manusia dalam islam manusia dicip (1)

HAKIKAT MANUSIA DITINJAU DARI AL-QUR’AN
AL QUR’AN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat manusia

Oleh :
Arif Faradita Rahman
NIM 1511414150

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna
disbanding makhluk-makhluk ciptaan yang lainnya. Manusia dikatakan
makhluk yang sempurna karena manusia adalah makhluk yang paling diberi
akal pikiran oleh Allah SWT daripada makhluk lainnya.
Berbicara tentang hakikat manusia, sebenarnya sampai sekarang masih

menjadi pertanyaan yang belum memperoleh jawaban memuaskan. Banyak
pengkajian tentang hakikat manusia tersebut. Dalam makalah ini penyusun
mencoba membahas tentang hakikat manusia ditinjau dari kitab suci. Penulis
akan meninjau hakikat manusia sesuai dengan kitab suci agama penulis yaitu
kitab suci agama islam (Al Qur’an).
I.2 Rumusan masalah
1. Apa arti hakikat manusia?
2. Bagaiman hakikat manusia jika ditinjau dari kitab suci (Al Qur’an)?

2

BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Hakikat Manusia
Hakikat adalah kebenaran atau yang benar-benar ada. Atau dapat
dikatakan juga hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa
sesuatu. Dalam ilmu tasawuf hakikat merupakan salah satu bagian tingkatan ilmu
yang tingkatannya paling tinggi dari empat tingkatan ilmu yaitu syariat, tarekat,
makrifat, dan baru hakikat.
Manusia atau orang dapat


diartikan

berbeda-beda

dari

segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara
biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang
berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang
dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan
menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti
dalam

hubungannya

dalam mitos,

mereka


dengan
juga

kekuatan
seringkali

Dalam antropologi kebudayaan,

ketuhanan

atau makhluk

dibandingkan

dengan

mereka

dijelaskan


ras

hidup;
lain.

berdasarkan

penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta
perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk
membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta
pertolongan. Manusia adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan oleh
Allah SWT. Sempurnanya manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan
tugas

manusia

sebagai

khalifah


di

bumi.

Jadi hakikat manusia adalah kebenaran atas manusia sebagai makhluk
hidup ciptaan Tuhan Allah SWT.
II.2 Hakikat Manusia Ditinjau dari Al Qur’an
Manusia diciptakan berbentuk jasmani yang bersifat kongkrit dan juga
diberikan ruh yang bersifat abstrak. Manusia merupakan makhluk yang paling
sempurna disbanding makhluk lainnya. Kesempurnaan manusia ditunjukkan
dengan Allah SWT member akal kepada manusia. Oleh karena diberi akal

3

tersebut maka manusia itu diberi tugas oleh Allah untuk menjadi khalifah di bumi
ini.
Manusia perlu untuk mengetahui hakikat dirinya agar akal yang diberikan
digunakan untuk mengeksplor alam dan jagad raya yang luas dengan maksimal
sehingga mampu mengenali ke-Maha Perkasaan Allah dalam menciptakan dan
mengendalikan kehidupan ciptaanNya. Manusia muslim harusnya memahami

tentang hakikat dirinya dengan melalui pemahan ayat-ayat Allah. Dengan
memahami ayat-ayat Allah manusia akan tahu tujuan hidup dan aturan hidup
sesungguhnya. Hidup manusia tersebut akan lebih bermakna dengan memegang
teguh senantiasa menjalankan perintah-perintah dan berusaha menjahui laranganlarangan Allah. Hakikat manusia menurut islam sudah dijelaskan dalam kitab
sucinya (Al Qur’an). Berikut adalah hakikat manusia yang ada dalam Al Qur’an:
1. Manusia adalah Makhluk Ciptaan Allah SWT
Hakikat yang pertama ini untuk seluruh jagat raya dan isinya yang bersifat
baru sebagai ciptaan Allah SWT selain akhirat. Jagat raya adalah ciptaan yang
kongkrit atau ada bentuknya sedang akhirat adalah alam yang ghaib hanya Allah
yang bersifat ghaib yang dapat melihatnya. Allah SWT juga bersifat ghaib tetapi
Dia bukan ciptaan karena Dia Qiyamuhul bi nafsihi (berdiri sendiri), Dia ada
karena adanya sendiri. Mengenai ciptaan manusia Allah berfirman dalam QS Al
Hajj : 5
                 
                 

              

              


      

Artinya:
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka
(ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian
dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal
daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami

4

jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki
sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai
bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan,
dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang
dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi
sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering,
kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan
suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.
Firman tersebut menjelaskan asal-muasal dirinya, bahwa hanya manusia
pertama yaitu Nabi Adam AS yang diciptakan langsung dari tanah dan istrinya

(Hawa) diciptakan dari salah satu bagian tubuhnya. Setelah manusia pertama yang
diciptakan langsung dari tanah, manusia selanjutnya diciptakan melalui perantara
seorang Bapak dan seorang Ibu yang dimulai dengan bertemunya setetes air mani
dengan sel telur di dalam rahim.
2. Kemandirian dan Kebersamaan
Tubuh dan jiwa manusia diciptakan berbeda antara manusia yang satu dengan
manusia yang lain. Setiap manusia mengalami perkembangan dan berusaha
mengenali jati dirinya sehingga menyadari bahwa jatidirinya berbeda dengan yang
lain. Allah berfirman dalam QS Al A’raf:189 yang berbunyi
              
               
 

Artinya:
Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia
menciptakan isterinya, agar Dia merasa senang kepadanya. Maka setelah
dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah
Dia merasa ringan (Beberapa waktu). kemudian tatkala Dia merasa berat,
keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata:
"Sesungguhnya jika Engkau memberi Kami anak yang saleh, tentulah Kami

terraasuk orang-orang yang bersyukur".
Dalam firman di atas dijelaskan juga bahwa manusia sebagai makhluk
individu yang mandiri dalam menjalani hidup harus dapat menjadi manusia yang
mudah bersyukur dan selalu menjadi orang yang beriman.
5

Selain sebagai mankhluk yang mandiri manusia adalah makhluk yang harus
hidup bersama(sosialitas). Untuk mewujudkan sosialitas tersebut Rasulullah
menjelaskan dalam sabdanya.
“Seorang dari kamu tidak beriman sebelum mencintai kawannya seperti dirinya
sendiri” (HR Bukhari)
“senyummu kepada teman adalah sedekah” (HR Ibnu Hibban dan Baihaqi)
Manusia dalam menjalani hidup bersama tentunya harus tetap sesuai prosdur
yang ada. Harus selalu berharap selalu disukai dan diridhai Allah agar selama
hidupnya tidak sia-sia. Dalam hidup bersama tentunya harus mrnghindari
pertentangan karena dalam islam semua pemeluk agama islam adalah bersaudara
antara satu dengan yang lain.
3. Manusia Merupakan Makhluk yang Terbatas
Dalam menjalani hidupnya manusia memeiliki kebebasan dalam
mewujudkannya baik sebagai makhluk individu atau sebagai makhluk social.

Namun dalam kebebasan tersebut manusia juga memiliki keterbatasan.
Keterbatasan itu merupakan hakikat manusia yang melekat sejak manusia
diciptakan. Bentuk keterbatasan itu adalah memikul tanggung jawab lebih berat
yang lebih berat dari makhluk-makhluk lainnya. Tanggung jawab itu merupakan
akan menjalani hidup di dalam fitrah beragama tauhid. Allah berfirman dalam QS
Al A’raf : 172 sebagai berikut:
              
              
Artinya:
dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Dalam ayat tersebut manusia bersumpah akan menyembah Allah SWT.
Manusia tidak bebas menyembah selain Allah, yang merupakan perbuatan syirik
dan kufur. Dimana perbuatan syirik tersebut menjadikan manusia menjadi
makhluk yang terkutuk.
6


Manusia memiliki tugas sebagai khalifah di bumi, oleh karena itu manusia harus
senantiasa belajar, mengajarkan ilmu dan membudayakan ilmu. Tugas-tugas Allah
tersebut sudah difirmankan oleh Allah dalam ayat-ayat Al Qur’an berikut :
               
                
    

Artinya:
15. dan Sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan
keduanya mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang melebihkan Kami dari
kebanyakan hamba-hambanya yang beriman".
16. dan Sulaiman telah mewarisi Daud[1092], dan Dia berkata: "Hai manusia,
Kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan Kami diberi segala
sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata".
[1092] Maksudnya Nabi Sulaiman menggantikan kenabian dan kerajaan Nabi
Daud a.s. serta mewarisi ilmu pengetahuannya dan kitab Zabur yang diturunkan
kepadanya.

             
           
Artinya:
35. (yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang
sampai kepada mereka[1322]. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah
dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati
orang yang sombong dan sewenang-wenang.
[1322] Maksudnya mereka menolak ayat-ayat Allah tanpa alasan yang datang
kepada mereka.

7

BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Hakikat adalah kebenaran atau yang benar-benar ada. Atau dapat
dikatakan juga hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa
sesuatu. Manusia adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan oleh Allah
SWT. Hakikat manusia adalah kebenaran atas manusia sebagai makhluk hidup
ciptaan Tuhan Allah SWT.
Hakikat manusia menurut Al Qur’an adalah sebagai berikut :
1. Manusia adalah Makhluk Ciptaan Allah SWT (QS Al Hajj : 5)
2. Kemandirian dan Kebersamaan (QS Al A’raf:189)
3. Manusia Merupakan Makhluk yang Terbatas (QS Al A’raf : 172)
Hakikat-hakikat tersebut sudah tercantum dengan jelas di dalam Al Qur’an.
Tergantung kitanya mau mempelajari hal tersebut sehingga kita mengetahui hal
tersebut atau kita apatis saja atau tidak mau tahu dengan hal itu.

8

DAFTAR PUSTAKA
Mushaf Al Qur’an Terjemah . Kementrian Agama RI, Bandung: Insan
Kamil,1987
Munib

Achmad,

dkk.2010.PENGANTAR

ILMU

PENDIDIKAN.Semarang:

Universitas Negeri Semarang
http://kartika-d.blogspot.com/2014/05/hakikat-manusia-menurut-pandanganumum.html (diakses 24 september 2014)

9