HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN JUMLAH ANAK DENGAN PEMILIHAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB (Di RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya)

  

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN JUMLAH ANAK DENGAN

PEMILIHAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB

(Di RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya)

  1) 2) 3) Ayu Citra Mayasari , Astrida Budiarti , Adibah Enggar 1 Keperawatan, Stikes Hang Tuah Surabaya 2 Email:

Keperawatan, Stikes Hang Tuah Surabaya

3 Email:

Keperawatan, Stikes Hang Tuah Surabaya

Email:

  

Abstract

Family Planning is an action that helps the individual or spouse to get a certain objective, avoid

unwanted births, set the interval pregnancies, control the time of birth in a marital relationship and

determine the number of children in the family. The purpose of this study is to analyze the corelation

the level of education and the amount of children with the choice of contraceptive use in the family

planning acceptors in RW 03 Kedung Cowek Surabaya.The method of this research is analytical

observational with cross sectional approach. The population of this research is that all KB acceptor

in RW 03 of Kedung Cowek Surabaya is 50 people. Determination of the sample in this study using

Simple Random Sampling. To know the correlation the level of education and the amount of children

with the choice of contraceptive use in the family planning acceptors using spearman rho statistic

test wit h α = 0,05.The results showed that education level p = 0,011 (p <α = 0,05) and amount of

children p = 0,047 (p <α = 0,05) had relationship with choosing contraception usage. The

conclusion of this study is the level of education and the amount of children has corelate with the

selection of contraceptive use. The higher the level of education will affect the family planning

acceptors to choose efektivity of contraception. The more amount of children will affect the family

planning acceptors is chosen the type of long-term contraception.

  Keywords : Education Level, Amount Of Children, Family Planning Acceptors, Selection Of

  Contraceptive Usage

  didapatkan di wilayah RW 03 kelurahan

1. PENDAHULUAN

  Keluarga Berencana (KB) menurut WHO Kedung Cowek Surabaya. Berdasarkan hasil merupakan tindakan yang membantu individu wawancara dengan beberapa akseptor KB atau pasangan suami istri untuk mendapat mereka mengatakan meskipun sudah objektif tertentu, menghindari kelahiran yang menggunakan metode kontrasepsi jangka tidak diinginkan, mengatur interval di antara pendek dengan baik tetapi masih saja kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran mengalami kegagalan dalam penggunaan dalam hubungan suami istri dan menentukan kontrasepsi tersebut dan hasilnya mereka tetap jumlah anak dalam keluarga (Sulistyawati, saja mengalami peningkatan jumlah anak. 2011). Alat kontrasepsi yang tersedia di Secara nasional sampai bulan Juli 2016 Indonesia ada 2 jenis yaitu Non MKJP sebanyak 4.565.977 peserta KB aktif (kondom, suntik, pil) dan MKJP (IUD, didominasi oleh peserta Non MKJP yaitu implant, MOP, MOW). Kondisi yang ada di sebesar 72,43%, sedangkan untuk peserta Indonesia masyarakat masih banyak yang MKJP hanya sebesar 27,57% (BKKBN, 2016). menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek, Data dari Riskesdas tahun 2013, pencapaian padahal alat kontrasepsi jangka pendek pemakaian alat kontrasepsi sebesar 59,7% memiliki resiko kegagalan cukup tinggi. (59,3% menggunakan kontrasepsi modern dan Meskipun tingkat efektivitasnya rendah 0,4% menggunakan kontrasepsi tradisional). metode Non MKJP masih banyak diminati oleh Hasil prevalensi KB baru di Indonesia akseptor KB di Indonesia, demikian juga yang berdasarkan Survei Pemantauan Pasangan Usia Subur tahun 2013 mencapai angka 61,9% dengan metode KB yang didominasi oleh peserta KB suntikan (48,56%), pil KB (26,60%), Implan (9,23%), IUD (7,75%), kondom (6,09%), MOP (0,25%) dan MOW (1,52%) (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Menurut BKKBN provinsi Jawa Timur, saat ini banyak Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan alat kontrasepsi berupa KB suntik. Data yang dihimpun oleh BKKBN Jawa Timur menunjukkan penggunaan KB suntik mencapai 3.131.548, KB PIL sebanyak 968.075, implant sebanyak 294.359, kondom sebanyak 52.224, IUD sebanyak 368.909, MOW sebanyak 46.197, MOP sebanyak 46.197 (BKKBN, 2015). Berdasarkan wawancara dengan salah satu kader di wilayah RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya saat ini penggunaan KB di wilayah tersebut di dominasi oleh KB suntik sebesar 70%, KB Pil 20%, dan IUD 10%.

  Pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti 1) faktor pasangan meliputi umur, gaya hidup, frekuensi senggama, jumlah anak yang diinginkan, pengalaman dengan metode kontrasepsi sebelumnya, 2) faktor kesehatan yang meliputi status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik dan panggul 3) faktor metode kontrasepsi meliputi efektifitas efek samping, biaya 4) faktor budaya meliputi kesalahan persepsi mengenai suatu metode, kepercayaan religius dan budaya, tingkat pendidikan, persepsi resiko kehamilan, status wanita (Pendit, 2012; Proverawati, Islaely, & Aspuah, 2010).

  1

  2

  5. Implant

  9.1

  4

  IUD

  75.0 4.

  33

  3. Suntik

  9.1

  4

  2. PIL

  2.3

  1. Kondom

  Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan dalam pola pengambilan keputusan dan menerima informasi. Pada akseptor KB dengan tingkat pendidikan rendah, keikutsertaannya dalam program KB hanya ditujukan untuk mengatur kelahiran, sementara itu pada akseptor KB dengan tingkat pendidikan tinggi, keikutsertaannya dalam program KB selain untuk mengatur kelahiran juga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga (Indira, 2009).

  Prosentase (%)

  No. Jenis KB Frekuensi (f)

  3. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Jenis KB yang digunakan

  Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan dan jumlah anak pada akseptor KB. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemilihan penggunaan alat kontrasepsi. Penelitian ini menggunakan uji Spearman Rho.

  menggunakan kuisioner dan wawancara.

  sampling dengan pendekatan Simple Random Sampling . Instrument penelitian ini

  Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik. Populasi pada penelitian ini adalah akseptor KB di wilayah RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya. Tehnik sampling menggunakan probability

  2. METODE PENELITIAN

  Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Tingkat Pendidikan dan Jumlah Anak dengan Pemilihan Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Akseptor KB di RW 03 kelurahan Kedung Cowek Surabaya.

  Sebenarnya angka pemakaian KB di wilayah RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya sudah relatif tinggi, tetapi dalam masalah pemilihan alat kontrasepsi para akseptor KB lebih memilih untuk menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek.

  (Indira, 2009). Faktor-faktor ini nantinya dapat mempengaruhi keberhasilan program KB. Hal ini dikarenakan setiap metode atau alat kontrasepsi yang dipilih memiliki efektivitas yang berbeda-beda. Seperti metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) yang memiliki tingkat efektivitas dan keberhasilan cukup tinggi dibanding dengan Non MKJP.

  Begitu pula dengan faktor jumlah anak, jumlah anak berkaitan erat dengan program KB karena salah satu misi dari program KB adalah terciptanya keluarga dengan jumlah anak yang ideal yakni dua anak dalam satu keluarga

  4.5 Total 44 100

  

Tabel 2. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Pemilihan Penggunaan Alat

Kontrasepsi

  3

  Menurut hasil yang didapatkan peneliti berasumsi bahwa akseptor KB lebih memilih untuk menggunakan KB suntik dikarenakan lebih praktis karena hanya perlu control setiap 1 atau 3 bulan sesuai dengan yang digunakan oleh akseptor KB. Peneliti berpendapat bahwa responden lebih memilih alat kontrasepsi jenis suntik dikarenakan tingkat keefektifannya yang tinggi serta dapat bertahan secara bertahun-tahun dalam penggunaanya. Selain itu akseptor KB di RW 03 lebih memilih jangka pendek dikarenakan masih banyak yang takut untuk menggunakan jenis KB IUD dan Implant. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Surinati (2013) bahwa rendahnya akseptor yang takut untuk menggunakan KB IUD dikarenakan kurangnya informasi yang didapat.

  Sibagariang menyebutkan bahwa alat kontrasepsi hormonal seperti KB suntik termasuk jenis kontrasepsi yang aman serta efektif dipakai oleh semua wanita dalam rentang usia produktif (Sibagariang & Dkk, 2010). Di Indonesia sendiri peserta KB suntikan (48,56%), pil KB (26,60%), Implan (9,23%), IUD (7,75%), kondom (6,09%), MOP (0,25%) dan MOW (1,52%) (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Tidak hanya di Indonesia di Jawa Timur penggunaan KB suntik mencapai 63,8%, KB PIL 19,7%, implant sebanyak 5,9%, kondom sebanyak 1,0%, IUD sebanyak 7,5%, MOW sebanyak 0,9%, MOP sebanyak 0,9% dan KB tradisional sebanyak 0,3% (BKKBN, 2015).

  Data yang diperoleh pada tabel 1 didapatkan responden dengan menggunakan KB suntik sebanyak 33 orang (75.0 %), KB PIL sebanyak 4 orang (9.1 %), KB IUD sebanyak 4 orang (9.1 %), KB implant sebanyak 2 orang (4.5 %), KB kondom sebanyak 1 orang (2.3 %).

  4 100%

Uji Spearman Rho p = 0,047

  4

  

5

34% 6 14%

  

1

  2 45%

  Total 3 7%

  IUD 0% 1 25% 2 50% 1 25% 4 100% Implant 0% 0% 1 50% 1 50% 2 100%

  3 100%

  1 30% 4 12%

  Jenis KB Tingkat Pendidikan

  7 52%

  1

  Kondom 0% 1 100% 0% 0% 1 100% PIL 1 25% 1 25% 2 50% 0% 4 100% Suntik 2 6%

  2 Orang > 2 Orang > 5 Orang F % F % F % F % F %

  1 Orang

  Total

  Jenis KB Jumlah Anak

  Total 1 2% 21 48% 9 20% 13 30% 44 100%

Uji Spearman Rho p = 0,011

Tabel 3. Hubungan Antara Jumlah Anak Dengan Pemilihan Penggunaan Alat Kontrasepsi

  IUD 0% 0% 2 50% 2 50% 4 100% Implant 0% 0% 1 50% 1 50% 2 100%

  F % F % F % F % F % Kondom 0% 1 100% 0% 0% 1 100% PIL 0% 3 75% 1 25% 0% 4 100% Suntik 1 3% 17 52% 5 15% 10 30% 33 100%

  Total Tidak Sekolah SD SMP SMA

  Dari hasil penelitian didapatkan pula bahwa rata-rata responden telah menggunakan KB selama 3-5 tahun. Dalam jangka waktu tersebut terdapat 16 responden pernah mengganti jenis KB yang digunakan. Responden banyak yang beralih dari KB PIL ke KB suntik hal tersebut yang menyebabkan tingginya akseptor KB suntik di RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya. Alasan mereka mengganti jenis KB tersebut antara lain karena KB yang digunakan sebelumnya menimbulkan masalah kesehatan seperti darah tinggi, perdarahan, kenaikan berat badan.

3.1 Hubungan tingkat pendidikan dengan pemilihan penggunaan alat kontrasepsi pada akseptor KB di RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya

  Data yang diperoleh dari tabel 2 dijelaskan bahwa dari 44 responden yang menggunakan jenis KB suntik dengan tidak sekolah sebanyak 1 responden (3%), dengan lulusan SD sebanyak 17 responden (52%), dengan lulusan SMP sebanyak 5 responden (15%), dan dengan lulusan SMA sebanyak 10 responden (30%). Responden yang menggunakan jenis KB PIL dengan lulusan SD sebanyak 3 responden (75%), dengan lulusan SMP sebanyak 1 responden (25%). Responden yang menggunakan KB IUD dengan lulusan SMP sebanyak 2 responden (50%), dengan lulusan SMA sebanyak 2 responden (50%). Responden yang menggunakan KB implant dengan lulusan SMP sebanyak 1 responden (50%), dan dengan lulusan SMA sebanyak 1 responden (50%). Dan responden yang menggunakan jenis KB kondom dengan lulusan SD sebanyak 1 responden (100%). Nilai uji Spearman Rho. Secara statistic didapatkan p = 0,011 < α = 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemilihan penggunaan alat kontrasepsi pada akseptor KB di RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya.

  Wanita PUS yang mempunyai pendidikan tinggi akan memilih alat kontrasepsi MKJP karena mereka mempunyai pengetahuan yang baik tentang manfaat dan resiko alat kontrasepsi sehingga mereka memilih alat kontrasepsi yang aman, praktis dan jangka panjang (Christiani, Charis, 2014). Menurut

  penelitian yang dilakukan Kusumaningrum peningkatan tingkat pendidikan akan menghasilkan tingkat kelahiran yang rendah karena pendidikan akan mempengaruhi persepsi negatif terhadap nilai anak dan akan menekan adanya keluarga besar (Kusumaningrum, 2009). Orang tua dalam keluarga tentu saja menginginkan agar anaknya berkualitas dengan harapan dikemudian hari dapat melanjutkan cita-cita keluarga, berguna bagi masyarakat dan negara. Dalam hubungan dengan pemakaian kontrasepsi pendidikan akseptor KB dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan jenis kontrasepsi yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kelangsungan pemakaiannya.

  Menurut (Affandi, 2010) faktor pendidikan seseorang sangat menentukan dalam pola pengambilan keputusan dan menerima informasi. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya suatu hal, termasuk pentingnya keikutsertaan dalam KB. Kepandaian membaca dan menulis memudahkan penyebaran keterangan tentang KB, tapi juga mengenai pengertian dasar tentang bagaimana dan mengapa serta berbagai cara membatasi kelahiran dan apakah yang dibatasi selama ini berhasil, apa keuntungan dari tiap-tiap cara tersebut.

  Berdasarkan hasil penelitian peneliti berasumsi bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki oleh responden rata-rata adalah tingkat pendidikan rendah. Meskipun memiliki tingkat pendidikan hanya lulusan SD tidak membuat akseptor KB tersebut menjadi tidak tahu mengenai kesadarannya akan program KB. Tetapi dalam pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan dari responden yang hanya lulusan SD sebesar 52% menggunakan jenis KB suntik yang termasuk jenis kontrasepsi jangka pendek yang aman dan praktis bagi akseptor KB. Begitupula dengan responden lulusan SMA yang sudah sebagian besar memilih jenis kontrasepsi jangka panjang. Dari hasil yang didapatkan peneliti hampir seluruh responden mempunyai pola pikir yang sama terhadap penggunaan KB. Baik responden dengan pendidikan tinggi maupun rendah beranggapan bahwa penggunaan KB saat ini hanya untuk menjarangkan atau menunda kehamilan saja. Dalam penggunaan KB pada akseptor KB di wilayah RW 03 Kelurahan Kedung Cowek berasumsi kegagalan tersebut bisa dikarenakan kesalahan akseptor dalam memilih jenis kontrasepsi. Handayani (2010) menyebutkan tingkat pendidikan terakhir PUS tidak saja mempengaruhi keikutsertaan KB tetapi juga pemilihan suatu metode.

  Data yang diperoleh dari tabel 3 dijelaskan bahwa dari 44 responden yang menggunakan jenis KB suntik dengan memiliki 1 orang anak sebanyak 2 responden (6%), memiliki 2 orang anak sebanyak 17 responden (52%), memiliki >2 orang anak sebanyak 10 responden (30%), dan memiliki >5 orang anak sebanyak 4 responden (12%). Responden yang menggunakan KB PIL dengan memiliki 1 orang anak sebanayak 1 responden (25%), memiliki 2 orang anak sebanyak 1 responden (25%), memiliki >2 orang anak sebanyak 2 responden (50%). Responden yang menggunakan KB IUD dengan memiliki 2 orang anak sebanyak 1 responden (25%), memiliki >2 orang anak sebanyak 2 responden (50%), memiliki >5 orang anak sebanyak 1 responden (25%). Responden yang menggunakan KB implant dengan memiliki >2 orang anak sebanyak 1 responden (50%), memiliki >5 orang anak sebanyak 1 responden (50%). Dan responden yang menggunakan jenis KB kondom dengan memiliki 2 orang anak sebanyak 1 responden (100%). Nilai uji Spearman Rho secara statistik didapatkan p = 0,047 < α = 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara jumlah anak dengan pemilihan penggunaan alat kontrasepsi pada akseptor KB di RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya.

  Saiffudin (2006) dalam (Nawirah & Rahmah, 2014) Jumlah anak ini selalu diasumsikan dengan penggunaan alat kontrasepsi. Banyaknya anak merupakan salah satu faktor pasangan suami istri tersebut memilih menggunakan alat kontrasepsi. Secara teoritis, akseptor yang mempunyai jumlah anak >2 orang (multipara) dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang.

  Jumlah anak berkaitan erat dengan program KB karena salah satu misi dari program KB adalah terciptanya keluarga dengan jumlah anak yang ideal yakni dua anak dalam satu keluarga, laki-laki maupun perempuan sama saja. Para wanita umumnya lebih menyadari bahwa jenis kelamin anak tidak penting sehingga bila jumlah anak sudah dianggap ideal maka para wanita cenderung untuk mengikuti program KB. Jumlah anak juga berkaitan erat dengan tingkat kesejahteraan keluarga. Pada keluarga dengan tingkat kesejahteraan tinggi umumnya lebih mementingkan kualitas anak daripada kuantitas anak (Indira, 2009).

3.2. Hubungan jumlah anak dengan pemilihan penggunaan alat kontrasepsi pada akseptor KB di RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya

  Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa responden rata-rata memiliki jumlah anak yang cukup yaitu 2 orang. Hal ini disebabkan karena responden telah menerapkan program KB dengan baik yaitu 2 anak cukup. Tetapi untuk saat ini masih banyak juga responden yang menginginkan untuk menambah jumlah anak lagi. Pemakaian KB saat ini hanya untuk mengatur jarak kelahiran. Dalam penggunaan KB responden yang memiliki 1-2 anak sudah menggunakan jenis kontrasepsi jangka pendek, tetapi pada responden yang memiliki >2 anak ada yang menggunakan jangka pendek dan jangka panjang, pada responden dengan >5 anak masih menggunakan jangka pendek, tetapi sudah ada juga yang menggunakan kontrasepsi jangka panjang. Semakin

  banyak anak yang dimiliki maka akan semakin besar kecenderungan untuk menghentikan kesuburan sehingga lebih cenderung untuk memilih metode kontrasepsi jangka panjang. Menurut Fienalia bahwa jumlah anak hidup yang dimiliki seorang wanita, akan memberikan pengalaman dan pengetahuan, sehingga wanita dapat mengambil keputusan yang tepat tentang cara atau alat kontrasepsi yang akan dipakai (Fienalia, 2012).

  4. KESIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pengujian pada pembahasan yang dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai berikut: Jenis KB yang paling banyak digunakan (MKJP) Provinsi Jawa Tengah. Jurnal oleh akseptor KB di RW 03 Kelurahan Kedung Ilmiah Untag Semarang . Cowek Surabaya adalah jenis KB suntik 5.

  Fienalia, R. (2012). Faktor yang (75,0%).

  Berhubungan dengan Penggunaan Tingkat pendidikan dan jumlah anak Metode Kontrasepsi Jangka Panjang. memiliki hubungan yang signifikan dengan Jurnal FKM UI , 7(1). pemilihan penggunaan alat kontrasepsi pada 6.

  Indira, L. (2009). Faktor-Faktor Yang akseptor KB di RW 03 Kelurahan Kedung Mempengaruhi Pemilihan Jenis Cowek Surabaya. Kontrasepsi Yang Digunakan Pada

  Diharapkan untuk para akseptor KB dapat Keluarga Miskin . Universitas meningkatkan pengetahuan tentang pemilihan Diponegoro. jenis kontrasepsi. Agar kontrasepsi yang 7.

  Kementerian Kesehatan RI. (2014). digunakan sesuai. Buletin Kemenkes RI. Artikel. Retrieved

  Diharapakan bagi petugas kesehatan di from wilayah tempat penelitian untuk memberikan http://www.depkes.go.id/folder/view/01/s informasi kesehatan guna meningkatkan tructure-publikasi-pusdatin-buletin.html pengetahuan terhadap calon akseptor KB

  8. Kusumaningrum, R. (2009). Faktor- melalui sosialisasi program KB dan Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan memberikan edukasi tentang pemilihan jenis Jenis Kontrasepsi Yang Digunakan Pada kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi calon Pasangan Usia Subur . Universitas akseptor KB tersebut. Diponegoro.

  9. Nawirah, M. I., & Rahmah. (2014). Faktor

  

REFERENSI Yang Mempengaruhi Pemilihan

1.

  Kontrasepsi IUD Di Wilayah Kerja Affandi, B. (2010). Panduan Praktis

  Pelayanan Kontrasepsi (2nd ed.). Jakarta: Puskesmas Wonomulyo Kecamatan

  Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Wonomulyo Kabupaten Polman. Jurnal 2.

  Kesmas Unhas .

  BKKBN. (2016). Peserta KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi. Retrieved 10.

  Pendit, A. U. (2012). Ragam Metode from

  Kontrasepsi . Jakarta: EGC.

  http://aplikasi.bkkbn.go.id/sr/DALLAP/L 11.

  Proverawati, A., Islaely, A. D., & Aspuah, aporan2013/ViewLaporanDALLAP.aspx S. (2010). Panduan Memilih Kontrasepsi.

  3. Yogyakarta: Nuha Medika.

  BKKBN, J. T. (2015). Jumlah PUS Berdasarkan Kesertaan Ber-KB.

  12. Sibagariang, E. E., & Dkk. (2010). Retrieved from Kesehatan Reproduksi Wanita . Jakarta: http://manajemenpk.bkkbn.go.id/felisa/P TIM.

  USMenurutKesertaanBerKB.aspx?Provin 13.

  Sulistyawati, A. (2011). Pelayanan siID=15&map=350000&Periode=12/31/ Keluarga Berencana . Pelayanan 2015 12:00:00 AM Keluarga Berencana . Jakarta: Salemba 4.

  Medika. Christiani, Charis, D. (2014). Faktor-

  Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang