HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KESEHATAN ORANG TUA DAN STATUS GIZI ANAK TERHADAP KEJADIAN COMMON COLD PADA BALITA (Relationships Between Health Behaviors and Nutritional Status of Children on Common Cold Events in Understanding)
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KESEHATAN ORANG TUA DAN STATUS GIZI
ANAK TERHADAP KEJADIAN COMMON COLD PADA BALITA
(Relationships Between Health Behaviors and Nutritional Status of Children on Common Cold
Events in Understanding)
Aries Abiyoga, Rizky Amalia Ana, Rani Fitriani Arifin
ABSTRACT
Common cold is a disease of respiratory infection acute (ARI) in nasopharynx and nose withcold symptoms, stuffy nose throat sore and headache. The infection of acute respiratory often
attacks children under five years old because their immunity still not formed perfectly. So, they are
attacked infection disease easily. Parents health behaviour toward toddlers is an important factor
in decide the toddlers are attacked by ARI. The nutrition status also influencing the infection toward
the toddlers. The toddlers who have less nutrition status is susceptible attack disease infection
because their immune go down.The aim of this study was to determine the correlation between parents health behaviour and
children’s status nutrition with common cold on toddlers.The design of this study was analitical
with cross sectional approach. The samples is 44 mothers who have ill toddler and came to
Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu with a purposive sampling technique.
The study results was Kolmogorove-Smirnov test, there are correlation between parents
health behaviour with common cold on toddlers with P-value 0,000 (<0,05), and there are
correlation between children status nutritoin with common cold on toddlers with P-value 0,000
(0,05).The conclusion of this study there was correlation between parents health behaviour and children status nutrition with common cold on toddler. In suggesting for toddler’s mothers is they
have to improve their knowledge which related to health behaviour and pay attention with their
child status nutrition.Keywords : Common cold, Health, Nutrition, Toddler.
PENDAHULUAN Heikkinen dan Jarvinen (2003, dalam
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Gitawati, 2014) mengatakan bahwa common merupakan masalah kesehatan masyarakat cold , batuk pilek atau salesma adalah infeksi Indonesia yang penting karena menyebabkan saluran pernapasan akut (ISPA) yang paling kematian bayi dan balita yang cukup tinggi sering diderita masyarakat. Hidung yaitu 1 dari 4 kematian yang terjadi. Penyakit berair/pilek (rhinorrhoea), hidung tersumbat,
ISPA sering terjadi pada anak, karena sistem sakit tenggorokan dan sakit kepala merupakan pertahanan tubuh anak yang masih rendah. gejala khas dari batuk pilek atau common cold Penyakit ISPA yang sering menyerang anak yang sudah diketahui oleh masyarakat umum. yaitu rinitis atau common cold dengan Demam ringan, nyeri otot dan badan lemah frekuensi sekitar 6 sampai 8 kali pertahun (fatigue) juga merupakan gejala awal dari
common cold. Rata-rata gejala flu atau
lebih sering dibandingkan pada dewasa yang common cold berlangsung antara 7 sampai 10 hanya 2 sampai 4 kali per tahun (Rahajoe, hari sebelum penderita benar-benar sembuh. Supriyanto & Setyanto (2010, dalam Azzahra, WHO (2015) menyatakan bahwa 2012). insiden
ISPA di negara berkembang sebanyak 0,25% (151 juta jiwa) dan negara industri sebanyak 0,05% (5 juta jiwa). ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak-anak terutama kelompok umur balita, insiden diperkirakan 0,29 episode per anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. Kasus terbanyak terjadi di India (43 juta), China (21 juta), Pakistan (10 juta) dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing- masing 6 juta episode. Sebanyak 7-13% kasus berat memerlukan perawatan rumah sakit (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan, 2012).
Berdasarkan Laporan Riset Kesehatan Dasar (2013) periode prevalence ISPA di Indonesia sebesar 25,0% yang terjadi paling banyak pada kelompok usia 1-4 tahun. Lima provinsi dengan ISPA tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%) dan Jawa Timur (28,3%). Kalimantan Selatan juga merupakan provinsi dengan periode
METODE PENELITIAN
prevalence
ISPA yang cukup tinggi yaitu sebesar 26,7%. Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin diperoleh jumlah penderita ISPA pada awal tahun 2012- 2014 mencapai 34.114 kasus yang terbagi atas 3896 kasus pneumonia dan 30.218 kasus non- pneumonia (Riskesda Kal-Sel, 2014).
Common cold merupakan penyakit
tertinggi yang diderita oleh balita dikabupaten Tanah Bumbu. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Tanah Bumbu (2016) tercatat 840 balita yang menderita common cold .
Puskesmas Perawatan Simpang Empat menduduki peringkat pertama di tahun 2016 dengan jumlah balita yang menderita common cold sebanyak 478 (56,90%).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor lingkungan, individu anak ataupun perilaku keluarga balita. Perilaku orang tua balita merupakan fakor yang berperan penting dalam menentukan balita terserang ISPA. Perilaku yang dimaksud disini yaitu perilaku sehat.
Hadiana (2013) mengatakan Kejadian
ISPA juga lebih sering disebabkan oleh status gizi kurang pada balita. Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui orang tua, hal ini disebabkan karena kurang gizi pada usia ini akan mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadiana (2013) mengatakan ada hubungan antara status gizi balita dengan terjadinya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada balita di Puskesmas pajang Surakarta. Anak yang mengalami gizi kurang berisiko 27,5 kali untuk mengalami ISPA dibanding balita yang mempunyai gizi baik
Berdasarkan uraian diatas peneliti merumuskan masalah apakah ada hubungan antara perilaku orang tua dan status gizi anak terhadap kejadian common cold pada balita di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2017.
Desain penelitian menggunakan desain analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah yaitu seluruh balita yang berobat ke Puskesmas Perawatan Simpang Empat pada saat penelitian dilakukan dan bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu pada bulan Juni 2017. Sampel dalam penelitian ini yaitu balita (usia 1-5 tahun) beserta orang tua yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu yang berjumlah 44 responden.
Pengumpulan data dilakukan melalui pembagian kuesioner pada responden ibu balita untuk mendapatkan informasi terkait perilaku orang tua, serta melakukan penimbangan berat badan balita di poli MTBS untuk variabel status gizi anak serta variabel kejadian common cold pada balita diperoleh dari buku rekam medik (registrasi) pasien di Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu yang berisi informasi terkait identitas pasien, alamat dan diagnosis penyakit yang diderita.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Kolmogorov-Smirnov karena syarat Chi-Square tidak terpenuhi untuk mengetahui hubungan antara perilaku orang tua dan status gizi anak terhadap kejadian common cold pada balita Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden menggunakan system komputerisasi program Berdasarkan Jenis Kelamin SPSS (Software Product and Serve Solution) Pada Balita Sakit yang Berobat versi 16.0.
ke Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten HASIL DAN PEMBAHASAN Tanah Bumbu Tahun 2017 No. Jenis Kelamin n (%) Analisa Univariat
1. Laki-laki
22
50.0 Tabel 5.1 Distribusi Responden
2. Perempuan
22
50.0 Berdasarkan Usia Ibu yang Total 44 100,0
Memiliki Balita Sakit yang
Berdasarkan tabel 5.3 diatas diperoleh
Berobat di Puskesmas
informasi bahwa jumlah responden balita
Perawatan Simpang Empat
yang berjenis kelamin laki-laki dan berjenis
Kabupaten Tanah Bumbu
kelamin perempuan yaitu sama dengan
Tahun 2017 persentase masing-masing 50%. No. Usia ibu n (%)
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Perilaku17-25 Tahun (Remaja 1. 16 36,4 akhir) Kesehatan Orang Tua di Wilayah
26-35 Tahun (Dewasa Kerja Puskesmas Perawatan 2.
22 50,4 awal) Simpang Empat Kabupaten
36-45 Tahun (Dewasa 3. 6 13,6 Tanah Bumbu Tahun 2017 akhir)
No. Perilaku kesehatan n (%) Total 44 100,0
1. Kurang Baik
14
31.8 Berdasarkan tabel 5.1 diatas diperoleh
2. Cukup Baik
27
61.4
informasi responden ibu yang paling banyak
3. Sangat Baik
3
6.8
membawa balitanya berobat ke Puskesmas Total
44 100,0
Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu Berdasarkan tabel 5.4 diatas diperoleh berusia antara 26-35 tahun atau usia dewasa informasi bahwa sebagian besar responden awa1 sebanyak 22 responden (50%.). ibu memiliki perilaku kesehatan yang cukup Tabel 5.2 Distribusi Usia Responden Balita baik (61,4%).
Sakit yang Berobat ke Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Status Gizi Puskesmas Perawatan Simpang Balita di Wilayah Kerja Empat Kabupaten Tanah Puskesmas Perawatan Simpang Bumbu Tahun 2017 Empat Kabupaten Tanah Bumbu No. Usia Balita n (%) Tahun 2017 1. 12-36 Bulan (toddler) 34 77,3
No. Status Gizi n (%) 2. 37-50 Bulan (prasekolah) 10 22,7
1. Gizi Buruk
3
6.8 Total 44 100,0
2. Gizi Cukup
7
15.9
3. Gizi Baik
34
77.3 Berdasarkan tabel 5.2 diatas diperoleh Total 44 100,0
informasi responden balita sakit yang paling banyak datang berobat ke Puskesmas Berdasarkan tabel 5.5 diatas diperoleh
Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah informasi bahwa hampir seluruhnya Bumbu yaitu berusia antara12 bulan-36 bulan responden balita termasuk kedalam kategori atau usia toddler dengan persentase sebanyak gizi baik dengan persentase (77,3%). 77,3%.
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Kejadian Tabel 5.8 Analisis Hubungan AntaraCommon cold di Wilayah Kerja Status Gizi Balita dengan
Puskesmas Perawatan Simpang Kejadian Common cold
Tidak Empat Kabupaten Tanah Bumbu Common P Status common Tahun 2017 cold value No. gizi cold No. Kejadian common cold n (%) balita
1. Menderita common cold
29
65.9 F(%) F(%) Tidak menderita common
1. Gizi 2.
15
34.1 2(67%) 1(33%) cold baik 0,000
Total 44 100,0
2. Gizi 5(71%) 2(29%)
Berdasarkan tabel 5.6 diatas diperoleh
cukup
3. Gizi
informasi bahwa sebanyak 29 balita
22(65%) 12(35%) Baik
menderita common cold (65,9%) dan
Total 29(66%) 15(34%)
sebanyak 15 balita tidak menderita common cold.
Analisa Bivariat
Berdasarkan tabel 5.8 diatas diperoroleh
Tabel 5.7 Analisis Hubungan Antarainformasi bahwa dari 34 balita yang memiliki
Perilaku Kesehatan Orang Tua
dengan status gizi baik sebanyak 22 balita
dengan Kejadian Common cold
(65%) menderita common cold sedangkan 12
Tidak Common P
balita (35%) lainnya tidak menderita common
common Perilaku cold Value cold . kemudian dari 7 balita dengan status No. cold kesehatan
gizi cukup yang menderita common cold
F(%) F(%)
sebanyak 5 balita (71%) dan 2 balita (29%)
1. Kurang 8(57%) 6(43%) tidak menderita common cold serta dari 3 Baik 0,000
balita dengan status gizi kurang menderita
2. Cukup 20(74%) 7(26%) common cold sebanyak 2 balita (66%) dan 1
Baik
3. Sangat
balita (33%) yang tidak menderita common
1(33%) 2(67%) Baik
.
cold Total 29(66%) 15(34%)
DISKUSI
1. Hubungan Perilaku
Berdasarkan tabel 5.7 diatas diperoleh Analisis
Kesehatan Orang Tua dengan
informasi bahwa dari 27 ibu yang memiliki
Kejadian Common cold di Wilayah
perilaku cukup baik, sebanyak 20 balita
Kerja Puskesmas Perawatan Simpang
(74%) menderita common cold dan tidak
Empat Kabupaten Tanah Bumbu
menderita common cold sebanyak 7 balita
Tahun 2017
(26%). Kemudian dari 14 balita yang Berdasarkan hasil analisis yang memiliki ibu dengan perilaku kesehatan digunakan menggunakan Kolmogorov- kurang baik sebanyak 8 balita (57%)
Smirnov pada tabel 5.10 diperoleh nilai P-
menderita common old dan 6 balita (43%)
value = 0,000. Nilai P-value yang diperoleh
tidak menderita common cold, dan dari 3 <0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima balita yang memilki ibu dengan perilaku yang artinya ada hubungan antara perilaku kesehatan sangat baik sebanyak 1 balita kesehatan orang tua dengan kejadian common
(33%) menderita common cold dan 2 balita
cold di wilayah kerja Puskesmas Perawatan (67%) yang tidak menderita common cold.
Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu.
Perilaku kesehatan orang tua memiliki 5 parameter yaitu perilaku kesehatan orang tua meliputi perilaku meningkatkan keseimbangan gizi anak, perilaku mencegah terjadinya penyakit infeksi, perilaku membersihkan rumah, perilaku menjauhkan anak dari asap-asap yang mengganggu sistem pernapasan dan perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hasil dari pengisian kuesioner diketahui masih banyak ibu yang tidak melakukan ASI eksklusif, dan sebagian besar balita yang menderita common cold memiliki riwayat tidak diberikan ASI eksklusif.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2017) mengenai hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian common cold pada bayi 6-12 bulan di wilayah Puskesmas Kartasura yang menyatakan bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif memiliki resiko lebih tinggi mengalami common cold dibandingkan bayi yang diberikan ASI ekslusif. ASI memiliki kandungan berupa IgA yang berfungsi sebagai pelindung dari penyakit infeksi.
Perilaku menjauhkan anak dari asap- asap digambarkan dari hasil pengisian kuesioner pada sebagian ibu mengatakan memiliki anggota keluarga yang merokok didalam rumah dan tidak mengetahui pentingnya menjauhkan anak dari paparan asap yang berasal dari rokok dan pembakaran sampah. Hal ini mungkin berpengaruh terhadap kejadian common cold pada balita.
Asap rokok lebih berbahaya bagi perokok aktif daripada perokok aktif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Milo, Ismanto dan Kallo (2015) mengenai hubungan kebiasaan merokok di dalam rumah dengan kejadian ISPA pada anak umur 1-5 tahun di Puskesmas Sario Kota Manado menyatakan semakin berat perilaku merokok orang tua maka semakin besar potensi balitanya menderita ISPA.
Disamping paparan asap rokok, paparan asap dari hasil penggunaan bahan bakar termasuk salah satu faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya ISPA balita. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Singga dan Maran (2013) mengenai penggunaan bahan bakar dan faktor resiko kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Sikumana yang menyatakan semakin banyak bahan bakar yang digunakan, maka semakin tinggi pula jumlah polutan yang terdapat dalam rumah yang akan mengganggu sistem pernapasan balita.
Perilaku mencegah terjadinya penyakit infeksi merupakan parameter perilaku kesehatan orang tua yang digambarkan pada point dalam kuesioner yaitu kebiasaan mencuci tangan dan menutup mulut saat batuk. Berdasarkan dari hasil pengisian kuesioner oleh responden ibu, diketahui bahwa sebagian besar ibu tidak pernah menutup mulut saat batuk. Hal ini menjadi salah satu faktor pendukung terjadinya
common cold pada balita.
Parameter perilaku kesehatan orang tua selanjutnya yaitu perilaku membersihkan rumah. Hasil dari pengisian kuesioner oleh ibu, menunjukkan sebagian besar ibu membersihkan rumahnya setiap hari. Perilaku membersihkan rumah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit infeksi saluran pernapasan salah satunya
common cold.
Penelitian yang serupa dilakukan oleh Alfaqinisa (2015) mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku orang tua tentang pneumonia dengan tingkat kekambuhan pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Ngesrep Kota Semarang Tahun 2015 terkait dengan perilaku orang tua dalam membersihkan rumah yang menunjukkan dengan kekambuhan pneumonia memiliki perilaku membersihkan rumah dalam kategori kurang baik lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak kambuh.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih dan Yulianti (2015) di Puskesmas Perawatan Ngletih Kota Kediri mengenai perilaku pemeliharaan kesehatan dan perilaku kesehatan lingkungan berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita yang menunjukkan bahwa lebih dari 50% keluarga balita memilki perilaku pencarian pelayanan kesehatan yang baik. Ibu atau keluarga balita memiliki pengalaman dalam merawat balita yang mengalami ISPA, sehingga walaupun keluarga dengan balita yang mengalami ISPA tetap memanfaatkan pengobatan di puskesmas.
2. Analisis Hubungan Status Gizi Balita dengan Kejadian Common cold di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2017
4. Terdapat hubungan antara perilaku kesehatan orang tua dengan kejadian
penelitian menggunakan kohort dengan sampel yang lebih besar.
common cold pada balita dengan metode
pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
common cold faktor lingkungan dan
Disarankan bagi ibu untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih mengenai perilaku-perilaku yang sebaiknya dilakukan agar dapat meningkatkan kesehatan balita serta mencegah terjadinya penyakit penyakit common cold dan bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut terkait penelitian yang sudah dilakukan seperti meneliti perilaku kesehatan orang tua dengan cara observasi langsung, maupun melakukan penelitian dengan variabel lain yang mempengaruhi kejadian
SARAN
5. Terdapat hubungan antara status gizi balita dengan kejadian common cold pada balita di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2017.
Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2017.
common cold pada balita di wilayah kerja
Berdasarkan hasil analisis yang digunakan menggunakan Kolmogorov-
Smirnov pada tabel 5.8 diperoleh nilai p-value
3. Sebagian besar balita di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu dari 44 responden balita didapatkan sebanyak 29 balita menderita common cold (65,9%) dan sebanyak 15 balita tidak menderita
2. Sebagian besar reponden balita di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu memiliki status gizi dengan kategori gizi baik dengan persentase (77,3%) dan sebagian kecil responden balita termasuk kedalam kategori gizi buruk (6,8%) dan gizi cukup (15,9%).
1. Sebagian besar responden ibu di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu memiliki perilaku kesehatan dalam kategori cukup baik (61,4%) dan sebagian kecil dan responden ibu meiliki perilaku kurang baik (31.8%) dan sangat baik (6,8%).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
IMPLIKASI
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2017) mengenai hubungan pemberian ASI ekslusif dengan kejadian common cold pada bayi 6-12 bulan di wilayah Puskesmas Kartasura yang menyatakan bahwa kejadian common cold lebih tinggi pada bayi yang tidak diberikan ASI ekslusif dan lebih rendah pada bayi yang diberikan ASI ekslusif.
Namun dalam penelitian ini sebagian besar balita dengan status gizi baik justru menderita common cold. Hal ini dapat disebebabkan karena common cold merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus. Sistem kekebalan tubuh anak memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan terjadinya penyakit infeksi. Sistem kekebalan tubuh pada anak dapat diperoleh melalui pemberian ASI ekslusif. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Hanson (2007, dalam Sari, 2017) ASI memiliki kandungan berupa sIgA yang berperan imunologik sehingga dapat menjaga dari kerentanan terhadap infeksi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hadiana (2013) di Puskesmas Pajang Surakarta mengenai hubungan status gizi terhadap terjadinya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada balita yang menyatakan bahwa anak dengan gizi kurang beresiko 27,5 kali untuk mengalami ISPA dibanding dengan balita yang memiliki gizi baik.
= 0,000. Nilai p-value yang diperoleh <0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan antara status gizi balita dengan kejadian common cold di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu.
common cold. Riset Kesehatan Dasar. (2013). Riset
UCAPAN TERIMA KASIH Kesehatan Dasar (RISKESDAS) .
Terimakasih kepada para pembimbing yang Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. telah banyak menghabiskan waktu, Sari, Y, P. (2017). Hubungan Pemberian ASI pemikiran, saran dan mengarahkan peneliti, Ekslusif dengan Kejadian Common serta untuk semua pihak yang telah membantu cold pada Bayi 6-12 Bulan di wilayah dalam menyelesaikan skripsi ini. Puskesmas Kartasura, Skripsi .Surakarta: Universitas Muhammadiyah DAFTAR PUSTAKA Surakarta. Alfaqinisa, R. (2015). Hubungan antara Sa’diyah, C., Alfiyanti, D., & Nurrahman.
tingkat pengetahuan, sikap, dan (2012) Faktor-Faktor yang perilaku orang tua tentang pneumonia Berhubungan dengan Kejadian Batuk dengan tingkat kekambuhan Bukan Pneumonia Pada Balita di pneumonia pada balita di wilayah Dukuh Temiyang Karanganyar kerja puskesmas ngesrep kota Pekalongan. semarang tahun 2015, Skripsi . Singga, S & Maran, A, A. (2013).
Semarang: Universitas Negeri Penggunaan Bahan Bakar dab Faktor Semarang.
Risiko Kejadian ISPA Azzahra, C,I. (2012). Hubungan ASI Ekslusif Wahyuningsih, A & Yulianti. (2015).
dengan Kejadian Rinitis pada bayi usia Perilaku Pemeliharaan Kesehatan dan 0-12 bulan di Rumah Sakit Syarif Perilaku Kesehatan Lingkungan Hidayatullah Ciputat 2013, Skripsi. Berhubungan dengan Kejadian ISPA
Ciputat: Universitas Islam Negeri Pada Balita, JurnalPenelitian Syarif Hidayatullah. Keperawatan. 1(2). Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan. (2012).
Pedoman pengendalian infeksi saluran pernafasan akut. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI. Gitawati, R. (2014). Bahan Aktif dalam
Kombinasi Obat flu dan Batuk-Pilek, dan Pemilihan Obat Flu yang Rasional. Media Litbangkes, 24(1), 10- 18. Hadiana, S, Y, M. (2013). Hubungan Status
Gizi Terhadap Terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita di Puskesmas Pajang Surakarta. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Milo, S., Ismanto, A, Y., & Kallo, V, D.
(2015). Hubungan Kebiasaan Merokok didalam rumah dengan Kejadian ISPA pada Anak Umur 1-5 Tahun di Puskesmas Sario Kota Manado.
(e-Kp), 3(2).
Ejournal Keperawatan
Namira, S. (2013). Gambaran faktor-faktor
yang mempengaruhi kejadian ISPA pada anak prasekolah di kampung pemulung tangerang selatan, Skripsi.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.