Tinjauan hukum islam terhadap pembiayaan multijasa jangka panjang di BPRS Jabal Nur Surabaya.

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP
PEMBIAYAAN MULTIJASA JANGKA PANJANG
DI BPRS JABAL NUR SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :
Danang Sutantiyo
NIM. C72213110

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syariah
Surabaya
2017

ii

ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan dengan judul “Tinjauan

Hukum Islam Terhadap Pembiayaan Multijasa Jangka Panjang di BPRS Jabal
Nur Surabaya”. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan.
Pertama, bagaimana praktik pembiayaan multijasa jangka panjang di BPRS Jabal
Nur Surabaya? Kedua, bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pembiayaan
multijasa jangka panjang di BPRS Jabal Nur Surabaya?
Metode yang digunakan untuk menganalisa pada penelitian ini
menggunakan metode deskriptif analitis, maksudnya pembahasan dimulai dengan
menjabarkan data-data dari lapangan tentang praktik pembiayaan multijasa
jangka panjang di BPRS Jabal Nur Surabaya. Selanjutnya data tersebut dianalisis
dari perspektif hukum Islam dengan pola pikir deduktif, yaitu meletakkan norma
hukum Islam yang berkaitan dengan akad, ija>rah, mura>bah}ah, dan Fatwa DSNMUI No: 44/DSNMUI/VIII/2004 ketentuan dari Pembiayaan Multijasa untuk
menganalisis yang berkenaan dengan praktik pembiayaan multijasa jangka
panjang di BPRS Jabal Nur Surabaya.Teknik yang digunakan dalam penelitian
ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian, data yang
terkumpul melalui editing, organizing dan analyzing
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa, pertama, praktik pembiayaan
multijasa jangka panjang di BPRS Jabal Nur Surabaya tidak menggunakan akad
ija>rah melainkan menggunakan akad mura>bah}ah. Penggunaan akad mura>bah}ah
ini membuat jangka waktu pembayaran pelunasan lebih lama daripada dengan
menggunakan akad ija>rah. Penerapan akad mura>bah}ah pada pembiayaan

multijasa jangka panjang ini telah merubah inti objek transaksi pembiayaan
multijasa yang seharusnya jasa menjadi barang. Kedua, Tinjauan hukum Islam
terhadap praktik pembiayaan multijasa jangka panjang di BPRS Jabal Nur
Surabaya berkenaan dengan penggunaan akad mura>bah}ah jika dikaitkan dengan
norma hukum Islam, maka akad mura>bah}ah pada pembiayaan multijasa jangka
panjang ini boleh dilakukan karena adanya unsur tolong menolong dan
kemaslahatan di dalam praktiknya, serta penggunaan akad mura>bah}ah untuk
pembiayaan multijasa jangka panjang yang dilakukan oleh BPRS Jabal Nur
Surabaya ini tidak menggunakan anjuran tentang ketentuan pembiayaan
multijasa berdasarkan Fatwa DSN-MUI No: 44/DSN-MUI/VIII/2004 bahwa
bank dapat melakukan dan diperbolehkan melakukan pembiayaan multijasa
dengan menggunakan akad ija>rah.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, kepada BPRS Jabal Nur Surabaya
dapat melakukan sosialisasi kepada nasabah setiap akad yang akan digunakan
oleh nasabah sebelum melaksanakan pembiayaan agar sesuai dengan produk
pembiayaan yang menjadi kebutuhan nasabah. BPRS Jabal Nur Surabaya dapat
melakukan perbaikan agar selalu menghadirkan produk-produk pembiayaan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan menjaga prinsip syariah.

vii


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
i

SAMPUL DALAM
PERNYATAAN KEASLIAN

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

iii

PENGESAHAN

iv


MOTTO

v

PERSEMBAHAN

vi

ABSTRAK

vii

KATA PENGANTAR

viii

DAFTAR ISI

x


DAFTAR TRANSLITERASI

xiii

BAB

PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang Masalah

1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

5

C. Rumusan Masalah


6

D. Kajian Pustaka

6

E. Tujuan Penelitian

11

F. Kegunaan Penelitian

11

G. Definisi Operasional

12

H. Metode Penelitian


13

I.

18

I

BAB II

Sistematika Pembahasan

TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD, IJA>RAH
DAN MURA>BAH{AH

21

A. Akad

21


1.

Definisi Akad

21

2.

Unsur-unsur Akad

22

3.

Rukun Akad

23

4.


Syarat-syarat Akad

24

5.

Batal dan Berakhirnya Akad

26

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. Ija>rah

29

1.


Definisi Ija>rah

29

2.

Landasan Hukum Ija>rah

31

3.

Rukun Ija>rah

33

4.

Syarat-Syarat Ija>rah


33

5.

Berakhirnya Akad Ija>rah

39

6.

Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama
Indonesia Tentang Ija>rah

C. Mura>bah{ah

41

1.

Definisi Mura>bah{ah

41

2.

Landasan Hukum Mura>bah{ah

42

3.

Rukun dan Syarat-syarat Mura>bah{ah

44

4.

Penggunaan Akad Mura>bah{ah di Perbankan
Syariah

BAB III

40

45

PRAKTIK PEMBIAYAAN MULTIJASA JANGKA
PANJANG DI BPRS JABAL NUR SURABAYA

47

A. Gambaran Singkat Tentang BPRS Jabal Nur
Surabaya

47

1.

47

Sejarah Berdirinya

2. Tujuan BPRS

48

3. Visi dan Misi

48

4. Struktur Organisasi Kantor Pusat BPRS Jabal Nur
Surabaya

49

5. Job Description BPRS Jabal Nur Surabaya

50

6. Produk dan Aplikasi Akad pada BPRS Jabal Nur
Surabaya

54

B. Proses Pembiayaan di BPRS Jabal Nur Surabaya

58

1. Permohonan Pembiayaan

58

2. Syarat-syarat Calon Nasabah Pembiayaan

59

3. Tata Cara Proses Pembiayaan

61

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

C. Praktik Pembiayaan Multijasa Jangka Panjang

62

1. Latar Belakang Pembiayaan Multijasa

62

2. Penerapan Akad Mur>abah{ah pada Pembiayaan
Multijasa Jangka Panjang

62

3. Nasabah Yang Melakukan Pembiayaan Multijasa
Jangka Panjang
BAB IV

65

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN
MULTIJASA JANGKA PANJANG DI BPRS JABAL NUR
SURABAYA
A. Praktik Pembiayaan Multijasa Jangka Panjang di BPRS
Jabal Nur Surabaya

68

B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pembiayaan Multijasa
Jangka Panjang di BPRS Jabal Nur Surabaya
BAB V

73

PENUTUP

78

A. Kesimpulan

78

B. Saran

79

DAFTAR PUSTAKA

80

LAMPIRAN

83

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk yang lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat.1 Lembaga keuangan yang keberadaannya sangat dibutuhkan oleh
masyarakat, baik untuk menyimpan dana dalam bentuk deposito maupun
meminjam dana dalam bentuk kredit atau pembiayaan.2 Keberadaan bank di
Indonesia ada dua, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Bank konvensional
menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional. Sedangkan Bank Syariah
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.3
Bukti semakin kuatnya struktur kelembagaan keuangan syariah atau bank
syariah di Indonesia, yaitu tumbuh dan berkembangnya badan usaha lain yang
menerapkan prinsip syariah. Salah satunya adalah BPRS (Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah). Adapun yang dimaksud dengan BPRS adalah Bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan pada prinsip-prinsip syariah, terutama
bagi hasil dan dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.4 BPRS hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha

1

Pasal 1 ayat (2) UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan
2
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta:Kencana, 2011),30.
3
Pasal 1 ayat (4 dan 7) UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah.
4
M. Nur Yasin, Hukum Ekonomi Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2009), 106.

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

berdasarkan prinsip Syariah dengan izin Direksi Bank Indonesia. Suatu BPRS
bisa berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, atau perusahaan daerah.5
Dengan hadirnya BPRS di tengah masyarakat. Masyarakat memiliki
banyak pilihan untuk menyimpan dananya atau meminjam dana untuk
menunjang kegiatan usahanya serta pemenuhan kebutuhan masyarakat itu
sendiri. Ada beragam kegiatan usaha yang bisa dilakukan suatu BPRS, yaitu:
1.

Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, meliputi
(a) tabungan berdasarkan prinsip wadi>’ah atau mud{a>rabah, (b)
deposito berjangka berdasarkan prinsip mud{ar> abah, dan (c) bentuk
lain berdasarkan berdasarkan prinsip wadi>’ah atau mud{a>rabah.

2.

Melakukan penyaluran dana melalui (1) transaksi jual beli
berdasarkan prinsip mura>bah{ah, istishna’, ija>rah, salam, jual beli
lainnya, (b) pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip mud{a>rabah,

musha>rakah, dan6 bagi hasil lainnya, dan (c) pembiayaan lainnya
berdasarkan prinsip rahn dan qard.{
3.

Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan bank sepanjang
disetujui Dewan Syariah Nasional.7

Saat ini tingkat kebutuhan masyarakat semakin hari semakin bertambah.
Hal ini berpengaruh ketika pendapatan masyarakat kurang mencukupi maka
semakin berat beban yang harus ditanggung masyarakat. Selain itu adanya biayabiaya yang tidak terduga juga mempengaruhi kondisi keuangan mereka. Keadaan

5

Ibid., 107.
Ibid.
7
Ibid., 108.
6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

seperti inilah yang juga mempengaruhi pemenuhan kebutuhan masyarakat
khususnya dalam pemenuhan biaya pendidikan.
Dari sinilah peranan Bank Syariah khususnya BPRS menawarkan untuk
mengatasi masalah masyarakat yang membutuhkan biaya dalam biaya
pendidikan. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Surah al-ma>idah ayat 2:

.          
“Dan tolong-menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa,
dan janganlah tolong-menolong dalam (mengerjakan) dosa dan
pelanggaran.”8
Sistem yang diterapkan dalam BPRS adalah bukan sistem bunga karena
hal inilah masyarakatpun tertarik untuk melakukan pembiayaan di BPRS. Saat
ini banyak Lembaga Keuangan Syariah (LKS) baik bank ataupun non bank
berdiri di Indonesia yang saling bersaing dalam membuat produk dan juga
memberikan layanan kepada masyarakat. Banyak produk yang telah diciptakan
antara lain produk pembiayaan, penghimpunan dana ataupun produk jasa. Semua
produk tersebut ditujukan untuk melayani masyarakat.
Penyaluran dana yang dilakukan bank syariah khususnya BPRS dikenal
dengan pembiayaan. Pembiayaan menggunakan berbagai macam akad, antara
lain akad jual beli mura>bah}ah, akad kerja sama musha>rakah dan akad ija>rah untuk
pembiayaan multijasa. Salah satu pembiayaan yang dilakukan oleh BPRS Jabal
Nur Surabaya adalah pembiayaan multijasa merupakan fasilitas pembiayaan yang
diberikan Bank kepada nasabah untuk tujuan membiayai kebutuhan nasabah
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (al-Madinah alMunawwarah: Lembaga {Percetakan Al-Qur’an Raja Fahd), 156-157.
8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

dalam rangka memperoleh manfaat atas suatu jasa yang tidak bertentangan
dengan syariah seperti biaya pendidikan, kesehatan, dan jasa lainnya. Ketentuan
tentang pembiayaan multijasa tersebut mulai berlaku setelah terbentuknya
Undang-Undang tentang Perbankan Syariah dan juga fatwa yang dikeluarkan
oleh Dewan Syariah Nasional No: 44/DSN-MUI/VII/2004 Tentang Pembiayaan
Multijasa serta PBI No. 10/16/PBI/2008.
Setiap Lembaga Keuangan Syariah (LKS) baik Bank ataupun non Bank
berbeda-beda dalam menfasilitasi pembiayaan untuk keperluan pendidikan.
Sebagaimana ditetapkan di BPRS Jabal Nur Surabaya fasilitas yang ditawarkan
hampir sama dengan lembaga keuangan syariah lainnya namun dalam praktiknya
akad yang digunakan berbeda. PT. BPRS Jabal Nur Surabaya dalam praktiknya
menggunakan akad mura>bah}ah untuk pemenuhan pembiayaan multijasa.
Menurut teori yang ada, Pembiayaan yang menggunakan akad mura>bah}ah
adalah pembiayaan guna membelikan nasabah barang yang mereka inginkan,
dengan akad jual beli dan keuntungan yang disepakati. Sedangkan pembiayaan
multijasa adalah pembiayaan guna membiayai objek berupa jasa, dengan
menggunakan akad ija>rah. Salah satu alasan bagi pihak BPRS Jabal Nur
melakukan pembiayaan multijasa dengan akad mura>bah}ah, yaitu membuat jangka
waktu angsuran pembiayaan menjadi lebih lama dibandingkan menggunakan
akad ija>rah. Oleh karena itu, pihak BPRS Jabal Nur menamakan pembiayaan
dengan pembiayaan multijasa jangka panjang. Nasabah akhirnya dapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

menggunakan akad mura>bah}ah pada pembiayaan multijasa jangka panjang untuk
kebutuhan membayar jasa mereka.9
Berdasarkan adanya permasalahan diatas, hal ini menjadi menarik untuk
diteliti dan akan dibahas pada bab selanjutnya tentang bagaimana hukum Islam
memandang adanya penggunaan akad mura>bah}ah pada pembiayaan multijasa
jangka panjang di BPRS Jabal Nur Surabaya. Oleh karena itu, disusunlah
penelitian ini dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pembiayaan

Multijasa Jangka Panjang di BPRS Jabal Nur Surabaya”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas terdapat beberapa masalah
dalam penelitian ini. Adapun masalah-masalah tersebut dapat diidentifikasikan
sebagai berikut:
1. Produk Pembiayaan BPRS Jabal Nur Surabaya.
2. Faktor yang mempengaruhi pembiayaan multijasa jangka panjang di BPRS
Jabal Nur Surabaya.
3. Akad yang digunakan dalam pembiayaan multijasa di BPRS Jabal Nur
Surabaya.
4. Pandangan nasabah terhadap pembiayaan multijasa jangka panjang di BPRS
Jabal Nur Surabaya.
5. Praktik pembiayaan multijasa jangka panjang di BPRS Jabal Nur Surabaya.

9

Eny Rohimatul Fauziyah, Wawancara, PT. BPRS Jabal Nur Surabaya, 18 Juni 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

6. Tinjauan hukum Islam terhadap pembiayaan multijasa jangka panjang di
BPRS Jabal Nur Surabaya.
Dari beberapa identifikasi masalah tersebut, perlu dijelaskan batasan dan
ruang lingkup persoalan yang akan dikaji dalam penelitian ini agar terfokus dan
terarah. Maka penulis akan membatasi masalah yang akan dikaji sebagai berikut:
1. Praktik pembiayaan multijasa jangka panjang di BPRS Jabal Nur Surabaya.
2. Tinjauan hukum Islam terhadap pembiayaan multijasa jangka panjang di
BPRS Jabal Nur Surabaya.

C. Rumusan Masalah
Melalui batasan masalah tersebut maka peneliti merumuskan masalah
yang akan peneliti bahas dalam skripsi ini sebagai berikut:
1. Bagaimana praktik pembiayaan multijasa jangka panjang di BPRS Jabal Nur
Surabaya?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pembiayaan multijasa jangka
panjang di BPRS Jabal Nur Surabaya?

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka pada intinya adalah untuk mendapatkan gambaran
hubungan topik yang akan diteliti dengan penelitian sejenis yang pernah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya10 menuntun peneliti dalam menuju arah dan

10

Zainal Arifin, Metode Penelitian Pendekatan, (Surabaya: Lentera Cendelia, 2008), 42.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

pembentukan teoritis dan mengklarifikasi ide penelitian yang akan dilakukan.11
Dengan tujuan agar tidak ada duplikasi/plagiasi dalam penelitian yang akan
dilakukan.
Adapun penelitian yang telah dilakukan antara lain :
1. Skripsi yang disusun oleh Yuyun Setia Wahyuni dengan judul: “Analisis
Hukum Islam terhadap Pembiayaan Talangan Haji Dengan Menggunakan
Akad Ija>rah Multijasa di BNI Syariah Cabang Surabaya”. Prodi Hukum
Ekonomi Syariah Fakultas Syariah & Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya
2010. Skripsi ini menyatakan bahwa aplikasi pembiayaan talangan haji di
BNI Syariah Cabang Surabaya menggunakan akad ija>rah multijasa.
Objeknya adalah nomor seat porsi haji. Dimana nasabah membuat
permohonan pembiayaan talangan haji dan mengikuti persyaratanpersyaratan yang telah ditentukan. Dalam prespektif hukum Islam, akad
pembiayaan talangan haji di BM Syariah Cabang Surabaya tidak sesuai
dengan hukum Islam. Letak ketidaksesuaiannya adalah akad yang digunakan
dalam pembiayaan talangan haji karena akad yang digunakan dalam
pembiyaan talangan haji ini semestinya adalah akad hutang piutang (qard)
dan bukan akad ija>rah namun pada praktiknya bank menggunakan akad

ija>rah multijasa. Fatwa MUI menyebutkan bahwa apabila diperlukan,
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dapat membantu menalangi pembayaran
BPIH nasabah dengan menggunakan prinsip qard sesuai dengan Fatwa DSNMUI nomor 19/DSN-MUI/1V/2001. Apalagi ada ujrah Yang dibebankan
11

Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penelitian-Sebuah Pengenalan dan Penuntun Langkah
demi Langkah Pelaksanaan Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), 119.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

kepada nasabah yang dimana ujrah tersebut didasarkan pada jumlah talangan
yang telah diberikan oleh bank kepada nasabah. Ujrah tersebut bisa
dikategorikan riba karena adanya tambahan prosentase dari ujrah jika
nasabah belum mampu membayar angsuran talangan pada waktu yang telah
ditentukan.12
2. Skripsi yang disusun oleh Moch. Rifai dengan judul: “Studi Analisis Hukum
Islam terhadap Pembiayaan Multijasa di BPRS Al-Hidayah Pasuruan”. Prodi
Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah & Hukum UIN Sunan Ampel
Surabaya 2011. Skripsi ini menyatakan bahwa aplikasi pembiayaan multijasa
di BPRS Al-Hidayah Pasuruan menggunakan akad ija>rah dalam arti sewa
menyewa dan pembiayaan multijasa ini lebih ditekankan kepada nasabah
tetap

BPRS

ketidaksesuaian

Al-Hidayah.
dengan

Namun

ketentuan

dalam
Fatwa

pelaksanaannya
DSN-MUI

No.

adanya
44/DSN

MUI/VII/2004 tentang pembiayaan multijasa, baik dari segi objek maupun
akad kepemilikan barang pada akhirnya, apakah barang tersebut diperjual
belikan ataukah dihibahkan. Dalam kaidah hukum Islamnya mengenai
pelaksanaan multijasa dengan menggunakan akad ija>rah di BPRS Al Hidayah
Beji Pasuruan adalah kurang tepat. Sebab pihak musta'jir (penerima upah,
yakni pihak BPRS Al-Hidayah) tidak melakukan pekerjaan tertentu atas

Yuyun Setia Wahyuni, “Analisis Hukum Islam terhadap Pembiayaan Talangan Haji Dengan
Menggunakan Akad Ija>rah Multijasa di BNI Syariah Cabang Surabaya”, (Skripsi--UIN Sunan
Ampel, Surabaya, 2010).

12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

permintaan mu'ajjir sehingga pihak BPRS Al-Hidayah tidak berhak (pemberi
upah, nasabah) mendapatkan upah (ujra>h/fee).13
3. Tugas Akhir yang disusun oleh Fitri Handayani dengan judul: “Analisis
Pembiayaan Ija>rah Multijasa pada BPRS Artha Amanat Ummat Unggaran”.
Prodi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam STAIN
Salatiga 2014. Tugas Akhir ini menyatakan bahwa pembiayaan ijarah
multijasa di BPRS Artha Amanah Ummat, akad perjanjian yang digunakan
adalah akad ija>rah yang mana pihak bank dapat memperoleh ujrah atau
imbalan atas manfaat jasa yang diberikan, serta menggunakan akad
wakalahsebagaiakad pelengkap. Pada prakteknya untuk pembiayaan ija>rah
multijasa di BPRS Artha Amanah Ummat sudah sesuai dengan syariah yang
mengacu kepada fatwa yang ditetapkan oleh MUI No. 09 tahun 2000 tentang
ijarah dan fatwa MUI No. 44 tahun 2004 tentang pembiayaan multijasa.
Pembiayaan ini menggunakan ija>rah sebagai akadnya, yang mana pada fatwa
DSN MUI tentang pembiayaan multijasa, hukumnya jaiz atau boleh
menggunakan akad ija>rah.14
4. Skripsi yang disusun oleh Tuthi’ul Muthi’ah dengan judul: “Tinjauan
Hukum Islam terhadap penetapan ujrah dalam pembiayaan multijasa akad

Ija>rah

di Koperasi BMT MUDA Jawa Timur Kantor Cabang Bungah

Gresik”. Prodi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah & Hukum UIN
Sunan Ampel Surabaya 2016. Skripsi ini menyatakan bahwa penetapan
Moch. Rifai, “Studi Analisis Hukum Islam terhadap Pembiayaan Multijasa di BPRS Al-Hidayah
Pasuruan”, (Skripsi--UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2011).
14
Fitri Handayani,“Analisis Pembiayaan Ijarah Multijasa pada BPRS Artha Amanat Ummat
Unggaran”, (Tugas Akhir--STAIN Salatiga, 2014).
13

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

ujrah dalam pembiayaan multijasa akad ijarah di Koperasi BMT MUDA
JAWA

TIMUR

Kantor Cabang Bungah

Gresik yang

penetapannya

berdasarkan prosentase persen mengandung ketidak jelasan atas manfaat
jasa karena pada prinsipnya ujrah dalam pembiayaan ini dibayarkan karena
suatu layanan bantuan dana dalampembiayaan bukan karena pekerjaan
(manfaat jasa), Sedangkan dalam Islam ujrah yang dibayarkan atas
manfaat jasa

itu harus jelas. Selain itu penentapan ujrah yang

ditetapkan berdasarkan prosentase persen ini tidak sesuai dengan Fatwa
Dewan Syariah Nasional No.44/DSN-MUI/VIII/2004 Tentang Pembiayaan
Multijasa, karena penetapan ujrah ditentukan dalam bentuk prosentase
persen, sedangkan dalam fatwa tersebut

penentapan

ujrah

harus

berdasarkan nominal. penetapan ujrah dengan prosentase persen pada
akhirnya menjadikan besar atau rendahnya ujrah ditentukan atau tergantung
pada jumlah nominal yang dipinjam.15
Berdasarkan pemaparan beberapa skripsi diatas telah jelas bahwa
penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan penelitian terdahulu. Dalam
penelitian yang akan ditulis ini lebih fokus pada pembiayaan multijasa jangka
panjang di BPRS Jabal Nur Surabaya.

Tuthi’ul Muthi’ah, “Tinjauan Hukum Islam terhadap penetapan ujrah dalam pembiayaan
multijasa akad Ija>rah di Koperasi BMT MUDA Jawa Timur Kantor Cabang Bungah Gresik”,
(Skripsi--UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2016).
15

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang dirumuskan, penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk:
1. Untuk mengetahui praktik pembiayaan multijasa jangka panjang di BPRS
Jabal Nur Surabaya.
2. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap pembiayaan multijasa
jangka panjang di BPRS Jabal Nur Surabaya.

F. Kegunaan Penelitian
Pengkajian dari permasalahan ini diharapkan mempunyai nilai tambah
baik bagi pembaca terlebih lagi bagi penulis sendiri, baik secara teoritis maupun
secara praktis. Adapun kegunaan dan manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih informasi dan
perbendaharaan khazanah keilmuan dalam bermuamalah, khususnya
tentang bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pembiayaan multijasa
jangka panjang BPRS Jabal Nur Surabaya.
b. Menambah perbendaharaan karya ilmiah untuk pengembangan hukum
Islam dalam bidang Muamalah.
2. Praktis
a. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan acuan dan perbandingan
bagi peneliti berikutnya yang memiliki minat yang pada tema yang sama
dan dapat memberi kontribusi pemikiran kepada masyarakat, khususnya

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

kepada peneliti yang berkaitan pelaksanaan pembiayaan yang tidak
bertentangan dengan syariat Islam.
b. Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi masyarakat dan BPRS dalam
kegiatan pembiayaan.

G. Definisi Operasional
Untuk menghindari munculnya salah pengertian terhadap judul penelitian
skripsi ini, yaitu “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pembiayaan Multijasa Jangka

Panjang di BPRS Jabal Nur Surabaya”. Maka perlu dijelaskan beberapa istilah
yang berkenaan dengan judul di atas.
Hukum Islam

: Seperangkat aturan yang bersumber dari alQur’an, Hadis dan pendapat ahli hukum Islam
mengenai akad, ija>rah, murabah}ah untuk
menganalisis berkenaan dengan praktik pembiayaan multijasa di BPRS Jabal
Nur Surabaya.

I.

Sistematika Pembahasan
Hasil penelitian ini akan dituangkan dalam laporan berbentuk karya ilmiah
skripsi yang sistematika pembahasannya terdiri dari lima bab, sebagaimana
berikut :
Bab pertama memuat hal-hal yang berkenaan dengan rencana pelaksanaan
penelitian. Hal-hal tersebut dituangkan dalam beberapa sub bab yaitu: latar
belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian
pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional,

25

Ibid., 195.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

metode penelitian dan sistematika pembahasan tentang pembiayaan multijasa
jangka panjang di BPRS Jabal Nur Surabaya.
Dalam bab kedua ini berisi tinjauan umum tentang akad, ija>rah dan

mura>bah}ah menurut hukum yang merupakan pijakan dalam penulisan skripsi
dipilah menjadi tiga sub bab. Sub bab pertama berisi tentang pengertian akad,
unsur-unsur akad, rukun akad, syarat-syarat akad, batal dan berakhirnya akad.
Sub bab kedua berisi uraian tentang pengertian dan dasar hukum ija>rah, serta
rukun dan syarat dan berakhirnya akad ija>rah, fatwa-fatwa DSN-MUI tentang

ija>rah. Sub bab ketiga menyajikan uraian tentang pengertian dan dasar hukum
mura>bah}ah, rukun dan syarat, serta aplikasi akad mura>bah}ah di perbankan
syariah.
Bab

ketiga

menyajikan

deskripsi

hasil

penelitian

dengan

tajuk

“Pembiayaan Multijasa Jangka Panjang di BPRS Jabal Nur Surabaya” deskripsi
dimulai dengan sub bab pertama yang memuat gambaran tentang BPRS Jabal
Nur Surabaya dari aspek sejarah singkat, tujuan, visi dan misi, struktur organisasi

job description, produk dan aplikasi akad. Sub bab kedua memuat proses
pembiayaan BPRS Jabal Nur Surabaya dari permohonan pembiayaan, syaratsyarat calon nasabah pembiayaan, dan tata cara proses pembiayaan. Sub bab
ketiga memuat deskripsi tentang praktik pembiayaan multijasa jangka panjang di
BPRS Jabal Nur Surabaya.
Selanjutnya, pada bab keempat hasil praktik pembiayaan multijasa jangka
panjang di BPRS Jabal Nur Surabaya yang telah dideskripsikan tersebut akan
dianalisis dari perspektif hukum Islam. Bab yang bertajuk “Tinjauan Hukum

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Islam Terhadap Pembiayaan Multijasa Jangka Panjang di BPRS Jabal Nur
Surabaya” ini dibagi uraian analisisnya dalam dua sub bab, yaitu sub bab tentang
“Praktik Pembiayaan Multijasa Jangka Panjang di BPRS Jabal Nur Surabaya”
dan “Tinjauan Hukum Islam terhadap Pembiayaan Multijasa Jangka Panjang di
BPRS Jabal Nur Surabaya”.
Sebagai penutup, pada bab kelima yang merupakan bagian akhir disajikan
kesimpulan dan saran kepada seluruh pihak yang berkaitan dengan hasil
penelitian ini.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG
AKAD, IJA>RAH DAN MURA>BAH}AH

A. Akad
1. Definisi Akad
Kata Akad berasal dari kata al-‘aqd, yang berarti mengikat, menyambung
atau menghubungkan.1 Menurut para ulama fiqh, kata akad didefinisikan sebagai
hubungan antara Ija>b dan qabu>l sesuai kehendak syariat yang menetapkan
adanya akibat-akibat hukum pada objeknya. Akad ini diwujudkan pertama,
dalam ija>b dan qabu>l. Kedua, sesuai dengan kehendak syariat. Ketiga, adanya
akibat hukum pada objek perikatan.2

Ija>b adalah pernyataan pihak pertama mengenai isi perikatan yang
diinginkan, sedang qabu>l adalah pernyataan pihak kedua untuk menerimannya.

Ija>b dan qabu>l itu diadakan dengan maksud untuk menunjukkan adanya sukarela
timbal balik terhadap perikatan yang dilakukan oleh dua pihak yang
bersangkutan.3 Dari pengertian tersebut, akad terjadi antara dua pihak dengan
sukarela, dan menimbulkan kewajiban atas masing-masing secara timbal balik.
Dalam istilah fikih, secara umum akad berarti sesuatu yang menjadi tekad
seseorang untuk melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak, seperti wakaf,

Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010), 68.
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2012), 71.
3
Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalat, (Yogyakarta: UII Press, 2000), 65-66.
1
2

21

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

talak, sumpah, maupun yang muncul dari dua pihak, seperti jual beli, sewa,

wakalah,
(penyataan

dan gadai. Secara khusus akad berarti kesetaraan antara ija>b
penawaran/pemindahan

pemilikan)

dan

qabu>l

(pernyataan

kepemilikan) dalam lingkup yang disyariatkan dan berpengaruh sesuatu.4
Definisi-definisi

tersebut

mengisyaratkan

bahwa,

pertama,

akad

merupakan keterkaitan atau pertemuan ija>b dan qabu>l yang berpengaruh
terhadap munculnya akibat hukum baru. Kedua, akan merupakan tindakan
hukum dari kedua belah pihak. Ketiga, dilihat dari tujuan dilangsungkannya
akad, ia bertujuan untuk melahirkan akibat hukum baru.5 Dalam Islam tidak
semua bentuk kesepakatan atau perjanjian dapat dikategorikan sebagai akad,
terutama kesepakatan yang tidak didasarkan pada keridhaan dan syari’at Islam.6
2. Unsur-unsur Akad
a. Pertalian Ija>b dan qabu>l

Ija>b adalah pernyataan suatu kehendak oleh pihak pertama untuk melakukan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Qabul> adalah pernyataan menerima
atau menyetujui kehendak tersebut oleh pihak kedua. Ija>b dan qabu>l ini
harus ada dalam melakukan suatu perikatan.
b. Dibenarkan oleh syarak.

Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Press, 2007), 35.
M. Yazid Afandi, Fiqh Muamalah dan Implementasinya Dalam Lembaga Keuangan Syariah ,
(Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009), 33.
6
Abdul Hayyie al-Kattani, Terjemah Al-Fiqh Al-Islamiy wa Adillatuhu, Juz 5, (Jakarta : Gema Insani,
2011), 420.
4

5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Akad yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan aturan syariat baik
dalam al-Qur’an maupun hadis. Pelaksanaan akad, objek akad,

maupun

tujuan akad tidak boleh bertentangan dengan hukum Islam. Karena jika
bertentangan, akan mengakibatkan akad tersebut tidak sah. Misalnya jual
beli dengan objek barang haram atau suatu perikatan yang mengandung riba.
c. Mempunyai akibat hukum terhadap objeknya.
Akad merupakan tindakan hukum (tas}arruf). Adanya akad memberikan
konsekuensi hak kewajiban yang mengikat bagi para pelakunya dan
menimbulkan akibat hukum terhadap objek hukum yang diperjanjikan.7
3. Rukun Akad
Rukun adalah bagian-bagian yang membentuk sesuatu, sehingga sesuatu
itu terwujud karena adanya unsur-unsur tersebut yang membentuk. Rumah
misalnya terbentuk karena adanya unsur-unsur yang membentuknya yaitu
fondasi, tiang, atap, dan lantai. Menurut para ulama kontemporer, sebagaimana
yang dikemukakan al-Zarqa’, rukun yang membentuk akad ada empat, yaitu:
a. Para pihak yang berakad (al-‘an),
b. Pernyataan kehendak para pihak (s}higatul-‘aqd),
c. Objek akad (mahallul-‘aqd), dan
d. Tujuan akad (maud}u-> ‘aqd).8

7
8

Gemala Dewi et al., Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), 53.
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah…, 95-96.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Bagi ulama Hanafiyah berpendapat bahwa rukun akad hanyalah Ija>b dan

qabu>l. Bagi ulama Hanafi, yang dimaksud dengan rukun akad adalah unsur-unsur
pokok yang membentuk akad. Sedangkan akad adalah pertemuan kehendak para
pihak dan kehendak itu diungkapkan melalui pernyataan kehendak yang berupa
ucapan atau bentuk ungkapan lain dari masing-masing pihak. Oleh karena itu
unsur pokok yang membentuk akad itu hanyalah pernyataan kehendak masingmasing pihak berupa Ija>b dan qabu>l. Adapun para pihak dan objek akad adalah
suatu unsur luar, bukan merupakan esensi akad, sehingga tidak termasuk rukun
akad.
Namun ulama Hanafiyah mengakui bahwa para pihak dan objek harus ada
dalam pembentukan akad. Hanya saja pihak dan objek akad ini berada di luar
akad, sehingga tidak dinamakan rukun. Rukun hanyalah substansi-substansi
internal yang membentuk akad, yaitu Ija>b dan qabu>l saja. Para fukaha selain
ulama Hanafiyah dan al-Zarqa’ berpendapat bahwa akad memiliki tiga rukun,
yaitu orang yang berakad (‘a>qid), sesuatu yang diakadkan (ma‘qu>d ‘alaih), dan

s}ighat.9
4. Syarat-syarat Akad
Ada beberapa macam syarat akad, yaitu syarat terjadinya akad, syarat
sah, syarat keabsahan akad, dan syarat berlakunya akibat hukum sebagai berikut:

9

Ibid., 97.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

a. Syarat Terjadinya Akad
Syarat terjadinya akad adalah segala sesuatu yang disyariatkan untuk
terjadinya akad secara syarak. Jika tidak memenuhi syarat tersebut, akad
menjadi batal. Syarat ini terbagi dua, yaitu:
1. Syarat umum adalah syarat yang harus ada pada setiap akad.
2. Syarat khusus adalah syarat-syarat yang wujudnya wajib ada dalam
sebagian akad, syarat khusus ini juga disebut sebagai tambahan yang
harus ada disamping syarat-syarat yang umum, seperti syarat adanya
saksi dalam pernikahan.10
b. Syarat Keabsahan Akad
Syarat sah akad adalah segala sesuatu yang disyaratkan syara’ untuk
menjamin dampak keabsahan akad. Jika tidak terpenuhi, akad tersebut rusak.
Ada kekhususan syarat sah akad pada setiap akad. Ulama Hanafiyah
mensyaratkan terhindarnya seseorang dari enam kecacatan dalam jual beli,
yaitu kebodohan, paksaan, pembatasan waktu, perkiraan, ada unsur
kemudharatan, dan syarat-syarat jual beli rusak (fasid).11\
c. Syarat Berlakunya Akibat Hukum
Suatu akad dinyatakan sah adalah akad yang telah memenuhi rukun,
syarat terbentuknya, dan syarat keabsahannya. Akad yang sah dapat dibeda-

10
11

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), 35.
Syafe’i Rahmat, Fiqh Muamalah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2004), 65.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

kan menjadi dua yaitu:
1) Akad mawqu>f, akad yang sah tetapi belum dapat dilaksanakan akibat
hukumnya karena belum memenuhi syarat berlakunya akibat hukum.
2) Akad na>fidh, akad yang sah dan dapat dilaksanakan akibat hukumnya
karena telah memenuhi syarat berlakunya akibat hukum.
Supaya akad yang sah dan dapat dilaksanakan akibat hukumnya, maka
akad sudah sah itu harus memenuhi dua syarat berlakunya akibat hukum,
yaitu:
1) Adanya kewenangan sempurna atas objek akad.
2) Adanya kewenangan atas tindakan hukum yang dilakukan.12
5. Batal dan Berakhirnya Akad
Suatu akad menjadi sah apabila rukun-rukun dan syarat-syarat tersebut
dipenuhi, dan tidak sah apabila rukun dan syarat yang dimaksud tidak terpenuhi.
Akan tetapi, oleh karena syarat-syarat akad itu beragam jenisnya dan sejauh
mana rukun dan syarat dapat terpenuhi, maka kebatalan dan keabsahannya akad
itu dibedakan menjadi beberapa tingkatan menurut Madzab Hanafi yaitu dari
urutan akad yang paling tidak sah sampai dengan yang paling tinggi
keabsahannya yaitu:

12

Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah…, 102-104.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

a) Akad batil
Ahli-ahli hukum Hanafi mendefinisikan akad batil secara singkat sebagai
akad yang secara syarak tidak sah pokok dan sifatnya. Yang dimaksud akad

batil yang pokoknya tidak memenuhi rukun dan syarat terbentuknya akad.
Akad batil tidak melahirkan hukum apapun.13
b) Akad fasid
Mayoritas ahli hukum Islam, Maliki, Syafi’i dan Hambali, tidak membedakan
antara akad batil dan akad fasid. Hal membuat hukum keduanya sama-sama
merupakan akad yang tidak ada

wujudnya dan tidak sah, karena tidak

menimbulkan akibat hukum apapun. Menurut ahli-ahli hukum Hanafi, akad

fasid adalah akad yang menurut syara’ sah pokoknya, tetapi tidak sah
sifatnya. Yang dimaksud dengan pokok di sini adalah rukun-rukun dan
syarat-syarat terbentuknya akad, dan yang dimaksud dengan sifat adalah
syarat-syarat keabsahan akad. 14
c) Akad mawqu>f
Akad yang sah karena sudah memenuhi rukun dan syarat terbentuknya
maupun syarat keabsahannya, namun akibat hukumnya belum dapat
dilaksanakan.15

13

Ibid., 246.
Ibid., 248-249.
15
Ibid., 252
14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

d) Akad na>fidh ghair lazim
Akad na>fidh adalah akad yang sudah dapat diberlakukan atau dilaksanakan
akibat hukumnya. Akad ini adalah lawan dari akad maukuf yang akibat
hukumnya terhenti dan belum dapat dilaksanakan karena para pihak yang
membuatnya tidak memenuhi salah satu syarat dalam berlakunya akibat
hukum secara langsung, yaitu memiliki kewenangan atas tindakan dan atas
obyek akad. Apabila kedua syarat ini telah penuhi, maka akadnya menjadi
akad na>fidh. Akad na>fidh ghair lazim adalah akad yang tidak mengikat penuh
dalam arti masing-masing pihak atau salah satu mempunyai hak untuk men-

fasakh (membatalkan) akad secara sepihak.16
Madzab-madzab yang lain tidak membedakan akad batal dan akad fasid,
bagi mereka keduanya adalah sama, yaitu sama-sama merupakan akad yang batal
dan tidak ada wujudnya sehingga tidak memberikan akibat hukum apapun.17
Suatu akad dipandang berakhir apabila telah tercapai tujuannya, selain
itu akad dipandang berakhir apabila terjadi fasakh (pembatalan). Sebab-sebab
terjadinya fasakh sebagai berikut:
a. Di-fasakh (dibatalkan), karena adanya hal-hal yang tidak dibenarkan syariat,
akad yang fasid (rusak),
b. Dengan sebab adanya khiya>r syarat, khiya>r ‘aib, atau kiya>r ru’yah.

16
17

Ibid., 256.
Ibid., 244.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

c. Salah satu pihak denga persetujuan pihak lain membatlkan karena merasa
menyesal atas akad yang baru saja dilakukan. Fasakh ini disebut iqa>lah.
d. Karena kewajiban yang ditimbulkan, oleh adanya akad tidak dipenuhi pihakpihak yang bersangkutan.
e. Karena habis waktunya, seperti akad sewa menyewa berjangka waktu
tertentu dan tidak dapat diperpanjang.
f. Karena tidak dapat izin dari pihak yang berwenang.
g. Karena kematian.18

B. Ija>rah
1. Definisi Ija>rah
Lafal al-ija>rah dalam bahasa Arab berarti upah, sewa, jasa, atau
imbalan.19 Secara etimologi al-ija>rah berasal dari kata al-ajru yang berarti al-

iwadhu / pengantian, dari sebab itulah ath-thawa>b dalam konteks pahala dinamai
juga al-ajru / upah.20 Ija>rah juga dapat diartikan menjual manfaat,21 yaitu akad
atas suatu kemanfaatan yang kemudian mendapat imbalan. Al-ija>rah merupakan
salah satu bentuk kegiatan muamalah dalam memenuhi keperluan hidup

M. Quraishi Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), 102.
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2007), 228.
20
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Beirut: Dar Kitab al-Arabi, 1971), 177.
21
Syafei Rahmat, Fiqh Muamalah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2004), 121.
18

19

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

manusia, seperti sewa menyewa, kontrak, atau menjual jasa perhotelan dan lainlain.22
Secara terminologi, ada beberapa definisi al-ija>rah yang dikemukakan
para ulama fiqh. Menurut ulama Hanafiyah mengatakan bahwa ija>rah adalah
akad

atas

manfaat

disertai

imbalan.23

Ulama

Hanafiyah

berpendapat

sebagaimana ta’li>q menggantungkan dalam jual beli maka ta’li>q dalam ija>rah
juga tidak sah.24
Menurut ulama Syafi’iyah yang dimaksud dengan ija>rah ialah sebagai
akad atas suatu manfaat mengandung maksud tertentu, mubah, serta dapat
didermakan dan kebolehan dengan pengganti tertentu.25 Ulama Malikiyah
mendefinisikan ija>rah adalah menjadikan milik suatu kemanfaatan yang mubah
dalam masa tertentu dengan pengganti.26 Menurut ulama Hanabilah, ija>rah
adalah suatu akad atas manfaat yang bisa sah dengan lafal ija>rah dan kara’ dan
semacamnya.27
Dari definisi-definisi tersebut diatas dapat di kemukakan bahwa pada
dasarnya tidak ada perbedaan yang prinsip diantara para ulama dalam
mengartikan ija>rah. Dari definisi tersebut dapat diambil intisari bahwa ija>rah

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah…, 228.
Ibid.
24
Abdul Hayyie al-Kattani, Terjemah Al-Fiqh Al-Islamiy wa Adillatuhu, Juz 5…, 387.
25
Ibid.
26
Syafei Rahmat, Fiqh Muamalah…, 122.
27
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Amzah, 2013), 317.
22

23

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

adalah akad atas suatu manfaat dalam masa tertentu dengan adanya
imbalan/pengganti.
2. Landasan Hukum Ija>rah
Hampir semua ulama’ fikih sepakat bahwa ija>rah disyariatkan dalam
Islam. Adapun golongan yang tidak menyepakati di antaranya seperti, Abu
Bakar al-Asham, Ismail bin Ulayyah, Hassan Basri, al-Qasyani, an-Nahrawani,
dan Ibnu Kaisan. Mereka berpendapat bahwa ija>rah adalah menjual manfaat,
padahal manfaat-manfaat tersebut tidak pernah ada saat melakukan akad, hanya
dengan berjalannya waktu akan terpenuhi sedikit demi sedik