T SEJ 1302608 Chapter5

163

BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pembelajaran penerapan
modal sosial orang Sunda dalam kajian sejarah Paguyuban Pasundan di
Tasikmalaya yang dilakukan oleh peneliti, maka pada bagian ini penulis akan
mencoba menarik beberapa simpulan dan rekomendasi dengan tidak terlepas dari
fokus masalah yang telah dirumuskan.
Kesimpulan di dapat dengan melakukan komparasi antar temuan-temuan
di lapangan dengan teori-teori yang ada. Adapun simpulan yang didapat peneliti
dengan melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Desain pembelajaran sejarah, dalam hal ini perangkat perencanaan
pembelajaran dengan materi sejarah lokal dengan integtasi nilai kearifan
lokal harus dibuat dengan penuh ketelitian dan perencanaan yang tepat.
Guru membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus dan RPP
yang didesain untuk mendapatkan tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Silabus yang dibuat guru adalah silabus standar dari BSNP dengan
modifikasi


sangat

minimal.

RPP

disusun

oleh

guru

dengan

mengintegrasikan materi sejarah lokal. Integrasi nilai kearifan lokal
didesain melalui improvisasi di lapangan sesuai situasi dan kondisi
didasarkan kepada desain pembelajaran yang telah direncanakan
sebelumnya baik dalam proses pembelajaran ataupun dalam penilaian,
terutama yang dapat dilakukan dalam tindakan kehidupan sehari-hari.

2. Implementasi pembelajaran sejarah lokal dengan integrasi nilai kearifan
lokal seperti apa yang direnanakan dalam rencana pembelajaran, diawali
dengan kegiatan awal dengan menggunakan Pre-test untuk mendapatkan
entry behaviour peserta didik dalam kesiapannya untuk mengikuti proses

pembelajaran. Setelah merasa peserta didik siap untuk melaksanakan
kegiatan pembelajaran, kemudian guru melaksanakan kegiatan inti. Dalam
Haryyana Suhendar, 2015
PENERAPAN MODAL SOSIAL ORANG SUNDA MELALUI KAJIAN SEJARAH PAGUYUBAN PASUNDAN
DI TASIKMALAYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

164

kegiatan inti ini, guru mengimplementasikan teknik sydney micro skills,
dimana guru dapat mengarahkan peserta didik dalam proses pembelajaran,
atau mengelola kelas dari awal pelajaran sampai akhir pelajaran.
Selanjutnya guru juga dalam menjelaskan materi pelajaran memberikan
penguatan kepada peserta didik. Selain itu, guru melakukan variasi dalam
pembelajaran, mengelola diskusi serta memberikan pelajaran baik secara

individu ataupun kelompok. Kemudian dalam kegiatan penutup guru
membuat rangkuman materi yang telah disampaikan kepada peserta didik,
memberikan evaluasi dengan berbagai variasi yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi peserta didik serta memberikan refleksi.
3. Hasil pembelajaran sejarah lokal dengan integrasi kearifan lokal
menunjukan adanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman dari
peserta didik, terutam munculnya sebuah kesadaran sejarah. Penerapan
nilai kearifan lokal budaya Sunda silih asih – silih asah – silih asuh dalam
pembelajaran telah membuat peserta didik tumbuh kesadaran etnosentris,
dimana peserta didik diajak untuk menyelami dan memahami budaya hasil
nenek moyangnya. Selain itu, integrasi nilai kearifan lokal budaya Sunda
silih asih – silih asah – silih asuh dalam pembelajaran akan menghasilkan

sebuah resiprocity berupa solidaritas atau kesetiakawanan sosial yang
merupakan sebuah modal sosial dan dapat berkontribusi menjadi sebuah
trust dalam mengarungi kehidupan ke depannya.

4. Kendala dalam implementasi pembelajaran sejarah lokal dengan integrasi
nilai kearifan lokal adalah terbatasnya informasi yang didapat, baik dari
referensi buku ataupun sumber lainnya. Selain itu pula, nilai kearifan lokal

yang diimplementasikan tidak akan serta merta langsung diterima oleh
peserta didik, namun lambat laun peserta didik memahami dan kemudian
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Solusi yang dapat dilaksanakan dalam rangka mengurangi kendala yang
muncul dalam pembelajaran sejarah lokal dengan integrasi kearifan lokal
adalah dengan peningkatan kemampuan guru, dimana guru harus berani
mengupgrade kompetensinya dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Haryyana Suhendar, 2015
PENERAPAN MODAL SOSIAL ORANG SUNDA MELALUI KAJIAN SEJARAH PAGUYUBAN PASUNDAN
DI TASIKMALAYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

165

Selain itu pula diharapakan adanya peranan dari stakeholder pendidikan
terkait untuk dapat terus membuat kebijakan dalam upaya melestarikan
dan mengembangkan budaya daerah.

B. Rekomendasi
Rekomendasi yang diperoleh peneliti berdasarkan hasil penelitian ini

ditujukan kepada pihak-pihak terkait yang dapat terlibat dalam pengembangan
pembelajaran sejarah di sekolah, khususnya pembelajaran sejarah lokal. Adapun
rekomendasi yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Guru sejarah diharapkan

dalam

fungsinya

sebagai “curriculum

developer ” dapat membuat desain pembelajaran sejarah dan kemudian

mentransformasikannya dalam proses pembelajaran. Dalam implementasi
pembelajaran, khususnya pembelajaran sejarah lokal, guru harus dapat
meningkatkan “professional skills” dengan mengembangkan berbagai
metode dan model pembelajaran tanpa melupakan keanekaragaman
peserta didik, serta dapat mengklonklusikannya dengan kehidupan seharihari sebagai sebuah kesadaran sejarah.
2. Sekolah,


dalam

hal

ini

adalah

perangkat

sekolah

harus

mengimplementasikan visi, misi, strategi sekolah dalam bentuk nyata,
bukan hanya semboyan atau slogan saja. Implementasi dari visi, misi
ataupun strategi sekolah dapat terjadi dalam sebuah proses pembelajaran.
Integrasi dari visi, misi dan strategi sekolah ke dalam sebuah proses
pembelajaran dapat terjadi apabila adanya keinginan dari berbagai
perangkat sekolah dimulai dari Kepala Sekolah, guru-guru dan tenaga

kependidikan lainnya untuk mengimplementasikannya.
3. Stakeholders pendidikan, dalam hal ini seperti Yayasan ataupun Dinas
Pendidikan, dimana

lembaga

tersebut

mempunyai

kekuatan dan

kewenangan untuk dapat menyusun referensi yang dapat digunakan dalam
pembelajaran sejarah. Khusus untuk SMA yang berada di naungan
Paguyuban Pasundan, Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah (YPDM)
dapat menyusun buku referensi sejarah mengenai Paguyuban Pasundan
Haryyana Suhendar, 2015
PENERAPAN MODAL SOSIAL ORANG SUNDA MELALUI KAJIAN SEJARAH PAGUYUBAN PASUNDAN
DI TASIKMALAYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


166

yang dapat digunakan di lingkungan terbatas. Dengan adanya buku
referensi tersebut diharapkan peserta didik dapat membacanya dan
kemudian dapat lebih mengenal dan memiliki lembaga pendidikan dimana
peserta didik bersekolah. Selanjutnya adalah peranan Pemerintah, dimana
SMA Pasundan 1 Tasikmalaya yang berada di bawah arahan Dinas
Pendidikan Kota Tasikmalaya dapat mengejawantahkan program dari
Provinsi Jawa Barat dengan program “ nyunda ”-nya dengan membuat
payung hukum dalam implementasi pelestarian dan pengembangan budaya
daerah.
4. Peserta didik SMA Pasundan 1 Tasikmalaya sebagai generasi penerus
bangsa agar dapat terus meningkatkan pengetahuan dan pemahamannya
mengenai pentingnya belajar sejarah, terutama belajar sejarah lokal yang
tidak jauh dari lingkungan tempat tinggalnya. Selanjutnya nilai kearifan
lokal budaya Sunda silih asih – silih asah – silih asuh agar dapat terus
diimplementasikan di dalam kehidupan sehari-hari bukan hanya dalam
pembelajaran di dalam kelas saja. Hal ini dapat menjadi sebuah modal
sosial dalam mengarungi kehidupan di dunia nyata.

5. Peneliti selanjutnya yang tertarik dengan implementasi pembelajaran
sejarah lokal dengan menerapkan nilai kearifan lokal direkomendasikan
untuk terus mengkaji dan menelaah berbagai pemasalahan yang ada dalam
pembelajaran sejarah. Selain itu pula, diharapkan dapat mencoba
mengimplementasikan pembelajaran sejarah lokal dengan integrasi nilai
kearifan lokal dalam pembelajaran sejarah dengan latar situasi dan kondisi
yang berbeda, dengan guru yang berbeda dan dengan peserta didik yang
berbeda. Hasil temuan yang didapat dalam penelitian ini hendaknya dapat
dikembangkan melalui penelitian-penelitian lagi untuk mendapatkan hasil
penelitian yang lebih baik dari segi metodologi ataupun teori. Diharapkan
penelitian dan penelitian secara berkelanjutan dapat meningkatkan
kompetensi peneliti.

Haryyana Suhendar, 2015
PENERAPAN MODAL SOSIAL ORANG SUNDA MELALUI KAJIAN SEJARAH PAGUYUBAN PASUNDAN
DI TASIKMALAYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu