Pengembangan karier pustakawan alih jalu
Peningkatan profesionalisme pustakawan
Alih jalur dari pustakawan tingkat terampil ke pustakawan tingkat ahli
Suharyanto
[email protected]
Librarian
National Library of Indonesia
Abstrak
Profil pustakawan berdasarkan data pustakawan dari web Pusat Pustakawan Perpustakaan
Nasional RI Juni 2013 diantaranya menunjukkan bahwa jumlah pustakawan berjumlah 3198
terdiri dari pustakawan tingkat ahli berjumlah 1637 orang dan pustakawan tingkat terampil
berjumlah 1561 orang. Data tersebut menggambarkan bahwa jumlah pustakawan tingkat
terampil lebih banyak dari dari pustakawan tingkat ahli sehingga dapat disimpulkan bahwa
pustakawan yang ada belum pada tahap profesional. Salah satu solusi untuk meningkatkan
profesionalisme pustakawan adalah meningkatkan kualitas pustakawan tingkat terampil
beralih jenjang ke pustakawan tingkat ahli. Namun demikian ahli jalur tersebut mempunyai
beberapa permasalahan diantaranya: penilaian angka kredit, perbedaan persepsi antara
pustakawan, tim penilai, bagian kepegawaian dalam proses alih jalur dan profesionalisme
pustakawan. Kesimpulan dari tulisan ini adalah perlu adanya peninjauan ulang tentang angka
kredit teruta untuk pustakawan yang beralih jalur dari tingkat terampil ke tingkat ahli,
Perpustakaan Nasional RI bertindak sebagai fasilitator dalam dalam permasalahan angka
kredit, peningkatan profesionalisme pustakawan melalui pendidikan dan pelatihan.
Kata kunci: Alih jalur, Angka kredit, Jabatan fungsional, pustakawan, profesionalisme.
1. .................................................................................................... Latar Belakang
Jabatan fungsional pustakawan merupakan salah satu dari 114 jabatan fungsional tertentu.
Jabatan fungsional pustakawan adalah jabatan karier yang hanya dapat diduduki oleh
seseorang yang telah berstatus sebagai pegawai negeri sipil. Jabatan fungsional pustakawan
keberadaannya telah diakui mulai tahun 1988 berdasarkan KEPMENPAN No. 18 Tahun
1988, kemudian direvisi dengan KEPMENPAN No. 33 Tahun 1998 dan terakhir direvisi
1
dengan KEPMENPAN Nomor 132/KEP/M.PAN/12/2002 tentang Jabatan Fungsional
Pustakawan dan Angka Kreditnya.
Jenjang
jabatan
fungsional
pustakawan
berdasarkan
KEPMENPAN
No.
132/KEP/M.PAN/12/2002 terdiri dari pustakawan tingkat terampil dan pustakawan tingkat
ahli. Perbedaan kedua jenjang ini didasarkan atas latar belakang pendidikan pustakawan.
Tingkat terampil bagi pejabat fungsional pustakawan yang berlatar belakang pendidikan
D2/D3 Pusdokinfo atau D2/D3 Nonpusdokinfo ditambah diklat yang disetarakan. Sedangkan
tingkat ahli adalah bagi pejabat fungsional pustakawan yang berlatar belakang pendidikan
minimal S1 Pusdokinfo atau S1 Nonpusdokinfo ditambah diklat Calon Pustakawan Tingkat
Ahli.
Saat ini jumlah jabatan fungsional pustakawan yang terjaring dalam pangkalan data Pusat
Pengembangan Pustakawan Perpustakaan Nasional RI pada bulan Juni 2013 berjumlah 3198
orang terdiri dari 1637 pustakawan terampil dan 1561 pustakawan ahli.
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa jumlah pustakawan tingkat terampil sebanyak
(51%), pustakawan tingkat ahli sebanyak (49%). Hal ini menggambarkan bahwa jumlah
pustakawan tingkat terampil lebih banyak dibandingkan dengan tingkat ahli. Kondisi ini
menunjukkan bahwa kualifikasi pustakawan masih pada taraf teknisi atau penunjang
profesional belum pada tahap profesional. Guna meningkatkan kualitas pustakawan maka
diperlukan peningkatan pengembangan karier dari jenjang pustakawan terampil ke
pustakawan ahli.
Pengembangan karier dari pustakawan tingkat terampil ke pustakawan tingkat ahli
diantaranya melalui mengikuti pendidikan lanjutan ke S1 perpusdokinfo atau S1
nonperpusdokinfo ditambah dengan pendidikan dan pelatihan alih jalur. Hal lain yang perlu
dicermati ketika pustakawan yang akan beralih jalur dari pustakawan tingkat terampil ke
pustakawan tingkat ahli penilaian angka kreditnya tidak dapat diakui secara penuh. Unsurunsur yang diakui adalah pendidikan ditambah 75 % dikalikan unsur pokok dan
pengembangan profesi sedangkan untuk unsur penunjang tidak dapat diperhitungkan.
Peningkatan karier pustakawan sangat banyak ditentukan oleh kemampuan individual dan
kemandiriannya. Dalam pengembangan karir pustakawan mempunyai peluang untuk
mencapai pangkat dan jabatan tertinggi, sepanjang pustakawan yang bersangkutan dapat
memenuhi angka kredit serta peraturan lainnya yang telah ditetapkan. Karier pustakawan juga
2
sangat ditentukan oleh pustakawan itu sendiri, oleh karena itu setiap pustakawan harus
berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan profesionalitasnya dalam bidang
kepustakawanan baik melalui pendidikan formal maupun non-formal.
Mencermati latar belakang tersebut diatas maka dapat disebutkan beberapa permasalahan
yang menyangkut ahli jalur dari pustakawan tingkat terampil ke pustakawan tingkat ahli,
yaitu sbb:
1. ............................................................................................ Pofil pustakawan
berdasarkan jenjang jabatan
2. ............................................................................................ Penilaian angka
kredit
3. ............................................................................................ Perbedaan
persepsi antara pustakawan, tim penilai, bagian kepegawaian dalam proses alih
jalur.
4. ............................................................................................ Profesionalisme
pustakawan
2. Tinjauan Teori
2.1.
Pengertian Pustakawan
Undang-undang R.I No.43 Tahun 2007 tentang perpustakaan pasal 1 ayat 8 menyatakan
bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui
pendidikan atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk
melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.
Dalam KEPMENPAN Nomor : 132/KEP/M.PAN/12/2002 Pejabat fungsional Pustakawan
yang selanjutnya disebut Pustakawan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melakukan kegiatan kepustakawanan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi
instansi pemerintah dan atau unit tertentu lainnya.
Dari defenisi diatas jelas bahwa pustakawan merupakan profesi yang memiliki kompetensi
yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan kepustakawan atau perpusdokinfo dan bekerja
secara profesional dalam pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.
3
2.2. Jenjang Jabatan Pustakawan
Pustakawan Terampil
Pustakawan
Terampil adalah pustakawan yang memiliki dasar pendidikan untuk
pengangkatan pertama kali serendah-rendahnya Diploma II Perpustakaan, dokumentasi dan
informasi atau Diploma II bidang lain yang disetarakan
Dalam Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor : 2 tahun 2008,
tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya, telah diatur
bahwa untuk pengangkatan Pustakawan Tingkat Terampil harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
a. Berijazah paling rendah D2 bidang Perpusdokinfo atau D2 bidang lain ditambah mengikuti
dan lulus Diklat calon Pustakawan Terampil.
b. Pangkat paling rendah Pengatur Muda Tk. I, golongan ruang II/b.
c. Setiap unsur penilaian prestasi kerja dan penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam daftar
penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3) paling rendah bernilai baik dalam 1 tahun terakhir.
d. Memenuhi angka kredit kumulatif minimal yang ditentukan sebagai lampiran III
Keputusan MENPAN Nomor 132/KEP/M.PAN/12/2002 sesuai jenjang jabatan yang akan
didudukinya, yang berasal dari pendidikan dan pelatihan atau ditambah angka kredit dari
kegiatan unsur utama lainnya.
Pustakawan Tingkat Ahli
Pustakawan Tingkat Ahli adalah pustakawan yang memiliki dasar pendidikan untuk
pengangkatan pertama kali serendah-rendahnya sarjana strata satu (S1) perpusdokinfo atau
sarjana lainnya yang disetarakan. Pengangkartan pertama dalam jabatan pustakawan Tingkat
Ahli harus memenuhi syarat :
a.
Berijazah paling rendah Sarjana (S1) bidang perpusdokinfo atau Sarjana dibidang lain
ditambah mengikuti dan lulus Diklat Calon Pustakawan Tingkat Ahli.
b.
Pangkat paling rendah Penata Muda, golongan III/a.
c.
Setiap unsur penilaian prestasi kerja dan penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam daftar
penilaian pelaksanaan pekerjaan ( DP3 ) paling rendah bernilai baik dalam 1 tahun
terakhir.
4
d.
Memenuhi angka Kredit kumulatif minimal yang ditentukan sebagaimana lampiran IV
Keputusan MENPAN Nomor 132/KEP/M.PAN/12 /2002 sesuai jenjang jabatan yang
akan didudukinya yang berasal dari pendidikan dan atau ditambah angka kredit dari
kegiatan unsur utama lainnya.
2.3. Alih Jalur dari Pustakawan Tingkat Terampil ke Pustakawan Tingkat Ahli
Seseorang yang telah menduduki jabatan pustakawan tingkat
terampil dapat beralih ke
Jabatan Pustakawan Tingkat Ahli apabila dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Lulus S1 bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi atau S1 bidang lain ditambah
pendidikan (Diklat) Pustakawan Tingkat Ahli ( Alih Jalur).
2. Masa kerja dalam pangkat terakhir minimal 2 tahun.
3. Memiliki angka kredit komulatif minimal 100 yang diproleh dari tugas pokok dan unsur
utama lainnya yang dituangkan dalam PAK.
4. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik
dalam 2 tahun terahir.
Prosedur Alih Jalur dari Jabatan Pustakawan Tingkat Terampil ke Jabatan Pustakawan
Tingkat Ahli adalah sebagai berikut :
1. Yang bersangkutan mengikuti pendidikan tingkat Sarjana ( S1 ) baik bidang Perpusdokinfo
atau S1 bidang lain.
2. Bagi yang mendapatkan pendidikan non-perpustakaan maka yang bersangkutan harus
mengikuti dan lulus Diklat Pustakawan Tingkat Ahli ( Diklai Alih Jalur ).
3. Mengajukan Daftar Usul Penetapan Angka Kredit ( DUPAK ) dari butir-butir kegiatan
unsur utama
yang meliputi
Pendidikan, Pengorganisasian dan
Pemasyarakatan
kepustakawanan, Pengkajian dan Pengembangan Profesi.
4. Setelah mendapatkan Penetapan Angka Kredit ( PAK ) dari pejabat yang berwenang
Pustakawan tersebut dapat diusulkan menjadi Pustakawan Tingkat Ahli.
5. Angka Kredit yang dimiliki pustakawan pelaksana sampai dengan pustakawan penyelia,
yang akan digunakan untuk menentukan jabatan pada saat yang bersangkutan beralih ke
jabatan pustakawan tingkat ahli dihitung sebesar 100 % Angka kredit yang berasal dari
5
unsur pendidikan formal ditambah 75 % angka kredit kumulatif yang berasal dari kegiatan
unsur utama yaitu tugas pokok (unsur pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan
pustaka/sumber informasi dan unsur pemasyarakatan perpusdokinfo) dan/atau ditambah
angka kredit dari unsur kegiatan pengembangan profesi.
Pustakawan tingkat terampil yang menduduki pangkat Pengatur Tk.I, Golongan ruang II/b
sampai dengan II/d jenjang jabatan pustakawan pelaksana dapat dipertimbangkan kenaikan
pangkatnya menjadi Penata Muda , golongan ruang III/a dan diangkat dalam jabatan
Pustakawan Tingkat Ahli, dengan ketentuan :
1. Minimal telah satu tahun dalam jabatan terakhir.
2. Setiap penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan dalam daftar penilaian
pelaksanaan pekerjaan ( DP3 ) paling rendah bernilai baik dalam 1 tahun terakhir.
3. Memenuhi jumlah Angka Kredit Kumulatif minimal yang ditentukan untuk pangkat Penata
Muda, golongan ruang III/a dan jenjang jabatan yang akan didudukinya.
3. Pembahasan
3.1. ....................................................................................................... Profil
Pustakawan Berdasarkan Jenjang Jabatan
Saat ini jumlah jabatan fungsional pustakawan yang terjaring dalam pangkalan data Pusat
Pengembangan Pustakawan Perpustakaan Nasional RI pada bulan Juni 2013 berjumlah 3198.
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa pustakawan tingkat terampil lebih banyak
dibandingkan dengan pustakawan tingkat ahli. Pustakawan tingkat terampil berjumlah 1637
orang (51 %) pustakawan tingkat ahli 1561 orang (49 %). Hal ini menunjukkan bahwa
kualifikasi pustakawan sebagian besar masih pada tingkatan teknisi atau penunjang
profesional, belum sepenuhnya pada tahapan tingkat ahli, sehingga masih perlu ditingkatkan.
Seorang pustakawan, sebagaimana dikehendaki dalam Pasal 3 KEP. MENPAN No.
132/KEP/M.PAN/12/2002, Pustakawan adalah Pejabat Fungsional yang berkedudukan
6
sebagai pelaksana penyelenggara tugas utama kepustakawanan pada unit-unit perpusdokinfo
instansi pemerintah. Artinya bagaimana seorang pustakawan dapat berperan sacara rasional
dan proporsional dalam mendukung tugas pokok dan fungsi dimana saja mereka bekerja,
yaitu di Lembaga Kerja Pustakawan (LKP) atau Perpustakaan sudah sepantasnya pustakawn
harus kompeten. Berikut profil pustakawan
berdasarkan jenjang jabatan fungsional
pustakawan.
Tabel. 2
Profil Pustakawan Berdasarkan Jenjang Jabatan
No.
Jenjang Jabatan
Jumlah
Porsen (%)
1.
Pustakawan Utama
12
1
2.
Pustakawan Madya
458
14
3.
Pustakawan Muda
644
20
4.
Pustakawan Pertama
477
14
5.
Pustakawan Penyelia
842
49
6.
Pustakawan Pelaksana
501
26
Pustakawan Pelaksana
842
16
Jumlah
3198
9
Lanjutan
7.
Sumber: Pangkalan data Pusat Pengembagan Pustakawan, Perpustakaan Nasional, Juni
2013
Tabel 2. Menunjukkan bahwa dari (20% 3198 orang , 12 orang (1 %) sebagai pustakawan
utama, 458 orang (14 %) sebagai pustakawan madya, 644 orang (20 %) sebagai pustakawan
muda, 477 orang (20 %) sebagai pustakawan pertama, 842 orang (49 %) sebagai pustakawan
penyelia, 501 orang (26%) sebagai pustakawan pelaksana lanjutan, 842 orang (16 %) sebagai
pustakawan pelaksana.
Secara umum data tersebut menggambarkan bahwa paling banyak pustakawan menduduki
jabatan pustakawan penyelia sebanyak 842 orang (49 %) dan yang paling sedikit adalah
pustakawan utama sebanyak 12 orang (1 %).
Data tersebut jika dikelompokan berdasarkan tingkatan jabatan pustakawan tingkat ahli dan
pustakawan tingkat terampil dapat dijelaskan dengan tabel sebagai berikut.
7
Tabel. 3
Profil Pustakawan Berdasarkan Tingkatan Jabatan
No.
Tingkatan Jabatan
Jumlah
Porsen (%)
1.
Pustakawan Ahli
1637
51
2.
Pustakawan Terampil
1561
49
Jumlah
3198
100
Sumber: Pangkalan data Pusat Pengembagan Pustakawan, Perpustakaan Nasional, Juni 2013
Tabel 3 menunjukkan bahwa pustakawan terampil lebih banyak jika dibandingkan dengan
pustakawan ahli, yaitu dari 3198 orang, 1637 orang (51%) merupakan pustakawan terampil
dan 1561 (49% ) orang merupakan pustakawan tingkat terampil.
Kondisi ini harus dicermati bahwa tingkatan jabatan fungsional pustakawan di Indonesia
sebagian besar masih pada kualifikasi teknisi atau penunjang profesional sehingga harus
ditingkatkan dari tingkat terampil ke tingkat ahli.
Guna meningkatkan kualitas jenjang jabatan fungsional pusakawan yang ada perlu dilakukan
beberapa hal, diantaranya : (1) Pustakawan mengikuti pendidikan formal S1 perpusdokinfo
atau S1 nonperpusdokinfo ditambah dengan diklat alih jalur. (2) Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Perpustakaan Nasional RI perlu mengadakan diklat alih jalur pustakawan lebih
sering lagi baik diadakan di Perpustakaan Nasional RI atau diadakan di provinsi-provinsi
atau bekerjasama dengan instansi yang membutuhkan.
3.2. ........................................................................................................Penilaian angka
kredit
Penilaian angka kredit ahli jalur dari pustakawan tingkat terampil ke pustakawan ahli tidak
diperhitungkan secara penuh. Angka Kredit yang dimiliki pustakawan pelaksana sampai
dengan pustakawan penyelia, yang akan digunakan untuk menentukan jabatan pada saat yang
bersangkutan beralih ke jabatan Pustakawan Tingkat Ahli dihitung sebesar 100 % Angka
kredit yang berasal dari unsur pendidikan formal ditambah 75 % angka kredit kumulatif yang
berasal dari kegiatan unsur utama yaitu tugas pokok (unsur pengorganisasian dan
pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber informasi dan unsur pemasyarakatan
perpusdokinfo) dan/atau ditambah angka kredit dari unsur kegiatan pengembangan profesi.
Sedangkan untuk unsur penunjang tidak diperhitungkan.
8
Penghitungan angka kredit ini dapat merugikan pustakawan yang akan
meningkatkan
kariernya ke jenjang pustakawan tingkat ahli dimana angka kredit yang telah dikumpulkan
tidak dapat diakui secara penuh.
Prinsip
dari
pengembangan
karier
adalah
bagaimana
seorang
pustakawan
dapat
mengumpulkan dan menambah angka kredit untuk naik ke jenjang pangkat maupun jabatan
yang lebih tinggi. Menyikapi permasalahan tersebut diatas ada beberapa solusi yang dapat
diambil, diantaranya:
Rumus 1 untuk ahli jalur untuk alih jalur dari pustakawan tingkat terampil ke pustakawan
tingkat ahli adalah sebagai berikut :
100 % pendidikan + 80 % (Unsur pokok dan pengembangan profesi)
Dengan rumusan ini maka seorang pustakawan tingkat terampil yang akan beralih jalur ke
pustakawan tingkat ahli tidak banyak mengalami pengurangan angka kredit. Angka 80 %
(Unsur pokok dan pengembangan profesi) ini mengacu pada angka kredit untuk pustakawan
yang melakukan tugas satu tingkat diatas jenjang jabatannya. Pada rumus ini unsur penunjang
tidak di perhitungkan. Berikut tabel rumus 1
Tabel 4. Rumus 1 Penilaian Angka Kredit Alih Jalur
No.
Unsur Kegiatan
Angka Kredit
1.
Pendidikan
100 %
2.
Pengorganisasian dan pendayagunaan
80 %
koleksi bahan pustaka/sumber informasi
3.
Pengembangan profesi
80 %
Tabel 4 menunjukkan bahwa Unsur pendidikan 100 % artinya pustakawan yang akan beralih
jalur unsur pendidikan yang didapatnya diakui secara penuh, Unsur pengorganisasian dan
pendayagunaan koleksi bahan pustaka /sumber informasi 80 % artinya pustakawan yang akan
beralih jalur unsur ini hanya diakui 80 % hal ini mengacu pada penilaian angka kredit yang
tertuang dalam juknis jabatan pustakawan dan angka kreditnya pada Bab V “Pustakawan yang
melaksanakan tugas di atas jenjang jabatannya, angka kredit yang diperoleh ditetapkan
sebesar 80 % (delapan puluh persen) dari setiap angka kredit butir kegiatan yang dilakukan”.
Unsur pengembangan 80 % artinya artinya pustakawan yang akan beralih jalur unsur ini
hanya diakui 80 % hal ini juga mengacu pada penilaian angka kredit.
9
Rumus 2 untuk alih jalur dari pustakawan tingkat terampil ke pustakawan tingkat ahli adalah
sebagai berikut :
100 %
pendidikan + 80 % (Unsur pokok +
pengembangan profesi +
unsur
penunjang).
Dengan rumusan ini maka seorang pustakawan tingkat terampil yang akan beralih jalur ke
pustakawan tingkat ahli tidak banyak mengalami pengurangan angka kreditnya. Angka 80 %
(Unsur pokok dan pengembangan profesi) ini mengacu pada angka kredit untuk pustakawan
yang melakukan tugas satu tingkat diatas jenjang jabatannya. Berikut rincian rumus 2 yang
dituangkan dalam bentuk tabel rumus 2.
Tabel 5. Rumus 2 Penilaian Angka Kredit Alih Jalur
No.
Unsur Kegiatan
Angka Kredit
1.
Pendidikan
100 %
2.
Pengorganisasian dan pendayagunaan
80 %
koleksi bahan pustaka/sumber informasi
3.
Pengembangan profesi
80 %
4.
Penunjang
80 %
Tabel 5 menunjukkan bahwa unsur pendidikan 100 % artinya pustakawan yang akan beralih
jalur unsur pendidikan yang didapatnya diakui secara penuh, unsur pengorganisasian dan
pendayagunaan koleksi bahan pustaka /sumber informasi 80 % artinya pustakawan yang akan
beralih jalur unsur ini hanya diakui 80 % hal ini mengacu pada penilaian angka kredit, unsur
pengembangan profesi 80 % artinya pustakawan yang akan beralih jalur unsur ini hanya
diakui 80 %, unsur penunjang 80 % artinya pustakawan yang akan beralih jalur unsur ini
hanya diakui 80 %.
Pada rumus ini unsur penunjang juga di perhitungkan sebesar 80 % sehingga pustakawan
tingkat terampil yang telah melakukan kegiatan pengembangan profesi tidak mengalami
kerugian.
3.3. ........................................................................................................Perbedaan
persepsi antara pustakawan, tim penilai, bagian kepegawaian dalam proses alih jalur
10
Perbedaan persepsi antara pustakawan, tim penilai, bagian kepegawaian dalam proses alih
jalur dari pustakawan tingkat terampil kepustakawan tingkat ahli. Sering terjadi perbedaan
persepsi antara tim penilai (sekretariat tim penilai), bagian kepegawaian (BKD atau BKN) dan
atasan langsung sehingga menghambat dalam proses alih jalur pustakawan tingkat terampil ke
tingkat ahli. Di beberapa instansi sering terjadi masalah dalam proses ahli jalur, meskipun
petunjuk dan aturannya sudah jelas namun masih saja beberapa unit terkait memiliki
penafsiran yang berbeda dalam proses alih jalur sehingga pustakawan yang tingkat terampil
sering tertunda peralihannya ketingkat ahli karena antara tim penilai dengan BKD sering
bertentangan dalam menerapkan proses alir jalur.
Permasalahan tersebut dapat diatasi sebgai berikut
Perlu adanya koordinasi yang
berkesinambungan antara tim penilai bagian kepegawaian (BKD atau BKN) dan atasan
langsung sehingga memiliki kesamaan persepsi terhadap memahami dan menerapkan alih
jalur pustakawan. Perpuskaan Nasional RI selaku pembina jabatan fungsional pustakawan
perlu melakukan monitoring dan evaluasi terhadap ke beberapa instansi terutama dalam
penerapan proses kerja tim penilai dan bagian yang terkait, apakah sudah sesuai dengan
prosedur dan ketentuan yang berlaku, jika belum perlu diadakan bimbingan teknis atau
koordinasi sehingga mulai dari tingkat pusat, instansi, provinsi, kabupaten/kota memiliki
standar yang sama dalam hal penilaian dan dalam proses alih jalur.
3.4.................................................................................................. Profesionalisme
pustakawan
Pekerjaan pustakawan terampil dengan ahli jelas berbeda. Kenyataan dilapangan sering sekali
pustakawan terampil yang sudah beralih ke tingkat ahli tidak mampu mengerjakan pekerjaan
tingkat ahli terutama dalam hal pengkajian pengembangan perpusdokinfo. Hal ini sering
terjadi pada pustakawan tingkat terampil yang mengambil pendidikan S1 nya non
perpusdokinfo. Untuk beralih ke tingkat ahli maka yang bersangkutan harus mengikuti Diklat
Pustakawan Tingkat Ahli (alih jalur), mengingat waktu diklat yang cukup singkat sehingga
berdampak pada pelaksanaan dilapangan ketika pustakawan tersebut mengerjakan pekerjaan
tingkat ahli. Memang secara logika pasti terjadi perbedaan antara pustakawan yang mengikuti
pendidikan minimal 2 atau 3 tahun S1 perpusdokinfo dengan pustakawan yang S1 bidang lain
hanya ditambah pengetahuan perpusdokinfo atau pekerjaan tingkat ahli melalui diklat
pustakawan tingkat ahli (ahli jalur) yang hanya ditempuh dalam 1 sampai dengan 3 bulan.
11
Apakah mungkin dengan waktu pendidikan (diklat) yang singkat ini akan sama kualitasnya
dengan pustakawan yang menempuh pendidikan formal dengan waktu yang cukup lama.
Memang belum dapat dipastikan bahwa mereka yang menempuh pendidikan yang lebih lama
yang lebih berkualitas atau lebih mampu mengerjakan pekerjaan pustakawan tingkat ahli
dibanding yang hanya mengikuti diklat dalam waktu yang singkat.
Perlu dilakukan penelitian kecil untuk mengetahui kemampuan dalam melaksanakan tugas
pustakawan tingkat ahli antara mereka yang berpendidikan S1 perpusdokinfo dengan S1
bidang lain ditambah diklat alih jalur. Sehingga nanti akan terungkap siapakah yang lebih
mampu dalam menjalankan tugas pustakawan tingkat ahli, apakah yang berlatar belakang S1
perpusdokinfo atau S1 bidang lain ditambah diklat ahli jalur? Bagi pustakawan ahli yang
nantinya tidak mampu melakukan pekerjaan pustakawan tingkat ahli terutama pengkajian
pengembangan perpusdokinfo, maka perlu diuji kompetensi kembali di bagian atau butir
kegiatan yang mereka kurang mampu melaksanakannya. Membuat pelatihan di lingkungan
instansi sendiri atau bekerjasama dengan Perpustakaan Nasional RI untuk membina, mendidik
pustakawan tingkat ahli yang kurang mampu dibidang tertentu. Sebagai contoh ketika
pustakawannya lemah dibidang pengkajian, jadi perlu dibuat diklat diinstansi sendiri
memfokuskan
pada
kompetensi
pengkajian
dengan
mengundang
instruktur
yang
berpengalaman baik dari instansi sendiri atau dari luar dengan harapan selesai mengikuti
diklat tersebut pustakawan tersebut mampu melakukan kegiatan pengkajian. Sebab kalau
diklatnya harus ke pusat atau ke instansi yang jauh dan harus masuk asrama dengan waktu
yang lama dapat menimbulkan kejenuhan pustakawan sehingga hasilnya tidak maksimal.
4. Penutup
4.1. Kesimpulan
1. .......................................................................................................... Peningkatan
kualitas pendidikan pustakawan di jenjang fungsional pustakawan tingkat terampil perlu
ditingkatkan. Diantaranya melanjutkan ke jenjang S1 perpusdokinfo maupun S1
nonperpusdokinfo ditambah dengan diklat alih jalur.
2. .......................................................................................................... Penilaian angka
kredit alih jalur dari pustakawan tingkat terampil ke pustakawan ahli dengan rumus 100 %
pendidikan + 80 % (unsur pokok + pengembangan profesi) perlu ditinjau kembali agar
tidak merugikan pustakawan.
12
3. .......................................................................................................... Perlu
adanya
koordinasi yang terpadu dan serasi antara lembaga/unit/instansi terkait dengan
Perpustakaan Nasional RI, Badan Kepegawaian Daerah dan Badan Kepegawaian Nasional
dalam
memahami
aturan
Menteri
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
No.
132/KEP/M.PAN/12/2002 dan Keputusan Bersama Kepala Perpustakaan Nasional RI dan
Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 23 Tahun 2003 dan No. 21 Tahun 2003, Peraturan
Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 : Tentang
Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya.
4. .......................................................................................................... Pustakawan yang
telah beralih ke jenjang pustakawan tingkat ahli perlu meningkatkan kualitas kerjanya
melalui kegiatan: (1) pengkajian dan pengembangan perpusdokinfo (2) Menulis tentang
perpusdokinfo (3) membuat dan atau menyusun panduan, pedoman, standar perpusdokinfo.
4.2. Saran
1. .......................................................................................................... Lembaga/instansi
/badan yang terkait memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada pustakawan
tingkat terampil untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
(sarjana)
2. .......................................................................................................... Perpustakaan
Nasional RI sebagai pembina jabatan fungsional pustakawan kiranya dapat melakukan
revisi terhadap rumusan penilaian untuk pustakawan yang akan beralih dari pustakawan
tingkat terampil ke pustakawan tingkat ahli.
3. .......................................................................................................... Perpustakaan
Nasional RI sebagai pembina jabatan fungsional pustakawan sudah selayaknya dapat
menjadi fasilitator yang dapat memberikan arahan atau kordinasi antara tim penilai
(sekretariat tim penilai), bagian kepegawaian BKD/BKN, atasan langsung disetiap
instansi. Bila memungkinkan bagian tersebut seluruh Indonesia di undang dalam satu
forum untuk menyamakan persepsi terhadap peraturan dan prosedur yang berlaku terkait
dengan jabatan fungsional pustakawan dengan harapan terjadi standarisasi atau
keseragaman dalam penilaian jabatan fungsional pustakawan.
4. .......................................................................................................... Pustakawan
disarankan membentuk kelompok diskusi baik di lingkungan unit kerja maupun antar unit
kerja guna meningkatkan kemampuannya dalam mengkaji dan mengembangkan
13
perpustakaan, kemampuan menulis serta menyusun panduan, pedoman, standar tentang
perpusdokinfo.
DAFTAR PUSTAKA
Gusti Ayu Komang Suryati. Sekilas Alih Jalur Pustakawan Tingkat Terampil
untuk Meniti Puncak Karier Jabatan Fungsional. 2011
Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang
Perpustakaan. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2007.
Kartini. Pengantar jabatan fungsional pustakawan. Bahan ajar diklat Tim penilai
jabatan fungsional pustakawan. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2006.
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka
Kreditnya : Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.
132/KEP/M.PAN/12/2002 dan Keputusan Bersama Kepala Perpustakaan Nasional RI
dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 23 Tahun 2003 dan No. 21 Tahun 2003 .
Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2012.
----------. Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008
: Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya .
Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2012
Racman Herman S., Zulfikar Zen. Etika kepustakawan : suatu pendekatan
terhadap kode etik pustakawan Indonesia.
14
Sarwidiarti Mrihastuti. Prosedur pengusulan penilaian angka kredit. Bahan ajar
diklat Tim penilai jabatan fungsional pustakawan. Jakarta : Perpustakaan
Nasional RI, 2006.
Suharyanto. Pengembangan Profesi Pustakawan. 2011.
pusbangkol.pnri.go.id/.../PENGEMBANGAN%20PRO.
Supriyanto. Pengembangan Jabatan Fungsional Pustakawan. Materi Diklat,2012.
Titiek Kismiayati. Opong Sumiati. Bidang kegiatan pustakawan dan unsur-unsur
yang dinlai Bahan ajar diklat Tim penilai jabatan fungsional pustakawan.
Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2006.
Tri Listiyowati. Tugas pokok dan fungsi tim penilai jabatan fungsional
pustakawan. Bahan ajar diklat Tim penilai jabatan fungsional pustakawan.
Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2006.
15
Alih jalur dari pustakawan tingkat terampil ke pustakawan tingkat ahli
Suharyanto
[email protected]
Librarian
National Library of Indonesia
Abstrak
Profil pustakawan berdasarkan data pustakawan dari web Pusat Pustakawan Perpustakaan
Nasional RI Juni 2013 diantaranya menunjukkan bahwa jumlah pustakawan berjumlah 3198
terdiri dari pustakawan tingkat ahli berjumlah 1637 orang dan pustakawan tingkat terampil
berjumlah 1561 orang. Data tersebut menggambarkan bahwa jumlah pustakawan tingkat
terampil lebih banyak dari dari pustakawan tingkat ahli sehingga dapat disimpulkan bahwa
pustakawan yang ada belum pada tahap profesional. Salah satu solusi untuk meningkatkan
profesionalisme pustakawan adalah meningkatkan kualitas pustakawan tingkat terampil
beralih jenjang ke pustakawan tingkat ahli. Namun demikian ahli jalur tersebut mempunyai
beberapa permasalahan diantaranya: penilaian angka kredit, perbedaan persepsi antara
pustakawan, tim penilai, bagian kepegawaian dalam proses alih jalur dan profesionalisme
pustakawan. Kesimpulan dari tulisan ini adalah perlu adanya peninjauan ulang tentang angka
kredit teruta untuk pustakawan yang beralih jalur dari tingkat terampil ke tingkat ahli,
Perpustakaan Nasional RI bertindak sebagai fasilitator dalam dalam permasalahan angka
kredit, peningkatan profesionalisme pustakawan melalui pendidikan dan pelatihan.
Kata kunci: Alih jalur, Angka kredit, Jabatan fungsional, pustakawan, profesionalisme.
1. .................................................................................................... Latar Belakang
Jabatan fungsional pustakawan merupakan salah satu dari 114 jabatan fungsional tertentu.
Jabatan fungsional pustakawan adalah jabatan karier yang hanya dapat diduduki oleh
seseorang yang telah berstatus sebagai pegawai negeri sipil. Jabatan fungsional pustakawan
keberadaannya telah diakui mulai tahun 1988 berdasarkan KEPMENPAN No. 18 Tahun
1988, kemudian direvisi dengan KEPMENPAN No. 33 Tahun 1998 dan terakhir direvisi
1
dengan KEPMENPAN Nomor 132/KEP/M.PAN/12/2002 tentang Jabatan Fungsional
Pustakawan dan Angka Kreditnya.
Jenjang
jabatan
fungsional
pustakawan
berdasarkan
KEPMENPAN
No.
132/KEP/M.PAN/12/2002 terdiri dari pustakawan tingkat terampil dan pustakawan tingkat
ahli. Perbedaan kedua jenjang ini didasarkan atas latar belakang pendidikan pustakawan.
Tingkat terampil bagi pejabat fungsional pustakawan yang berlatar belakang pendidikan
D2/D3 Pusdokinfo atau D2/D3 Nonpusdokinfo ditambah diklat yang disetarakan. Sedangkan
tingkat ahli adalah bagi pejabat fungsional pustakawan yang berlatar belakang pendidikan
minimal S1 Pusdokinfo atau S1 Nonpusdokinfo ditambah diklat Calon Pustakawan Tingkat
Ahli.
Saat ini jumlah jabatan fungsional pustakawan yang terjaring dalam pangkalan data Pusat
Pengembangan Pustakawan Perpustakaan Nasional RI pada bulan Juni 2013 berjumlah 3198
orang terdiri dari 1637 pustakawan terampil dan 1561 pustakawan ahli.
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa jumlah pustakawan tingkat terampil sebanyak
(51%), pustakawan tingkat ahli sebanyak (49%). Hal ini menggambarkan bahwa jumlah
pustakawan tingkat terampil lebih banyak dibandingkan dengan tingkat ahli. Kondisi ini
menunjukkan bahwa kualifikasi pustakawan masih pada taraf teknisi atau penunjang
profesional belum pada tahap profesional. Guna meningkatkan kualitas pustakawan maka
diperlukan peningkatan pengembangan karier dari jenjang pustakawan terampil ke
pustakawan ahli.
Pengembangan karier dari pustakawan tingkat terampil ke pustakawan tingkat ahli
diantaranya melalui mengikuti pendidikan lanjutan ke S1 perpusdokinfo atau S1
nonperpusdokinfo ditambah dengan pendidikan dan pelatihan alih jalur. Hal lain yang perlu
dicermati ketika pustakawan yang akan beralih jalur dari pustakawan tingkat terampil ke
pustakawan tingkat ahli penilaian angka kreditnya tidak dapat diakui secara penuh. Unsurunsur yang diakui adalah pendidikan ditambah 75 % dikalikan unsur pokok dan
pengembangan profesi sedangkan untuk unsur penunjang tidak dapat diperhitungkan.
Peningkatan karier pustakawan sangat banyak ditentukan oleh kemampuan individual dan
kemandiriannya. Dalam pengembangan karir pustakawan mempunyai peluang untuk
mencapai pangkat dan jabatan tertinggi, sepanjang pustakawan yang bersangkutan dapat
memenuhi angka kredit serta peraturan lainnya yang telah ditetapkan. Karier pustakawan juga
2
sangat ditentukan oleh pustakawan itu sendiri, oleh karena itu setiap pustakawan harus
berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan profesionalitasnya dalam bidang
kepustakawanan baik melalui pendidikan formal maupun non-formal.
Mencermati latar belakang tersebut diatas maka dapat disebutkan beberapa permasalahan
yang menyangkut ahli jalur dari pustakawan tingkat terampil ke pustakawan tingkat ahli,
yaitu sbb:
1. ............................................................................................ Pofil pustakawan
berdasarkan jenjang jabatan
2. ............................................................................................ Penilaian angka
kredit
3. ............................................................................................ Perbedaan
persepsi antara pustakawan, tim penilai, bagian kepegawaian dalam proses alih
jalur.
4. ............................................................................................ Profesionalisme
pustakawan
2. Tinjauan Teori
2.1.
Pengertian Pustakawan
Undang-undang R.I No.43 Tahun 2007 tentang perpustakaan pasal 1 ayat 8 menyatakan
bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui
pendidikan atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk
melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.
Dalam KEPMENPAN Nomor : 132/KEP/M.PAN/12/2002 Pejabat fungsional Pustakawan
yang selanjutnya disebut Pustakawan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melakukan kegiatan kepustakawanan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi
instansi pemerintah dan atau unit tertentu lainnya.
Dari defenisi diatas jelas bahwa pustakawan merupakan profesi yang memiliki kompetensi
yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan kepustakawan atau perpusdokinfo dan bekerja
secara profesional dalam pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.
3
2.2. Jenjang Jabatan Pustakawan
Pustakawan Terampil
Pustakawan
Terampil adalah pustakawan yang memiliki dasar pendidikan untuk
pengangkatan pertama kali serendah-rendahnya Diploma II Perpustakaan, dokumentasi dan
informasi atau Diploma II bidang lain yang disetarakan
Dalam Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor : 2 tahun 2008,
tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya, telah diatur
bahwa untuk pengangkatan Pustakawan Tingkat Terampil harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
a. Berijazah paling rendah D2 bidang Perpusdokinfo atau D2 bidang lain ditambah mengikuti
dan lulus Diklat calon Pustakawan Terampil.
b. Pangkat paling rendah Pengatur Muda Tk. I, golongan ruang II/b.
c. Setiap unsur penilaian prestasi kerja dan penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam daftar
penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3) paling rendah bernilai baik dalam 1 tahun terakhir.
d. Memenuhi angka kredit kumulatif minimal yang ditentukan sebagai lampiran III
Keputusan MENPAN Nomor 132/KEP/M.PAN/12/2002 sesuai jenjang jabatan yang akan
didudukinya, yang berasal dari pendidikan dan pelatihan atau ditambah angka kredit dari
kegiatan unsur utama lainnya.
Pustakawan Tingkat Ahli
Pustakawan Tingkat Ahli adalah pustakawan yang memiliki dasar pendidikan untuk
pengangkatan pertama kali serendah-rendahnya sarjana strata satu (S1) perpusdokinfo atau
sarjana lainnya yang disetarakan. Pengangkartan pertama dalam jabatan pustakawan Tingkat
Ahli harus memenuhi syarat :
a.
Berijazah paling rendah Sarjana (S1) bidang perpusdokinfo atau Sarjana dibidang lain
ditambah mengikuti dan lulus Diklat Calon Pustakawan Tingkat Ahli.
b.
Pangkat paling rendah Penata Muda, golongan III/a.
c.
Setiap unsur penilaian prestasi kerja dan penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam daftar
penilaian pelaksanaan pekerjaan ( DP3 ) paling rendah bernilai baik dalam 1 tahun
terakhir.
4
d.
Memenuhi angka Kredit kumulatif minimal yang ditentukan sebagaimana lampiran IV
Keputusan MENPAN Nomor 132/KEP/M.PAN/12 /2002 sesuai jenjang jabatan yang
akan didudukinya yang berasal dari pendidikan dan atau ditambah angka kredit dari
kegiatan unsur utama lainnya.
2.3. Alih Jalur dari Pustakawan Tingkat Terampil ke Pustakawan Tingkat Ahli
Seseorang yang telah menduduki jabatan pustakawan tingkat
terampil dapat beralih ke
Jabatan Pustakawan Tingkat Ahli apabila dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Lulus S1 bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi atau S1 bidang lain ditambah
pendidikan (Diklat) Pustakawan Tingkat Ahli ( Alih Jalur).
2. Masa kerja dalam pangkat terakhir minimal 2 tahun.
3. Memiliki angka kredit komulatif minimal 100 yang diproleh dari tugas pokok dan unsur
utama lainnya yang dituangkan dalam PAK.
4. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik
dalam 2 tahun terahir.
Prosedur Alih Jalur dari Jabatan Pustakawan Tingkat Terampil ke Jabatan Pustakawan
Tingkat Ahli adalah sebagai berikut :
1. Yang bersangkutan mengikuti pendidikan tingkat Sarjana ( S1 ) baik bidang Perpusdokinfo
atau S1 bidang lain.
2. Bagi yang mendapatkan pendidikan non-perpustakaan maka yang bersangkutan harus
mengikuti dan lulus Diklat Pustakawan Tingkat Ahli ( Diklai Alih Jalur ).
3. Mengajukan Daftar Usul Penetapan Angka Kredit ( DUPAK ) dari butir-butir kegiatan
unsur utama
yang meliputi
Pendidikan, Pengorganisasian dan
Pemasyarakatan
kepustakawanan, Pengkajian dan Pengembangan Profesi.
4. Setelah mendapatkan Penetapan Angka Kredit ( PAK ) dari pejabat yang berwenang
Pustakawan tersebut dapat diusulkan menjadi Pustakawan Tingkat Ahli.
5. Angka Kredit yang dimiliki pustakawan pelaksana sampai dengan pustakawan penyelia,
yang akan digunakan untuk menentukan jabatan pada saat yang bersangkutan beralih ke
jabatan pustakawan tingkat ahli dihitung sebesar 100 % Angka kredit yang berasal dari
5
unsur pendidikan formal ditambah 75 % angka kredit kumulatif yang berasal dari kegiatan
unsur utama yaitu tugas pokok (unsur pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan
pustaka/sumber informasi dan unsur pemasyarakatan perpusdokinfo) dan/atau ditambah
angka kredit dari unsur kegiatan pengembangan profesi.
Pustakawan tingkat terampil yang menduduki pangkat Pengatur Tk.I, Golongan ruang II/b
sampai dengan II/d jenjang jabatan pustakawan pelaksana dapat dipertimbangkan kenaikan
pangkatnya menjadi Penata Muda , golongan ruang III/a dan diangkat dalam jabatan
Pustakawan Tingkat Ahli, dengan ketentuan :
1. Minimal telah satu tahun dalam jabatan terakhir.
2. Setiap penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan dalam daftar penilaian
pelaksanaan pekerjaan ( DP3 ) paling rendah bernilai baik dalam 1 tahun terakhir.
3. Memenuhi jumlah Angka Kredit Kumulatif minimal yang ditentukan untuk pangkat Penata
Muda, golongan ruang III/a dan jenjang jabatan yang akan didudukinya.
3. Pembahasan
3.1. ....................................................................................................... Profil
Pustakawan Berdasarkan Jenjang Jabatan
Saat ini jumlah jabatan fungsional pustakawan yang terjaring dalam pangkalan data Pusat
Pengembangan Pustakawan Perpustakaan Nasional RI pada bulan Juni 2013 berjumlah 3198.
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa pustakawan tingkat terampil lebih banyak
dibandingkan dengan pustakawan tingkat ahli. Pustakawan tingkat terampil berjumlah 1637
orang (51 %) pustakawan tingkat ahli 1561 orang (49 %). Hal ini menunjukkan bahwa
kualifikasi pustakawan sebagian besar masih pada tingkatan teknisi atau penunjang
profesional, belum sepenuhnya pada tahapan tingkat ahli, sehingga masih perlu ditingkatkan.
Seorang pustakawan, sebagaimana dikehendaki dalam Pasal 3 KEP. MENPAN No.
132/KEP/M.PAN/12/2002, Pustakawan adalah Pejabat Fungsional yang berkedudukan
6
sebagai pelaksana penyelenggara tugas utama kepustakawanan pada unit-unit perpusdokinfo
instansi pemerintah. Artinya bagaimana seorang pustakawan dapat berperan sacara rasional
dan proporsional dalam mendukung tugas pokok dan fungsi dimana saja mereka bekerja,
yaitu di Lembaga Kerja Pustakawan (LKP) atau Perpustakaan sudah sepantasnya pustakawn
harus kompeten. Berikut profil pustakawan
berdasarkan jenjang jabatan fungsional
pustakawan.
Tabel. 2
Profil Pustakawan Berdasarkan Jenjang Jabatan
No.
Jenjang Jabatan
Jumlah
Porsen (%)
1.
Pustakawan Utama
12
1
2.
Pustakawan Madya
458
14
3.
Pustakawan Muda
644
20
4.
Pustakawan Pertama
477
14
5.
Pustakawan Penyelia
842
49
6.
Pustakawan Pelaksana
501
26
Pustakawan Pelaksana
842
16
Jumlah
3198
9
Lanjutan
7.
Sumber: Pangkalan data Pusat Pengembagan Pustakawan, Perpustakaan Nasional, Juni
2013
Tabel 2. Menunjukkan bahwa dari (20% 3198 orang , 12 orang (1 %) sebagai pustakawan
utama, 458 orang (14 %) sebagai pustakawan madya, 644 orang (20 %) sebagai pustakawan
muda, 477 orang (20 %) sebagai pustakawan pertama, 842 orang (49 %) sebagai pustakawan
penyelia, 501 orang (26%) sebagai pustakawan pelaksana lanjutan, 842 orang (16 %) sebagai
pustakawan pelaksana.
Secara umum data tersebut menggambarkan bahwa paling banyak pustakawan menduduki
jabatan pustakawan penyelia sebanyak 842 orang (49 %) dan yang paling sedikit adalah
pustakawan utama sebanyak 12 orang (1 %).
Data tersebut jika dikelompokan berdasarkan tingkatan jabatan pustakawan tingkat ahli dan
pustakawan tingkat terampil dapat dijelaskan dengan tabel sebagai berikut.
7
Tabel. 3
Profil Pustakawan Berdasarkan Tingkatan Jabatan
No.
Tingkatan Jabatan
Jumlah
Porsen (%)
1.
Pustakawan Ahli
1637
51
2.
Pustakawan Terampil
1561
49
Jumlah
3198
100
Sumber: Pangkalan data Pusat Pengembagan Pustakawan, Perpustakaan Nasional, Juni 2013
Tabel 3 menunjukkan bahwa pustakawan terampil lebih banyak jika dibandingkan dengan
pustakawan ahli, yaitu dari 3198 orang, 1637 orang (51%) merupakan pustakawan terampil
dan 1561 (49% ) orang merupakan pustakawan tingkat terampil.
Kondisi ini harus dicermati bahwa tingkatan jabatan fungsional pustakawan di Indonesia
sebagian besar masih pada kualifikasi teknisi atau penunjang profesional sehingga harus
ditingkatkan dari tingkat terampil ke tingkat ahli.
Guna meningkatkan kualitas jenjang jabatan fungsional pusakawan yang ada perlu dilakukan
beberapa hal, diantaranya : (1) Pustakawan mengikuti pendidikan formal S1 perpusdokinfo
atau S1 nonperpusdokinfo ditambah dengan diklat alih jalur. (2) Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Perpustakaan Nasional RI perlu mengadakan diklat alih jalur pustakawan lebih
sering lagi baik diadakan di Perpustakaan Nasional RI atau diadakan di provinsi-provinsi
atau bekerjasama dengan instansi yang membutuhkan.
3.2. ........................................................................................................Penilaian angka
kredit
Penilaian angka kredit ahli jalur dari pustakawan tingkat terampil ke pustakawan ahli tidak
diperhitungkan secara penuh. Angka Kredit yang dimiliki pustakawan pelaksana sampai
dengan pustakawan penyelia, yang akan digunakan untuk menentukan jabatan pada saat yang
bersangkutan beralih ke jabatan Pustakawan Tingkat Ahli dihitung sebesar 100 % Angka
kredit yang berasal dari unsur pendidikan formal ditambah 75 % angka kredit kumulatif yang
berasal dari kegiatan unsur utama yaitu tugas pokok (unsur pengorganisasian dan
pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber informasi dan unsur pemasyarakatan
perpusdokinfo) dan/atau ditambah angka kredit dari unsur kegiatan pengembangan profesi.
Sedangkan untuk unsur penunjang tidak diperhitungkan.
8
Penghitungan angka kredit ini dapat merugikan pustakawan yang akan
meningkatkan
kariernya ke jenjang pustakawan tingkat ahli dimana angka kredit yang telah dikumpulkan
tidak dapat diakui secara penuh.
Prinsip
dari
pengembangan
karier
adalah
bagaimana
seorang
pustakawan
dapat
mengumpulkan dan menambah angka kredit untuk naik ke jenjang pangkat maupun jabatan
yang lebih tinggi. Menyikapi permasalahan tersebut diatas ada beberapa solusi yang dapat
diambil, diantaranya:
Rumus 1 untuk ahli jalur untuk alih jalur dari pustakawan tingkat terampil ke pustakawan
tingkat ahli adalah sebagai berikut :
100 % pendidikan + 80 % (Unsur pokok dan pengembangan profesi)
Dengan rumusan ini maka seorang pustakawan tingkat terampil yang akan beralih jalur ke
pustakawan tingkat ahli tidak banyak mengalami pengurangan angka kredit. Angka 80 %
(Unsur pokok dan pengembangan profesi) ini mengacu pada angka kredit untuk pustakawan
yang melakukan tugas satu tingkat diatas jenjang jabatannya. Pada rumus ini unsur penunjang
tidak di perhitungkan. Berikut tabel rumus 1
Tabel 4. Rumus 1 Penilaian Angka Kredit Alih Jalur
No.
Unsur Kegiatan
Angka Kredit
1.
Pendidikan
100 %
2.
Pengorganisasian dan pendayagunaan
80 %
koleksi bahan pustaka/sumber informasi
3.
Pengembangan profesi
80 %
Tabel 4 menunjukkan bahwa Unsur pendidikan 100 % artinya pustakawan yang akan beralih
jalur unsur pendidikan yang didapatnya diakui secara penuh, Unsur pengorganisasian dan
pendayagunaan koleksi bahan pustaka /sumber informasi 80 % artinya pustakawan yang akan
beralih jalur unsur ini hanya diakui 80 % hal ini mengacu pada penilaian angka kredit yang
tertuang dalam juknis jabatan pustakawan dan angka kreditnya pada Bab V “Pustakawan yang
melaksanakan tugas di atas jenjang jabatannya, angka kredit yang diperoleh ditetapkan
sebesar 80 % (delapan puluh persen) dari setiap angka kredit butir kegiatan yang dilakukan”.
Unsur pengembangan 80 % artinya artinya pustakawan yang akan beralih jalur unsur ini
hanya diakui 80 % hal ini juga mengacu pada penilaian angka kredit.
9
Rumus 2 untuk alih jalur dari pustakawan tingkat terampil ke pustakawan tingkat ahli adalah
sebagai berikut :
100 %
pendidikan + 80 % (Unsur pokok +
pengembangan profesi +
unsur
penunjang).
Dengan rumusan ini maka seorang pustakawan tingkat terampil yang akan beralih jalur ke
pustakawan tingkat ahli tidak banyak mengalami pengurangan angka kreditnya. Angka 80 %
(Unsur pokok dan pengembangan profesi) ini mengacu pada angka kredit untuk pustakawan
yang melakukan tugas satu tingkat diatas jenjang jabatannya. Berikut rincian rumus 2 yang
dituangkan dalam bentuk tabel rumus 2.
Tabel 5. Rumus 2 Penilaian Angka Kredit Alih Jalur
No.
Unsur Kegiatan
Angka Kredit
1.
Pendidikan
100 %
2.
Pengorganisasian dan pendayagunaan
80 %
koleksi bahan pustaka/sumber informasi
3.
Pengembangan profesi
80 %
4.
Penunjang
80 %
Tabel 5 menunjukkan bahwa unsur pendidikan 100 % artinya pustakawan yang akan beralih
jalur unsur pendidikan yang didapatnya diakui secara penuh, unsur pengorganisasian dan
pendayagunaan koleksi bahan pustaka /sumber informasi 80 % artinya pustakawan yang akan
beralih jalur unsur ini hanya diakui 80 % hal ini mengacu pada penilaian angka kredit, unsur
pengembangan profesi 80 % artinya pustakawan yang akan beralih jalur unsur ini hanya
diakui 80 %, unsur penunjang 80 % artinya pustakawan yang akan beralih jalur unsur ini
hanya diakui 80 %.
Pada rumus ini unsur penunjang juga di perhitungkan sebesar 80 % sehingga pustakawan
tingkat terampil yang telah melakukan kegiatan pengembangan profesi tidak mengalami
kerugian.
3.3. ........................................................................................................Perbedaan
persepsi antara pustakawan, tim penilai, bagian kepegawaian dalam proses alih jalur
10
Perbedaan persepsi antara pustakawan, tim penilai, bagian kepegawaian dalam proses alih
jalur dari pustakawan tingkat terampil kepustakawan tingkat ahli. Sering terjadi perbedaan
persepsi antara tim penilai (sekretariat tim penilai), bagian kepegawaian (BKD atau BKN) dan
atasan langsung sehingga menghambat dalam proses alih jalur pustakawan tingkat terampil ke
tingkat ahli. Di beberapa instansi sering terjadi masalah dalam proses ahli jalur, meskipun
petunjuk dan aturannya sudah jelas namun masih saja beberapa unit terkait memiliki
penafsiran yang berbeda dalam proses alih jalur sehingga pustakawan yang tingkat terampil
sering tertunda peralihannya ketingkat ahli karena antara tim penilai dengan BKD sering
bertentangan dalam menerapkan proses alir jalur.
Permasalahan tersebut dapat diatasi sebgai berikut
Perlu adanya koordinasi yang
berkesinambungan antara tim penilai bagian kepegawaian (BKD atau BKN) dan atasan
langsung sehingga memiliki kesamaan persepsi terhadap memahami dan menerapkan alih
jalur pustakawan. Perpuskaan Nasional RI selaku pembina jabatan fungsional pustakawan
perlu melakukan monitoring dan evaluasi terhadap ke beberapa instansi terutama dalam
penerapan proses kerja tim penilai dan bagian yang terkait, apakah sudah sesuai dengan
prosedur dan ketentuan yang berlaku, jika belum perlu diadakan bimbingan teknis atau
koordinasi sehingga mulai dari tingkat pusat, instansi, provinsi, kabupaten/kota memiliki
standar yang sama dalam hal penilaian dan dalam proses alih jalur.
3.4.................................................................................................. Profesionalisme
pustakawan
Pekerjaan pustakawan terampil dengan ahli jelas berbeda. Kenyataan dilapangan sering sekali
pustakawan terampil yang sudah beralih ke tingkat ahli tidak mampu mengerjakan pekerjaan
tingkat ahli terutama dalam hal pengkajian pengembangan perpusdokinfo. Hal ini sering
terjadi pada pustakawan tingkat terampil yang mengambil pendidikan S1 nya non
perpusdokinfo. Untuk beralih ke tingkat ahli maka yang bersangkutan harus mengikuti Diklat
Pustakawan Tingkat Ahli (alih jalur), mengingat waktu diklat yang cukup singkat sehingga
berdampak pada pelaksanaan dilapangan ketika pustakawan tersebut mengerjakan pekerjaan
tingkat ahli. Memang secara logika pasti terjadi perbedaan antara pustakawan yang mengikuti
pendidikan minimal 2 atau 3 tahun S1 perpusdokinfo dengan pustakawan yang S1 bidang lain
hanya ditambah pengetahuan perpusdokinfo atau pekerjaan tingkat ahli melalui diklat
pustakawan tingkat ahli (ahli jalur) yang hanya ditempuh dalam 1 sampai dengan 3 bulan.
11
Apakah mungkin dengan waktu pendidikan (diklat) yang singkat ini akan sama kualitasnya
dengan pustakawan yang menempuh pendidikan formal dengan waktu yang cukup lama.
Memang belum dapat dipastikan bahwa mereka yang menempuh pendidikan yang lebih lama
yang lebih berkualitas atau lebih mampu mengerjakan pekerjaan pustakawan tingkat ahli
dibanding yang hanya mengikuti diklat dalam waktu yang singkat.
Perlu dilakukan penelitian kecil untuk mengetahui kemampuan dalam melaksanakan tugas
pustakawan tingkat ahli antara mereka yang berpendidikan S1 perpusdokinfo dengan S1
bidang lain ditambah diklat alih jalur. Sehingga nanti akan terungkap siapakah yang lebih
mampu dalam menjalankan tugas pustakawan tingkat ahli, apakah yang berlatar belakang S1
perpusdokinfo atau S1 bidang lain ditambah diklat ahli jalur? Bagi pustakawan ahli yang
nantinya tidak mampu melakukan pekerjaan pustakawan tingkat ahli terutama pengkajian
pengembangan perpusdokinfo, maka perlu diuji kompetensi kembali di bagian atau butir
kegiatan yang mereka kurang mampu melaksanakannya. Membuat pelatihan di lingkungan
instansi sendiri atau bekerjasama dengan Perpustakaan Nasional RI untuk membina, mendidik
pustakawan tingkat ahli yang kurang mampu dibidang tertentu. Sebagai contoh ketika
pustakawannya lemah dibidang pengkajian, jadi perlu dibuat diklat diinstansi sendiri
memfokuskan
pada
kompetensi
pengkajian
dengan
mengundang
instruktur
yang
berpengalaman baik dari instansi sendiri atau dari luar dengan harapan selesai mengikuti
diklat tersebut pustakawan tersebut mampu melakukan kegiatan pengkajian. Sebab kalau
diklatnya harus ke pusat atau ke instansi yang jauh dan harus masuk asrama dengan waktu
yang lama dapat menimbulkan kejenuhan pustakawan sehingga hasilnya tidak maksimal.
4. Penutup
4.1. Kesimpulan
1. .......................................................................................................... Peningkatan
kualitas pendidikan pustakawan di jenjang fungsional pustakawan tingkat terampil perlu
ditingkatkan. Diantaranya melanjutkan ke jenjang S1 perpusdokinfo maupun S1
nonperpusdokinfo ditambah dengan diklat alih jalur.
2. .......................................................................................................... Penilaian angka
kredit alih jalur dari pustakawan tingkat terampil ke pustakawan ahli dengan rumus 100 %
pendidikan + 80 % (unsur pokok + pengembangan profesi) perlu ditinjau kembali agar
tidak merugikan pustakawan.
12
3. .......................................................................................................... Perlu
adanya
koordinasi yang terpadu dan serasi antara lembaga/unit/instansi terkait dengan
Perpustakaan Nasional RI, Badan Kepegawaian Daerah dan Badan Kepegawaian Nasional
dalam
memahami
aturan
Menteri
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
No.
132/KEP/M.PAN/12/2002 dan Keputusan Bersama Kepala Perpustakaan Nasional RI dan
Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 23 Tahun 2003 dan No. 21 Tahun 2003, Peraturan
Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 : Tentang
Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya.
4. .......................................................................................................... Pustakawan yang
telah beralih ke jenjang pustakawan tingkat ahli perlu meningkatkan kualitas kerjanya
melalui kegiatan: (1) pengkajian dan pengembangan perpusdokinfo (2) Menulis tentang
perpusdokinfo (3) membuat dan atau menyusun panduan, pedoman, standar perpusdokinfo.
4.2. Saran
1. .......................................................................................................... Lembaga/instansi
/badan yang terkait memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada pustakawan
tingkat terampil untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
(sarjana)
2. .......................................................................................................... Perpustakaan
Nasional RI sebagai pembina jabatan fungsional pustakawan kiranya dapat melakukan
revisi terhadap rumusan penilaian untuk pustakawan yang akan beralih dari pustakawan
tingkat terampil ke pustakawan tingkat ahli.
3. .......................................................................................................... Perpustakaan
Nasional RI sebagai pembina jabatan fungsional pustakawan sudah selayaknya dapat
menjadi fasilitator yang dapat memberikan arahan atau kordinasi antara tim penilai
(sekretariat tim penilai), bagian kepegawaian BKD/BKN, atasan langsung disetiap
instansi. Bila memungkinkan bagian tersebut seluruh Indonesia di undang dalam satu
forum untuk menyamakan persepsi terhadap peraturan dan prosedur yang berlaku terkait
dengan jabatan fungsional pustakawan dengan harapan terjadi standarisasi atau
keseragaman dalam penilaian jabatan fungsional pustakawan.
4. .......................................................................................................... Pustakawan
disarankan membentuk kelompok diskusi baik di lingkungan unit kerja maupun antar unit
kerja guna meningkatkan kemampuannya dalam mengkaji dan mengembangkan
13
perpustakaan, kemampuan menulis serta menyusun panduan, pedoman, standar tentang
perpusdokinfo.
DAFTAR PUSTAKA
Gusti Ayu Komang Suryati. Sekilas Alih Jalur Pustakawan Tingkat Terampil
untuk Meniti Puncak Karier Jabatan Fungsional. 2011
Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang
Perpustakaan. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2007.
Kartini. Pengantar jabatan fungsional pustakawan. Bahan ajar diklat Tim penilai
jabatan fungsional pustakawan. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2006.
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka
Kreditnya : Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.
132/KEP/M.PAN/12/2002 dan Keputusan Bersama Kepala Perpustakaan Nasional RI
dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 23 Tahun 2003 dan No. 21 Tahun 2003 .
Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2012.
----------. Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008
: Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya .
Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2012
Racman Herman S., Zulfikar Zen. Etika kepustakawan : suatu pendekatan
terhadap kode etik pustakawan Indonesia.
14
Sarwidiarti Mrihastuti. Prosedur pengusulan penilaian angka kredit. Bahan ajar
diklat Tim penilai jabatan fungsional pustakawan. Jakarta : Perpustakaan
Nasional RI, 2006.
Suharyanto. Pengembangan Profesi Pustakawan. 2011.
pusbangkol.pnri.go.id/.../PENGEMBANGAN%20PRO.
Supriyanto. Pengembangan Jabatan Fungsional Pustakawan. Materi Diklat,2012.
Titiek Kismiayati. Opong Sumiati. Bidang kegiatan pustakawan dan unsur-unsur
yang dinlai Bahan ajar diklat Tim penilai jabatan fungsional pustakawan.
Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2006.
Tri Listiyowati. Tugas pokok dan fungsi tim penilai jabatan fungsional
pustakawan. Bahan ajar diklat Tim penilai jabatan fungsional pustakawan.
Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2006.
15