/dinamis yaitu motivasi tampak sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia agar secara produktif berhasil mencapai tujuan yang diinginkan. Aspek pasif/statis yaitu motivasi tampak sebagai perangsang untuk dapat mengarahkan dan menggerakkan potensi sumber daya manusia itu kearah tujuan yang diinginkan.

  Keinginan dan kegairahan kerja ini dapat ditingkatkan berdasarkan pertimbangan tentang adanya dua aspek motivasi yang bersifat statis, yaitu: a) Aspek motivasi statis tampak sebagai keinginan dan kebutuhan pokok manusia yang menjadi dasar dan harapan yang akan diperolehnya dengan tercapainya tujuan organisasi.

  b) Aspek motivasi statis adalah berupa alat perangsangan/insentif yang diharapkan akan dapat memenuhi apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan pokok yang diharapkannya tersebut.

  2.1.3. Teori-Teori Motivasi

  a) Teori Abraham Maslow Abraham Maslow memandang bahwa kebutuhan manusia tersusun atas suatu hierarki atau urutan kebutuhan, mulai dari kebutuhan yang paling mendasar (kebutuhan fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri), yaitu: 1)

  Fisiologi: kebutuhan yang berkaitan langsung dengan fisik manusia, seperti makan, minum, tempat tinggal, kesehatan badan, dan lain- lain. 2)

  Keamanan dan keselamatan (safety & security): kebutuhan akan kebebasan dari ancaman, baik berupa ancaman kejadian atau ancaman dari lingkungan. Misalnya adalah gaji tetap sehingga bisa melakukan perencanaan reguler.

  3) Rasa memiliki (belongingness), sosial dan cinta: kebutuhan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, seperti pertemanan, afiliasi, interaksi, pernikahan, kerja sama dalam tim, dan lain-lain.

  4) Harga diri (esteem): kebutuhan untuk menghargai diri sendiri maupun mendapat penghargaan dari orang lain. Misalnya adalah pencapaian posisi atau jabatan tertentu.

  5) Aktualisasi diri (self actualization): kebutuhan untuk bisa memaksimumkan kemampuan, keahlian dan potensi diri. Misalnya dalam menghadapi tantangan kerja.

  Konsep Maslow menyebutkan bila pada suatu saat semua kebutuhan ada, maka kebutuhan biologislah akan terasa paling kuat tuntutan pemenuhannya. Sehingga kebutuhan-kebutuhan yang lain belum akan terasa tuntutannya. Manusia merupakan mahluk sosial yang mempunyai keinginan. Manusia dimotivasi oleh suatu keinginan untuk memuaskan berbagai kebutuhan. Bila kebutuhan tidak terpuaskan akan mempengaruhi tingkah laku manusia tersebut. Namun bila sudah terpenuhi, maka kebutuhan tersebut tidak lagi menjadi motivator.

  b) Teori Herzberg

  Herzberg meninjau motivasi dalam hubungannya dengan kepuasan kerja. Ia membedakan kebutuhan yang mendorong orang bertingkah laku menjadi dua kelompok yaitu: 1)

  Faktor Higienik (faktor ekstrinsik) Disebut juga faktor yang mempengaruhi ketidakpuasan kerja atau faktor yang dapat mencegah terjadinya ketidakpuasaan kerja, seperti jabatan, gaji, status, kondisi lingkungan kerja, kebijakan, peraturan ruang perawatan dan rumah sakit, kualitas hubungan interpersonal, hubungan dalam kelompok, hubungan bawahan-atasan, jaminan keamanan dalam bekerja.

  2) Faktor Motivasional (faktor intrinsik)

  Faktor motivasional adalah seperangkat kondisi kerja yang membantu membangun suatu motivasi. Faktor-faktor tersebut adalah prestasi, peningkatan status pekerjaan itu sendiri, tanggung-jawab dan pengembangan pribadi. Masalah motivasi sangat berkaitan dengan pekerjaan dan cara mempertinggi motivasi tersebut dengan cara mengubah design tugas sehingga menimbulkan kegairahan kerja. c) Teori X-Y Mc Gregor

  Mengatakan bahwa terdapat dua sikap dasar pada manusia. Sikap seseorang akan mempengaruhi produktivitasnya. Sikap dasar tersebut adalah: 1)

  Sikap dasar yang dilandasi oleh teori X Asumsi dari teori ini bahwa pada hakekatnya manusia kebanyakan lebih suku diawasi daripada diberi kebebasan, tidak senang menerima tanggung jawab, malas dan selalu ingin aman saja. Motivasi kerjanya yang utama adalah uang dan keuntungan finansial. Kelompok ini mau bekerja karena adanya imbalan atau hadiah. 2)

  Sikap dasar yang dilandasi oleh teori Y Asumsi dari teori ini adalah bahwa hakekatnya kebanyakan manusia suka bekerja. Bekerja merupakan kegiatan alami seperti halnya bermain dan kontrol terhadap diri sendiri merupakan suatu hal yang esensial.

  d) Teori Mc.Clelland

  Mc.Clelland mengembangkan teori prestasi dan menyimpulkan bahwa motivasi yang terdapat dalam diri seseorang dipengaruhi oleh tiga kebutuhan: 1)

  Kebutuhan akan keberhasilan Seseorang selalu ingin tampil lebih baik dari sebelumnya. Dorongan untuk menjadi yang terbaik, mencapai keberhasilan sesuai dengan standar yasng telah ditetapkan dan berjuang untuk sukses.

  2) Kebutuhan akan afiliasi

  Seseorang memiliki keinginan untuk membentuk persahabatan, cinta dan rasa memiliki dalam hubungan antara manusia secara dekat.

  3) Kebutuhan akan kekuasaan

  Seseorang memiliki keinginan untuk mengontrol dan mempengaruhi orang lain untuk berperilaku seperti yang dia kehendaki.

  e) Proses theoris of motivation

  Teori ini berfokus pada cara mengontrol atau mempengaruhi perilaku seseorang, yang terdiri dari empat teori proses motivasi, yaitu:

  1) Penguatan (Reinforcement)

  Perilaku yang memuaskan harus dikuatkan dan dipuji untuk meningkatkan dorongan mengulang kembali perilaku tersebut agar menjadi sebuah motivasi dikemudian hari.

  2) Penghargaan (Expectasy)

  Penghargaan adalah tingkat penampilan tertentu terwujud melalui usaha tertentu, yang meyakini bahwa individu termotivasi oleh harapan yang akan datang sehingga melakukan pekerjaannya dengan baik.

  3) Keadilan (Equity)

  Keadilan adalah usaha atau kontribusi yang diberikan, dihargai sama dengan penghargaan yang telah diberikan pada orang lain. Dengan perlakuan yang adil tidak akan merubah perilaku tetapi sebaliknya perlakuan yang tidak adil akan merubah perilaku. Jika seseorang telah memiliki motivasi yang tinggi tidak mendapat keadilan sesuai dengan kontribusi yang telah diberikan maka perilakunya akan berubah dan motivasinya akan turun.

  4) Penetapan tujuan (Goal Setting)

  Seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja jika tugas dan tanggungjawabnya ditetapkan dengan jelas yang meliputi lima komponen, yaitu: SMART (Spesifik, Measurable, Achievable, Realistic, Tim bound).

  f) Teori Isi (Content theory)

  Teori isi sering disebut juga teori kebutuhan dan teori kepuasan yang terdiri dari:

  1) Teori Motivasi Konvensional (Taylor)

  Teori ini disebut juga teori motivasi tradisional atau klasik dimana dalam pendekatannya menggunakan pendekatan faktor ekonomi.

  Semakin besar imbalan yang diberikan, maka diharapkan semakin tinggi motivasi sehingga menghasilkan gairah kerja yang tinggi, prestasi yang meningkat dan akhirnya diharapkan produktifitasnya tinggi.

  2) Teori Motivasi ERG (Aldefer)

  Teori motivasi ERG (Existence, Relatedness, Growth) merupakan modifikasi dari teori kebutuhan Maslow guna memperbaiki beberapa kelemahan. Teori ini menempatkan kebutuhan manusia kedalam tiga kelompok kebutuhan yaitu keberadaan (Existence), terdiri dari kebutuhan fisiologis dan kebutuhan rasa aman dan nyaman yang bersifat sangat mendasar sehingga harus terpenuhi. Kekerabatan (Relatedness), merupakan kebutuhan kebersamaan dengan cara saling berhubungan diantara sesama. Dengan terciptanya hubungan yang baik akan menstimulus motivasi. Pertumbuhan dan Perkembangan (Growth), terdiri dari kebutuhan harga diri dan aktualisasi. Dengan adanya kesempatan tumbuh dan berkembang, maka akan menumbuhkan motivasi bagi seseorang.

2.2. Puskesmas

  2.2.1. Pengertian Puskesmas

  Puskesmas adalah unit pelayanan teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (KepMenKes No.128 Thn 2004). Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan masyarakat yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

  2.2.2. Fungsi Puskesmas

a) Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.

  Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

  b) Pusat pemberdayaan masyarakat.

  Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

  c) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

  Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

  Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi:

  1) Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.

  2) Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

  Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.

2.2.3. Upaya dan Azas Penyelenggaraan

  Upaya untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalu puskesmas, yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni: a) Upaya Kesehatan Wajib

  Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah upaya promosi kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai kesehatan sehingga masyarakat dengan sadar mau mengubah perilakunya menjadi perilaku sehat. Sasaran penyuluhan adalah kelompok-kelompok masyarakat yang berisiko tertular penyakit maupun masyarakat umum. Penyuluhan kesehatan masyarakat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tiap-tiap program puskesmas (Muninjaya, 2002).

  Upaya kesehatan lingkungan adalah bertujuan menanggulangi dan menghilangkan unsur-unsur fisik pada lingkungan sehingga faktor lingkungan yang kurang sehat tidak menjadi faktor resiko timbulnya penyakit menular di masyarakat. Sasarannya adalah tempat-tempat umum (seperti pasar, restoran, tempat ibadah, sumber air minum penduduk dan tempat pembuangan air limbah dan sebagainya). Upaya selanjutnya adalah upaya kesehatan ibu dan anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB) yang bertujuan menurunkan angka kematian dan kejadian sakit dikalangan ibu pada saat kehamilan, bersalin dan saat menyusui. Meningkatkan derajat kesehatan anak, melalui pemantauan status gizi dan pencegahan sedini mungkin berbagai penyakit menular yang dapat dicegah dengan immunisasi dasar sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Sasaran program KIA adalah Ibu hamil, ibu menyusui dan anak-anak sampai dengan umur 5 tahun. Sementara tujuan program KB adalah menurunkan angkakelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu sehingga di dalam keluarganya akan berkembang norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera yang sasarannya adalah pasangan usia subur (Muninjaya, 2002).

  Upaya perbaikan gizi adalah program yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui pemantauan status gizi kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi (ibu hamil dan balita), pemberian makanan tambahan (PMT) baik yang bersifat penyuluhan maupun pemulihan.

  Sasarannya adalah ibu hamil, ibu menyusui dan anak-anak yang berumur di bawah lima tahun (Muninjaya, 2002).

  Kegiatan yang dilaksanakan pada upaya pemberantasan penyakit menular bertujuan menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin dan mengurangi berbagai faktor resiko lingkungan masyarakat yang memudahkan terjadinya penyebaran penyakit menular di suatu wilayah, memberikan proteksi khusus kepada kelompok masyarakat tertentu agar terhindar dari penularan penyakit (Muninjaya, 2002). Pemberian immunisasi, pemberantasan vektor dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat adalah beberapa kegiatan yang dilakukan.

  Upaya pengobatan meliputi diagnosa sedini mungkin melalui riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, membuat diagnosa, melaksanakan tindakan pengobatan, melakukan upaya rujukan diagnostik dan pengobatan/rehabilitasi (Effendy, 1998) b)

  Upaya Kesehatan Pengembangan Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni: 1)

  Upaya Kesehatan Sekolah 2)

  Upaya Kesehatan Olah Raga 3)

  Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat 4)

  Upaya Kesehatan Kerja 5)

  Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut 6)

  Upaya Kesehatan Jiwa 7)

  Upaya Kesehatan Mata 8)

  Upaya Kesehatan Usia Lanjut 9)

  Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta upaya pencatatan dan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya pengembangan puskesmas. Perawatan kesehatan masyarakat merupakan pelayanan penunjang, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan.Apabila perawatan kesehatan masyarakat menjadi permasalahan spesifik di daerah tersebut, maka dapat dijadikan sebagai salah satu upaya kesehatan pengembangan.

  Azas penyelenggaraan puskesmas yang dimaksud adalah (1) Azas pertanggungjawaban wilayah. Dalam arti puskesmas bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. (2) Azas pemberdayaan masyarakat, yaitu puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya puskesmas.(3) Azas keterpaduan, untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan, yakni: keterpaduan lintas program dan keterpaduan lintas sektor. (4) Azas rujukan, yaitu sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas terbatas utuk itu dilimpahkanlah wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti satuuk, strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar pelayanan kesehatan yang sama (DepKes, 2004).

  Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah geografis dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas.

2.3. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

  Pelayanan adalah suatu aktivitas atau rangkaian alat yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi akibat interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untu memecahkan persoalan konsumen (Gronroos, 1990 dalam Ratminto & Winarsi, 2005). Dalam hal ini pelayanan yang diberikan adalah pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga ataupun masyarakat. Pelayanan kesehatan ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam satu organisasi yang memiliki tujuan utama untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit dengan sasaran utama masyarakat (Hodgetts & Cascio, 1983 dalam Mubarak, 2009).

  Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah penggunaan fasilitas pelayanan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan ataupun bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan pelayanan tersebut (Azwar, 1999).

  Menurut Mubarak (2009) suatu pelayanan kesehatan harus memiliki berbagai persyaratan pokok yang dapat mempengaruhi masyarakat dalam menentukan pilihannya terhadap penggunaan jasa pelayanan kesehatan dalam hal ini puskesmas:

  2.3.1. Tersedia dan berkesinambungan Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyara kat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat dibutuhkan.

  2.3.2. Dapat diterima dan bersifat wajar Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan masyarakat, serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.

  2.3.3. Mudah dicapai Ketercapaian yang dimaksud yaitu lokasi, pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan yang terlalu terkonsentrasi di daerah perkotaan saja dan sementara itu tidak ditemukan di daerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.

  2.3.4. Mudah dijangkau Terutama dari sudut biaya, harus dapat diupayakan biaya kesehatan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Biaya yang mahal hanya mungkin dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat saja bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.

  2.3.5. Bermutu Mutu yang dimaksud adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang di satu pihak tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

Dokumen yang terkait

Motivasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas Kesatria Di Kecamatan Siantar Timur Kota Pematangsiantar

2 35 78

Respon Masyarakat Terhadap Program Jamkesmas oleh Puskesmas Kesatria di Kecamatan Siantar Timur Kota Pematang Siantar

3 77 109

Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai di Kantor Kecamatan Siantar Utara Kota Pematangsiantar

40 271 80

BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Motivasi 2.1.1. Pengertian Motivasi - Pengaruh Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada PT. Perusahaan Gas Negara (Persero), Tbk SBU Distribusi Wilayah III Sumatera Utara

0 4 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1. Pengertian Kinerja - Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Petugas KIA di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2015

0 0 25

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Nyeri Reumatoid Artritis dengan Aktivitas Sehari-hari Lansia di Puskesmas Kesatria Pematangsiantar

0 1 23

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motivasi Kerja 2.1.1. Pengertian Motivasi - Hubungan Motivasi Perawat dan Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Kinerja Perawat di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.

0 1 51

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Ruang Lingkup Perilaku Kesehatan - Gambaran Perilaku Tenaga Kesehatan Terhadap Pelayanan Prima di Puskesmas Tomuan Kecamatan Siantar Timur Kota Pematangsiantar Tahun 2012

0 0 31

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motivasi 2.1.1. Pengertian Motivasi - Hubungan Motivasi dan Beban Kerja dengan Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa

0 1 30

Motivasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas Kesatria Di Kecamatan Siantar Timur Kota Pematangsiantar

0 0 23