Kebijakan Pemerintah Terhadap Pembentuka (1)

Kebijakan Pemerintah Terhadap Pembentukan
Undang – Undang Tentang Pangan Dalam Program
Legislasi Nasional
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Politik Hukum

Oleh: Devid Akbar H

110620170003
Dosen:

Prof. Dr. H. Rukmana Amanwinata,S.H.,M.H
Dr.Hernadi Affandi, S.H.,LL.M

PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG

A. Pendahuluan
Dalam kehidupan manusia tidak lepas dari unsur – unsur pangan karena
merupakan kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup, ketahanan pangan

merupakan hal yang sangat penting dan strategis, serta menjadi salah satu faktor
penentu dalam stabilitas nasional suatu negara, baik di bidang ekonomi,keamanan,
politik dan social pemerintah telah mengikrarkan kemauan politik dan komitmennya
untuk mencapai ketahanan pangan dan melanjutkan upaya penghapusan kelaparan
terhadap masyarakat Indonesia, karena pangan merupakan bagian penting dalam hak
asasi manusia.1
Penyelenggaraan pangan di Indonesia didasarkan atas asas kedaulatan, kemandirian,
ketahanan, keamanan, manfaat, pemerataan, berkelanjutan dan keadilan. Dengan
berbagai asas tersebut, perlu berbagai upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah
dalam menjamin pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Pangan
merupakan komoiditas ekonomi yang mana terkait dengan peluang pasar dan
peningkatan daya saing yang berasal dari keunggulan kualitas dengan penerapan
teknologi yang inovatif.
Pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat Indonesia sangatlah beragam.
Dengan melihat kebutuhan pangan yang sangat beragam, tentu dapat dikatakan
bahwa permintaan akan pangan di Indonesia semakin meningkat. Indonesia memiliki
potensial cukup tinggi diliat dari wilayah Indonesia yang kaya akan tumbuhan dan
alam yang berlimpah.
Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia ditegaskan oleh Undang- Undang
Pangan Nomor 18 Tahun 2012 pengganti Undang-Undang Pangan Nomor 7 Tahun

1996, yang dibangun berlandaskan kedaulatan dan kemandirian pangan. Hal ini
menggambarkan bahwa apabila suatu negara tidak mandiri dalam pemenuhan
pangan, maka kedaulatan negara bisa terancam. Undang-Undang Pangan ini
1

Mewa Ariani, Difersifikasi Konsumsi Pangan: Antara Harapan Dan Kenyataan,
Bogor: Pusat Analisis Sosial Dan Kebijakan Pertanian, 2010, hal. 2.

1

menekankan pada pemenuhan kebutuhan pangan di tingkat perorangan, dengan
memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial,ekonomi dan kearifan lokal
secara bermanfaat. Gagasan diversifikasi pangan sebenarnya bukan merupakan hal
baru.Slogan diversifikasi pangan bahkan telah dicanangkan sejak tahun 1970, jauh
sebelum kita meraih swasembada beras. Bahkan pada Repelita IV, pemerintahan
Orde Baru memberikan perhatian cukup besar terhadap diversifikasi dengan
menempatkannya pada urutan teratas program di sektor pertanian, baru kemudian
diikuti intensifikasi, ekstensifikasi, dan rehabilitasi. Namun dalam perjalanannya,
pemerintah Orde Baru justru lebih menekankan pentingnya swasembada beras, yang
kini telanjur menjadi konsumsi pangan pokok mayoritas masyarakat Indonesia.

Hukum adalah kehendak dari penguasa, hal ini sesuai dengan apa yang jelaskan oleh
Lili Rasyidi dan Ira Rasyidi yang dikutip dari Relasi Hukum dan Politik dalam
Pembentukan peraturan perundang-undangan di suatu negara mungkin akan memiliki
perbedaan dengan di negara lainnya. Demikian pula halnya terkait dengan proses
pembentukannya, tata cara pengajuannya, tata cara pembahasannya, tata cara
pengesahannya, tata cara pengundangannya, dan sebagainya.2
Di Indonesia sendiri untuk merancang/merencanakan dan menyusun pembentukan
suatu peraturan perundang-undangan dilakukan melalui program legislasi nasional (
prolegnas ), termasuk dalam hal ini untuk merencanakan pembentukan dan
penyusunan peraturan perundang-undangan tentang hukum tenaga kesehatan. Melihat
uraian diatas, mengingat begitu pentingnya pembentukan peraturan perundangundangan tentang tenaga kesehatan yang bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan
masyarakat dalam bidang ketahanan pangan yang meliputi kesehatan fisik dan
nonfisik. Maka perencanaan pembentukan hukum ketahanan pangan nasional perlu
dimasukan dalam program legislasi nasional untuk dilakukan perencanaan
pembentukan undang-undangnya.
2

Hernadi Affandi, program legislasi nasional dalam pembangunan hukum nasional, bandung,
mujahid press, hlm 23


2

Istilah program legislasi nasional ( prolegnas) baru muncul pada tahun 1970an,
terutama setelah diselenggarakannya kegiatan lokakarya yang dislenggarakan oleh
badan pembinaan hukum nasional (BPHN). Namun demikian, istilah tersebut belum
merupakan suatu istilah seperti dikenal kemudian. Istilah prilegnas tersebut lebih
merupakan istilah praktik pembentukan undang-undang belum merupakan suatu
perencanaan pembentukan undang-undang. Kehadiran prolegnas sebagai suatu
perencanaaan di bidang pembentukan peraturan undang-undang lebih menunjukan
urgensinya dengan dikeluarkannya undang-undang nomor 25 tahun 2005 tentang
program pembangunan nasional.
Peraturan perundang-undangan tidak akan hadir dengan sendirinya tanpa ada
lembaga pembentuknya. Demikian pula halnya, lembaga pembentukan peraturan
perundang-undangan juga tidak akan berperan penting apabila tidak membentuk
peraturan perundang-undangan. Dengan demikian antara pembentukan peraturan
perundang-undangan dengan lembaga pembentukannya akan selalu berkaitan. Hal ini
pula yang membedakan peraturan perundang-undangan dengan bentuk hukum lain
yang tidak tertulis, seperti hukum adat atau hukum kebiasaan.
Dalam menentukan arah dan tujuan pembentukan suatu peraturan perundang
undangan atau produk hukum dalam ketahanan nasional untuk mendapatkan

perlindungan bagi produsen dan konsumen yang optimal untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dan kestabilan iklim
politik pada suatu Negara itu sendiri. Selain itu pengaruh perkembangan kehidupan
dimasyarakat juga akan mempengaruhi produk hukum yang dihasilkan karena pada
intinya bertujuan untuk kepentingan dan melindungi masyarakat itu sendiri. Tujuan
memberikan pasokan pangan yang merupakan kebutuhan manusia untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat yang tertuang dalam undang-undang dasar tahun 1945,
yang dalam hal ini tidak membeda - bedakan kedudukan masyarakat itu sendiri
dimata hukum untuk mendapatkan hak yang sama.
Sistem Hukum Indonesia dalam arti perintah dari mereka yang memiliki
kekuasaan tertinggi atau yang memegang kedaulatan. Perdebatan mengenai hubungan
3

hukum dan politik memiliki akar sejarah panjang dalam ilmu hukum. Bagi kalangan
penganut positivism hukum seperti John Austin, hukum adalah tidak lain dari produk
politik atau kekuasaan. Pada sisi lain, pandangan berbeda datang dari kalangan aliran
sejarah dalam ilmu hukum, yang melihat hukum tidak dari dogmatika hukum dan
undang-undang semata, akan tetapi dari kenyataan sosial yang ada dalam masyarakat
dan berpandangan bahwa hukum itu tergantung pada penerimaan umum dalam
masyarakat dan setiap kelompok menciptakan hukum yang hidup.3

Hikmahanto Juwana dalam Politik Hukum Undang - Undang Bidang Ekonomi di
Indonesia, membagi politik hukum dalam dua dimensi. Pertama, politik hukum yang
menjadi alasan dasar dari diadakannya suatu peraturan perundang-undangan.
Kedua, politik hukum adalah tujuan atau alasan yang muncul di balik pemberlakuan

suatu peraturan perundang-undangan. Dewasa ini perkembangan politik hukum
masuk ke berbagai kegiatan pemerintahan termasuk mengenai Pangan, pengertian
pangan sendiri menurut Nur dan Sunarti Menurutnya, salah satu usaha yang dapat
meningkatkan ketersediaan pangan adalah dengan memanfaatkan hasil pertanian,
seperti ketersediaan umbi-umbian yang dapat menjadi alternatif dalam memenuhi
bahan pangan penduduk yang mengandung karbohidrat tinggi, Kebutuhan pangan
nasional terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, sehingga
mengaharuskan produksi pertanian untuk terus ditingkatkan.
Berbagai upaya terus dilakukan termasuk kebijakan ketahanan pangan berbasis
sumber daya lokal. Secara normatif, untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan
sumber utama pasokan pangan harus dapat diproduksi sendiri hingga ke tingkat
rumah tangga Sementara itu, sektor pertanian sebagai tumpuan utama dalam
memenuhi kebutuhan pangan nasional kini kondisinya semakin terpuruk. Hal ini
dapat dilihat dari semakin meningkatnya jumlah penduduk yang berarti pula semakin
meningkatnya jumlah kebutuhan pangan nasional, sedangkan sektor pertanian

3

Politik Hukum Nasional dan Hegemoni Globalisasi Ekonomi. Laili Bariroh. Jurnal Review Politik. Vol 2,
Nomor 2, Tahun 2012. IAIN Sunan Ampel Surabaya. Halaman 197.

4

semakin terpuruk sebagai akibat semakin rendahnya daya dukung lingkungan. Oleh
karena itu, paradigma pembangunan pertanian dalam rangka ketahanan pangan
nasional lebih dititik beratkan pada pertanian berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan dan lebih memusatkan pada keanekaragaman sumber pangan.4
Dalam perkembangannya Politik hukum adalah legal policy yang akan atau telah
dilaksanakan secara nasional oleh pemerintahan Indonesia yang meliputi : pertama,
pembangunan hukum yang berintikan pembuatan dan pembaruan terhadap materi –
materi hukum agar dapat sesuai dengan kebutuhan; kedua, pelaksanaan ketentuan
hukum yang telah ada termasuk penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para
penegak hukum. Dari pengertian di atas terlihat politik hukum mencakup proses
pembuatan dan pelaksanaan hukum yang dapat menunjukan sifat dan ke arah mana
hukum akan dibangun dan ditegakkan, menurut Satjipto Raharjo Politik hukum
adalah aktivitas memilih suatu tujuan social tertentu dan keharusan untuk

menentukan suatu pilihan mengenai tujuan maupun cara – cara yang hendak dicapai
untuk mencapai tujuan tersebut sedangkan menurut Padma Wahjono adalah kebijakan
dasar yang menentukan arah, bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk
kebijakan penyelenggaraan Negara yang bersifat mendasar dalam menentukan
arah,bentuk, maupun isi dari hukum yang akan dibentuk.5
Maka, atas apa yang ditulis diatas Penulisan hukum ini akan membahas “ Kebijakan
Pemerintah Terhadap Pembentukan Undang – Undang Tentang Pangan Dalam
Program Legislasi Nasional ”.

E.S. Beranang. 2012. “Jagungku Pendukung Kemandirian Pangan di Flores
Timur”. Prosiding Seminar Nasional, Surakarta : Fakultas Pertanian
UNS, April 2012.
5
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum Di Indonesia, (Jakarta, Rajawali Pers, 2009), Hlm.17-18
4

5

B. Indetifikasi Masalah
1. Bagaimana peranan pemerintah terhadap ketahanan pangan nasional.

2. Bagaimana perkembangan politik hukum untuk mencapai ketahan pangan
nasional
C. Pembahasan

Peranan pemerintah terhadap ketahanan pangan nasional
Tujuan nasional menjadi pokok pikiran ketahanan ekonomi nasional karena
sesuatu organisasi dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan akan selalu
berhadapan dengan masalah-masalah internal dan eksternal sehingga perlu kondisi
yang siap menghadapi. Ketahanan ekonomi nasional adalah suatu kondisi dinamis
suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala macam dan bentuk
ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik yang datang dari dalam maupun
dari luar, secara langsung maupun yang tidak langsung yang mengancam dan
membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta
perjuangan dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional. Menurut mochtar
kusumaatmadja suatu konsep atau tujuan nasional harus berdasarkan ketertiban
karena ketertiban tujuan pokok dan pertama dari segala hukum, kebutuhan terhadap
ketertiban ini syarat pokok (fundamental) bagi adanya suatu masyarakat manusia
yang teratur.6
Konsepsi


ketahanan

ekonomi

nasional

Indonesia

adalah

konsepsi

pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan
kesejahteraan dan keamanan yang seimbang, serasi dalam seluruh aspek kehidupan
secara utuh dan menyeluruh yang berlandaskan Pancasila, Undang – Undang 1945

6

Mochtar kusumaatmadja,kosep-konsep hukum dalam pembangunan, bandung PT. Alumni, 2013,

hlm 3

6

dan Wawasan Nusantara. Termasuk didialamnya dalam hal memajukan pertahanan
keamanan yang didukung dari adanya upaya untuk memajukan ketahanan pangan.
Ketahanan pangan seringkali diidentikkan dengan suatu keadaan dimana
pangan tersedia bagi setiap individu setiap saat dimana saja baik secara fisik, maupun
ekonomi. Ada tiga aspek yang menjadi indikator ketahanan pangan suatu wilayah,
yaitu sektor ketersediaan pangan, stabilitas ekonomi (harga) pangan, dan akses fisik
maupun ekonomi bagi setiap individu untuk mendapatkan pangan . Ketahanan
pangan mencerminkan ketersediaan bahan makanan yang cukup, sama dalam jumlah
maupun kualitas dan berbagai bahan makanan yang dapat digunakan. Menurut World
Food Confrence on Human Right (1993) dan World Food Summit (1996) ketahanan
pangan adalah kondisi terpenuhinya keperluan zat setiap individu dalam jumlah dan
kualitas, agar dapat hidup aktif dan selalu sehat serta sesuai dengan kondisi budaya
tempat tinggal. Bertitik tolak dari definisi diatas, persoalan jaminan ketahanan pangan
tidak hanya sebatas bagaimana pencapaian pengeluaran pertanian oleh suatu negara
atau daerah secara kuantitas mampu mencukupi keperluan masyarakat, namun yang
lebih penting adalah merupakan persoalan yang lebih kompleks, yang memiliki
perspektif pembangunan dan ekonomi politik.
Ketahanan pangan dipandang sebagai hal yang sangat penting dalam
rangka Pembangunan nasional untuk membentuk manusia Indonesia berkualitas,
mandiri, dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diwujudkan
ketersediaan pangan yang cukup, aman, bermutu, bergizi dan beragam serta tersebar
merata di seluruh wilayah Indonesia dan terjangkau oleh daya beli masyarakat
Ketahanan pangan menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996, diartikan sebagai
kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya
pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang
diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan

7

lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan
makanan atau minuman.7
Ketahanan pangan sesungguhnya sangat erat kaitannya dan berpengaruh
besar terhadap sektor produksi suatu negara, yang kemudian berpengaruh pada devisa
suatu negara, yang akan dimanfaatkan dalam sektor ekspornya, dan akan berdampak
pada pertumbuhan ekonomi suatu negara. Selain itu, ketahanan pangan pun sangat
erat kaitannya dengan kebijakan-kebijakan politik suatu negara, tentang persetujuan
kerja sama antar aktor dalam sektor pangan, kebijakan-kebijakan pembangunan, dan
pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan dalam suatu sistem. Berangkat dari
pemahaman tersebut, sehingga ketahanan pangan menjadi salah satu wacana yang
cukup berpengaruh dalam bidang ekonomi politik. Istilah Ketahanan Pangan (food
security) pertama kali muncul sebagai sebuah konsep dalam kebijakan baru pada

tahun 1974 pada saat dilaksanakannya Konferensi Pangan Dunia. Berdasarkan Pasal
1 butir 3 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan
Gizi (untuk selanjutnya akan disebut sebagai Undang-Undang Ketahanan Pangan dan
Gizi), bahwa : “Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara
sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup,
baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta
tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat
hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Berdasarkan pengertian diatas,
dapat dijelaskan lebih lanjut yaitu diantaranya:
1. Tersedianya pangan yang cukup
Dengan terpenuhinya pangan dalam ketersediaan pangan yang cukup, berarti
ketersediaan pangan dalam arti luas yang mencakup pangan yang berasal dari
tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein,

7

Anonymous, 2001. Program Kerja Pengembangan Kewaspadaan Pangan. Pusat Kewaspadaan
Pangan 2001-2004. Pusat Kewaspadaan Pangan. Badan Bimas Ketahanan Pangan. Departemen
Pertanian. Jakarta.

8

lemak, vitamin dan mineral serta turunannya, yang bermanfaat bagi kesehatan
manusia.
2. Aman
Dengan terpenuhinya pangan dalam kondisi yang aman, berarti bebas dari
pencemaran secara kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, serta
membahayakan kesehatan manusia, dan juga aman secara agama.
3. Merata
Dengan terpenuhinya pangan dalam kondisi yang merata, berarti pangan tersedia
setiap saat dan merata di seluruh wilayah Indonesia.

4. Terjangkau
Dengan terpenuhinya pangan dalam kondisi yang terjangkau, berarti pangan
dapat diperoleh dengan harga yang terjangkau. Ketahanan pangan di Indonesia terdiri
dari 3 sub sistem yang terdiri dari:
1. Sub sitem ketersediaan pangan
Sub sistem ketersediaan pangan yang tujuan akhirnya untuk mencapai
ketersediaan pangan dalam jumlah dan mutunya. Selain menjamin hal tersebut,
menjamin keamanan pangan. Sub sistem ini berfungsi menjamin ketersediaan pangan
dalam kuantitas, kualitas, keragaman dan juga keamanan. Pemenuhan ketersediaan
pangan yang berasal dari tiga sumber, yaitu diantaranya:
a. Produksi dalam negeri
b. Impor pangan
c. Pengelolaan cadangan pangan

2. Sub sistem distribusi

9

Sub sistem ditribusi pangan yang tujuan akhirnya untuk memenuhi kondisi
pemerataan keseluruh wilayah Indonesia yang dimaksudkan untuk
pemerataan pangan. Sub sistem ini berfungsi untuk menjamin setiap lapisan
masyarakat agar dapat mencukupi sumber pangan baik secara kualitasnya dan
kuantitasnya.

3. Sub sistem konsumsi
Sub sistem konsumsi yang tujuan akhirnya untuk memenuhi pangan yang
terjangkau secara harga. Sub sistem ini berfungsi untuk mengarahkan agar pola
pemanfaatan pangan memenuhi mutu, keragaman, kandungan gizi, keamann dan
kehalalan dan juga berfungsi untuk mencegah pemborosan.
Berdasarkan ketiga sub sistem yang terdiri dari sub sistem ketersediaan, sub
sistem distribusi, dan sub sistem konsumsi, yang mana ketiga subsistem tersebut
saling berinteraksi dan saling berkesinambungan antara satu dengan yang lainnya.
Sub sistem ini berfungsi untuk mengarahkan pola pemanfaatan pangan dalam
memenuhi mutu, keragaman, kandungan gizi, keamanan dan kehalalan secara
nasional.8
Dalam perkembangannya pemerintah telah berupanya melakukan upaya perlindungan
mengeluarkan regulasi – regulasi serta kebijakan – kebijakan yang disecara langsung
maupun tidak langsung mengenai upaya untuk mewujudkan ketersediaan pangan
secara nasional, yaitu diantaranya:

1. Kebijakan dan strategi diversifikasi pangan di Indonesia serta program aksi
diversifikasi pangan.
2. Kebijakan Harga Dasar Pembelian Pemerintah (HDPP) dan tarif impor di
bidang perberasan.
8

Syarifudin Hidayat et.al. Manajemen Ketahanan Pangan di Daerah, 2008, Jakarta: Pusat Kajian dan

10

3. Kebijakan mengenai kemandirian pangan.
4. Kebijakan mengenai transgenerik

Kebijakan

yang

dilakukan

pemerintah

dalam

mendorong

pertumbuhan

penyediaan produksi di dalam negeri yaitu diantaranya melalui:
a. Perbaikan mutu intensifikasi, perluasan areal, perbaikan jaringan irigasi,
penyediaan sarana produksi yang terjangkau oleh petani, pemberian insentif
produksi melalui penerapan kebijakan harga input dan harga output;
b. Pengembangan teknologi pada saat panen dan setelah panen guna menekan
kehilangan hasil; dan
c. Pengembangan varietas tipe baru dengan produktivitas tinggi untuk komoditas
yang memiliki prospek pasar baik9.
Aspek – aspek dan tujuan dari pemerintah untuk menjaga dan memelihara ketahanan
pagan yang ada di Indonesia bertujuan untuk melindungi serta mencapai ketahanan
dalam bidang pangan dalam kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga
dari produksi pangan nasional yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup,
jumlah dan mutu, aman, merata dan terjangkau seperti diamanatkan dalam Undang –
undang tentang pangan. Ketahanan pangan diwujudkan oleh hasil kerja sistem
ekonomi pangan yang terdiri dari subsistem ketersediaan meliput produksi , pasca
panen dan pengolahan, subsistem distribusi dan subsistem konsumsi yang saling
berinteraksi secara berkesinambungan. Ketiga subsistem tersebut merupakan satu
kesatuan yang didukung oleh adanya berbagai input sumberdaya alam, kelembagaan,
budaya, dan teknologi. Proses ini akan hanya akan berjalan dengan efisien oleh
adanya partisipasi masyarakat dan fasilitasi pemerintah.

9

Achmad Suryana, Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional, hlm. 263

11

Partisipasi masyarakat (petani, nelayan dll) dimulai dari proses produksi, pengolahan,
distribusi dan pemasaran serta jasa pelayanan di bidang pangan. Fasilitasi pemerintah
diimplementasikan dalam bentuk kebijakan ekonomi makro dan mikro di bidang
perdagangan, pelayanan dan pengaturan serta intervensi untuk mendorong terciptanya
kemandirian pangan. Output dari pengembangan kemandirian pangan adalah
terpenuhinya pangan, SDM berkualitas, ketahanan pangan, ketahanan ekonomi dan
ketahanan nasional.10
perkembangan politik hukum untuk mencapai ketahanan pangan nasional
Politik hukum adalah suatu upaya dalam rangka ke arah mana hukum akan
diberlakukan atau bagaimana suatu cara dalam rangka memberlakukan atau
membentuk hukum. Dalam rangka pembentukan yang dilakukan oleh pemerintah
yaitu Prolegnas ,Prolegnas adalah salah satu realisasi dari politik hukum sendiri, yang
mana prolegnas merupakan penjabaran politik hukum untuk mencapai tujuan Negara
dalam periode tertentu. Prolegnas memuat rencana penyusunan perundang-undangan
yang akan dibuat dalam 5 tahun kedepan dan dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan
prioritas tahunan, maka dalam jangka 5 tahun tersebut tergambarkan politik hukum
yang sedang berjalan untuk waktu mendatang kearah mana suatu perundangundangan akan diberlakukan atau bahkan tidak diberlakukan. Oleh kareba itu
prolegnas bukan hanya suatu rencana hukum yang akan dibuat namun juga
merupakan pedoman atau mekanisme pembuatan perundang-undangan yang
mengikat. Maka dari itu dalam rangka membentuk suatu hukum agar terciptanya
konsistensi di dalamnya antara perundang-undangan dengan konstitusi maka harus
dilakukan melalui alur politik hukum nasional yang telah diatur dengan rapi agar
setiap hukum selalu mengalir dan konsisten dengan tujuan negara, sistem hukum,

10

Achmad Suryana, Kebijakan Nasional Pemantapan Ketahanan Pangan. Makalah pada Seminar
Nasional Teknologi Pangan, Semarang: 2001.

12

kaidah penuntun, dan konstitusi.11 Essensi yang diharapkan atas perubahan dalam
pembangunan nasional adalah suatu keteraturan, yang mana dengan adanya
keteraturan tersebut perubahan akan menuju pada tujuan yang diharapkan.
Keteranunan dapat terwujud dengan adanya peranan dari suatu aturan hukum yang
berlaku. Perubahan yang teratur sebagaimana tersebut diatas dapat terwujud dengan
dukungan dari peraturan perundang-undangan ataupun putusan pengadilan maupun
kombinasi dari keduanya12
Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 Pasal 1 angka 9, Prolegnas adalah
instrumen perencanaan program pembentukan undang-undang yang disusun secara
berencana, terpadu, dan sistematis. Dari pengertian tersebut maka, prolegnas adalah
program yang merupakan kewenangan dan tugas dari para pembentuk UndangUndang yang dalam hal ini adalah DPR dan Pemerintah merencanakan pembangunan
materi hukum melalui perundang-undangan dalam suatu program yang terencana,
terpadu, serta sistematis. Dewasa kini semua peraturan dan kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah merupakan suatu produk politik yang tidak lepas dari
unsur penguasa menurut Lili Rasyidi Hukum adalah kehendak penguasa yang dalam
arti dari mereka yang memiliki kekuasaan tertinggi atau yang memegang kedaulatan.
Prolegnas merupakan potret politik hukum Indonesia yang berisi rencana
pembangunan peraturan perundang-undangan dalam periode tertentu. Misalnya untuk
lima tahun ke depan, sasaran politik hukum kita akan dibawa kepada good
governance, maka baik RUU yang diajukan oleh Pemerintah dan DPR maupun RUU

yang diprioritaskan untuk dibahas di DPR akan berkaitan dengan good governance,
seperti adanya RUU tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang sekaligus

11

Moh Mahfud MD, Konsistentsi Materi Muatan Undang-Undang dengan Konstitusi: Antisipasi
Konstitusional Review hlm 8-11, Bandung: Departemen Hukum dan HAM RI, BHN, 2009.
12

Mochtar Kusumaatmaja, Pembinaan Hukum Dalam Rangka Pembangunan Nasional hlm 3, Lembaga
Penelitian Hukum dan Kriminologi FH UNPAD, 1975

13

mengamanatkan pembentukan institusi KPK, RUU tentang Keterbukaan Informasi
Publik, dan sebagainya.13
Namun demikian, sasaran politik hukum di sini tidaklah berdiri sendiri. Sasaran
politik hukum nasional dirumuskan untuk mencapai tujuan negara seperti yang
dimuat di Pembukaan UUD 1945, yaitu:
a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.
b. Mencerdaskan kehidupan bangsa
c. Memajukan kesejahteraan umum, dan
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Dalam perkembangannya suatu produk hukum haruslah bertujuan dan
menjamin integrasi bangsa baik secara teritorial maupun ideologis. Hukum-hukum di
Indonesia tidak boleh memuat isi yang berpotensi menyebabkan terjadinya
disintegrasi wilayah maupun ideologi. Harus dicegah munculnya produk hukum yang
berpotensi memecah belah keutuhan bangsa dan negara Indonesia., hukum harus
bersamaan membangun demokrasi dan nomokrasi. Artinya, hukum harus
mengundang partisipasi dan menyerap aspirasi masyarakat luas melalui mekanisme
yang fair, transparan dan akuntabel. Hukum di Indonesia tidak dapat dibuat berdasar
menang-menangan jumlah pendukung semata tetapi juga harus mengalir dari filosofi
Pancasila dan prosedur yang benar.,hukum harus membangun keadilan sosial. Tidak
dibenarkan munculnya hukum-hukum yang mendorong atau membiarkan terjadinya
jurang sosial-ekonomi karena eksploitasi oleh yang kuat terhadap yang lemah tanpa
perlindungan negara. Hukum harus mampu menjaga agar yang lemah tidak dibiarkan
menghadapi sendiri pihak yang kuat yang sudah pasti akan selalu dimenangkan oleh
yang kuat., hukum harus membangun toleransi beragama dan berkeadaban. Hukum
13

Moh. Mahfud MD, Politik Hukum Di Indonesia, (Jakarta, Rajawali Pers, 2009), hlm. 1-2

14

tidak boleh mengistimewakan atau mendiskrimasi kelompok tertentu berdasar besar
atau kecilnya pemelukan agama. Indonesia bukan negara agama (yang mendasarkan
pada satu agama tertentu) dan bukan negara sekuler (yang tak peduli atau hampa
spirit keagamaan). Hukum negara tidak dapat mewajibkan berlakunya hukum agama.
Tetapi negara harus memfasilitasi, melindungi, dan menjamin keamanan jika
warganya akan melaksanakan ajaran agama karena keyakinan dan kesadarannya
sendiri.
Oleh karena itu, untuk mengawal konsistensi pembuatan hukum dengan
konstitusi, harus dilakukan melalui alur politik hukum nasional yang telah diatur
dengan rapi agar setiap hukum selalu mengalir dan konsisten dengan tujuan negara,
sistem hukum, kaidah penuntun dan konstitusi.
maka melihat dari sudut pandang politik hukum tentang arah tujuan untuk
mendukung ketahanan pangan nasional Politik hukum adalah suatu upaya dalam
rangka ke arah mana hukum akan diberlakukan atau bagaimana suatu cara dalam
rangka memberlakukan atau membentuk hukum. Prolegnas adalah salah satu realisasi
dari politik hukum sendiri, yang mana prolegnas merupakan penjabaran politik
hukum untuk mencapai tujuan Negara dalam periode tertentu. Prolegnas memuat
rencana penyusunan perundang-undangan yang akan dibuat dalam 5 tahun kedepan
dan dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan prioritas tahunan, maka dalam jangka 5 tahun
tersebut tergambarkan politik hukum yang sedang berjalan untuk waktu mendatang
kearah mana suatu perundang-undangan akan diberlakukan atau bahkan tidak
diberlakukan. Oleh karena itu prolegnas bukan hanya suatu rencana hukum yang akan
dibuat namun juga merupakan pedoman atau mekanisme pembuatan perundangundangan yang mengikat. Maka dari itu dalam rangka membentuk suatu hukum agar
terciptanya konsistensi di dalamnya antara perundang-undangan dengan konstitusi
maka harus dilakukan melalui alur politik hukum nasional yang telah diatur dengan
rapi agar setiap hukum selalu mengalir dan konsisten dengan tujuan negara, sistem

15

hukum, kaidah penuntun, dan konstitusi.14 Gagasan judicial review dalam suatu
negara hukum demokratis dilandasi oleh pemikiran bahwa hukum sebagai produk
politik senantiasa memiliki watak yang sangat ditentukan oleh konstelasi politik yang
melahirkannya. Hal itu memberi kemungkinan bahwa setiap produk hukum
mencerminkan kepentingan kekuatan politik dominan yang mungkin tidak sesuai
atau bahkan bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. Dasar ide akan
adanya mekanisme judicial review adalah bagaimana caranya memaksa pembentuk
undang-undang agar taat kepada konstitusi, agar mereka tidak membuat undangundang yang bertentangan dengan undang-undang dasar.15

Dalam perkembanganya tidak bisa dipungkiri bahwa setiap peraturan perundangundangan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak lepas dari unsur politik hukum
yang kuat termasuk dalam Undang – Undang Tentang Pangan Nomor 18 Tahun 2012
di dalam Undang – Undang ini terdapat asas, tujuan, dan ringkup mengaturan tentang
ketahanan nasional yang akan disebut dibawah ini :
Penyelenggaraan Pangan dilakukan dengan berdasarkan asas:
a. kedaulatan;
b. kemandirian;
c. ketahanan;
d. keamanan;
e. manfaat;
f. pemerataan;
g. berkelanjutan; dan
h. keadilan

14

Moh Mahfud MD, Konsistentsi Materi Muatan Undang-Undang dengan Konstitusi: Antisipasi
Konstitusional Review hlm 8-11, Bandung: Departemen Hukum dan HAM RI, BHN, 2009.
15

Levy, Leonard W., 2005, Judicial Review: Sejarah Kelahiran, Wewenang, dan
Fungsinya Dalam Negara Demokrasi, Bandung, Nusamedia & Nuansa.
16

Penyelenggaraan Pangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang
memberikan manfaat secara adil, merata, dan berkelanjutan berdasarkan Kedaulatan
Pangan, Kemandirian Pangan, dan Ketahanan Pangan. Penyelenggaraan Pangan
bertujuan untuk:
a. meningkatkan kemampuan memproduksi Pangan secara mandiri;
b. menyediakan Pangan yang beraneka ragam dan memenuhi persyaratan
keamanan, mutu, dan Gizi bagi konsumsi masyarakat; wajar dan terjangkau
sesuai dengan kebutuhan masyarakat;
c. mempermudah atau meningkatkan akses Pangan bagi masyarakat, terutama
masyarakat rawan Pangan dan Gizi;
d. meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas Pangan di pasar dalam
negeri dan luar negeri;
e. meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang Pangan yang
aman, bermutu, dan bergizi bagi konsumsi masyarakat;
f. meningkatkan kesejahteraan bagi Petani, Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan
Pelaku Usaha Pangan; dan
g. melindungi dan mengembangkan kekayaan sumber daya Pangan nasional.

Lingkup pengaturan Penyelenggaraan Pangan meliputi:
a. perencanaan Pangan;
b. Ketersediaan Pangan;
c. keterjangkauan Pangan;
d. konsumsi Pangan dan Gizi;
e. Keamanan Pangan;
f. label dan iklan Pangan;
g. pengawasan;
h. sistem informasi Pangan;
i. penelitian dan pengembangan Pangan;
j. kelembagaan Pangan;
k. peran serta masyarakat; dan

17

l. penyidikan.

Kesimpulan
Konsepsi ketahanan pangan nasional Indonesia adalah konsepsi pengembangan
kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan
keamanan yang seimbang, serasi dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan
menyeluruh yang berlandaskan Pancasila, Undang – Undang 1945 dan Wawasan
Nusantara. Termasuk didialamnya dalam hal memajukan pertahanan keamanan yang
didukung dari adanya upaya untuk memajukan pertahanan pangan, bahwa permintaan
akan pangan semakin meningkat karena Indonesia memiliki potensial cukup tinggi
diliat dari wilayah Indonesia yang kaya akan tumbuhan dan alam yang berlimpah
maka pemerintah wajib untuk melakukan perlindungan yang ditegaskan oleh
Undang- Undang Pangan Nomor 18 Tahun 2012 pengganti Undang-Undang Pangan
Nomor 7 Tahun 1996.
Dengan adanya program legislasi nasional tentang ketahanan pangan akan menjamin
kesejahteraan masyarakat yang hidup di Indonesia karena pangan merupakan kebutuhan
sehari – hari yang akan terus di perlukan serta dipergunakan setiap saat dengan ada
jaminan hukum serta perbaikan – perbaikan hukum yang dilakukan oleh pemerintah
akan mengurangi masalah – masalah yang terjadi serta pemerintah harus ikut serta untuk
melindungi Memajukan Pertahanan Pangan dilakukan dengan berbagai cara seperti

memperkuat struktur ekonomi,social, serta struktur pemerintah dalam membentuk
suatu produk hukum.

Saran
Tidak bisa dipungkiri bahwa Indonesia memiliki potensi alam yang sangat bagus
untuk kegiatan pangan untuk menunjang kesejahteraan dan kemakmuran rakyat yang
ada di Negara republic Indonesia oleh karena itu perlu pengawasan serta aturan yang
lebih baik lagi untuk mencegah terjadinya hal – hal yang berdampak buruk terhadap

18

ketahanan pangan di Indonesia Karena kebutuhan akan pangan adalah hal yang
sangat penting, kebutuhan – kebutuhan akan pangan selalu akan terjadi di kehidupan
sehari – hari .

19

Daftar Pustaka
Achmad Suryana, Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional.
Achmad Suryana, Kebijakan Nasional Pemantapan Ketahanan Pangan. Makalah pada
Seminar Nasional Teknologi Pangan, Semarang: 2001.
Anonymous, Program Kerja Pengembangan Kewaspadaan Pangan. Pusat Kewaspadaan
Pangan 2001-2004. Pusat Kewaspadaan Pangan. Badan Bimas Ketahanan Pangan.
Departemen Pertanian. Jakarta.

E.S. Beranang. 2012. “Jagungku Pendukung Kemandirian Pangan di Flores Timur”. Prosiding
Seminar Nasional, Surakarta : Fakultas Pertanian UNS, 2012.

Hernadi Affandi, program legislasi nasional dalam pembangunan hukum nasional,
bandung, mujahid press.

Levy, Leonard W., 2005, Judicial Review: Sejarah Kelahiran, Wewenang, dan
Fungsinya Dalam Negara Demokrasi, Bandung, Nusamedia & Nuansa.
Mewa Ariani, Difersifikasi Konsumsi Pangan: Antara Harapan Dan Kenyataan Bogor:

Pusat Analisis Sosial Dan Kebijakan Pertanian, 2010,
Mochtar kusumaatmadja,kosep-konsep hukum dalam pembangunan, bandung PT. Alumni, 2013,
hlm 3

Mochtar Kusumaatmaja, Pembinaan Hukum Dalam Rangka Pembangunan Nasional hlm
3, Lembaga Penelitian Hukum dan Kriminologi FH UNPAD, 1975.
Moh Mahfud MD, Konsistentsi Materi Muatan Undang-Undang dengan Konstitusi:
Antisipasi Konstitusional Review, Bandung: Departemen Hukum dan HAM RI, BHN,
2009.
Moh Mahfud MD, Konsistentsi Materi Muatan Undang-Undang dengan Konstitusi:
Antisipasi Konstitusional Revie, Bandung: Departemen Hukum dan HAM RI, BHN.
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum Di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum Di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Politik Hukum Nasional dan Hegemoni Globalisasi Ekonomi. Laili Bariroh. Jurnal Review
Politik. Vol 2, Nomor 2, Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2012.
Syarifudin Hidayat et.al. Manajemen Ketahanan Pangan di Daerah, 2008, Jakarta: Pusat
Kajian dan.

20

Dokumen yang terkait

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0

Pengaruh Proce To Book Value,Likuiditas Saham dan Inflasi Terhadap Return Saham syariah Pada Jakarta Islamic Index Periode 2010-2014

7 68 100

Analisis Pengaruh Lnflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Sbi, Dan Harga Emas Terhadap Ting Kat Pengembalian (Return) Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Pada Bei

14 85 113

Strategi Public Relations Pegadaian Syariah Cabang Ciputat Raya Dalam Membangun Kepuasan Layanan Terhadap Konsumen

7 149 96

Analisis Pengaruh Faktor Yang Melekat Pada Tax Payer (Wajib Pajak) Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan

10 58 124

Pengaruh Dukungan Venezuela Kepada Fuerzas Armadas Revolucionaries De Colombia (FARC) Terhadap Hubungan Bilateral Venezuela-Kolombia

5 236 136

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157