hokum badan hukum badan hukum perdata

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS HUKUM

TUGAS KE 4 HUKUM BADAN HUKUM
PERBUATAN HUKUM YAYASAN DALAM KAITANNYA DENGAN PENGAMBIL
ALIHAN YAYASAN OLEH YAYASAN LAIN
Oleh :
Paramitha Candra
15/382571/HK/20638

YOGYAKARTA
2017
Permasalahan:
Bagaimana cara suatu yayasan untuk mengambil alih yayasan lain? Dapatkah yayasan
sebagai badan hukum membeli yayasan lain? Pada contohnya suatu yayasan mempunyai
perguruan tinggi yang berjalan baik (Yayasan Perguruan Tinggi A), lalu yayasan tersebut

berkeinginan untuk mempunyai perguruan tinggi dari yayasan lain yang sudah kembang
kempis (Yayasan Perguruan Tinggi B).
Pembahasan:

Menurut Undang Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan (UUY), Yayasan
adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk
mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan yang tidak
mempunyai anggota. Dari pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa yayasan merupakan
badan hukum yang bersifat non-profit, yaitu meski yayasan diperkenankan untuk membuka
badan usaha, tujuan dari yayasan bukanlah untuk mencari keuntungan, melainkan hasil
maupun pelaksanaan seluruh kegiatan Yayasan dipergunakan untuk tujuan kepentingan sosial,
keagamaan, serta kemanusiaan. Kegiatan dari badan usaha yang dilakukan yayasan harus
sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan serta tidak bertentangan dengan ketertiban umum,
kesusilaan, dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sesuai tujuannya yang non profit, termasuk bagi Pembina, Pengurus, maupun
Pengawas Yayasan, tertera dalam pasal 5 UU No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan menyatakan bahwa Kekayaan
Yayasan baik berupa uang, barang maupun kekayaan lain yang diperoleh Yayasan
berdasarkan undang-undang ini, dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung atau tidak
langsung, baik dalam bentuk gaji, upah, maupun honorarium, atau bentuk lain yang dapat
dinilai dengan uang kepada Pembina, Pengurus, dan Pengawas dengan pengecualian dari hal
tersebut dapat ditentukan dalam Anggaran Dasar Yayasan bahwa pengurus menerma gaji,
upah, atau honorarium dalam hal pengurus Yayasan bukan pendiri Yayasan dan tidak
terafiliasi dengan pendiri, pembina, dan pengawas serta melaksanakan kepengurusan yayasan

secara langsung dan penuh.
Meski merupakan badan hukum, dirasa kurang tepat apabila Yayasan dikatakan
“membeli” Yayasan lain. Hal ini dapat ditinjau dari pengertian jual beli sendiri menurut Pasal
1457 KUHPerdata “Jual Beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu
mengikatkan

dirinya

untuk menyerahkan

suatu

kebendaan dan

pihak

yang

lain


untuk membayar harga yang telah dijanjikan”, dengan sifat Yayasan yang non-profit diatas,
pembelian Yayasan disertai pembayaran harga merupakan hal yang kurang sesuai dengan
tujuan dari Yayasan itu sendiri. Namun, hal ini tidak mengartikan yayasan sebagai badan
hukum tidak dapat melakukan perbuatan hukum lain, Yayasan dapat melakukan perbuatan

hukum dengan mengedepankan tujuan-tujuan Yayasan, termasuk dalam hal bersatunya suatu
Yayasan dengan Yayasan lain maupun bubarnnya suatu Yayasan kedalam suatu Yayasan
lainnya, perbuatan hukum tersebut ditentukan didalam UUY yang dijelaskan sebagai berikut:
 Penggabungan
Menurut PP Nomor 63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Undang Undang Tentang
Yayasan (UUY) penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu
Yayasan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan Yayasan lain yang mengakibatkan
beralihnya karena hukum semua aktiva dan pasiva dari Yayasan yang menggabungkan
diri kepada Yayasan yang menerima penggabungan dan Yayasan yang menggabungkan
diri bubar karena hukum tanpa diperlukan likuidasi.
Dengan penggabungan, Yayasan yang menggabungkan diri menjadi bubar tanpa
proses likuidasi. Penggabungan yayasan mengakibatkan yayasan yang menggabungkan diri
menjadi bubar, sementara yayasan yang menerima penggabungan tetap hidup. Hal ini
sesuai dengan Pasal 38 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001
tentang Yayasan bahwa Penggabungan Yayasan dapat dilakukan dengan menggabungkan

satu atau lebih Yayasan dengan Yayasan lain, dan mengakibatkan Yayasan yang
menggabungkan diri menjadi bubar.

Penggabungan

yayasan

mengakibatkan

terhitung

sejak

tanggal

efektif

penggabungan, semua aktiva dan pasiva, usaha dan kegiatan serta segala hak dan
kewajiban Yayasan yang menggabungkan diri, demi hukum akan dilanjutkan oleh,
dialihkan kepada diambil alih dan menjadi aktiva dan pasiva, usaha dan kegiatan serta hak

dan kewajiban Yayasan yang menerima penggabungan. Termasuk apabila ada tuntutan,
kewajiban dan gugatan oleh atau terhadap Yayasan yang menggabungkan diri akan
berlanjut dan menjadi tuntutan, kewajiban dan gugatan oleh dan terhadap Yayasan yang
menerima penggabungan.
Penggabungan Yayasan menurut UUY Pasal 57 dilakukan dengan memperhatikan
hal berikut:
1. Ketidakmampuan Yayasan melaksanakan kegiatan usaha tanpa dukungan
Yayasan lain;

2. Yayasan yang menerima penggabungan dan yang bergabung kegiatannya
sejenis; atau
3. Yayasan yang menggabungkan diri tidak pernah melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan Anggaran Dasarnya, ketertiban umum, dan kesusilaan.
Dalam rangka penggabungan yayasan terdapat tiga tahapan. Tahapan pertama
adalah penyusunan usul rencana Penggabungan oleh Pengurus masing-masing Yayasan
yang merupakan bahan penyusunan rancangan akta Penggabungan oleh Pengurus
Yayasan yang akan melakukan Penggabungan. Rancangan akta penggabungan harus
mendapat persetujuan dari Pembina masing-masing Yayasan.
Tahapan kedua mengenai pembuatan akta penggabungan. Akta penggabungan
harus dibuat di hadapan Notaris dalam bahasa Indonesia. Dalam pembuatan akta

penggabungan yayasan ada yang disertai perubahan anggaran dasar dan ada yang tidak
disertai perubahan anggaran dasar. Dalam hal Penggabungan Yayasan tidak diikuti
dengan perubahan Anggaran Dasar maka Pengurus Yayasan yang menerima
Penggabungan wajib menyampaikan akta Penggabungan kepada Menteri, sedangkan
dalam hal Penggabungan Yayasan diikuti dengan perubahan Anggaran Dasar, akta
perubahan Anggaran Dasar disusun oleh Pengurus Yayasan yang menerima
Penggabungan dan harus mendapat persetujuan dari Pembina yang menerima
Penggabungan.
Tahapan ketiga mengenai wajib diumumkannya hasil penggabungan yayasan oleh
Pengurus Yayasan dalam 1 (satu) surat kabar harian berbahasa Indonesia, paling lambat
30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal Penggabungan berlaku.

 Penggabungan dalam kaitannya dengan Yayasan Perguruan Tinggi A dan B
Dalam hal Yayasan Perguruan Tinggi A ingin mengambil alih perguran tinggi
Yayasan Perguruan Tinggi B, apabila ditinjau telah sesuai kriteria yang tercantum
dalam Pasal 57 ayat 1 yaitu Ketidakmampuan Yayasan melaksanakan kegiatan usaha
tanpa dukungan Yayasan lain, dimana dalam hal ini Yayasan Perguruan Tinggi B
memerlukan dukungan dari Yayasan Perguruan Tinggi A dalam menjalankan
Perguruan tinggi tersebut agar lebih berjalan maksimal baik dari segi sistem maupun
tenaga pendidiknya sehingga tujuan dari Yayasan yang bersifat sosial benar-benar


tercapai dalam hal meningkatkan pendidikan bangsa. Lalu ayat 2 Yayasan yang
menerima penggabungan dan yang bergabung kegiatannya sejenis, tentu Yayasan
Perguruan Tinggi A dan Yayasan Perguruan Tinggi B merupakan sama-sama Yayasan
Perguruan tinggi dan memiliki tujuan social yang sama pula. Maka proses
penggabungan Yayasan dapat dilakukan sesuai tahapan yang telah dijelaskan
berdasarkan Undang Undang.
 Pembubaran
Menurut Pasal 62 UUY terdapat beberapa alasan yang menyebabkan perusahaan
bubar diantaranya sebagai berikut:
1.

Jangka waktu yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar berakhir;

2.

Tujuan Yayasan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah tercapai atau

3.


tidak tercapai;
Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap berdasarkan
alasan:
a. Yayasan melanggar ketertiban umum dan kesusilaan;
b. Tidak mampu membayar utangnya setelah dinyatakan pailit; atau
c. Harta kekayaan Yayasan tidak cukup untuk melunasi utangnya setelah
pernyataan pailit dicabut.

Dalam hal Yayasan bubar karena alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
62 huruf a dan huruf b, pembina menunjuk likuidator untuk membereskan kekayaan
Yayasan, apabila tidak ditunjuk likuidator pengurus yayasan akan bertindak selaku
likuidator.
Bubarnya Yayasan menyababkan Yayasan tidak dapat melakukan perbuatan
hukum, kecuali untuk membereskan kekayaannya dalam proses likuidasi.
Pembubaran dilakukan dengan berbagai tahapan. Yang pertama Likuidator atau
kurator yang ditunjuk untuk melakukan pemberesan kekayaan Yayasan yang bubar
atau dibubarkan, paling lambat 5 (lima) hari terhitung sejak tanggal penunjukan wajib
mengumumkan pembubaran Yayasan dan proses likuidasinya dalam surat kabar
harian berbahasa Indonesia. Likuidator atau kurator dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal proses likuidasi berakhir, wajib


mengumumkan hasil likuidasi dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia.
Likuidator atau kurator dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak
tanggal proses likuidasi berakhir wajib melaporkan pembubaran Yayasan kepada
Pembina.
 Pembubaran dalam kaitannya dengan Yayasan Perguruan Tinggi A dan B
Pembubaran terhadap Yayasan Perguruan Tinggi B dapat dilakukan dengan
dasar Pasal 62 ayat 2 bahwa apabila tujuan Yayasan Perguruan Tinggi B yang
ditetapkan dalam Anggaran Dasar tidak tercapai, maka Yayasan Perguruan Tinggi B
dapat bubar, hal ini memungkinkan terjadi dalam kasus ini mengingat kondisi
Yayasan Perguruan Tinggi B yang dikatakan tidak berjalan dengan maksimal.
Dalam aturan pembubaran yang disertai likuidasi apabila dicermati dalam
Pasal 68 ayat 1 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Undang Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan menerangkan bahwa
kekayaan sisa hasil likuidasi dapat diserahkan kepada Yayasan lain atau badan hukum
lain yang mempunyai kesamaan kegiatan dengan Yayasan yang bubar. Hal ini
menyebabkan aktivanya saja yang masuk menjadi milik yayasan yang menerima
kekayaan sisa likuidasi. Maka apabila Yayasan Perguruan Tinggi B bubar, Yayasan
Perguruan Tinggi A dapat menerima kekayaan sisa likuidasi tersebut karena
merupakan Yayasan yang mempunyai kesamaan kegiatan. Namun dalam hal

pembubaran memang kedua Yayasan tersebut tidak secara utuh bergabung, dalam
pembubaran Yayasan Perguruan Tinggi B bubar, dan Yayasan Perguruan Tinggi A
hanya dapat mendapatkan kekayaan sisa hasil likuidasi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kitab Undang Undang Hukum Perdata
2. Undang Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan
3. Undang Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang Undang
Nomor 16 Tahun 2001
4. PP Nomor 63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Undang Undang Tentang Yayasan
(UUY)
5. http://repository.unair.ac.id/13183/ diakses pada 12 November 2017 Pukul 16.20