7. Artikel Ilmiah SKRIPSI 40 45

Jurnal Teknol
nologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun 20
2013, Halaman 40-45
Online di: http://ejournal-s1.undip
dip.ac.id/index.php/jtki

PENGERINGAN
AN GABAH MENGGUNAKAN ZEOL
OLIT 3A
PADA ALAT
A
UNGGUN TERFLUIDISASI
Djoko Mulyono (L2C
2C008126) dan Jefri Chandra Runanda (L2
L2C008133)
Jurusan Teknik
ik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponeg
negoro
Jl. Prof. Sudharto, Te
Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)
24)7460058

Pembimbing: Dr. Ir. Ratnawati, MT dan Dr. M. Djaeni, S.T,M
,M.Eng
Abstrak
Indonesia sebagai negara ag
agraris memiliki tanah yang subur dan hasil pertanian
ian yang melimpah,
salah satu hasil pertanian tersebut
ter
adalah gabah. Produksi gabah di Indonesia ter
termasuk tiga besar
penghasil gabah dunia. Pen
enanganan gabah di Indonesia sering kali terkendala
ala dengan masalah
pengeringan. Masih banyakk di
d Indonesia para petani menggunakan cahaya mataha
ahari sebagai media
pengering, tentu hal ini tidak
dak selalu menguntungkan karena cuaca di Indonesia
ia tidak
t

selalu cerah
dan pengeringan mengguna
nakan cahaya matahari ini membutuhkan waktu yang
ang lama, sehingga
dibutuhkan proses pengering
ingan yang lebih efisien dari segi energi dan waktu pengeringan,
pe
maka
dari itu digunakan pengering
ingan dengan menggunakan zeolit sintetis. Pada prose
ses pengeringan ini
lebih efisien karena prosess perpindahan
p
panas dan massa terjadi secara simultan
tan di dalam unggun
terfluidisasi. Bahan yang dikeringkan
d
dikontakkan dengan gas panas sehingg
ngga dengan panas
tersebut dapat menguapkann uuap air yang terdapat pada bahan dan dengan ditamb

mbahakannya zeolit
sehingga udara menjadi lebi
ebih kering yang dapat mempercepat proses pengeringa
ngan sehingga lebih
efisien. Pada pengeringan ini
in digunakan beberapa variabel diantaranya suhu 330-60oC, flow rate
udara 2-5 m/s dan perbandin
dingan gabah dan zeolit 40, 60, 80 dan 100 % gabahh dan
d variabel yang
diamati adalah 5 gr gabahh setiap
s
5 menit. Dari hasil percobaan diperoleh temp
mperatur yang baik
untuk proses pengeringan adalah
ad
pada suhu 60oC, untuk variabel flow rate yangg paling
p
baik adalah
pada kecepatan udara sebesa
esar 5 m/s dan untuk variabel perbandingan gabah dan

an zeolit yang paling
baik adalah pada perbanding
ingan gabah : zeolit sebesar 40 : 60.
geringan, Fluidisasi, Zeolit Sintetis, Flow Rate
Kata Kunci : Gabah, Penger
Abstract
Indonesia as an agricultural
al country has fertile soil and abundant crops, one agric
ricultural product is
rice. Production of rice in Indonesia, including the three major grain-produ
oducing world. The
handling of grain in Indones
esia are often plagued with the problem of drying. Inn Indonesia
I
are still
many farmers use solar light
ht as a medium of drying, of course this is not alwayss bbeneficial because
the weather in Indonesia iss nnot always bright and the sun is drying takes a longg time,
ti
so we need a

more efficient drying process
ess in terms of energy and drying time , and therefore the
th use of drying by
using synthetic zeolites. In the
th drying process is more efficient because the heat
at and
a mass transfer
processes occurring simultan
taneously in the fluidized bed. The dried material is cont
ontacted with the hot
gas so that the heat can eva
vaporate the water vapor contained in the material and
an the presence of
zeolite making the air becom
omes drier to speed up the drying process making it more
mor efficient. In the
drying is used several variab
iables such as temperature 30-60oC, air flow rate 2-55 m / s and the ratio
of grain and zeolite 40, 60,, 880 and 100% of the grains and the observed variable
le is 5 grams of rice

every 5 minutes. From the ex
experimental results obtained for both temperature dryi
ying process is at a
temperature of 60 ° C, forr va
variable flow rate is best at air velocity of 5 m / s and
an for the variable
ratio of grain and the zeolite
ite is best on a comparison of grain: the zeolite by 40: 60.
60
Key Words : Unhulled Rice,
ce, Drying, Fluidization, synthetic zeolite, Flow Rate
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negar
gara agraris dimana salah satu produk yang dihasilkanny
nya adalah gabah. Gabah
menjadi komoditi yang penting dii IIndonesia, bahkan produksi gabah di Indonesia termaasuk dalam peringkat 3
besar dunia. Kendala yang dihadap
api dalam produksi gabah di Indonesia adalah masalah
lah pengeringan dimana
masih banyak petani menggunakan

kan cahaya matahari sebagai media pengering. Hal
al ini tentu tidak selalu
menguntungkan karena cuaca di Ind
Indonesia tidak selalu cerah sehingga pada saat cuaca hujan
hu
maka gabah tidak
40

Jurnal Teknol
nologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun 20
2013, Halaman 40-45
Online di: http://ejournal-s1.undip
dip.ac.id/index.php/jtki

bisa dikeringkan dan menyebabkann gabah
g
menjadi tidak baik kualitasnya. Untuk menghin
indari hal ini dibutuhkan
alat pengering buatan yaitu dengann m
menggunakan alat unggun terfluidisasi.

Pengeringan dengan alatt uunggun terfluidisasi dipilih karena mutu produk yang
ya
didapatkan relatif
seragam, kontinyuitas produk terjam
jamin, dan pemantauan kadar air dapat terkontrol. Prin
rinsip dasar pengeringan
adalah pengambilan air yang dalam
lam jumlah relatif kecil yang terdapat di dalam suat
uatu material yang akan
dikeringkan dengan cara diuapkan
an dengan penambahan panas. Dalam proses pengerin
ringan terjadi 3 tahapan
proses pengeringan yaitu pemanasa
asan pendahuluan atau penyesuaian temperature terha
hadap bahan yang akan
dikeringkan, pengeringan dengan kecepatan
ke
konstan (Constant Rate Period) dan pengerin
ringan dengan kecepatan
menurun (Falling Rate Period) (Dem

emerle dan Walter, 1988; Treyball, 1983).
Dalam proses pengeringa
ngan menggunakan unggun terfluidisasi ini ada beberapa
b
faktor yang
berpengaruh diantaranya adalah tem
emperatur, semakin tinggi temperatur semakin besar ene
nergi panas yang dibawa
sehingga proses pengeringan menjad
jadi lebih cepat namun ada beberapa bahan yang sensiti
sitif terhadap panas salah
satunya adalah gabah yang sensitif
tif terhadap suhu tinggi dan lamanya waktu operasi ya
yang dapat menurunkan
yield serta kualitas gabah yang men
engakibatkan turunnya kualitas rasa dan aroma beras
as (Bonazzi dkk,. 1997).
Pengeringan pada suhu rendah dap
dapat mempertahankan kualitas gabah karena pada su
suhu rendah komponen

essensial gabah seperti protein dll
ll dapat dipertahankan (Djaeni, 2008). Faktor lainnya
ya yaitu laju alir udara
dimana semakin cepat laju alir udara
ara maka proses pengeringan menjadi semakin cepat dik
dikarenakan aliran udara
pada proses pengeringan berfungsii membawa
m
panas untuk menguapkan kadar air bahan se
serta mengeluarkan uap
air hasil penguapan tersebut (Diswa
wandi Nurba, 2010). Faktor yang lainnya yaitu pengaru
aruh zeolit dimana zeolit
dapat membuat udara pengering me
menjadi semakin kering dan dapat membawa uap air dari
da bahan lebih banyak
sehingga proses pengeringan menj
enjadi lebih cepat dan juga zeolit memberikan hasil
sil positif dalam proses
pengeringan secara adsorpsi untuk m

mempercepat dan meningkatkan efisiensi energi (Djaen
aeni dkk, 2007).
BAHAN-BAHAN DAN METODE
DE
Bahan Penelitian dan Persiapan Katalis
K
Bahan yang digunakan dala
alam penelitian ini adalah gabah yang diambil dari dae
aerah boyolali dan zeolit
sintetis jenis 3A. Sebelum digunak
akan, katalis diaktivasi terlebih dahulu untuk menghi
ghilangkan kadar airnya.
Aktivasi dilakukan pada suhu 300oC selama 3 jam.
Pengeringan menggunakan
kan alat unggun terfluidisasi menggunakan udara panas
pa
sebagai medium
pengeringnya. Gabah hasil panen dim
dimasukkan ke dalam unggun lalu udara panas dimasuk
sukkan dengan kecepatan
tertentu dan dalam waktu tertentu gabah
ga
tersebut diambil dan diukur kadar airnya.
Metode Penelitian

Gambar. 1 Alat Unggun terfluidisas
sasi. (1) kolom unggun terfluidisasi, (2) termometer, (3) kran bukaan pengatur
flow rate, (4) heater, (5) indikator suhu
su pemanas, (6) termostat, (7) saklar on, (8) saklarr of
off, (9) flow meter, (10)
selang pengalir udara, (11) kompress
essor
Percobaan dilakukan denga
gan menyiapkan peralatan seperti gambar diatas. Lalu
lu timbang gabah seberat
5 gr dan dibungkus dengan kain kas
assa dan diikat dengan tali, lalu ditimbang kembali bera
eratnya. Zeolit ditimbang
5 gr lalu dibungkus kain kassa dan
an diikat dengan tali, lalu ditimbang kembali beratnya.
ya. Dalam percobaan ini
terdapat variabel berubah diantaran
anya adalah perbandingan gabah dan zeolit yaitu sebesa
esar 100 % , 80 %, 60 %
dan 40 % gabah lalu temperatur sebe
ebesar 30, 40, 50, dan 60oC, lalu flow rate udara sebesar
ar 2, 3, 4, dan 5 m/s.
41

Jurnal Teknol
nologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun 20
2013, Halaman 40-45
Online di: http://ejournal-s1.undip
dip.ac.id/index.php/jtki

lakukan dengan mengeringkan gabah sebanyak 5 gr didalam
did
oven pada suhu
Percobaan mula-mula dilak
121oC selama 3 jam setelah 3 jam
m ddihitung perubahan berat yang terjadi pada gabah dan
da ini merupakan basis
berat gabah untuk perhitungan kada
dar air. Lalu gabah ditimbang sesuai dengan variabel (100,
(1
80, 60, 40 %) jika
100 % maka gabah yang digunakan
kan 100 gr, jika 80 % maka gabah yang digunakan 80 gr dst dimasukkan ke
dalam unggun. Setelah itu 5 gr gabah
ga
dan 5 gr zeolit yang telah dibungkusa kassaa dan
d diikat dengan tali
dimasukkan dalam unggun dan diika
iikatkan, hal ini dimaksudkan agar dalam proses pengam
ambilan dan pengukuran
bisa lebih mudah. Setelah itu udara
ra dialirkan ke dalam unggun sesuai variabel (2, 3, 4, 5 m/s) dan temperatur
juga sesuai dengan variabel (30, 40,
40 50, 60oC). Dalam selang waktu 5 menit 5 gr gabah
bah dan 5 gr zeolit yang
digantung, diambil dan diukur berat
ratnya untuk mengetahui perubahan beratnya setiap wak
aktu untuk mendapatkan
kadar air gabah. Dalam percobaa
aan ini dicari variabel yang paling baik untuk pro
roses pengeringan baik
temperatur, laju alir udara dan perba
bandingan gabah dengan zeolit.
Analisa Kadar Air
Kadar air adalah faktor terp
erpenting dalam proses pengeringan, karena hal yang ditinjau
di
adalah kadar air
yang diijinkan terdapat didalam bah
bahan. Menurut bulog kadar air yang diijinkan terdapa
apat dalam gabah adalah
berkisar 12-14%. Untuk menghitun
ung kadar air, maka digunakan metode perhitungan dry bassis, dimana berat
sampel sebelum dikeringkan dikuran
rangi berat sampel setelah dikeringkan dibagi dengan ber
berat sampel.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Temperatur
Variabel yang ditinjau dalam
dal
percobaan ini yang pertama adalah temperatur.
ur. Pengaruh temperatur
dapat dilihat pada gambar dibawah
ah ini. Dalam pembahasan ini diambil satu contoh data
ata karena data yang lain
menunjukkan trend yang sama seper
perti grafik dibawah ini :
19

Kadar Air ( % )

18
17
16

Suh 30
Suhu

15

Suh 40
Suhu

14

Suh 50
Suhu

13

Suh 60
Suhu

12
0

20

40

60

80

Waktu (menit)
Gambar 1 Pengaruh temperatur terhadap
terh
kadar air pada perbandingan gabah dan zeolitt 100:0
10
dan dengan flow
rate udara 5 m/s
Pada grafik diatas terlihat
at bahwa Pada grafik diatas didapatkan untuk suhu 30oC membutuhkan waktu
60 menit untuk mencapai kadar airr yyang diinginkan, untuk suhu 40oC membutuhkan waktu
ktu 55 menit, suhu 50 oC
o
membutuhkan waktu 50 menit dann ssuhu 60 C membutuhkan waktu 45 menit. Dalam hall ini
i pengaruh suhu yang
ditinjau adalah hanya pada suhu 40oC, 50oC dan 60oC karena ketiga variabel suhu terseb
sebut memiliki kadar air
awal yang sama sedangkan untuk variabel
v
suhu 30oC tidak bisa dibandingkan karena memiliki
m
kadar air awal
yang berbeda saat dilakukan proses
es pengeringan. Operasi pengeringan terdiri dari peristi
istiwa perpindahan panas
dan massa yang terjadi secara simu
imultan. Bahan yang akan dikeringkan dikontakkan de
dengan gas yang panas,
sehingga panas akan berpindah da
dari gas ke bahan tersebut, dan menyebabkan airr menguap
m
kedalam gas
pengering (Treyball, 1983).
Berdasarkan data diatas da
dapat disimpulkan bahwa semakin besar suhu maka
ka semakin cepat proses
pengeringan. Semakin tinggi suhu
hu udara pemanas, semakin besar pula energy pana
anas yang dibawa yang
menyebabkan perbedaan medium ppemanas dan bahan yang akan dikeringkan semakin
kin besar. Hal ini akan
mempercepat proses penguapan air
air, sehingga waktu yang dibutuhkan dalam pengerin
ringanpun menjadi lebih
singkat. Menurut penelitian Soponro
nronnarit (2009) bahwa proses pengeringan sebaiknya di
dilakukan dibawah suhu
42

Jurnal Teknol
nologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun 20
2013, Halaman 40-45
Online di: http://ejournal-s1.undip
dip.ac.id/index.php/jtki
600C. kondisi suhu pengeringan ini juga diperkuat oleh pernyataan Dong (2009), diman
ana dari hasil penelitian
suhu yang baik digunakan adalah 500C.
Menurut penelitian yangg telah
t
dilakukan oleh Anggi Agusniar dan Diah Seti
etiyani (2011), semakin
tinggi suhu udara pengering makaa relative humidity udara akan semakin rendah sehing
ingga transfer panas dan
massa antara udara dan bahan yan
ang akan dikeringkan akan semakin besar, dan hall ini
in juga sesuai dengan
pernyataan Zhang dan Wu (2010)) yyang dikutip oleh Argoto Mahayana (2011) bahwaa ppenurunan kelembaban
relatif berhubungan dengan kenaikan
kan suhu udara. Berdasarkan penelitian lain yang dilakuk
kukan oleh Shanti (2008)
yang dikutip oleh Argoto Mahayana
ana (2011) bahwa semakin tinggi suhu pengeringan sem
semakin berkurang kadar
air dalam bahan. Hal ini disebabkan
an karena energi panas dalam udara pengering mampuu menguapkan molekulmolekul air yang ada pada permukaa
kaan sehingga meningkatkan tekanan uap air dalam bah
ahan karena kelembaban
udara disekeliling bahan menurun.
n. Peningkatan tekanan uap air ini menyebabkan terjadi
adinya aliran uap air dari
dalam bahan ke udara sehingga meningkatkan
me
kecepatan penguapan. Penguapan terseb
sebut diakibatkan karena
terjadinya perbedaan tekanan uap an
antara bahan dengan uap air diudara. Tekanan uap air bahan pada umumnya
lebih besar dari pada tekanan uap air udara sehingga terjadi perpindahan massa air dari bahan
bah ke udara.
Dari penelitian yang telahh dilakukan, diketahui bahwa suhu yang paling baik digunakan
di
dalam proses
pengeringan adalah 600C, karena m
memberikan waktu yang paling singkat. Proses penge
geringan berhenti ketika
kadar air dalam gabah mencapai 12
12-14% (Bulog). Menurut Diswandi Nurba (2010) suhu
hu udara pengering akan
mempengaruhi laju penguapan air ba
bahan.

Kadar Air ( % )

Pengaruh Laju Alir Udara
variabel selanjutnya yangg ditinjau
d
adalah pengaruh laju alir udara. Untuk menget
getahui pengaruh laju alir
udara dapat dilihat pada grafik diba
ibawah ini. Dalam pembahasan ini diambil satu contoh
toh data saja karena data
yang lain menunjukkan trend yangg sama
s
dengan grafik dibawah ini.
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10

Flow
w 2 m/s
m
Flow
w 3 m/s
m
Flow
w 4 m/s
m
Flow
w 5 m/s
m
0

20

40

60

80

100

Waktu (menit)
Gambar 2 Pengaruh Laju Alir Ud
Udara Terhadap Kecepatan Pengeringan pada Suhu 40oC dan perbandingan
gabah dengan zeolit 100 : 0
Karena pada grafik diatass terdapat
te
perbedaan kadar air awal maka pembahasan di
dibagi menjadi 2 bagian
yaitu perbandigan flow udara padaa 2 m/s vs 5 m/s dan perbandingan flow udara pada 3 m/s
m vs 4 m/s.
Flow Udara 2 m/s vs 5 m/s
Berdasarkan grafik diatas
as didapatkan untuk flow rate udara sebesar 2 m/s me
membutuhkan waktu 80
menit untuk mencapai kadar air yan
ang diinginkan, sedangkan untuk flow rate udara sebesa
esar 5 m/s membutuhkan
waktu selama 55 menit yang dibutuh
tuhkan untuk proses pengeringan agar mencapai kadarr air
ai yang diinginkan.
Flow Udara 3 m/s vs 4 m/s
untuk flow rate udara se
sebesar 3 m/s membutuhkan waktu 75 menit, untuk
un
flow rate 4 m/s
membutuhkan waktu 60 menit untuk
tuk mencapai kadar air yang diinginkan.
Dari grafik diatas dapat disimpulkan
di
bahwa semakin besar laju alir udara mak
aka proses pengeringan
semakin cepat hal ini dikarenakan
an aliran udara pada proses pengeringan berfungsi membawa
m
panas untuk
menguapkan kadar air bahan sertaa mengeluarkan
m
uap air hasil penguapan tersebut (Diswa
wandi Nurba,2010). Uap
air hasil penguapan bahan dengan
an panas harus segera dikeluarkan agar tidak membbuat jenuh udara pada
43

Jurnal Teknol
nologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun 20
2013, Halaman 40-45
Online di: http://ejournal-s1.undip
dip.ac.id/index.php/jtki

permukaan bahan, yang akan meng
engganggu proses pengeringan. Semakin besar volume
me udara yang mengalir
maka akan semakin besar kemamppuannya dalam membawa dan menampuang air dari
ri permukaan bahan dan
proses pengeringan pun menjadi leb
lebih cepat. Sehingga semakin besar besar laju alir uda
dara, akan mempercepat
proses pengeringan.
Menurut data percobaan diatas makan
ma
dapat disimpulkan laju alir udara yang palingg baik untuk digunakan
dalam proses penelitian adalah sebes
besar 5 m/s.
Pengaruh Jumlah Zeolit
Variabel selanjutnya yangg ditinjau
d
adalah pengaruh jumlah zeolit. Untuk menge
getahui pengaruh jumlah
zeolit dapat dilihat pada grafik diba
ibawah ini. Dalam pembahasan kali ini diambil satu contoh
co
data saja karena
data yang lain menunjukkan trend ya
yang sama dengan grafik dibawah ini.
21

Kadar Air ( % )

19
17
0% Zeolit
Ze

15

20%
% ZZeolit
13

40%
% ZZeolit

11

60%
% ZZeolit

9
0

20

40

60

80

100

Waktu (Menit)
Gambar 3 Pengaruhh P
Perbandingan Gabah : Zeolite pada suhu 40oC dan flow
flo 2 m/s
Berdasarkan hasil percobaa
aan untuk perbandingan gabah dan zeolit sebesar 100 : 0 membutuhkan waktu
pengeringan selama 80 menit, untuk
uk perbandingan gabah dan zeolit sebesar 80 : 20 memb
mbutuhkan waktu selama
60 menit, perbandingan gabah dan
an zeolit sebesar 60 : 40 membutuhkan waktu selama
ma 50 menit dan untuk
perbandingan gabah dan zeolit sebes
besar 40 : 60 membutuhkan waktu selama 25 menit unt
untuk mencapai kadar air
yang diinginkan.
Dalam pembahasan ini han
anya ditinjau variabel yang memiliki jumlah zeolit 0%,
%, 40% dan 60%, karena
ketiga variabel tersebut memiliki ka
kandungan air awal yang sama sedangkan untuk jumlah
lah zeolit 20% tidak bisa
dibandingkan karena kandungan air
ai awalnya berbeda. Dari hasil percobaan diatas terlihat
ter
semakin banyak
jumlah zeolit yang diikutsertakan da
dalam proses pengeringan, maka waktu pengeringann semakin
s
cepat. Hal ini
dikarenakan semakin banyak jumlah
lah zeolit maka semakin banyak pula jumlah uap air yang
yan terkandung di udara
diserap kedalam zeolit sehingga udara
ud
menjadi kering dan dapat membawa air yang terkandung
te
pada bahan.
Dari hasil percobaan yang telahh dilakukan komposisi gabah dan zeolit yang palin
ling baik untuk proses
pengeringan adalah 40 : 60 %.
KESIMPULAN
Temperatur pengeringan yang paling
ling baik adalah 60oC, Laju udara pengering yang paling
ing baik adalah sebesar 5
m/s dan Komposisi gabah : zeolit yang
ya paling baik untuk proses pengeringan adalah 40 : 60.
6
SARAN
Pengaturan laju udara dalam proses
ses pengeringan harus dilakukan secara teliti dan dipant
antau terus menerus agar
hasil yang diperoleh maksimal dan
an juga penelitian ini harus dilakukan dalam intervall waktu
w
yang berdekatan
agar kadar air awal pada bahan diset
setiap kali run tidak terlampau jauh berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Dan, E.D., Dana, M.S., John, M.B.,
., Rod, J.R., Lisa, J.G. and Ron, A.B. (2009). A Model-B
Based Methodology for
Spray-Drying Process Develop
lopment. J Pharm Innov (2009) 4:133-142.
Djaeni, M.; Bartels, P.; Sanders, J.; Straten, G. van; Boxtel, A.J.B. van. (2007). Proces
cess integration for food
drying with air dehumidified by zeolites. Drying Technology, 25(1), 225-239
44

Jurnal Teknol
nologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun 20
2013, Halaman 40-45
Online di: http://ejournal-s1.undip
dip.ac.id/index.php/jtki

Djaeni, M. (2008). Energy Efficien
ient Multistage Zeolite Drying for Heat Sensitive Prod
oducts. Doctoral Thesis,
Wageningen University, The Netherlands,
N
ISBN:978-90-8585-209-4,
Djaeni, M.; Bartels P.V.; Sanders J.P.M.;
J.P
van Straten, G.; van Boxtel, A.J.B.(2008). CFD
D for Multistage Zeolite
Dryer Design. Journal of Dryin
ying Tech, 26 (4)
Mahayana, A. (2011). Pengeringan
an Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma Cottoni dengan
de
Spray Dryer dan
Udara yang Didehumidifikasi
asi dengan Zeolit Alam Tinjauan : Kualitas Produk
uk dan Efisiensi Panas.
Universitas Diponegoro : Tesis
sis.
Nurba, D. (2010). Analisis Distribus
busi Suhu, Aliran Udara, RH dan Kadar Air dalam In-St
Store Dryer (ISD) untuk
Biji Jagung. Institut Pertaniann Bogor.
B
Setiyani, Diah dan Anggi Agusnia
iar. (2011). Pengeringan Jagung dengan Metode Mix
ixed-Adsorption Drying
Menggunakan Zeolite Pada Un
Unggun Terfluidisasi. Universitas Diponegoro : Skripsi.
si.
Soponronnarit, S. (2003). Fluidized
ed Bed Grain Drying. Proceedings of the 3rd Asia-Pacifi
cific Drying Conference,.
1-3 September 2003. Asian Institute
Ins
of Technology, Bangkok, Thailand, pp. 55-71
Treyball (1983). Demerle dan Walte
lter, (1988). “Mass transfer operation”, 3 th ed., internati
ational student edition,
Tokyo.
Zhang, J and Wu, Y. (2010). Exper
perimental Study on Drying High Moisture Paddy byy Heat
H
Pump Dryer with
Heat Recovery. Internationall Journal
Jo
of Food Engineering. Volume 6, Issue 2 20100 A
Article 14.

45