PEMANFAATAN CANGKANG BEKICOT ACHATINA FU

PEMANFAATAN CANGKANG BEKICOT (ACHATINA FULICA)
SEBAGAI KATALIS UNTUK REAKSI TRANSESTERIFIKASI
(Kajian Pengaruh Temperatur Reaksi dan Rasio Mol Metanol: Minyak)
Sunardi1, Kholifatu Rosyidah1 dan Toto Betty Octaviana1
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur kalsinasi
terhadap kristalinitas dan aktivitas katalis CaO dari limbah cangkang bekicot (Achatina
fulica) dalam sintesis biodiesel dari minyak sawit. Preparasi katalis dilakukan dengan
mengkalsinasi cangkang pada variasi temperatur 700oC, 800oC dan 900oC selama 4
jam untuk mendapatkan senyawa CaO dan dianalisis dengan XRD (X-Ray Difraction)
untuk mengetahui karakteristik katalis yang diperoleh. Katalis kemudian digunakan
untuk reaksi transesterifikasi untuk mengetahui aktivitas katalitik dari CaO. Hasil yang
didapat menunjukkan bahwa katalis terbaik didapatkan pada temperatur kalsinasi
800oC. Kondisi terbaik dicapai pada temperatur reaksi transesterifikasi 60oC dengan
rasio mol metanol:minyak 12:1.
Kata Kunci: Biodiesel, Cangkang Bekicot, Transesterifikasi, CaO.

PENDAHULUAN

karena dapat merusak kulit, mata,

Katalis adalah suatu zat yang


paru-paru

bila

berfungsi mempercepat laju reaksi

dipisahkan

dari

dengan menurunkan energi aktivasi,

terbuang pada saat pencucian, tidak

namun

dapat digunakan kembali dan akan

tidak


keseimbangan.

menggeser
Katalis

letak

homogen

mencemari

tertelan,
produk

lingkungan

sulit

sehingga


(Widyastuti,

yang banyak digunakan pada reaksi

2007).

transesterifikasi

katalis

penggunaan katalis heterogen, yaitu

basa/alkali seperti kalium hidroksida

katalis yang mempunyai fasa yang

(KOH) dan natrium hidroksida (NaOH)

tidak


(Darnoko, 2000). Produksi biodiesel

produk.

Beberapa

menggunakan

heterogen

yang

adalah

katalis

homogen

Alternatif


sama

lain

antara

adalah

reaktan
jenis

dapat

dan

katalis

digunakan


berlangsung secara cepat, namun

pada reaksi transesterifikasi adalah

diperlukan langkah tambahan untuk

CaO dan MgO.

menghilangkan kotoran katalis dari

Cangkang bekicot merupakan

produk sehingga meningkatkan biaya

salah satu sumber CaO yang murah

produksi akhir (Zabeti et al., 2009).

yang


Kelemahan lain dari katalis homogen

dimanfaatkan

yaitu

heterogen. CaO dapat dihasilkan dari

bersifat

korosif,

berbahaya

1

mempunyai

Staff Pengajar Program Studi Kimia, FMIPA UNLAM Banjarbaru
Email: sunardialbanyumasi@gmail.com


100

potensi

sebagai

untuk
katalis

101

Jurnal Fisika FLUX, Vol. 10 No. 2, Agustus 2013 (100 –109)

CaCO3

melalui

temperatur


pemanasan

tinggi.

bertujuan

Penelitian

untuk

pada

temperatur 700oC, 800oC dan 900oC

ini

selama 4 jam. Fase kristalin dari

mengetahui


sampel

hasil

kalsinasi

dianalisis

karakteristik dan kemampuan katalis

dengan difraktometri sinar-X untuk

CaO dari cangkang bekicot sebagai

mengetahui karakteristik katalis yang

kataliheterogen

diperoleh.


untuk

reaksi

transesterifikasi minyak sawit menjadi
biodiesel.

Reaksi Transesterifikasi
Reaksi

transesterifikasi

METODOLOGI PENELITIAN

dilakukan dengan menggunakan labu

Alat dan Bahan

leher

Alat-alat yang digunakan antara

tiga

dilengkapi

dengan

pengaduk magnetik dan kondensor
dengan

refluks,

plate,

60oC, 65oC dan 70oC. Sebanyak 50

analitik,

ml minyak sawit dimasukkan ke dalam

viskometer, piknometer dan furnace.

labu, kemudian ditambahkan katalis

Bahan-bahan yang digunakan adalah

sebanyak 10% (b/b) katalis CaO

limbah

yang

komersial dan katalis hasil kalsinasi

Banjarbaru,

(CaO700, CaO800 dan CaO900) dengan

Kalimantan Selatan, minyak sawit,

rasio molar metanol dengan minyak

akuades, kalium hidroksida, metanol,

6:1, 9:1, 12:1 dan 15:1. Waktu reaksi

isopropil alkohol, indikator fenolftalein.

ditentukan selama 120 menit dan

alat

distilasi,

termometer,

neraca

cangkang

diperoleh

hot

di

bekicot

daerah

variasi

temperatur

55 oC,

lain difraktometer sinar-X, peralatan

reaksi dihentikan dengan cara labu
Preparasi dan Karakterisasi Katalis
Cangkang

bekicot

sebanyak

direndam dalam air es. Hasil reaksi
transesterifikasi

disentrifuse

untuk

500 gram dibersihkan beberapa kali

memisahkan katalis sedangkan fase

guna menghilangkan protein dan zat-

minyak dan sisa metanol kemudian

zat lain menggunakan air panas.

dipisahkan

Selanjutnya

kemudian

cangkang

dikeringkan

dari
dicuci

sisa

metanol,

dengan

akuades

pada temperatur 100 oC selama 24

sampai

jam dan kemudian dihaluskan dan

dihasilkan

diayak sehingga lolos 120 mesh.

kualitas

Katalis CaO diperoleh dengan cara

viskositas, bilangan asam, kadar air

mengkalsinasi

dan densitas.

cangkang

pada

netral.

Biodiesel

kemudian
biodiesel

yang

dilakukan
yang

uji

meliputi

Sunardi, dkk., Pemanfaatan Cangkang Bekicot …………102

HASIL DAN PEMBAHASAN

masing

Pengaruh Temperatur Kalsinasi
terhadap Karakteristik Katalis

memperlihatkan

Proses kalsinasi dilakukan pada

sampel.

Gambar

1

perbandingan

difraktogram cangkang sebelum dan
sesudah

kalsinasi

pada

variasi

temperatur 700oC, 800oC dan 900oC

temperatur 700oC, 800oC dan 900oC

untuk mencari katalis terbaik dengan

yang

melihat kristalinitas katalis masing-

CaO700,

selanjutnya

disebut

dengan

dan

CaO900.

CaO800

Gambar 1. Difraktogram (a) cangkang bekicot alami (b) kalsinasi 700oC
(c) kalsinasi 800oC (d) kalsinasi 900oC.
Hasil

difraktogram

memperlihatkan

memperlihatkan

bahwa

perlakuan

menyebabkan

perubahan

hilangnya puncak-puncak CaCO3 di

kalsinasi

daerah 2θ = 30,44°; 41,86°; 49,10 ;

komposisi

56,25°; 63,46°dan 72,26°. Hal ini

sampel. Hal ini juga ditandai dengan

o

senyawa

kimia

dalam

103

Jurnal Fisika FLUX, Vol. 10 No. 2, Agustus 2013 (100 –109)

timbulnya puncak-puncak baru yang

dikandung

berbeda dengan difraktogram pada

CaO800 dan CaO900 relatif sama,

cangkang alami. Puncak baru ini

artinya tidak ada perubahan senyawa

adalah puncak CaO yang ada pada

diantara

daerah 2θ yaitu 32,59o; 37,42° dan

perubahan temperatur kalsinasi.

oleh

katalis

ketiga

CaO700,

katalis

akibat

53,9o, puncak MgO di daerah 2θ di
42,60o serta puncak SrO di 2θ di

Uji Aktivitas Katalis CaO

50,69o. Intensitas CaO tertinggi ada

Kajian
Pengaruh
Temperatur
Kalsinasi
terhadap
Aktivitas
Katalis

pada katalis CaO800, hal ini sesuai
dengan penelitian Empikul et al.,
(2010)

yang

temperatur

mengatakan

800oC

adalah

bahwa
kondisi

optimum pembentukan CaO.

reaksi transesterifikasi menggunakan
katalis CaO dari cangkang bekicot
dan

CaO

komersial

pembanding.

Analisis pH
Analisis pH dilakukan untuk
mengetahui

Pada penelitian ini dilakukan

tingkat

kebasaan

dari

ketiga sampel yang dikalsinasi dimana
dari hasil pengukuran semua sampel

dilihat pada Tabel 1.

viskositas, densitas, bilangan asam,
kadar air dan rendemen.
Viskositas
Viskositas

CaO700
CaO800
CaO900

dan

hasil

CaO900

berturut-turut

adalah 36,72; 31,2 dan 39,66 mm2/s.
Nilai viskositas menggunakan katalis
CaO700,

11,67
11,69
11,76

biodiesel

reaksi menggunakan katalis CaO 700,
CaO800

Tabel 1. Hasil pengukuran pH katalis
Jenis Katalis
pH

Beberapa parameter

yang dianalisis antara lain adalah

menunjukkan pH sebesar 11,67; 11,69
dan 11,76. Hasil pengukuran pH dapat

sebagai

CaO800

ini

lebih

kecil

daripada nilai viskositas bahan baku
berupa minyak sawit yang memiliki
viskositas sebesar 40,39 mm2/s. Hal

Nilai-nilai
menunjukkan

yang
bahwa

terukur
temperatur

ini

berarti

viskositas

adanya
yang

penurunan
menunjukkan

kalsinasi tidak membuat perubahan

terjadinya pemutusan rantai panjang

signifikan terhadap pH katalis. Hal ini

trigliserida

dikarenakan senyawa-senyawa yang

ester/biodiesel.

menjadi

metil

Sunardi, dkk., Pemanfaatan Cangkang Bekicot …………104

Densitas

KOH/g.

Sama seperti viskositas, pada
saat

digunakan

menghasilkan

katalis

produk

CaO 800

metil

ester

Kondisi

bahwa

pada

700oC

dan

ini

temperatur
800oC

dihasilkan

menunjukkan
kalsinasi

katalis

mampu

yang

mengurangi

yang memiliki densitas yang terkecil

jumlah bilangan asam bahan baku.

dibandingkan

dan

Sedangkan pada temperatur kalsinasi

CaO900 yaitu sebesar 0,896 g/ml

900oC katalis yang digunakan tidak

sedangkan nilai densitas pada saat

mampu menurunkan bilangan asam

digunakan katalis CaO700 dan CaO800

bahan baku, hal ini juga terjadi saat

berturut-turut adalah 0,905 dan 0,902

digunakan

g/ml.

besar

Terbentuknya asam lemak bebas ini

disebabkan oleh berat molekul yang

disebabkan oleh reaksi hidrolisis yang

besar, dan berat molekul yang besar

terjadi

ini adalah trigliserida yang belum

berdampak pada kandungan air yang

terkonversi

terdapat dalam biodiesel.

Nilai

Densitas

katalis

CaO 700

densitas

yang

menjadi
biodiesel

biodiesel.
ini

biodiesel,

CaO.

dan

ini

Kadar Air
Kadar air biodiesel ditunjukkan

bahan baku yang memiliki densitas
g/ml.

pada

komersial

juga

mengalami penurunan dari densitas
0,913

katalis

Nilai

densitas

pada Tabel 2. Nilai kadar air biodiesel

dipengaruhi oleh faktor gliserol yang

dengan

katalis

CaO700,

CaO800,

terdapat dalam biodiesel.

CaO900 dan CaOkomersial berturut-turut
adalah 0,0439%; 0,0039%; 1,038%
dan 0,522%. Tingginya kadar air

Bilangan Asam
Bilangan

asam

biodiesel

menggunakan

katalis

dengan variasi temperatur kalsinasi

mungkin

cangkang bekicot dapat diamati pada

penyimpanan,

Tabel 2. Bilangan asam biodiesel

dengan uap air.

menunjukkan

dengan

penurunan

jika

karena

CaO 900
pada

biodiesel

sifat

ini
saat

bereaksi

Hal ini sesuai
biosiesel

yang

dibandingkan dengan bilangan asam

higroskopis. Kondisi ini juga terjadi

bahan

pada

baku

minyak

sawit.

Nilai

saat

menggunakan

katalis

bilangan asam minyak sawit adalah

CaOkomersial. Kadar air yang terukur

sebesar 0,42 mg-KOH/g sedangkan

lebih besar daripada kadar air yang

nilai bilangan asam dengan katalis

menggunakan

CaO700,

CaO700 dan CaO800 adalah 0,14 mg-

Kandungan

yang

air

CaO800.

tinggi

juga

105

Jurnal Fisika FLUX, Vol. 10 No. 2, Agustus 2013 (100 –109)

berasosiasi dengan reaksi hidrolisis

menjadi

asam

lemak

bebas

yang menyebabkan biodiesel berubah

(Mittelbach & Remschmidt, 2004).

Tabel 2. Hasil uji kualitas biodiesel dengan menggunakan katalis hasil kalsinasi
Katalis

CaO

Parameter
CaO700 CaO800 CaO900
Viskositas
40○C(mm2/s)
Densitas
(g/cm3)

komersial

Minyak
sawit

SNI

36,72

31,02

39,66

5,99

40,39

2,3-6,0

0,905

0,896

0,902

0,863

0,913

0,85-0,89

0,0439

0,0039

1,038

0,5219

0,0579

Maks 0,05

Bilangan asam
(mg-KOH/g)

0,14

0,14

0,42

0,42

0,42

Maks 0,8

Rendemen (%)

78

86

82

85

-

-

Kadar air (%)

Kajian Pengaruh Temperatur Reaksi
Transesterifikasi
Menurut
kenaikan

Kusmiati

(2008),

temperatur

akan

meningkatkan

kecepatan

transesterifikasi

karena

reaksi

reaktan

untuk

bertumbukan.
Proses

semakin turun ketika temperatur reaksi
melebihi temperatur 60 oC.
Viskositas

semakin

banyak energi yang digunakan antar
molekul-molekul

keseluruhan, hasil uji kualitas biodiesel

Viskositas terendah pada reaksi
transesterifikasi

saat

temperatur 60 C dengan nilai 31,02
mm2/s.

transesterifikasi

diperoleh

o

Viskositas

biodiesel

ketika

akan

temperatur 55oC masih sangat tinggi

bila

yaitu sebesar 33,84 mm 2/s, namun

temperatur dinaikkan mendekati titik

saat temperatur reaksi naik menjadi

didih

terendah

60oC viskositasnya menurun menjadi

dihasilkan pada saat temperatur reaksi

31,02 mm2/s dan semakin meningkat

60oC, begitu juga dengan densitas,

seiring

kadar air dan bilangan asam. Secara

temperatur reaksi.

berlangsung
metanol.

lebih

cepat

Viskositas

dengan

bertambahnya

Sunardi, dkk., Pemanfaatan Cangkang Bekicot …………106

Tabel 3. Hasil uji kualitas biodiesel dengan variasi temperatur reaksi transesterifikasi
Temperatur (oC)
55

60

65

70

Minyak
sawit

Viskositas 40○C
(mm2/s)

33,84

31,02

31,10

32,71

40,39

2,3-6,0

Densitas (g/cm3)

0,898

0,875

0,894

0,895

0,913

0,85-0,89

Kadar air (%)

0,1996

0,0039

0,2575

0,4

0,0579

Maks 0,05

Bilangan asam
(mg-KOH/g)

0,14

0,14

0,28

0,28

0,42

Maks 0,8

Rendemen (%)

78

86

82

80

-

KOH/g.

Berdasarkan

Parameter

. Densitas

SNI

data

yang

pada

didapatkan pada variasi rasio mol reaktan

temperatur reaksi 55 C adalah 0,898

sudah sesuai dengan standar dari SNI

g/ml, kemudian turun menjadi 0,875 g/ml

(maksimum

disaat

dinaikkan

dibandingkan dengan bilangan asam

menjadi 60oC. Hal ini dikarenakan pada

bahan baku (minyak sawit) yang nilainya

kondisi tersebut temperatur 60oC mampu

0,42 mg-KOH/g, bilangan asam biodiesel

memutus senyawa trigliserida menjadi

telah mengalami penurunan.

Densitas

biodiesel
o

temperatur

reaksi

0,80

mg-KOH/g).

Jika

metil ester. Namun densitas kembali naik
lagi

ketika

dinaikkan

temperatur

menjadi

65oC

berturut-turut
dan

70oC.

Kadar
Pada

temperatur

reaksi

55oC

Naiknya nilai densitas ketika temperatur

kadar air yang terukur adalah sebesar

65oC dan 70oC mengindikasikan bahwa

0,1996%,

biodiesel yang dihasilkan masih memiliki

reaksi dinaikkan menjadi 60oC biodiesel

berat molekul yang besar.

yang dihasilkan memiliki kadar air yang

kemudian

saat

temperatur

sangat kecil yaitu 0,0039%. Dilihat dari
kadar air biodiesel pada temperatur 60oC

Bilangan Asam
saat

memiliki kualitas yang bagus karena

temperatur reaksi 55oC dan 60oC memiliki

kadar airnya yang sangat kecil. Kadar air

nilai yang sama 0,14 mg-KOH/g, namun

biodiesel

Bilangan

asam

pada

kembali

naik

lagi

ketika

o

nilainya naik ketika temperatur reaksi

temperatur reaksi 65 dan 70 C yaitu

65oC dan 70oC yaitu sebesar 0,28 mg-

berturut-turut sebesar 0,2575 dan 0,4%.

107

Jurnal Fisika FLUX, Vol. 10 No. 2, Agustus 2013 (100 –109)

Kajian Pengaruh Rasio Mol Metanol:
Minyak
Secara

stoikiometri,

bergeser ke arah kanan kesetimbangan.
Walaupun

reaksi

metanol

demikian
terlalu

penambahan

banyak

tidak

akan

pembentukan metil ester terjadi ketika

meningkatkan laju reaksi, bahkan akan

satu mol trigliserida bereaksi dengan

menyebabkan sebagian besar gliserol

tiga

menurut

akan terlarut dalam metanol berlebih

Empikul et al., (2010) jumlah metanol

yang akan menghambat reaksi. Hasil uji

berlebih akan membantu pembentukan

kualitas biodiesel dengan variasi rasio

spesies metoksi pada permukaan CaO

mol metanol minyak disajikan dalam

dan

Tabel 4.

mol

metanol,

juga

dapat

namun

mendorong

reaksi

Tabel 4. Hasil uji kualitas biodiesel dengan variasi rasio mol metanol: minyak
Rasio mol metanol: minyak
6:1

9:1

12:1

15:1

Minyak
sawit

Viskositas
40○C(mm2/s)

35,60

31,08

31,02

31,72

40,39

2,3-6,0

Densitas
(g/cm3)

0,898

0,896

0,875

0,892

0,913

0,85-0,89

Kadar air (%)

0,1575

0,1445

0,0039

0,0802

0,0579

Maks 0,05

Bilangan asam
(mg-KOH/g)

0,42

0,42

0,14

0,42

0,42

Maks 0,8

Rendemen (%)

78

80

86

86

-

Parameter

Hasil

yang

diperoleh

dibandingkan pada saat rasio mol

menunjukkan bahwa kualitas biodiesel

metanol:

semakin

dikarenakan

baik

meningkatnya

seiring

rasio

mol

dengan

SNI

minyak

12:1.

penambahan

Hal

ini

metanol

metanol:

yang terlalu banyak akan menurunkan

minyak. Hal ini dapat dilihat dari Tabel

kualitas biodiesel, yang bisa dilihat dari

4, dimana viskositas biodiesel semakin

naiknya nilai viskositas dan densitas

turun dengan peningkatan rasio mol

biodiesel.

yang ditambahkan, begitu juga dengan
nilai densitas biodiesel. Namun, disaat
rasio

mol

kualitas

metanol:
biodiesel

minyak

15:1,

menurun

jika

Viskositas
Berdasarkan

data

Tabel

4

terlihat penurunan viskositas dari 35,60

Sunardi, dkk., Pemanfaatan Cangkang Bekicot …………108

mm2/s menjadi 31,08 mm2/s pada saat

biodiesel

rasio

9:1.

mengalami penurunan dari bilangan

Viskositas yang terukur masih besar

asam bahan baku (minyak sawit) yang

jika

memiliki

mol

metanol:

dibandingkan

minyak

dengan

standar

kualitas biodiesel menurut SNI (2,3-6,0
mm2/s).

yang

dihasilkan

bilangan

asam

telah

0,42

mg-

KOH/g.

Viskositas biodiesel paling

rendah dari empat varian rasio mol

Kadar Air

reaktan terjadi ketika rasio mol 12:1
2

yaitu sebesar 31,02 mm /s.

Pada kondisi rasio mol reaktan
6:1 kadar air yang terukur adalah
0,1575%, kemudian kadar air menurun

Densitas

disaat rasio mol reaktan 9:1 yaitu

Densitas semua biodiesel sudah

sebesar 0,1445%. Kadar air terkecil

sesuai dengan standar yang ditetapkan

diperoleh pada saat kondisi rasio mol

oleh SNI yaitu berkisar antara 0,85-0,89

reaktan 12:1 yang bernilai 0,0039%,

g/ml. Nilai densitas ini juga lebih rendah

nilai ini memenuhi standar SNI yang

jika

menetapkan

dibandingkan

dengan

densitas

kadar

air

biodiesel

bahan baku minyak sawit yang nilainya

maksimum 0,05%. Berdasarkan uraian

0,913 g/ml. Sama seperti viskositas,

di atas didapatkan bahwa jumlah rasio

penurunan nilai densitas menunjukkan

mol metanol: minyak 12:1 merupakan

telah

kondisi

terjadi

pemutusan

ikatan

terbaik

untuk

pembuatan

trigliserida menjadi metil ester yang

biodiesel dengan menggunakan katalis

memiliki berat molekul yang lebih kecil.

CaO dan bahan baku minyak sawit.

Bilangan Asam

KESIMPULAN

Variasi rasio mol reaktan tidak

Proses

kalsinasi

cangkang

berpengaruh terhadap bilangan asam,

bekicot pada temperatur tinggi mampu

hal ini dapat dilihat dari Tabel 4. Ketika

mengkonversi CaCO3 menjadi CaO

rasio mol reaktan 6:1 nilainya sama

yang

dengan disaat rasio mol reaktan 9:1

heterogen. Berdasarkan hasil penelitian

dan 15:1 yaitu sebesar 0,42 mg-KOH/g.

yang telah dilakukan, temperatur dan

Sedangkan pada saat rasio mol reaktan

rasio mol metanol: minyak berpengaruh

12:1

terhadap reaksi transesterifikasi dimana

adalah

bilangan

asam

sebesar

0,14

yang

terukur

mg-KOH/g.

Secara keseluruhan bilangan asam

berfungsi

temperatur

sebagai

optimum

transesterifikasi

yaitu

dalam
60oC

katalis

reaksi
dengan

109

Jurnal Fisika FLUX, Vol. 10 No. 2, Agustus 2013 (100 –109)

rasio mol metanol:minyak sebesar 12:1
dan menggunakan cangkang bekicot
hasil kalsinasi pada temperatur 800 oC.
DAFTAR PUSTAKA
Darnoko, D., A. Nasution, & G. Bagus.
2005. Produksi Biodiesel dari
Crude Palm Oil. Warta PPKS,
Medan.
Empikul,
N.V.,
P.
Krasae,
B.
Puttasawat, B. Yoosuk, N.
Chollacoop, & K.Faungnawakij.
2010. Waste Shells of Mollusk
and Egg as Biodiesel Production
Catalysts.
Bioresource
Technology 101:3765–3767.
Kusmiyati. 2008. Reaksi Katalitis
Esterifikasi Asam Oleat Dan
Metanol Menjadi Biodiesel

Dengan Metode Distilasi Reaktif.
Reaktor, Vol. 12 No. 2, 78-82
Mittelbach, M. & C. Remschmitdt. 2004.
Biodiesel : The Comprehensive
Handbook.
Edisi
ke-1.
Boersedruck Ges.m.b. H. vienna,
Austria.
Widyastuti, L. 2007. Reaksi Metanolisis
Minyak Biji Jarak Pagar Menjadi
Metil Ester Sebagai Bahan Bakar
Pengganti Minyak Diesel Dengan
Menggunakan
Katalis
KOH.
Skripsi.
Jurusan
Kimia
Universitas Negeri Semarang.
Zabeti, M., W.M.A. Daud, & M. Aroua.
2009. Optimization of the Activity
of
CaO/Al2O3
Catalyst
for
Biodiesel
Production
Using
Response Surface Methodology.
Applied
Catalists
A:
General;366(1):154–159.

Dokumen yang terkait

PERANCANGAN KINCIR AIR PEMBANGKIT LISTRIKPADA PEMANFAATAN AIR SUNGAIDI KECAMATAN NGUTER, KABUPATEN SUKOHARJO,JAWA TENGAH

1 71 1

PENGARUH KONSENTRASI BROMELIN PADA PROSES DEPROTEINASI TERHADAP KUALITAS CHITINCHITOSAN CANGKANG UDANG WINDU (Penaeus monodon) SERTA APLIKASINYA SEBAGAI BAHAN PENJERNIH SARI BUAH JAMBU BIJI

0 54 1

DOMINASI PATRIARKAT DALAM NOVEL MENYEMAI HARAPAN KARYA MARIA A. SARDJONO SEBAGAI ALTERNATIF PEMANFAATAN MATERI PEMBELAJARAN DI SMA

2 44 43

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN GURU DALAM MENGELOLA KELAS DAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPS SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 32 102

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN PEMANFAATAN SARANA BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN SISWA KELAS XI AKUNTANSI SMK WIYATA KARYA NATAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

10 119 78

HUBUNGAN PEMANFAATAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN DAN SIKAP SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 BATANGHARI NUBAN LAMPUNG TIMUR

25 130 93

PENGARUH PEMANFAATAN SARANA BELAJAR DI SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 46 78

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

ANALISIS PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DANAU RAWA PENING KABUPATEN SEMARANG

9 68 121

PENGARUH GAYA MENGAJAR GURU, PEMANFAATAN SARANA BELAJAR DI RUMAH, DAN KESIAPAN BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI

1 13 86