KITAB AQAID KOLEKSI MUSAHLAN GADU TIMUR GANDING SUMENEP.

(1)

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Syarat Memperole Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1)

Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)

Oleh

Hesbeh NIM: A32211076

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SUNAN AMPEL SURABAYA

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “KITAB AQA>ID KOLEKSI MUSAHLAN GADU

TIMUR GANDING SUMENEP”. Adapun rumusan masalah yang digunakan untuk mempermudah penguraian isi skripsi ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana keberadaan manuskrip Aqa>id koleksi Almarhum Sahlan?; 2) Bagaimana salinan teks yang terkandung dalam Manuskrip Aqa>‘id koleksi Almarhum Sahlan?; 3) bagaimana asal-usul ajaran Aqa>‘id dalam Manuskrip Koleksi Musahlan tersebut?

Untuk menjawab rumusan masalah dalam kajian Manuskrip ini, penulis menggunakan metode filologi, yaitu suatu metode yang melakukan penelaahan dengan pendekatan kritik teks. Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam metode filologi adalah inventarisasi manuskrip, pengamatan dan diskripsi manuskrip, menyalin dan menterjemahkan teks, analisis teks dalam manuskrip.

Dari hasil penelitian penulis menyimpulkan bahwa: pertama, manuskrip yang berisi tentang ajaran sifat Aqa>id limapuluh ini adalah milik Musahlan yang digunakan saat dia menjadi santri di Pondok Pesantren Laplenta Gadu Barat Ganding Sumenep, penjelasan ini didapat dalam kesaksian istrinya Amaniah. Saat ini manuskrip kitab Aqaid tersimpan di kediaman Musahlan Gadu Timur Ganding Sumenep dalam keadaan baik. Kedua, teks kitab aqaid koleksi Musahlan ini menggunakan bahasa Madura dengan aksara arab-pegon. Dalam proses penyalinannya menggunakan metode edisi diplomatik, salinan biasa, traslitrasi, terjemah. Ketiga, Isi yang terkandung dalam Manuskrip kitab Aqaid koleksi Musahlan ini menjelaskan tentang sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah SWT dan para utusan-Nya. Asal-usul ajaran Aqaid yang terkandung dalam manuskrip ini berasal dari kitab Ummul Barahim karya Muhammad Sanusi.


(7)

in?; 3) How is the origin of the Aqa>id doctrines within the Manuscript Musahlan Collection?

To solve formulations of the problem in this research, the author use philology method, a method of critical text approach. Steps used within philology method are manuscript inventory, observation, description, copying, translating, and analyzing the text of manuscript.

By the result of the research, author conclude that; the first, manuscript containing doctrines of Aqa>‘id Limapuluh is belong to Musahlan that is used when he is being a santri (student at traditional muslim school) in Laplenta Boarding school, West Gadu village, Ganding sub-regency, Sumenep regency. The second, the text of this Musahlan book collection uses Madura language with pegon script (Madura language written in Arabic characters). The copying process of the manuscript uses some steps; diplomatic edition, ordinary copies, transliteration, and translation. The third, the content of kitab Aqaid describes about attributes of God and His messengers. The origin of the Aqaid doctrine contained in this manuscript is adopted from Ummul Barahim, written by Muhammad Sanusi.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPA /SAMPUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian ... 4

E. Pendekatan dan Kerangka Teori ... 5

F. Penelitian Terdahulu ... 5

G. Metodologi Penelitian ... 7

H. Sistematika Bahasan ... 9

BAB II DESKRIPSI MANUSKRIP KOLEKSI MUSAHLAN A. Kondisi Manuskrip ... 10


(9)

BAB III TEKS AQA>ID DALAM MANUSKRIP KOLEKSI MUSAHLAN

A. Edisi Dimplomatik ... 19

B. Salinan Edisi Bahasa ... 27

C. Alih Tulisan (Translitrasi) ... 35

D. Terjemah ... 47

BAB IV AL-SANUSI SEBAGAI PELETAK DASAR KAJIAN SIFAT DUA PULUH A. Sekilas biografi Al-Sanusi ... 55

B. Sifat-sifat Allah ... 56

C. Kandungan Kalimat La> Ila>ha Illa> Allah ... 58

D. Kandungan Kalimat Muhammad Rasul Allah ... 60

E. Perkembangan Kajian Sifat-Sifat Tuhan Pasca Al-Sanusi ... 61

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 64

B. Saran-saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang bangsanya kaya akan

kebudayaan. Tentunya kita sangat berbangga hati dan selalu bersyukur

kepada Allah SWT yang sudah mewariskan kebudayaan yang sungguh

sangat tidak ternilai harganya. Diantara warisan kebudayaan yang dimiliki

bangsa Indonesia adalah naskah kelasik atau manuskrip. Manuskrip adalah

tulisan tangan para cendikiawan muslim pada masa lampau yang di

dalamnya terdapat informasi-informasi mengenai kondisi sosial, ekonomi,

hukum, adat dan keagamaan pada masa naskah klasik atau manuskrip itu

ditulis.1

A.H. Johns Seorang sejarawan Australian menyatakan,

keberhasilan ulama Sufi dalam menyebarkan agama Islam Nusantara

disebabkan karena gagasan-gagasan mereka tentang mistik mendapatkan

sambutan hangat dari masyarakat Indonesia, karena sejak zaman sebelum

islam, kebudayaan Hindu di Indonesia sudah didominasi oleh unsur-unsur

mistik.2 Tentunya tidak hanya itu, sifat dan partisimasi ulama dalam menyebarkan ajaran islam yang tidak hanya memandang ras, suku dan

bahasa terstentu membuat masyarakat semakin nyaman dengan ajaran

Islam, ulama lebih mengutamakan ketekunanya dalam memberikan

1

Uka Tjandrasasmita, Kajian Naskah-Naskah Klasik dan Penerapannya bagi sejarah (Jakarta: Puslitbag, 2006), 1.

2


(11)

pelayanan sosial menjadikan masyarakat Indonesia dahaga dalam

kebatinan Islam yang sangat raya.3

dalam hal ini Ahwan Mukarrom berpendapat dalam bukunya

Sejarah Islam Nusantara:

... sebagai bangsa yang memiliki kepercayaan asli, ketika menerima arus budaya dan kepercayaan asing, dalam hal ini Hindu Budha yang ternyata kebudayaan asli tersebut tidak hilang bahkan terlihat semakin diperkaya dengan budaya dan atau kepercayaan baru tersebut. ketika mereka memeluk ajaran Islam dan mengembangkan Islam di sekitarnya, kemampuan ini digunakan sebaga Islamisasi. Budaya lokal yang selama ini menjadi trade mark sehingga masyarakat yang masuk Islam tidak merasa terbebani dengan beban-beban psikologis . mereka merasa masih dalam situasi budaya lama yang menjadi bagian hidupnya selama itu. ...4

Tentunya banyak sekali bukti-bukti yang kemampuan mereka

dalam mengkonsevasi/ atau melestarikan budaya setempat adalah upaya

pelestarian kebudayaan atau kesenian yang digunakan untuk sarana

Islamisasi di Nusantara. Banyak sekali kesenaian-kesenian yang

digunakan diantaranya adalah: seni bangunan, dalam hal ini adalah

bangunan Masjid dan seni ukiran, seni sastra maupun tulis.5 Salahsatu kesenian yang digunakan adalah kesenian sastra baik lisan maupun tulisan.

Dari pernyataan diatas, memberikan informasi bahwa

manuskrip merupakan peninggalan masa lampau yang membuktikan

bahwa penyebaran Islam di Nusantara pada masa lalu digagas oleh para

ulama‟. Media informasi yang dapat dijadikan tolak ukur adalah naskah

3

Alwi Shihab, Islam Sufistik, Islam Pertama dan Pengaruhnya Hingga Kini di Nusantara (Bandung: Mizan, 2001), 40.

4

Ahwan Mukarrom, Sejarah Islam Nusantara (Surabaya: Jauhar, 2009), 77.

5


(12)

3

atau manuskrip yang digunakan sebagai pedoman belajar yang pada

umumnya menjelaskan tentang pemantapan keyakinan yang dalam hal ini

pengenalan terhadap sifat-sifat yang miliki oleh Allah dan Rosulnya.

Banyak sekali manuskrip yang menjelaskan tentang

pemantapan keyakinan kepada Allah SWT yang berisi pengenalan pada

sifat-sifatNya, namun pada umumnya manuskrip yang ditemukan adalah

manuskrip berbahasa Arab dan juga berbahasa Jawa. Dalam hal, ini

manuskrip yang akan diteliti adalah manuskrip dengan menggunakan

bahasa Madura yang sejauh ini penulis belum melihat yang mengkajinaya.

Dengan ini penulis menyusun Skripsi dengan judul “KITAB

AQA>ID KOLEKSI MUSAHLAN GADU TIMUR GANDING SUMENEP” dengan harapan bisa memberikan kontribusi kepada pemikiran Islam saat ini yang masih belum sempurna dengan cara

mengkaji kembali pemikiran Islam pada masa lalu. Selain itu, harapannya

adalah bisa menambah semangat kembali peribadi-peribadi dalam

mengkaji dan melestariakan cagar budaya bangsa Indonesia khususnya

naskah atau manuskrip.

B. Rumusan Malalah

Setelah uraian pendahuluan diatas, ada beberapa rumusan

masalah yang dijadikan bahan acuan dalam penulisan skripsi ini, yakni

sebagai berikut:


(13)

2. Bagaimana salinan teks yang terkandung dalam Manuskrip Aqa>id koleksi Almarhum Musahlan?

3. Bagaimana asal-usul ajaran Aqaid dalam Manuskrip Koleksi

Musahlan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui keberadaan manuskrip Aqa>id koleksi Almarhum Musahlan, sekaligus kondisi manuskrip.

2. Untuk mengetahui salinan teks yang terkandung dalam manuskrip

Musahlan, baik dari segi bahasa yang digunakan maupun gaya

tulisannya.

3. Untuk menemukan asal-usul pemikiran yang tertuang dalam

manuskrip koleksi Musahlan.

D. Kegunaan Penelitian

Terdapat beberapa kegunaan dalam penelitian ini, baik dari segi

keilmuan akademik dan praktis. Adapun kegunaan-kegunaan tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Keilmuan akademik berguna untuk pengembanagan ilmu dalam

kebudayaan lokal, dengan hal ini adalah pemikiran sifat-sifat yang

dimiliki oleh Allah SWT. Dengan ini kita dapat mengkaji kebudayaan

melalui manuskrip, mengkaji manuskrip dengan antropologi dan

memanfaatkan kodikologi dan filologi sebagai ilmu bantu penelitian


(14)

5

perpustakaan pusat dan fakultas dengan harapan ada peneliti-peneliti

selanjutnya yang mengakaji Manuskrip.

2. Kegunaan praktisnya adalah untuk melestarikan kebudayaan islam

yang berupa pemikiran tentang sifat-sifat yang dimiliki Allah SWT

dengan cara mempelajari dan mengamalkan ajaran-ajaran yang

disampaikan dalam kitab Aqa>’id 50 yaitu sifat-sifat yang dimiki oleh Allah SWT dan Utusan Allah.

E. Pendekatan Dan Kerangka Teori

Untuk mempermudah proses penelitian Skripsi dengan judul

“Kitab Aqa>id Koleksi Musahlan Gadu Timur Ganding Sumenep” maka

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian Skripsi ini adalah

pendekatan antropologi. Adapun teori yang digunakan adalah teori

komparatif dengan menggunakan ilmu bantu filologi, karena filologi

merupakan disiplin ilmu yang meneliti tentang naskah, baik keberadaan

fisiknya maupun kandungan fisiknya yang memberikan informasi tentang

kebudayaan suatu masyarakat. 6

F. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang ada keterkaitan dengan judul

Skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Abdurrahman, Edisi diplomatik kitab aqidat Al-Usul dalam manuskrip

islam koleksi kyai Frusa. Th 2014. Berisi tentang rukun iman dalam

teologi Al-Asy„ari.

6

Uka Thabndrasasmita, Naskah Klasn dan Penerapannya Bagi Kajian Sejarah Islam di Indonesia (Jakarta: Puslitbang dan Khazanah Keagamaan dalam Litbang dan Diklat Kemenag RI, 2012),5.


(15)

2. Anis Fujia Lukmaningsih, kisah unik dalam manuskrip kitab Mi‟roj Nabi tahun 1778 M Koleksi Musium Mpu Tantular Siodarjo. Th 2010

berisi tentang kisah atau perjalanan Mi‟roj Nabi Muhammad.

3. Wachib Hasbullah, Aliran-aliran Kaligrafi dalam Manuskrip kitab

Silam Safinah Annajat. Th 2010. Berisi tentang aliran konteks seni

kaligrafi islam di Indonesia dan dari penulis manuskrip tersebut

termasuk dalam angkatan orang pesantren.

4. Zudiyah Hasun, Kisah Asmara dalam manuskrip surat yusuf 1897 M

Koleksi musium Mpu Tantular Sidoarjo. Tahun 2009. Berisi tentang

kisah hidup Nabi Yusuf dan kisah cintanya dengan siti Zulaikha

5. Adnan, tanda-tanda kematian dalam manuskrip Koleksi Mbah Soleh

Ali desa Pandan Omben Sampang Madura, Th 2008. Berisi tentang

makna yang terkandung dalam teks tersebut yang terdiri dari 6 proses

kematian.

6. Ahmad Fahroni, ajaran tauhid dalam manuskrip Bustan Salatin koleksi

Musium Mpu Tantular Siodarjo. Th. 2007. Berisi tentang ketauhidan

dan pemantapan Ideologi dalam islam.

Dari sekian penelitian terdahulu yang sudah terurai diatas,

memang ada kemiripan dari dengan skripsi karya Ahmad Fahroni yang

menjelaskan tentang ajaran tauhid, namun yang membedakan dari skripsi

ini adalah data manuskripnya. Jika manuskrip yang bahas dalam skripsi

Ahmad Fahroni adalah kitab Tauhid menggunakan bahasa Arab dan


(16)

7

menggunakan data manuskrip bahasa Madura dengan penjelasan tentang

50 sifat-sifat wajid, muhal dan mustahil atau benang yang dimiliki oleh

Allah dan Rosulnya.

G. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode

Filologi. Hal ini disebabkan karena skripsi ini merupakan penelitian

folologi. adapun langkah-langkah yang digunakan untuk penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Inventarisasi manuskrip

Tujuannya adalah untuk menelusuri asal-usul manuskrip, latar

belakang dibuatnya manuskrip yang tujuannya untuk mencari varian

atau teks dengan topik, bahasa dan pembahasan yang sama sebelum

melakukan penelitian.7 Penulis masih belum menemukan varian yang sama dengan manuskrip koleksi Amin, baik di musium ataupun

perorangan. Oleh karena itu, untuk sementara penulis menyimpulkan

bahwa manuskrip ini merupakan naskah tunggal.

2. Pegamatan dan deskripsi manuskrip

Setelah melakukan penelusuran manuskrip, langkah

selanjutnya adalah pengamatan, dalam hal ini penulis mengamati

bentuk fisik dan teks dari manuskrip yang tujuannya adalah untuk

mengetahui dan memahami kondisi manuskrip dan isi dari manuskrip

tersebut. Aspek yang akan diteliti dari penulis adalah kondisi

7

Nabila Lubis, Teks dan Metode Penelitian Manuskrip (Jakarta: Forumkajian Sastra dan Bahasa Arab, 1996), 64-65.


(17)

manuskrip, bentuk, tulisan, pengarang, kertas, tekhnologi, pemilik,

jumlah teks dan judul serta isi dari teks yang terdapat dalam

manuskrip.

a. Bentuk fisik

Dalam melakukan penelusuran bentuk fisik manuskrip, hal

yang dilakukan adalah mengamati bentuk dari manuskrip yang

tujuannya adalah untuk memahami kondisi fisik manuskrip. Hal ini

menggunakan ilmu bantu kodikologi.

b. Teks manuskrip

Dalam pengamatan tesk dilukan untuk memahami isi

manuskrip, dan juga termasuk khat-khat yang digunakan. Khat

termasuk kaligrafi, kaligrafi adalah kepandaian menulis elok atau

tidak elok. Secara bahasa berarti tulisan yang indah.8

c. Salinan teks dan terjemah

Penulis kembali tulis apa teks yang ada dalam naskah.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode edisi diplomatik

yang berupa teks asli tanpa editan, alih tulisan atau translitrasi dan

juga terjemah.

3. Analisis sejarah dan kebudayaan

Setelah penulis melakukan pengamatan dan pendiskripsian

terhadap manuskrip, langkah selanjutnya adalah analisis bahasa yang

digunakan dalam teks manuskrip dengan mencari intisari dari

8


(18)

9

penjelasan Aqa>id dalam manuskrip dan mencari asal-usul faham yang terkandung dalam Manuskrip.

H. Sistematika Bahasan

Bab pertama berisi tentang Pendahuluan yang berisi sub

bahasan tentang: latar belakang masah, rumusan masalah, tujuan penelitian

manfaat penelitian dan seterusnya

Bab dua berisi tentang deskripsi manuskrip kitab Aqa>id Koleksi Musahlan yang meliputi asal usul manuskrip, deskrips manuskrip,

umur dan fisik, serta biografi Musahlan.

Bab tiga berisi tentang teks Manuskrip kitab Aqa>id koleksi Musahlan. Yang menjadi bahasan dalam bab ini adalah: edisi diplomatic,

salinan bisa, translitrasi yang terdapat dalam manuskrip, dan terjelamahan.

Bab empat adalah analisis manuskrip kitab Aqa>id yang meliputi: asal-usul ajaran Aqa>id dari zaman ke zamana, termasuk aliran yang manakah ajaran Aqa>id yang terkandung dalam Manuskrip Aqa>id koleksi Musahlan.

Bab lima yaitu penutup yang berisi kesimpulan dari

keseluruhan pembahasan dari bab satu sampai bab empat, dan yang


(19)

BAB II

DESKRIPSI MANUSKRIP KITAB AQA>ID KOLEKSI MUSAHLAN

A. Kondisi Manuskrip

Manuskrip Kitab Aqa>id ini merupakan maskah koleksi Almarhum Bapak Musahlan. Naskah ini digunakan saat belajar di Pondok

Pesantren Laplenta asuhan K.H Muhammdin tempat bapak Musahlan

belajar. Pondok Pesantren Laplenta adalah Pondok Pesantren yang berada

di desa Gadu Barat Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep. Namun saat

ini Pondok Pesantren tersebut sudah tidak ada aktifitas. Menurut

keterangan Ibu Amaniyah isrti dari Almarhum Musahlan saat di

wawancara oleh penulis, dia menjelaskan saat ini Pondok Pesantren

Laplenta sudah tidak ada aktifitas lagi, tidak ada santri dan masyarakat

yang menyekolahkan anaknya ke Pondok Pesantren tersebut.

Adha‟ la cong, e dissa‟ (Pondok Pesantren Laplenta) kennengenah Pak Musahlan Mondhuk tadha‟ santrena sakale, na‟kana‟ dinna‟an kappi asakola ka Karay, Annuqoyeh ben

sakola‟an sakola‟an anyar se bedheh e Ghending. Terjemah…

Sudah tidak ada aktivitas di Pondok Pesantren Laplenta tempat Musahlan mondok, anak-anak disini lebih memilih mondok di Annuqoyah, Karay dan banyak sekali Pondok Pesantren baru yang ada di Ghanding ini.1

Dari wawancara di atas, ibu Amaniyah istri dari bapak

Musahlan menjelaskan bagaimana kondisi masyarakat di desa Gadu Timur

saat ini dibandingkan dengan kondisi pada masa lalu. Masyarakat pada

1


(20)

11

umumnya sudah tidak menyekolahkan anak-anaknya di Pondok Pesantren

Laplenta yang notabeni Pondok Pesantren tersebut salaf dan tidak

tersentuh oleh aktifitas-aktifitas moderen. Masyarakat sektar lebih memilih

menyekolahkan anak-anaknya di Pondok Pesantren baru yang sudah

menggunakan sistem pendidikan moderen.

Manuskrip yang penulis teliti ini adalah Manuskrip yang di

gunakan oleh Musahlan untuk belajar di Pondok Pesantren Laplenta yang

beralamtkan desa Gadu Barat Kecamatan Ganding yang berdampingan

dengan Desa Gadu Timur Kecamatan Ganding tempat ditemukannya

Manuskrip koleksi Bapak Musahlan.

Sebenarnya banyak sekali koleksi manuskrip pesantren yang

dimiliki oleh Musahlan, yang semuanya berisi mata pelajaran waktu di

Pondok Pesantren. Baik itu kitab Fiqih, Tauhid, Tajwid, Nahwu, Shorrof

dan beberapa kitan agama lainnya. Dan dari sekian kitab tersebut tara-rata

meggunakan bahasa Madura dengan menggunakan huruf Arab pegon.

Hanya saja, yang perlu diperhatikan adalah dari sekian

manuskrip koleksi Musahlan adalah banyaknya manuskrip yang rusak.

Menurut keterangan Bahrurrosi cucu dari Musahlan, kitab koleksi Embah

Musahlan dulunya masih banyak, hanya saja karena kurangnya perhatian

dari keluarga, kitab tersebut banyak yang dimakan rayap.2

Salah satu manuskrip yang sudah tidak bisa dibaca lagi adalah

kitab syair yang menjelaskan kisah hidup nami Yusuf dengan

2


(21)

menggunakan bahasa Mandura dan menggunakan tulisan Arab pegon.

Dengan bahasa madura halus, syair tersebut tercipta dengan indah dan

penuh makna dan pesan yang sempurna yaitu menceritakan perjalanan

hidup Nabi Yusuf. Hanya saja kisah dalam kitab tersebut sudah tidak bisa

disampaikan dengan sempurna, sebagian halaman yang hilang dan ada

halanan yang pinggirnya sudah dimakan rayap membuat pesan yang

tertera dalam manuskrip tersebut terpotong dan tidak bisa dibaca lagi

dengan sempurna.

Namun masih banyak pula manuskrip koleksi Musahlan yang

masih bisa di baca, salah satunya adalah kitan Aqa>id yang sekarang penulis kaji, dan masih banyak lagi kitab yang disampaikan. Penulis di

akhir perjumpaan dengan keluarga Musahlan tidak lupa berpesan agar

menjaga kekayaan ilmu pengetahuan Musahlan supaya kekayaan ilmu

pengetahuan terutama ilmu keislaman dapat terjaga selalu dan dapat

memberi gambaran bagaimana kondisi Islam pada saat itu, dan semoga

ada peneliti selanjutnya untuk mengkaji Manuskrip islam khusunya

manuskrip pesantren koleksi Musahlan.

Naskah ini berbentuk persegi empat dengan ukuran panjang

19,5 Cm lebar 15,5 dan tebal 6 lembar.

Naskah ini terdiri dari enam lembar dengan lembar terakhir

yang kosong. Posisi halaman bolak-balik, jadi setiap lembar terdiri dari

dua halaman. Dalam naskah ini tidak tercantum halamanya, jadi penulis


(22)

13

pertama) dan Verso (halaman kedua dalam lembar pertama) supaya

pembaca lebih mudah dalam memahami susunan tulisan dalam naskah

tersebut. Konsep penulisannya datar tanpa berbentuk paragraf jadi untuk

pembatas berakhirnya pembasan. Setiap lembar terdapat dua halaman

dengan bolak-balik. Hanya saja dalam kitab Aqa>id tidak terdapat halaman, sehingga penulis memberikan halan sendiri dengan perincian 1a 1b. 1a:

adalah lembar pertama halaman pertaman, 1b: adalah lebar pertaman

halaman kedu, dan seterusnya.

B. Asal-usul dan Umur Manuskrip

Manuskrip koleksi Almarhum Musahlan merupakan naskah

yang didapat sejak dia menjadi santri di Pondok Pesantrn Laplenta yang

beralamatkan Desa Gaddu Barat Kecamatan Ganding Kabupaten

Sumenep. Naskah kitab Aqa>id merupakan kitab wajib yang harus digunakan oleh santri pada saat itu. Penulis masih belum mendapatkan

informasi terkait bagaimana sistem penulisan naskah tersebut apakah

melalui dekte atau bagamana. Namun yang jelas kitab tersebut bukan

karya Musalhlan sendiri, melankan karya ulama lain yang menjelaskan

tentang Aqa>id dengan menggunakan bahasa Madura.

Asal usul kertas naskan manuskrip ini merupakan kertas yang

diproduksi oleh perusahaan belanda. Dalam cover kertas terdapat

keterangan yang bertuliskan “N.V. Internationale Crediet-en Handels-Vereeniging “Roterdam”“ berikut dengan logonya. Menurut penelusuran penulis melalui media onlie sesuai dengan situs yang diberitakan


(23)

KOMPAS.COM gedung Internationale Crediet-en Handels-Vereeniging

“Roterdam” merupakan gedung yang berdiri pada 1913 yang beralamatkan

di jalan Kali Besar Kota Tua Jakarta. Nama kecil dari Internationale

Crediet-en Handels-Vereeniging “Roterdam” adalah Rotterdam Internation. Internationale Crediet-en Handels-Vereeniging “Roterdam” merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perbankan dan

perkebunan. Perusahaan ini antara lain melakukan pembelian

sewa-menyewa kapal, juga membuka kredit-kredit diposito. Meskipun kodisi

bagian depan gedun ini tanpak kokoh namun bagian atap sudah rusak dan

rapuh. 3

Dari penjelasan diatas perusahaan Internationale Crediet-en

Handels-Vereeniging “Roterdam” tidak bergerak dibidang percetakan atau pabrik kertas, melainkan bergerak dibidang perbankan dan perkebukanan.

Jadi logo yang tercantum dalam kertas manuskrip koleksi Musahlan bukan

dibuat oleh perusahaan Internationale Crediet-en Handels-Vereeniging

“Roterdam” melainkan hanya menempelkan logo perusahaan dalam kertas

yang dibuat oleh perusahaan lain untuk digunakan sebagai bahan promosi

perusahaan tersebut, sama seperti yang dilakukan oleh perusahaan atau

hotel yang menyediakan meting room dan lain sebagainya. Sampai saat ini

penulis tidak menemuakan nama yang memproduksi kertas tersebut.

3

Shelter dan Bunker di Batavia-Kompas.com dalam

“Googleweblight.com/?lite_yrl=http://bola.kompas.com/read/2010/02/04/21301039/shelter.dan.bu

nker.di.batavia&ei=n0_jKBiE&Ic=en-ID&ts=1462844421&sig=APY536zgHvIPIB7ALGN3DNmD7YJCSLIdqA”, diakses tanggal 10 mei 2016.


(24)

15

C. Skriptorium

1. Lokasi penulisan manuskrip

Lokasi penulisan manuskrip sebahagaimana yang sudah

dijelaskan diatas, bahwa manuskrip koleksi Musahlan merupakan

salinan dari kitab Aqa>id 50 yang menggunakan bahasa Madura. Lokasi penulisan manuskrip bertempat di Pondok Pesantren Laplenta, tempat

Musahlan menjadi santri. Kebanyakan kitab yang digunakan di Pondok

Pesantren Laplenta menggunakan bahasa Madura, meskipun ada

sebagian kitab yang menggunakan bahasa Arab, namu saat melakukan

pemaknaan atau istilah lainnya jenggotan menggunakan bahasa

Madura.

Saat ini pondok pesantren Laplenta yang beralamtkan desa

Gadu Barat Kecamatan Ganding Sumenep itu sudah tidak ada aktifitas

santri sama sekali. Menurut keterangan dari Amaniyah seperti yang

sudah dijelaskan diatas pondok pesantren Laplenta saat ini sudah tidak

ada aktifitas, para masyarakat lebih memilih menyekolahkan atau

memondokkan anak-anaknya di Pondok Pesantren atau sekolah yang

moderen. Pondok Pesanten Salaf seperti Pondok Pesantren Laplenta

sudah tidak begitu diminati oleh Masyarakat.

2. Lokasi penyimpanan manuskrip

Lokasi penyimpanan Manuskrip koleksi Musahlan adalah di

rumahnya sendiri. Banyak sekali tumpukan manuskrip tepat di atas


(25)

mendapatkan informasi dari cucu Musahlan yang bernama Bahrurrosi

yang kebetulan adalah teman penulis di Surabaya. Setelah mengetahui

hal tersebut penulis langsung menuju rumah Bahrurrosi untuk melihat

langsung kondisi Manuskrip tersebut yang berlokasi di Desa Gadu

Timur Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep. Setiba di lokasi

penulis menemukan banyak sekali manuskrip koleksi Musahlan yang

keberadaannya sudah tidak terawar lagi. Pada awalnya keluarga

Musahlan kesulitan untuk mencari Manuskrip tersebut karena sudah

lupa tempat penyimpanannya, namun setelah berupaya beberapa jam

barulah ditemukan manuskrip tersebut tepat di atas atap ranjang tempat

tidur musahlan.

Setelah dilihat manuskrip tersebut sangat memprihatinkan.

Kondisi yang sudah rusak dan tidak terawat lagi manuskrip tersebut

sebagian tidak bisa dibaca karena rangkaian kalimat yang tertuang

dalam kertas terpotong dimakan rayap. Manuskrip tersebut dibungkus

dengan kantong pelastik warna hitam.

Jika melihat kondisi sosial dan budaya masyarakat desa Gadu

Barat, masyarakat desa ini dikenal dengan masyarakat yang memegang

teguh ajaran agama islam dalam pola kehidupannya. Mereka juga

dikenal dengan masyarakat yang unik karena berhasil memadukan

nilai-nilai adat (tradisi) dengan nilai-nilai keagamaan (Islam) dalam

kehidupan sehari-hari. Dapat diamati bahwa masyarakat Gadu Timur


(26)

17

dilihat dari aktifnya mereka mengikuti kegiatan-kegiatan keagaan yang

diselenggarakan oleh masyarakat Gadu timur Tahlilan dan lain

sebagainya.

Masyarakat Gadu Timur merupakan masyarakat yang etos

kerjanya sangat tinggi, terlihat saat mereka bekerja dengan ulet dan

penuh dengan semangat. Semangat gotong-royong dalam membantu

masyarakat desa lainnya dapat menggambarkan kerukunan yang

dimiliki desa Masyarakat desa Gadu Timur dan semangatnya dalam

bekerja.

D. Riwayat Hidup Musahlan

Musahlam adalah warga desa Gadu Timur kecamatan Ganding

Kabupaten Sumenep. Musahlan lahir pada tanggal 14 Mei 1929 dan

meninggal pada tanggal 24 Mei 1988. Musahlan menikah dengan

Amaniyah pada umur 30 tahun dan pada saat itu umur Aamaniyah 12

tahun.

Musahlan menjadi santri di Pondok Pesantren Laplenta pada

saat indonesia masih dibawah jajahan Jepang. Menurut keterangan

Amaniyah Istri Musahlan beliau menjadi santri di Pondok Pesantren

Laplenta pada masa indonesia masih dijajah oleh Jepang. 4 Namun untuk kepastian tahun berapa Musahlan menjadi santri Amaniyah tidak

memberikan Informasi karena lupa.

4


(27)

Saat Musahlan menjalin keluarga dengan Amaniyah mereka

menetap di Gadu Timur Kecamatan Ganding dengan menjadi guru ngaji di

Musholla tempat beliau menetap. Menurut keterangan Amaniyah murid

atau santri yang diasuh oleh Musahlan sampai 50-an, Warga di sekeliling

rumah Musahlan mempercayakan anak-anaknya kepada Musahlan untuk

dididik dan diberi bekal ilmu pengetahuan agama.

Namun saat ini di rumah beliau saat penulis melakukan surve

tidak ada aktivitas belajar dan mengajar di Mushollah rumah Musahlan.

Menurut keterangan Amaniyah, setelah Musahlan meninggal, aktivitas

mengaji di Mushollah sudah tidak ada lagi, anak-anak muda lebih memilih

belajar mengaji di rumah masing-masing. Dan musahlan tidak membentuk

generasi penerus entah kepada menantunya. Menurut keterangan

Amaniyah, setelah Musahlan meninggal, aktivitas mengaji di Mushollah

sudah tidak ada lagi, anak-anak muda lebih memilih belajar mengaji di

rumah masing-masing. Dan musahlan tidak membentuk generasi penerus

entah kepada anaknya, menantunya atau kepada cucunya agar bisa


(28)

19

BAB III

TEKS MANUSKRIP KITAB AQA>ID KOLEKSI MUSAHLAN

A. Edisi Diplomatik Salinan diplomati


(29)

(30)

21


(31)

(32)

23


(33)

(34)

25


(35)

(36)

27

B. Salinan Edisi Bahasa

Halaman 1.b

محر ل مر لهلمسب

1

لَلء ل ي عا ل فا فلفَمل عل اج سلَلء ل َلبج

2

ل ن لِ عل ي ل بلل يئسلِل ئا عل اج س

3

ل س ملَ عل ئنر ل ل ر

ل

لِل ف ل ن

4

ل احملِل ف ل. فل لَ فلىا له لِل ََل علبج

5

لل فل لَ فلىا له لِل ََل ع

ل

لِل ف ل ن

ل َ

6

ل ت سلَ فلىا له لِل ََل ع

لل

لبج لِل ف ل ن

7

لج لِ س ل اج سلِل ََل ع

1

ل

ل أفلَ فلل س لِ

8

ل أفم

لل

لج لِ س ل اج سلِل ََل عل احملِل ف

2

ل

لِ

9

لل أفم أفلَ فلل س

ل

لِل ََل عل َ لِل ف ل ن

10

لج لِ س ل اج س

3

ل

ل ت سلَ فلل س لِ

ل

11

ل

ل ئا عل يئسلَ فل ج سلَ فم

ل

لبج لِل ف ل ن

12

ل ف لَ فلىا له لِل ََل ع

ل

ل. ج ل;ل اف

13

ل. ي ح ل. سفنبل ايقل.

حلل فا مل. أ بل. ق

. ق

ل

14

1

Tulusan ج yang benar جن

2

Tulusan جن yang benar جن

3


(37)

Halaman 2.a

1

ل.ا يلعل. رمل.ري قل. لل.َبل.عَل. ايحل.ْعل.

ل

2

لا َتمل.ْ بل.ا يَل.اًيح

لل

ل ََل عل احملِل ف ل ن

3

ل َ جل ف لَ فلىا له لِ

ل

؛ل اف

ل

ل. حل. ع

4

ل ر ل.زَل. ل.

خم َ ل حملى

ِ

ل اتتف ل.َثا مل. أ ف

5

ل.ً اجل.ا َل.زجاعل.َبل. َل.مَل. مل. َل.

.اتيم

6

لَب ل. ََ ل.ََ

لل

لمحر ل مر لهلمسب

ل

له ل بل ن َ ل ج

7

ل فل ن َ ل أ بل.ىا له لِ ل َ ل ن َ ل قل.ىا

8

لَ عَ ل أ لىا له

ل

ىا له ل يبل ن َ ل

حلل فا م

9

لسفنبل ايقل.) ل مل اج س(لري لِل اج سل

10

ل نُاملِلء لىا له لئب ل ل بلل نُل ن َ

11

لَ ل ي ح

ل َل تف ل َل لىا له ل ت سل ن

12

له ل سيبام(لىا لْ ل ساب ل ن َ ل قل. يبَ ف

13

له لَِ ل ن َ لْعل.ىا له ل َ س ل ن َ لل ل)ىا

14

.ىا له ل عل ن ل ايحل. فا فل فل اج سلَل لىا


(38)

29

Halaman 2.b

1

ل فا فل فلل اج سلَ لىا له ل سْمل=لعَ

2

ل فا فل فل اج سلَ لىا له لَِ ل=لَب

ل

ل=ل ل

3

ل اجناسلىا له ل ب بَ

ل

له ل ساب لِل=لري ق

4

لىا لْ ل سيباملِل=لىا

ل

ل=لىا له ل َ لِل=ل رم

5

ل)ىا له ل َ س لِ(لىا له ل جن لِ

ل

لِل=لا يلع

6

ل اج سلَ لىا له لىَ لِل=لىا له ل ي عا

7

لل اف فل ف

ل

لىا له ل علِل=لاًيح

ل

ل سْملِل=لا يَ

8

ل اف فل فل اج سلَ لىا له

ل

لَِ لِل=لْ ب

9

ل اف فل فل ربل اج سلَ لىا له

ل

ل ب ب لِل=لا َتم

10

ل ام ل جناسل بَل لىا له

ل

ل ن َ ل عل__

11

ل َ

ل

ل) َل ن اَل َ(لريَ ل ن َ ل

ح

ل

ل ن َ لا ف

12

ل)َ عَ (ل اس

ل

ل افل ن َ لَثا م

ل

لى

ِ

ل اتتف

13

لَِ لاب َ ل ا ن لَ ل ف َ ل ن َ ل

خم َ ل حم

14

لَ

لب

ل

ل تيبَ ل ن َ ل

ل


(39)

Halaman 3.a

1

ل) لام

ل

ل)ن بل ي ي أ (ل ر ل ن َ ل ر

ل

ل َ

2

ل بل ن َ

ل

لل ي امل ن َ ل م

ل

لل ي ل ن َ لمَ

ل

َ

3

ل بل ن َ

ل

لل بل ن َ لَب

ل

لسفعلِل ن َ لزجاع

4

ل ر لِل ن َ لا َ

ل

ل بلِل ن َ لً اج

ل

لاتيم

5

ل ي املِل ن َ

ل

ل ي لِل ن َ لََ

ل

لِل ن َ ل َ

6

ل ب

ل

ل بلِل ن َ لَب

7

محر ل مر لهلمسب

8

ل حملَ ي سلَعلْس لهلَ ل.لن ا ل لْل ح

9

ل بَ لَ

ئي لئل ات ل ت َل ن ل.ل بام ل.لن ُ

10

ل ي سل ئا عليا رن

11

ل مأج عل بل

ل

ل افملاجافس

12


(40)

31

Halaman 3.b

1

ل ت َل ئا علل فاملِل.ل ل ب

ل

ل م لى لْ ف

2

ل.ل ا ل اح ل حل ل.ل مر ل بعل بل حمل.ل ان ل ب

3

ل عاملِل اترتل تلاج سلَ ل ا فلن ل

4

ل تن َلئي ل ات

ل

لَ م

ل

ل فَلامل س

5

ل ف لَاسلئجلامل َلل.ل ف

ل

ل

لِاسمل َ

ل

6

ل ف

ل

ل َ جل س مل ن ؤسامل ل بل ر

لل

7

لفَمل عل اج سلَلء ل َلبج

لرج ل ل فا ف

8

ل. سل ن ل زجل بللِر ل ل َل ي عل ل َ

ل

9

ل ي سلِل ئا عل اج سلَ

ل

لِ عل ي ل بل

ل

ل ي

10

ل عل ئنر ل ل ر

11

ىا له لَ لبج لِل ف

12

لل ف ل ت َلىا لهلِل َل سل ف ل ن لمحر ل مر لهلمسب

ل:ل اف

13

1

.

ىا لهل ابملِل (ل ابملِل َل بلأ لىا لهل َل ن ل.ل ج ل ف

14

2

.


(41)

Halaman 4.a

1

3

.

ل با سل رتل ل ل ل ى ملَ عَ لأ لىا لهل فل ن ل.ل أ بللللل,,

. م

2

4

.

. ل ل اج سل (لري لِل لىا لهل يبل ن ل.ل

حلل فا مللللل,,

3

َ

.

للل.لىا لهلَ ل نُاملِل (لِ ل ل بللىا لهل م جل ن ل.ل سفنبل مايقللللل,,

4

ُ

.

لىا لهل ت سل ن ل.ل يل ح للللل,,

ل

ل ف ل اسل

ل

.) ل(ل ن ََ فل َ

5

7

.

.لىا لهل) سيبام(ل ساب ل ن ل.ل قللللل,,

6

8

.

.لىا لهل َ س ل ن ل.ل

ِ

للللل,,

7

9

.

ل.لىا لهل)ىَ (ل ي عل ن ل.لْعللللل,,

8

11

.

ل.لح ل بللءَلىا لهل عل ن ل.ل ايحللللل,,

9

11

.

ل.ل يف ل بلأ لىا لهل سْمل ن ل.لعَللللل,,

10

12

.

ل.ل ا ي ل بلأ لىا لهل َ ل ن ل.لَبللللل,,

11

13

.

ل.ل رحل بلأ ل َل سل بلأ لىا لهل ب ب ل ن ل.ل لللللل,,

12

14

.

ل سباملاب ل ساب لِل ل ن ل.لري قللللل,,

اسبل أفا فأفلَ لىا له

13

.

ل.لىا لهل َ سَلِل

ل ن ل.ل رمللللل,,

14

.


(42)

33

Halaman 4.b

1

17

ل.لح ل بلأ لىا لهل علِل

ل ن ل.لاًيحللللل,,للللللل.

2

18

.

ل.ل يف ل بلأ لىا لهل سْملِل

ل ن ل.لا يَللللل,,

3

19

.

ل.ل ج سل ن لج ل بلأ لىا لهل َ لِل ل ن ل.لْ بللللل,,

4

21

.

ل.ل رحنبلأ لىا لهل َل سل بلأ لىا لهل ب لِل

ل ن ل.لا َتمللللل,,

5

لمحر ل مر لهلمسب

ل

ىا لهلَ ل ا لِل ف

6

؛ل اف ل:ل َ جل ف ل ت َلىا ل ل احب سلهلَ ل ا لِل ل ن

9

.ل بل ن ل َل ف ل.

. َل ن ل عل ف

.

1

7

11

.ل ي امل ن ل ملللل,,ل.

.ل) َ

ل ن اسل َ(لري ل ن ل خللللل,,

.

2

8

11

ل.ل ي ل ن لمَلللل,,ل.

ل.ل س ل ن ل أ فللللل,,

.

3

9

12

ل.ل بل ن ل َلللل,,ل.

ل.ل اف ل ن لَثا مللللل,,

.

4

10

13

ل.ل بل ن لَبلللل,,ل.

.ل َ ل ن ل اتتف للللل,,

.

َ

11

14

ل) امل سيبأ (لسفاعل ن لزجاعلللل,,لل.

ل.ل تيب ل ن ل للللل,,

.

ُ

12

ل.ل) س فرتلِ(ل ر لِل ن لا َلللل,,لل.

ل.ل) ل سيبأ (لسفاعل ن لزَللللل,,

.

7

13


(43)

Halaman 5.a

19

ل.ل بلِل ن ل ََ ل ف ل.

.ل ي املِل ن لاتيمل ف ل.ل.

17

1

21

.


(44)

35

C. Alih tulisan (traslitrasi)

Ada dua bahasa yang terkandung dalam kitab aqaid koleksi

musahlan ini yaitu bahasa madura dan bahasa arab. Tentunya penulis harus

memaparkan bagaimana teknis penulisan bahasa madura dengan aturan-aturan

yang sudah ditetapkan yang harus merujuk pada translitrasi bahasa

Madura-Indonesia. Pada buku-buku berbahasa Madura terbitan setelah tahun 1972

sudah dimulai penyesuaikan tulisan dengan Ejaan Yang disempurnakan

(EYD).

Kemudian pada tahun 2004 diterbitkan Pedoman Ejaan Bahasa

Madura, oleh Balai Bahasa Surabaya.

Oleh Balai Bahasa Surabaya ini, abja-abjad yang digunakan adalah

sebagai daftar dibawah ini, dengan contoh ucapan/pemakaian sebagai berikut :

Huruf vokal

No Huruf Contoh ucapan

1 a alos-halus; sala-salah, tapay-tape

2 â bârâ-bengkak; dârâ-darah; jhâte-jati

3 è èntar-pergi; sèsèk-iris; talè-tali

4 e Eppa’ –ayah ; nèser-kasihan; males-malas

5 i bila-kapan; jhilâ-lidah; obi-ubi

6 o Olo’-panggil; colo’-mulut; pao-mangga


(45)

Contoh-contoh:

“Bhâsa Mâdurâ sè paling alos dâri Songènnèp”

“Bahasa Madura yang paling halus dari Sumenep”

Abjad-abjad yang digunakan untuk konsonan pada kata adalah

sebagai berikut:

Huruf konsonan

No Huruf Contoh ucapan

1 b bârâ-bengkak; lobâr-usai; sabâb-sebab

2 c camkèm-dagu; moncar-terbit

3 d dâno-setan; dhibi’-diri; dhunnya-harta 4 f fakèr-fakir; fitna-fitnah

5 g gâmbus-orkes;angga’-angkuh; gole-gulay 6 h ahèr-akhir; hèsap-penghitungan ; tasbhi-tasbih

7 j paju-laku; laju-usang; sapajâ-supaya

8 k korang-kurang; sakè’-sakit; otek-otak 9 l larang-mahal; malo-malu; bhântal-bantal

10 m marè-sudah; ambu-berhenti; dhalem-dalam

11 n nèser-kasihan; pènang-pinang; sekken-kukuh

12 p perèng-piring; opa-upah; kèlap-petir

13 q qur’an-quran; infaq-infaq


(46)

37

15 s sèyang-siang; moso-musuh; bherras-beras

16 t tèkos-tikus; matta-mentah; sèsèt-capung

17 v vitamin-vitamin; revolusi-revolusi

18 w wâjib-wajib; towa-tua

19 y rèya-ini; sèyang-siang

20 z zakat-zakat; mu’jizat-mukjisat

contoh :

Bhâsa Mâdurâ sè paling alos dâri Songènnèp

Bahasa Madura yang paling halus dari Sumenep

Sokona Brudin ghi’ bârâ, bân makalowar dârâ

Kakinya Brudin masih bengkak dan mengeluarkan darah.4

Selain itu penulis juga menggunakan pedoman traslitrasi

Arab-Indonesia yang sudah menjadi bahan rujukan wajib bagi penulisan skripsi

pada jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Adab Universitas Islam

Negeri Sunan Ampel Surabaya. Adalah sebagai berikut:

Traslitrasi bahasa Arab-Indonesia

Indonesia Arab Indonesia Arab No t} ط a ا 1 z} ظ b ب 2 ‘ ع t ت 3

4Poerwadi, ” MARI BELAJAR BAHASA MADURA”,

dalam

https://poerwadidjojonegoro.wordpress.com/2011/08/17/mari-belajar-bahasa-madura-oleh-poerwadi/


(47)

gh غ th ث 4 f ف j ج 5 q ق h ح 6 k ك kh خ 7 l ل d د 8 m م dh ذ 9 n ن r ر 11 w و z ز 11 h} ه s س 12 ’ ء sh ش 13 y s} ص 14 d} ض 15


(48)

39

Halama 1.b 1 Bismilla>hi al-Rahma>ni al-Rahimi

2 Wâjib sya>ra’ dhè’ka sadâjânâ orèng mukallaf pânâpâ ngâuningi dhe’ka

3 sadâjânâ ‘Aqa>id se saèket kalaben dhèlil ‘Aqli artenah

4 Katèrangan dâri karèna’enah akallah manussah dhining sèfat sè

5 Wâjib e ka’andik bik Alla>h Ta‘a>la> panikah duapuluh. Sèfat sè muhal

6 èka’andikbik Alla>h Ta‘a>la> panikah duapuluh thining sèfat sè wennag

7 èka’andikbik Alla>h Ta‘a>la> panikah sèttong thining sèfat sè wâjib

8 èka’andi’ bik’ sadâjânâ kustè kanjeng nabi utusân panèka

9 Empa’ sèfat sè mohal èka’andi’ bi’ sadhâjânâ kustè kanjeng Nabi

10 utusan panèka empa’ dhining sèfat sè wennag èka’andhik bi’

11 sadâjâna kustèh kanjeng Nabi panika sèttong dheddi

12 kompollah sadâjâ panèka sèttong Aqa>id dhining sèfat sè wâjib

13 èka’andhik bi’ Allah Ta’a>la> panèka duapulih ropana ; Wuju>d.

14 Qida>m. Baqa>’. Mukho>lafatulilhawa>dithi. Qiya>muhu> binafsihi. Wahda>niyat. Qudrat.


(49)

Halaman 2.a

1 Ira>dat. ‘ilmu. Haya>t. Sama’. Bas}ar. Kala>m. Qodi>ran. Muri>dan. ‘ali>man.

2 Hayyan. Sami>‘an. Bas}i>ran. Mutakalliman dhining sèfat sè muhal è

ka’andik

3 Bik Allah Ta ‘a>la> panèkah dupa pulih cuken ropanah ; ‘adam. Huduth.

4 Fana>’. Muma>thalah. iftita>ruhu> ila> mahalli au mukhas}s}is}in. Ta‘addun.

‘Ajzun. Kara>ha>h.

5 Jahlun. Mautun. S}omamun. ‘Ama>. Bakamun. ‘a>jizan. Ka>rihan. Ja>hilan.

Maytan.

6 As}omma. A‘ma>. Abkamu. Bismilla>hi al-rahma>ni al-rahi>mi wuju>d artènah bhâdâ Alla>h

7 Ta‘a>la>. Qida>m artènah lukelluh kadhibi’ Alla>h ta‘a>la>. Baqa>’ artènah pakkun

8 Alla>h ta‘a>la> tak abâobâ mukha>lafatulilhawa>dithi artèna pidhe Alla>h ta‘a>la>

9 Dâri sadhâjâna sè anyar (sadhâjânah makhlokkah). Qiya>muhu binafsihi

10 Artèna cumeneng kalabân edzâttâ dhibi’ Alla>h ta‘a>la> tadhâ’ sè

macumânnâng

11 Wahdaniyat artèna sèttong Alla>h Ta‘a>la> eddâttâh sarèng sfattah sarèng

12 Pangkâbâyyânnah. Qudrat artèna kobesa Alla>h Ta‘a>la> (mabisa Alla>h

13 Ta’a>la>) ira>dat artèna kasokan Alla>h Ta‘a>la>. ‘ilmuh artèna ngakeli Alla>h


(50)

41

Halaman 2.b

1 Sama>‘ = mèyarsa Alla>h ta‘a>la> dhâ’ka sathâjâna panpanapan

2 Basar = nguladhi Alla>h ta‘a>la> dhâ’ka sathâjânah panpanapan Kala>m = 3 Abudhâbu Alla>h ta‘a>la> salancânga qadi>ran = sè kobâssa Alla>h

4 Ta‘a>la> = sèmabisa Alla>h Ta‘a>la> muridan = sèakarep Alla>h Ta‘a>la> =

5 Sèkenceng Alla>h Ta‘a>la> (sèkasokan Alla>h Ta‘a>la>) ‘Aliman = sè

6 Nga‘uningi Alla>h Ta‘a>la> = sè ngakalèAlla>h Ta‘a>la> dhâ’ka sadhâjâna

7 Panpanapan Hayyan = sè‘odhi’ Alla>h Ta‘a>la> Sami‘an = sè miyarsa

8 Alla>h Ta‘a>la> dhâ’ka sadhâjhâna panponapan Bashiran = sè nguladhi

9 Alla>h Ta‘a>la dhâ’ka sadhâjâna bhârâng panpanapan Muakalliman = sè

10 abudhâbu Alla>h Ta‘a>la tadhâ’ ambuna salanjhènga zâman __’Adam

artèna

11 Tadhâ’ hudu>ts artènah anyar (bâdhâh samarèna tadhâ’) Fana>’ artèna

anyar

12 Rosak (abâ’obâ) Muma>thalah artèna padhâ Iftita>ruhu ila>

13 Mahalli au Mukhas}s}is}in artèna se akarep dhâ’ka kennengan atabâ dhâ’ka sè


(51)

Halaman 3.a

1 Madhâddi) Kara>hah artèna kaserreng (ta’ kèngèn punten) Jahlun

2 Artèna phudhu Mautun artèna matè S}amamun artèna Tèngel ‘Ama>

3 Artenah buta Bakamun artèna Buwi ‘a>jizan artenah sè apes

4 Ka>rihan artèna sè kerreng Ja>hilan artèna phudhuh Mayyithan

5 Artènah sè matè ‘As}ammah artèna sè tèngel A‘ma> artèna sè

6 Buta ‘Abkamu artèna sè buwi

7 Bismilla>hi al-rahma>ni al-rahi>mi

8 Alhamdu lilla>hi rabbi al-‘a>lami>n. Al-sala>tu al-sala>mu ala> sayyidina> Muhammadin

9 Wa’a>lihi> wasa>hbihi> ‘ajma‘in. Amma> ba‘du. Dining ka’dinto kètab ni’kèni’

10 Nerrangaki ‘aqa>id saèket

11 Kalabân nguca’ madhurâ – sopajâh ghâmpang


(52)

43

Halaman 3.b

1 Phâthân kaulâ. Sèmapolong Aqa>id ka’dintoh – Al-faqir ila rahmati

2 Rabbihi manna>n. Muhammd bin Abdurrahma>n. Asluhahu hala wa al-sya>n.

3 Langkong dhimin pangarep dhâ’ka sahhâjâna taretan sè maus

4 Kètab kèni’ ka’dinto– mughâ 2 soddhiyâ masamporna kakorangan

5 Epon. Sareng mabeccèk sala èpon – sareng masaè atoran

6 Epon. Karana phâdhân kaulâ masok lemmanah manussah cukkân 7 Wâjib syara‘ dhâ’ka sadhâjâna orèng mukallaf – panapa kodhu achâr

8 Sareng kodhu onèng sareng kodhu ngartè kalabân jezem artena sekken.

9 Dhâ’ka sadhâjâna aqa>id se saèket – kalabân thâlil aqli – artèna

10 Katerangan dhâri karèna’ena aqal

11 Sèfat sèwajib dhâ’ka Allah Ta‘ala

12 Bismillahi al-rahmani al-rahimi dhining sèfat sèèka’andhi’ bi’ Allah Ta‘ala

ka’dhinto dupolo ropana:

13 1. Sèfat wuju>d. Artènah bhâdhâ Alla>h Ta‘a>la> ta’ kalabân bhâdhâ sè

mabâdhâ (tadhâ’ sè mabâdhâ Alla>h Ta‘a>la

14 2. Sefat Qida>m. Artènah bhâdhâ lughâllu Alla>h Ta‘a>la> kalabân tadâ’


(53)

Halaman 4.a

1 3. Sefat Baqa>‘. Artèna pakkun Alla>h Ta‘a>la> ta’ abâobâ mulaè zaman adzali

terros sa’abidha zâman

2 4. Sefat Muhka>lafutu lilhawa>dithi. Artèna phithâ Alla>h Ta‘a>la> dâri sè anyar

(dhâri sadhâjâna Makhlok

3 5. Sefat Qiya>muhu binafsihi. Artèna cumeneng Alla>h Ta‘a>la> kalabân

dzâttâh dibi’ (tadhâ’ se machumenneng dhâ’ka Alla>h Ta‘a>la>.

4 6. Sefat Wahdaniyat. Artèna sèttong Alla>h Ta‘a>la>– dhat sareng sèfattah –

sareng penghâbâyyânna (kalakowanna)

5 7. Sefat Qudrat. Artèna kobâssa (mabisa) Alla>h Ta‘a>la>.

6 8. Sefat Ira>dat. Artèna kasokan Alla>h Ta‘a>la>.

7 9. Sefat ‘lmuh. Artèna onèng (ngakallèh) Alla>h Ta‘a>la>.

8 10. Sefat Haya>t. Artena odhi’ Alla>h Ta‘a>la> tak kalabân roh

9 11. Sèfat Sama>‘. Artèna mèyarsa Alla>h Ta‘a>la> tak kalabân kopeng.

10 12. Sefat Bashar. Artèna nguladhi Alla>h Ta‘a>la> tak kalabân tèngal.

11 13. Sefat Kala>m. Artèna abhudhebu Alla>h Ta‘a>la> ta’ kalabân sowara sareng

ta’ kalabân huruf.

12 14. Sefat Qa>diran. Artèna dhat sè kobâssah atabâh mabisa Alla>h Ta‘a>la>

dhe’kha pa’napa’a bisaos.

13 15. Sefat Muridan. Artena dhad sè kasokan Alla>h Ta‘a>la>.


(54)

45

Halaman 4.b

1 17.Sefat Hayyan. Artèna edzad sè odhi’ Alla>h Ta‘a>la> ta’ kalabân eroh.

2 18.Sefat Sami‘an. Artèna edzat sè miyarsa Alla>h Ta‘a>la> ta’ kalabân kopèng.

3 19.Sefat Bashiran. Artenah edzat sè nguladhi Alla>h Ta‘a>la> ta’ kalabân

lengcellengenah mata.

4 20.Sefat Mutakalliman. Artènah dhat sè adhâbu Alla>h Ta‘a>la> ta’ kalabân

soara sareng Allah Ta‘ala ta’ kalabân huruf.

5 Bismillahi al-Rahma>ni al-Rahimi sèfat sè muhal dhâ’ka Alla>h Ta‘a>la>

6 Dhining sèfat sè muhal dhâ’ka Alla>h Subha>nahu Wata‘a>la> ka’dinto dupolo

chukân : ropana;

7 1. Sefat Adam artenah tadhâ’ 9. Sefat Jahlun artènag phudhu

8 2. Sefat huduth artena anyar (bâdhâh samarèna tadhâ’)

10.Sefat mautun artèna matè

9 3. Sefat Fana>’ artèna rosak 11.Sefat Shamamun artèna tèngel

10 4. Muma>thalah artèna dhâpadhâ. 12.Sefat Ama> artèna buta

11 5. Sefat Iftita>ru artèna akarep 13.Sefat Bakamun artèna buwi

12 6. Sefat Ta‘addadu artèna abitongan. 14.Sefat ‘a>jizan artèna apes (ta’

bisa mathâtti) 13 7. Sefat ‘ajzun artèna apes (ta’ bisa

dheddi)

15.Sefat Karihan artâna kaserreng (sè terpaksa)

14 8. Sefat Kara>hah artèna kaserreng

(kapaksa)


(55)

Halaman 5.a

19.Sefat Sefat A‘ma> artèna sè buta

6. Sefat Maytan artèna sè matè

1

20.Sefat abkamu artèna sè buwi

7. Sefat ‘ashamma artèna sè tèngel


(56)

47

E. Terjemah

Halaman 1.b

1 Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang 2 Sangat diwajibkan kepada semua orang Mukallaf untuk mengetahui 3 Seluruh aqa>id yang limapuluh dengan dalil ‘Aqli artinya

4 Keterangan dari hitungan akal fikiran manusia adapun sifat yang 5 Wajid bagi Alla>h Ta‘a>la> adalah duapuluh. Sifat yang muhal

6 Bagi Allah bagi Allah adalah duapuluh adapun sifat yang mustahil (wennang)

7 Bagi Allah adalah satu adapun sifat yang wajib 8 Yang dipunyai seluruh gusti Nabi utusan adalah

9 Empat sifat yang mohal yang dimiliki para gusti Nabi

10 Utusan adalah empat adapun sifat yang mustahil (wenang) yang dimiliki 11 Seluruh gusti Nabi adalah satu jadi

12 Kumpulan seluruhnya adalah limapuluh Aqa>id adapun sifat yang wajib 13 Yang dimiliki Allah yang maha tinggi adalah duapuluh yaitu ; Wuju>d. 14 Qida>m. Baqa>’. Mukho>lafatulilhawa>dithi. Qiya>muhu binafsihi.


(57)

Halaman 2.a

1 Ira>dat. ‘ilmu. Haya>t. Sama‘. Bas}ar. Kala>m. Kod>ran. Muridan. ‘aliman.

2 Hayyan. Sami‘an. Bas}iran. Mutakalliman adapun sifat yang Muhal yang

dimiliki

3 Allah maha tinggi adalah duapuluh juga yaitu ; ‘adam. Huduth.

4 Fana>’. Muma>thalah. iftita>ruhu ila> mahalli au mukhas}s}is}in. Ta‘addun. ‘Ajzun. Karaha>h.

5 Jahlun. Mautun. S}}omamun. ‘Ama>. Bakamun. ‘a>jizan. Ka>rihan. Ja>hilan.

Maytan.

6 As}omma. A’ma>. ‘Abkamu. dengan menyebut naman Allah yang maha

pengasih dan maha penyayang wuju>d artinya Allah

7 Maha tinggi. Qida>m artinya awal sendiri Alla>h yang maha tingi. Baqa>‘

artinya tetap

8 Alla>h yang maha tingi tidak berupah mukha>lafatulilhawa>dithi artinya beda Alla>h yang maha tingi

9 Dari segala yang baru (seluruh mahluk). Qiya>muhu binafsihi

10 Artinya mandiri dengan dzad-Nya sendiri Alla>h yang maha tingi tidak ada yang mengatur

11 Wahdaniyat artinya satu Alla>h yang maha tingi dzad-Nya dan Sifat-Nya dan

12 Ciptaan-Nya. Qudrat artinya kuasa Alla>h yang maha tingi (maha bisa Alla>h

13 yang maha tingi) ira>d}at artinya berkehendak Alla>h yang maha tingi.

‘ilmuh artinya mengerti Alla>h

14 yang maha tingi pada semua apapun. Haya>t artinya melihat Alla>h yang maha tingi.


(58)

49

Halaman 2.b

1 Sama>‘ = mendengar Alla>h yang maha tingi pada semua apapun 2 Bas}ar = melihat Alla>h yang maha tingi pada semua apapun Kala>m = 3 Berucap Alla>h yang maha tingi selamanya qa>diran = yang kuasa Alla>h 4 yang maha tingi= yang bisa Alla>h yang maha tingi murid}an = yang

berkehendak Alla>h yang maha tingi=

5 Yang ingin Alla>h yang maha tingi (yang berkehendak Alla>h yang maha tingi) ‘Aliman = yang

6 mengetahui Alla>h yang maha tingi = yang mengerti Alla>h yang maha tingi pada semua

7 apapun Hayyan = hidup Alla>h yang maha tingi Sami‘an = yang mendengar

8 Alla>h yang maha tingi pada semua apapun Bas}iran = yang melihat 9 Alla>h yang maha tingi pada semuaapapun Mutakalliman = yang berucap 10 Alla>h yang maha tingi tidak berhenti sepanjang zaman __’Adam artinya 11 Tidak ada hudu>th artinya baru (ada setelah tidak ada) Fana>’ artinya

baru

12 Rusak (berubah) Muma>thalah artinya sama Iftita>ruhu ila> 13 Mahalli au Mukhas}s}is}in ditentukan pada tempat atau pada yang

14 Menciptakan ta’addadud artinya berjumlah ‘Ajzun artinya sial (tidak bisa


(59)

Halaman 3.a

1 menciptakan) Kara>hah artinya otoriter (tidak belas kasian) Jahlun 2 artinya bodoh Mautun artinya mati Shamamun artinya tuli ‘Ama>

3 artinya buta Bakamun artinya bisu ‘a>jizan artinya sial 4 Ka>rihan artinya otoriter Ja>hilan artinya bodoh Mayyitan 5 Artinya mati ‘As}ammah artinya tuli ‘A’ma> artinya yang 6 buta ‘Abkamu artinya yang bisu

7 dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih dan Maha penyayang 8 segala puji bagi Allah. Adapun tambahan rahmat dan keselamatan atas

Nabi Muhammad

9 dan keluarganya dan sahabatnya semuanya. Setelah itu. Adapun kitab kecil ini

10 menerangkah Aqa>id yang limapuluh

11 dengan menggunakan bahasa Madura- supaya gampang

12 dimengerti bagi anak-anak yang baru belajar yang semuanya sama-sama bodoh seperti


(60)

51

Halaman 3.b

1 Saya sendiri. Yang mengumpulkan Aqa>id ini adalah – Al-fa>qir ila rahmati 2 Rabbi hi al-manna>n. Muhammd bin Abdurrahma>n. Asluhahu al-hala wa

al-sya>n.

3 Pengumpul sangat berharap kepada para saudara yang membaca

4 Kitab kecil ini – mudah-mudahan sudi untuk menyempurnakan kekurangan

5 nya. Dan membernarkan kesalahan-kesalahannya – dan menyempurnakan aturan

6 nya. Karen saya juga termasuk lemahnya manusia

7 sangat diwajibkan kepada orang Mukallaf – untuk harus belajar

8 juga harus tau juga harus mengerti dengan sangat mengerti artinya sangat faham.

9 Pada semua aqa>id yang limapuluh – dngan dalil aqli – artinya 10 Artinya keterangan dari hitung-hitungan akal

11 Sifat yang wajib bagi Alla>h yang maha tingi

12 Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih dan Maha penyayang adapun sifat yang wajib bagi Alla>h yang maha tingi ada duapuluh yaitu: 13 1. Sefat wuju>d. Artinya ada Alla>h yang maha tingi tanpa ada yang

menciptakan (tidak ada yang menciptakan

14 2. Sefat Qida>m. Artinya dahulu Alla>h yang maha tingi tanpa ada yang mendahului.


(61)

Halaman 4.a

1 3. Sefat baqa>’. Artinya tetap Alla>h yang maha tingi tidak berubah mulai zaman azali terus sepanjang zaman

2 4. Sefat Muhka>lafutu lilhawa>dithi. Artinya beda Alla>h yang maha tingi dari yang baru (dari semua Makhluk

3 5. Sefat Qiya>muhu binafsihi. Artinya mandiri Alla>h yang maha tingi dengan Dhad-Nya sendiri (tidak ada yang mengatur Alla>h yang maha tingi.

4 6. Wahdaniyat. Artinya satu Alla>h yang maha tingi – dhad dan sifatn-Nya – sdengan ciptaannya (perbuatannya)

5 7. Qudrat. Artenah kuasa (serba bisa) Alla>h yang maha tingi. 6 8. Ira>dat. Artinya berkehendak Alla>h yang maha tingi. 7 9. ‘lmuh. Artinya tau (mengetahui) Alla>h yang maha tingi. 8 10.Haya>t. Artinya hidup Alla>h yang maha tingi tidak dengan ruh

9 11.Sama>‘. Artinya mendengar Alla>h yang maha tingi tidak dengan telinga.

10 12.Basar. Artinya melihat Alla>h yang maha tingi tidak dengan mata. 11 13.Kala>m. Artinya berbicara Alla>h yang maha tingi tidak dengan suara

dan tidak dengan huruf.

12 14.Qa>diran. Artinya dhad yang kuasa dan bisa Alla>h yang maha tingi pada semua apapun.

13 15.Muridan. Artinya dhad yang berjehendak Alla>h yang maha tingi. 14 16.‘a>liman. Artinya dhad yang maha mengetahui Alla>h yang maha tingi.


(62)

53

Halaman 4.b

1 17.Hayyan. Artinya dhad yang hidup Alla>h yang maha tingi tidak dengan roh.

2 18.Sami’an. Artinya dhad yang maha mendengar Alla>h yang maha tingi

tidak dengan telinga.

3 19.Bashiran. Artinya dhad yang melihat Alla>h yang maha tingi tidak dengan hitam-hitamnya mata.

4 20.Mutakalliman. Artinya djad yang berucap Alla>h yang maha tingi tidak dengan suara Allah dan juga tidak dengan huruf.

5 Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang sifat yang muhal bagi Alla>h yang maha tingi

6 Adapun sifat yang muhal bagi Alla>h Yang maha suci ialah duapuluh juga : yaitu;

7 1. Sefat Adam artinya tidak ada 9. Sefat Jahlun artinya bodoh 8 2. Sefat huduth artinya baru (ada

sesudah tidak ada)

10.Sefat mautun artinya mati 9 3. Sefat Fana>’ artinya rusak 11.Sefat Shamamun artinya tuli 10 4. Muma>thalah artinya sama. 12.Sefat ‘Ama> artinya buta 11 5. Sefat Iftita>ru artinya otoriter 13.Sefat Bakamun artinya bisu 12 6. Sefat Ta‘addadu artinya

berjumlah.

14.Sefat ‘a>jizan artinya sial (tidak bisa menciptakan)

13 7. Sefat ‘ajzun artenah sial (tidak bisa menciptakan)

15.Sefat Karihan artinya terpaksa 14 8. Sefat Kara>hah artinya kepaksa 16.Sefat Ja>hilan artinya yang


(63)

Halaman 5.a

19.Sefat Sefat A‘ma> artinya yang buta 17.Sefat Maytan artinya yang mati

1

20.Sefat abkamu artinya yang bisu 18.Sefat ‘ashamma artinya yang tuli


(64)

55

BAB IV

AL-SANUSI SEBAGAI PELETAK DASAR KAJIAN SIFAT DUA PULUH

A. Sekilas biografi Al-Sanusi

Al-Sanusi, nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin

Yusuf Umar bin Syua‟ib dari suku Sanus. Dilahirkan di kota Tilimsan,

Aljazair pada tahun 832 H. dan wafat pada hari Ahad tanggal 18 Jumadil

Akhir tahun 895 H, yang bertepatan dengan tanggal 9 Mei 1490 M. dalam usia

63 tahun.1 pendidikan, ia pada mulanya belajar pada ayahnya sendiri. Disamping ituia juga belajar kepada beberapa ulama terkemuka di tempat

kelahirannya, Tilimsan. Kemudian ia melanjutkan belajar ke kota Aljazair.

Disini ia berguru kepada salah seorang ulama terkemuka bernama „Abd Al -Tsabit.

Karyanya dalam aspek teologi yang terkenal adalah Aqidah Ahl

al-Tauhid dan Ummul Barahim atau disebut Al-Risalah al-Sanusiyah, Kitab yang

kedua inilah yang banyak mendapat perhatian ulama pengikut Al-Sanusi.

Para penulis teologi Islam pada umumnya memasukkan Al-Sanusi

ke dalam aliran Asy‟ariyah yaitu dalam masalah menetapkan sifat-sifat Tuhan.Akan tetapi bila diamati dengan membandingkan pendapatnya

mengenai sifat Tuhan dengan pendapat kalangan Asy„ariyah, kelihatannya Al -Sanusi memunculkan Dalam hal pendapat sendiri mengenai sifat-sifat Tuhan.

1

H.M. Asywadie Syukur, Pemikiran-Pemikiran Tauhid Syekh Muhammad Sanusi (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1994), V.


(65)

oleh sebab itu, dalam hal pemikiran teologi, ia dapat di pandang sebagai tokoh

yang punya pemikiran teologi tersendiri.2

B. Sifat-sifat Allah

Al-Sanusi menetapkan sifat-sifat wajib bagi Tuhan sebanyak 20

sifat, dan membaginya sifat yang berjumlah 20ke dalam 4 macam, yaitu sifat

nafsiyah, salbiyah, ma’ani, dan ma’nawiyah. Menetapkan pula sifat mustahil

sebanyak 20 sifat sebagai lawan dari sifat wajib.dan menetapkan pula 1sifat

ja‟iz bagi Tuhan.

Sifat-sifat wajib bagi Tuhan berjumlah 20 sifat itu ialah wujud,

qidam, baqa, mukhalafah li al-hawadist, qiyam bi nafsih, wahdaniyah, qudrah, iradah, ‘ilm, hayah, sama’, bashar, kalam, qadir, murῑd, alim, hayy,

samῑ’, bashῑr, dan mutakallim.Sifat 20 ini dibagi 4 macam, yang pertama

disebut sifat nafsiyah, termasuk sifat nafsiyah yaitu wujud. Yang kedua

disebut sifat salbiyah, termasuk sifat salbiyah yaitu qidam, baqa, mukhalafah

li al-hawdist, qiyam bi nafsih, wahdaniyah. Yang ketiga sifat ma’ani, termasuk sifat ma’ani yaitu qudrah, iradah, ‘ilm, hayah, sama’, bashar,

kalam.Keempat ma’nawiyah, termasuk sifat ma’nawiyah yaitu qadir, murῑd,

alim, hayy, samῑ’, bashῑr, dan mutakallim.3

Kemudian Al-Sanusi menetapkan sifat mustahil bagi Tuhan

sebanyak 20 sifat sebagai lawan dari 20 sifat wajib bagi Tuhan. Sifat-sifat

mustahil bagi Tuhan itu ialah adam, huduts, thuruw al-‘adam, mumatsalah li

al-hawadits, an la yakuna qa’iman bi nafsih, an la yakuna wahidan, ‘ajz,

2

Hadariansyah, Pemikiran-Pemikiran Teologi Dalam sejarah Pemikiran Islam, 324-325.

3


(66)

57

karahah, jahl, maut, shamam, ‘ama, bakam, ajiz, karih, jahil, mayyit, ashamm,

a‘ma, dan abkam. Selanjutnya, Al-Sanusi menetapkan pula yang jaiz bagi

Tuhan.Yang jaiz bagi Tuhan ialah memperbuat sesuatu yang mungkin atau

meninggalkannya. Maksudnya, menurut akal pikiran, boleh bagi Tuhan

memperbuat apa saja atau tidak memperbuatnya.

Tampaknya pemikiran mengenai sifat-sifat dan perbuatannya seperti

ini merupakan hasil dari pemikiran Al-Sanusi sendiri. Sebab, penetapan

mengenai sifat-sifat dan perbuatannya seperti ini belum ada sebelum

Al-Sanusi. Dengan demikian penetapan sifat-sifat Tuhan menjadi 20 yang wajib

dan 20 yang mustahil dan 1 yang jaiz bagi Tuhan adalah pendapat atau hasil

pemikiran Al-Sanusi sendiri.4

Sifat-sifat Rasul Al-Sanusi dalam kitab Ummul Barahim menetapkan

sifat-sifat wajib bagi rasul-rasul sebanyak 3 sifat, yaitu shidq, amanah, dan

tablῑq.Dan menetapkan pula sifat-sifat yang mustahil bagi Rasul-rasul 3 sifat,

yaitu kidzb, khianah, dan kitman.Selanjutnya, menetapkan pula sifat yang jaiz

bagi rasul-rasul.Sifat yang ja‟iz bagi rasul-rasul, menurutnya ialah berperangai sebagai manusia dengan perangai yang tidak menurunkan martabat mereka

yang tinggi sebagai rasul. Sebagi contohnya antara lain, rasul-rasul itu bisa

makan dan minum, beristeri, punya anak, sakit, wafat, dan sebagainya.

Berkenaan dengan sifat-sifat rasul, Al-Sanusi hanya menetapkan

sebanyak 3 sifat wajib dan 3 sifat yang mustahil bagi rasul-rasul. Akan tetapi

oleh sebagian ulama pengikut Al-Sanusi sifat wajib bagi rasul itu ditambah

4


(67)

dengan 1 sifat, yaitu fatha>nah, sehingga sifat wajib bagi rasul menjadi 4 sifat. Demikian juga sifat yang mustahil bagi rasul ditambah dengan 1 sifat, yaitu

bala>dah, sehingga sifat yang mustahil bagi rasul menjadi 4 sifat.5

C. Kandungan Kalimat La> Ila>ha Illa> Allah

Kalimat La> Ila>ha Illa> Allah (هاااها) yang berarti bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, menurut Al-Sanusi, bermakna hanya Allah saja

satu-satunya Tuhan.Pengakuan bahwa Tuhan hanya satu disebut tauhid uluhiyah.

Makna uluhiyah, menurut Al-Sanusi ialah: “kaya Tuhan dari segala yang selain dia, dan segala yang selain dia berkeperluan (bergantung) kepada-Nya.”

Dengan demikian, makna ه لا هلا ا (tidak ada Tuhan selain Allah) ialah tidak ada yang kaya dari segala yang selain dia dan tidak ada segala yang

selain dia berkeperluan pada-Nya, melainkan Allah.6

Adapun kalimat “kaya Tuhan dari segala yang selain dia” menurut Al-Sanusi, mengandung pengertian bahwa Tuhan wajib bersifat wujud, qida>m,

baqa>‘, mukhalafah li al-hawa>dist, qiya>m bi nafsih , dan maha suci Ia dari bersifat kekurangan. Termasuk dalam mahasuci dari bersifat kekurangan ini,

Tuhan wajib bersifat sama‘, bashar, dan kala>m. Kalau Tuhan tidak wajib bersifat dengan sifat tersebut berarti Ia berkeperluan kepada zat lain yang

menciptakannya atau yang menolongnya dari sifat kekurangan.

Kaya Tuhan dari segala yang selain dia,dapat dipahami pula bahwa

Allah dalam menciptakan dan menetapkan hukum tidak bermaksud untuk

mengambil faedah dari yang diciptakannya dan dari ketentuan hukum yang

5

Ibid., 329-331.

6


(68)

59

ditetapkan yang kembali kepada-Nya, karena kalau ada sesuatu maksud

tertentu berarti Allah berhajat untuk mencapainya sedang Allah tidak berhajat

kepada yang lainnya.7

Kaya Tuhan dari segala yang selain dia, kata Al-Sanusi juga dapat

diambil pengertianbahwa tidak wajib bagi Tuhan memperbuat sesuatu yang

mungkin atau meninggalkannya yakni tidak memperbuatnya.karena, kalau

wajib bagi Tuhan memperbuatnya atau meninggalkannya, berarti Ia

berkeperluan kepada sesutu yang mungkin itu. Padahal Tuhan kaya dari segala

sesuatu, dan tidak berkeperluan kepada-Nya.8

Sedang, kalimat “segala yang selain dia berkeperluan kepada-Nya”, menurut Al-Sanusi, mengandung pengertian bahwa Tuhan wajib bersifat

hayah, qudrah, irada>h, dan ‘ilm. Kalau tuhan tidak bersifat dengan sifat-sifat tersebut, tentulah tidak akan terwujud yang baharu. Kalau misalnya demikian,

berarti sesuatu yang selain dia tidak berkeperluan kepada-Nya. Padahal segala

selain dia berkeperluan kepada-Nya.

Segala yang selain dia berkeperluan kepada-Nya, ini kata Al-Sanusi

dapat dimengerti bahwa Tuhan wajib bersifat wahdaniyah. Yakni Tuhan

mestilah hanya satu, kalau ada Tuhan yang lain, berarti segala yang selain dia

berkeperluan bukan hanya kepadanya, tetapi bisa saja kepada yang lain.

Padahal segala yang selain dia berkeperluan hanya kepada-Nya. Segala yang

selain dia berkeperluan kepada-Nya, menurut Al-Sanusidapat pula dimengerti

bahwa alam seluruhnya ini baharu. Kalau alam ini qadῑm, berarti ia kaya yakni

7

Ibid., 189-199.

8


(69)

tidak berkeperluan kepada-Nya. Padahal segala yang selain dia berkeperluan

kepada-Nya.

Segala yang selain dia berkeperluan kepada-Nya, ini kata Al-Sanusi

dapat lagi dimengerti bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini tidak

memberi efek dengan sifat alami dan kekuatnnya sendiri. Kalau tidak

demikian, berarti Ia kaya yakni tidak berkeperluan kepada-Nya. Padahal

segala yang selain dia berkeperluan kepada-Nya.

Dengan demikian, menurut Al-Sanusi kalimat ه لا هلا ا mengandung tiga macam yang wajib diketahui oleh setiap orang yang

mukallaf yaitu sifat-sifat wajib bagi Tuhan, Sifat-sifat yang mustahil bagi

Tuhan, dan sifat yang jaiz bagi Tuhan.9

D. Kandungan Kalimat Muhammad Rasul Allah

Kalimat Muhammad Rasul Allah, berarti Muhammad adalah utusan

Allah, menurut Al-Sanusi di dalamnya terkandung iman kepada seluruh nabi

dan rasul, malaikat, kitab-kitab, dan kepada hari akhirat.Karena nabi

Muhammad mengabarkan dan membenarkan semua yang tersebut itu. Dengan

mengakui Nabi Muhammad sebagai rasul Allah, berarti mengakui pula apa

yang berasal dari Allah yang disampaikan oleh beliau seperti tentang

nabi-nabi dan rasul-rasul terdahulu, tentang malaikat, tentang kitab-kitab , dan

berita tentang akan terjadi hari kiamat nanti. Semua itu berasal dari apa yang

disampaikan oleh rasul Allah. 10

9

Ibid., 332-334.

10


(70)

61

Dapat dipahami juga, bahwa para rasul wajib bersifat shidq dan

mustahil mereka kidzb (berdusta). Karena kalau mereka berdusta bukanlah

utusan Allah, sedang Allah maha mengetahui. Karena itu mustahil mereka

melakukan perbuatan yang dilarang, ia adalah manusia yang diutus untuk

mengajar manusia baik melalui ucapan maupun melalui perbuatan bahkan

diam mereka. Semua itu tidak mungkin menyalahi apa yang diperintah Allah

yang telah memilihnya diantara sekalian banyak makhluk yang diberi amanat

untuk menyampaikan wahyunya.11

Kelihatannya, yang dimaksud Al-Sanusi adalah bahwa para rasul itu

wajib bersifat, shidq, amanah, dan tablῑqh, dan mustahil bersifat kidzb, khianah, dan khitman.12

Dapat dipahami juga dari kalimat Muhammad Rasul Allah, bahwa

para rasul mempunyai sifat manusiawi, selama sifat itu tidak mengurangi

kerasulan dan martabat mereka di sisi Allah.13

Demikianlah, menurut Al-Sanusi kandungan kalimat Muhammad

Rasul Allah, di dalamnya terkandung sifat-sifat wajib, sifat-sifat mustahil, dan

ja‟iz bagi para rasul.

E. Perkembangan Kajian Sifat-Sifat Tuhan Pasca Al-Sanusi

Salah satu kitab Ilmu Tauhid yang terkenal yang ditulis oleh

Al-Sanusi adalah kitab Ummul Barahim atau disebut juga dengan Al-Risalah

11

M. Asywadie Syukur, Pemikiran-Pemikiran Tauhid Syekh Muhammad Sanusi, 203.

12

Hadariansyah, Pemikiran-Pemikiran Teologi Dalam sejarah Pemikiran Islam., 334-335.

13

H.M. Asywadie Syukur, Pemikiran-Pemikiran Tauhid Syekh Muhammad Sanusi, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1994), 204.


(1)

Dapat dipahami juga, bahwa para rasul wajib bersifat shidq dan mustahil mereka kidzb (berdusta). Karena kalau mereka berdusta bukanlah utusan Allah, sedang Allah maha mengetahui. Karena itu mustahil mereka melakukan perbuatan yang dilarang, ia adalah manusia yang diutus untuk mengajar manusia baik melalui ucapan maupun melalui perbuatan bahkan diam mereka. Semua itu tidak mungkin menyalahi apa yang diperintah Allah yang telah memilihnya diantara sekalian banyak makhluk yang diberi amanat untuk menyampaikan wahyunya.11

Kelihatannya, yang dimaksud Al-Sanusi adalah bahwa para rasul itu wajib bersifat, shidq, amanah, dan tablῑqh, dan mustahil bersifat kidzb, khianah, dan khitman.12

Dapat dipahami juga dari kalimat Muhammad Rasul Allah, bahwa para rasul mempunyai sifat manusiawi, selama sifat itu tidak mengurangi kerasulan dan martabat mereka di sisi Allah.13

Demikianlah, menurut Al-Sanusi kandungan kalimat Muhammad Rasul Allah, di dalamnya terkandung sifat-sifat wajib, sifat-sifat mustahil, dan ja‟iz bagi para rasul.

E. Perkembangan Kajian Sifat-Sifat Tuhan Pasca Al-Sanusi

Salah satu kitab Ilmu Tauhid yang terkenal yang ditulis oleh Al-Sanusi adalah kitab Ummul Barahim atau disebut juga dengan Al-Risalah

11

M. Asywadie Syukur, Pemikiran-Pemikiran Tauhid Syekh Muhammad Sanusi, 203.

12

Hadariansyah, Pemikiran-Pemikiran Teologi Dalam sejarah Pemikiran Islam., 334-335.

13

H.M. Asywadie Syukur, Pemikiran-Pemikiran Tauhid Syekh Muhammad Sanusi, (Surabaya: PT


(2)

62

Sanusiyah, Kitab inilah yang banyak mendapat perhatian ulama pengikut Al-Sanusi.

Tokoh-tokoh ulama pengikut Al-Sanusi yang memberikan syarah (komentar) dari kitab Ummul Barahim, yang tertuang dalam karya mereka antara lain yaitu:

1. Tahqiqul Maqam ala Kifayati Awam oleh Muhammad Fudhali.

2. Syarah Hudhudi ala Ummil Barahimoleh Muhammad bin Mansyur Al-Hudhudi.

3. Aqidatun Naajin fi Ulumi Ushuliddin oleh Zainal Abidin Al-Fatani (1308 H).

4. Tanwirul Qulub fi Mu‟amalati Allamil Guyub oleh Salaman Al-Azami (1376 H).14

Dari penjelasan diatas jika dikaitkan dengan kitab Aqa>id karya Muhammad bin Abdurrahman yang dikolesi oleh Musahlan ini membagikan sifat wajib bagi Allah sebanyak duapuluh.

Dalam karya Muhammad bin Abdurrahman kitab yang menggunakan bahasa Madura ini membagikan sifat yang wajib bagi Allah ada dua puluh sifat, yang mustahil bagi Allah ada dua puluh sifat dan yang jaiz bagi Allah satu sifat dan jumlah seluruhnya empat puluh satu sifat. Sifat wajib bagi rasul ada empat, yang mustahil bagi rasul juga ada empat dan yang jaiz bagi rasul ada satu dan jumlah seluruhnya Sembilan sifat. Kalau semua sifat


(3)

Allah dan sifat rasul dijumlahkan menjadi lima puluh sifat, yang juga dinamakan “Lima Puluh Akidah” atau juga dinamakan “Aqidatul Khamsin”.

Sifat-sifat yang wajib bagi Allah yaitu: wujud, qidam, baqa, Mukhalafah li al- hawadist, qiyam bin nafsih, wahdaniyah, qudrah, iradah, „ilm, hayah, sama‟, bashar, kalam, kaunuhu qadir, kaunuhu murῑd, kaunuhu alim, kaunuhu hayy, kaunuhu samῑ, kaunuhu bashῑr, kaunuhu mutakallim.

Sifat-sifat yang mustahil bagi Allah yaitu: adam, huduts, fana, mumatsalah li al-hawadits, berhajat kepada mahal (tempat) atau berhajat kepada yang menciptakannya (mukhasis), ta’adud, ‘ajz, karahah, jahl, maut, shamam, ama, bisu (kharas), keadaan lemah, keadaan terpaksa, keadaan bodoh, keadaan mati, keadaan tuli, keadaan buta, keadaan bisu.

Sifat yang jaiz (harus) bagi Allah yaitu menciptakan kebaikan dan keburukan berdasarkan Qadha dan Qadhar Allah.

Sifat-sifat wajib bagi rasul yaitu: shidq (benar),amanah,tablῑg (menyampaikan). Fathᾱnah (cerdik).Sifat-sifat yang mustahil bagi rasul yaitu kidzb (dusta), khianah (menyalahi), kitman (menyembunyikan), balᾱdah (dungu). Sifat yang jaiz bagi rasul yaitu dalil yang menunjukkan bahwapara rasul mempunyai sifat manusiawi, pada satu sisi mereka dituntut untuk meningkatkan martabat dirinya ditingkat yang lebih tinggi sedang menyandang penyakit yang ditimpakan kepada mereka umpamanya adalah untuk meningkatkan martabat kemanusiaannya demi menenangkan orang lain. Maka sampai disini selesailah uraian kelima puluh sifat tersebut.


(4)

64

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari dari pemaparan-pemaparan yang sudah disampaikan diatas dapat disimpulkan bawa:

1. Kondisi manuskrip kitab Aqa>id Koleksi Musahlan masih bagus, masih bisa dibaca dengan jelas, dan manuskrip ini terdapat di rumah Musahlan desa Gadu Timur kecamatan Ganding kabupaten Sumenep. 2. Manuskrip kitab Aqa>id koleksi Musahlan dapat disalin dengan lancer.

Dalam proses penyalinanya penulis menggunakan metode edisi diplomatic, salinan biasa, traslitrasi, dan yang terakhir adalam terjemah.

3. Manuskrip kitab Aqa>id koleksi musahlan merupakan kitab yang menjelaskan sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah SWT, bagi rosul yang tertuang dalam Aqa>id 50. Pemikiran tentang ajaran Aqa>id 50 yang tertuang dalam manuskrip Musahlan merupakan buah pikiran dari As-Sanusi dalam kitabnya yang berjudul Ummul Barahim.

B. Saran-saran

Ada beberapa saran yang penulis sampaikan untuk penelitian ini. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Saran yang pertama adalah harus ada peneliti-peneliti selanjutnya yang tekun dibidang manuskrip. Dengan harapan bisa melahirkan trobosan baru untuk memperbaharui pemikiran-pemikiran peneliti


(5)

kekurangan yangterdapat dalam manuskrip ini. Selain itu juga bisa menambah khasanah keilmuan dibidang manuskrip dengan tujuan melestarikan warisan kebudayaan nenek moyang yang sampai saat ini masih sebagian yang melestarikannya, khususnya manuskrip. Jadi harapannya ada pengarahan dari pihak jurusan untuk melestarikan manuskrip yang sampai saat ini masih ada ditangan masyarakat yang tidak faham akan sangat berharganya manuskrip tersebut.

2. Saran yang kedua adalah adanya pengamalan terhadap sifat-sifat yang dimiki oleh Allah SWT. dan utusan Allah dengan memahami kitab Aqa>id limapuluh dengan sefaham-fahamnya agar bisa memantapkan kepercayaan kepada Allah SWT.


(6)

66

DAFTAR PUSTAKA

AR, D Sirojuddin. Seni Kaligrafi Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000. Hadariansyah. Pemikiran-Pemikiran Teologi Dalam sejarah Pemikiran Islam.

Banjarmasin: Antasari Press, 2010.

Hamid, Ismail. Kesusastraan Indonesia Lama Bercorak Islam. Jakarta: Al-Husna,1989.

Hanafi, Ahmad. Pengantar Theologi Islam. Jakarta: Al-Husna, 1992. KOMPAS.COM “Shelter dan Bunker di Batavia”, dalam

“Googleweblight.com/?lite_yrl=http://bola.kompas.com/read/2010/02/ 04/21301039/shelter.dan.bunker.di.batavia&ei=n0_jKBiE&Ic=enID& ts=1462844421&sig=APY536zgHvIPIB7ALGN3DNmD7YJCSLIdq A” (tanggal 10 mei 2016).

Lubis, Nabila. Teks dan Metode Penelitian Manuskrip. Jakarta: Forumkajian Sastra dan Bahasa Arab, 1996.

Mukarrom, Ahwan. Sejarah Islam Nusantara. Surabaya: Jauhar, 2009.

Nasir, Salihun A. Pemikiran Kalam (Theologi Islam) Sejarah, Ajaran, dan Perkembangannya. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.

Nasution, Harun. Teologi Islam, Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan. Jakarta: UI-Press, 2011.

Poerwadi, ” MARI BELAJAR BAHASA MADURA”, dalam

https://poerwadidjojonegoro.wordpress.com/2011/08/17/mari-belajar-bahasa-madura-oleh-poerwadi/ (24 Mei 2016)

Rozak, Abdul; Anwar, Rosihon. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia, 2001. Shihab, Alwi. Islam Sufistik, Islam Pertama dan Pengaruhnya Hingga Kini di

Nusantara. Bandung: Mizan, 2001.

Simuh. Sufisme Jawa. Yogyakarta: Bentang Budaya, 2003.

Syukur, H.M. Asywadie. Pemikiran-Pemikiran Tauhid Syekh Muhammad Sanusi. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1994.