PENERAPAN METODE BERCAKAP CAKAP DENGAN M

e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pndidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015)

PENERAPAN METODE BERCAKAP-CAKAP DENGAN
MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERBICARA ANAK
I Gede Dody Setia Dharma1, I Nyoman Wirya2, Nice Maylani Asril3
1.2.3

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

email: dodydharma25@yahoo.com., Wiryanyoman14@gmail.com.,
nice.asril@gmail.com.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan bicara setelah
diterapkan metode bercakap-cakap dengan media gambar pada anak di kelompok B
semester genap di TK Prawidya Dharma Cabang Batur Tengah Tahun Pelajaran
2014/2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian penelitian tindakan kelas yang

dilaksanakan dalam dua siklus dan subjek sebanyak 15 anak kelompok B semester
genap di TK Prawidya Dharma Cabang Batur Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015. Data
penelitian tentang keterampilan berbicara dikumpulkan dengan metode observasi dengan
instrumen berupa lembar format observasi. Data hasil penelitian dianalisis dengan
menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kualitatif.
Hasil analisis data menunjukan bahwa terjadi peningkatan rata-rata skor keterampilan
berbicara pada anak kelompok B setelah diterapkan metode bercakap-cakap berbantuan
media gambar pada siklus I sebesar 69,12% yaitu kategori sedang kemudian pada siklus
II menjadi 80,8% yang berada pada kategori
tinggi. Jadi terjadi peningkatan
keterampilan berbicara anak setelah diterapkan metode bercakap-cakap berbantuan
media gambar sebesar 11,68%.
Kata-kata kunci: anak usia dini, keterampilan berbicara, metode bercakap-cakap, media
gambar.
Abstract
The purpose of this research was to know the advance of speaking skill after applied the
method of picture media at the even semester kindegarden group B of Prawidya Dharma
branch of Middle Batur school year 2014/2015. The reseach was classroom action
research which held in two cycles with the subject 15 students group B even semester of
kindegarden Prawidya Dharma branch of Middle Batur school year 2014/2015. The

research data about speaking skill was collected by observation method with instrument
in the form of observation format sheet. The result of the data was analysed by using
descriptive statistical analysis method and descriptive analysis qualitative. The result of
the data analysis showed, there was the speaking skill advance at the group B children
after applied the speaking method using picture media at cycle one equal to 69,12% with
medium category, at cycle two there was speaking skill advance 80,8% it was high
category. So, there was the speaking skill advance of the children after applied with the
method of picture media equal to 11,68%.
Key words: early child, speaking skill, speaking method, picture media.

e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pndidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015)
PENDAHULUAN
Anak usia dini merupakan ujung
tombak dan generasi baru yang nantinya
akan
berperan
dalam
memajukan
kehidupan bangsa. Hal ini dikarenakan

pendidikan anak usia dini sangat penting
dilaksanakan sebagai dasar pembentukan
kepribadian dan karakter. Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003, pasal 1 ayat(14) menyatakan
bahwa, pendidikan anak usia dini adalah
upaya pembinaan yang di tujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan agar
anak memasuki pendidikan lebih lanjut.
Peraturan
Menteri
Pedidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 58
tahun 2009 “tujuan pendidikan taman
kanak-kanak adalah membantu anak didik
mengembangkan berbagai potensi baik
psikis

dan
fisik
yang
meliputi
perkembangan nilai agama dan moral,
fisik atau motorik, kognitif , bahasa, serta
sosial emosional”. Salah satu aspek yang
secara
umum
dapat
dilatih
dan
dikembangkan dalam pendidikan anak
usia dini adalah melatih perkembangan
bahasa anak yang meliputi berbicara,
mendengarkan, menulis, dan membaca.
Melatih perkembagan bahasa dapat
dilalukan
berdasarkan
tahap

perkembangan anak karena tiap tahapan
perkembangan memiliki tugas yang
berbeda-beda. Hal ini berlaku juga pada
kemampuan berbahasa, sehingga anak
dapat berkomunikasi serta berinteraksi
secara lisan maupun tertulis.
Keterampilan
berbahasa
anak
dapat mengungkapkan perasaan atau
pikirannya dalam berinteraksi dengan
orang lain. Bahasa merupakan alat yang
penting bagi setiap orang. Melalui bahasa
anak
akan
dapat
mengembangkan
kemampuan bergaul (social skill) dengan
orang lain. Penguasaan keterampilan
dalam berteman dalam lingkungan sosial

dimulai dengan penguasaan keterampilan
berbahasa
berbicara
maupun
mendengarkan. Tanpa bahasa seseorang
tidak akan dapat berkomunikasi dengan
orang lain. Anak dapat mengekspresikan

pikirannya
menggunakan
bahasa,
sehingga orang lain dapat menangkap apa
yang dipikirkan oleh anak. Komunikasi
dapat terjalin dengan baik melalui bahasa
sehingga
anak
dapat
membangun
hubungan.
Anak

mulai
berani
mengemukakan
suatu
hal
melalui
kemampuan
berbahasanya
dapat
dikatakan mulai menemukan kepercayaan
diri dan memulai proses peningkatan
keterampilan berbahasanya.
Banyak sekali metode yang dapat
dilakukan dalam proses peningkatan dan
pengembangan
keterampilan
bahasa
seorang anak baik dengan metode
ceramah maupun metode lainnya. Metode
lain yang dapat digunakan yaitu metode

bercakap-cakap. Metode bercakap-cakap
merupakan suatu proses belajar dimana
anak dapat saling mengkomunikasikan
pikiran dan perasaan secara verbal
(Hildebrand dalam Latif, 2013) atau
mewujudkan kemampuan bahasa resentif
dan
bahasa
ekspresif.
Metode
pembelajaran di Taman Kanak-kanak (TK)
untuk mewujudkan keterampilan bahasa
yang efektif adalah dengan berbantuan
media gambar. Melalui metode ini anak
akan termotivasi dalam menstimulasi
minat belajar. Hal ini menyebabkan
terjadinya peningkatan hasil belajar
kemampuan
berpikir
anak

serta
memunculkan kemampuan kreativitas
anak sehingga anak mau menunjukan
keterampilan bahasa, menyampaikan apa
yang dilihat dan dipikirkannya dengan
berbahasa.
Banyak sekali metode yang dapat
dilakukan dalam proses peningkatan dan
pengembangan
keterampilan
bahasa
seorang anak baik dengan metode
ceramah maupun metode lainnya. Metode
lain yang dapat digunakan yaitu metode
bercakap-cakap. Metode bercakap-cakap
merupakan suatu proses belajar dimana
anak dapat saling mengkomunikasikan
pikiran dan perasaan secara verbal
(Hildebrand dalam Latif, 2013) atau
mewujudkan kemampuan bahasa resentif

dan
bahasa
ekspresif.
Metode
pembelajaran di Taman Kanak-kanak (TK)
untuk mewujudkan keterampilan bahasa
yang efektif adalah dengan berbantuan
media gambar. Melalui metode ini anak

e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pndidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015)
akan termotivasi dalam menstimulasi
minat belajar. Hal ini menyebabkan
terjadinya peningkatan hasil belajar
kemampuan
berpikir
anak
serta
memunculkan kemampuan kreativitas
anak sehingga anak mau menunjukan

keterampilan bahasa, menyampaikan apa
yang dilihat dan dipikirkannya dengan
berbahasa.
Rendahnya keterampilan bahasa
merupakan hal yang sangat menantang
bagi para pendidik di (TK). Situasi ini
disebabkan karena anak usia dini belum
terbiasa belajar dengan tertib, disiplin
sehingga memerlukan perhatian, cara,
metode dalam peroses pembelajaran. Hal
ini dialami oleh kelompok di TK Prawidya
Dharma cabang Batur Tengah. Masalah
yang dialami oleh para guru dalam proses
belajar mengajar ialah ditemukannya
keterampilan bahasa anak yang masih
sangat rendah. Hal ini dibuktikan dari hasil
observasi dan wawancara pada tanggal
10 Februari 2015 terhadap beberapa guru
TK Prawidya Dharma cabang Batur
Tengah yang mengatakan bahwa kualitas
keterampilan bahasa anak-anak TK
Prawidya Dharma cabang Batur Tengah
masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat
berdasarkan dari data yang didapat pada
kelompok B semester I tahun 2014/2015
bahwa
keterampilan
bahasa
anak
khususnya pada keterampilan berbicara
dapat dikatakan masih kurang. Dari hasil
refleksi
awal
dieroleh
presentase
keterampilan berbicara pada anak sebesar
60% yang berada pada kategori rendah.
Berdasarkan wawancara yang
dilakukan ada beberapa faktor penyebab
rendahnya
keterampilan
bahasa
khususnya pada keterampilan berbicara
baik faktor internal maupun faktor
eksternal yang sangat dapat berpengaruh
pada minat anak dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Salah satu cara
untuk mengembangkan semangat dan
minat anak untuk belajar dalam aspek
keterampilan
berbicara
sebaiknya
keterlibatkan anak perlu diatur sebaik
mungkin agar pembelajaran berjalan
secara efektif. Perlu adanya jalan keluar
dalam mengatasi masalah tersebut
dengan mengunakan metode yang tepat
yaitu metode bercakap-cakap
melalui

media
gambar.
Dengan
demikian
semangat anak akan datang untuk belajar
dan bermain. Hal tersebut juga tidak kalah
penting dengan upaya guru dalam
mengajar agar pembelajaran yang selama
ini kurang mendapat perhatian dari anak
sehingga
tujuan
meningkatkan
keterampilan berbicara anak tercapai
secara optimal.
Bercakap-cakap
berarti
saling
mengkomunikasikan pikiran dan perasaan
secara verbal (Hildebrand dalam Latif,
2013) atau mewujudkan kemampuan
bahasa resensif dan bahasa ekspresif.
Bercakap-cakap dapat diartikan sebagai
dialog atau sebagai perwujudan bahasa
resensif dan bahasa ekspresif dalam
suatu situasi (Gordon dalam Latif, 2013).
Bercakap-cakap mempunyai makna
penting bagi perkembangan anak TK
karena
bercakap-cakap
dapat
meningkatkan keterampilan berkomunikasi
dengan
orang
lain,
meningkatkan
keterampilan dalam melakukan kegiatan
bersama.
Juga
meningkatkan
keterampilan menyatakan perasaan serta
menyatakan gagasan atau pendapat
secara
verbal.
Oleh
karena
itu,
penggunaan metode
bercakap-cakap
bagi anak TK terutama anak membantu
perkembangan dimensi sosial, emosi, dan
kognitif dan terutama bahasa.
Melalui
penggunaan
metode
bercakap-cakap, tujuan pengembangan
bahasa yang ingin dicapai: satu,
Mengembangkan
kecakapan
dan
keberanian anak dalam menyampaikan
pendapat kepada siapa pun; dua,
Memberi
kesempatan
pada
anak
berekspresi secara lisan; tiga Memperbaiki
lafal dan ucapan; empat, Menambah
pembendaharaan/kosakata; lima, Melatih
daya tangkap anak; enam, Melatih daya
pikir dan fantasi anak; tujuh, Menambah
pengetahuan dan pengalaman anak didik;
delapan, Memberikan kesenangan kepada
anak; sembilan, Merangsang anak untuk
belajar membaca dan menulis. Tujuan
tersebut sesuai dengan Moeslichatoen
(Dhieni, 2009:7.7) yang menyatakan
bahwa “perkembangan bahasa yang
dapat dikembangkan dengan metode
bercakap-cakap
adalah
kemampuan
menangkap makna bicara orang lain dan

e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pndidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015)
kemampuan menanggapi pembicaraan
orang lain secara lisan“.
Dhieni (2009: 7.7), kelebihan dan
kelemahan
metode
bercakap-cakap
adalah: Kelebihannya: pertama, Anak
dapat kesempatan untuk mengemukakan
ide-ide dan pendapatnya; kedua, Anak
dapat kesempatan untuk menyumbangkan
gagasannya; tiga, Hasil belajar dengan
metode
bercakap-cakap
bersifat
fungsional
karena
topik/tema
yang
menjadi bahan percakapan terdapat
dalam keseharian dan lingkungan anak;
empat, Anak dapat mengembangkan cara
berfikir kritis dan sikap hormat atau
menghargai pendapat orang lain; lima,
Anak
dapat
kesempatan
untuk
mengembangkan kemampuan belajarnya
pada taraf yang lebih tinggi. Sedangkan
Kelemahannya: pertama, Membutuhkan
waktu
yang
cukup
lama;
kedua,
Memerlukan ketajaman dalam menangkap
inti pembicaran; ketiga, Dalam prakteknya,
percakapan akan selalu didominasi oleh
beberapa orang saja.
Muhadi (2008:89) media visual
(gambar) yang penting dan mudah
didapat. Dikatakan penting sebab ia dapat
menggantikan
kata
verbal,
mengkongkritkan yang abstrak dan
membatasi pengamatan manusia. Gambar
membuat orang dapat menangkap ide
atau informasi yang terkandung di
dalamnya dengan jelas, lebih jelas dari
pada yang diungkapkan dengan kata-kata.
Walaupun hanya menekankan kekuatan
indra penglihatan kekuatan gambar
terletak pada kenyataan bahwa sebagian
besar orang pada dasarnya memiliki
visual.
Sadiman (2002) menyatakan bahwa
media gambar merupakan” sesuatu media
yang mengkombinasikan fakta, gagasan
secara jelas dan kuat melalui suatu
pengungkapan
kata
dan
gambar”.
Soelarko (1980:3) juga menjelaskan
bahwa
media
gambar
merupakan
peniruan
dari
benda-benda
dan
pemandangan dalam hal bentuk, rupa
serta ukuranya relatif terhadap lingkungan.
Eliyawati (2005) ada beberapa ciri-ciri
media gambar adalah: pertama, Harus
autentik artinya dapat menggembangkan
objek atau peristiwa apabila anak melihat

langsung.
Kedua,
Sederhana,
komposisinya cukup jelas menunjukan
bagian-bagian pokok dalam gambar
tersebut.
Ketiga,
Ukuran
gambar
proposional
sehingga
anak
mudah
membayangkan
ukuran
yang
sesungguhnya benda atau objek yang
digambar. Keempat, Memadukan antara
keindahan dengan kesesuaiannya untuk
mencapai pembelajaran. Kelima, Gambar
harus massage, sebagai media yang baik
gambar hendaknya bagus dari sudut seni
dan sesuai dengan pembelajaran yang
ingin dicapai.
Beberapa kelebihan media gambar
menurut Sadiman (2002) adalah: satu,
Sifatnya konkrit gambar lebih realistis
menunjukan pokok masalah dibanding
dengan media verbal semata. Dua,
Gambar
dapat
mengatasi
masalah
batasan ruang dan waktu, tidak semua
benda dapat dibawa kekelas, dan tidak
selalu bisa anak-anak dibawa ke objek
tersebut
untuk
itu
gambar
dapat
mengatasinya. Tiga, Media gambar dapat
mengatasi keterbatasan pengamatan kita.
Sel atau penampang daun yang tak
mungkin kita lihat dengan mata telanjang
dapat disajikan dengan jelas dengan
bentuk
gambar.
Empat,
Dapat
menperjelas suatu masalah, dalam bidang
apa saja dan untuk tingkat usia berapa
saja, sehingga dapat mencegah atau
membetulkan kesalah pahaman. Lima,
Murah harganya, mudah didapat serta
dapat digunakan untuk perseorangan
atau kelompok.
Hamalik (2008) manfaat media
gambar yaitu secara garis besar manfaat
utama
penggunaan
media
meliputi
manfaat manfaat edukatif, yaitu mendidik
dan memberikan pengaruh positif pada
pendidikan.
Manfaat
sosial,yaitu
memberikan informasi yang autentik dan
pengalaman di berbagai bidang kehidupan
dan memberikan konsep yang sama pada
setiap orang. Manfaat lainya adalah
ekonomis, yaitu memberikan produksi
melalui pembinaan hasil kerja secara
maksimal.
Berbicara merupakan salah satu
keterampilan
yang
sangat
penting
disamping keterampilan bahasa lainnya,
yaitu membaca, menulis, menyimak. Hal

e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pndidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015)
ini dikarenakan dengan sesama manusia,
menyatakan pendapat, menyampaikan
maksud dan pesan, mengungkapkan
perasaan dan segala kondisi emosional,
dan lain sebagainya.
Nasution (1992: 28) “Keterampilan
adalah kemampuan untuk mengerjakan
atau melaksanakan sesuatu dengan baik”.
Keterampilan yang dipelajari dengan baik
akan berkembang menjadi kebiasaan.
Terdapat
hubungan
yang
saling
mempengaruhi
antara
keterampilan
dengan
perkembangan
kemampuan
keseluruhan anak.
Tarigan
dalam
Suhartono
(2005:20) mengemukakan bicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi
atau
kata-kata
untuk
mengekspresikan,
menyatakan
serta
menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan.
Keterampilan
berbicara
pada
hakikatnya
merupakan
keterampilan
mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi
untuk
menyampaikan
kehendak,
kebutuhan perasaan, dan keinginan pada
orang lain. Keterampilan ini juga didasari
oleh kepercayaan diri untuk berbicara,
sehingga dapat menghilangkan rasa malu,
berat
lidah,
dan
rendah
diri
(Iskandarwassid, 2008: 45) Jadi dapat
disimpulkan dari beberapa pendapat para
ahli
bahwa
keterampilan
berbicara
merupakan alat komunikasi antara individu
satu dengan individu yang lainnya untuk
menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan,
karena
berbicara
mempengaruhi penyesuaian pribadi anak
untuk sosialisasi.
Suhartono (2005: 43) mengatakan
pada waktu anak masuk Taman KanakKanak, anak telah memiliki sejumlah besar
kosakata. Mereka sudah dapat membuat
pertanyaan negatif, kalimat majemuk, dan
berbagai
bentuk
kalimat.
Mereka
memahami
kosakata
lebih
banyak.
Mereka dapat bergurau, bertengkar
dengan teman-temannya dan berbicara
sopan dengan orang tua dan guru mereka.
Kematangan
bicara
anak
ada
hubungannya dengan latar belakang
orang tua anak dan perkembangannya di
taman kanak-kanak.

Selanjutnya, Jamaris (Susanto,
2011: 78) perkembangan bahasa anak
usia 5-6 tahun adalah sudah dapat
mengucapkan lebih dari 2.500 kosakata,
lingkup kosakata yang dapat diucapkan
anak menyangkut warna, ukuran, bentuk,
rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu,
perbedaan, perbandingan, jarak, dan
permukaan (kasar-halus), anak usia 5-6
tahun sudah Dapat berpartisipasi dalam
suatu percakapan. Anak sudah dapat
mendengarkan orang lain berbicara dan
menanggapi
pembicaraan
tersebut.
Percakapan yang dilakukan oleh anak 5-6
tahun
telah
menyangkut
berbagai
komentarnya terhadap apa yang dilakukan
oleh dirinya sendiri dan orang lain, serta
apa yang dilihatnya.
Ernawulan
(2005:
49)
perkembangan berbicara anak usia 5-6
tahun
adalah
anak
sudah
dapat
mengucapkan kata dengan jelas dan
lancar, dapat menyusun kalimat yang
terdiri dari enam sampai delapan kata,
dapat menjelaskan arti kata-kata yang
sederhana, dapat menggunakan kata
hubung, kata depan dan kata sandang.
Pada masa akhir usia taman kanak-kanak
umumnya anak sudah mampu berkatakata
sederhana
dan
berbahasa
sederhana, cara bicara mereka telah
lancar, dapat dimengerti dan cukup
mengikuti tata bahasa walaupun masih
melakukan kesalahan berbahasa.
Hasil penelitian Loban, Hunt, dan
Cazda yang dimuat dalam
Ellies
(Mustakim, 2005: 129) mengemukakan
tentang keterampilan berbicara anak usia
5 dan 6 tahun sebagai berikut: Suka
berbicara dan umumnya berbicara kepada
seseorang, tertarik menggunakan katakata baru dan luas, banyak bertanya, tata
bahasa
akurat
dan
beralasan,
menggunakan bahasa yang sesuai, dapat
mendefinisikan dengan bahasa yang
sederhana, menggunakan bahasa dengan
agresi,
mengajukan
pertanyaanpertanyaan, sangat aktif berbicara.
Selanjutnya Dhieni (2008: 3.9)
menyebutkan anak usia 4-6 tahun
mempunyai karakeristik berbicara yaitu:
satu. Kemampuan anak untuk dapat
berbicara
dengan
baik,
dua.
Melaksanakan 2-3 perintah lisan secara

e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pndidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015)
berurutan
dengan
benar,
tiga.
Mendengarkan dan menceritakan kembali
cerita sederhana dengan urutan yang
mudah dipahami, empat. Menyebutkan
nama, jenis kelamin dan umurnya, lima.
Menggunakan kata sambung seperti: dan,
karena, tetapi, enam. Menggunakan kata
tanya seperti bagaimana, apa, mengapa,
kapan, tujuh. Membandingkan dua hal,
delapan. Memahami konsep timbal balik,
semilan. Menyusun kalimat, sepuluh.
Mengucapkan lebih dari tiga kalimat,
sebelas. Mengenal tulisan sederhana
Secara
umum
tujuan
pengembangan berbicara anak usia dini
yaitu agar anak mampu mengungkapkan
isi hatinya (pendapat, sikap) secara lisan
dengan lafal yang tepat untuk dapat
berkomunikasi. Selain itu anak dapat
melafalkan bunyi bahasa yang digunakan
secara
tepat,
anak
mempunyai
perbendaharaan kata yang memadai
untuk keperluan berkonunikasi dan agar
anak mampu menggunakan kalimat
secara baik untuk berkomunikasi secara
lisan.
Hartono (Suhartono, 2005:123)
tujuan umum dalam pengembangan
berbicara anak, yaitu:
Pertama Memiliki perbendaharaan kata
yang cukup yang diperlukan untuk
berkomunikasi sehari-hari. Kedua, Mau
mendengarkan dan memahami kata-kata
serta
kalimat.
Ketiga,
Mampu
mengungkapkan pendapat dan sikap
dengan lafal yang tepat. Keempat
Berminat menggunakan bahasa yang
baik.
Kelima,
Berminat
untuk
menghubungkan antara bahasa lisan dan
tulisan
Dari uraian di atas maka tujuan
pengembangan berbicara anak usia dini
yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah anak dapat mengungkapkan isi
hatinya (pendapat atau sikap) secara
lisan, anak mampu mengungkapkan
pendapat dan sikap dengan lafal yang
tepat dan anak berminat menggunakan
bahasa yang baik.
Dari beberapa pandangan di atas,
maka indikator anak yang terampil
berbicara dalam penelitian ini adalah anak
dapat berbicara dengan lancar dan dapat
dipahami
orang
lain,
berani

mengemukakan ide kepada orang lain,
berani
bertanya
dan
menjawab
pertanyaan,
berani
menyampaikan
kegiatan yang telah dilakukan dan dapat
menyusun kalimat dengan baik dan benar.
Jika
metode
bercakap-cakap
berbantuan media gambar dilaksanakan
dengan baik maka keterampilan berbicara
anak Kelompok B Semester II TK
Prawidya Dharma cabang Batur tengah
tahun pelajaran 2014/2015 meningkat.
METODE
Jenis
penelitian
ini
adalah
Penelitian
Tindakan
Kelas
(PTK).
Penelitian Tindakan Kelas merupakan
terjemahan
dari
Classroom
Action
Research, yaitu Action Research yang
dilakukan di kelas secara singkat
penelitian tindakan kelas adalah penelitian
yang dilakukan oleh guru di dalam
kelasnya sendiri melalui refleksi diri,
dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagi
guru sehingga hasil belajar siswa menjadi
meningkat (Wardhani, 2007:2). Penelitian
ini dipergunakan untuk memecahkan
suatu
permasalahan
dengan
mengembangkan suatu cara-cara baru,
sehingga permasalahan dalam proses
pembelajaran
dapat
dipecahkan.
Penelitian tindakan kelas merupakan
penggabungan dari kegiatan penelitian,
tindakan, dan kelas. Tindakan yang
dilakukan bertujuan untuk memperbaiki
dan meningkatkan pemecahan masalah
dalam
proses
pembelajaran
(Tegeh,2011:15).
Variabel merupakan
suatu
yang
akan
menjadi
objek
pengamatan
dalam
penelitian
ini.
Penelitian ini hanya melibatkan satu
variabel bebas (indipendent variable) dan
satu variabel terikat (dependent variable).
Menurut Agung (2012:43), variabel bebas
yaitu satu atau lebih dari variabel-variabel
yang sengaja dipelajari pengaruhnya
terhadap variabel terikat.
Variabel terikat adalah faktor-faktor
yang diobservasi dan diukur untuk
menentukan adanya pengaruh variabel
bebas, yaitu faktor yang muncul, atau
tidak muncul, atau berubah sesuai dengan
yang diperkenalkan oleh peneliti. Variabel
yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah
: Variabel bebas : metode bercakap-cakap

e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pndidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015)
berbantuan media gambar Variabel terikat
: keterampilan berbicara
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas yang tujuannya adalah
untuk
meningkatkan
keterampilan
berbicara
melalui
media
gambar.
Penelitian ini direncanakan sebanyak dua
siklus namun tidak menutup kemungkinan
dapat dilakukan siklus berikutnya jika tidak
memenuhi target yang telah ditentukan.
Model penelitian yang dilakukan adalah
model daur (siklus) yaitu dua siklus
masing-masing
mencakup
empat
komponen yaitu, rencana (planning),
observasi (observation), tindakan (action)
dan refleksi (reflection)..
Metode penelitian yang digunakan
oleh penulis dalam pengumpulan data
adalah
dengan
metode
observasi
terhadap anak TK Prawidya Dharma.
Menurut Agung (2012) menyatakan bahwa
metode observasi ialah suatu cara
memperoleh
data
dengan
jalan
mengadakan pengamatan dan pencatatan
secara sistematis tentang suatu objek
tertentu. Metode observasi dilakukan
secara langsung dan alamiah untuk
mendapat data dalam berbagai situasi dan
kejadian yang dilakukan.
Dalam
penelitian
ini,
metode
observasi
digunakan
untuk
mengumpulkan
data
tentang
meningkatkan keterampilan berbicara
pada anak, yang dilaksanakan pada saat
proses belajar berlangsung dengan
menggunakan metode bercakap-cakap
berbantuan
media
gambar.
Dalam
penelitian ini, observasidilakukan pada
saat pelaksanaan tindakan pada masingmasing siklus dengan menggunakan
instrument penelitian berupa lembar
observasi. Setiap kegiatan diobservasi
dikategorikan kedalam kualitas yang
berpedoman pada Permendiknas No.50
tahun 2009 yaitu, satu bintang (*) belum
berkembang, (**) mulai berkembang, (***)
berkembang
sesuai harapan, (****)
berkembang sangat baik.
Penelitian tindakan kelas ini
menggunakan dua metode analisis data
yaitu, metode analisis statistik deskriptif
dan metode deskriptif kuantitatif. Menurut
Agung (2012) menyatakan bahwa metode
analisis statistik deskriptif ialah suatu cara

pengolahan data yang dilakukan dengan
jalan menerapkan rumus-rumus statistik
desktiptif. Rumus-rumus yang digunakan
yaitu distribusi frekuensi, grafik, angka
rata-rata, median, modus, mean dan
standar deviasi
Metode
analisis
deskriptif
kuantitatif ialah “suatu cara pengolahan
data yang dilakukan dengan jalan
menyusun secara sistematis dalam bentuk
angka-angka dan atau presentase,
mengenai objek yang diteliti, sehingga
diperoleh kesimpulan umum” (Agung,
2012:67). Metode analisis deskriptif
kuantitatif ini digunakan untuk menentukan
tinggi rendahnya kemampuan bahasa
lisan anak yang dikonversikan kedalam
Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala
lima.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil penelitian ini dilaksanakan dari
tanggal 6 april sampai tanggal 2 juni 2015.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua
siklus dimana dalam siklus I terdiri dari 16
kali pertemuan yaitu 12 kali pembelajaran
dan 4 kali evaluasi, dan siklus II terdiri dari
16 kali pertemuan yaitu 12 kali
pembelajaran dan empat kali evaluasi.
Data yang dikumpulkan adalah mengenai
peningkatan
keterampilan
berbicara
melalui
metode
bercakap-cakap
berbantuan media gambar akan disajikan
dalam
tabel
distribusi
frekuensi,
menghitung Modus (Mo), Median (Me),
Mean
(M),
grafik
polygon,
serta
membandingkan rata-rata atau mean
dengan model PAP skala lima.
Berdasarkan hasil statistik deskriptif
dan analisis deskriptif kuantitatif terdapat
peningkatan
keterampilan
setelah
diterapkannya metode Bercakap-cakap
berbantuan media gambar sebesar
11,68%. Ini terlihat dari peningkatan ratarata persentase keterampian berbicara
anak pada siklus I sebesar 69,12% yaitu
kategori
sedang
dan
mengalami
peningkatan menjadi 80,8% pada siklus II
yang berada pada kategori tinggi Berikut
adalah grafik keterampilan berbicara pada
siklus I sebagai berikut

e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pndidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015)
perkembangan kognitif pada siklus II
cenderung tinggi dan kurva juling negatif.

7
6
5
East

7

Line
 2

6

Line
 3

5

4
3

East

2

4
West

1

3

0

North

2
10

11

12

13

1
0

Me=11

M=11,06

Mo=11
Gambar 1. Grafik keterampilan berbicara
Siklus I
Grafik polygon di atas menunjukan bahwa
harga statistik : Mo = Me < M (11 = 11 <
11,06). Berdasarkan gambar tersebut
dapat dapat di interpretasikan bahwa
kebanyakan
data
hasil
belajar
keterampilan berbicara pada siklus I
cenderung sedang dan kurva juling positif.
Dari hasil pengamatan dan temuan
yang dilakukan selama siklus I terdapat
beberapa kendala dalam penerapan
metode
bercakap-cakap
berbantuan
media gambar untuk meningkatkan
keterampilan bahasa anak. Kendala yang
ditemukan tersebut menyebabkan hasil
keterampilan berbicara anak Kelompok B
di TK Prawidya Dharma cabang Batur
Tengah berada pada kriteria sedang,
sehingga masih perlu ditingkatkan pada
siklus II.
Melalui
perbaikan
proses
pembelajaran dan pelaksanaan tindakan
pada siklus I, maka nampak terjadi
peningkatan proses pembelajaran siklus
II. Proses pembelajaran dapat berjalan
sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang direncanakan oleh
peneliti, sehingga keterampilan berbicara
anak dapat meningkat. Peningkatan
keterampilan berbicara anak dapat dilihat
melalui grafik berikut.
Grafik polygon pada Siklus II
menunjukan bahwa bahwa Mo = Me < M
(13 = 13 < 12,93). Berdasarkan gambar
tersebut dapat diinterpretasikan bahwa
kebanyakan
data
hasil
belajar

12

M=12,93

13

14

15

Mo=Me=13

Gambar 2. Grafik keterampilan berbicara
Siklus I
Nilai M% = 80,8 yang dikonversikan
kedalam PAP skala lima berada pada
tingkat penguasaan 80 – 89 % yang
berarti bahwa hasil keterampilan berbicara
pada siklus II berada pada kriteria tinggi.
Pembahasan
Berdasarkan analisis data dapat
disimpulkan bahwa metode bercakapcakap
berbantuan
media
gambar
berpengaruh positif terhadap keterampilan
berbicara anak. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa terdapat peningkatan
yang
signifikan
pada
keterampilan
berbicara anak setelah diterapkanya
metode
bercakap-cakap
berbantuan
media gambar pada anak kelompok B di
TK Prawidya Dharma Cabang Batur
Tengah.
Berdasarkan hasil statistik diskriptif
dan statistik diskriptip kualitatifterhadap
peningkatan keterampilan berbicara anak
dengan menerapkan metode bercakapcakap berbantuan media gambar pada
anak kelompok B di TK Prawidya Dharma
Cabang Batur Tengah diperoleh rata-rata
persentase hasil belajar keterampilan
berbicara pada siklus I 69,12 % dan ratarata persentase hasil belajar keterampilan
berbicara pada siklus II 80,8 %. Hal ini
menunjukan adanya peningkatan rata-rata
perrsentase hasil belajar keterampilan
berbicara anak dari siklus I ke siklus II
sebesar 11,68%.

e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pndidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015)
Media gambar dapat membantu
anak
mengekspresikan
imajinasinya.
Penggunaan berbagai bermacam-macam
gambar dapat mendorong dan menarik
minat anak untuk mau mengungkapkan
pendapatnya. Media gambar sangat
membantu anak-anak khususnya dalam
keterampilan berbicara, ini terlihat saat
anak mengambil gambar sebuah peristiwa
atau kejadian anak asik bercakap-cakap
dengan
temannya
tentang
gambar
tersebut (Dhieni, dkk 2007:6.54). Hal ini
terlihat saat seorang anak mengambil
gambar yang bergambarkan api dan
temamnya mengambil gambar yang
bergambar air, anak yang membawa
gambar air bertanya apa fungsinya lalu
temannya yang membawa gambar api
menjawab untuk mematikan api, anak
akan asik bercakap-cakap tentang gambar
yang mereka bawa. Ketika percakapan
berlangsung secara tidak langsung
keterampilan
berbicara
anak
akan
meningkat.
Vygotsky ( dalam Dhieni 2007:3.8)
menjelaskan tiga tahap keterampilan
berbicara anak yang berhubungan erat
dengan perkembangan berpikir anak yaitu
tahap eksternal, terjadi ketika anak
berbicara secara eksternal dimana sumber
berpikir berasal dari luar diri anak. Hal ini
terlihat saat anak memegang gambar,
guru bertanya: “gambar apa ini nak?” anak
menjawab gambar “api ibu guru”
kemudian guru mengambil satu gambar
lagi dan bertanya “nah kalau yang ini
gambar ya anak?” anak menjawab
peristiwa kebakaran bu guru” dan
seterusnya. Sumber berpikir anak berasal
dari orang dewasa yang memberikan
pengarahan, informasi dan melakukan
tanya jawab dengan anak. Tahap kedua
adalah tahap egosentris dimana anak
berbicara sesuai dengan jalan pikiranya
dan pembicaraan orang dewasa bukan
lagi menjadi persyaratan. Hal ini nampak
saat anak-anak mulai berpendapat dan
berbicara sendiri dengan memberikan
pendapat terhadap gambaryang diambil
anak. Anak berbicara sesuai dengan apa
yang dipikirkan, seperti “api sangat
berbahaya, api dapat membakar apa saja,
api dapat dipadamkan dengan air”. Tahap
ketiga adalah berbicara internal dimana

dalam proses berpikir, anak telah memiliki
penghayatan sepenuhnya. Situasi ini
terlihat ketika anak mulai bercakap-cakap
dengan teman di kelompoknya tentang
gambar
yang
dipegangnya.
Anak
menggunakan pikirannya sendiri untuk
berbicara atau mengungkapkan apa yang
ingin anak sampaikan atau ditanyakan
kepada temanya. Sebagai contoh “ ini
gambar air, warnanya bening, apa fungsi
air?” Kemudian
temannya menjawab
“untuk diminum dan mandi”.
Berdasarkan hasil penelitian dan
uraian berdasarkan teori diatas maka ini
berarti bahwa dengan penerapan metode
bercakap-cakap
berbantuan
media
gambar dapat meningkatkan keterampilan
berbicara anak kelompok B semester II
tahun pelajaran 2014/2015 di TK Prawidya
Dharma Cabang Batur Tengah.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Simpulan
berdasarkan
hasil
penelitian dan pembahasan yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa terdapat peningkatan
keterampilan berbicara dalam kegiatan
pembelajaran pada anak kelompok B
semester II di TK Prawidya Dharma
cabang Batur Tengahtahun pelajaran
2014/2015 setelah diterapkannya metode
Bercakap-cakap
berbantuan
media
gambar sebesar 11,68%. Ini terlihat dari
peningkatan
rata-rata
persentase
keterampian berbicara anak pada siklus I
sebesar 69,12% yaitu kategori sedang dan
mengalami peningkatan menjadi 80,8%
pada siklus II yang berada pada kategori
tinggi. Peningkatan kemampuan berbicara
pada
anak
dapat
didukung
oleh
pemanfaatan media sederhana dengan
benar
dan
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi seperti faktor sosial,
linguistik, kematangan, biologis, dan
kognitif yang saling mempengaruhi
keterampilan berbicara anak.
Saran
Saran yang dapat diajukan kepada
pihak sekolah yaitu Pihak sekolah agar
mampu memberikan informasi tentang
metode pembelajaran dan media belajar
pada proses pembelajaran yang nantinya

e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pndidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015)
mampu
meningkatkan
aspek-aspek
perkembangan
anak khususnya pada
keterampilan berbicara. Kepada peneliti
lain hendaknya dapat melaksanakan PTK
dengan berbagai metode dan media,
khususnya
untuk
meningkatkan
keterampilan berbicara anak dengan
menerapkan metode bercakap-cakap.
Media pembelajaran yang digunakan
dapat dibuat lebih menarik, kreatif dan
disesuaikan dengan tema dan topik
pembelajaran.
Keterbatasan
waktu
membuat penelitian ini sampai pada siklus
I dan II yaitu pada kreteria tinggi, maka
diharapkan kepada peneliti lain agar bisa
meneruskan penelitian ini
sehingga
mencapai hasil yang optimal atau
mencapai kretria sangat tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak
Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta
Agung, A. A. Gede. 2012. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Singaraja:
Fakultas
Ilmu
Pendidikan.
Undiksha: Singaraja.
Arief,

Dhieni,

S.
Sadiman.
1984.
Media
Pembelajaran,
Pengertian,
Pengembangan,
Penempatan.
Jakarta: Rajawali.
Nurbiana.
2009.
Metode
Pengembangan Bahasa. Jakarta:
Universitas Terbuka.

Eliyawati, Cucu. 2005. Pemilihan dan
Pengembangan Sumber Belajar
Untuk Anak Usia Dini. Jakarta:
Departement Pendidikan Nasional
Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Ketenagaan.
Ernawulan. 2005. Bimbingan di Taman
Kanak-Kanak.
Jakarta:
Depdiknas.
Iskandarwassid.
2009.
Strategi
Pembelajaran Bahasa. Bandung:
Remaja Rosdakarya

Latif,

Mukhtar. 2013. Orientasi Baru
Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.

Muhadi,

Yudhi.
Pembelajaran.
Persada.

2008.
Jakarta:

Media
Gaung

Mustakim, M.N. 2005. Peranana Cerita
dalam
Pembentukan
Perkembangan Anak TK. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Nasution,
Noehi.
1992.
Psikologi
Pendidikan. Jakarta:Depdikbud.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 58
Tahun 2009, Tentang Setandar
Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional RI.
Sadiman, A.S, dkk. 2002. Media
Pendidikan,
Cetakan
Kelima.
Jakarta:
PT
Raja
Grafindo
Persada.
Suhartono.2005.
Pengembangan
Keterampilan Berbicara Anak Usia
Dini. Jakarta: Depdiknas.
Susanto, Ahmad. 2001. Perkembangan
Anak Usia Dini Pengantar dalam
Berbagai
Aspeknya.
Jambi:
Kencana
Tarigan,

Henry
Guntur.
2009.
Psikolinguistik.
Bandung:
Angkasa.

Undang–Undang Nomor 20 Tahun 2003,
Tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional RI.