Manajemen Krisis dalam Industri Pertania

0BM

Krisis pada Industri Bisa Diramal

(Bogor, Juni 2007) - Krisis dalam perusahaan agroindustri dapat dideteksi dan diramalkan.
Berbagai metoda dapat digunakan dalam peramalan, penyusunan peringatan dini,
penetapan tingkat krisis maupun penyajian alternatif solusinya. Wartawan senior Albert
Kuhon (53) menggabungkan logika fuzzy, sistem pakar, metoda analisis finansial dan
teknik-teknik peramalan; menyusunnya menjadi sebuah model manajemen krisis bagi
perusahaan agroindustri.
Hasil penelitiannya kemudian diracik menggunakan paduan pemrograman Delphi
7 dan Matlab 7, yang dilengkapi dengan penyusun database Access 2003 dan Excel 2003,
sehingga dihasilkan model berupa piranti yang dinamakan CrismanSoft. Asupan data
terhadap CrismanSoft, digunakan meramalkan keadaan atau situasi pada kurun waktu
tertentu sehingga krisis dapat diketahui sebelum terjadi.
Demikian diungkapkan Albert Kuhon selaku promovendus dalam ujian terbuka di
Kampus Institut Pertanian Bogor Senin (11/6) pagi. Sidang ujian terbuka dipimpin oleh Dr
Ir Anas M Fauzi MEng, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian yang mewakili Rektor IPB.
Selama penelitian sampai ujian terbuka, promovendus dibimbing oleh komisi yang
diketahui Dr Ir Irawadi Jamaran. Komisi Pembimbing beranggotakan Prof Dr Ir Djumali
Mangunwijaya DEA, Prof Dr Ir Marimin MSc, Dr Ir Amril Aman MSc dan Dr Ir Yandra

Arkeman MEng. Sementara itu Dr Ishadi SK dan HS Dillon PhD bertindak sebagai penguji
luar komisi.
Dalam menetapkan krisis internal di perusahaan agroindustri, Kuhon menelaah
tingkat krisis yang terjadi pada aspek bahan, aspek teknologi, aspek sosial serta aspek
ekonomi dan finansial. Gabungan dari krisis pada masing-masing aspek tersebut dihitung
dan diproyeksikan pada kuadran Fink. Besarnya krisis ditentukan dari dampak yang
ditimbulkan dan peluang terjadinya krisis itu. Model CrismanSoft menyajikan alternatif
solusi terhadap krisis, berdasarkan tingkat krisis tersebut.

KUNING
Tinggi
Rendah

Nilai dampak krisis

10

Tinggi
Tinggi
MERAH


0

100
Peluang krisis (%)

Rendah

Rendah

Rendah

HIJAU

Tinggi

KELABU
0

Gambar 1. Diagram Barometer Krisis menggunakan Kuadran Fink.


Albert Kuhon menempuh pendidikan Strata 3 (S3) pada Program Studi Teknologi
Industri Pertanian, Sekolah Pascasarjana IPB. Ia mulai kuliah di sana pada tahun 2000,
semasa masih berjabatan Produser Eksekutif pada Liputan 6 di SCTV. Ia lulus sebagai
Insinyur dari Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada tahun 1981.
Kemudian menjadi wartawan di Harian Kompas sampai tahun 1989. Tahun 1990 ia
ditugaskan menjadi Kepala Biro Koresponden Harian Suara Pembaruan di Amerika
Serikat, dan menyelesaikan program Magister pada Graduate School of Technology
Management di University of Maryland.
Krisis
Krisis secara umum diartikan sebagai peristiwa yang datang secara mendadak dan
mengakibatkan atau mengundang risiko besar yang tidak mudah dikendalikan.
Kebanyakan krisis dalam masyarakat dihubungkan dengan kejadian besar yang
menimbulkan korban nyawa atau kerugian material sangat nyata. Di kalangan perusahaan
atau industri, krisis seringkali diartikan sebagai peristiwa mendadak yang mengakibatkan
atau dapat mengundang keruntuhan reputasi dan melumpuhkan peluang perusahaan dalam
pertumbuhan, memperoleh keuntungan, atau bahkan bertahan (profits, growth and
survival). Ukuran setiap krisis ditentukan berdasarkan parameter mengenai besarnya
dampak kerugian yang ditimbulkan peristiwa itu.
Penelitian mengenai manajemen krisis di lingkungan industri, terutama manajemen

krisis dalam bidang agroindustri, sampai saat ini masih langka. Hasil penelitian terhadap
ratusan krisis yang terjadi selama dekade 1981-1991 di Amerika Serikat menunjukkan
perusahaan pengecer makanan, restoran dan usaha makanan cepat saji (fast food) serta
agroindustri (termasuk juga perikanan dan perkebunan) memiliki tingkat risiko sedang atau
medium terhadap krisis. Selain itu, risiko dan peluang kerugian finansial pada perusahaan
agroindustri tergolong sangat tinggi.
Penelitian ini menggunakan perusahaan tapioka sebagai studi kasus karena industri
tapioka merupakan salah satu jenis agroindustri yang rawan terhadap krisis internal.
Dengan teknologinya yang sangat sederhana, industri tapioka tergolong padat karya dan
sangat dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku. Perubahan harga bahan baku,
ketersediaan uang tunai di perusahaan dan cuaca serta mutu prasarana fisik (jalan raya)
sangat berpengaruh terhadap pasokan ubikayu yang menjadi bahan dasar pengolahan
tapioka. Proses pengolahan tapioka juga sangat dipengaruhi oleh kelancaran pasokan air
dan bahan bakar. Makin ketatnya peraturan mengenai kelestarian lingkungan hidup dan
pengendalian pencemaran serta keterbatasan penyediaan bahan baku ubikayu,
meningkatkan kemungkinan krisis bagi industri tapioka di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan merekayasa dan menyusun model manajemen krisis
menggunakan akuisisi pengetahuan pakar dan teknik-teknik pengambilan keputusan
berbasis logika fuzzy dan analisis ekonomi. Model simulasi yang dihasilkan merupakan
piranti yang dapat menyajikan peringatan dini dan dampak maupun peluang krisis internal

perusahaan agroindustri dan menyuguhkan alternatif solusi bagi krisis tersebut.
Konfigurasi Model
Konfigurasi model pengelolaan krisis CrismanSoft tersusun atas Sistem
Manajemen Basis Data (Data Base Management System), Sistem Manajemen Basis Model
(Model Base Management System) dan Sistem Manajemen Basis Pengetahuan (Knowledge

Base Management System). Ketiga sistem itu dihubungkan dengan Sistem Pengolahan
Data (data processing) yang menjadi penghubung antar sistem, yang kemudian
berinteraksi dengan Sistem Manajemen Dialog yang berfungsi sebagai tampilan bagi
pengguna (user interface). Asupan data terhadap model tersebut, setelah diolah bisa
menghasilkan gambaran mengenai dampak dan peluang terjadinya krisis serta pilihanpilihan tindakan guna mencegah atau menanggulangi krisis tersebut.

Sistem Manajemen
Basis Data
Sumber Data
(Bahan baku, bahan
pembantu, air, produksi,
hasil peramalan, finansial,
solusi dll)


Sistem Esktraksi Data

Fungsi Manajemen
Basis Data

Sistem Manajemen
Basis Model
q Sub Model Krisis
Bahan
q Sub Model Krisis
Finansial
q Sub Model Krisis
Teknologi
q Sub Model Krisis
Sosial
q Sub Model
Alternatif Solusi
dan Biaya Krisis

Sistem Manajemen

Basis Pengetahuan
Pengetahuan Pakar
Manajemen Krisis
(Penetapan peluang krisis,
analisis krisis sosial &
krisis teknologi, dan
alternatif solusi)

Inference Engine

(asupan, tambahan, edit dan
perubahan lainnya)

Sistem Pengolahan Problematik

Sistem Manajemen Dialog

Pengguna

Gambar 2. Konfigurasi model manajemen krisis.

Pengumpulan data lapang dan penyerapan pengetahuan merupakan bagian utama
pada pembentukan sistem pakar dalam model pengelolaan krisis CrismanSoft. Penyerapan
pengetahuan para praktisi pengelolaan industri tapioka dilakukan melalui wawancara dan
angket, kemudian hasilnya diolah dengan inferensi fuzzy sehingga model yang dibentuk
melalui dapat bertindak seperti penalaran para praktisi yang diakuisisi pendapatnya dalam
pengambilan keputusan mengenai krisis tertentu. Analisis kelayakan usaha yang dilakukan
dalam model manajemen krisis ini menggunakan perhitungan Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), manfaat netto atau Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), tingkat
pengembalian modal atau Return on Investment (ROI), titik impas atau Break Even Point
(BEP), dan perioda pengembalian modal atau Pay Back Period (PBP).
Pengambilan keputusan dalam model pengelolaan krisis CrismanSoft dilakukan
melalui suatu sistem pakar yang didukung teknik fuzzy non-numerik. Keluaran analisis
krisis komprehensif merupakan agregasi dari dampak dan peluang krisis bahan, krisis
teknologi, krisis sosial dan krisis finansial. CrismanSoft merupakan paket aplikasi
komputer yang bisa melakukan analisis mengenai krisis internal perusahaan agroindustri
dan menyajikan solusi terhadap krisis tersebut.

Validasi dan verifikasi
Validasi dan verifikasi terhadap CrismanSoft menunjukkan model manajemen
krisis bagi perusahaan agroindustri yang direkayasa cukup sahih dan memiliki kemampuan

sebagaimana ditetapkan dalam tujuan pembentukannya. Validasi terhadap model-model
matematis yang digunakan dalam pemulusan CrismanSoft dilakukan dengan penetapan
tingkat akurasinya melalui pemantauan tingkat kesalahan menggunakan antara lain
instrumen MAPE (Mean Absolute Percentage Error ), MPE (Mean Percentage Error ) dan
PE (Percentage Error ). Selain itu, dilakukan juga ujicoba CrismanSoft menggunakan data
dari perusahaan tapioka yang berbeda. Kita bisa juga mengukur akurasi pemulusan
menggunakan nilai R-square dan Adjusted R-square sebagaimana telah dibahas di bagian
depan disertasi ini.
Verifikasi terhadap CrismanSoft dilakukan guna memastikan bahwa model
manajemen krisis ini terbebas dari kekeliruan proses logis (logical errors) sehingga dapat
berfungsi sesuai dengan tujuan rekayasanya. Langkah verifikasi dilaksanakan antara lain
dengan penelisikan (debugging) berulang guna mengurangi kesalahan masing-masing
modul sebelum memadukannya menjadi suatu kesatuan. Verifikasi model manajemen
krisis ini antara lain dilakukan dengan memeriksa kemampuan kinerja model, ketepatan
interface antara model yang dibentuk dengan aplikasi lainnya.
Langkah verifikasi di antaranya dilakukan dengan membandingkan metoda
pemulusan (bersamaan dengan pelaksanaan validasi) bagi semua data yang diperkirakan
atau diramal guna dijadikan asupan bagi model. Verifikasi secara uji dinamik atau dynamic
testing terhadap kemampuan model dalam menyajikan peringatan dini, penghitungan
dampak krisis maupun peluang terjadinya krisis, dilaksanakan dengan menelusuri langkahlangkah yang ditempuh oleh model ketika memroses data yang dijadikan asupan, sampai

diperoleh kesimpulan yang ditargetkan. Pada penelusuran dilakukan juga pembandingan
antara hasil yang ditampilkan oleh model menggunakan data Januari 2000-Agustus 2006
dengan hasil yang ditampilkan oleh model menggunakan data Januari 2000-Desember
2006.
Implementasi
Hasil ujicoba menunjukkan model ini mampu secara konsisten mewakili kinerja
kepakaran yang digantikannya dalam manajemen krisis pada perusahaan agroindustri
tapioka, baik dalam analisis krisis maupun dalam penyajian rekomendasi solusinya. Hasil
analisis krisis disajikan dalam kuadran barometer krisis yang dicanangkan oleh Fink (Fink,
1986). Implementasi model ini pada perusahaan agroindustri memerlukan seri data
setidaknya 30 bulan, pembaruan (update) data secara kontinyu yang diikuti dengan
pemilihan metoda pemulusan yang tepat.
Model yang dihasilkan merupakan piranti yang menggunakan akuisisi pengetahuan
pakar dan teknik-teknik pengambilan keputusan berbasis logika fuzzy dan analisis ekonomi
dalam penyajian peringatan dini mengenai krisis internal, analisis dampak dan peluang
krisis internal maupun penyajian rekomendasi solusinya. Implementasi CrismanSoft pada
perusahaan tapioka di Lampung Timur menggunakan data Januari 2000-Desember 2006
menghasilkan proyeksi situasi bulan Februari 2007 yang cukup aman. Dampak Krisis
Komprehensif 2,9 (pada skala 1-10) dengan peluang terjadinya krisis komprehensif 33
persen.


Rekomendasi alternatif penanganan krisis diperoleh dari usulan para pakar yang
merupakan praktisi manajemen pada perusahaan tapioka. Pemilihan alternatif penanganan
krisis dilakukan menggunakan aturan (rule base) if-then dengan memperhitungkan
proyeksi dampak maupun peluang masing-masing krisis yang dihadapi oleh perusahaan.
Model manajemen krisis yang dihasilkan dapat diimplementasikan pada
perusahaan agroindustri maupun industri lain, namun memerlukan penyesuaian dalam
penetapan faktor-faktor penentu krisis maupun besaran-besaran yang menjadi batas antara
keadaan krisis dengan keadaan normal. Selain itu, diperlukan juga penetapan kembali
asumsi-asumsi yang dipersyaratkan bagi keberlangsungan simulasi manajemen krisis
sebagaimana dirancang dalam penelitian ini.*****
DAFTAR PUSTAKA
1. Augustine, N. R. (1995). Managing the Crisis You Tried to Prevent dalam Harvard
Business Review, Nov/Dec 1995, p 147-158.
2. Bartlett, C. A. dan Ghoshal, S. (1995). Changing the Role of Top Management dalam
Harvard Business Review, May/June 1995, p 132-142.
3. Barton, Laurence (1993). Crisis in Organizations: Managing and Communicating in
the Heat of Chaos. Cincinnati (Ohio): South Western Publishing Co.
4. Betz, F. (1993). Strategic Technology Management. New York: McGraw-Hill Inc.
5. Begelow, J. (editor) (1991). Managerial Skills. Newbury Park (CA): Sage Publication.
6. Blanchard, B. S. (1998). System Engineering Management (2nd ed). New York: John
Wiley & Sons, Inc.
7. Blanchard, B. S. & Fabrycky, W. J (1981). System Engineering and Analysis.
Englewood Cliffs (NJ): Prentice Hall, Inc.
8. Booth, S. A. (1993). Crisis Management Strategy. London: Routledge.
9. Boulton, D. (1978). The Lockheed Papers. London: Jonathan Cape.
10. Brenneman, G. (1998). Right Away and All at Once: How We Saved Continental
dalam Harvard Business Review, Sep/Oct 1998.
11. Coyle, R. G. (1995). System Dynamics Modeling. London: Chapman & Hall.
12. Crandall, W. R. dan Menefee, ML, (1996). Crisis management in the Midst of Labor
Strife: Preparing for the Worst dalam SAM Advanced Management Journal, Winter
1996. Vinton (Virginia): Society for Advancement of Management.
13. Daihani, D.U. (2001). Komputerisasi Pengambilan Keputusan. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
14. David, F.R. (1993). Strategic Management. New York: McMillan Pub. Co.
15. Doherty, N.A. (2000). Integrated Risk Management. New York: McGraw-Hill Inc.
16. Doherty, N.A. (1985). Corporate Risk Management. New York: McGraw-Hill Book
Co.
17. Dubois, D. and H. Prade (1980). Fuzzy Sets and Systems: Theory and Applications.
New York: Academic Press.
18. Durlach, Nathaniel I. & Mavor, AS, (editors). (1994). Virtual Reality. Washington
(DC): National Academy Press.
19. Eriyatno (1998), Ilmu Sistem: Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen. Bogor:
IPB Press.
20. Ernst, C.J. (1988). Management Expert Systems. Wokingham (England): AddisonWesley Pub. Co.
21. Evans, JR & Olson, DL (2002). Simulation and Risk Analysis. Upper Saddle River
(New Jersey): Prentice Hall.
22. Fearn-Banks, K. (1996), Crisis Communications. Mahwah (NJ): Lawrence Erlbaum
Assoc., Pub.
23. Ferdinand, A (2002). Structural Equation Modeling dalam Penelitian Manajemen.
Semarang: BP Undip.
24. Fink, S. (1986), Crisis Management: Planning for the Inevitable. New York: Amacom.

25. Gates, B & Hemingway, C. (2000). Business @ the Speed of Thought (terjemahan).
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
26. Gittinger, J. P. (1986). Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian (terjemahan).
Jakarta: UI Press.
27. Glen, J. D. (1993). How Firms in Developing Countries Manage Risk. Washington
(DC): The World Bank.
28. Goldsmith, M dan Beckhard, R, The Organization of the Future. San Francisco: JosseyBass Pub.
29. Gonzales-Herrero, A dan Pratt, C.B. (1995). How to Manage Crisis Before or
Whenever It Hits dalam Public Relation Quarterly, Spring 1995.
30. Gottschalk, J. A. (editor) (1993). Crisis Response. Detroit: Visible Ink.
31. Graham, K. (1991). Crisis Management: Planning and Coping Internationally dalam
Nally, M. International Public Relation in Practice. London (UK): Kogan Page.
32. Hambrick, D.C. dan Cannella, A. A. Jr (1994). Strategic Convergence dalam Hardy, C.
Managing Strategic Action. Newbury Park (CA): Sage Publication.
33. Harmon, P., Maus, R. & Morrissey, W. (1988). Expert Systems Tools and Applications.
New York: John Wiley & Sons, Inc.
34. Hendricks, W. (2000). Bagaimana Mengelola Konflik (terjemahan). Jakarta: Bhumi
Aksara.
35. Hill, L & Wetlaufer, S. (1998). Leadership When There Is No One to Ask dalam
Harvard Business Review, Jul/Aug 1998.
36. Honeycutt, J (2000). Knowledge Management Strategies-Strategi Manajemen
Pengetahuan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
37. Humprey, J. & Kaolinsky, R. (1998). Corporate Restructuring. New Delhi: Response
Books.
38. Hurst, D. K. (1995). Crisis and Renewal. Boston: Harvard Business School Press.
39. Indrajit, R. I. (2000). Manajemen Sistem Informasi dan Teknologi Informasi. Jakarta:
Elex Media Komputindo.
40. Isselbacher, KJ & Upton, AC (editors). (1994). Science and Judgment in Risk
Assessment. Washington (DC): National Academy Press.
41. Jackson, M. C. (2000). Systems Approaches to Management. New York: Kluwer
Academic/Plenum Publishers.
42. Jackson, P & Center, A. H. (1995). Public Relation Practices. Upper Saddle River (New
Jersey): Prentice Hall.
43. Jang, J..S. R, and Sun, C.T. (1997). Neuro-Fuzzy and Soft Computing: A
Computational Approach to Learning and Machine Intelligence. New York: Prentice
Hall.
44. Janis, I.J. (1989). Crucial Decisions: Leadership in Policymaking and Crisis
Management. New York: the Free Press.
45. Jeffkins, F. (1987). Public Relation for Your Business. London (UK): Mercury Books.
46. Kahaner, L. (1998). Competitive Intelligence (terjemahan). Jakarta: PT Prenhallindo.
47. Kaufmann, A. (1968). The Science of Decision Making. London: World University
Library.
48. Kendall, K.E. & Kendall, J.E. (2002). Systems Analisis and Design. Upper Saddle
River (NJ): Pearson Education Inc.
49. Kennedy, K. (chair editor), (1996) Computing and Communications in the Extreme.
Washington (DC): National Academy Press.
50. Kosasi, S. (2002). Sistem Penunjang Keputusan. Jakarta: Ditjen Dikti, Departemen
Pendidikan Nasional.
51. Kreitner, R. (1986). Management. Boston: Houghton Mifflin
52. Kusumadewi, S. (2003). Artificial Intelligence (Teknik dan Aplikasinya). Yogyakarta:
Graha Ilmu.
53. Law, AM & Kelton, WD (1991). Simulation Modeling and Analysis. New York:
McGraw-Hill
54. Leigh, W. E. & Doherty, M. E. (1986). Decision Support and Expert Systems.
Cincinnati: South-Western Publishing Co.
55. Lerbinger, O. (1997). The Crisis Manager. Mahwah (NJ): Lawrence Erlbaum Ass.
Publishers.

56. Levin, R.I. et al. (2000). Pengambilan Keputusan Secara Kuantitatif Edisi ke 7. Jakarta:
PT Radja Grafindo Persada.
57. Levin, R.I.; Drang, D.E. & Edelson, B. (1990). AI and Expert Systems (2nd ed.). New
York: McGraw-Hill Inc.
58. Lippitt, G. L. (1994). Managing Conflict in Today’s Organization dalam Mainiero and
Tromley. Developing Managerial Skills in Organizational Behaviour. Englewood
Cliffs (NJ): Prentice Hall.
59. Lootsma, F.A. (1993). Scale Sensitivity in the Multiplicative AHP and SMART,
Journal of Multi-Criteria Decision Analysis 2, 87-110
60. Mallozzi, C. (1994). Facing the Danger Zone in Crisis Communication. Risk
Management. January 1994.
61. Mamdani, E.H. (1977). "Applications of fuzzy logic to approximate reasoning using
linguistic synthesis," IEEE Transactions on Computers, Vol. 26, No. 12, pp. 11821191, 1977.
62. Mamdani, E.H. (1976). "Advances in the linguistic synthesis of fuzzy controllers,"
International Journal of Man-Machine Studies, Vol. 8, pp. 669-678, 1976.
63. Marimin (2004). Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk.
Jakarta: Grasindo.
64. Marimin (2002). Teori dan Aplikasi Sistem Pakar dalam Teknologi Manajerial. Bogor:
IPB Press dan Program Pascasarjana IPB.
65. McKenney, J.L. (1995). Wave of Changes. Boston (MA): Harvard Business School
Press.
66. McLeod, R. H. & Garnaut, R. (editors) (1998). East Asia in Crisis. London: Routledge.
67. McLeod, R. Jr (2001). Sistem Informasi Manajemen (terjemahan). Jakarta: PT
Prehallindo.
68. Midgley, G. (2000). Systemic Intervention. New York: Kluwer Academic.
69. Miller, D. (1988). Organizational Pathology and Industrial Crisis dalam Industrial
Crisis Quarterly, Mar 1988, v2 no 1, p. 65-74.
70. Mitroff, I.I, Pearson, C.M. & Harrington, I.K. (1996). The Essential Guide to Managing
Corporate Crises. New York: Oxford University Press.
71. Mitroff, I. I. (2001). Managing Crises. New York: Amacom.
72. Moscovici, S & Doise, W. (1994). Conflict & Consensus. London: Sage Publications.
73. Pauchant, T. & Mitroff, I. (1992). Transforming the Crisis Prone Organization. San
Francisco: Jossey-Bass.
74. Perrow, C. (1984). Normal Accidents. New York: Basic Book.
75. Purcell, W.D. (1991). Agricultural Futures & Options. New York: Macmillan Pub. Co.
76. Quanjel, MMH et al (1998). CRISISLAB, Evaluation and Improvement of Crisis
management Through Simulation/Gaming dalam Simulation & Gaming, Dec 1998 v29
i4 p450(1)
77. Saaty, T. L. (1996), Decision Making with Dependence and Feedback: The Analytic
Network Process. Pittsburgh, USA: RWS Publications.
78. Saaty, T. L. (1993), Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Seri Manajemen
No.134. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo.
79. Salusu, J. (1996). Pengambilan Keputusan Stratejik. Jakarta: Grasindo.
80. Schonberger, R.J. (2001). Let’s Fix It: Overcoming the Crisis in Manufacturing. New
York: the Free Press.
81. Selbst, P. (1978). The Containment and Control of Organizational Crises, dalam
Sutherland, J (ed), Management Handbook for Public Administrators. New York: Van
Nostrand.
82. Sharma, A & Kesner, I.F. (1997). When an Executive Defects dalam Harvard Business
Review, Jan/Feb 1997.
83. Shrivastava, P. (1987). Bhopal: Anatomy of Crisis. Cambridge (MA): Bollinger.
84. Stevenson, W.J. (1999). Production Operation Management. Boston: Irwin McGrawHill.
85. Sugiarto dan Harijono. (2000). Peramalan Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
86. Turban, E dan Aronson, JE (2001). Decision Support Systems and Intelligent Systems.
Upper Saddle River (New Jersey): Prentice Hall.

87. White, J & Mazur, L. (1998), Strategic Communications Management. Harlow (UK):
Addison-Wesley Pub. Co.
88. Whitten, J.L., Bentley, L.D., & Dittman, KC (2004). Metoda Disain dan Analisis
Sistem (terjemahan edisi 6). Yogyakarta: Penerbit Andi.
89. Wilkins, L. & Patterson, P. (1991). Risky Business. New York: Greenwood Press.
90. Wright, P., Kroll, M.J. & Parnell. J. (1996). Strategic Management: Concepts & Cases.
Eaglewood Cliffs (NJ): Prentice Hall.
91. Zeleny, M. (1982). Multiple Criteria Decision Making. New York: McGraw-Hill Book
Co.
92. Zhu, Z (1999). Systems Approaches: Where the East Meets the West? dalam World
Future vol 53, pp 253-276

Kata kunci: manajemen krisis agroindustri, sistem pakar, deteksi dini, pencegahan krisis,
metoda fuzzy, sistem penunjang keputusan
contact:
oomjabrik@yahoo.com
+62811 131 535