PKN Pancasila Sebagai Dasar Kehidupan

PENDIDIKAN PANCASILA
PANCASILA SEBAGAI DASAR KEHIDUPAN BERBANGSA DAN
BERNEGARA

VITALOKA FERIANSARI
240110150076

ANANDA ISKANDARSYAH
240110150110

MEISHA ATHAYA THIFALNY
240110150086

ADRIANUS HORAS T
240110150100

REINASTI CAHYA KESUMA 240110150096

IRENE JUNE
240110150092


ALISHA CHANDRA
SHIDA HABSARI
240110150106

240110150099

ZULFAA IRBAH ZAIN
240110150080

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITASPADJADJARAN
JATINANGOR
2015

Kata Pengantar
Assalamu’alaikum
warahmatullahi
wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong

kami menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolonganNya mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Shalawat dan
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta, nabi besar kita
Muhammad SAW.
Laporan ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang Pancasila
Sebagai Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Laporan ini juga merupakan
salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila pada semester 1 tahun 2015,
yang kami sajikan berdasarkan pelajaran yang diberikan dan beberapa info yang
bersumber dari internet.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen Pendidikan Pancasila
kami yang telah membimbing kami agar dapat mengetahui ilmu-ilmu tentang
Pancasila dan bela negara. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada
pembaca. Kami mennyadari laporan ini masih memiliki banyak kekurangan, maka
dari itu kami mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih. Wassalamuaiakum
warahmatullahi wabarakatuh.

Jatinangor, 16 November 2015

Penulis

Daftar Isi

Kata Pengantar.............................................................................2
Daftar Isi.......................................................................................3
Makna Indonesia sebagai sebuah Bangsa dan Negara.................4
Rumusan Pancasila secara Historis dan Yuridis............................4
PROSES PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA......4
Rumusan I : Muh Yamin...........................................................5
Rumusan II : Prof. Dr. Soepomo..............................................6
Rumusan III : Ir. Soekarno.......................................................7
Rumusan IV: Piagam Jakarta...................................................8

Latar belakang
Pancasila ada pedoman bangsa Republik Indonesia. Suatu pegangan
bangsa Indonesia yang menganut berbagai kontribusi ataupun kekuatan untuk
menciptakan kehidupan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Pancasila
telah ditetapkan sebagai dasar negara dan telah diterima oleh seluruh warga
negara indonesia seperti yang tercantum pada pembukaan Undang- Undang dasar
1945 yaitu merupakan kepribadian negara dan cara pandang hidup bangsa, yang
telah diuji kebenaran, kemampuannya, sehingga tak ada satu kekuatan apapun dan
mananappun juga yang mampu memisahkan Pancasila dan Indonesia dari
kehidupan masyarakat Indonesia.

Pengertian Pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari alinea keempat
Pembukaan UUD 1945 dan sebagaimana tertuang dalam Memorandum DPR-GR
9 Juni 1966 yang menandaskan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang
telah dimurnikan dan dipadatkan oleh PPKI atas nama rakyat Indonesia menjadi
dasar negara Republik Indonesia. Memorandum DPR-GR itu disahkan pula oleh
MPRS dengan Ketetapan No.XX/MPRS/1966. Pancasila ada jiwa raga seluruh
rakyat Indonesia, yang memberikan kontribusi atau kekuatan hidup kepada bangsa
Indonesia serta membimbing dan mengajarkan nilai nilai kehidupan yang makin
baik untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

Batasan Masalah
Untuk menghidari adanya kesimpangsiuran dalam penyusunan makalah ini, maka
penulis membatasi masalah-masalah yang akan di bahas diantaranya:
Makna Pancasila sebgai dasar Negara dan bangsa.
Aspek yuridis Pancasila sebagai Dasr Negara dan Bangsa

Tujuan
Dalam menyusun makalah ini penulis mempunyai tujuan, yaitu:
Penulis ingin mengetahui tentang Pancasila sebgai dasar Negara dan Bangsa.


Makna Indonesia sebagai sebuah Bangsa dan
Negara
Pengertian Pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari alinea keempat
Pembukaan UUD 1945 dan sebagaimana tertuang dalam Memorandum DPR-GR
9 Juni 1966 yang menandaskan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang
telah dimurnikan dan dipadatkan oleh PPKI atas nama rakyat Indonesia menjadi
dasar negara Republik Indonesia. Memorandum DPR-GR itu disahkan pula oleh
MPRS dengan Ketetapan No.XX/MPRS/1966.
Ketetapan MPR No.V/MPR/1973 dan Ketetapan MPR No.IX/MPR/1978
yang menegaskan kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
atau sumber dari tertib hukum di Indonesia.
Inilah sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai dasar
negara (philosophische grondslaag) Republik Indonesia. Pancasila yang
terkandung dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 tersebut ditetapkan
sebagai dasar negara pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI yang dapat
dianggap sebagai penjelmaan kehendak seluruh rakyat Indonesia yang merdeka.
Dengan syarat utama sebuah bangsa menurut Ernest Renan: kehendak
untuk bersatu (le desir d’etre ensemble) dan memahami Pancasila dari sejarahnya
dapat diketahui bahwa Pancasila merupakan sebuah kompromi dan konsensus
nasional karena memuat nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh semua golongan

dan lapisan masyarakat Indonesia.
Maka

Pancasila

merupakan

intelligent

choice

karena

mengatasi

keanekaragaman dalam masyarakat Indonesia dengan tetap toleran terhadap
adanya perbedaan. Penetapan Pancasila sebagai dasar negara tak hendak
menghapuskan perbedaan (indifferentism), tetapi merangkum semuanya dalam
satu semboyan empiris khas Indonesia yang dinyatakan dalam seloka “Bhinneka
Tunggal Ika”.

Mengenai hal itu pantaslah diingat pendapat Prof.Dr. Supomo: “Jika kita
hendak mendirikan Negara Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan sifat dan
corak masyarakat Indonesia, maka Negara kita harus berdasar atas aliran pikiran
Negara (Staatside) integralistik. Negara tidak mempersatukan diri dengan
golongan yang terbesar dalam masyarakat, juga tidak mempersatukan diri dengan

golongan yang paling kuat, melainkan mengatasi segala golongan dan segala
perorangan, mempersatukan diri dengan segala lapisan rakyatnya”
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian
bahwa negara Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa
negara harus tunduk kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam seluruh
perundang-undangan. Mengenai hal itu, Kirdi Dipoyudo (1979:30) menjelaskan:
“Negara Pancasila adalah suatu negara yang didirikan, dipertahankan dan
dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan mengembangkan martabat
dan hak-hak azasi semua warga bangsa Indonesia (kemanusiaan yang adil dan
beradab),

agar

masing-masing


dapat

hidup

layak

sebagai

manusia,

mengembangkan dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya lahir batin selengkap
mungkin, memajukan kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir batin seluruh
rakyat, dan mencerdaskan kehidupan bangsa (keadilan sosial).”
Pandangan tersebut melukiskan Pancasila secara integral (utuh dan
menyeluruh) sehingga merupakan penopang yang kokoh terhadap negara yang
didirikan di atasnya, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk
melindungi dan mengembangkan martabat dan hak-hak azasi semua warga bangsa
Indonesia. Perlindungan dan pengembangan martabat kemanusiaan itu merupakan
kewajiban negara, yakni dengan memandang manusia qua talis, manusia adalah

manusia sesuai dengan principium identatis-nya.
Pancasila seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan
ditegaskan keseragaman sistematikanya melalui Instruksi Presiden No.12 Tahun
1968 itu tersusun secara hirarkis-piramidal. Setiap sila (dasar/ azas) memiliki
hubungan yang saling mengikat dan menjiwai satu sama lain sedemikian rupa
hingga tidak dapat dipisah-pisahkan. Melanggar satu sila dan mencari
pembenarannya pada sila lainnya adalah tindakan sia-sia. Oleh karena itu,
Pancasila pun harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh, yang
tidak dapat dipisah-pisahkan. Usaha memisahkan sila-sila dalam kesatuan yang
utuh dan bulat dari Pancasila akan menyebabkan Pancasila kehilangan esensinya
sebagai dasar negara.

Sebagai alasan mengapa Pancasila harus dipandang sebagai satu kesatuan
yang bulat dan utuh ialah karena setiap sila dalam Pancasila tidak dapat
diantitesiskan satu sama lain. Secara tepat dalam Seminar Pancasila tahun 1959,
Prof.

Notonagoro

melukiskan


sifat

hirarkis-piramidal

Pancasila

dengan

menempatkan sila “Ketuhanan Yang Mahaesa” sebagai basis bentuk piramid
Pancasila. Dengan demikian keempat sila yang lain haruslah dijiwai oleh sila
“Ketuhanan Yang Mahaesa”. Secara tegas, Dr. Hamka mengatakan: “Tiap-tiap
orang beragama atau percaya pada Tuhan Yang Maha Esa, Pancasila bukanlah
sesuatu yang perlu dibicarakan lagi, karena sila yang 4 dari Pancasila sebenarnya
hanyalah akibat saja dari sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.”

Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar
negara sesungguhnya berisi:
1. Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang
ber-Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta ber-Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang
ber-Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, dan ber-Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
3. Persatuan Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang berKemanusiaan yang adil dan beradab, ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, dan ber-Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
4.

Kerakyatan

yang

dipimpin

oleh

hikmat

kebijaksanaan

dalam

permusyawaratan/ perwakilan, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang berKemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Persatuan Indonesia, dan berKeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang
mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Persatuan
Indonesia, dan ber- Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan.(Nim et al., 2013)

Rumusan Pancasila secara Historis dan Yuridis
Pancasila sebagai dasar negara merupakan hasil kesepakatan bersama para Pendiri
Bangsa yang kemudian sering disebut sebagai sebuah “Perjanjian Luhur”
bangsa Indonesia.
Namun dibalik itu terdapat sejarah panjang perumusan sila-sila Pancasila
dalam perjalanan ketata negaraan Indonesia. Dari kronik sejarah setidaknya ada
beberapa rumusan Pancasila yang telah atau pernah muncul. Rumusan Pancasila
yang satu dengan rumusan yang lain ada yang berbeda, namum ada pula yang
sama.

PROSES PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR
NEGARA
Keterlibatan Jepang dalam perang dunia ke 2 membawa sejarah baru
dalam kehidupan bangsa Indonesia yang di jajah Belanda ratusan tahun lamanya.
Hal ini disebabkan bersamaan dengan masuknya tentara Jepang tahun 1942 di
Nusantara, maka berakhir pula suatu sistem penjajahan bangsa Eropa dan
kemudian digantikan dengan penjajahan baru yang secara khusus diharapkan
dapat membantu mereka yang terlibat perang.
Menjelang akhir tahun 1944 bala tentara Jepang secara terus menerus
menderita kekalahan perang dari sekutu. Hal ini kemudian membawa perubahan
baru bagi pemerintah Jepang di Tokyo dengan janji kemerdekaan yang di
umumkan Perdana Mentri Kaiso tanggal 7 september 1944 dalam sidang istimewa
Parlemen Jepang (Teikoku Gikai) ke 85. Janji tersebut kemudian diumumkan oleh
Jenderal Kumakhichi Haroda pada tanggal 1 maret 1945 yang merencanakan

pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI).
Sebagai realisasi janji tersebut pada tanggal 29 April 1945 kepala
pemerintahan Jepang untuk Jawa (Gunseikan) membentuk BPUPKI dengan
Anggota sebanyak 60 orang yang merupakan wakill atau mencerminkan
suku/golongan yang tersebar di wilayah Indonesia. BPUPKI diketuai oleh Dr.
Radjiman Wedyodiningrat sedangkan wakil ketua adalah R.P Suroso dan penjabat
yang mewakili pemerintahan Jepang “Tuan Hchibangase”. Dalam melaksanakan
tugasnya di bentuk beberapa panitia kecil, antara lain panitia sembilan dan panitia
perancang UUD. Inilah langkah awal dalam sejarah perumusan pancasila sebagai
dasar negara. Secara ringkas proses perumusan tersebut adalah sebagai berikut.

Rumusan I : Muh Yamin
Menurut Muh Yamin, dalam bahsa Sansekerta perkataan Pancasila
memiliki dua macam arti: panca artinya lima
“syiila”vocal” i pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar”
“syiila”vocal” i” panjang artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang penting
atau yang senonoh.”
Pada sesi pertama sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muhammad
Yamin menyampaikan usul dasar negara dihadapan sidang pleno BPUPKI baik
dalam pidato maupun secara tertulis yang disampaikan kepada BPUPKI.
a. Rumusan Pidato
Baik dalam kerangka uraian pidato maupun dalam presentasi lisan Muh Yamin
mengemukakan lima calon dasar Negara yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

b. Rumusan Tertulis
Selain usulan lisan Muh Yamin tercatat menyampaikan usulan tertulis
mengenai rancangan dasar negara. Usulan teertulis yang disampaikan kepada
BPUPKI oleh Muh Yamin berbeda dengan rumusan kata-kata dan sistematikanya
dengan yang di presentasikan secara lisan, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
4. Kerakyataan

yang

dipimpin

oleh

Hikmat

Kebijaksanaan

dalam

Permusyawaratan Perwakilan
5. Keadailan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Rumusan II : Prof. Dr. Soepomo
Pada tanggal 31 Mei 1945, Mr. Soepomo mendapat kesempatan
mengemukakan pokok-pokok pikiran seperti berikut:
1. Negara Indonesia merdeka hendaknya merupakan negara nasional yang
bersatu

dalam

arti

totaliter

atau

integralistik.

Maksudnya

Negara Indonesia merdeka tidak akan mempersatukan diri dengan
golongan yang terbesar, akan tetapi yang mengatasi segala golongan, baik
golongan besar maupun golongan kecil
2. Setiap warga negara dianjurkan takluk kepada Tuhan, supaya tiap-tiap
waktu ingat kepada Tuhan. Dalam negara nasional yang bersatu urusan
agama

akan

diserahkan

kepada

golongan-golongan

agama

yang

bersangkutan.
3. Mengenai kerakyatan beliau mengusulkan agar dalam pemerintahan
NegaraIndonesia harus dibentuk sistim Badan Permusyawaratan. Oleh
karena itu kepada negara harus berhubungan erat dengan Badan
Permusyawaratan agar mengetahui dan merasakan keadilan dan cita-cita
rakyat.
4. Dalam lapangan ekonomi, Prof. Dr. Soepomo mengusulkan agar sistim
perekonomian negara nasional yang bersatu itu diatur berdasarkan asas

kekeluargaan. Asas ini merupakan sifat dari masyarakat timur, termasuk
masyarakatIndonesia.
5. Mengenai

hubungan

antar

bangsa

mengusulkan

supaya

Negara Indonesia bersifat Negara Asia Timur Raya yang merupakan
anggota dari pada kekeluargaan Asia Timur Raya.

Apabila kita analisis pokok-pokok pikiran Prof. Dr. Soepomo di atas, maka
dapat kita peroleh adanya lima hal untuk dasar Negara Indonesia merdeka.
Meskipun tidak dituliskan secara terperinci. Prof. Dr. Soepomo menyarankan
Negara Indonesia memilih teori Negara Integralistik yang dinilai lebih sesuai
dengan semangat kekeluargaan. Kelima pokok pikiran tersebut sebagai berikut:
1. Paham Negara Persatuan
2. Warga Negara hendaknya tunduk kepada Tuhan supaya ingat kepada
Tuhan
3. Sistem Badan Permusyawaratan
4. Ekonomi Negara bersifat Kekeluargaan
5. Hubungan antar bangsa bersifat Asia Timur Raya

Rumusan III : Ir. Soekarno
Pada tanggal 1 Juni 1945 tersebut Soekarno mengucapkan pidatonya
dihadapan sidang BPUPKI. Usul Sukarno sebenarnya tidak hanya satu melainkan
tiga buah usulan calon dasar negara yaitu lima prinsip, tiga prinsip, dan satu
prinsip. Sukarno pula lah yang mengemukakan dan menggunakan istilah
“Pancasila” (secara harfiah berarti 5 dasar) pada rumusannya ini atas saran
seorang ahli bahasa (Muh Yamin) yang duduk di sebelah Sukarno. Oleh karena
itu rumusan Sukarno diatas disebut dengan Pancasila, Trisila, dan Ekasila. Usul
mengenai nama Pancasila bagi dasar negara Republik Indonesia secara bulat
disepakati dan diterima sidang BPUPKI serta ditetapkan bahwa tanggal 1 Juni
sebagai hari lahirnya Pancasila.
Rumusan Pancasila

1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme, atau Peri Kemanusiaan
3. Mufakat, atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan

Rumusan Trisila
1.

Socio-nationalisme

2.

Socio-demokratie

3.

ke-Tuhanan

Rumusan Ekasila
1. Gotong Royong

Rumusan IV: Piagam Jakarta
Usulan-usulan blue print Negara Indonesia telah dikemukakan anggotaanggota BPUPKI pada sesi pertama yang berakhir tanggal 1 Juni 1945. Selama
tanggal 2 Juni – 9 Juli 1945, 8 orang anggota BPUPKI ditunjuk sebagai panitia
kecil yang bertugas untuk menampung dan menyelaraskan usul-usul anggota
BPUPKI yang telah masuk. Pada 22 Juni 1945 panitia kecil tersebut mengadakan
pertemuan dengan 38 anggota BPUPKI dalam rapat informal. Rapat tersebut
memutuskan membentuk suatu panitia kecil berbeda (kemudian dikenal dengan
sebutan “Panitia Sembilan”) yang bertugas untuk menyelaraskan mengenai
hubungan negara dan agama.
Yang anggota-anggotanya terdiri dari:
1. Drs. Mohammad Hatta,
2. Mr. Muhammad Yamin,
3. Mr. A. Subardjo,
4. Mr. A.A. Maramis,
5. Ir. Soekarno,
6. Kiai Abdul Kahar Moezakkir,

7. K.H.A. Wachid Hasjim,
8. Abikusno Tjokrosujoso, dan
9. H. Agus Salim
Dalam menentukan hubungan negara dan agama, anggota BPUPKI
terbelah antara golongan Islam yang menghendaki bentuk teokrasi Islam dengan
golongan kebangsaan yang menghendaki bentuk negara sekuler dimana negara
sama sekali tidak diperbolehkan bergerak di bidang agama. Persetujuan antara dua
golongan yang dilakukan oleh Panitia Sembilan tercantum dalam sebuah
dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar”. Dokumen ini pula yang
disebut Piagam Jakarta (Jakarta Charter) oleh Mr.Muh Yamin. Adapun rumusan
rancangan dasar negara terdapat diakhir paragraf keempat dari dokumen
“Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” (paragraf 1-3 berisi rancangan pernyataan
kemerdekaan/proklamasi/declaration of independence). Rumusan ini merupakan
rumusan pertama sebagai hasil kesepakatan para “Pendiri Bangsa”.
Rumusan Kalimat
“… dengan berdasar kepada: Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Alternatif Pembacaan
Alternatif pembacaan rumusan kalimat rancangan dasar negara pada
Piagam Jakarta dimaksudkan untuk memperjelas persetujuan kedua golongan
dalam BPUPKI sebagaimana terekam dalam dokumen itu dengan menjadikan
anak kalimat terakhir dalam paragraf keempat tersebut menjadi sub-sub anak
kalimat.
“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan
o [A] dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya,
menurut dasar,

o [A.1] kemanusiaan yang adil dan beradab,
o [A.2] Persatuan Indonesia, dan
o [A.3] Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan[;] serta
o [B] dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

Rumusan dengan penomoran (utuh)
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya,
2. Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia,
4. Dan kerakyatan ynag dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan,
5. Serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan populer
Versi popular rumusan rancangan Pancasila menurut Piagam Jakarta yang
beredar di masyarakat adalah:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya
2. Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia,
4. Kerakyatan ynag dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan,
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
BPUPKI
Pada sesi kedua persidangan BPUPKI yang berlangsung pada 10-17 Juli
1945, dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” (Piagam Jakarta) di
bahas kembali secara resmi dalam rapat pleno tanggal 10 dan 14 Juli 1945.

Dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” tersebut dipecah dan
diperluas menjadi dua buah dokumen berbeda yaitu: Declaration of Independence
(berasal dari paragraf 1-3 yang diperluas menjadi 12 paragraf) dan Pembukaan
(berasal dari paragraf 4 tanpa perluasan sedikitpun).
Rumusan yang diterima oleh rapat pleno BPUPKI tanggal 14 Juli 1945
hanya

sedikit

berbeda

dengan

rumusan

piagam Jakarta yaitu

dengan

menghilangkan kata “serta” dalam sub anak kalimat terakhir. Rumusan rancangan
dasar Negara hasil sidang BPUPKI, yang merupakan rumusan resmi pertama,
jarang dikenal oleh masyarakat luas.
Rumusan:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya,
2. Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia,
4. Dan kerakyatan ynag dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan,
5. Dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
PPKI
Menyerahnya Kekaisaran Jepang yang mendadak dan diikuti dengan
Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia yang

diumumkan

sendiri

oleh

Bangsa Indonesia (lebih awal dari kesepakatan semula dengan Tentara Angkatan
Darat XVI Jepang) menimbulakn situasi darurat yang harus segera diselesaikan.
Sore hari tanggal 17 Agustus 1945, wakil-wakil dariIndonesia daerah Kaigun
(Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Kalimantan), diantaranya A. A.
Maramis, Mr., menemui Soekarno menyatakan rumusan “dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” untuk ikut ikut disahkan
menjadi bagian dasar negara. Untuk menjaga integrasi bangsa yang baru
diproklamasikan, Soekarno segera menghubungi Hatta dan berdua menemui
wakil-wakil golongan Islam.
Semula, wakil golongan Islam, diantaranya Teuku Moh Hasan, Mr.
Kasman Singodimedjo, dan Ki Bagus Hadikusumo, keberatan dengan usul

penghapusan itu. Setelah diadakan konsultasi mendalam akhirnya mereka
menyetujui penggantian rumusan “Ketuahan, dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dengan rumusan “Ketuhanan Yang
Maha Esa” sebagai sebuah “emergency exit” yang hanya bersifat sementara dan
demi keutuhan Indonesia.
Pagi harinya tanggal 18 Agustus 1945 usul penghilangan rumusan
“dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”
dikemukakan dalam rapat pleno PPKI. Selain itu dalam rapat pleno terdapat
usulan untuk menghilangkan frasa “menurut dasar” dari Ki Bagus Hadikusumo.
Rumusan dasar negara yang terdapat dalam paragraf keempat Pembukaan
Undang-Undang Dasar ini merupakan rumusan resmi kedua dan nantinya akan
dipakai oleh bangsa Indonesia hingga kini. UUD inilah yang nantinya dikenal
dengan UUD 1945.
Rumusan
1.

ke-Tuhanan Yang Maha Esa,

2.

Kemanusiaan yang adil dan beradab,

3.

Persatuan Indonesia

4.

Kerakyatan

yang

dipimpin

oleh

hikmat

kebijaksanaan

dalam

permusyawaratan perwakilan
5.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Konstitusi RIS
Pendudukan

wilayah Indonesia oleh

NICA

menjadikan

wilayah

Republik Indonesiasemakin kecil dan terdesak. Akhirnya pada akhir 1949
Republik Indonesia yang

berpusat

diYogyakarta (RI

Yogyakarta)

terpaksa

menerima bentuk negara federal yang disodorkan pemerinatah kolonial Belanda
dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS) dan hanya menjadi sebuah negara
bagian saja. Walaupun UUD yang disahkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945
tetap berlaku bagi RI Yogyakarta , namun RIS sendiri mempunyai sebuah
Konstitusi Federal (Konstitusi RIS) sebagai hasil permufakatan seluruh negara
bagian dari RIS. Dalam Konstitusi RIS rumusan dasar negara terdapat dalam
Mukaddinah (pembukaan) paragraf ketiga. Konsitusi RIS disetujui pada 14

Desember 1949 oleh enam belas negara bagian dan satuan kenegaraan yang
tergabung dalam RIS.
Rumusan
1.

ke-Tuhan Yang Maha Esa,

2.

perikemanusiaan,

3.

kebangsaan,

4.

kerakyatan

5.

dan keadilan social

UUD Sementara
Segera setelah RIS berdiri, negara itu mulai menempuh jalan kehancuran.
Hanya dalam hitungan bulan negara bagian RIS membubarkan diri dan bergabung
dengan negara bagian RI Yogyakarta. Pada Mei 1950 hanya ada tiga negara
bagian yang tetap eksis yaitu RI Yogyakarta, NIT (Negara Indonesia Timur), dan
NST (Negara Sumatra Timur). Setelah melalui beberapa pertemuan yang intensif
RI Yogyakarta dan RIS, sebagai kuasa dari NIT dan NST, menyetujui
pembentukan negara kesatuan dan mengadakan perubahan Konstitusi RIS
menjadi UUD Sementara. Perubahan tersebut dilakukan dengan menerbitkan UU
RIS No 7 Tahun 1950 tentang Perubahan Konstitusi Sementara Republuk
Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang Dasar Sementara (LN RIS Tahun
1950 No 56, TLN RIS No 37) yang disahkan tanggal 15 Agustus 1950. Rumusan
dasar negara kesatuan ini terdapat dalam paragraf keempat dari Mukaddimah
(pembukaaan) UUD Sementara Tahun 1950.
Rumusan
1.

ke-Tuhanan Yang Maha Esa,

2.

perikemanusia,

3.

kebangsaan,

4.

kerakyatan,

5.

dan keadilan sosial.

UUD 1945

Kegagalan konstituante untuk menyusun sebuah UUD yang akan
menggantikan UUD Semntara yang disahkan 15 Agustus 1950 menimbulkan
bahaya bagi keutuhan negara. Untuk itulah pada 5 Juli 1959 Presiden Indonesia
saat itu, Soekarno, mengambil langkah mengeluarkan Dekrit Kepala Negara yang
salah satu isinya menetapkan berlakunya kembali UUD yang disahkan oleh PPKI
pada 18 Agustus 1945 menjadi UUD Negara Indonesia menggantikan UUD
Sementara. Dengan pemerlakuan kembali UUD 1945 maka rumusan Pancasila
yang terdapat dalam Pembukaan UUD kembali menjadi rumusan resmi yang
digunakan.
Rumusan ini pula yang diterima oleh MPR, yang pernah menjadi lembaga
tertinggi negara sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat antara tahun 1960-2004,
dalam berbagai produk ketepannya, diantaranya:
1. TAP MPR no XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia No. II/MPR/1978 tentang
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa)
dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negar, dan
2. TAP MPR No III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan
Peraturan Perundang-undangan.
Rumusan
1.

Ketuhanan Yang Maha Esa,

2.

Kemanusiaan yang adil dan beradab,

3.

Persatuan Indonesia,

4.

Kerakyatan

yang

dipimpin

oleh

hikmat

kebijaksanan

dalam

permusyawaratan/perwakilan
5.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan inilah yang kemudian dijadikan dasar negara, hingga sekarang

bahkan hingga akhir perjalanan Bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia bertekad
bahwa Pancasila sebagai dasar negara tidak dapat dirubah oleh siapapun, termasuk
oleh MPR hasil pemilu. Jika merubah dasar negara Pancasila sama dengan
membubarkan negara hasil proklamasi (Tap MPRS No. XX/MPRS/1966).

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA
Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep
pengertian dasar, cita-cita dan logos yang berarti ilmu. Dalam pengertian seharihari idea disamakan artinya dengan cita-cita. Cita-cita yang dimaksud adalah citacita yang bersifat tetap yang harus dicapai, sehingga cita-cita yang bersifat tetap
itu sekaligus merupakan dasar, pandangan atau faham.
Pancasila sering disebut sebagai dasar falsafah negara (dasar filsafat
negara) dan ideologi negara. Pancasila dipergunakan sebagai dasar untuk
mengatur pemerintahan dan mengatur penyelenggaraan negara. Konsep-konsep
Pancasila tentang kehidupan bernegara yang disebut cita hukum (staatsidee),
merupakan cita hukum yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila juga mempunyai fungsi dan kedudukan sebagai pokok atau
kaidah negara yang mendasar (fundamental norma). Kedudukan Pancasila sebagai
dasar negara bersifat tetap, kuat, dan tidak dapat diubah oleh siapapun, termasuk
oleh

MPR-DPR

hasil

pemilihan

umum.

Mengubah

Pancasila

berarti

membubarkan Negara Kesatuan Republik Indonesiayang diproklamasikan pada
tanggal 17 Agustus 1945.
Pancasila sebagai kaidah negara yang fundamental berarti bahwa hukum
dasar tertulis (UUD), hukum tidak tertulis (konvensi), dan semua hukum atau
peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam negara Republik Indonesia
harus bersumber dan berada dibawah pokok kaidah negara yang fundamental
tersebut.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dasar negara Pancasila perlu
difahami konsep, prinsip dan nilai yang terkandung di dalamnya agar dapat
dengan tepat mengimplementasikannya. Namun sebaiknya perlu diyakini terlebih
dahulu bahwa Pancasila memenuhi syarat sebagai dasar negara dari Negara
Kesatuan Republik Indonesiadengan beragam suku, agama, ras dan antar
golongan yang ada.
Pancasila memenuhi syarat sebagai dasar negara bagi Negara Kesatuan
RepublikIndonesia dengan alasan sebagai berikut.

1)

Pancasila

memiliki

potensi

menampung

keadaan

pluralistik

masyarakat Indonesiayang beraneka ragam suku, agama, ras dan antar
golongan. Pada Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, menjamin kebebasan untuk
beribadah sesuai agama dan keyakinan masing-masing. Kemudian pada Sila
Persatuan Indonesia, mampu mengikat keanekaragaman dalam satu kesatuan
bangsa dengan tetap menghormati sifat masing-masing sepert apa adanya.
2)

Pancasila memberikan jaminan terealisasinya kehidupan yang pluralistik,
dengan menjunjung tinggi dan menghargai manusia sesuai dengan harkat
dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan secara berkeadilan yang
disesuaikan dengan kemampuan dan hasil usahanya. Hal ini ditunjukkan
dengan Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.

3)

Pancasila

memiliki

potensi

menjamin

keutuhan

Negara

Kesatuan

RepublikIndonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke yang
terdiri atas ribuan pulau sesuai dengan Sila Persatuan Indonesia.
4)

Pancasila memberikan jaminan berlangsungnya demokrasi dan hak-hak
asasi manusia sesuai dengan budaya bangsa. Hal ini, selaras dengan Sila
Kerakyatan

yang

dipimpin

oleh

hikmat

kebijaksanaan

dalam

permusyawaratan/perwakilan.
5)

Pancasila menjamin terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera sesuai
dengan Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat sebagai acuan dalam
mencapai tujuan tersebut.

Kesimpulan
Pancasila mempunyai fungsi dan kedudukan sebagai pokok atau kaidah
negara yang mendasar (fundamental norma). Kedudukan Pancasila sebagai dasar
negara bersifat tetap, kuat, dan tidak dapat diubah oleh siapapun, termasuk oleh
MPR-DPR hasil pemilihan umum. Mengubah Pancasila berarti membubarkan
Negara Kesatuan Republik Indonesiayang diproklamasikan pada tanggal 17
Agustus 1945.
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian
bahwa negara Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa
negara harus tunduk kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam seluruh
perundang-undangan. Mengenai hal itu, Kirdi Dipoyudo (1979:30) menjelaskan:
“Negara Pancasila adalah suatu negara yang didirikan, dipertahankan dan
dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan mengembangkan martabat
dan hak-hak azasi semua warga bangsa Indonesia (kemanusiaan yang adil dan
beradab),

agar

masing-masing

dapat

hidup

layak

sebagai

manusia,

mengembangkan dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya lahir batin selengkap
mungkin, memajukan kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir batin seluruh
rakyat, dan mencerdaskan kehidupan bangsa (keadilan sosial).”

Daftar pustaka
Nim, N., Program, K., Noor, M., Hadnomo, D., Informatika, M., & Purwanto, K.
(2013). “ PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA “ STMIK “
AMIKOM ” YOGYAKARTA. Yogjakarta: Pancasila.