Bangsa Bangsa Arab di Yastrib dan Mekkah

Nama : Andi Harbie Tanriola
Npm : 1006714304
No
: 13

Bangsa-Bangsa Arab di Yastrib dan Mekkah Pra Islam
Letak geografis
Letak geografis daerah Yastrib dan Mekkah terletak di daerah Hejaz yaitu di
bagian utara Pegunungan Sarah yang terbentang dari teluk Aqabah dan berakhir di
Negara Yaman. Kota yastrib yang relatif subur dengan alamnya yang berupa gunung
dan lembah yang cocok untuk pertanian.1 Hijaz adalah sebagai pembatas yang
memisahkan daerah Najed dengan daerah Tihamah yang biasa disebut daerah pantai.
Kota Yastrib dan Mekkah ini adalah dua kota terbesar di seluruh Hejaz dan
merupakan pemerintahan-pemerintahan yang berkuasa pada masa jahiliah.2
Kota Makkah terletak di perut lembah, yang dikelilingi oleh bukit-bukit dari
segala arah, dari sebelah timur membentang bukit Abu Qubais (Jabal Abu Qubais)
dan dari barat dibatasi oleh dua bukit (gunung) Qa’aiqa’ dan keduanya berbentuk
bulan sabit mengelilingi perkampungan Makkah. Pada bagian yang rendah dari
lembah tersebut adalah Al-Bathhaa’ yang ada padanya Ka’bah dan dikelilingi oleh
rumah-rumah orang Quraisy. 3
Sedangkan bagian yang tinggi dikenal dengan Al-Mu’alaah dan pada bagian

ujung-ujung kedua bukit yang berbentuk bulan sabit tersebut dibangun rumah-rumah
sederhana milik orang Quraisy Dzawaahir yaitu orang-orang pedalaman (A’rob)
Quraisy yang miskin dan mereka merupakan serdadu-serdadu perang, akan tetapi
mereka ini dibawah kaum Quraisy Bathhaa’ (yang tinggal di bathhaa’) dalam
kebudayaan, kekayaan dan martabatnya.4
1 Zuhairi Misrawi, Madinah, Kota suci, Piagam Madinah, Teladan Muhammad SAW, Jakarta:Kompas,
2009, hlm. 187.
2 Mukhtar Yahya, Perpindahan-Perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah Sebelum Lahir Agama
Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1985, hlm, 191
3 Kholid Syamhudi, http://ustadzkholid.com/sejarah-islam/kota-makkah/, 24 februari 2009.
4 Kholid Syamhudi, http://ustadzkholid.com/sejarah-islam/kota-makkah/, 24 februari 2009.

1

Penduduk Arab di Yastrib
Amalek Hejaz
Kota Yastrib dihuni oleh berbagai macam suku, salah satunya adalah suku
Amalek. Suku Amalek adalah suku suku yang berpindah dari Mesopotamia Selatan
ke Timur Tengah. Dalam perpindahannya itu sebagian dari mereka menetap, dan
sebagian menguasai Hejaz dan kemudian memperluas wiayahnya hingga kota Yastrib

dan Mekkah. Dari situlah suku Amalek ini dikenal dengan “Amalek Hejaz”. Nama
Yastrib sendiri berasal dari nama seorang dari kaum Amalek. Kaum Amalek yang
berkuasa di Hejaz terkenal sebagai suku yang amat kejam dalam pemerintahannya.5
Nama Amalek berasal dari kata ‘Am yang diambil dari bahasa ibrani yang
memiliki arti bangsa, sedangkan Amalek merupakan nama sebuah suku di Aqabah.
Suku Amaliqah memiliki pusat kekuasaan di Mesir dan kekuasaan yang juga tersebar
di berbagai daerah, seperti Yaman, Suriah, Makkah, dan Yastrib. Suku ini memiliki
sistem pemerintahan yang otoriter dan memiliki pengaruh yang cukup besar di
beberapa kawasan di Arab.6
Suku Amalek terbagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang dipimpin oleh
Al- arqam bin abu al-Arqam dan juga kelompok yang dipimpin oleh Faleh. Pada
tahun 1600 SM kelompok Faleh mengusir para pengikut Nabi Nuh A.S yang telah
lebih dahulu menempati kota Yastrib. Sejak saat itu, suku Amalek berhasil menguasai
dan memerintah kota Yastrib. 7
Suku Amalek menempati kota Yastrib dalam waktu yang sangat lama. Hingga
akhirnya Nabi Musa a.s yang meninggalkan Mesir dengan membawa kaum yahudi
yang tertindas memerintahkan sebagian tentaranya untuk memerangi suku Amalek

5 Mukhtar Yahya, Perpindahan-Perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah Sebelum Lahir Agama
Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1985, hlm, 81.

6 Zuhairi Misrawi, Madinah Kota Suci Piagam Madinah dan Teladan Muhammad SAW, Jakarta: Buku
Kompas, 2009, hlm.159
7 Zuhairi Misrawi, Madinah Kota Suci Piagam Madinah dan Teladan Muhammad SAW, Jakarta: Buku
Kompas, 2009, hlm.158.

2

yang ada di Yastrib.8 Dalam peperangannya melawan Yahudi, suku Amalek
mengalami kekalahan dan kehancuran.9 Hal inilah yang mengakibatkan perpindahan
kekuasaan kota Yastrib dari suku Amalek kepada kaum Yahudi.
Kaum Yahudi
Setelah Amalek menguasai kota Mekkah selanjutnya adalah suku Yahudi. Nabi
Musa membawa kaum Yahudi Mesir untuk hijrah ke Palestina. Di tengah
perjalanannya menuju Palestina, ketika itu Nabi Musa memerintahkan pasukan
Yahudi untuk memerangi suku Amalek yang ada di Yastrib tanpa menyisakan satu
pun penduduk Amaliqah. Kaum Yahudi akhirnya berangkat ke Yastrib untuk
memerangi suku Amalek. 10
Kemudian kaum Yahudi berhasil mengalahkan suku Amalek di Yastrib, namun
ketika menghabisi semua penduduk suku Amalek, kaum Yahudi yang diutus Nabi
Musa tersebut menyisakan satu anak lak-laki keturunan Raja Amalek untuk hidup di

Yastrib. Hal ini diketahui oleh kaum Yahudi lainnya yang menunggu mereka di
Palestina yang pada saat itu telah kehilangan Nabi Musa a.s. 11
Bala tentara Yahudi tersebut diketahui melanggar perintah Nabi Musa a.s, maka
kaum Yahudi yang telah memasuki kawasan Palestina tepatnya di Syarqul Urdun
tidak mengizinkan mereka untuk memasuki kawasan Palestina. Bala tentara tersebut
diusir dan tidak diperkenankan untuk bergabung dan tinggal di Palestina. Karena hal
ini akhirnya mereka memilih untuk kembali ke Yastrib dan menetap disana.12
Kaum Yahudi yang menetap di Yastrib mulai membangun pemerintahan dan
memperkuat kedudukan di Yastrib. Mereka tidak mendapat hambatan yang berarti
karena suku Amalek telah mereka perangi sebelumnya. Sementara mereka
8 Zuhairi Misrawi, Madinah Kota Suci Piagam Madinah dan Teladan Muhammad SAW, Jakarta: Buku
Kompas, 2009, hlm.160.
9 Prof. DR. H. Mukhtar Yahya, Perpindahan – Perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah, Jakarta:
Bulan Bintang, 1985, hlm. 192.
10Prof. DR. H. Mukhtar Yahya, Perpindahan – Perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah, Jakarta:
Bulan Bintang, 1985, hlm. 192.
11 Prof. DR. H. Mukhtar Yahya, Perpindahan – Perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah, Jakarta:
Bulan Bintang, 1985, hlm. 192.
12 Prof. DR. H. Mukhtar Yahya, Perpindahan-Perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah, Jakarta:
Bulan Bintang, 1985, hlm. 192.


3

memperkuat kedudukannya, kaum Yahudi lainnya yang menetap di Palestina
mendapat serangan dari Romawi. Orang–orang Romawi menghancurkan rumahrumah Yahudi di Palestina, tentara Romawi juga menghancurkan tempat peribadatan
kaum Yahudi di Palestina yaitu Haikal Sulaiman. Selain menghancurkan tempat
peribadatan kaum Yahudi, orang-orang Romawi juga menghancurkan kerajaan
Yahudi di Palestina dan mengganti nama kota Jerusalem menjadi Aelia Capitolina.
Akibat dari peristiwa ini, sebagian kaum Yahudi melarikan diri dari Palestina menuju
Hejaz.13
Kaum Yahudi yang melarikan diri dari Palestina diantaranya adalah suku
Qainuqa’, Suku Quraizhah, dan suku Nadhir. Mereka berhasil sampai ke Yastrib dan
bergabung dengan kaum Yahudi lainnya yang sebelumnya telah menempati Yastrib
terlebih dahulu. Dengan kedatangan beberapa suku Yahudi dari Palestina, maka
pemerintahan Yastrib yang sebelumnya telah dibangun oleh sebagian kaum Yahudi
menjadi semakin kuat, dan sejak itulah Yastrib benar-benar telah berhasil dikuasai
oleh kaum Yahudi.14 Alasan lainnya adalah kota Yastrib yang aman dan kemampuan
berpolitik yang sangat baik membuat Bangsa Yahudi dapat berkuasa di Yastrib.15

Aus dan Khazraj

Suku Arab yang pernah mendiami Yastrib selain Bangsa Yahudi dan Suku Amalek
adalah suku Aus dan Khazraj, kaum Aus dan Khazraj yang sebelumnya juga pernah
mendiami Yaman. Suku Aus dan Khazraj merupakan keturunan dari Banu Qhahtan
yang bertempat tinggal di Mesopotamia. Kedatangan orang-orang Arab dari kabilah

13 Prof. DR. H. Mukhtar Yahya, Perpindahan-Perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah, Jakarta:
Bulan Bintang, 1985, hlm. 193.
14 Prof. DR. H. Mukhtar Yahya, Perpindahan-Perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah, Jakarta:
Bulan Bintang, 1985, hlm. 193.
15 Mukhtar Yahya, Perpindahan-Perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah Sebelum Lahir Agama
Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1985, hlm, 341.

4

Aus dan Khazraj ke Yastrib terkait dengan adanya musibah banjir besar yang terjadi
di Yaman. Pada akhirnya mereka pindah ke Yastrib untuk bertahan hidup.16
Di Yaman, Bani Qahthan mendirikan beberapa kerajaan, salah satunya kerajaan
Sabaiyah. Di Kerajaan Sabaiyah tersebut didirikanlah bendungan yang sangat
terkenal yang disebut dengan “Saddu Ma’rib” (bendungan Ma’rib). Bendungan ini
telah membawa keberkahan bagi kaumnya, tetapi karena kelalaian kaum tersebut

bendungan tersebut akhirnya membawa kehancuran bagi kaumnya sendiri. Setelah
lama tidak mendapatkan perawatan sewajarnya, bendungan Ma’rib roboh dan
Kerajaan Sabaiyah pun rubuh. Penduduk kota yang selamat melakukan perpindahan
ke berbagai tempat di Arab. Di dalam perpindahan tersebut terdapat suku Aus dan
Khazraj. Suku Aus dan Khazraj melakukan perpindahan ke Yatsrib. Pada saat itu
pemerintahan di Yatsrib dipegang oleh bangsa Yahudi. Namun, oleh orang-orang
Yahudi tidak memperlakukan suku Aus dan Khazraj dengan baik.17
Selain suku Aus dan Khazraj yang selamat dari bencana robohnya bendungan
Ma’rib terdapat pula perpindahan Bani Jafnah ke tanah Arab yang lain. Bani Jafnah
ini berpindah ke Utara ke suatu dataran di bagian selatan negeri Syam (Suriah) yang
bernama Hauran, yang terletak di sebelah tenggara kota Damaskus. Di dataran
Hauran inilah mereka menetap di sekitar mata air yang disebut dengan nama
“Ghassan”, dan terkenalah mereka dengan sebutan “Ghasasinah” (orang-orang
Ghassan). Lama-kelamaan Ghasasinah menjadi kuat dan dengan pertolongan bangsa
Romawi mereka mendirikan kerajaan di daerah itu, kira-kira pada akhir abad ke-3 M.
Kekuasaan mereka meluas dari Jaulan (Syarqil Urdun) sampai ke Tadmur
(Palmyra).18
Adapun Aus dan Khazraj di Yastrib, mereka masih berada di bawah kekuasaan
dari penindasan orang-orang Yahudi. Suatu ketika pemimpin atau pembesar dari
16Zuhairi Misrawi, Madinah, Kota suci, Piagam Madinah, Teladan Muhammad SAW,

Jakarta:Kompas, 2009, hlm. 182.
17 Mukhtar Yahya, Perpindahan-Perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah Sebelum Lahir Agama
Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1985, hlm, 345
18 Mukhtar Yahya, Perpindahan-Perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah Sebelum Lahir Agama
Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1985, hlm, 345

5

kaum Ghassan yang bernama Abu Jubailah mengetahui bahwa kaum Aus dan Khazraj
menderita ketika berada di Yastrib, lalu Abu Jubailah mengambil tindakan untuk pergi
ke Yastrib dengan membawa bala tentaranya tanpa sepengetahuan orang lain mereka
berpura-pura menuju Yaman. Agar bangsa Yahudi tidak mengetahui dan bersembunyi
di benteng-benteng mereka maka Abu Jubailah mengadakan tipu muslihat yang licik.
Hingga akhirnya seluruh bangsa Yahudi mulai dari para pembesar-pembesar serta
pengawal masuk satu persatu lalu dibunuhnya semuanya secara bergiliran. Bangsa
Yahudi telah kehilangan pemimpin tak ada yang bisa diperbuat hanyalah
menggambarkan Malik Bin ‘Ajalan (seorang pemimpin kaum Aus dan Khazraj) di
dinding-dinding biara mereka.19
Masuknya Islam ke Yastrib
Masuknya islam ke Yastrib ini terkait dengan adanya Nabi Muhammad s.a.w.

Setelah paman Nabi Muhammad meninggal yaitu Abu Thalib, kaum Quraisy terus
menerus menyakiti Nabi Muhammad. Akhirnya Nabi Muhammad meninggalkan kota
Makkah dan mencoba untuk berdakwah ke Thaif, namun ternyata Nabi Muhammad
justru mendapatkan perlakuan yang lebih buruk di Thaif. 20 Karena sudah tidak
diterima lagi di Makkah dan Thaif maka Nabi Muhammad berdakwa secara diamdiam kepada para jamaah haji yang menunaikan ibadah haji ke Makkah. Disana ada
para jamaah haji yang berasal dari suku Aus di Yastrib. Mendengar dakwah Nabi
Muhammad, ia merasa tersentuh dan yakin bahwa Nabi Muhammad merupakan nabi
yang sering disebut-sebut oleh kaum Yahudi.

Para jemaah haji itu sangat

mengharapkan kehadiran Nabi Muhammad di tengah-tengah peperangan yang terjadi
di Yastrib antara Aus dan Khazraj, mereka menginginkan adanya pemimpin yang
dapat mendamaikan Aus dan Khazraj. Para jamaah haji yang mendengar tentang
dakwah Nabi Muhammad pulang ke Yastrib dan mengabarkan kepada penduduk
Yastrib mengenai Nabi Muhammad dan Islam. Para penduduk Yastrib sangat antusias
19 Mukhtar Yahya, Perpindahan-Perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah Sebelum Lahir Agama
Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1985, hlm, 345
20 Prof. DR. H. Mukhtar Yahya, Perpindahan – Perpindahan Kekuasaan di Timur
Tengah, Jakarta: Bulan Bintang, 1985, hlm. 204.


6

mendengar berita Nabi Muhammad, maka mereka mengirim utusan yang diwakilkan
oleh beberapa lelaki dari suku Aus dan Khazraj untuk menemui Nabi Muhammad.
Setelah bertemu dengan Nabi Muhammad mereka yakin untuk memeluk islam dan
mengajak Nabi Muhammad hijrah ke Yastrib.21
Untuk menjaga kehidupan dan kelestarian Masyarakat Islam yang baru tumbuh
ini, tugas pertama Nabi adalah mendirikan masjid yang akan menjadi pusat bagi
seluruh kegiatan Islam. Kemudian perselisihan dan perpecahan antara Aus dan
Khazraj diselesaikan sampai selesai. Oleh Nabi, sebutan lama yaitu Aus dan Khazraj
diganti menjadi Al Anshor (penolong-penolong), maksudnya mereka adalah
penolong-penolong dan pendukung-pendukung Nabi s.a.w. Sedangkan kaum
Muslimin Makkah yang berhijrah ke Yatsrib oleh Nabi mereka disebut Al Muhajirin
(orang-orang yang berhijrah). Rasulullah membina persatuan dengan cara
mempersaudarakan antara Kaum Anshor dan Kaum Muhajirin. 22
Penduduk Arab di Mekkah
Bani Ismail
Ismail merupakan anak dari Nabi Ibrahim dan istrinya bernama Siti Hajar. Siti
Hajar ini adalah istri kedua dari Nabi Ibrahim, karena istri pertama Nabi Ibrahim

tidak suka dengan Siti Hajar maka ia pun meminta untuk memindahkan Siti Hajar dan
anaknya yaitu Ismail. Dibawalah Siti Hajar dan Ismail ke suatu lembah di dekat
makkah lalu Nabi Ibrahim meninggalkannya.23
Siti Hajar dan Ismail tinggal di Makkah bersama dengan kaum Jurhum yang telah
terlebih dahulu menguasai dan memerintah kota Makkah. Setelah Ismail dewasa ia
menikahi seorang wanita dari kaum Jurhum, dari sinilah muncul anak-anak ismail
yang kemudian dilanjutkan menjadi Bani Ismail. Dalam kehidupan sehari-hari Ismail
21 Prof. DR. H. Mukhtar Yahya, Perpindahan – Perpindahan Kekuasaan di Timur
Tengah, Jakarta: Bulan Bintang, 1985, hlm.207.
22 Prof. DR. H. Mukhtar Yahya, Perpindahan – Perpindahan Kekuasaan di Timur
Tengah, Jakarta: Bulan Bintang, 1985, hlm.206.
23Prof. DR. H. Mukhtar Yahya, Perpindahan – Perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah, Jakarta:
Bulan Bintang, 1985, hlm. 228

7

dan keturunannya hidup berdampingan dengan Jurhum, dan mereka membuat
pembagian tugas dalam urusan pemerintahan kota Makkah. Untuk urusan
peperangan, kenegaraan dipegang oleh Jurhum, sedangkan untuk urusan keagamaan
dan Ka’bah dipegang oleh Ismail.24
Kabilah Jurhum
Pasca Ibrahim, kabilah Jurhum adalah kabilah yang datang dari Yaman,
mereka terlibat persengketaan diantara kabilah-kabilah yang lain dan akhirnya
diantara mereka mencari tempat perlindungan selain di Yaman hingga akhirnya
mereka tiba di suatu kota yaitu kota Mekkah. Lalu, kabilah Jurhum menguasai kota
mekkah secara total mereka memiliki kekayaan yang amat melimpah. Ada sebuah
kisah bahwa di Mekkah ada tempat perkampungan yang bernama Amalek, warga
yang didalamnya itu sangat hidup makmur. Mereka (kabilah Jurhum) mempunyai
unta yang digembalakan hampir setiap sudut di Mekkah. Tetapi, mereka tidak pandai
bersyukur kepada Tuhan, sehingga datanglah azab kepada mereka, yaitu tidak
diturunkannya hujan. Mereka menghadapi kekeringan yang tidak pernah terjadi
sebelumnya. Untuk mengatasi hal tersebut mereka menjual air Zam-zam yang
merupakan salah satu keistimewaan yang dimiliki Mekkah. 25
Berita tentang memancarnya air seketika menjadi terkenal di seluruh penjuru
tanah Arab. Maka berdatanganlah manusia dari segala penjuru Jazirah Arab itu.
Tempat air yang memancar itu terletak tidak jauh dari kota yang didiami manusia
yaitu Makkah. Semakin banyaklah orang berdatangan hanya untuk sekedar
beristirahat dari perjalanan jauh. Dan karena dekat dengan Makkah, Ismail menetap
di Makkah bersama suku Jurhum. Pada waktu itu pemerintahan di tangan Jurhumuts
Tsaniah atau Jurhum Kedua. Sedangkan Nabi Ibrahim sering mengunjungi Ismail dan
ibunya ke Makkah. Sampai turunlah perintah dari Allah SWT untuk menyembelih
Ismail sebagai kurban kepada Allah. Ismail pun bersedia dan ketika sedang
24Prof. DR. H. Mukhtar Yahya, Perpindahan – Perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah, Jakarta:
Bulan Bintang, 1985, hlm. 231
25 Zuhairi Misrawi, Mekkah: Kota Suci ,Kekuasaan dan Teladan Nabi Ibrahim, Jakarta:Kompas,
2009, hlm 94.

8

menyembelih terdengar suara untuk berhenti dan seketika itu terlihatlah seekor anak
biri-biri, maka jadilah biri-biri itu yang disembelihnya. Peristiwa ini diperingati umat
Muslim untuk menyembelih binatang kurban di hari Raya Haji.26
Salah satu hal yang paling menonjol dari hilangnya tanggung jawab kabilah
Jurhum yaitu mereka lalai dalam mengelola kota Mekkah. Mereka melakukan korupsi
terhadap kekayaan yang dhasilkan dari ziarah Ka’bah bahkan mereka mencuri
perhiasan yang ada di ka’bah lalu menyimpannya di dalam sumber air Zam-zam
hingga saluran airnya tersumbat. Hal tersebut menimbulkan dampak negatif yang
pada akhirnya kota Mekkah mengalami kekeringan yang berkepanjangan. Dengan
situasi seperti itu kabilah Khuza’ah mengambil alih kota Mekkah.27
Kabilah Khuza’ah
Setelah meninggalnya Nabi Ismail, kaum Jurhum mulai terlena akan hal
duniawi. Tidak ada lagi yang mengingatkan tentang agama, pada masa inilah muncul
suku Khuza’ah yang merupakan kafilah di Yaman untuk mencari tempat kehidupan
baru. Pada saat itu suku Khuza’ah sedang mencari tempat peristirahatan setelah
melakukan perjalanan dari Yaman, mereka meminta ijin kepada suku Jurhum untuk
beristirahat sebentar di makkah, namun suku Jurhum menolak permintaan yang
kemudian menimbulkan rasa sakit hati dan berujung pada peperangan. 28 Dalam
peperangan ini, Jurhum mendapatkan kekalahan yang menjadikan Makkah jatuh ke
tangan Khuza’ah.29
Khuza’a mengambil banyak pelajaran dari para pendahulunya ia melanjutkan
kebiasaan baik yang pernah dilakukan oleh kabilah Jurhum. Sedangkan kebiasaankebiasaan buruk yang berkenaan dengan penyalahgunaan tanggung jawab mereka
26 Prof. DR. H. Mukhtar Yahya, Perpindahan – Perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah, Jakarta:
Bulan Bintang, 1985, hlm. 231
27 Zuhairi Misrawi, Mekkah: Kota Suci ,Kekuasaan dan Teladan Nabi Ibrahim, Jakarta:Kompas,
2009, hlm 95.
28 Prof. DR. H. Mukhtar Yahya, Perpindahan – Perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah, Jakarta:
Bulan Bintang, 1985, hlm. 231
29 Prof. DR. H. Mukhtar Yahya, Perpindahan – Perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah, Jakarta:
Bulan Bintang, 1985, hlm. 233

9

tinggalkan. Mereka dikenal dengan kabiah yang tidak suka menipu, salah satu hal
yang paling menonjol yang dilakukan oleh kabilah Khuza’ah yaitu mereka menggali
sumber air Zam-zam lebih dalam agar tidak terjadi kekeringan dan menjaga
keselamatan diri dari krisis air.30
Suku Quraisy
Setelah kaum khaza’ah berkuasa di Mekkah lalu berkuasalah suku Quraisy.
Telah diterangkan sebelumnya bahwa Adnan merupakan keturunan Nabi Ismail.
Kemudian Adnan turun temurun menurunkan Fihr bin Malik, dan Fihr inilah yang
disebut Quraisy. Diantara suku Quraisy inilah lahir seorang pemimpin yang kuat,
cerdas, dan berwibawa yang bernama Qushai Bin Kilab. Qushai sendiri berdiam di
utara kota Makkah, setelah berpindah ke pusat kota Makkah dan menetap sehingga
menghasilkan keturunan yang banyak.
Beberapa waktu setelahnya terjadilah perang antara suku Quraisy dengan
suku Khuza’ah. Karena tidak ada perdamaian diantara keduanya dan sudah banyak
jatuh korban maka didatangilah seorang penengah dari bangsa Arab bernama Ya’mur
Bin ‘Auf. Ya’mur memutuskan bahwa yang lebih berhak memegang urusan Baitullah
dan Makkah adalah Qushai. Maka dijalankanlah keputusan Penengah itu. Dengan
demikian resmilah sudah bahwa kekuasaan pemerintahan di Makkah berpindah
tangan ke suku Quraisy dari tangan suku Khuza’ah.31
Setelah Qushai mulai dewasa, ia mulai mengetahui bahwa ia merupakan
seorang keturunan Bani Adnan yang mendiami Makkah, maka ia pergi ke Makkah
dan tinggal disana. Ia ingin merebut kekuasaan Makkah dari tangan suku Khuza’ah,
maka ia bersatu dengan Banu ‘Udzrah dan kaum Quraisy Makkah berperang
melawan Khuza’ah. Hasil dari peperangan itu yaitu Quraisy berhasil menguasai

30 Zuhairi Misrawi, Mekkah: Kota Suci ,Kekuasaan dan Teladan Nabi Ibrahim, Jakarta:Kompas,
2009, hlm 96.
31 Prof. DR. H. Mukhtar Yahya, Perpindahan – Perpindahan Kekuasaan di Timur
Tengah, Jakarta: Bulan Bintang, 1985, hlm. 236

10

urusan Ka’bah dan Makkah. Kemudian Khuza’ah diusir keluar dari Makkah. Sejak
itulah Makkah dikuasai oleh suku Quraisy. 32
Qushai sendiri berdiam di utara kota Makkah, setelah berpindah ke pusat kota
Makkah dan menetap sehingga menghasilkan keturunan yang banyak. Beberapa
waktu setelahnya terjadilah perang antara suku Quraisy dengan suku Khuza’ah.
Karena tidak ada perdamaian diantara keduanya dan sudah banyak jatuh korban maka
didatangilah seorang penengah dari bangsa Arab bernama Ya’mur Bin ‘Auf. Ya’mur
memutuskan bahwa yang lebih berhak memegang urusan Baitullah dan Makkah
adalah Qushai. Maka dijalankanlah keputusan Penengah itu. Dengan demikian
resmilah sudah bahwa kekuasaan pemerintahan di Makkah berpindah tangan ke suku
Quraisy dari tangan suku Khuza’ah.33
Masuknya Islam ke Makkah
masuknya Islam ke Makkah terkait adanya kekuasaan Nabi Muhammad.
Setelah hijrahnya Nabi Muhammad ke Madinah, kaum Quraisy masih tetap
memusuhi Islam. Atas izin Allah SWT, kaum Muslimin akhirnya memerangi kaum
Quraisy. Peperangan ini terjadi kira-kira selama lima tahun. Pada bulan Dzulhijah
tahun 6 H atau bulan Februari tahun 628 M, terjadilah “Perdamaian Hudaibiyah”
bahwa Nabi Muhammad bukanlah musuh, beliau adalah manusia berbudi pekerti
luhur yang tidak melupakan silaturahim sesama saudara. Perjanjian hudaibiyah ini
merupakan awal mulanya penduduk Musyrikin Quraisy sadar karena tahun
berikutnya Nabi Muhammad beserta kaum Muslimin melakukan umrah dan haji.
Sehingga pada tahun 8 H (629 M) beberapa orang pemimpin kaum Musyrikin masuk
Islam, yaitu Khalid bin Walid, Amr bin ‘Ash, dan Usman bin Thalhah.34
Pada tahun 8 H (629 M) kaum Musyrikin Quraisy melanggar perjanjian
hudaibiyah sehingga tidak ada alasan bagi Nabi Muhammad untuk tidak menaklukan
32Prof. DR. H. Mukhtar Yahya, Perpindahan – Perpindahan Kekuasaan di Timur
Tengah, Jakarta: Bulan Bintang, 1985, hlm. 237
33 Prof. DR. H. Mukhtar Yahya, Perpindahan – Perpindahan Kekuasaan di Timur
Tengah, Jakarta: Bulan Bintang, 1985, hlm. 237
34 Philip, K, Hitti, History of the Arab. Jakarta: Serambi, 2008, hlm 15

11

Makkah. Maka pada bulan Ramadhan tahun 8 H (Januari 630 M), Nabi Muhammad
dengan pasukan terdiri sepuluh ribu kaum Muslimin berangkat dari Madinah menuju
Makkah. Akhirnya kota Makkah dapat ditaklukkan tanpa perlawanan yang berarti
dari kaum Musyrikin Quraisy. Setelah mengetahui luhurnya budi pekerti yang
dimiliki Nabi Muhammad, dan meyakini bahwa Islam lah agama yang benar maka
dengan berbondong-bondong mereka menganut agama Islam. Dengan Islamnya
seluruh penduduk Makkah, maka berpindahlah kekuasaan atas kota Makkah dari
tangan kaum Quraisy ke tangan Nabi Muhammad SAW.35
Selain itu, penyembahan terhadap berhala lenyaplah sudah di penjuru tanah
Arab setelah penaklukkan Makkah dan Islamnya Quraisy. Nabi Muhammad
memerintahkan untuk menghancurkan 360 berhala yang berada di dalam dan di
sekitar Ka’bah.36

Daftar Pustaka
Zuhairi Misrawi, Madinah, Kota suci, Piagam Madinah, Teladan Muhammad SAW,
Jakarta:Kompas, 2009, hlm. 187.
Mukhtar Yahya, Perpindahan-Perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah Sebelum
Lahir Agama Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1985, hlm, 191
35 Philip, K, Hitti, History of the Arab. Jakarta: Serambi, 2008, hlm 16
36 Philip, K, Hitti, History of the Arab. Jakarta: Serambi, 2008, hlm 16

12

Kholid Syamhudi, http://ustadzkholid.com/sejarah-islam/kota-makkah/, 24 februari
2009.
Zuhairi Misrawi, Mekkah: Kota Suci ,Kekuasaan dan Teladan Nabi Ibrahim,
Jakarta:Kompas, 2009, hlm 95.
Philip,K, Hitti, History of the Arab. Jakarta: Serambi. 2008.

13

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24