PENGARUH TAYANGAN SERIAL KISAH 9 WALI EPISODE “SUNAN BONANG DAN GUPTAJA” DI TRANS TV TERHADAP KERUKUNAN DALAM KELUARGA MASYARAKAT KELURAHAN AMPEL KOTA SURABAYA.

(1)

PENGARUH TAYANGAN SERIAL KISAH 9 WALI EPISODE “SUNAN BONANG DAN GUPTAJA” DI TRANS TV TERHADAP KERUKUNAN DALAM KELUARGA MASYARAKAT KELURAHAN AMPEL KOTA

SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Program Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

SITI ROHMADINI

NIM. B01213022

PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

SITI ROHMADINI, NIM. B01213022, 2017. Pengaruh Tayangan Serial Kisah 9

Wali episode “Sunan Bonang dan Guptaja” di Trans TV terhadap Kerukunan dalam Keluarga Masyarakat di Kelurahan Ampel Kota Surabaya. Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Tayangan, Serial, Televisi, Kisah 9 Wali, Pesan Dakwah, Kerukunan, Keluarga.

Fokus Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah Apakah ada Pengaruh Tayangan Serial Kisah 9 Wali episode “Sunan Bonang dan Guptaja” di Trans TV terhadap Kerukunan dalam Keluarga Masyarakat di Kelurahan Ampel Kota Surabaya.

Untuk mengidentifikasi persoalan tersebut secara mendalam dan menyuluruh, dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif deskriptif. Hasil ini diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan rumus Rank Order Spearman’s. Untuk menguji nilai koefisien korelasinya digunakan cara sederhana yaitu dengan melihat angka indeks korelasi Rank Order Spearman’s (rho) yang telah diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan tabel interpretasi sederhana nilai “r”. Dari perhitungan tersebut dapat diperoleh rho sebesar 0,987 berarti perolehan tersebut sangat tinggi. Ini berarti antara variabel X dan variabel Y terdapat hubungan yang searah. Berdasarkan interpretasi tersebut nilai rho berada pada interval 0,800 – 1,000. Ini berarti antara variabel X dan variabel Y terdapat hubungan yang tinggi. Setelah itu nilai rho dikonsultasikan dengan tabel z dan diketahui bahwa nilai z hitung sebesar 3,427 lebih besar dari pada tabel z, baik pada taraf signifikansi 5% (0,99972) maupun 1% (0,99968) dengan ini hipotesa kerja (Ha) diterima dan hipotesa nihil (Ho) ditolak.

Adanya pengaruh tayangan serial kisah 9 wali Trans TV terhadap kerukunan dalam keluarga masyarakat di kelurahan Ampel, kota Surabaya sebesar 97,4%.

Terkait fokus masalah dan kesimpulan tersebut, Peneliti merekomendasikan untuk melanjutkan kajian lanjutan terhadap masalah yang peneliti kaji, tetapi tentunya dengan fokus masalah dan analisis yang berbeda.


(7)

DAFTAR ISI

Judul Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan Tim Penguji ... iii

Surat Pernyataan Keorisinilan Skripsi ... iv

Halaman Motto dan Persembahan ... v

Kata Pengantar ... vi

Abstrak ... ix

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xi

Daftar Isi ... xii

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 9

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Hipotesis... 10

E. Batasan Penelitian... 11

F. Manfaat Penelitian... 12

G. Definisi Operasional... 12

H. Kajian Teoritik... 15

I. Penelitian Terdahulu Yang Relevan... 19

J. Sistematika Pembahasan... 22

BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN... 24

A. Media Penyiaran... 24

1. Pengertian Media Penyiaran... 24

2. Sejarah Media Penyiaran... 25

3. Karakteristik Media Penyiaran...………... 26

4. Televisi Sebagai Media Penyiaran... 28

a) Pengertian Televisi... 28

b) Sejarah Televisi... 31

c) Program Televisi... 37

d) Acara Televisi... 38

e) Kelebihan dan kekurangan media televise... 39

5. Televisi Sebagai Media Massa... 40

a) Prilaku masyarakat pasca menonton TV... 42

b) Acara Televisi dan Perubahan Sikap Pemirsa... 44


(8)

B. Konsep Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah dalam

Membentuk Kerukunan Keluarga... 46

1. Konsep Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warrahmah... 46

a) Pengertian Sakinah... 46

b) Pengertian Mawaddah... 47

c) Pengertian Warahmah... 47

d) Konsep keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah.. 48

2. Kerukunan dalam Keluarga... 54

a) Pengertian Kerukunan Keluarga... 54

b) Rumah Tangga Yang Rukun atau Harmonis... 57

c) Faktor Yang Mempengaruhi Kerukunan Keluarga.. 60

BAB III : METODE PENELITIAN... 63

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 63

B. Obyek Penelitian... 64

C. Populasi, Teknik Sampling, dan Sample... 64

D. Variabel dan Indikator Variabel... 67

E. Teknik Pengumpulan Data... 69

F. Teknik Analisis Data... 73

BAB IV : PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA... 81

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 81

1. Gambaran Lokasi Penelitian... 81

2. Gambaran Umum Kehidupan Beragama Masyarakat Daerah Ampel... 90

3. Sejarah dan Perkembangan TRANS TV... 91

4. Deskripsi Serial Kisah 9 Wali... 96

5. Sinopsis Episode “Sunan Bonang dan Guptaja”... 97

B. Penyajian Data... 99

1. Uji Validitas Data... 102

2. Analisis Uji Hipotesis Korelasi Rank Order Spearman’s.. 104

BAB V : PENUTUP... 111

A. Simpulan ... 111

B. Saran ... 112

Daftar Pustaka... xiv Lampiran - Lampiran


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai manusia kita tidak pernah lepas dari media komunikasi, apalagi

pada zaman ini media teknologi semakin berkembang dengan adanya berbagai

macam media sosial yang memudahkan seseorang untuk menyampaikan pesan

secara cepat. Media adalah sarana atau saluran yang mendukung pesan bila

komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya. Komunikasi bermedia juga

komunikasi tidak langsung, dan sebagai konsekuensinya arus balik pun tidak

terjadi pada saat komunikasi dilancarkan. Namun, komunikasi pada media dapat

diukur dan sampai kepada komunikan apabila, pesan dari komunikasi tersebut

memberikan pengaruh kepada komunikan itu sendiri.

Media yang sangat umum bagi semua lapisan masyarakat yang ada sekarang

tidak lain adalah televisi.1 Televisi merupakan media komunikasi yang paling

banyak membawa pengaruh kepada masyarakat dibandingkan radio maupun media

cetak. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian, menunjukkan bahwa media

tersebut telah menguasai jarak geografis dan sosiologis.2 Ungkapan tersebut

memaparkan bahwa media televisi tidak mengenal batas maupun usia, dan adanya

1

Purwanto Sasto Subroto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1995). h. 19-20

2

Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), h. 22.


(10)

2

dampak pada tayangan televisi sangatlah besar seperti perubahan gaya hidup dan

perilaku pada anak yang mengikuti budaya barat.

Di antara media massa komunikasi elektronik televisi. Televisi memiliki

kelebihan yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Jadi apabila

khalayak radio siaran hanya dapat mendengar kata-kata, musik dan efek suara,

maka televisi dapat melihat gambar yang bergerak.3 Hal tersebut akan

memudahkan pesan sampai kepada para pemirsa. Televisi di indonesia bukan lagi

dilihat sebagai barang mewah, seperti ketika pertama kali ada. Kini media layar

kaca tersebut sudah menjadi salah satu barang kebutuhan pokok bagi kehidupan

masyarakat nusantara untuk mendapatkan informasi.4 Munculnya televisi tidak

hanya berfungsi untuk tontonan semata, melainkan dapat digunakan sebagai media

dakwah yang efektif. Sehingga dapat memberikan pola penyegaran baru dalam

berdakwah. Kalau dakwah islam dapat memanfaatkan media ini dengan baik,

maka secara otomatis jangkauan dakwah akan lebih luas dan kesan keagamaan

yang ditimbulkan akan lebih mendalam. Televisi sebagai media dakwah

merupakan suatu penerapan dan pemanfaatan hasil teknologi modern, yang mana

dengan pemanfaatan hasil teknologi itu diharapkan seluruh aktifitas dakwah dapat

mencapai sasaran (tujuan) yang optimal.5 Pengaruh acara televisi sampai saat ini

masih terbilang kuat dibandingkan dengan radio atau surat kabar. Hal ini terjadi

3

Elviranto ardianto, lukiati komala, siti karlinah, komunikasi massa suatu pengantar, (bandung: simbiosa rekatama media,2009) h.137

4

Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), h. 33.

5

Syukir, Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya:Al-Ihlas, 1983),h. 177


(11)

3

karena kekuatan audio visual televisi yang menyentuh segi-segi kejiwaan

pemirsa.6

Sebelum adanya teknologi, metode dakwah yang sering digunakan untuk

berdakwah adalah metode ceramah; Metode ini dilakukan oleh seorang

komunikator yakni ustadz atau ustadzah yang memberikan pengertian atau

penjelasan tentang ajaran-ajaran islam yang diperintahkan dan yang dilarang oleh

Allah S.W.T. Adapun metode dakwah yang dilakukan oleh para Walisongo,

seperti Sunan Kalijogo dan Sunan Bonang yang berdakwah dengan memanfaatkan

kesenian rakyat. Beliau bergaul dan mengumpulkan rakyat kemudian diajak

mengenal agama islam. Dengan keahlian menabuh gamelan, pandai mendalang,

pandai menciptakan tembang, beliau menggunakannya untuk kepentingan dakwah.

Media televisi merupakan media yang seharusnya dapat menciptakan

pengaruh yang baik bagi masyarakat, sebab adanya televisi dapat sebagai alat

meniru sebuah perilaku. Informasi yang disampaikan oleh televisi bersifat

mentransferkan nilai-nilai budaya dan juga realitas. Namun realitas dan nilai-nilai

yang disampaikan tersebut merupakan realitas yang sudah dikonstruksi. Televisi

mengkonstruksikan realitas sedemikian sehingga sesuai dengan target pasar dan

persaingan industri media.7 Menanggapi hal tersebut, khalayak seharusnya lebih

6

Deddy Mulyana dan Idi Subandi Ibrahim, Bercinta dengan Televisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997),h. 6

7

eJournal lmu Komunikasi, 2014, 2 (4): 259-268 ISSN 0000-0000, http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/ diakses 14 November 2016


(12)

4

pandai dan kritis dalam memilah-milah informasi. Karena tidak semua informasi

yang didapat merupakan informasi yang berguna dan benar.

Dalam masa yang moderen saat ini arus globalisasi di Indonesia sangatlah

pesat, para pengusaha media berlomba-lomba untuk memenuhi kepuasan

masyarakat dengan menyediakan tayangan atau program acara yang bernilai non

nasionalis. Tayangan tersebut akan mempengaruhi masyarakat dalam gaya hidup.

Sehingga berdampak lunturnya nilai budaya lokal yang dimiliki masyarakat

Indonesia. Yang kita ketahui, Indonesia adalah negara yang memiliki 34 provinsi

dengan berbagai suku. Setiap suku memiliki budaya masing-masing dalam

bertindak maupun memperingati sesuatu.

Sejak diberlakukannya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun

2002 tentang penyiaran, dalam butir ke empat dan ke lima berbunyi sebagai

berikut,

Butir ke empat. “Bahwa lembaga penyiaran merupakan media komunikasi massa yang mempunyai peran penting dalam kehidupan sosial, budaya, politik, dan ekonomi, memiliki kebebasan dan tanggung jawab dalam menjalankan fungsinya sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, serta kontrol dan perekat sosial”;

Butir ke lima. “Bahwa siaran yang dipancarkan dan diterima secara bersamaan, serentak dan bebas, memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan pendapat, sikap, dan perilaku khalayak, maka penyelenggara penyiaran wajib bertanggung jawab dalam menjaga nilai moral, tata susila,


(13)

5

budaya, kepribadian dan kesatuan bangsa yang berlandaskan kepada

Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”.8

Maka, setiap media wajib menayangkan sedikitnya 10% tayangan yang

bernilai Budaya lokal Indonesia.

Budaya sendiri berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar,

berpikir, merasa, mempercayai, dan mengusahakan apa yang patut menurut

budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktik komunikasi,

tindakan-tindakan sosial, kegiatan ekonomi, politik dan teknologi, semua itu

berdasarkan pola-pola budaya. Apa yang mereka lakukan, bagaimana mereka

bertindak, merupakan respons terhadap fungsi-fungsi budayanya.9

Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat sekali.10

Budaya merupakan nilai-nilai aturan dari suatu bangsa. Bagaimana masyarakat

dari suatu bangsa itu berpikir dan bertindak tentu dibatasi dengan adanya Budaya.

Kebudayaan Indonesia juga mempunyai nilai-nilai dasar yang berhubungan

dengan latar belakang sosial masyarakat Indonesia itu sendiri.11

Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan hubungan dengan

sesamanya yang direalisasikan dalam bentuk hidup bermasyarakat. Keluarga

merupakan masyarakat yang paling kecil yang dihuni manusia, terdiri dari suami,

istri, dan anak-anak yang secara sah diikat dengan adat atau agama. Pembentukan

8

Komisi Penyiaran Indonesia, Undang – undang P3SPS, h.2.

9

Dr. H. Ahmad Sihabudin, M.Si, Komunikasi Antar Budaya Satu Perspektif Multidimensi, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2011), h. 19

10

Dr. R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1, (Yogyakarta : Kanisius, 1973) h. 9

11

Tim Ditjenbud, Strategi Pembinaan dan Pengembangan Kebudayaan Indonesia,( Jakarta : Dit Jenbud, 2000), h. 13


(14)

6

keluarga diawali dengan perkawinan yang merupakan kebutuhan fitriah manusia

sebagai makhluk fisik. Sebagai bagian dari makhluk hidup, manusia memerlukan

pemenuhan kebutuhan fisik dan ruhaninya, antara lain memerlukan pemenuhan

kebutuhan biologisnya sehingga dapat mengembangkan keturunannya. Keluarga

memiliki fungsi-fungsi yang menjaga hubungan antar anggota keluarga sehingga

nilai-nilai dapat terjaga dan terpelihara dari suatu generasi ke generasi berikutnya.

Salah satu fungsi keluarga yang paling menonjol adalah fungsi sosialisasi atau

pendidikan. 12 Pendidikan keluarga yang memberikan dasar- dasar kehidupan bagi

semua orang serta nilai-nilai yang mendasari pembentukan kepribadian dapat

dikatagorikan sebagai pendidikan umum. Keluarga sebagai pendidikan umum

yang menjadi wahana dan pusat pendidikan nilai sekarang ini dihadapkan kepada

tantangan yang besar, yakni perkembangan dan pergeseran nilai budaya

masyarakat. Pergeseran nilai terjadi sebagai dampak dari kemajuan ternologi yang

dicapai manusia, terutama dalam bidang komunikasi. Teknologi komunikasi

seringkali dijadikan sebagai sebab terjadinya masalah-masalah pendidikan

terutama perkembangan nilai-moral remaja dalam keluarga. TV yang hampir ada

di setiap keluarga dengan tayangan sepanjang dua puluh empat jam tanpa henti

telah merobah pola waktu dan mempengaruhi sikap anak-anak dan remaja. Iklan

yang ditayangkan terus menerus telah menyebabkan lahirnya sikap konsumerisme

dan hedonisme. Hiburan-hiburan yang menampilkan pornografi dan pornoaksi

12

Siti Romlah, “Karakteristik Keluarga“, Jurnal Komunikasi. No. 1/XXV/2006. Diakses pada 20 Januari 2017.


(15)

7

diduga telah membangkitkan penyimpangan perilaku seksual di kalangan remaja.

Peneliti melihat suatu kondisi sosial yang sering terjadi dalam masyarakat

yaitu, disharmoni dalam sebuah keluarga biasa terjadi. Hal tersebut bisa saja

dampak dari sebuah adanya media televisi yang menayangkan sikap-sikap yang

tidak bermoral. Jika sebuah tayangan pada televisi dapat memberikan edukasi

maka terciptalah kerukunan dalam keluarga. Keluarga mempunyai peran penting

dalam kehidupan bersosial, apabila dalam keluarga tidak ada pengaruh yang baik,

maka dalam kehidupan bersosial pada masyarakat juga tidak akan baik.

Keadaan masyarakat Kelurahan Ampel memang sangat kental dengan nilai

keislaman, tak heran jika hal tersebut terjadi karena daerah tersebut sangat dekat

dengan wisata religi Sunan Ampel atau makam Sunan Ampel. Namun yang

menjadi menarik minat saya melakukan penelitian di daerah ini. Selain memang

dekat dengan salah satu tokoh sunan yaitu karena, di daerah ini masyarakat

tersebut sangat beragam budaya. Hal itulah menjadi ketertarikan saya karena

dalam setiap budaya memliki cara atau aturan dalam menyelesaikan berbagai

masalah baik di dalam keluarga maupun masyarakat.

Program acara tentang islami saat ini sangat banyak dan bervariasi misalkan

saja seperti siaran dakwah, siaran berita islami, hingga sinetron islami, namun kita

juga wajib mengenal bagaimana ajaran islam menurut para penyebar Islam di

Nusantara. Semakin banyak pilihan bagi masyarakat untuk menambah ilmu

pemahaman sejarah, keagamaan dan mempengaruhi perilaku islami


(16)

8

budaya sekaligus tayangan berupa dakwah yang paling inovatif dalam media

televisi saat ini, kemasan program begitu fresh sehingga memberikan kemudahan

kepada masyarakat untuk menerima pesan yang terkandung dalam setiap episode

tayangnya yang berbeda. Cerita serial agama yang coba diberikan oleh Trans TV,

sesuai judulnya serial ini menceritakan tentang kehidupan sembilan wali saat masa

lalu untuk memberikan informasi tentang agama islam dan ajarannya. Serial ini

tayang pada setiap bulan ramadhan dengan durasi 120 menit.

Berangkat dari fenomena tersebut peneliti mengambil sample masyarakat di

daerah Sunan Ampel Surabaya. Sehingga akan memudahkan peneliti dalam

menemukan hasil berpengaruh atau tidaknya siaran ajaran islam “Kisah 9 Wali”

terhadap kerukunan dalam keluarga mereka dengan melihat tayangan tersebut.

Oleh karenanya, peneliti tertarik untuk mengangkat judul Pengaruh

Tayangan Serial Kisah 9 Wali episode “Sunan Bonang dan Guptaja” di Trans TV terhadap Kerukunan dalam Keluarga Masyarakat di Kelurahan Ampel Kota Surabaya.


(17)

9

B. Rumusan Masalah

Permasalahan adalah pertanyaan yang diajukan dan jawabannya adalah

penelitian. Dari uraian latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut ;

1. Apakah ada pengaruh Tayangan Serial Kisah 9 Wali episode “Sunan Bonang

dan Guptaja” di Trans TV terhadap Kerukunan dalam Keluarga Masyarakat di

Kelurahan Ampel Kota Surabaya?

2. Jika ada, sejauh mana pengaruh Tayangan Serial Kisah 9 Wali episode “Sunan

Bonang dan Guptaja” di Trans TV terhadap Kerukunan dalam Keluarga

Masyarakat di Kelurahan Ampel Kota Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

1. Ingin mengetahui pengaruh Tayangan Serial Kisah 9 Wali episode “Sunan

Bonang dan Guptaja” di Trans TV terhadap Kerukunan dalam Keluarga

Masyarakat di Kelurahan Ampel Kota Surabaya.

2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruhTayangan Serial Kisah 9 Wali episode

“Sunan Bonang dan Guptaja” di Trans TV terhadap Kerukunan dalam Keluarga


(18)

10

D. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan suatu kesimpulan yang masih kurang atau

kesimpulan yang masih belum sempurna. Pengertian ini diperluas dengan maksud

sebagai kesimpulan penelitian yang belum sempurna, sehingga perlu

disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian.

Pembuktian itu hanya dapat dilakukan dengan menguji hipotesis dimaksud dengan

data di lapangan.13

Berkaitan dengan ini penulis menggunakan hipotesis kerja dan hipotesis nol

sebagai kesimpulan sementara, yaitu dengan rumusan sebagai berikut :

1. Ha : Hipotesis kerja atau Hipotesis Alternatif

Ada pengaruh tayangan Serial Kisah 9 Wali episode “Sunan Bonang Dan

Guptaja” di Trans TV terhadap kerukunan dalam keluarga masyarakat di

kelurahan Ampel Surabaya.

2. Ho : Hipotesis Nol atau Hipotesis Nihil

Tidak ada pengaruh tayangan Serial Kisah 9 Wali episode “Sunan Bonang Dan

Guptaja” di Trans TV terhadap kerukunan dalam keluarga masyarakat di

kelurahan Ampel Surabaya.

13

Prof. Dr. H. M. Burhan Bungin, S.Sos., M.Si, Metodologi Penelitian Kuantitatif, 2005, (Jakarta:Kencana), h. 85.


(19)

11

E. Batasan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian

kuantitatif yaitu penelitian yang datanya dapat diukur dengan menggunakan rumus

statistik untuk analisis data dan dihitung secara langsung. Dengan kata lain, data

kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka.

Penelitian ini hanya dibatasi pada masyarakat kelurahan Ampel Surabaya

dan yang menjadi objek penelitian adalah focus pada masyarakatnya. Dan

pembahasan yang ada tidak lepas dari tayangan yang mengandung ajaran Islam

dan budaya. Peneliti membatasi serial acara Kisah 9 Wali episode “Sunan Bonang

dan Guptaja” di Trans TV, tayang pada tanggal 27 Juni 2016 pukul 21.00 WIB.

Dan Serial Kisah 9 Wali selalu tayang pada bulan Ramadhan pada pukul 21.00

WIB.

Hal-hal yang dibahas dalam fokus penelitiannya adalah ajaran islam,

membawa pengaruh atau tidaknya terhadap kerukunan dalam keluarga masyarakat

di kelurahan Ampel. Seperti menerima pendapat dari keluarga, mengambil

keputusan dengan cara bermusyawarah, membentuk keluarga yang sakinah,


(20)

12

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti. Penelitian ini sebagai bahan untuk memperluas wawasan teoritik

juga dapat mempraktekkan, atau implementasikan di dalam masyarakat. Selain

itu juga dalam rangka untuk menyelesaikan skripsi serta, mempertajam

kepekaan keadaan sekitar.

2. Bagi masyarakat. Teori yang dihasilkan atau diuji dalam penelitian ini

hendaknya dapat dijadikan pertimbangan lebih untuk meningkatkan kerukunan

dalam keluarga setelah melihat tayangan serial Kisah 9 Wali yang berisikan

tentang ajaran Islam.

3. Bagi akademisi. Penelitian ini dapat membuktikan bahwa suatu hipotesis dapat

dikukuhkan atau ditelaah sebagai teori. Selain itu, berguna sebagai bahan

tambahan referensi dalam kajian ilmu dakwah dalam perspektif budaya

khususnya KPI (Komunikasi dan Penyiaran Islam) yang ada di PTAI/N di

Indonesia.

G. Definisi Operasional

Untuk memudahkan gambaran yang jelas dan konkrit tentang permasalahan

yang terkandung dalam konsep penelitian maka diperlukan penjelasan makna yang

ditimbulkannya. Definisi kata-kata tersebut antara lain:

1. Pengaruh

Pengaruh adalah suatu keadaan ada hubungan timbal balik, atau


(21)

13

dipengaruhi. Pengaruh juga membentuk watak, percaya atas perbuatan

seseorang.14 Yang dimaksud disini adalah peranan atau suatu hal dalam

pembentukan watak, kepercayaan dan perbuatan seseorang dalam menghadapi

lingkungan sekitar. Dalam penelitian yang di maksudkan adanya pengaruh

program acara pada media televisi terhadap perilaku masyarakat.

2. Tayangan Serial Kisah 9 Wali episode “Sunan Bonang dan Guptaja”

Tayangan adalah output dari suatu program acara yang ditapikan di

depan layar kaca sehingga dapat dinikmati langsung oleh para pemirsa.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, serial atau drama televisi dan drama

serial televisi adalah konten program televisi yang menampilkan drama

fiksional namun tak jarang diambil dari kisah nyata. Mini seri kolosal Trans

TV ini menceritakan tentang kehidupan 9 Wali atau wali sembilan yang

dikenal sebagai tokoh yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, selalu

menjadi kisah menarik. Sinopsis “Kisah 9 Wali” ini berkisah tentang

Walisanga yang menjadi kisah legendaris di Indonesia, terutama yang

berkaitan erat dengan penyebaran agama Islam.

Dalam episode “Sunan Bonang dan Guptaja” selain terdapat sebuah

kisah tentang perjalanan Sunan Bonang dalam menyebarkan Islam di Tanah

Jawa, terdapat sebuah kisah seorang keluarga dimana keluarga tersebut kurang

14

Depdikbut, kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka 2002) h. 747


(22)

14

harmonis sebelumnya, setelah bermusyawarah dan meminta pendapat kepada

Sunan Bonang akhirnya keluarga tersebut kembali harmonis lagi.

3. Kerukunan dalam Keluarga

Kata kerukunan berasal dari kata dasar rukun, kata “rukun” secara

etimologi, berasal dari bahasa Arab yang berarti tiang, dasar, dan sila.

Kemudian perkembangannya dalam bahasa Indonesia, kata “rukun” sebagai

kata sifat yang berarti cocok, selaras, sehati, tidak berselisih. Dalam bahasa

Inggris disepadankan dengan harmonius atau concord. Dengan demikian,

kerukunan berarti kondisi sosial yang ditandai oleh adanya keselarasan,

kecocokan, atau ketidak berselisihan (harmony, concordance). Dalam literatur

ilmu sosial, kerukunan diartikan dengan istilah intergrasi (lawan disintegrasi)

yang berarti the creation and maintenance of diversified patterns of

interactions among outonomous units. Kerukunan merupakan kondisi dan proses tercipta dan terpelihara pola-pola interaksi yang beragam diantara

unit-unit (unsur / sub sistem) yang otonom. Kerukunan mencerminkan hubungan

timbal balik yang ditandai oleh sikap saling menerima, saling mempercayai,

saling menghormati dan saling menghargai, serta sikap saling memaknai

kebersamaan.15

Keluarga merupakan kelompok primer yang penting di dalam

masyarakat. Keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk dari hubungan

15

Ridwan Lubis, Cetak Biru Peran Agama , (Jakarta, Puslitbang, 2005) h. 7-8.


(23)

15

laki-laki dan wanita, yang berlangsung lama untuk menciptakan dan

membesarkan anak-anak. Keluarga dalam bentuk yang murni merupakan

suatu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, isteri, dan anak-anak yang belum

dewasa. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, diamana saja

dalam satuan masyarakat manusia.16

Jadi kerukunan dalam keluarga, adalah bentuk sebuah keselarasan yang

dijalin pada hubungan anak dengan orang tua, maupun dengan saudara.

Kerukunan dalam keluarga terbentuk adanya satu pendapat dari beberpa pihak

dalam keluarga dan saling menghormati satu sama lain.

H. Kajian Teoritik

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori-teori komunikasi yang bisa

menunjang penelitian, diantaranya yaitu:

1) Teori Peluru

Teori yang dinyatakan oleh Wilbur Schramm pada tahun 19711 ini

berasumsi bahwa komponen-komponen komunikasi (komunikator, pesan,

media) mempunyai pengaruh yang biasa dalam mengubah sikap dan perilaku

khalayak. Disebut peluru karena seakan-akan komunikasi di tembakkan

kepada khalayak dan khalayak tidak bisa menghindar. Secara substansi model

ini adalah one step flow artinya arus komunikasi berjalan satu arah (dari

media massa ke audience). Dasar pemikiran yang melatar belakangi model ini

16

Hartono, Amicun Aziz, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta:Bumi Persada, 1990). H:79


(24)

16

adalah keyakinan bahwa khalayak itu bersikap pasif terhadap berbagai macam

informasi yang disertakan/disiapkan media massa, sebaliknya media aktif

untuk mempengaruhi audience. Akibatnya berbagai informasi yang datang

dari media kepada khalayak akan selalu mengenai audience.

Dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar. 1.1

Teori Peluru

Keterangan:

a) Variabel komunikasi, yaitu komunikator atau lembaga yang mengirimkan pesan

melalui media.

b) Variabel antara: perhatian, pengertian, dan penerimaan atas apa yang sudah

disampaikan oleh media kepada masyarakat.

c) Variabel efek: efek ini meliputi kognitif, afektif dan konatif yang dialami oleh

khalayak setelah menerima pesan dari media.

Khalayak tidak menyadari dan tidak bisa menghindari masuknya

pesan-pesan yang disampaikan oleh media, sifatnya khalayak sendiri bersifat homogen

dan akan bereaksi yang sama terhadap pesan media yang masuk. Oleh sebab itu,

Variabel Komunikasi

Variabel Antara

Variabel Efek


(25)

17

teori ini disebut teori peluru karena pesan yang disampaikan diibaratkan peluru

yang sasarannya adalah khalayak.

Menurut Werner J. Severin dan James W., Tankard Jr. Dalam bukunya Teori

Komunikasi menyatakan bahwa khalayak benar-benar rentan terhadap

pesan-pesan komunikasi massa. Ia menyebutkan apabila pesan-pesan tepat sasaran, maka ia

akan mendapatkan efek yang diinginkan.

Jadi, pesan-pesan komunikasi yang disampaikan melaui media massa

mempunyai tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan yang diinginkan oleh pengirim

pesan, sehingga apabila pesan itu mengenai sasaran maka ia akan mendapatkan

efek yang diinginkan.

2) Teori S – M – C – R

Teori kedua yang digunakan oleh peneliti untuk mendukung penelitian ini

adalah teori S – M – C – R. Teori yang di nyatakan oleh seorang ahli komunikasi

dari Amerika Serikat yang bernama Berlo. Model komunikasi SMCR Berlo terdiri

dari komponen dasar.

S : Source artinya sumber atau komunikator

M : Message artinya pesan

C : Channel artinya saluran atau media

R : Receiver artinya penerimaan atau komunikan

Proses komunikasi hanya akan terjadi apabila ada empat komponen dasar


(26)

18

sebagai berikut: Apabila ada sumber (S) membawa pesan (M) disampaikan

melalui saluran (C) kepada penerima (R). Deskripsi tersebut dapat diperjelas lagi:

proses komunikasi akan terjadi apabila seseorang menyampaikan pesan melalui

saluran kepada penerima. Dengan demikian proses komunikasi dapat terjadi

apabila empat komponen tersebut terdapat saling hubungan, saling berproses

dalam mewujudkan komunikasi yang dikendaki. 17

17

Hidajanto Djamal, Andi Fachruddin. Dasar-Dasar Penyiaran, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 68


(27)

19

I. Peneleitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian-penelitian dengan mengambil televisi sebagai objeknya telah

banyak sekali dilakukan. Karenanya peneliti mencoba untuk menggali penelitian

terdahulu, karena tidak menutup kemungkinan adanya sedikit persamaan dengan

penelitian terdahulu. Dengan demikian peneliti akan berusaha untuk menampilkan

hal-hal yang berbeda dari penelitian terdahulu dan memang belum diteliti

sebelumnya. Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu No . Nama, Fakultas, Dan Tahun Skripsi Judul

Skripsi Isi Skripsi

Besarnya

Pengaruh Persamaan Perbedaan

1. Sona Dwi

Ayu Ariyatna, Fakultas Dakwah, 2008 Televisi sebagai dakwah (studi tentang pengaruh program acara Jazirah di Trans TV terhadap peningkatan pemahaman sejarah Islam bagi masyarakat Desa Tambak Kemeraan Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo Pada skripsi ini dijelaskan bahwa program acara Jazirah ditayangkan di Trans TV setiap hari Senin dan Jum'at pada pukul 06.30.07.00 WIB. Acara ini adalah tayangan religi dalam bentuk dokumenter, yaitu petualangan Pengaruhny a rendah sekali dengan hasil 0,19. Sama-sama meneliti acara petualangan religi di televisi Terletak pada judul dan obyek penelitian.


(28)

20 sambil mendapatkan pengetahuan sejarah Islam.

2. Prastiyanto

Kurnia Syafaat, Dakwah dan Komunkasi, 2013 Pengaruh Program “Khazanah” terhadap Peningkatan Pemahaman Keagamaan Masyarakat RT 02 RW 05 Desa Berbek, Kecamatan Waru Pada penelitan ini dijelaskan bahwa Program “Khazanah Trans7” merupakan dakwah yang paling inovatif dalam media televisi saat ini, pesan yang terkandung dalam setiap episode tayangnya berbeda. Durasi program hanya 30 menit, tayang setiap hari

Senin -

Jum’at pkl 05.30, membahas semua apa yang ada didalam isi Al-Qur’an dan Al-Hadist. Perolehan pengarunya sangat rendah sebesar 0,064. Sama-sama meneliti program acara islami di televisi Terdapat pada variabel X mengenai judul serta variabel Y sebagai obyek penelitian

3. Khusnul

kholik, Fakultas Pengaruh Program Acara Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa Pengaruhny a mencapai Sama-sama meneliti program Pada variabel X menggunak


(29)

21 Dakwah, 2009 Percikan Sanubari di Trans Tv terhadap Peningkatan Pengetahuan Ajaran Islam bagi Masyarakat Dusun Pulo Desa Pulorejo Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto Program acara Percikan Sanubari ditayangkan setiap hari Rabu yang berdurasi 30 menit, yakni pukul 06.00 – 06.30. Program acara Percikan Sanubari dibuka dengan menampilkan tayangan-tayangan yang akan dibahas pada hari tersebut, kemudian baru ditampikan judul atau temanya. Misalnya pada episode kali ini membahas tentang bayi yang baru lahir dibacakan Adzan, Iqomah dan melaksanaka n Aqiqoh angka 0,48 termasuk kategori cukup berarti. acara televisi. an pengaruh program acara percikan sanubari di trans tv dan peningkatan pengetahua n ajaran islam bagi masyarakat dusun pulo desa pulorejo kecamatan dawar blandong kabupaten mojokerto sebagai variabel Y.


(30)

22

J. Sistematika Pembahasan

Dalam pembahasan sistematika, nantinya akan berisi tentang alur

pembahasan yang akan terdapat dalam skripsi yaitu yang tersusun dari bab

pendahuluan sampai bab penutup. Adapun sistematika dalam pembahasan dalam

penelitian ini meliputi:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini merupakan bab awal yang berisikan latar belakang

masalah yakni fenomena sosial yang mendasari penelitian ini, rumusan masalah

yang merupakan akar masalah yang jawabannya akan ditemukan setelah

melakukan penelitian, tujuan penelitian, hipotesis, ruang lingkup dan keterbatasan,

manfaat penelitian, definisi operasional, kajian teoritik yakni pembahasan kajian

teori baik secara substantif atau wacana. Serta penelitian terdahulu yang relevan

sebagai rujukan dan perbandingan terhadap penelitian yang dilakukan sekarang,

dan sistematika pembahasan.

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

Pada bab ini berisikan tentang kajian pustaka yang membahas tentang teori

kepustakaan yang terkait dengan judul penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ketiga yakni bab Metode Penelitian. Bab ketiga ini berisi tentang

pendekatan dan jenis penelitian yang dipakai, obyek penelitian, teknik sampling,


(31)

23

teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data yang akan dipakai dalam

penelitian.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA.

Pada bab penyajian dan analisis data ini menjelaskan tentang setting

penelitian yaitu membahas tentang obyek penelitian, penyajian data, analisis data,

pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. Pada bab keempat inilah

yang nantinya akan menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini.

BAB V PENUTUP


(32)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A.Media Penyiaran

1. Pengertian Media Penyiaran

Penyiaran atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai broadcasting adalah

keseluruhan proses penyampaian siaran yang dimulai dari penyiapan materi

produksi, proses produksi, penyiapan bahan siaran, kemudian pemancaran sampai

kepada penerimaan siaran tersebut oleh pendengar / pemirsa di suatu tempat.1

Berbeda dengan pemancaran, pemancaran sendiri berarti proses tranmisi siaran,

baik melalui media udara maupun media kabel koksial atau saluran fisik yang lain.

Sebagaimana artinya penyiaran, bersifat tersebar ke semua arah atau yang

dikenal sebagai omnidirectional. Dari definisi sifat penyiaran ini bisa diketahui

bahwa semua sistem penyiaran yang alat penerima siarannya harus dilengkapi

dengan satu unit decoder, adalah kuang sejalan dengan definisi broadcasting. Oleh

karena itu, pada nama sistemnya harus ditambahkan kata “terbatas”, sehingga

menjadi sistem penyiaran terbatas.2

1

Wahyudi, J.B, Dasar-dasar Manajemen Penyiaran, (Jakarta: Gramedia, 1994), h. 6.

2

Hidajanto Djamal, Andi Fachruddin. Dasar-Dasar Penyiaran, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 43.


(33)

25

2. Sejarah Media Penyiaran

Bentuk dan format penyiaran serta sarana dan prasarana yang menunjangnya

seperti sekarang ini memberikan makna bahwa penyiaran mempunyai sejarah

sangat panjang, dimulai dari penemuan gelombang elektromagnetik pada 1864.

Gelombang elektromagnetik ini dapat digunakan untuk mengirim informasi tanpa

menggunakan penghantar (kawat) tembaga melalui jarak tertentu.

James Clerk Maxwell adalah salah satu penemu teori pemancaran yang

paling menonjol. Dengan teori matematisnya pada tahun 1864 yang memprediksi

adanya pancaran gelombang elektromagnetik. Ia meyakini bahwa kecepatan

gelombang tersebut sama dengan kecepatan cahaya. Karena, seperti cahaya, maka

gelombang elektromagnetik dapat dipantulkan serta dibiaskan walaupun tidak

dapat dilihat dan dirasakan. Percoban Maxwell diteruskan oleh beberapa

ilmuwan-ilmuwan lainnya hingga mendapatkan hasil sebuah teknologi pemancaran yang

bisa digunakan oleh massa seperti saat ini.

Jika dilihat latar belakang lahirnya media penyiaran bahwa pendirian satu

stasiun penyiaran yang kemudian melembaga menjadi satu lembaga penyiaran

didasari oleh satu alasan tertentu yang hakiki. Alasan yang mendasari niat

mendirikan stasiun penyiaran ternyata tergantung pada situasi kapan stasiun


(34)

26

3. Karakteristik Media Penyiaran

Media penyiaran juga mempunyai karakteristik yang unik atau spesifik

dibandingkan dengan media cetak atau media massa yang lainnya. Melalui media

penyiaran, informasi dapat diterima pemirsa secara langsung atau biasa disebut

dengan real time atau live. Semua kejadian atau peristiwa dapat secara langsung

pada saat yang sama didengar/dilihat oleh pendengar/pemirsa dengan cakupan

populasi yang sangat luas dan efektif, tetapi informasi yang disampaikan oleh

media penyiaran sudah langsung berlalu dan tidak dapat berulang lagi kecuali

memang disiarkan ulang. Sementara pada media cetak, informasi yang

diberikannya masih dapat dibaca kembali, di mana dan kapan saja.3

Berikut beberapa kelebihan dan kekurangan pada media penyiaran dengan

media cetak yang ditabulasikan.

3

Ibid., h. 59.


(35)

27

Tabel 2.1

Perbandingan karakteristik media penyiaran versus media cetak.4

Jenis Media Sifat

Cetak • Dapat dibaca, di mana, dan kapan saja

• Dapat dibaca berulang-ulang

• Daya pengaruh kurang/rendah

• Pengolahan secara mekanik atau elektris

• Biaya operasional relatif rendah

• Daya jangkau populasi terbatas

Penyiaran Radio • Dapat didengar ketika siaran

• Dapat didengar kembali bila siaran ulang

• Daya pengaruh kurang/rendah

• Pengolahan secara elektronik

• Biaya operasional relatif murah

• Daya jangkau populasi luas

Penyiaran Televisi • Dapat didengar dan dilihat ketika siaran

• Dapat didengar/dilihat kembali bila siaran

ulang

• Daya pengaruh sangat tinggi

• Pengolahan secara elektronik

• Biaya operasioanl sangat tinggi

• Daya jangkau populasi luas

4

Wahyudi, J.B. Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), h..


(36)

28

4. Televisi sebagai Media Penyiaran

a. Pengertian Televisi

Televisi sendiri terdiri dari “tele” yang berarti jauh dan “visi” (vision) yang

berarti penglihatan. Sedangkan secara lebih jauhnya, televisi siaran merupakan

media dari jaringan dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu satu

arah.5

Menurut Anwar Arifin, televisi adalah : Penggabungan antara radio dan film.

Sebab televisi dapat meneruskan suatu peristiwa dalam bentuk gambar hidup

dengan suara dan kadang-kadang dengan warna, ketika peristiwa itu berlangsung.

Orang yang duduk di depan pesawat televisi dirumahnya seringkali memperoleh

pandangan yang lebih jelas daripada orang-orang yang hadir di tempat peristiwa

sendiri. Dengan demikian televisi memiliki sifat aktualitas yang melebihi surat

kabar, radio, dan film.6 Dibanding dengan media massa lainnya, televisi

mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gebungan dari media dengar dan

gambar, bisa bersifat informatif, hiburan, maupun pendidikan, bahkan gabungan

dari ketiga unsur diatas. Televisi merupakan sumber citra dan pesan tersebar

(shared images and message) yang sangat besar dalam sejarah, dan ini telah menjadi mainstream bagi lngkungan simbolik masyarakat. Dan televisi merupakan

sistem bercerita (story-telling) yang tersentralisasi.7

5

Aep Kusnawan, Dindin Solahuddin, Dkk., Komunikasi Penyiaran Islam, (Bandung : Benang Merah Press, 2004), h. 74

6

Anwar Arifin, Strategi Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, (Bandung : Armico),h. 29

7

Syaputra Iswandi, Rezim media, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2013), h. 41


(37)

29

Televisi saat ini telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan

manusia. Banyak orang menghabiskan waktunya lebih lama di depan televisi,

dibandingkan menghabiskan waktu mengobrol bersama keluarganya, Siaran

televisi adalah pemancaran sinyal listrik yang membawa muatan gambar proyeksi

yang terbentuk pada sistem lensa dan suara. Menurut Peter Herford, setiap stasiun

televisi dapat menayangkan beberapa acara hiburan seperti, film, musik, kuis, talk

show, dan sebagainnya.8

Televisi merupakan media komunikasi yang menyediakan berbagai

informasi yang update, dan menyebarkannya kepada khalayak umum. “Televisi

merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan isi pesan

dalam bentuk audiovisual gerak.

Isi pesan audiovisual gerak memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk

mempengaruhi mental, pola pikir, dan tindak individu”. lebih luas lagi dinyatakan

bahwa: “Televisi adalah sistem pengambilan gambar, penyampaian, dan

penyuguhan kembali gambar melalui tenaga listrik. Gambar tersebut ditangkap

dengan kamera televisi, diubah menjadi sinyal listrik, dan dikirim langsung lewat

kabel listrik kepada pesawat penerima”.

Berdasarkan pendapat di atas menjelaskan bahwa televisi adalah sistem

elektronis yang menyampaikan suatu isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak dan

merupakan sistem pengambilan gambar, penyampaian, dan penyuguhan kembali

8

Morrison. Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio Dan Televisi, (Tangerang: Ramdina Perkasa, 2005), h. 2


(38)

30

gambar melalui tenaga listrik. Dengan demikian, televisi sangat berperan dalam

mempengaruhi mental, pola pikir khalayak umum. Televisi karena sifatnya yang

audiovisual merupakan media yang dianggap paling efektif dalam menyebarkan

nilai-nilai yang konsumtif dan permisif. Stasiun televisi merupakan lembaga

penyiaran atau tempat berkerja yang melibatkan banyak orang, dan yang

mempunyai kemampuan atau keahlian dalam bidang penyiaran yang berupaya

menghasilkan siaran atau karya yang baik. Stasiun Televisi adalah tempat kerja

yang sangat kompleks yang melibatkan banyak orang dengan berbagai jenis

keahlian. Juru kamera, editor gambar, reporter, ahli grafis, dan staf operasional

lainnya harus saling berintraksi dan berkomunikasi dalam upaya untuk

menghasilkan siaran yang sebaik mungkin.

Dari penjelasan di atas maka dapat diuraikan bahwa televisi sangat

berpengaruh terhadap stasiun, karena stasiun merupakan suatu tempat atau kantor

yang mengupayakan untuk menghasilkan siaran yang sebaik mungkin, dengan

demikian melibatkan banyak orang dalam pengelolaan berita atau informasi yang

akan di publikasikan. Umumnya siaran bertujuan untuk memberi informasi yang

dapat dinikmati dan dapat diterima dikalangan masyarakat, “Siaran televisi

merupakan pemancaran sinyal listrik yang membawa muatan gambar proyeksi

yang terbentuk melalui pendekatan sistem lensa dan suara”.

Siaran televisi adalah merupakan gabungan dari segi verbal, visual,

teknologial, dan dimensi dramatikal. Verbal, berhubungan dengan kata-kata yang


(39)

31

bahasa gambar yang tajam, jelas, hidup, memikat. Teknologikal, berkaitan dengan

daya jangkau siaran, kualitas suara, kualitas suara dan gambar yang dihasilkan

serta diterima oleh pesawat televisi penerima di rumah-rumah. Dramatikal berarti

bersinggungan dengan aspek serta nilai dramatikal yang dihasilkan oleh rangkaian

gambar yang dihasilkan secara simultan

Berdasarkan uraian di atas maka dapat didefinisikan bahwa siaran televisi

adalah suatu pemancar yang diproyeksikan melalui pendekatan sistem lensa, suara,

dan menghasilkan gambar yang bergerak dan berisikan suatu informasi yang

beranekaragam yang dapat diterima oleh setiap kalangan masyarakat.9

b. Sejarah Televisi

Pada tahun-tahun yang bersamaan dengan pemunculan konsep penyiaran

radio FM, sistem penyiaran televisi juga berkembang dan tercatat pada 1939 di

satu World’s Fair di Amerika, Zworykin yang dibantu oleh Philo Fransworth

berhasil memperkenalkan pesawat televisi pertama. Kemajuan teknologi di bidang

penyiaran televisi ini didahului oleh penemuan Vladimir Kozmich Zworykin, yaitu

berupa satu sistem tabung pengambil gambar (pickup tube) iconoscope yang

merupakan bagian dari kamera elektronik pada 1923. Iconoscope merupakan

bagian kamera yang mengubah gambar optis dari lensa menjadi sinyal elektris

9

http://repository.usu.ac.id/akses terakhir, 16 Desember 2016.


(40)

32

yang selanjutnya diperkuat hingga menjadi sinyal gambar dengan monitor gambar

atau untuk dipancarkan ke udara sebagai siaran melalui proses modulasi.10

Sebelum penemuan Vladimir Zworykin ini, penelitian sistem televisi sudah

mulai dirintis beberapa tahun sebelumnya oleh beberapa peneliti, sehingga sistem

televisi bukan merupakan penemuan penemu tunggal melainkan bersamaan satau

memang mereka meneliti bersama-sama. Media televisi lahir karena

perkembangan teknologi. Bermula dari ditemukannya electrische teleskop sebagai

perwujudan gagasan seorang mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama

Paul Nipkov, menemukan sistem penyaluran sinyal gambar,untuk mengirim

gambar melalui udara dari suatu tempat ke tempat lain. Sistem ini dianggap

praktis, sehingga diadakan percobaan pemancaran serta penerimaan sinyal televisi

tersebut. Hal initerjadi antara tahun 1883-1884.

Akhirnya Nipkov diakui sebagai ‘Bapak’ televisi. Televisi sudah mulai dapat

dinikmati oleh publik Amerika Serikat pada tahun 1939, yaitu ketika

berlangsungnya World’s Fair di New York Amerika serikat, tetapi Perang Dunia II

telah menyebabkan kegiatan dalam bidang televisi itu terhenti. Baru setelah itu,

tahun 1946 kegiatan dalam bidang televisi dimulai lagi.

Pada waktu itu di seluruh Amerika Serikat hanya terdapat beberapa buah

pemancar saja, tetapi kemudian teknologi berkembang dengan pesat, jumlah

pemancar TV meningkat dengan hebatnya. Tahun 1948 merupakan tahun penting

dalam dunia pertelevisian karena pada tahun tersebut ada perubahan dari televisi

10

Hidajanto Djamal, Andi Fachruddin. Dasar-Dasar Penyiaran, h. 21


(41)

33

eksperimen ke televisi komersial di Amerika. Seperti halnya dengan media massa

lain, televisi pun tidak dapat dimonopoli oleh Amerika Serikat saja. Sewaktu

Amerika giat mengembangkan media massa itu, negara-negara Eropalain pun

tidak mau ketinggalan.

Perkembangan televisi sangat cepat sehingga dari waktu ke waktu media ini

memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari. Menurut Skormis11

dalam bukunya “Television and Society : An Incuest and Agenda “, dibandingkan

dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku, dan sebagainya)

Televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan dari

media dengar dan gambar yang bisa bersifat informatif, hiburan, dan pendidikan,

atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Informasi yang disampaikan oleh

televisi, akan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat

secara visual.

Bersamaan dengan kemajuan media cetak, muncul media lain sebagai

sumber informasi bagi khalayak yaitu media elektronik mulai dari TV berwarna

hingga teknologi internet. Seperti surat kabar, saat ini hampir setiap orang

memiliki televisi di tempat tinggalnya.

Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi

berasal dari kata teledan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele)

dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh.

11

Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, (Jakarta : Rineka Cipta, 1996), h. 8.


(42)

34

Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan

inimampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal

disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi.12

Televisi untuk umum menyiarkan programnya secara universal, tetapi fungsi

utamanya tetap hiburan. Kalaupun ada program-program yang mengandung segi

informasi dan pendidikan, hanya sebagai pelengkap saja dalam rangka memenuhi

kebutuhan alamiah manusia.

Inovasi terpenting yang terdapat pada televisi ialah kemampuan menyajikan

komentar atau pengamatan langsung saat suatu kejadian berlangsung. Namun

demikian banyak peristiwa yang perlu diketahui publik telah direncanakan

sebelumnya, maka penambahan kadar aktualitas juga terbatas. Media televisi di

Indonesia bukan lagi sebagai barang mewah. Kini media layar kaca tersebut sudah

menjadi salah satu barang kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat untuk

mendapatkan informasi.

Dengan kata lain, informasi sudah merupakan bagian dari hak manusia untuk

aktualisasi diri Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24

Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga

se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia

yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan status sampai sekarang.

Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan

segala kesederhanaannya.

12

http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi/akses terakhir 16 Desember 2016.


(43)

35

TVRI yang berada di bawah Departemen Penerangan, kini siarannya sudah

dapat menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia. Sejak tahun 1989 TVRI

mendapat saingandari stasiun TVlainnya, yakni (RCTI) Rajawali Citra Televisi

Indonesia yang bersifat komersial. Kemudian secara berturut-turut berdiri stasiun

televisi (SCTV) Surya Citra Televisi Indonesia, (TPI) Televisi Pendidikan

Indonesia dan (ANTEVE) Andalas Televisi. Dengan kehadiran RCTI, SCTV, dan

TPI maka dunia pertelevisian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan,

baik dalam hal mutu siarannya maupun waktu penayangannya.

Untuk lebih meningkatkan mutu siarannya pada pertengahan tahun 1993,

RCTI telah mengudara secara nasional dan membangun beberapa stasiun transmisi

di berbagai kota besar di Indonesia , seperti : Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan,

Batam, dan daerah-daerah lain. Kemudian stasiun-stasiun televisi swasta

bertambah lagidengan kehadiran Indosiar, Trans TV, Trans 7, Global TV, Metro

TV, dan TV One.

Seperti telah kita ketahui perkembangan pertelevisian di Indonesia semakin

meningkat, dulu hanya ada satu stasiun televisi nasional di Indonesia yakni TVRI,

kini telah ada 10 tv swasta nasional tambahan yang mendapatkan izin melakukan

siaran, yakni RCTI, SCTV. ANTV, Indosiar, Global TV, MNCTV, TV One,

Metro TV, Trans TV dan Trans 7. Belum lagi tv-tv berjaringan seperti Kompas

TV dan NET, lalu tv-tv berbayar dan tv-tv lokal yang tersebar di berbagai daerah


(44)

36

Namun kali ini kita akan menayangkan tentang pemilik televisi nasional dan

beberapa televisi berjaringan yang cukup berpengaruh dan bahkan telah terjun ke

politik praktis. Siapa sajakah mereka, mari kita lihat daftar berikut13 :

1) Pemerintah Republik Indonesia TVRI atau Televisi Republik Indonesia

dimiliki oleh Pemerintah Indonesia, diluncurkan pada 24 Agustus 1962

2) Hary Tanoe Sudibyo. Bos MNC grup ini adalah pemilik tiga stasiun TV

swasta nasional yaitu RCTI, MNCTV dan Global TV

3) Aburizal Bakrie. Bos bakrie grup ini adalah pemilik dua stasiun TV swasta

nasional yaitu TV One dan ANTV, dua anak Aburizal Bakrie menjadi direktur

kedua TV tersebut, yaitu Ardiansyah Bakrie sebagai Direktur TV One dan

Anindya Bakrie sebagai Direktur ANTV.

4) Chairul Tanjung. Yang berjuluk si anak singkong ini adalah pemilik dua

stasiun TV swasta nasional yaitu Trans TV dan Trans 7.

5) Surya Paloh. Bos media grup ini adalah pemilik stasiun TV swasta nasional

Metro TV.

6) Eddy Kusnady Sariaatmaja. Ini adalah sang pemilik dua stasiun TV swasta

nasional SCTV dan Indosiar.

7) Jakob Oetama. Bos Kompas Gramedia grup ini adalah pemilik stasiun TV

swasta berjaringan Kompas TV.

13

http://informasi-daftar.blogspot.com/2014/08/pemilik-televisi-di-indonesia.html/akses terakhir, 16 Desember 2016


(45)

37

8) Wishnutama. Ini adalah pemilik stasiun TV swasta berjaringan NET yang

diluncurkan pada 26 Mei 2013.

Demikian lah daftar beberapa pemilik TV Di Indonesia, masih banyak lagi

pemilik TV berjaringan, pemilik TV berbayar dan pemilik TV swasta lokal yang

belum tersebutkan. Karena kita hanya membahas beberapa saja.

c. Program Televisi

Program acara televisi, terdiri dari :

1) Buletin berita nasional, seperti : siaran berita atau bulletin berita regional yang

dihasilkan oleh stasiun-stasiun televisi swasta lokal.

2) Liputan-liputan khusus yang membahas tentang berbagai masalah aktual

secara lebih mendalam.

3) Program-program acara olahraga, baik olahraga di dalam atau di luar ruangan,

yang disiarkan langsung atau tidak langsung dari dalam negeri atau luar

negeri.

4) Program acara mengenai topik khusus yang bersifat informatif, seperti : acara

memasak, berkebun, dan acara kuis.

5) Acara drama, terdiri dari : sinetron, sandiwara, komedi, film, dan lain

sebagainya.

6) Acara musik, seperti konser musik pop, rock, dangdut, klasik, dan lain

sebagainya.


(46)

38

8) Acara keagamaan, seperti : siraman rohani, acara ramadhan, acara natal, dan

lain sebagainya.

9) Program acara yang membahas tentang ilmu pengetahuan dan pendidikan.

10) Acara bincang-bincang atausering disebut talkshow.

d. Acara Televisi

Acara televisi atau program televisi merupakan acara-acara yang

ditayangkan oleh stasiun televisi. Secara garis besar, Program TV dibagi menjadi

program berita dan program non-berita. Jenis program televisi dapat dibedakan

berdasarkan format teknis atau berdasarkan isi. Format teknis merupakan

format-format umum yang menjadi acuan terhadap bentuk program televisi seperti talk

show, dokumenter, film, kuis, musik, instruksional dan lainnya. Berdasarkan isi,

program televisi berbentuk berita dapat dibedakan antara lain berupa program

hiburan, drama, olahraga, dan agama.

Sedangkan untuk program televisi berbentuk berita secara garis besar

dikategorikan ke dalam "hard news" atau berita-berita mengenai peristiwa penting


(47)

39

e. Kelebihan dan kekurangan media televisi

1) Kelebihan Televisi

a) Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan itu sangat cepat.

b) Kekuatan media televisi ialah menguasai jarak dan ruang karena teknologi

televisi telah menggunakan elektromagnetik, kabel dan fiber yang

dipancarkan (transmisi) melalui satelit.

c) Televisi memberikan informasi atau berita yang disampaikan itu lebih

singkat, jelas dan sistematis.

d) Daya rangsang seseorang terhadap media televisi sangat tinggi karena

televisi mampu memadukan suara dan gambar yang banyak.

2) Kekurangan Televisi

a) Televisi memiliki sifat ”transitory” maka isi pesannya tidak bisa dimemori

oleh pemirsa.

b) Media televisi terikat oleh waktu tontonan. Sedangkan media cetak dapat

dibaca kapanpun dan dimana saja.

c) Televisi tidak bisa melakukan kontrol sosial dan pengawasan secara sosial,

langsung dan vulgar seperti halnya media cetak.1114

14

Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, hh. 23-24.


(48)

40

5. Televisi Sebagai Media Massa

Apa yang menarik saat ini adalah, bahwa televisi di Indonesia mulai

menjelma sebagai industri, yang mempunyai beberapa karakteristik, antara lain:

a. Memperlakukan tayangan sebagai komoditi

b. Mengandalkan iklan sebagai pemasukan dana terbesar

c. Kompetisi sesama stasiun televisi untuk menyajikan yang terbaik bagi

pemirsa dengan harapan meningkatnya volume penampilan iklan.

d. Mendorong tumbuhnya aktivitas ekonomi dalam sektor lain, yang

mendukung operasi televisi.

e. Berkembangnya televisi sebagai stasiun distribusi informasi tanpa harus

memperbaiki materi tayangannya.

f. Mengorientasikan tayangan pada kepentingan dan minat masyarakat dibagi

berdasarkan penelitian kebutuhan khalayak sasaran sekaligus tidak

menutup kemungkinan ditayangkannya kepentingan pihak sensor.

g. Televisi berperan dominan sebagai lembaga komersial yang mendukung

ide pokok kapitalisme, yakni produksi dan reproduksi. Hal ini nampak

pada kecenderungan media televisi untuk menerima transaksi

barang-barang yang sekaligus diiklankannya.

h. Jaringan kerja televisi memiliki aset dan hubungan dengan penyebarluasan

budaya massa.15

15

Arini Hidayati, Televisi dan Perkembangan Sosial Anak, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), hh. 75-76


(49)

41

Karena itulah para pengelola televisi saat ini lebih mengutamakan profit

oriented dan kurang memperhatikan aspek edukatif sehingga televisi banyak diisi

acara-acara hiburan. Televisi dan media massa lainnya sebenarnya memiliki beberapa

fungsi yang dapat dibedakan antara :

a. Fungsi media massa terhadap individu yang mencakup :

1) Pengawasan atau pencarian informasi

2) Mengembangkan konsep diri

3) Fasilitasi dalam hubungan sosial

4) Substitusi dalam hubungan sosial

5) Membantu melegakan emosi

6) Sarana pelarian dari ketegangan dan keterasingan

7) Bagian dari kehidupan rutin dan ritualisasi.16

b. Fungsi media massa terhadap masyarakat :

1) Pengawasan lingkungan

2) Korelasi antar bagian di dalam masyarakat untuk menanggapi lingkungannya

3) Sosialisasi atau pewarisan nilai-nilai

4) Hiburan.

16

Samuel L. Becker, 1985, Dalam Jurnal Teknologi Pendidikan.com yang berjudul “Dampak Isi Pesan

Media Massa oleh Herry Kuswita”, http://www.google.com, diakses 16 Desember 2016


(50)

42

Sedangkan menurut Soewardi Idris, televisi memiliki fungsi :

a. Sebagai hiburan (to entertaint)

b. Sebagai pendidikan (to educated)

c. Memberi informasi (to inform)

d. Mempengaruhi pola pikir dan perilaku manusia (to influence).17

a) Prilaku masyarakat pasca menonton TV

Media televisi sebagaimana media massa lainnya berperan sebagai alat

informasi, hiburan, kontrol sosial, dan penghubung wilayah secara strategis.

Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada

pemirsa, maka isi pesan itu juga akan di interpretasikan secara berbeda-beda

menurut visi pemirsa. Serta dampak yang ditimbulkan juga beraneka ragam.

Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi

pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan

kondisi pemirsa pada saat menonton televisi. Dengan demikian apa yang

diasumsikan televisi sebagai suatu acara yang penting untuk disajikan bagi

pemirsa, belum tentu penting bagi khalayak.

Ada tiga dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa yaitu:

a. Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk

menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang

melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Contoh: acara kuis di televisi.

17

Soewardi Idris, Jurnalistik Televisi, (Bandung: CV Dermaga Karya, 1987), hlm. 25


(51)

43

b. Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapan pada tragedi aktual yang

ditayangkan televisi. Contoh: model pakaian, model rambut dari bintang

televisi yang kemudian digandrungi atau ditiru secara fisik.

c. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya

yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan

pemirsa sehari-hari. Contoh: Berita Islami Masa Kini, Khazanah, dan

Jejak Islam Nusntara.

Namun pada kenyataanya apa yang telah diungkapkan di atas hanya bersifat

teori. Sementara dalam prakteknya terjadi kesenjangan yang tajam. Banyak

paket-paket acara televisi yang dikonsumsikan bagi orang dewasa ternyata ditonton oleh

anak-anak.

Kunci penyelesaiannya ialah para pengelola dan perencana acara televisi

tetap harus konsekuen dan konsisten membuat paket acara dengan tujuan yang

jelas dan pasti serta diiringi tanggung jawab moral dalam melihat kondisi dan

situasi pemirsanya.

b) Acara Televisi dan Perubahan Sikap Pemirsa

Pengaruh acara televisi sampai saat ini masih terbilang kuat dibandingkan

dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karenakekuatan audiovisual televisi


(52)

44

Terlepas dari pengaruh positif atau negatif, pada intinya media televisi telah

menjadi cerminan budaya tontonan bagi pemirsa dalam era informasi dan

komunikasi yang semakin berkembang pesat.

Unsur pendidikan, kontrol sosial serta informasi terus mengalir dalam acara

yang beraneka ragam (musik, sinetron, film, kuis, berita). Kehadiran televisi

menembus ruang dan jarak geografis pemirsa. Media televisi adalah hasil karya

peradaban nilai-nilai budaya modern manusia dalam kehidupan yang semakin

kompleks dan majemuk. Lantas, apakah media televisi memang begitu kuat

pengarul dan dampaknya dalam perubahan sikap pemirsa?

Untuk menjawabnya tentu kita harus melihat acara televisi dalam tinjauan

budaya pemirsa di indonesia yang pluralis dalam berbagai kepribadian serta

kondisi sosial secara geografis.

c) Tinjauan televisi sebagai media dakwah

Islam adalah agama dakwah, yakni agama yang menugaskan manusia untuk

menyerukan kepada seluruh suku bangsa agar bertaqwa kepada Allah SWT.18

Sedangkan orang yang melakukan ajakan tersebut dinamakan da’i, akan tetapi

mengingat bahwa proses memanggil tersebut juga merupakan suatu proses

penyampaian pesan-pesan tertentu, maka dikenal pula istilah mubaligh yang

berfungsi sebagai komunikator untuk menyampaikan pesan kepada komunikan.

Dengan demikian, dakwah media massa adalah suatu proses penyampaian pesan

18

Toto Tasmoro, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1981), hlm 31


(53)

45

melalui media seperti televisi, yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar

orang lain memenuhi ajakan tersebut, atau minimal mengingatkan orang kepada

jalan Allah SWT. Endang S. Anshori membedakan antara :

a. Dakwah dalam arti terbatas adalah menyampaikan Islam kepada manusia secara

lisan, maupun tulisan atau secara lukisan (panggilan).

b. Dakwah dalam arti luas adalah penjabaran, penterjemahan dan pelaksanaan

dalam peri kehidupan manusia (termasuk dibidang politik, ekonomi, sosial,

pendidikan, ilmu pengetahuan, kesenian dan kekeluargaan.19

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya lapangan

dakwah sangatlah luas, yang meliputi peri kehidupan manusia itu sendiri dan

semua aktivitas manusia baik dalam masayarakat secara utuh atau totalitas maupun

secara individu sebagai anggota masyarakat. Bila yang ingin dijangkau adalah

masyarakat luasyang tersebar di wilayah yang tak terbatas, maka televisi

merupakan media dakwah yang paling efektif dan efisien. Televisi dapat

menyampaikan pesan secara serentak kepada jutaan umat manusia yang tersebar di

wilayah luas. Disamping itu, televisi merupakan media yang dapat mempengaruhi

tindakan audiens/ pemirsa karena pesan-pesan yang disampaikan oleh televisi

menggunakan bahasa lisan dan bahasa gambar, yang bersifat santai sehingga enak

dan mudah dipandang dari komunikator atau audiens/ pemirsa. Dalam artian,

19

Endang Anshori, Pokok-pokok Pikiran Tentang Islamiyah, (Jakarta : Usaha Inter Proses, 1976), h. 87


(54)

46

audiens/ pemirsa dapat menikmati televisi bisa sambil makan dan bersantai di

rumah. Karena itutelevisi merupakan media dakwah yang sangat efektif dan

efisien.

B.Konsep Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah dalam Membentuk Kerukunan Keluarga.

1. Konsep Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warrahmah.

a. Pengertian Sakinah

Dalam bahasa Arab, kata sakinah di dalamnya terkandung arti tenang,

terhormat, aman, merasa dilindungi, penuh kasih sayang, mantap dan memperoleh

pembelaan.20 Namun, penggunaan nama sakinah itu diambil dari penggalan al

Qur’an surat 30:21 “Litaskunu ilaiha” yang artinya bahwa Allah SWT telah

menciptakan perjodohan bagi manusia agar yang satu merasa tenteram terhadap

yang lain. Jadi keluarga sakinah itu adalah keluarga yang semua anggota

keluarganya merasakan cinta kasih, keamanan, ketentraman, perlindungan,

bahagia, keberkahan, terhormat, dihargai, dipercaya dan dirahmati oleh Allah

SWT.

20

Aziz Mushoffa, Untaian Mutiara Buat Keluarga cetakan I.(Yogyakarta,; Mitra Pustaka, 2001), h. 27


(55)

47

b. Pengertian Mawaddah

Mawaddah adalah saling berkehendak dan berkeingin untuk saling memiliki.

Rasa cinta untuk memiliki segenap kelebihan dan kekurangannya.21 Mawaddah

adalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu kasih sayang pada lawan

jenisnya (bisa dikatakan mawaddah ini adalah cinta yang didorong oleh kekuatan

nafsu seseorang pada lawan jenisnya). Karena itu, Setiap mahluk Allah kiranya

diberikan sifat ini, mulai dari hewan sampai manusia. Mawaddah cinta yang lebih

condong pada material seperti cinta karena kecantikan, ketampanan, bodi yang

menggoda, cinta pada harta benda, dan lain sebagainya. Mawaddah itu sinonimnya

adalah mahabbah yang artinya cinta dan kasih sayang.

c. Pengertian Warahmah

Wa artinya dan sedangkan Rahmah (dari Allah SWT) yang berarti ampunan,

anugerah, karunia, rahmat, belas kasih, rejeki. (lihat : Kamus Arab, kitab ta’riifat,

Hisnul Muslim (Perisai Muslim) Jadi, Rahmah adalah jenis cinta kasih sayang

yang lembut, siap berkorban untuk menafkahi dan melayani dan siap melindungi

kepada yang dicintai. Kasih sayang dan kemurahan yang memiliki pengabdian

dalam hidup berkeluarga sebagai suami-istri sampai akhir.22 Rahmah lebih

condong pada sifat qolbiyah atau suasana batin yang terimplementasikan pada

wujud kasih sayang, seperti cinta tulus, kasih sayang, rasa memiliki, membantu,

21

Ibid., h. 28

22

Ibid., h. 28


(56)

48

menghargai, rasa rela berkorban, yang terpancar dari cahaya iman. Sifat rahmah

ini akan muncul manakala niatan pertama saat melangsungkan pernikahan adalah

karena mengikuti perintah Allah dan sunnah Rasulullah serta bertujuan hanya

untuk mendapatkan ridha Allah SWT.

d. Konsep keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah.

Disini jelas bahwa perkawinan adalah ikatan dalam ajaran Islam disebut aqad

(ijab qabul) antara dua jenis bani Adam yang saling mencintai, hubungan mereka

bukan hanya menyangkut jasmaniah tetapi meliputi segala macam keperluan hidup

insani. Keakraban yang sempurna, saling membutuhkan dan saling mencintai,

serta rela mengabdikan diri satu dengan yang lainnya merupakan bagian dan

kesatuan yang tidak terpisahkan, keduanya harus memikul bersama tanggung

jawab saling mengisi dan saling tolong-menolong dalam melayarkan bahtera

kehidupan rumah tangga. Membina Kelompok Masyarakat terdiri dari

keluarga-keluarga dan keluarga-keluarga adalah pusat dari semua kegiatan masyarakat. Kehidupan

agama, keamanan masyarakat, ketenangan hidup setiap orang tergantung kepada

kesejahteraan keluarga dan rumah tangga. Tidak ada suatu instansi dalam

kehidupan ini yang fungsinya melebihi fungsi keluarga dan rumah tangga.


(57)

49

untuk pendidikan pembinaan watak dan kepribadian, moral dan akhlaq serta rasa

social, cinta dan kasih sayang.23

Dengan demikian jelaslah betapa berat dan suci beban yang akan dipikul dan

diemban oleh pasangan suami/istri dan jelaslah pula untuk jenjang perkawinan dan

mendirikan rumah tangga bahagia diperlukan persiapan yang matang fisik dan

psikis, diperlukan rencana hari depan yang disepakati bersama, diperlukan

penilaian kepada apa yang harus diperbaiki dan disempurnakan termasuk rumah

yang akan ditempati dan sumber atau pencaharian untuk biaya hidup.

Begitupun tujuan perkawinan dan hakekat keluarga harus jelas dan dihayati.

Tujuan harus disepakati, harus ada keharmonisan bersama dalam cita-cita hari

depan. Kebahagiaan tidak mungkin tercapai jika tujuan dan cita-cita hidup mereka

bertentangan. Kebulatan tekad mencapai tujuan harus terjalin dengan indah, harus

ada usaha disiplin dan hubungan kerja yang harmonis. Sewaktu-waktu rencana

kerja harus dikontrol, kehidupan keluarga harus dikendalikan. Kemampuan suami

sebagai kepala keluarga harus pula selalu mendapat sorotan. Sebagai pemimpin

suami harus mempunyai pandangan yang luas, mampu menilai dan melihat titik

kelemahan atau sumber kesalahpahaman serta mencari jalan mengatasinya.

Keluarga Sakinah adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang

sah, mampu memberikan kasih sayang kepada anggota keluarganya sehingga

mereka memiliki rasa aman, tentram, damai serta bahagia dalam mengusahakan

tercapainya kesejahteraan dunia akhirat. Keluarga yang harmonis, sejahtera,

23

Ibid., h.30


(58)

50

tenteram dan damai. Berikut beberapa Faktor dalam pembentukan Keluarga

Sakinah, Mawaddah, Warrahmah.

1. Faktor Utama:

Untuk membentuk keluarga sakinah, dimulai dari pranikah,

pernikahan, dan berkeluarga. Dalam berkeluarga ada beberapa hal yang perlu

difahami, antara lain :24

a. Memahami hak suami terhadap istri dan kewajiban istri terhadap suami.

1) Menjadikannya sebagai Qowwam (yang bertanggung jawab)

• Suami merupakan pemimpin yang Allah pilihkan

• Suami wajib ditaati dan dipatuhi dalam setiap keadaan kecuali

yang bertentangan dengan syariat Islam.

2) Menjaga kehormatan diri

• Menjaga akhlak dalam pergaulan

• Menjaga izzah suami dalam segala hal

• Tidak memasukkan orang lain ke dalam rumah tanpa seizin

suami

3) Berkhidmat kepada suami.

• Menyiapkan dan melayani kebutuhan lahir batin suami

• Menyiapkan keberangkatan

• Mengantarkan kepergian

24

Muslich Taman dan Aniq Farida, 30 Pilar Keluarga Samara. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007), h.54


(59)

51

• Suara istri tidak melebihi suara suami

• Istri menghargai dan berterima kasih terhadap perlakuan dan

pemberian suami

b. Memahami hak istri terhadap suami dan kewajiban suami terhadap istri25

1) Istri berhak mendapat mahar

2) Mendapat perhatian dan pemenuhan kebutuhan lahir batin

• Mendapat nafkah: sandang, pangan, papan

• Mendapat pengajaran Diinul Islam

• Suami memberikan waktu untuk memberikan pelajaran

• Memberi izin atau menyempatkan istrinya untuk belajar kepada

seseorang atau lembaga dan mengikuti perkembangan istrinya

• Suami memberi sarana untuk belajar

• Suami mengajak istri untuk menghadiri majlis ta‟lim, seminar

atau ceramah agama

3) Mendapat perlakuan baik, lembut dan penuh kasih sayang

• Berbicara dan memperlakukan istri dengan penuh kelembutan

lebih-lebih ketika haid, hamil dan paska lahir

• Sekali-kali bercanda tanpa berlebihan

25

Ibid., h. 55


(60)

52

• Mendapat kabar perkiraan waktu kepulangan

• Memperhatikan adab kembali ke rumah.

2. Faktor Penunjang

a. Realistis dalam kehidupan berkeluarga.

Pasangan suami istri harus realistis dan memahami karakteristik

kehidupan rumah tangga.26 Dalam suatu kesatuan dan keharmonisan

emosional seseorang keci lkemungkinan untuk terwujud sejak awal

menikah. Hal ini di karenakan keharmonisan emosional dan

keselarasan sosial di dalam setiap rumah tangga membutuhkan proses

yang panjang. Adapun yang perlu diperhatikan realistis hidup menuju

rumah tangga, yakni:

1) Realistis dalam memilih pasangan

2) Realistis dalam menuntut mahar dan pelaksanaan walimahan

3) Realistis dan ridho dengan karakter pasangan

4) Realistis dalam pemenuhan hak dan kewajiban

b. Realistis dalam pendidikan anak

Penanganan Tarbiyatul Awlad (pendidikan anak) memerlukan

satu kata antara ayah dan ibu, sehingga tidak menimbulkan

26

Ibid., h.55


(61)

53

kebingungan pada anak. Dalam memberikan ridho‟ah (menyusui) dan

hadhonah (pengasuhan) hendaklah diperhatikan muatan:

1) Tarbiyyah Ruhiyyah (pendidikan mental)

2) Tarbiyah Aqliyyah (pendidikan intelektual)

3) Tarbiyah Jasadiyyah (pendidikan Jasmani)

c. Mengenal kondisi nafsiyyah suami istri

d. Menjaga kebersihan dan kerapihan rumah

e. Membina hubungan baik dengan orang-orang terdekat

1) Keluarga besar suami / istri

2) Tetangga

3) Tamu

4) Kerabat dan teman dekat

f. Memiliki ketrampilan rumah tangga

g. Memiliki kesadaran kesehatan keluarga.

3. Faktor Pemeliharaan

a. Meningkatkan kebersamaan dalam berbagai aktifitas

b. Menghidupkan suasana komunikatif dan dialogis

c. Menghidupkan hal-hal yang dapat merusak kemesraan keluarga baik dalam


(62)

54

2. Kerukunan dalam Keluarga

a. Pengertian Kerukunan Keluarga

”Kerukunan adalah perasaan senang, tentram hidup lahir dan batin”.27

Sedangkan Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa28 memberi arti bahwa, ”Kerukunan adalah hal (keadaan) selaras atau

serasi; keselarasan- dirumah tangga perlu dijaga”. Sementara itu seorang ahli

lain mengatakan ”Kerukunan adalah adanya kelompok satu sama lain dan

hidup tentram lahir dan batin ”.29

Jadi dapat ditarik pengertian bahwa Kerukunan adalah Keselarasan;

Keserasian; atau Keseimbangan, yang dalam hal ini menyangkut

keseimbangan mengenai kebutuhan hidup manusia, yaitu kebutuhan lahir dan

batin. Sebab dengan menjaga dan menyeimbangkan dari kedua kebutuhan itu

akan dapat mendukung tercapainya keharmonisan keluarga dalam rumah

tangga. Menurut William J. Goode30’’Keluarga itu terdiri dari pribadi- pribadi

dan merupakan jaringan sosial yang lebih luas’’.

Sejalan dengan itu,31 memberi pengertian bahwa, ’’Keluarga adalah

Kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang ada terikatan darah,

perkawinan atau adopsi yang tinggal dalam suatu rumah tangga, menciptakan

27

W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Bahasa Indonesia, ( Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1985), h.119.

28

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka. 1988), h.299.

29

Suardiman. Konseling Perkawinan. (Yogyakarta: Psikologi UGM, 1990), h.12.

30

William J Goode. Sosiologi Keluarga. (Jakarta: Bina Aksara, 1983), h.4

31

Departemen Kesehatan. Buku Materi Sekolah Perawat Kesehatan. (Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 1987), h. 1.


(63)

55

dan mempertahankan kebudayaan dan mendapatkan interaksi antara satu

dengan yang lain melalui peranannya masing-masing’’.

Dari pendapat tersebut diatas dapat dipahami bahwa keluarga

merupakan kelompok terkecil dari masyarakat dimana keluarga itu terdiri dari

pribadi-pribadi yang ada terterikatan darah, perkawinan atau adopsi tinggal di

dalam satu rumah tangga, yaitu : ayah, ibu dan anak-anak dimana mereka

terjalin ikatan dalam anggota keluarga. Keluarga merupakan kesatuan kecil

dari bentuk-bentuk kesatuan masyarakat, yang hidup dalam struktur sosial

yang lebih luas.

Keluarga inti dapat kita definisikan dengan keluarga atau kelompok

yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum dewasa atau belum

kawin. Sedangkan keluarga luas adalah satuan keluarga yang meliputi lebih

dari satu generasi dari satu lingkungan kaum keluarga yang lebih luas dari

pada hanya ayah, ibu dan anak-anaknya.32

Dari pendapat tersebut diatas dapat diambil suatu pengertian bahwa

keluarga merupakan kelompok terkecil dari kelompok masyarakat yang terdiri

dari ayah, ibu, dan anak-anak yang juga merupakan bagian dari adanya dari

keluarga luas atau keluarga luas besar. Keluarga inti hidup dalam satu

kesatuan ikatan darah, perkawinan atau adopsi dan satu sama lainnya

mempunyai rasa tanggung jawab.

32

Khairudin H. Sosiologi Keluarga. (Yogyakarta: Nur Cahaya, 1985), h.27.


(1)

113

4. Bagi peneliti selanjutnya, jika ingin mengangkat judul skripsi dengan media

televisi yang bertema dakwah dan ada episode yang berbeda-beda, sebaiknya

meneliti dengan 3 episode atau lebih, agar hasil yang telah diteliti nantinya

valid. Serta secara akademis hendaknya membuktikan kembali teori Bullet

Theory atau peluru dengan obyek penelitian yang berbeda dalam jumlah yang


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Aep Kusnawan, Dindin Solahuddin, Dkk. 2004. Komunikasi Penyiaran Islam.

Bandung : Benang Merah Press.

Anshori, Endang. 1976. Pokok-pokok Pikiran Tentang Islamiyah. Jakarta : Usaha

Inter Proses.

Ardianto, Elviranto., Lukiati Komala, Siti Karlinah. 2009. Komunikasi Massa Suatu

Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Arifin, Anwar. 2010. Strategi Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas. Bandung :

Armico.

Astuti. 1997. Hubungan Antara Keharmonisan Keluarga dengan Stress pada anak

Remaja. Surakarta: Fakultas Psikologi UMS.

Bachtiar, Wardi. 1997. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos.

Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta:Kencana.

Data Monografi Kelurahan Ampel, Kota Surabaya.

Departemen Kesehatan. 1987. Buku Materi Sekolah Perawat Kesehatan. Jakarta:

Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RIDepdikbut.

2002. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka

Djamal, Hidajanto., Andi Fachruddin. 2013. Dasar-Dasar Penyiaran. Jakarta:

Kencana.

eJournal lmu Komunikasi, 2014, 2 (4): 259-268 ISSN 0000-0000,


(3)

Hartono, Amicun Aziz. 1990. Ilmu Sosial Dasar, Jakarta:Bumi Persada.

Hidayati, Arini. 1998. Televisi dan Perkembangan Sosial Anak. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi/akses terakhir 16 Desember 2016.

http://id.wikipedia.org/wiki/Trans_TV diakses pada tanggal 30 Desember 2016.

http://informasi-daftar.blogspot.com/2014/08/pemilik-televisi-di-indonesia.html/akses terakhir, 16 Desember 2016

http://repository.usu.ac.id/akses terakhir, 16 Desember 2016.

http://www.clearharmony.net. Diakses 31 Januari 2017

Idris, Soewardi. 1987. Jurnalistik Televisi. Bandung: CV Dermaga Karya

Iswandi, Syaputra. 2013. Rezim Media. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Jurnal Komunikasi, Siti Romlah, “Karakteristik Keluarga“, No. 1/XXV/2006.

Diakses pada 20 Januari 2017.

Khairudin H. 1985. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Nur Cahaya

Komisi Penyiaran Indonesia, Undang – undang P3SPS.

Kriyanto, Rachmat. 2006. Teknis Praktis Komunikasi Riset. Jakarta : Kencana.

Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Lubis, Ridwan. 2005. Cetak Biru Peran Agama. Jakarta: Puslitbang.

Mardalis. 1995. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta:Bumi


(4)

Morrison. 2005. Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio Dan Televisi.

Tangerang: Ramdina Perkasa.

Mulyana, Deddy dan Idi Subandi Ibrahim. 1997. Bercinta dengan Televisi. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Mushoffa, Aziz. 2001. Untaian Mutiara Buat Keluarga cetakan I. Yogyakarta; Mitra

Pustaka.

Narbuko, Cholid. 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta:Bumi Aksara.

Nasution. 2009. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta :

PT. Bumi Aksara.

Nazir, M. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Purwanto Sasto Subroto. 1995. Televisi Sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta:

Duta Wacana University Press.

Purwanto, M. Ngalim. 1995. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Reviere, Rebecca. 1996. Needs Assessment : Acreative and Pratical Guide for Social

Scienties Frands.

Samuel L. Becker, 1985, Dalam Jurnal Teknologi Pendidikan.com yang berjudul

Dampak Isi Pesan Media Massa oleh Herry Kuswita”,

http://www.google.com, diakses 16 Desember 2016

Sayekti Pujo Suwarno dan Sugihartono. 1981. Bimbingan Keluarga. Yogyakarta:


(5)

Sihabudin, Ahmad. 2011. Komunikasi Antar Budaya Satu Perspektif Multidimensi.

Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Singgih D. Gunarso. 1995. Psikologi Keluarga. Bandung: Remaja Rosdakarya

Soekmono, R. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1. Yogyakarta :

Kanisius.

Suardiman. 1990. Konseling Perkawinan. Yogyakarta: Psikologi UGM

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif, Kulaitatif, dan R & D. Bandung :

Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Syam, Nur. 1991. Metodologi penelitian Dakwah Sketsa Pemikiran Pengembangan

Ilmu Dakwah. Solo: Ramadhan.

Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya:Al-Ihlas.

Taman, Muslich dan Aniq Farida. 2007. 30 Pilar Keluarga Samara. Jakarta: Pustaka

Al-Kautsar.

Tanzeh, Ahmad. 2009. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Teras.

Tasmoro, Toto. 1981. Komunikasi Dakwah. Jakarta : Gaya Media Pratama.

Tim Ditjenbud. 2000. Strategi Pembinaan dan Pengembangan Kebudayaan

Indonesia. Jakarta : Dit Jenbud.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1988. Kamus

Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.


(6)

Wahyudi, J.B. 1994. Dasar-dasar Manajemen Penyiaran. Jakarta: Gramedia.

---. 1992. Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Wawancara Ketua RT 02, RW I Kelurahan Ampel, Kota Surabaya, pada 12

Desember 2016.


Dokumen yang terkait

PENDAHULUAN PENGARUH TERPAAN TAYANGAN “REPORTASE INVESTIGASI” TRANS TV TERHADAP KECEMASAN MASYARAKAT SLEMAN DI YOGYAKARTA (Studi Eksplanatif Pengaruh Terpaan Tayangan Reportase Investigasi Trans TV Episode “Abon Ayam Limbah dan Ayam Tiren Rekondisi” terh

0 6 39

PENUTUP PENGARUH TERPAAN TAYANGAN “REPORTASE INVESTIGASI” TRANS TV TERHADAP KECEMASAN MASYARAKAT SLEMAN DI YOGYAKARTA (Studi Eksplanatif Pengaruh Terpaan Tayangan Reportase Investigasi Trans TV Episode “Abon Ayam Limbah dan Ayam Tiren Rekondisi” terhadap

0 6 28

PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP “MAKNA RAMADHAN” DALAM TAYANGAN “YUK KITA SAHUR” DI TRANS TV (Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Masyarakat Surabaya Terhadap “Makna Ramadhan” Dalam Tayangan “Yuk Kita Sahur” Di Trans TV).

2 17 121

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN “YUK KEEP SMILE” DI TRANS TV(Studi Deskriptif Kuantitatif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan “Yuk Keep Smile” Di Trans TV).

2 3 90

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN INFOTAINMENT “INSERT INVESTIGASI” DI TRANS TV.

0 0 77

PENGARUH TAYANGAN SEXOPHONE TRANS TV TERHADAP SIKAP SEKS MAHASISWA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kuantitatif Pengaruh Tayangan Sexophone Trans Tv Terhadap Sikap Seks Mahasiswa Surabaya).

0 4 89

PENGARUH TAYANGAN SEXOPHONE TRANS TV TERHADAP SIKAP SEKS MAHASISWA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kuantitatif Pengaruh Tayangan Sexophone Trans Tv Terhadap Sikap Seks Mahasiswa Surabaya)

0 0 11

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN INFOTAINMENT “INSERT INVESTIGASI” DI TRANS TV SKRIPSI

0 0 20

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN “YUK KEEP SMILE” DI TRANS TV(Studi Deskriptif Kuantitatif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan “Yuk Keep Smile” Di Trans TV)

0 0 17

PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP “MAKNA RAMADHAN” DALAM TAYANGAN “YUK KITA SAHUR” DI TRANS TV (Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Masyarakat Surabaya Terhadap “Makna Ramadhan” Dalam Tayangan “Yuk Kita Sahur” Di Trans TV)

0 2 23