ANALISIS KINERJA PERBANKAN SYARIAH : IMPLEMENTASI MAQASHID AL SHARI’AH INDEX DI PT BPRS JABAL NUR.

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL…………………..……………………………………...... i
HALAMAN JUDUL…………………...……………………………………...…. ii
PERNYATAAN KEASLIAN……………………………………………………. iii
LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………………….... iv
LEMBAR PENGESAHAN……………..………………………………………... v
PEDOMAN TRANSLITERASI…………..…………………………………….... vi
MOTTO………………………..….…………………………………………....… vii
HALAMAN PERSEMBAHAN…...……………………………………………... viii
ABSTRAK…………..………………………………………………………...….. ix
KATA PENGANTAR……………………………………………………...…….. x
DAFTAR ISI………………………………………………………………..…….. xii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………..……..... xv
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….... xvi

BAB I

PENDAHULUAN
A.


Latar Belakang...………………………………………….…...… 1

B.

Identifikasi dan Batasan Masalah………………………………... 8

C.

Rumusan Masalah……………………………………………...... 9

D.

Tujuan Penelitian……………………………………….………... 9

E.

Kegunaan Penelitian……………………………………………... 10

xii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


F.

BAB II

Sistematika Pembahasan……………………………………….... 11

KAJIAN PUSTAKA
A.

Perbankan Syariah……………………………………………...... 12

B.

Pengukuran Kinerja Perbankan Syariah…………………………. 15

C.

Konsep Dasar Maqa>
s}id al-Shari>

’ah………………………….…... 18

D.

Konsep Dasar Maqa>
s}id al-Shari>
’ah Index………………………. 20

E.

Penelitian Terdahulu……………………………………………... 23

BAB III METODE PENELITIAN
A.

Jenis Penelitian…………………………………………………... 27

B.

Waktu dan Tempat Penelitian…………………………………… 27


C.

Sumber dan Tipe Data…………………………………………… 28

D.

Teknik Pengumpulan Data………………………………………. 28

E.

Kerangka Operasional Maqa>
s}id al-Shari>
’ah Index……………… 28

F.

Definisi Operasional Maqa>
s}id al-Shari>
’ah Index………………... 32


G.

Teknik Pengukuran Maqa>
s}id al-Shari>
’ah Index…………………. 37

BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN
A.

Profil PT BPRS Jabal Nur…………………………………….... 42

B.

Rasio Kinerja (Performance Ratio) PT BPRS Jabal Nur
Berdasarkan Maqa>
s}id al-Shari>
’ah Index……………………….... 48

xiii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

C.

Indikator Kinerja (Performance Indikator) PT BPRS Jabal Nur
Berdasarkan Maqa>
s}id al-Shari>
’ah Index………………………… 60

D.

Kinerja (Performance) PT BPRS Jabal Nur Berdasarkan

Maqa>
s}id al-Shari>
’ah Index………………………………………. 64

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Implementasi Maqa>
s}id al-Shari>
’ah Index untuk
Mengukur Kinerja PT BPRS Jabal Nur…………………………... 67
B. Kinerja PT BPRS Jabal Nur
Berdasarkan Maqa>
s}id al-Shari>
’ah Index………………………….. 71
1. Pendidikan Individu di PT BPRS Jabal Nur………..………… 71
2. Penegakan Keadilan di PT BPRS Jabal Nur………………….. 77
3. Pencapaian Kesejahteraan di PT BPRS Jabal Nur…................ 91

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………... 95
B. Rekomendasi……………………………………………………… 96
C. Keterbatasan Penelitian…………………………………………… 97

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….. 98
LAMPIRAN………………………………………………………………………. 100


xiv
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Hierarki Tujuan Hukum Islam (dimensi dari level kebutuhan)…...

Gambar 3.1

Kerangka Operasional Maqa>
s}id al-Shari>
’ah Index Melalui

20

Metode Sekaran…………..……………………………………….

29


Gambar 3.2

Konsep Sekaran…………………………………………………...

32

Gambar 4.1

Rasio Kinerja Educating Individual di PT BPRS Jabal Nur………

49

Gambar 4.2

Rasio Kinerja Establishing Justice di PT BPRS Jabal Nur……….

54

Gambar 4.3


Rasio Kinerja Promoting Welfare di PT BPRS Jabal Nur………...

58

Gambar 4.4

Grafik Indikator Kinerja Educating Individual
di PT BPRS Jabal Nur……………………………………………..

Gambar 4.5

Grafik Indikator Kinerja Establishing Justice
di PT BPRS Jabal Nur……………………………………………..

Gambar 4.6

Gambar 4.7

62


63

Grafik Indikator Kinerja Promoting Welfare
di PT BPRS Jabal Nur……………………………………………..

65

Grafik Maqa>
si}d al-Shari>
’ah Index di PT BPRS Jabal Nur………..

66

xv
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia Per Juni 2015…...

Tabel 3.1

Operasionalisasi Tujuan Perbankan Syariah Berdasarkan

2

Maqa>
s}id al-Shari>
’ah Index………………………………………...

31

Tabel 3.2

Average Weights Variabel Maqa>
s}id al-Shari>
’ah Index……………

38

Tabel 4.1

Rasio Kinerja PT BPRS Jabal Nur Berdasarkan Maqa>
s}id al-

Shari>
’ah Index……………………………………………………..

48

Tabel 4.2

Indikator Kinerja Educating Individual di PT BPRS Jabal Nur…..

61

Tabel 4.3

Indikator Kinerja Establishing Justice di PT BPRS Jabal Nur……

62

Tabel 4.4

Indikator Kinerja Promoting Welfare di PT BPRS Jabal Nur…….

64

Tabel 4.5

Penilaian Kinerja PT BPRS Jabal Nur Berdasarkan Maqa>
s}id al-

Shari>
’ah Index……………………………………………………..
Tabel 5.1

Nilai Maqa>
s}id al-Shari>
’ah Index Beberapa Bank Umum Syariah
di Indonesia yang Diteliti oleh Peneliti Sebelumnya……………..

Tabel 5.2

65

69

Komposisi Pembiayaan di PT BPRS Jabal Nur…………………... 87

xvi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perbankan merupakan salah satu lembaga yang mempunyai peran
strategis dalam menyelaraskan, menyerasikan, dan menyeimbangkan berbagai
unsur pembangunan. Peran yang strategis tersebut terutama disebabkan oleh
fungsi perbankan sebagai lembaga yang dapat menghimpun dan menyalurkan
dana masyarakat secara efektif dan efisien, yang mendukung pelaksanaan
pembangunan dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi,
dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat.
Di Indonesia terdapat dua jenis perbankan, yaitu perbankan yang
melakukan usaha secara konvensional dan perbankan yang melakukan usaha
secara syariah yang disebut dengan perbankan syariah. Perbankan syariah
menurut jenisnya terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah
(UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia semakin meningkat
sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1998. Ketika bank
konvensional banyak mengalami negative spread (tingkat suku bunga
pinjaman lebih rendah daripada suku bunga tabungan) dalam bisnisnya,
sementara perbankan syariah mampu bertahan menghadapi krisis ekonomi. Hal
ini menunjukkan bahwa perbankan syariah memiliki keunggulan, sehingga
mampu bertahan menghadapi keadaan yang sangat sulit bagi dunia perbankan.1
1

Arif Pujiyono, “Posisi dan Prospek Bank Syariah dalam Dunia Usaha Perbankan”, Jurnal
Dinamika Pembangunan, Vol. 1 No 1, (Juli 2004), 52.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia juga terbukti secara nyata
melalui banyaknya bermunculan institusi keuangan syariah di Indonesia.
Berdasarkan data statistik terbaru yang dipublikasikan oleh OJK (Otoritas Jasa
Keuangan) pada Juni 2015 (Tabel 1.1), Indonesia memiliki 12 Bank Umum
Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 161 Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS).
Tabel 1.1 Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia Per Juni 20152
Indikator
BUS
UUS
BPRS

2009
6
25
138

2010
11
23
150

2011
11
24
155

2012
11
24
158

2013
11
23
163

2014
12
22
163

Juni 2015
12
22
161

Peningkatan jumlah perbankan syariah memberikan bukti bahwa
perbankan syariah mendapat apresiasi positif dari masyarakat Indonesia.
Perkembangan tersebut juga memberikan arti bahwa perbankan syariah telah
bertransformasi dari memperkenalkan alternatif praktik perbankan syariah
menjadi pemain utama dalam perbankan nasional. Namun, perkembangan yang
pesat tersebut menyebabkan persaingan di industri perbankan semakin ketat.
Persaingan itu tidak hanya terjadi antara perbankan konvensional dengan
perbankan syariah, namun juga merambah antarinstansi perbankan syariah
sebagai intitusi yang memiliki keistimewaan dan market share tersendiri.
Keadaan itu tentu menuntut perbankan syariah untuk ekstra keras dalam
meningkatkan kinerjanya. Kinerja perbankan syariah ini dapat diketahui dari
penilaian kinerja perbankan yang dilakukan secara berkala.

2

Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah Juni 2015 (Jakarta: OJK, 2015), 1.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Penilaian kinerja perbankan merupakan sebuah metode yang mengukur
pencapaian suatu perbankan berdasarkan target yang telah ditentukan
sebelumnya. Hal ini penting dilakukan untuk mengontrol dan meningkatkan
kinerja perbankan selama tahun berjalan. Demikian halnya dengan perbankan
syariah. Sebagai suatu perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan,
penting bagi perbankan syariah untuk melakukan pengukuran kinerja sebagai
tolok ukur perusahaan di masa sekarang dan mendatang. Pengukuran ini
penting dilakukan karena dapat menganalisis dan mengetahui sejauh mana
pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian visi perbankan telah dilakukan. 3
Pengukuran kinerja perbankan syariah selama ini masih menggunakan
cara-cara pengukuran konvensional yang sebagian besar berfokus pada
perhitungan rasio keuangan seperti CAMELS (Capital, Asset, Management,
Earning, Liquidity, Sensivity of Market Risk) dan EVA (Economic Value
Added). Pengukuran kinerja perbankan syariah masih didasarkan pada prestasi
yang dicapai dalam aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan dana, dan
penyaluran dana. Pengukuran kinerja keuangan memang sangat penting
dilakukan. Industri perbankan merupakan industri yang mengandalkan
kepercayaan, semakin baik kinerja keuangan sebuah bank maka bank tersebut
akan memperoleh kepercayaan yang lebih tinggi. Namun, pengukuran kinerja
perbankan yang hanya berfokus pada rasio keuangan mempunyai banyak
kelemahan. Pertama, penggunaan kinerja keuangan sebagai satu-satunya faktor
penentu kinerja perbankan dapat menyebabkan manajer hanya berfokus
mengambil tindakan jangka pendek dan mengesampingkan rencana jangka
3

Shahul Hameed, et.al., Alternative Disclosure & Performance Measures for Islamic Banks
(Malaysia: IIUM, 2004), 1.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

panjang. Ke dua, pengabaian aspek pengukuran nonfinansial dan aset tak
berwujud (intangible assets) baik dari segi internal maupun eksternal akan
menyebabkan kekeliruan pandangan manajer perbankan di saat sekarang
bahkan juga di masa mendatang. Ke tiga, kinerja yang hanya berbasis
keuangan kurang mampu dalam mengarahkan perbankan menuju tujuan
perusahaan. 4
Perbankan syariah pada dasarnya merupakan sebuah entitas bisnis dan
sekaligus merupakan sebuah fasilitas untuk mencapai tujuan syariah (maqa>si} d

al-shari>’ah). Dengan demikian, perbankan syariah yang berbeda dengan
perbankan konvensional baik dari sisi teori maupun praktik, membutuhkan
perubahan paradigma dalam pengukuran kinerja. Perbankan syariah sebaiknya
tidak hanya menggunakan cara-cara pengukuran konvensional yang mengukur
kinerja yang berkaitan dengan kemampuan menghasilkan profit (kinerja
keuangan). Di saat yang sama, perbankan syariah juga sebaiknya menggunakan
pengukuran berbasis syariah untuk mengevaluasi pencapaian maqa>si} d al-

shari>’ah.5
Maqa>si} d al-shari>’ah merupakan peraturan yang terdiri dari petunjuk dan
larangan yang diberikan Allah kepada umat manusia. Maqa>si} d al-shari>’ah juga
dapat didefinisikan sebagai kumpulan etika yang mengatur seluruh aspek
kehidupan manusia. Ruang lingkup maqa>si} d al-shari>’ah mencakup semua
aspek kehidupan yang terkait dengan sosial, personal, ekonomi, dan

4

Muhammad Syafii Antonio, Yulizar D. Sanrego, dan Muhammad Taufiq, “An Analysis of
Islamic Banking Performance: Maqashid Index Implementation in Indonesia and Jordania”,
Journal of Islamic Finance, Vol. 1, No. 1 (2012), 12.
5
Siti Manisah Ngalim dan Abdul Ghafar Ismail, “An Islamic Vision Development Based
Indicators in Analysing the Islamic Banks Performance: Evidence from Malaysia, Indonesia, and
Selected GCC Countries”, IRTI Working Paper, No. 02 (2014), 12.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

intelektual. 6 Perbankan syariah sebagai salah satu sendi perekonomian negara
pun seharusnya tidak terlepas dari nilai-nilai maqa>si} d al-shari>’ah. Penggunaan
konsep maqa>si} d al-shari>’ah dalam konteks kinerja perbankan syariah dinilai
penting karena dengan demikian perbankan syariah dapat diukur dari sisi mana
perbankan syariah menjalani nilai-nilai syariah dan sejauh mana tujuan-tujuan
syariah dilaksanakan dengan baik. Selama ini, sebagian besar perbankan
syariah hanya menggunakan rasio-rasio keuangan konvensional sehingga tidak
memberikan evaluasi pada semua dimensi yang dimiliki oleh perbankan
syariah.
Untuk mengevaluasi pencapaian maqa>si} d al-shari>’ah di perbankan
syariah, Mustafa Omar Mohammed (2008) dari Malaysia telah merumuskan
suatu metode pengukuran yang berguna bagi penilaian kinerja perbankan
syariah yang sesuai dengan tujuan berdasarkan prinsip-prinsip maqa>si} d al-

shari>’ah. Penelitian tersebut bertujuan agar ada sebuah metode pengukuran
bagi perbankan syariah yang sesuai dengan tujuan bank syariah. Penelitian
tersebut menghasilkan sebuah metode pengukuran kinerja perbankan syariah
dengan menggunakan sepuluh rasio yang disebut maqa>si} d al-shari>’ah index.
Metode ini kemudian digunakan untuk mengukur kinerja enam perbankan
syariah yang diambil sebagai sampel, yaitu Bank Muamalat Malaysia, Islami
Bank Bangladesh, Bank Syariah Mandiri (Indonesia), Bahrain Islamic Bank,
Islamic International Arab Bank (Jordan), dan Sudanese Islamic Bank (Sudan).
Di Indonesia, upaya untuk mengembangkan maqa>si} d al-shari>’ah index
sebagai sebuah alat ukur kinerja perbankan syariah dilakukan oleh Muhammad
6

M. Houssem, Shari’a-Based Ethical Performance Measurement Framework (Universite Paris,
Chair for Ethics and Financial Norms, 2012), 2.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Syafii Antonio (2012) serta Thuba Jazil (2013). Mereka menggunakan
pendekatan maqa>si} d al-shari>’ah index sebagaimana yang dikembangkan oleh
Mustafa. Perbedaan penelitian keduanya hanya terletak pada objek penelitian.
Antonio membandingkan kinerja perbankan syariah di Indonesia dan Jordania.
Sedangkan Thuba Jazil membandingkan kinerja perbankan syariah di
Indonesia dan Malaysia. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa maqa>si} d

al-shari>’ah index bisa menjadi alternatif penting yang dapat mengukur
seberapa baik kinerja perbankan syariah dan hasilnya dapat diimplementasikan
dalam bentuk strategi komprehensif. Dengan menggunakan maqa>si} d al-

shari>’ah index, kinerja perbankan akan lebih terukur dengan benar karena tidak
hanya aspek keuangan yang diperhatikan, tetapi juga mencakup kinerja
perbankan yang terkait dengan aspek lingkungan dan sosial.

Maqa>si} d al-shari>’ah index dikembangkan berdasarkan tiga faktor utama
yaitu pendidikan individu, penegakan keadilan, dan pencapaian kesejahteraan.
Ketiga faktor tersebut sesuai dengan tujuan umum maqa>si} d al-shari>’ah, yaitu
mencapai kesejahteraan dan menghindari keburukan. Penilaian kinerja
menggunakan maqa>si} d al-shari>’ah index bersifat universal, yang seharusnya
menjadi tujuan dan dasar operasional setiap entitas bisnis, termasuk perbankan
syariah. Terlebih, pengukuran dengan metode maqa>si} d al-shari>’ah index dinilai
lebih komprehensif dan selaras dengan teori maqa>si} d al-shari>’ah.
Sayangnya, penelitian tentang maqa>si} d al-shari>’ah index yang selama
ini dilakukan masih dalam batas tataran konsep dan hanya diujicobakan untuk
menilai kinerja Bank Umum Syariah. Maqa>si} d al-shari>’ah index belum pernah
diimplementasikan untuk menilai kinerja Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
memang keduanya merupakan lembaga keuangan syariah jenis perbankan,
namun keduanya memiliki fokus yang berbeda. BPRS lebih berfokus untuk
melayani usaha mikro dan kecil. BPRS sangat potensial untuk membantu
membangun pertumbuhan masyarakat, umumnya di kalangan masyarakat
ekonomi menengah melalui konsumsi maupun investasi. Produk-produk yang
ditawarkan BPRS juga dapat diterima dengan lebih mudah, lebih cepat, dan
dengan biaya serta bagi hasil yang terjangkau oleh masyarakat menengah ke
bawah. Keunggulan inilah yang dimiliki oleh BPRS, sehingga peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang implementasi maqa>si} d al-shari>’ah index di
BPRS.
BPRS yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah PT BPRS Jabal
Nur. PT BPRS Jabal Nur merupakan salah satu dari dua BPRS yang beroperasi
di Surabaya yang rutin memberikan Laporan Keuangan Publikasi Bank ke
Bank Indonesia. PT BPRS Jabal Nur yang berdiri sejak 26 Oktober 2007 kini
memiliki total asset lebih dari Rp 10 milyar dan lebih dari seribu nasabah aktif.
Selain itu, PT BPRS Jabal Nur juga sangat terbuka untuk penelitian. Selama ini
PT BPRS Jabal Nur juga tidak pernah menggunakan elemen berbasis syariah
untuk mengevaluasi kinerjanya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Perbankan Syariah
(Implementasi Maqa>si} d al-Shari>’ah Index di PT BPRS Jabal Nur)”.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat teridentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Perkembangan perbankan yang pesat menyebabkan persaingan di industri
perbankan semakin ketat. Persaingan itu tidak hanya terjadi antara
perbankan konvensional dengan perbankan syariah, namun juga merambah
antarinstansi perbankan syariah.
2. Pengukuran kinerja perbankan syariah pada praktiknya masih menggunakan
pengukuran kinerja berbasis konvensional yang berfokus pada kinerja
keuangan, yang tidak memberikan evaluasi pada semua dimensi yang
dimiliki perbankan syariah. Perbankan syariah seharusnya menerapkan
model pengukuran kinerja berbasis syariah yang mencakup kinerja
keuangan sekaligus kinerja dalam mencapai tujuan syariah (maqa>si} d al-

shari>’ah).
3. Terdapat model pengukuran kinerja berbasis syariah yang telah diajukan
oleh peneliti sebelumnya, yaitu metode maqa>si} d al-shari>’ah index. Namun
sejauh ini pengukuran kinerja dengan metode maqa>si} d al-shari>’ah index
tersebut dilakukan hanya sebatas tataran konsep dan hanya diujicobakan
untuk menilai kinerja Bank Umum Syariah.
4. Implementasi maqa>si} d al-shari>’ah index untuk mengukur kinerja Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah belum pernah dilakukan.
5. PT BPRS Jabal Nur belum pernah mengevaluasi kinerjanya dengan
menggunakan model pengukuran kinerja berbasis syariah seperti metode

maqa>si} d al-shari>’ah index.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka batasan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran kinerja perbankan syariah dilakukan dengan menerapkan
pengukuran kinerja berbasis syariah, yaitu maqa>si} d al-shari>’ah index.
2. Implementasi pengukuran kinerja perbankan syariah berdasarkan maqa>si} d

al-shari>’ah index dilakukan di PT BPRS Jabal Nur selama periode 20102014.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana implementasi maqa>si} d al-shari>’ah index untuk mengukur kinerja
PT BPRS Jabal Nur ?
2. Bagaimana kinerja PT BPRS Jabal Nur berdasarkan maqa>si} d al-shari>’ah

index?

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis implementasi maqa>si} d al-shari>’ah index untuk mengukur
kinerja PT BPRS Jabal Nur.
2. Menganalisis kinerja PT BPRS Jabal Nur berdasarkan maqa>si} d al-shari>’ah

index.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

E. Kegunaan Penelitian
1. Bagi nasabah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi
tambahan kepada nasabah lama atau calon nasabah mengenai kinerja PT
BPRS Jabal Nur melalui pendekatan maqa>si} d al-shari>’ah index.
2. Bagi manajer perbankan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
informasi dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk
melakukan perbaikan di dalam peningkatan kualitas perbankan syariah.
3. Bagi perbankan syariah di Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan informasi dan bahan evaluasi rujukan dalam pelaksanaan

maqa>si} d al-shari>’ah.
4. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi
kegiatan penelitian lain tentang pengukuran kinerja perbankan syariah serta
memberi sumbangan referensi bagi pengembangan ilmu manajemen
perbankan syariah.
5. Bagi pembaca (umum), penelitian ini diharapkan dapat memberikan
referensi tentang perbankan syariah dan pengukuran kinerja yang juga
berbasis syariah (yaitu berdasarkan maqa>si} d al-shari>’ah index).
6. Bagi peneliti, penelitian ini memberikan kesempatan kepada penulis untuk
dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan penulis tentang kinerja
perbankan syariah jika diukur dengan maqa>si} d al-shari>’ah index.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

F. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah pemahaman mengenai penelitian ini, peneliti
membagi ke dalam enam bab yang saling berhubungan dan berurutan secara
sistematis.
Bab pertama: menguraikan latar belakang permasalahan yang menjadi
pijakan peneliti untuk melakukan penelitian, dilanjutkan dengan identifikasi
dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
dan sistematika pembahasan.
Bab ke dua: menguraikan teori tentang perbankan syariah, pengukuran
kinerja perusahaan, konsep dasar maqa>si} d al-shari>’ah, konsep dasar maqa>si} d

al-shari>’ah index, serta penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.
Bab ke tiga: menguraikan metode pengukuran kinerja perbankan
berdasarkan maqa>si} d al-shari>’ah index.
Bab ke empat: menguraikan data dan mendeskripsikan hasil penelitian
di PT BPRS Jabal Nur.
Bab ke lima: membahas dan menganalisis implementasi maqa>si} d al-

shari>’ah index di PT BPRS Jabal Nur serta menganalisis kinerja PT BPRS
Jabal Nur berdasarkan maqa>si} d al-shari>’ah index.
Bab ke enam: berisi kesimpulan, rekomendasi, dan keterbatasan
penelitian.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perbankan Syariah
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat. Sedangkan bank syariah adalah bank yang dalam menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah. Yang dimaksud dengan prinsip
syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan
fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam
penetapan fatwa di bidang syariah.7
Prinsip utama bank syariah terdiri dari larangan riba pada semua jenis
transaksi; pelaksanaan aktivitas bisnis atas dasar kesetaraan (equality), keadilan
(fairness) dan keterbukaan (transparancy); pembentukan kemitraan yang
saling menguntungkan; serta keuntungan yang didapat harus dari usaha dengan
cara yang halal. Selain itu ada satu ciri khas, yaitu bank syariah harus
mengeluarkan

dan

mengadministrasikan

zakat

guna

membantu

mengembangkan lingkungan masyarakat sesuai dengan prinsip syariah.8
Bank syariah memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Manajemen Investasi. Bank syariah dapat melaksanakan fungsi ini
berdasarkan kontrak mud}ar> abah atau kontrak perwakilan. Menurut kontrak

mud}ar> abah, bank (dalam kapastitasnya sebagai mud}ar> ib, yaitu pihak yang
melaksanakan investasi dana dari pihak lain) menerima persentase
7

UU RI No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, Pasal 1 Ayat 2.
Ahmad Nurul Muammar, Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Kemampuan Zakat
Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah (Semarang: IAIN Walisongo, 2010), 14.

8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

keuntungan hanya dalam kasus untung. Dalam hal terjadi kerugian,
sepenuhnya menjadi resiko penyedia dana (s}ah}ib al ma>l), sementara bank
tidak ikut menanggungnya.
2. Investasi. Bank syariah menginvestasikan dana yang ditempatkan pada
dunia usaha (baik dana modal maupun dana rekening investasi) dengan
menggunakan alat-alat investasi yang konsisten dengan syariah. Rekening
investasi dapat dibagi menjadi tidak terbatas (unrestricted mud}ar> abah) atau
terbatas (restricted mud}a>rabah).
3. Jasa-jasa keuangan. Bank syariah dapat juga menawarkan berbagai jasa
keuangan lainnya berdasarkan upah (fee based) dalam sebuah kontrak
perwakilan atau penyewaan.
4. Jasa

sosial.

Konsep

bank

syariah

mengharuskan

bank

tersebut

melaksanakan jasa sosial, bisa melalui dana pinjaman kebijakan (qardh),
zakat, atau dana sosial yang sesuai yang sesuai dengan ajaran Islam. Lebih
jauh lagi, konsep perbankan Islam juga mengharuskan bank Islam
memainkan peran dalam pengembangan sumber daya insani dan
menyumbang dana bagi pemeliharaan serta pengembangan lingkungan
hidup.9

Perbankan syariah menurut jenisnya terdiri dari Bank Umum Syariah
(BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS). BPRS adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan
sistem syariah di Indonesia. Aturan hukum mengenai BPRS pertamakali diatur
9

Khusnul Fauziah dan Prabowo Yudho J, “Analisis Pengungkapan Tanggungjawab Sosial
Perbankan Syariah di Indonesia Berdasarkan Islamic Social Reporting Index”, Jurnal Dinamika
Akuntansi, Vol. 5 No. 1, (Maret, 2013), 14.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 yang kemudian diperbarui oleh
Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 dan Peraturan Bank Indonesia (PBI).
Dalam sistem perbankan nasional, BPRS adalah bank yang didirikan untuk
melayani Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Sektor UMK ini yang menjadikan
BPRS berbeda pangsa pasarnya dengan Bank Umum/Bank Umum Syariah.
BPRS terfokus untuk melayani Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang
menginginkan proses mudah, pelayanan cepat dan persyaratan ringan. BPRS
memiliki petugas yang berfungsi sebagai armada antar jemput setoran dan
penarikan

tabungan/deposito

termasuk

setoran

angsuran

pembiayaan.

Pelayanan ini sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat UMK yang
cenderung tidak bisa meninggalkan usaha kesehariannya di pasar/toko/rumah.
Prinsip syariah dalam BPRS diberlakukan untuk transaksi pendanaan
(tabungan dan deposito) maupun pembiayaan (pinjaman). BPRS mengelola
dana masyarakat dengan sistem bagi hasil. Dengan sistem bagi hasil,
masyarakat penyimpan dana akan mendapatkan bagi hasil secara fluktuasi
karena sangat bergantung kepada pendapatan yang diperoleh BPRS. Untuk itu,
perlu disepakati nisbah (porsi) di awal transaksi. Setiap tabungan maupun
deposito yang disimpan di BPRS mendapat jaminan dari Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS), sepanjang sesuai ketentuan yang berlaku, sehingga
masyarakat akan tetap merasa aman untuk menyimpan dananya di BPRS.
Dalam

transaksi

pembiayaan

(pinjaman),

BPRS

memberikan

pembiayaan kepada UMK dengan sistem jual beli, bagi hasil ataupun sewa.
Pilihan atas sistem syariah tersebut sangat tergantung kepada jenis pembiayaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

yang diajukan oleh masyarakat kepada BPRS. Selain itu, BPRS juga bisa
melakukan praktik pegadaian yang dikelola dengan sistem syariah.
Usaha-usaha BPRS:
1. Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk :
a. Tabungan berdasarkan prinsip wad}i’> ah atau mud}ar> abah.
b. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mud}ar> abah.
2. Menyalurkan

dana

kepada

masyarakat

dalam

bentuk

pembiayaan

berdasarkan :
a. Prinsip jual beli (mura>bahah, istisna’, salam)
b. Prinsip sewa menyewa (ija>rah)
c. Prinsip bagi hasil (mud}ar> abah, musha>rakah)
d. Prinsip kebajikan (qardh)
3. Menempatkan dana dalam bentuk giro, tabungan, deposito pada bank
syariah lain.
4. Melakukan kegiatan lain yang tidak bertentangan dengan UU Perbankan
dan prinsip syariah.

B. Pengukuran Kinerja Perbankan Syariah
Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang (atau lembaga)
secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas
dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja serta
target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah
disepakati bersama. Istilah kinerja atau performance mengacu pada hasil output
dan sesuatu yang dihasilkan dari proses, produk, dan jasa yang bisa dievaluasi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

dan dibandingkan secara relatif dengan tujuan, standar, hasil-hasil yang lalu,
dan organisasi lain.
Pengukuran
menentukan

kinerja

seberapa

jauh

merupakan
tujuan

seperangkat

perusahaan

manajemen

telah

tercapai,

untuk
untuk

mengevaluasi kinerja bisnis, manajer, divisi, dan tiap-tiap individu dalam
perusahaan, serta memprediksi ekspektasi perusahaan di masa mendatang.
Pengukuran kinerja juga dapat diartikan sebagai tindakan pengukuran
yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada
perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan
balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu
rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian
atas aktivitas perencanaan dan pengendalian. Sebelum melakukan pemilihan
ukuran-ukuran kinerja atau disebut sebagai indikator kinerja kunci (key
performance indicators), perlu dilakukan evaluasi sistem pengukuran agar
menjamin efektivitas sepanjang waktu. Salah satu aspek pentingnya alat ukur
kinerja perusahaan, yaitu dapat dipakai oleh pihak manajemen sebagai dasar
untuk

melakukan

pengambilan

keputusan

dan

mengevaluasi

kinerja

manajemen serta unit-unit yang terkait di lingkungan organisasi perusahaan.
Untuk menilai kesehatan suatu perusahaan, termasuk perbankan
syariah, dibutuhkan beberapa penilaian yang mampu merepresentasikan
seluruh pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja perbankan syariah penting
dilakukan untuk mendeteksi masalah-masalah serta memperhatikan keamanan
dan kesehatan investasi untuk depositor, manajer, dan regulator. Sangatlah
penting bagi manajer untuk menentukan posisi finansial perusahaan dan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

membandingkannya dengan perusahaan lain yang menjadi tolok ukur, serta
mengevaluasi seberapa efektif keputusan yang telah diambil yang berpengaruh
terhadap bank.10
Pengukuran kinerja perbankan syariah juga membantu Dewan
Pengawas Syariah dan regulator yang lain untuk memahami kinerja perbankan
dan untuk memastikan bahwa hanya informasi yang jelas dan transparan yang
tersedia dan digunakan. Pengukuran kinerja perbankan syariah juga membantu
para investor untuk mengidentifikasi peluang dan resiko investasi serta
memastikan bahwa pendanaan yang diambil adalah pilihan yang tepat.
Informasi yang digunakan untuk pengukuran kinerja perusahaan dibagi
menjadi dua kategori:
1. Informasi Finansial
Pengukuran laporan finansial dinilai berdasarkan anggaran yang
telah dibuat. Pengukuran dilakukan dengan menganalisis variasi antara
kinerja aktual dan anggaran. Dalam sistem perbankan, untuk menentukan
kondisi atau kinerja suatu bank biasanya menggunakan analisis CAMELS
(Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity, Sensitivity of Market
Risk).
2. Informasi Nonfinansial
Informasi nonfinansial juga bisa menjadi tolok ukur. Informasi nonfinansial dapat meningkatkan kepercayaan dalam proses manajemen quality
control.

10

Ahmed Mohamed Badreldin, “Measuring the Performance of Islamic Banks by Adapting
Conventional Ratios”, German University in Cairo Working Paper, No. 16 (Oktober, 2009), 2.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Teknik

pengukuran

kinerja

yang

komprehensif

yang

telah

dikembangkan oleh beberapa perusahaan yang mencakup baik informasi
finansial maupun nonfinansial adalah Balance Scorecard yang meliputi
empat aspek, yaitu perspektif finansial, kepuasan pelanggan, efisiensi proses
internal, serta pembelajaran dan perkembangan.11

C. Konsep Dasar Maqa
aqa>s> id
}id alal-Shari
Shari>
ari>’ah

aqa>s> id
}id al1. Pengertian Maqa
al-Shari
Shari>
ari>’ah
Secara etimologi maqa>s}id al-shari>’ah terdiri dari dua kata, yaitu

maqa>si} d dan shari>’ah. Maqa>si} d adalah bentuk jamak dari maqs}ud yang
berarti kesengajaan atau tujuan. Adapun shari>’ah artinya jalan menuju air
atau sumber kehidupan.
Sedangkan secara terminologi, pengertian maqa>si} d al-shari>’ah yang
dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain:
a. Al-Ghaza>li>
Penjagaan terhadap maksud dan tujuan syariah adalah upaya mendasar
untuk bertahan hidup, menahan faktor-faktor kerusakan, dan mendorong
terjadinya kesejahteraan.12
b. Al-Sha>t}ibi>

Maqa>si} d terbagi menjadi dua: yang pertama, berkaitan dengan maksud
Tuhan selaku pembuat shari>’ah dan yang ke dua, berkaitan dengan
maksud mukallaf.13

11

Antonio, “An Analysis of Islamic Banking...”, 14.
Al-Ghaza>li, S}ifa> al-Ghali>l (Baghdad: Mat}ba’ah al-Irs}a>d, 1971), 159.
13
Al-Sha>t}ibi, Al-Muwa>faqa>t fi Us}ul al-Shari>’ah (Beirut: Da>r al-Ma’rifah, t.th.), 322.
12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

c. Al-Fa>si>

Maqa>si} d al-shari>’ah merupakan tujuan pokok shari>’ah dan rahasia dari
setiap hukum yang ditetapkan oleh Tuhan.
d. Al-Raysu>ni>

Maqa>si} d al-shari>’ah merupakan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan oleh
shari>’ah untuk dicapai demi kemaslahatan manusia.14

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa maqa>si} d al-

shari>’ah merupakan tujuan dibalik ditetapkannya hukum atau aturan dalam
agama Islam. Shari>’ah merupakan suatu sistem etika dan nilai-nilai moral
yang melingkupi semua aspek kehidupan (seperti sosial, politik, dan
ekonomi. Karena syariah ditujukan untuk seluruh umat, maka dasar maqa>si} d

al-shari>’ah

adalah

untuk

mencapai

kemaslahatan

(mas}lah}ah)

dan

menghindari kerusakan (mafsadah).

aqa>s> id
}id al2. Kerangka Maqa
al-Shari
Shari>
ari>’ah
Dalam rangka mewujudkan kemaslahatan dan menjauhi kerusakan,
para ahli us}ul> fiqh membagi maqa>si} d al-shari>’ah dalam tiga level kebutuhan,
yaitu kebutuhan d}aru>riyya>t, h}ajiyya>t, dan tah}si>niyya>t. Oleh al-Ghaza>li>,

d}aru>riyya>t diklasifikasikan ke dalam lima unsur pokok, dengan mengatakan:
“Tujuan utama syariah adalah untuk mendorong kesejahteraan
manusia, yang terletak pada perlindungan terhadap keimanan (di>n),
jiwa (nafs), akal (aql), keturunan (nas}l), dan harta (ma>l) mereka. Apa
saja yang menjamin terlindunginya lima perkara ini berarti
memenuhi kepentingan publik dan itu dianjurkan, dan apa saja yang
Ah}mad al-Raysu>ni, Nadhariyah al-Maqas}id Inda al-Ima>m al-Sha>t}ibi> (Beirut: al-Ma’had al-‘A>li>
li al-Fikr al-Isla>mi>, t.th), 45.
14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

menciderai lima perkara ini berarti melawan kepentingan publik, dan
membuangnya itu dianjurkan.”15
Dengan demikian, al-Ghaza>li> menekankan penjagaan terhadap lima

maqa>si} d, yaitu penjagaan terhadap agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta
benda. Beberapa ahli menambahkan unsur ke enam, yaitu penjagaan
terhadap kehormatan (Gambar 2.1).

Tujuan Hukum Islam (Level Kebutuhan)

Kebutuhan pokok
(d}aru>riyya>t)

Penjagaan
agama

Jiwa

Kebutuhan
komplementer
(h}ajiyya>t)

Akal

Keturunan

Kebutuhan
mewah
(tah}si>niyya>t)

Harta
Benda

Kehormat
an*

Gambar 2.1 Hierarki Tujuan Hukum Islam16

D. Konsep Dasar Maqa
aqa>s> id
}id alal-Shari
Shari>
ari>’ah Index

Maqa>si} d al-shari>’ah adalah tujuan ditetapkannya hukum Islam. Secara
umum, semua ahli sependapat bahwa tujuan ditetapkannya hukum Islam adalah
untuk meraih kebaikan (promote welfare/jalb al-mas}al> ih}) dan menghindari
keburukan (avoid vices/dar al-mafa>sid).
Namun terdapat perbedaan pendapat tentang tujuan khusus dari
ditetapkannya hukum Islam. Misalnya, Ibn A>su} >r menyebutkan bahwa tujuan
15

Mohammad Abu Hurayra, “Achievement of Maqasid-al-Shari’ah in Islamic Banking: An
Evaluation of Islami Bank Bangladesh Limited”, Global Journals Inc. (USA), Vol. 15, Issue 1,
Version 1 (2015), 10.
16
Jasser Auda, Maqasid al-Shariah as Philosophy of Islamic Law-A Systems Approach (London:
The International Institute of Islamic Thought, 2007), 2.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

khusus syariah harus mencakup penjagaan terhadap tatanan, dorongan terhadap
kesejahteraan manusia, pencegahan terhadap keburukan, penegakan keadilan,
dan pemeliharaan stabilitas dan harmoni dalam kehidupan bermasyarakat.17
Sementara, Al-Fa>si> memasukkan dalam klasifikasinya tujuan khusus
syariah seperti mereformasi pola pikir manusia, membangun dunia, mengatur
kebaikan untuk semua, penjagaan terhadap tatanan dan sistem kehidupan,
penegakan keadilan, dan memanfaatkan sumber daya alam. 18
Sedangkan Abu> Zahrah menyebutkan tiga tujuan khusus syariah yang
harus dituju, yaitu:
a. Membersihkan manusia agar menjadi sumber kebajikan bagi kelompok dan
masyarakatnya, yaitu dengan tidak menjadi sumber kejahatan bagi mereka.
b. Menegakkan keadilan dalam masyarakat Islam, baik keadilan internal antara
mereka maupun keadilan eksternal antara mereka dengan umat-umat yang
lain. Dalam Islam, keadilan merupakan tujuan paling tinggi. Ia meliputi
wilayah yang beragam, baik dalam hukum, peradilan, pembuktian,
muamalah, maupun keadilan sosial yang memiliki lingkup yang luas.
c. Mewujudkan kemaslahatan yang hakiki dalam semua aspek hukum. Adapun
kemaslahatan yang hakiki dikembalikan kepada lima hal, yaitu agama, jiwa,
akal, keturunan, dan harta benda.19

Pendapat Abu> Zahrah inilah yang menurut Mustafa paling sesuai
dengan tujuan perbankan syariah. Sehingga Mustafa menerapkan tujuan khusus
T}ahir Ibn A>s}u>r, Maqas}id al-Shari>’ah al-Isla>miyah (Yordan: Da>r al-Nafa>’is, 2001), 57.
Thuba Jazil and Syahruddin, “The Performance Measures of Selected Malaysian and Indonesian
Islamic Banks Based on the Maqashid al-Shari’ah Approach”, IIUM, Vol. 7 No. 2, (Sya’ban 1434,
2013), 284.
19
Muh}ammad Abu> Zahrah, Us}ul al-Fiqh (Kairo: Da>r al-Fikr al A>rabi, t.th), 364.
17
18

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

syariah yang diajukan Abu> Zahrah ini untuk mengukur kinerja perbankan
syariah. Berdasarkan pendapat Abu> Zahrah, dapat disimpulkan bahwa tujuan
perbankan syariah berdasarkan maqa>si} d al-shari>’ah adalah:
a. Pendidikan individu (educating individual/tahdhi>b al-fard)
b. Penegakan keadilan (establishing justice/iqa>mah al-‘adl)
c. Pencapaian kesejahteraan (promoting welfare/jalb al-mas}lah}ah)

Ketiga variabel yang digagas oleh Abu> Zahrah tersebut merupakan
embrio maqa>si} d al-shari>’ah index di perbankan syariah. Educating the
individual pada tujuan pertama maksudnya adalah peningkatan pengetahuan
dan keterampilan bagi tiap individu sehingga nilai spiritualnya meningkat.
Perbankan syariah harus melakukan program pendidikan dan pelatihan yang
mengedepankan nilai-nilai moral. Perbankan syariah juga harus menyediakan
informasi kepada stakeholder bahwa produk-produk yang ditawarkan adalah
berdasarkan syariah.
Tujuan yang kedua adalah keadilan (justice). Perbankan syariah harus
memastikan kejujuran dan keterbukaan pada semua transaksi dan aktivitas
bisnis. Perbankan syariah juga harus memastikan bahwa semua kontrak harus
bebas dari ketidakadilan seperti maysir, gharar, dan riba>. Tujuan yang ketiga
adalah kesejahteraan (welfare). Perbankan syariah harus mengembangkan
proyek investasi dan pelayanan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Ketiga tujuan perbankan tersebut kemudian ditransformasikan menjadi
9 dimensi dan 10 elemen melalui metode Sekaran. Metode Sekaran digunakan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

untuk mendefinisikan secara operasional ketiga tujuan perbankan syariah ke
dalam item-item yang terukur sehingga membentuk sebuah index pengukuran
yang disebut maqa>si} d al-shari>’ah index.

E. Penelitian Terdahulu
Evaluasi kinerja perbankan syariah dengan maqa>si} d al-shari>’ah index
pertamakali dilakukan oleh Mustafa Omar Mohammed, dkk. (2008) melalui
sebuah penelitian yang berjudul “The Performance Measures of Islamic
Banking Based on the Maqashid Framework”. Konsep maqa>si} d al-shari>’ah

index dikembangkan dengan metode SAW (The Simple Additive Weighting).
Ada enam perbankan syariah yang diambil sebagai sampel, yaitu Bank
Muamalat Malaysia, Islamic Bank Bangladesh, Bank Syariah Mandiri
(Indonesia), Bahrain Islamic Bank, Islamic International Arab Bank (Jordan),
dan Sudanese Islamic Bank (Sudan). Keenam perbankan syariah tersebut
diteliti dalam periode 2000-2005.
Variabel yang digunakan mengacu pada teori maqa>si} d al-shari>’ah yang
digagas Abu> Zahrah, meliputi educating individual, establishing justice, dan
promoting welfare. Variabel tersebut dioperasionalkan dengan metode
Sekaran, sehingga didapatkan 10 rasio yang kemudian menjadi performance
indicator. Dari 10 rasio tersebut, Mustafa hanya menggunakan 7 rasio untuk
penelitiannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada satu pun dari
keenam bank yang mampu mewujudkan kinerja dengan nilai tinggi untuk
ketujuh rasio yang diujikan. Artinya, perbankan syariah membutuhkan evaluasi
ulang tujuan perbankan mereka agar sesuai dengan maqa>si} d al-shari>’ah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Berdasarkan ranking, didapatkan bahwa IIABJ Jordan menduduki peringkat
pertama, disusul oleh BSM Indonesia, Bahrain Islamic Bank, Islamic Bank
Bangladesh, Bank Muamalat Malaysia, dan terakhir Sudanese Islamic Bank. 20
Di penelitian lain yang berjudul “Testing the Performance Measured
Based on Maqashid al-Shariah (PMMS) Model on 24 Selected Islamic and
Conventional Banks”, Mustafa Omar Mohammed dan Fauziah Md. Taib
(2009) menganalisis kinerja perbankan syariah selama periode 2000-2005 dan
membandingkannya dengan perbankan konvensional. Metode analisis yang
digunakan adalah Mann-Withney U-Test dan SAW (The Simple Additive
Weighting). Terdapat dua model yang digunakan, pertama yaitu PMMS yang
terdiri dari 10 rasio dengan variabel yang mengacu pada teori maqa>si} d al-

shari>’ah Abu> Zahrah sebagaimana disebutkan sebelumnya. Model kedua yaitu
model CBPM, yang terdiri dari tiga rasio keuangan, yaitu Return on Assets
(ROA), Net Interest Income (NII), dan Liquidity (LIQ).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja perbankan syariah yang
diukur dengan model PMMS untuk variabel maqa>si} d al-shari>’ah menduduki
peringkat yang lebih tinggi daripada perbankan konvensional. Sedangkan
untuk model CBPM, kinerja perbankan syariah untuk variabel ROA dan NII
lebih rendah daripada perbankan konvensional. Namun, kinerja perbankan
syariah untuk variabel LIQ lebih tinggi daripada perbankan konvensional.
Dengan kata lain, perbankan syariah memiliki rasio likuiditas yang lebih tinggi
daripada perbankan konvensional.21

20

Mustafa Omar Mohammed, “The Performance Measures...”, 6.
Mustafa Omar Mohammed dan Fauziah Md. Taib, Testing the Performance Measured Based on
Maqashid al-Shariah Model on 24 Selected Islamic and Conventional Banks (Malaysia: IIUM,
2009), 3.

21

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

Penelitian yang mengevaluasi kinerja perbankan syariah dengan
menggunakan pendekatan maqa>si} d al-shari>’ah index dan SAW (Simple
Additive Weighting) juga dilakukan oleh Muhammad Syafii Antonio, dkk.
(2012) melalui penelitian yang berjudul “An Analysis of Islamic Banking
Performance: Maqashid Index Implementation in Indonesia and Jordania”
yang dilakukan dalam periode 2008-2010. Penelitian Antonio menggunakan
empat perbankan syariah sebagai sampel, dua bank berasal dari Indonesia yaitu
BSM (Bank Syariah Mandiri) dan BMI (Bank Muamalat Indonesia), serta dua
bank berasal dari Jordania yaitu IIABJ (Islamic International Arab Bank
Jordan) dan JIB (Jordan Islamic Bank).
Dari sepuluh rasio yang menjadi indikator kinerja, Antonio dkk. hanya
menggunakan 8 rasio dalam penelitian mereka. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perbankan syariah di Indonesia dan Jordania memiliki kinerja yang
berbeda. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada satu bank pun
yang memiliki nilai tinggi pada semua indikator kinerja yang berdasarkan
konsep maqa>si} d al-shari>’ah. Walaupun demikian, BMI menunjukkan nilai yang
paling tinggi dibandingkan ketiga bank lainnya. 22
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Thuba Jazil dan Syahruddin
(2013) dalam penelitian yang berjudul “The Performance Measures of Selected
Malaysian and Indonesian Islamic Banks Based on the Maqashid al-Shariah
Approach”. Penelitian Thuba Jazil menggunakan pendekatan PMMS, dengan
sampel tiga bank Islam di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI),
Bank Syariah Mandiri (BSM), dan Bank Mega Syariah (BMS) serta tiga bank

22

Muhammad Syafii Antonio, “An Analysis of Islamic Banking...”, 12.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Islam di Malaysia yaitu RHB Islamic Bank, CIMB Islamic Bank, dan Bank
Islam Malaysia selama periode 2007-2011.
Berdasarkan maqa>si} d al-shari>’ah index, BMI menduduki kinerja yang
paling baik. Sedangkan kinerja terendah adalah CIMB Islamic Bank. Namun
demikian, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada satu bank pun
yang memiliki nilai tinggi pada semua indikator kinerja. Dengan demikian,
perbankan syariah harus didorong untuk meninjau kembali tujuan dan ukuran
kinerja mereka agar sesuai dengan konsep maqa>si} d al-shari>’ah.23
Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
terletak pada objek dan periode penelitian. Penelitian ini menganalisis kinerja
PT BPRS Jabal Nur sebagai objek penelitan. Sedangkan periode penelitian
dilakukan dalam k