Metode Jalan Barru Pare Pare

5.a. METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
PENINGKATAN JALAN BARRU PAREPARE
LINGKUP PEKERJAAN TERDIRI DARI :
1.2
1.8
1.17
1.21
3.1.7
3.1.8
3.2 (1)
3.2 (2)
3.3
5.1 (1)
6.1 (1b)
6.1 (2b)
6.3 (5a)
6.3 (6c)
6.3.8.a
6.3.9
6.3.10
7.1 (8)

7.9
8.1.1
8.1.2
8.1 (5)
8.4 (1)
8.4 (10a)
10.1 (1)
10.1 (2)
10.1 (3)

Mobilisasi dan Demobilisasi
Manajemen dan keselamatan lalu Lintas
Pengamanan Lingkungan Hidup
Manajemen Mutu
Galian Perkerasan Beraspal tanpa Cold Milling Machine
Galian Perkerasan Berbutir
Timbunan Biasa
Timbunan Pilihan
Penyiapan Badan jalan
Lapis Pondasi Agregat Kelas A

Lapis Resap Pengikat – Aspal Cair
Lapis Perekat – Aspal Cair
Laston – Lapis Aus ( AC – WC) (Gradasi halus/kasar)
Laston – Lapis Antara Perata ( AC – BC (L)) (Gradasi
halus/kasar)
Aspal Minyak
Aditif Anti Pengelupasan
Bahan Pengisi (Filler) Tambahan.
Beton Mutu Rendah f’c= 15MPa
Pasangan Batu
Lapis Pondasi Aggregat Kelas A untuk Pek. Minor
Lapis Pondasi Aggregat Kelas B untuk Pek. Minor
Campuran Aspal Panas untuk Pek. Minor
Marka Jalan Thermoplastic
Kerb Pracetak Jenis 1 (Peninggi / Mountable)
Pemeliharaan Rutin Perkerasan
Pemeliharaan Rutin Bahu Jalan
Pemeliharaan Rutin Selokan, Saluran Air, Galian dan Timbunan

I. UMUM

1.2 (MOBILISASI)
Pekerjaan Pendahuluan Meliputi :
- Pembuatan Direksi Keet
- Pengukuran dan As Built Drawing
- Dokumentasi
- Mobilisasi dan Demobilisasi
- Pembuatan Direksi Keet
Direksi keet adalah tempat mengoordinasi dan mengawasi semua kegiatan
pelaksanaan pekerjaan, yang merupakan bangunan darurat terdiri dari tiang
kayu, dinding papan susun, lantai beton tembok, atap seng, loteng tripleks

dan penerangan secukupnya. Ukuran dari direksi keet ini sesuai dengan
petunjuk direksi atau petunjuk teknis yang ditempatkan di sekitar lokasi
proyek.
- Pengukuran dan As Built Drawing
Sebelum melakukan kegiatan konstruksi maka terlebih dahulu diadakan
pengukuran awal untuk menentukan letak, elevasi dari konstruksi dan setelah
berakhirnya pekerjaan konstruksi dilakukan pengukuran kembali untuk
pembuatan As Built Drawing.
- Mobilisasi dan Demobilisasi

Melakukan Mobilisasi terhadap semua peralatan yang tercantum dalam
kontrak. Setelah masa kontrak selesai semua peralatan ditarik (demobilisasi)
dari lokasi proyek.
- Dokumentasi
Segala kegiatan konstruksi harus difoto mulai dari 0 %, 50 % dan 100 %.
I.2 Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas
a. Kontraktor Melakukan manajemen lalu lintas untuk mengendalikan dan
melindungi pekerja (kontaktor dan konsultan) dan pengguna jalan, yang
melewati areal konstruksi, termasuk lokasi sumber material dan jalur
pengangkutannya, sesuai dengan spek ini dan rencana manajemen lalu lintas
atau yang ditentukan oleh Konsultan dan Direksi
b. Melengkapi, memasang dan memelihara rambu, pagar, dsb dan menyediakan
per-bendera-an dan lainnya untuk mengarahkan lalu lintas melalui daerah
kerja konstrtuksi. Pengendalian lalu lintas harus dilaksanakan sesuai dengan
peraturan dan pengaturan yang berlaku.
c. Semua peralatan pengendalian lalu lintas yang dipakai dan dipasang oleh
kontraktor harus dikaji pemenuhannya oleh Engineer .
I.3 Pengamanan Lingkungan Hidup
Proyek harus mengadopsi Kebijakan Pengamanan Sosial dan Lingkungan
Hidup dengan tujuan sebagai berikut;

a) Melindungi kesehatan manusia;
b) Mencegah kerusakan lingkungan ataupun dampak kumulatifnya sebagai
akibat adanya kegiatan;
c) Menghindari konflik sesama anggota masyarakat dan memperkuat
keterikatan sosial masyarakat;
d) Memastikan bahwa desain setiap kegiatan menjamin MA&KAT
memperoleh manfaat sosial dan ekonomi yang sesuai dengan nilai-nilai
budaya, yang memasukkan gender serta nilai-nilai dan kepentingan antargenerasi;
e) Memastikan bahwa setiap kegiatan mendapatkan dukungan dari komunitas
MA&KAT melalui konsultasi yang bebas dan terbuka sebelum kegiatan
dilaksanakan; dan
f) Memastikan bahwa tidak akan terjadi konflik atau ketidakpastian hukum
baik pada saat implementasi Proyek ataupun setelah itu, yang diakibatkan
adanya kontribusi tanah yang digunakan oleh kegiatan. Karena itu, pada

setiap siklus Proyek perlu dilakukan proses konsultasi yang transparan,
partisipatif serta dokumentasi yang benar, dan terbuka.
I.4 Manajemen Mutu
Manajemen Mutu adalah aspek-aspek dari fungsi manajemen keseluruhan yang
menetapkan dan menjalankan kebijakan mutu suatu perusahaan/organisasi.

Dalam rangka mencukupkan kebutuhan pelanggan dan ketepatan waktu dengan
anggaran yang hemat dan ekonomis, seorang manager proyek harus
memasukkan dan mengadakan pelatihan management kualitas.
Hal hal yang menyangkut kualitas yang di maksud diatas adalah :
• Produk / pelayanan / proses pelaksanaan.
• Proses management proyek itu sendiri.
Didalam tuntutan zaman , dan dalam era persaingan bebas, kita harus banyak
belajar tentang hal hal yang menyangkut proses manajemen dalam lingkungan
kerja, terutama tentang pentingnya sistem dan realisasinya dalam proyek di
lapangan.
Continuous Quality Management
Merupakan cara yang digunakan sebuah perusahaan yang mana dapat
digunakan untuk meningkatkan proses bisnis mereka. Ini merupakan cara hidup
dari semua organisasi yang ingin mencapai posisi yang kompetitif dalam arus
industrisasi yang cepat.
Syarat Penggunaan dalam Quality Management
Ada beberapa bagian yang mana digunakan dalam management kualitas.
Dalam konteks konstruksi beberapa akan di jelaskan.
1. Inspeksi
Inspeksi merupakan alat untuk mengukur kegiatan proses konstruksi untuk

memeriksa apakah standard spesifikasi udah di capai.
2. Quality control
Pengendalian Mutu (Quality Control) adalah teknik dan aktivitas operasi yang
digunakan agar mutu tertentu yang dikehendaki dapat dicapai. Aktivitasnya
mencakup monitoring, mengeliminir problem yang diketahui, mengurangi
penyimpangan/perubahan yang tidak perlu serta usaha-usaha untuk mencapai
efektivitas ekonomi.
Mutu (kualitas) dalam kerangka ISO-9000 didefinisikan sebagai “ciri dan
karakter menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang mempengaruhi
kemampuan produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan tertentu”. Hal ini
berarti bahwa kita harus dapat mengidentifikasikan ciri dan karakter produk
yang berhubungan dengan mutu dan kemudian membuat suatu dasar tolok ukur
dan cara pengendaliannya.
1. Quality By Inspection

Tujuan :
1. Mencegah defect atau non-conforming product masuk pasar atau sampai
pada customer. Hal ini yang dilakukan oleh suatu bagian diluar produksi yang
disebut Quality Assurance. Ia langsung bertanggung jawab kepada pimpinan
organisasi.

2. Mencegah bahan baku yang buruk masuk proses produksi
Kadang-kadang bagian produksi juga melakukan inspeksi sendiri yang hasilnya
di cek ulang oleh QA.
Simbol I adalah Inspeksi.

Kelemahan
1. Kesalahan baru diketahui pada akhir produksi
2. Umpan balik yang diperlukan untuk analisis persoalan dan pencegahan
sering terlambat sampai pada bagian yang membuat kesalahan dan harus
membetulkannya
3. Operator (pekerja) tidak peduli terhadap kesalahan yang terjadi karena sudah
ada bagian yang menanganinya
4. Pekerjaan ulang kadang-kadang dilakukan tanpa sepengetahuan bagian yang
bertanggung-jawab akan kesalahan yang terjadi
II. Quality Control
Para inspektur ditempatkan pada awal dan akhir tiap proses

Kerugian
- Membutuhkan lebih banyak inspektur
- Para operator hanya bergantung pada hasil evaluasi inspektur

III. Built-in Quality Control

Inspeksi dilakukan oleh para operator sendiri., Mereka diberdayakan untuk
mencek pekerjaannya sendiri. Pada awal proses ditempatkan inspektur. Dengan
cara ini setiap pekerja dimotivasi untuk melakukan pekerjaannya secar abenar
sejak awal dan bertanggung jawab penuh untuk menceah defects pada proses
atau operator berikutnya yang bergfungsi sebagai internal customer. Untuk
melakukan cara ini secara berhasil maka kecakapan tentang kualitas harus
dilatih terlebih dahulu dan juga ditanamkan sikap kualitas.

IV. Total Quality

Disini seluruh inspektur ditiadakan, termasuk inspektur untuk bahan baku yang
masuk. Hal ini dimungkinkan karena ada supplier-customer partnership
sehingga supplier dilatih oleh customer tentang Quality Management. Dengan
melatih supplier dan operator untuk melakukan pekerjaannya secara benar
sejak awal maka kualitas tinggi dapat dicapai pada seluruh tahap produksi.
Dengan modus total quality dan tanpa inspeksi maka akan menurunkan biaya
operasi, memperpendek manufacturing lead time dengan dapat mengendalikan
inventories dengan baik.

III. PEKERJAAN TANAH
3.1 (1)





3.1.7

Galian Biasa
Tanah yang akan dipotong umumnya berada pada sisi jalan
Penggalian dilakukan dengan menggunakan excavator
Selanjutnya excavator menuangkan material hasil galian kedalam dump
truck
Setelah itu Dump Truck mengangkut dan membuang material hasil galian
keluar lokasi jalan.
Galian Perkerasan Beraspal Tanpa Cold Milling Machine

 Permukaan jalan yang akan dibentuk dengan spesifikasi yang memenuhi
garis, ketinggian dan penampang melintang yang ditunjukkan dalam gambar

atau pembuangan material yang tidak terpakai ( humus ) memakai metode
galian yang disesuaikan juga dengan jenisnya, apakah itu galian biasa atau
galian padas.
 Untuk galian biasa dapat menggunakan tenaga manusia sedangkan untuk
galian padas atau keras harus menggunakaan alat berat (excavator / loader)
dengan seijin direksi.
 Panjang atau luas penggalian disetarakan dengan kemampuan untuk
membuang dan mengganti volume galian dengan bahan pilihan sehingga
tidak menimbulkan kerawanan lalu lintas bagi pengguna jalan.
 Untuk mengantisipasi terjadinya genangan air terutama pada musim hujan,
maka permukaan galian yang telah selesai dan terbuka terhadap aliran air
permukaan diusahakan serata mungkin dan memiliki cukup kemiringan.
 Apabila ada sebuah alat berat yang akan melewati pinggiran galian maka
diusahakan tidak lebih dekat dari 1,5 m dari tepi galian terbuka untuk
menghindari terjadinya longsoran dan dapat merusak garis kelurusan galian
yang telah terbentuk dengan sempurna.
 Jika dijumpai permukaan galian yang keras atau terdapat tonjolan batu maka
pada permukaan tersebut akan digali 15 cm lebih dalam lagi hingga

kepermukaan yang mantap dan merata dan tonjolan batu tersebut dapat rata
dengan permukaan galian disekitarnya. Hasil pecahan batu yang
diameternya lebih dari 15 cm akan dibuang keluar dari lokasi penggalian.
3.1.8

Galian Perkerasan Berbutir
 Bagian yang digali adalah bagian perkerasan berbutir (dibawah perkerasan
beraspal)
 Permukaan jalan yang akan dibentuk dengan spesifikasi yang memenuhi
garis, ketinggian dan penampang melintang yang ditunjukkan dalam gambar
atau pembuangan material yang tidak terpakai ( humus ) memakai metode
galian yang disesuaikan juga dengan jenisnya,
 Panjang atau luas penggalian disetarakan dengan kemampuan untuk
membuang dan mengganti volume galian dengan bahan pilihan sehingga
tidak menimbulkan kerawanan lalu lintas bagi pengguna jalan.
 Untuk mengantisipasi terjadinya genangan air terutama pada musim hujan,
maka permukaan galian yang telah selesai dan terbuka terhadap aliran air
permukaan diusahakan serata mungkin dan memiliki cukup kemiringan.
 Apabila ada sebuah alat berat yang akan melewati pinggiran galian maka
diusahakan tidak lebih dekat dari 1,5 m dari tepi galian terbuka untuk
menghindari terjadinya longsoran dan dapat merusak garis kelurusan galian
yang telah terbentuk dengan sempurna.
 Jika dijumpai permukaan galian yang keras atau terdapat tonjolan batu maka
pada permukaan tersebut akan digali 15 cm lebih dalam lagi hingga
kepermukaan yang mantap dan merata dan tonjolan batu tersebut dapat rata
dengan permukaan galian disekitarnya. Hasil pecahan batu yang
diameternya lebih dari 15 cm akan dibuang keluar dari lokasi penggalian.

3.2 (1) Timbunan Biasa
a. Setelah penyiapan jalan dan pengukuran selesai dikerjakan maka dilakukan
pekerjaan timbunan tanah.
b. Whell Loader memuat tanah ke Dump Truck yang siap di lokasi.
c. Kemudian dump Truck mengangkut dari asal tempat ke lapangan.
d. Tanah dihampar setebal 20 cm dengan menggunakan motor grader. Atau
sesuai Instruksi Direksi.
e. Timbunan dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju sumbu jalan.
f. Tanah tersebut disiram dengan Water Tank dan dipadatkan dengan Vibrator
Roller sebanyak 4 sampai 8 kali lewat.
g. Selama pemadatan sekelompok pekerja merapikan tepi hamparan dengan
menggunakan alat bantu.
3.3

Penyiapan Badan Jalan



Pengambilan ketinggian akhir setelah pemadatan tidak boleh tinggi atau
rendah satu centimeter dari yang disyaratkan.
Dilakukan perataan dari seluruh permukaan akhir serta memiliki kelandaian
yang cukup untuk menjamin berlakunya aliran bebas dari air permukaan.




V.

Tanah dasar harus dipadatkann dengan menggunakan Vibro Roller.
Hamparan Material kemudian disiram dengan Water Tank sampai mencapai
kadar air yang sesuai dengan spesifikasi dan dipadatkan dengan mesin gilas
6-8 ton (tandem Roller).

PERKERASAN BERBUTIR

5.1 (1) Lapis Pondasi Agregat Kelas A
a.

Uraian Metode Pelaksanaan
Pekerjaan ini terdiri dari pemasok, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan pada lahan yang telah disiapkan, sesuai dengan garis, kelandaian
dan dimensi yang ditujukkan pada gambar.
Untuk pengadaan material agregat kasar diproduksi di base camp, kemudian
dicampur untuk dijadikan agregat kelas A sesuai dengan komposisi campuran
masing-masing dari Lapisan Pondasi A yang telah ditentukan dalam
spesifikasi.
Prosedur Umum
a. Pengukuran dan pematokan (staking out) diakukan oleh surveyor untuk
menentukan kelandaian, elevasi yang ditentukan dalam Gambar atau
ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan.
b. Dalam pelaksanaan pencampuran ini digunakan alat Wheel Loader yang
sekaligus meloading ke atas Dump Truck yang digunakan untuk
mengangkut material ke lokasi yang siap di hampar.
c. Material dibongkar untuk selanjutnya dihampar/diratakan dengan Motor
Grader hingga mencapai ketebalan yang dihasilkan tebal padat yang
diperlukan dalam toleransi yang diisyaratkan.
d. Pada pengoperasian alat Motor Grader saat penghamparan metrial tidak
menyebabkan segregasi partikel aggregat kasar dan halus.
e. Pemadatan dilaksanakan dengan menggunakan alat Vibrator Roller yang
memadai sambil dilaksanakan pembasahan dengan water tank untuk
menjaga kadar air optimum selama pemadatan hingga paling sedikit
kepadatan 100 % dari kepadatan kering maksimum.
f. Operasi penggilasan dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi
sedikit kearah sumbu jalan dalam arah memanjang.
g. Pengecekan terhadap elevasi dan ukuran yang telah ditentukan
dilaksanakan pengendalian mutu dengan suatu program pengujian sesuai
dengan spesifikasi. Pengendalian lalu lintas terhadap lokasi tempat kerja
pada jalur lalu lintas terbuka dengan menempatkan rambu-rambu
peringatan baik siang hari maupun dimalam hari.

VI. PERKERASAN ASPAL
6.1 (1a) Lapis Resap Pengikat (Aspal Minyak)
a. Permukaan yang akan diberi lapisan resap pengikat terlebih dahulu
dibersihkan menggunakan alat bantu dan mesin compressor.
b. Aspal emulsi yang akan digunakan sebagai lapis resap pengikat
dimasukkan dalam tangki asphalt sprayer dan dipanaskan sampai
mencapai suhu yang telah ditetapkan dan kemudian disiram pada
permukaan yang telah dipersiapkan sebelumnya dengan takaran
0,80 s/d 1,20 ltr/m2 atau sesuai dengan jenis permukaan yang akan
menerima pelaburan dan jenis bahan aspal yang akan dipakai.
c. Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan
penyemprotan terlebih dahulu diukur dan ditandai sesuai dengan
volume pekerjaan yang akan dilaksanakan pada hari tersebut.
d. Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik maka bahan aspal
disemprotkan dengan batang penyemprot dengan kadar aspal yang
diperintahkan oleh konsultan atau direksi.
e. Setelah pelaksanaan penyemprotan, bahan aspal yang berlebihan
dan tergenang di atas permukaan yang telah disemprot diratakan
dengan menggunakan alat pemadat karet, sikat ijuk atau alat
penyapu dari karet.
f. Penggilasan awal (Breakdown) dilaksanakan baik dengan alat
pemadat roda baja maupun dengan alat pemadat roda karet.
Penggilasan awal dioperasikan dengan roda penggerak berada di
dekat alat penghampar. Setiap titik perkerasan menerima minimum
dua lintasan penggilasan awal.
g. Penggilasan kedua atau utama dilaksanakan dengan alat pemadat
roda karet sedekat mungkin di belakang penggilasan awal.
Penggilasan akhir atau penyelesaian harus dilaksanakan dengan alat
pemadat roda baja tanpa penggetar (vibrasi).
h. Pertama-tama penggilasan dilakukan pada sambungan melintang
yang telah terpasang kasau dengan ketebalan yang diperlukan untuk
menahan pergerakan campuran aspal akibat penggilasan. Bila
sambungan melintang dibuat untuk menyambung lajur yang
dikerjakan sebelumnya, maka lintasan awal dilakukan sepanjang
sambungan memanjang untuk suatu jarak yang pendek.
i. Penggilasan dimulai dari tempat sambungan memanjang dan
kemudian dari tepi luar. Selanjuntnya penggilasan dilakukansejajar
dengan sumbu jalan beurutan menuju kearah sumbu jalan, kecuali
untuk super elevasi pada tikungan dimulai dari tempat yang
terendah dan bergerak kearah yang lebih tinggi. Lintasan yang
berurutan saling tumpang tindih (overlap) minimum setengah lebar
roda dan lintasan-lintasan tersebut tidak berakhir pada titik yang
kurang dari satu meter dari lintasan sebelumnya.
j. Semua jenis operasi penggilasan dilaksanakan secara menerus untuk
memperoleh pemadatan yang merata saat campuran aspal masih
dalam kondisi mudah dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak roda
dan ketidarataan dapat dihilangkan.
k. Roda alat pemadat dibasahi terus menerus untuk mencegah
pelekatan campuran aspal pada roda alat pemadat .

6.1 (2a) Lapis Perekat (Aspal Minyak)
a. Permukaan yang akan diberi lapisan perekat terlebih dahulu dibersihkan
menggunakan alat bantu dan mesin compressor.
b. Aspal emulsi yang akan digunakan sebagai lapis perekat
dimasukkan dalam tangki asphalt sprayer dan dipanaskan sampai
mencapai suhu yang telah ditetapkan dan kemudian disiram pada
permukaan yang telah dipersiapkan sebelumnya dengan takaran
0,15 s/d 0,40 ltr/m2 atau sesuai dengan jenis permukaan yang akan
menerima pelaburan dan jenis bahan aspal yang akan dipakai.
c. Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan
penyemprotan terlebih dahulu diukur dan ditandai sesuai dengan
volume pekerjaan yang akan dilaksanakan pada hari tersebut.
d. Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik maka bahan aspal
disemprotkan dengan batang penyemprot dengan kadar aspal yang
diperintahkan oleh konsultan atau direksi.
e. Setelah pelaksanaan penyemprotan, bahan aspal yang berlebihan
dan tergenang di atas permukaan yang telah disemprot diratakan
dengan menggunakan alat pemadat karet, sikat ijuk atau alat
penyapu dari karet.
f. Penggilasan awal (Breakdown) dilaksanakan baik dengan alat
pemadat roda baja maupun dengan alat pemadat roda karet.
Penggilasan awal dioperasikan dengan roda penggerak berada di
dekat alat penghampar. Setiap titik perkerasan menerima minimum
dua lintasan penggilasan awal.
g. Penggilasan kedua atau utama dilaksanakan dengan alat pemadat
roda karet sedekat mungkin di belakang penggilasan awal.
Penggilasan akhir atau penyelesaian harus dilaksanakan dengan alat
pemadat roda baja tanpa penggetar (vibrasi).
h. Pertama-tama penggilasan dilakukan pada sambungan melintang
yang telah terpasang kasau dengan ketebalan yang diperlukan untuk
menahan pergerakan campuran aspal akibat penggilasan. Bila
sambungan melintang dibuat untuk menyambung lajur yang
dikerjakan sebelumnya, maka lintasan awal dilakukan sepanjang
sambungan memanjang untuk suatu jarak yang pendek.
i. Penggilasan dimulai dari tempat sambungan memanjang dan
kemudian dari tepi luar. Selanjuntnya penggilasan dilakukansejajar
dengan sumbu jalan beurutan menuju kearah sumbu jalan, kecuali
untuk super elevasi pada tikungan dimulai dari tempat yang
terendah dan bergerak kearah yang lebih tinggi. Lintasan yang
berurutan saling tumpang tindih (overlap) minimum setengah lebar
roda dan lintasan-lintasan tersebut tidak berakhir pada titik yang
kurang dari satu meter dari lintasan sebelumnya.
j. Semua jenis operasi penggilasan dilaksanakan secara menerus untuk
memperoleh pemadatan yang merata saat campuran aspal masih
dalam kondisi mudah dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak roda
dan ketidarataan dapat dihilangkan.
k. Roda alat pemadat dibasahi terus menerus untuk mencegah
pelekatan campuran aspal pada roda alat pemadat .

Compressor
20 cm

1/2 BADAN JALAN

STEP 1
Area yang telah
dicompressor (dibersihkan)

2%
5%
BATAS YANG DICOMPRESSOR

POTONGAN MELINTANG JALAN

Asphalt Sprayer
20 cm

1/2 BADAN JALAN

STEP 2
Rambu Jalan

Pekerjaan Lapis Resap
Pengikat / Lapis Perekat

2%
5%
BATAS YANG DI PRIME COAT

POTONGAN MELINTANG JALAN

AREA YANG TELAH DI PRIME COAT / TAKE COAT
Arah Penyemprotan
Garis Pembatas

Metode Pelaksanaan Lapis Perekat & Lapis Resap Pengikat

6.3 (5a) Pekerjaan Lapis Aus (AC-WC) & 6.3 (6a) Lapis Antara Perata (AC – BC
(L))
A. Uraian Metode Pelaksanaan
Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapisan padat yang awet dari campuran
aspal yang terdiri dari aggregate dan bahan aspal yang dicampur dipusat
instalasi. Pencampuran, serta menghampar terdiri dari pemasok, pengangkutan,
penghamparan dan pemadatan pada lahan yang telah disiapkan, sesuai dengan
garis, kelandaian dan dimensi yang ditujukkan pada gambar.
Prosedur Umum
a. Pekerjaan Persiapan dimulai dengan melakukan campuran percobaan
laboratorium untuk memperoleh suatu campuran rancangan yang
memenuhi spesifikasi. Percobaan campuran di Instalasi pencampur aspal
dan penghamparan percobaan yang memenuhi ketentuan akan menjadikan
rancagan campuran dapat disetujui sebagai Rumus Perbandingan
Campuran (JMF).
b. Pencampuran dilaksanakan di Asphalt Mixing Plant dengan Sistem
Penakaran (Batching) atau system menrus (Continous) yang memiliki
kapasitas yang cukup untuk memasok mesin penghampar secara terus
menerus bilamana menghampar campuran pada kecepatan normal dan
ketebalan yang dikehendaki.
Wheel Loader memuat agregat ke dalam Cold Bin AMP, aggregat dan
aspal dicampur dan dipanaskan dengan AMP untuk dimuat langsung ke
dalam Dump Truck dan diangkut ke lokasi pekerjaan.
c. Truck untuk mengangkut campuran sebelumnya harus bersih yang telah
disemprot dengan minyak yang tipis atau bahan sejenisnya untuk mencegah
melekatnya campuran aspal pada bak. Tiap muatan harus ditutup dengan

terpal atau bahan lainnya yang cocok dengan ukuran yang sedemikian rupa
agar dapat melindungi campuran aspal terhadap cuaca.
d. Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan dihampar harus
dibersihkan dari bahan yang lepas dan yang tidak dikehendaki. Campuran
hanya bias dihampar bila permukaan yang telah dipersiapkan keadaan
kering dan tidak turun hujan.
e. Campuran aspal panas dihampar dengan finishe dengan suatu kecepatan
yang tidak menyebabkan retak permukaan, koyakan, atau bentuk ketidak
rataan lainnya pada permukaan. Sebelum memulai penghamparan, sepatu
(Sreed) alat penghampar harus dipanaskan. Penghamparan harus dimulai
dari jalur yang lebih rendah menuju jalur yang lebih tinggi bilamana
pekerjaan terdiri dari satu lajur, bilamana jalan akan dihampar hanya
setengah lebar jalan atau hanya satu lajur untuk setiap kali pengoperasian,
maka urutan penghamparan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
perbedaan akhir antara panjang penghamparan lajur yang satu dengan yang
bersebelahan pada tiap hari produksi dibuat seminimal mungkin.
f. Penggilasan campuran aspal harus terdiri dari tiga operasi yang terpisah
sebagai berikut :
1. Penggilasan Awal atau Breakdown
2. Penggilasan kedua atau Utama
3. Penggilasan akhir/Penyelesaian
g. Penggilasan awal atau breakdown harus dilaksanakan baik dengan alat
pemadat roda baja/tandem Roller, Penggilasan kedua atau utama harus
dilaksanakan dengan alat pemadat roda karet (Pneumatic Tyre Roller)
sedekat mungkin dibelakang penggilasan awal. Penggilasan akhir atau
penyelesaian harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja tanpa
penggetar. Roda alat pemadat harus dibasahi secara terus menerus untuk
mencegah pelekatan campuran boleh sedikit diminyaki untuk menghindari
lengketnya campuran aspal pada roda. Penggunaan air selama pemadatan
disuplai dengan alat Water Taker.
h. Selama pemadatan, sekelompok pekerja akan merapikan tepi hamparan
dengan menggunakan alat Bantu.
i. Agar dapat melindungi dan menjaga keselamatan umum dan kelancaran
arus lalu lintas yang melalui atau disekitar pekerjaan, harus memasang dan
memeliharan rampu lalu lintas penghalang dan fasilitas lainnya yang
sejenisnya pada setiap tempat dimana kegiatan pelaksanaan yang akan
mengganggu lalu lintas umum. Penempatan petugas bendera disemua tepat
kegiatan pelaksanaan yang mengganggu arus lalu lintas, terutama
pengaturan lalu lintas satu arah. Tugas utama petugas bendera adalah
menggerakkan dan mengatur arus lalu lintas yang melalui dan disekitar
pekerjaan tersebut.

VII. STRUKTUR
7.1(10). Beton Mutu rendah dengan f’c=10 Mpa (K125)
PENGUKURAN
 Semua pengukuran yang akan dimulai, didasarkan pada BM (Bench Mark) yang
telah ditentukan oleh Direksi dan konsultan pengawas.
 Pengukuran untuk penentuan batas-batas area pekerjaan dan posisi jembatan
menggunakan alat ukur Theodolith dan Water Pass.
 Pengukuran dilaksanakan oleh pelaksana bersama-sama dengan konsultan
pengawas agar ketinggian peil tanah dasar dapat disetujui bersama yang nantinya
akan menjadi patokan dalam menentukan peil bangunan lainnya yang akan segera
dikerjakan.
 Apabila dalam pengukuran telah diperoleh batas-batas dan ketinggian peil tanah
dasar, maka patok-patok pembantu yang dibuat dari beton cor dipasang agar
kedudukan titik-titik yang dimaksud tidak berubah.
 Karena jembatan ini adalah penerus dari jalan (sebelum dan sesudah jembatan)
maka as jembatan ini merupakan satu kesatuan dari as jalan. Dan as jembatan
dibuat berpedoman pada as jalan baik pada ujung dan pangkal jembatan tersebut.
 Sudah tentu dengan pasti itu perlu dilengkapi dengan patok-patok yang tetap
seperti yang telah diuraikan dia atas. Ini penting untuk menjaga jangan sampai
terjadi lagi pekerjaan-pekerjaan yang tidak perlu diulangi lagi dan kontinyuitas kerja
terjamin.
 Selesai penentuan jembatan (arah melintang) pun kita menetukan ketinggiannya,
untuk itu kita ambil dasar dari titik ketinggian pedoman. (BM)
 Setelah kita kerjakan titik/patok – patok utama ini, maka dapat diteruskan
pemasnagan patok-patok pembantu (bowplank) dimana jembatan itu didirikan.
Setelah cukup sempurna, bentuk dan kekuatan patok pembantu tersebut maka
dipindahkanlah titik ketinggian dan center linenya itu yang diperlukan untuk dapat
diketahui luas area dan berapa kedalaman galian yang diperlukan.
 Ini perlu diteliti kembali dengan seksama.
 Kalau di atas disinggung soal tenaga (Surveyor) maka tidak kalah penting keadaan
alat-alat yang dipergunakan. Oleh sebab itu sebelum memulai bekerja, alat yang
akan digunakan perlu diperiksa dan diteliti apakah ada kejanggalan / kerusakan
pada alat-alat itu yang akan menghasilkan pekerjaan tidak sempurna dan adanya
kesalahan-kesalahan nantinya ditemui.
PENCAMPURAN MATERIAL BETON
Pencampuran material beton dengan menggunakan concrete mixer (molen) perlu kita
perhatikan spesifikasi waktu pencampuran minimum sbb :
Kapasitas Alat Campur (m3)