MAKALAH HUKUM ISLAM TENTANG PERBEDAAN AG (1)

PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF
HUKUM ISLAM

KARYA TULIS ILMIAH
Diselesaikan untuk memenuhi tugas UTS Mata Kuliah Hukum Islam,
Fakultas Hukum,Universitas Jember

Oleh
HANDAYANI EKA BUDHIANITA
NIM 120710101205
Kelas A

JURUSAN ILMU HUKUM, FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JEMBER
2012/2013

0

PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF
HUKUM ISLAM


KARYA TULIS ILMIAH
Diselesaikan untuk memenuhi tugas UTS Mata Kuliah Hukum Islam
Fakultas Hukum ,Universitas Jember

Oleh
HANDAYANI EKA BUDHIANITA
NIM 120710101205
Kelas A

JURUSAN ILMU HUKUM, FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JEMBER
2012/2013
1

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang
berjudul “Perkawinan Beda Agama dalam Perspektif Hukum Islam”.karya tulis
ilmiah ini diselesaikan untuk memenuhi tugas UTS Mata Kuliah Hukum Islam
Fakultas Hukum, Universitas jember.

Penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Kedua Orang Tua kami yang telah memberikan semangat dan doanya
demi terselesainya karya tulis ilmiah ini,
2. Teman – teman dari fakultas hukum yang telah membantu dalam analis
karya tulis ilmiah ini
3. Dosen pengajar mata kuliah Hukum Islam Fakultas Hukum, Universitas
Jember
4. Seseorang yang penulis sayangi yang telah memberikan bantuan berupa
semangat dan dukungannya dalam karya ilmiah ini.
5. Sumber – sumber referensi yang kami baca, dll.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Mohon maaf apabila ada kesalahan kata
dalam penulisan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap semoga karya
tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang telah membacanya.

Jember, 08 Maret 2013
Penuli
2


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................. 3
BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................

4

1.1 ( Latar Belakang ) ..................................................................... 4
1.2 ( Perumusan Masalah ) .............................................................. 4
1.3 ( Tujuan dan Manfaat ) .............................................................. 4
BAB 2. PEMBAHASAN ................................................................................ 5
2.1 Hukum perkawinan dalam Islam............................................... 6
2.2 Perkawinan Beda agama menurut Hukum Islam
2.2.1 Pengertian Non Muslim di dalam Islam........................ 8
2.2.2 Pembagian perkawinan Beda Agama dalam
Hukum Islam………………………………………….8
2.3 Perkawinan Beda Agama menurut Hukum Indonesia…………10
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan................................................................................ 11

5.2 Saran........................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12

3

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini,hubungan antar umat beragama telah lama menjadi isu yang
populer di Indonesia. Popularitas isu ini sebagai konsekuensi dari masyarakat
Indonesia yang majemuk, khususnya dari segi agama dan etnis. Karena itu,
persoalan hubungan antar umat beragama ini menjadi perhatian dari berbagai
kalangan,Tidak hanya itu bahkan hal ini sering menimbulkan polemik dikalangan
masyarakat maupun pemerintah.
Seringkali kita lihat di tengah masyarakat apalagi di kalangan orang
berkecukupan dan kalangan selebriti terjadi pernikahan beda agama, entah si pria
yang muslim menikah dengan wanita non muslim (nashrani, yahudi, atau agama
lainnya) atau barangkali si wanita yang muslim menikah dengan pria non
muslim.Hal ini sering menjadi pemicu munculnya trend baru dikalangan
masyarakat mulai dari berpindahnya keyakinan seseorang hingga mereka harus

pindah kewarganegaraan demi tercapainya keinginan mereka.
Namun kadang kita hanya mengikuti pemahaman sebagian orang yang
sangat mengagungkan perbedaan agama (pemahaman liberal) tanpa tahu
bagaiamana itu semua terjadi dan bagaimana sebenarnya hal itu diatur. Khususnya
menurut aturan Hukum Islam.Oleh karena itu,karya tulis ilmiah ini saya buat guna
mengetahui bagaimana perkawinan beda agama atau keyakinan ini menurut
perspektif Hukum Islam.

1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana perkawinan beda agama menurut hukum Islam?
2. Bagaimana perkawinan beda agama menurut hukum di Indonesia?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengetahui pengertian perkawinan
2. Untuk mengetahui hokum-hukum perkawinan dalam Islam
3. Untuk mengetahui perkawinan beda agama menurut Hukum Islam

4

BAB 2
PEMBAHASAN

Pengertian Perkawinan
Dalam bahasa Indonesia perkawinan berasal dari kata “kawin” yang menurut
bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis, melakukan hubungan kelamin.
Perkawinan disebut juga “pernikahan” yang berasal dari kata nikah yang menurut bahasa
artinya mengumpulkan, saling memasukkan, dan digunakan untuk arti bersetubuh. 1
Berikut ada beberapa pendapat tentang pengertian perkawinan, yaitu: menurut
UU perkawinan no.1 tahun 1974 pasal 1
Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa.
Disamping definisi yang diutarakan oleh UU perkawinan no.1 tahun 1974 diatas,
Kompalasi Hukum Islamdi Indonesia memberikan definisi lain yang tidak mengurangi
arti-arti definisi UU tersebut, namun bersifat menambah penjelasan dengan rumusan
sebagai berikut:
Perkawinan menurut islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat
atau atau mitsaqan ghalizhan untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya
merupakan ibadah.(pasal 2)
Ungkapan “akad” yang sangat kuat atau mitsaqan ghalizhan merupakan
penjelasan dari ungkapan “ikatan lahir batin” yang terdapat dalam rumusan UU yang
mengandung arti bahwa akad perkawinan itu bukanlah semata perjanjian yang bersifat

keperdataan. Ungkapan untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan
ibadah, merupakan penjelasan dari ungkapan “berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa”
dalam UU. Hal ini lebih menjelaskan bahwa perkawinan bagi umat islam merupakan
peristiwa agama dan oleh karena itu orang yang melaksanakannya telah melakukan
perbuatan ibadah2.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan perkawinan merupakan suatu ikatan lahir
batin dari seorang pria dan wanita untuk membentuk suatu keluarga dalam menaati
perintah Allah dan merupakan suatu perbuatan ibadah. Berikut adalah suruhan Allah
dalam Al-quran untuk melaksanakan perkawinan, firman-Nya dalam surat an-Nur ayat 32
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang
yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba
sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka
dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”.

1

Abdul Rahman Ghozali, 2008;7

2


Amir Syarifuddin, 2007; 40-41

5

2.1 Hukum Perkawinan dalam Islam
Menurut sebagian besar Ulama’,hukum asal menikah adalah
Mubah,yang artinya boleh dikerjakan dan boleh tidak.Apabila dikerjakan tidak
mendapat pahala,dan jika tidak dikerjakan tidak mendapat dosa.Namun
menurut Agama Islam yang menyatakan bahwa Nabiullah Muhammad SAW
melakukan pernikahan,ini dapat diartikan juga bahwa pernikahan itu Sunnah
adanya berdasarkan perbuatan yang pernah dilakukan beliau.Akan tetapi
hukum pernikahan dapat berubah menjadi sunnah,wajib,makruh bahkan haram
tergantung kondisi orang yang akan menikah tersebut.
A. Perkawinan yang Hukumnya Wajib
Hukum yang bersifat wajib adalah hukum yang harus dijalani.Apabila
dijalankan maka orang itu akan mendapatkan pahala dan apabila ditinggalkan
akan
mendapat
dosa.Jika
seseorang

dianggap
mampu
(usia,ekonomi,biologis,psikis) untuk menikah dan ia sangat beresiko terjebak
perzinaan,maka orang tersebut wajib hukumnya untuk menikah karena kita
tahu bahwa zina merupakan doa besar,dan kita wajib menghindari zina yang
buruk tersebut.Jika jalan satu satu satunya untuk menghindari zina adalah
menikah,maka nikah menjadi wajib hukumnya dimata Islam.
B. Perkawinan yang Hukumnya Sunnah
Sunnah adalah hukum yang menganjurkan untuk melakukan amal
tersebut jika dikerjakan maka memperoleh pahala .Namun jika tidak dikerjakan
pun tidak akan mendapat dosa.Perkawinan dalam Islam menjadi sunnah kepada
kondisi seseorang yang meskipun telah mampu untuk menikah tetapi ia masih
bisa menjaga dirinya.Orang tersebut berada jauh dari resiko berzina,mungkin
karena ia seorang yang soleh,yang bisa mengendalikan hawa nafsu,mungkin
juga karena ia orang yang sibuk mengurusi umat sehingga tidak sempat
menikah.
Meskipun hukumnya sunnah,menikah tetap dianjurkan bagi siapa saja
yang sudah mampu,seperti yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW pada
dua sabda yaitu :
Nabi Muhammad SAW bersabda,”Menikah adalah sunnahku.Siapa

yang tidak mengamalkan sunnahku,ia bukan termasuk umatKu.Menikahlah
sebab Aku akan senang dengan jumlah besar kalian dihadapan umat umat
yang lain.Siapa yang telah memiliki kesanggupan,maka menikahlah,Jika
tidak maka berpuasalah karena puasa adalah benteng.” (H.R.Ibn Majah)
Nabi Muhammad SAW bersabda,” Wahai para pemuda,jika diantara
kalian sudah memiliki kemampuan untuk menikah ,maka hendaklah dia
6

menikah karena pernikahan itu dapat menjaga pandangan mata dan lebih
dapat memelihara kelamin (kehormatan) dan barang siapa tidak mampu
menikah hendaklah ia berpuasa,karena puasa itu menjadi penjaga baginya.”
(H.R Bukhari Muslim)
C. Perkawinan yang Hukumnya Makruh
Makruh artinya dianjurkan untuk tidak melakukan amal tersebut.
Kondisi yang menyebabkan perkawinan dalam Islam menjadi makruh misalnya
jika laki laki tidak bisa memberika nafkah kepada istri sehingga biaya biaya
hidup ditanggung istri atau bisa juga karena tidak adanya kemampuan seksual.
D. Perkawinan yang Hukumnya Mubah
Hukum perkawinan dalam Islam yang mubah atau boleh jatuh
Kepada orang yang berada dalam kondisi tengah tengah.Ada alasan yang

mendorong dia untuk menikah dan juga ada hal hal yang mencegahnya untu
menikah.Orang tersebut dianjurkan untuk menikah,akan tetapi tidak ada alas an
yang melarangnya untuk menikah.
E. Perkawinan yang Hukumnya Haram
Hukum menikah akan berubah menjadi haram biasanya karena
beberapa hal misalnya apabila orang yang Yang ingin menikah tersebut
bermaksud untuk menyakiti salah satu pihak dalam pernikahan tersebut.Ada
pula misalnya saja ada seorang wanita yang menikah dengan laki laki bukan
agama Islam,maka hukum nya haram hukumnya.Kondisi lain misalnya
menikahi orang yang muhrim (haram untuk dinikahi) seperti
ayah,ibu,adik,sepup atau yang masih mempunyai ikatan kekeluargaan dengan
salah satu pihak.
Atau bisa karena disebabnya tidak sempurnanya rukun dan syarat dari
perkawinan seperti ada tidaknya wali dan saksi dan sebagainya.Bagi laki laki
juga haram hukumnya menikahi seorang wanita yang sedang dalam masa iddah
dan wanita yang telah ditalak tiga sebelum ia menikah dan bercerai dengan laki
laki lain.Selain itu pernikahan kontrak yang sekarang ini sering menjadi tren di
masyarakat juga dikatagorikan sebagai perkawinan yang apabila dilakukan
hukumnya haram.
2.2 Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum Islam
Dewasa ini,di dalam kehidupan kehidupan kita pernikahan antara dua
orang yang se-agama merupakan hal yang biasa dan memang itu yang
dianjurkan di dalam agama Islam.Tetapi pada saat sekarang masyarakat sering
mengatasnamakan kepentingan lainnya agar dapat melakukan pernikahan beda

7

agma atau nikah campur karena mereka kebanyakan mengatasnamakan cinta
untuk mengusahakan apa yang mereka inginkan.Hal ini sebenarnya sudah
diatur dengan secara baik di dalam agam Islam.
2.2.1 Pengertian Non-Muslim di dalam Islam
Sebelum kita membahas tentang pernikahan Beda
Agama,sebaiknya kita perlu mengetahui tentang perngertian non-muslim di
dalam agama Islam.Golongan non-muslim sendiri dapat dibagi menjadi 2
yaitu:
a. Golongan Orang Musyrik
Menurut Kitab Rowaa’iul Bayyan tafsir Ayyah Arkam juz 1
halaman 282 karya As Syech Muhammad Ali S Shobuni,orang
musrik ialah orang orang yang telah berani menyekutukan ALLAH
SWT dengan makhlukNYA (penyembahan patung ,berhala dsb)
b. Golongan Ahli Kitab
Menurut Kitab Rowaa’iul Bayyan tafsir Ayyah Arkam juz 1
halaman As Syech Muhammad Ali As Shobuni,Ahli Kitab adalah
mereka yang berpegang teguh pada Kitab Taurat yaitu agama Nabi
Musa As,atau mereka yang berpegang teguh pada Kitab Injil agama
Nabi Isa as.atau banyak pula yang menyebut sebagai agama samawi
atau agama yang diturunkan langsung dari langit yaitu Yahudi dan
Nasrani.
Mengenai istilah Ahli Kitab ini,terdapat perbedaan pendapat
diantara kalangan Ulama’berpendapat bahwa mereka semua kaum
Nasrani termasuk yang tinggal di Indonesia ialah termasuk Ahli
Kitab.Namun ada juga yang berpendapat bahwa Ahli Kitab ialah
mereka yang nasabnya (menurut silsilah sejak nenek moyangnya
terdahulu)ketika diturunkan sudah memeluk agama nasrani di
Indonesia berdasarkan pendapat sebagian ulama’tidak termasuk
Ahli Kitab.
2.2.2 Pembagian perkawinan Beda Agama dalam Hukum Islam
Secara umum pernikahan lintas agama atau beda agama
dalam Islam dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
A. Perkawinan antar pria Muslim dengan wanita Non-Muslim
Dalam Islam ,pernikahan antara pria muslim dengan
wanita non-muslim Ahli Kitab itu,menurut pendapat sebagai
Ulama diperbolehkan.Hal ini didasarkan pada firman Allah
SWT dalam Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 5 yang artinya

8

“(Dan dihalalkan menikahi)perempuan perempuan yang
menjaga kehormatan dan dari kalangan ahli kitab sebelum
kamu)”
Namun ada beberapa syarat yang diajukan apabila akan
melaksanakan hal tersebut yaitu :
1. Jelas Nasabnya
Menurut silsilah atau menurut garis keturunannya
sejak nenek moyang adalah ahli kitab.Jadi dapat
dikatakan bahwa sebagian besar kaum nasrani di
Indonesia bukan merupakan golongan ahli kitab.
2. Wanita Ahli Kitab tersebut nantinya mampu menjaga
anaknya kelak dari bahaya fitnah.
Ada beberapa Hadits Riwayat Umar bin
Khatabb,Usman bin Affan pernah berkata “pria
Muslim diperbolehkan menikah dengan wanita ahli
Kitab dan tidak diperbolehkan pria Ahli Kitab
menikah dengan wanita Muslimah”Bahkan Sahabat
Hudzaifah pernah menikah dengan wanita Ahli Kitab
tetapi pada akhirnya wanita tersebut masuk
Islam.Dengan
demikian
,keputusan
untuk
memperbolehkan menikah dengan wanita Ahli Kitab
sudah merupakan Ijma’(artinya kesepakatan yakni
kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu
hukum dalam agama berdasarkan Al-Quran dan
Hadits dalam suatu perkara yang terjadi)para
sahabat.Tetapi dalam Kialtab Al-Mughni juz 9
halaman 545 karya Imam Ibnu Qudamah,Ibnu Abbas
pernah menyatakan ,hukum pernikahan dalam Qs.Al
Baqarah ayat 221 dan Qs.Al Mumtahanah ayat 10
diatas telah dihapus (mansukh) oleh Qs.Al-Maidah
ayat 5 .Karena yang berlaku adalah hukum
dibolehkannya pernikahan pria muslim dengan
wanita
Ahli
Kitab.Sedangktap
diharamkan
pernikahan antara pria muslim dengan wanita
musrik,menurut kesepakatan para ulama’tetap
diharamkan ,apapun alasannya karena dikhawatirkan
dapat menimbulkan fitnah.
B. Pernikahan Antara Pria Non-Muslim Dengan Wanita Muslimah
Pernikahan antara wanita muslimah dengan pria non
muslim,menurut kalangan Ulama’tetap diharamkan ,baik
menikah dengan pria Ahli Kitab maupun dengan seorang pria
musrik.Hal ini dikhawatirkan wanita yang telah menikah dengan
pria non-muslim tidak dapat menahan godaan yang akan datang
kepadanya.Seperti halnya wanita tersebut tidak dapat menolak

9

permintaan sang suami yang mungkin bertentangan dengan
syariat Islam,atau wanita itu tidak dapat menahan godaan yang
datang dari lingkungan suami yang tidak seiman yang mungkin
cenderung lebih dominan.
Dalil naqli pernyataan tentang haramnya pernikahan
seorang wanita muslimah dengan pria non-muslim adalah AlQuran Surat Al-Maidah ayat 5 yang menyatakan bahwa Allah
SWT hanya memperbolehkan pernikahan seorang pria muslim
dengan wanita Ahli Kitab tidak sebaliknya.Seandainya
pernikahan ini diperbolehkan ,maka Allah SWT pasti akan
menegaskannya di dalam Al-Quran.Karenanya,berdasarkan
mahfum al-mukhalafah,secara implicit Allah SWT melarang
pernikahan tersebut.

2.3 Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum di Indonesia
Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tanggal 10 Juni 1991
Dan Keputusan MenteriAgama Nomor 154 tahun 1991 keluarlah KOMPILASI
HUKUM ISLAM (KHI) yang menjadi hukum positif unikatif bagi seluruh umat
Islam di Indonesia dan menjadi pedoman para hakim di lembaga peradilan agama
dan menjalankan tugas mengadili perkara – perkara dalam bidang
perkawinan,kewarisan dan perwakafan.
Apabila dilihat berdasarkan Kompilasi Hukum Islam pasal 40 ayat (c)
yang bunyinya “Dilarang perkawinan antara seorang wanita beragama Islam
dengan seorang pria tidak beragama Islam”Larangan perkawinan tersebut
memiliki alasan yang cukup kuat yaitu apabila ditinjau dari segi UU perkawinan
pasal 2 ayat (1) UU Nomor 1/1974 sudah jelas diterangkan bahwa “tidak ada
perkawinan di luar hukum agamanya dan kepercayaannya”sehingga antara KHI
dan hukum perkawinan di Indonesia memiliki kaitan dalam urusan perkawinan
Beda Agama ini.Alasan yang kedua yaitu apabila dihubungkan dengan dalil –
dalil hukum Islam diantaranya larangan tersebut sebagai tindakan preventif untuk
mencegah terjadinya kemurtadan dan kehancuran rumah tangga akibat
perkawinan Beda agama tersebut.
Pada prinsipnya agama Islam melarang (haram) perkawinan antara
seorang beragama Islam dengan seorang yang tidak beragama Islam ( Al-Quran
surat Al-Baqarah ayat 221),sedangkan izin kawin seorang pria Muslim dengan
seorang wanita dari Ahli Kitab (Nasrani/Yahudi) ada pada surat Al-Maidah ayat 5
hanyalah dispensasi bersyarat yakni kualitas iman dan Islam pria Muslim tersebut
haruslah cukup baik.karena perkawinan tersebut mengandung resiko yang sangat
tinggi bagi rumah tangga nya nanti.Karena itu pemerintah berhak membuat
peraturan yang melarang perkawinan antara seorang yang beragama Muslim (pria/
wanita) dengan seorang yang tidak beragama Islam(pria/wanita)apapun agamanya
yang juga didukung oleh Kompilasi Hukum Islam pasal 50 ayat (c) dan pasal 4

BAB 5
10

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa sebenarnya
pernikahan antara pria Muslim dengan wanita Ahli Kitab diperbolehkan dalam
Islam tetapi tidak berlaku sebaliknya karena perkawinan antara pria non muslim
dan wanita muslim apapun alasannya tetap diharamkan oleh Islam.Akan tetapi
perkawinan beda agama antara pria muslim dan wanita ahli kitab saat ini tidak
dapat dikatakan sah karena hampir tidak ada wanita Ahli Kitab yang berpegang
teguh kepada Kitab Taurat dan Injil.Sedangkan apabila ditinjau dari segi hukum
Indonesia bahwa dalam Hukum Perkawinan pada pasal 2 ayat 1 UU nomor
1/1974 tentang perkawinan tidak dibenarkan dan dilarang adanya perkawinan
beda agama karena memiliki alasan - alasan tertentu yang berkaitan dengan rumah
tangga perkawinan tersebut.Sedangkan bila dilihat dari segi hukum yang berada
dalam Al-Quran bahwa segala hal yang mengatur tentang perkawinan dan izin
perkawinan beda agama dapat ditinjau dari surat Al-Baqarah dan surat Al-Maidah
dan disesuaikan dengan Iman dan pemikiran masing masing.

5.2 Saran
Sebagaimana kita adalah umat beragama seharusnya kita perlu benar
benar dapat mengerti dan memahami segala aturan yang bersifat fundamental dan
yang bersifat norma yang ada dalam agama kita masing masing.Seperti halnya
dalam masalah perkawinan beda agama yang penulis bahas pada kesempatan
ini.Perlu diadakan suatu pembelajaran lanjutan dan kajian mengenai bagaimana
sebenarnya perkawinan beda agama apabila ditinjau dari segi agama
islam(perbandingan dari surat Al-Baqarah dan Maidah) dengan hukum yang ada
di Indonesia sehingga pembaca dapat benar benar memahami perihal perkawinan
beda agama secara mendetail lagi.

DAFTAR PUSTAKA

11

1. Siddik, Mr. Haji Abdullah, Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: 1983.
2. http://myoesuf.wordpress.com/2011/02/27/hukum-pernikahan-bedaagama-dalam-islam/ tanggal 06 maret 2013
3. http://www.kabarislam.com/hukum-fiih/perkawinan-beda-agamamenurut-hukum-islam-dan-hukum-indonesia tanggal 07 maret 2013

4. http://flsafat.kompasiana.com/2011/05/31/pernikahan-beda-agama369247 tanggal 07 maret 2013
5. Syarifuddin,Amir.2007.Hukum Perkawinan di Indonesia:Antara Fiih
Munakahat dan Undang Undang Perkawinan.Jakarta:Kencana Prenada
Media Group

12