PENGORGANISASIAN DI LEMBAGA DAKWAH NAHDLATUL ULAMA (LDNU) JAWA TIMUR.

(1)

PENGORGANISASIAN DI LEMBAGA DAKWAH NAHDLATUL ULAMA (LDNU) JAWA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)

Oleh:

Nur Qolbi Arifandi NIM. B74212070

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Nur Qolbi Arifandi. 2016. Pengorganisasian di Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Jawa Timur, Program Studi Manajemen Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya. H. Mufti Labib, Lc., MCL

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini yakni mengenai. Bagaimana pengorganisasian di Lembaga Dakwah Nahdlatul Uama (LDNU) Jawa Timur?

Untuk mengidentifikasi persoalan tersebut secara mendalam dan menyeluruh peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi dan dokumentasi. Fokus masalah penelitian ini terletak pada pengorganisasian di Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU). Untuk menjawab rumusan masalah penelitian ini menggunakan jenis penelitian fenomenologi dengan metode pengumpulan data, analisis, dan menulis. Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan sekunder yang diperoleh dari informan serta dokumen mengenai jenis data-data yang dibutuhkan. Adapun untuk menguji keabsahan data peneliti menggunakan triangulasi.

Penelitian ini memperoleh hasil yaitu penerapan pengorganisasian di Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Jawa Timur mempunyai beberapa hal menarik diantaranya spesialisasi kerja memilih pengurus untuk merumuskan program-program dan menentukan job description yang akan dilaksanakan, departementalisasi hal ini diperlihatkan dengan adanya pembagian bidang-bidang yang meliputi bidang Organisasi, Pendidikan dan Kaderisasi, bidang Penerangan dan Penerbitan, bidang Penelitian dan Pengembangan, serta bidang Humas dan Kerjasama, Rantai Komando, dan Rentang Kendali.

Kata Kunci: Spesialisasi, Departementalisasi, Rantai Komando, Rentang Kendali, LDNU Jawa Timur.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN ... vi

HALAMAN PERSETUJUAN... vii

HALAMAN PENGESAHAN... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL... xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 2

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Konsep... 8

F. Sistematika Pembahasan ... 9

BAB II KAJIAN TEORI ... 11

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 12

B. Pengorganisasian ... 14

C. Macam-macam Bentuk pengorganisasian... 19

1. Spesialisasi Kerja (Pembagian Kerja)... 19


(8)

3. Rantai Komando... 21

4. Rentang Kendali... 22

D. Pengorganisasian dalam Perspektif Islam ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 27

B. Lokasi Penelitian... 28

C. Jenis dan Sumber Data ... 28

D. Tahap-tahap Penelitian... 29

E. Teknik Pengumpulan Data... 32

F. Teknik Validitas Data ... 35

G. Teknik Analisa Data... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN... 40

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 41

1. Sejarah Berdirinya LDNU... 41

2. Perangkat Organisasi... 45

3. Visi dan Misi ... 52

4. Program Kerja ... 56

5. Struktur... 59

B. Penyajian Data ... 63

C. Analisa Data ... 71

BAB V PENUTUP... 77

A. Kesimpulan ... 78

B. Saran dan Rekomendassi... 79


(9)

DAFTAR PUSTAKA ...80 LAMPIRAN-LAMPIRAN...83


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Struktur Organisasi Fungsional ...18

Gambar Struktur organisasi Matriks ...18

Gambar Teknik Pengumpulan Data ...33

Gambar Kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama ...52

Gambar Lambang Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama ...55


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Penelitian Terdahulu...12 Tabel Program Kerja Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama...56


(12)

2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manajemen berasal dari kata to manage, yang artinya mengatur atau mengelola. Pengaturan dilakukan melalui proses yang diatur berdasarkan urutan-urutan dan fungsi-fungsi manajemen itu, jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.1

Dalam sejarah perkembangannya manajemen telah masuk dalam ranah agama, tradisi, adat istiadat dan sosial budaya. Hal ini karena yang utama dalam manajemen adalah aspek sosial kemasyarakatan yang berbentuk organisasi. Organisasi diperlukan karena manusia terbatas pada kemampuan dan pengetahuannya, dan pengertian organisasi adalah kumpulam orang-orang yang berkerjasama dalam berbagai aspek kehidupan.2

Manajemen merupakan serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasi, menggerakkan, mengendalikan dan mengembangkan segala upaya dalam mengatur dan memanfaatkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.3

1

Nana Herdiana Abdurrahman,Manajemen Bisnis Syariah & Kewirausahaan,(Bandung : Pustaka Setia, 2013), hal. 19

2

Widjaya,Perencanaan Sebagai Fungsi Manajemen, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1987), hal. 5 3


(13)

Manaje pengorganisasi karya ilmiah manajemen. F Pengor orang, alat-ala rupa sehingga suatu kesatuan Pengorganisasi wadah, akan dilakukan seca surah Ash-Sha

Artiny

4

M. Munir dan Wahyu Ila 5

Anwar Abu Bakar, Al-M 2008), hal: 118

najemen mempunyai beberapa fungsi. Yaitu, sasian, pengarahan, pemotivasian dan kepemi

h ini, penulis akan memfokuskan pada sal n. Fungsi manajemen yang dimaksud adalah pen

organisasian adalah seluruh proses pengelom alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewena gga tercipta suatu organisasi yang dapat dige uan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang t

sasian dalam pandangan Islam bukan semata-m an tetapi lebih menekankan bagaimana pe secara rapi, teratur, dan sistematis.4 Hal ini ter

haff ayat 4 juga dijelaskan pentingnya pengorg

nya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang berperang di jalan-Nya dalam barisan seakan-akan seperti bangunan yang tersusun

4

Ilaihi,Manajemen Dakwah,(Jakarta: PRENADA MEDI 5

-Muyassar, Al-Qur’an dan Terjemahan., (Bandung: Sina

3

itu, perencanaan, mimpinan. Dalam salah satu fungsi h pengorganisasian.

ompokkan orang-enang sedemikian digerakkan sebagai g telah ditentukan. a-mata merupakan pekerjaan dapat terkandung dalam rganisasian:

orang-orang yang san yang teratur rsusun kokoh.”5

4

DIA, 2006), hal. 117 5


(14)

Dari ke orang-orang pengorganisasi yang teratur a bahwa jika sebua lembaga tersebut

Pada pr rumusan strukt jawab. Jadi, y jawab, bukan sangat perhat sebagaimana para sahabat unt persuasif dan ayat 159 dijela

6

M. Munir dan Wahyu Ila

keterangan surat diatas, menjelaskan bahwa dalam barisan yang teratur, artinya sasian. Dalam sebuah organisasi atau tim harus

agar terorganisir dengan baik. Dan di ayat ter sebuah lembaga mempunyai sistem yang baik da sebut akan menjadi kokoh atau terorganisir.

proses pengorganisasian ini akan mengha uktur organisasi dan pendelegasian wewenan , yang ditonjolkan adalah wewenang yang men bukan tanggung jawab yang mengikuti wewenan

atian dalam memandang tanggung jawab na yang dicontohkan oleh Rosulullah SAW.

t untuk berpartisipasi melalui pendekatan emapa n musyawarah.6Ini dibahas dalam Al-Qur’an

elaskan pentingnya bermusyawarah:

6

Ilaihi,Manajemen Dakwah.(Jakarta: Prenada Media, 20

4

a Allah menyukai a disini adalah us memiliki sistem terakhir dijelaskan k dan benar, maka

nghasilkan sebuah ang dan tanggung engikuti tanggung ang. Islam sendiri b dan wewenang . yang mengajak apati yang sangat

n surah Ali-Imron

6


(15)

5

Artinya: “Maka disebakan dari rahmat Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi bersikap kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekat, maka bertawakkallah kepada Allah, sesunggunya Allah menyukai orang-orang yang betawakkal kepada-Nya”.7

Dalam sebuah organisasi jika tidak ada koordinasi yang baik, akan menjadi masalah tersendiri, melihat penggalan surat diatas, peran pimpinan sangat diperlukan. Ketegasan, pengambilan keputusan dan kebijakan harus diambil dengan langkah yang baik. Agar tidak terjadi masalah dalam sebuah organisasi/lembaga perlu diadakan rapat atau musyawarah guna masalah yang sudah ada bisa diselesaikan dengan baik dan kembali pada tujuan yang sudah ditentukan.

Di suatu organisasi baik itu profit maupun non profit pasti mempunyai struktur organisasi. Struktur organisasi dibuat untuk mengetahui wewenag dan tanggung jawab tugas yang sudah ditentukan dan mempermudah segala urusan agar tujuan cepat tecapai secara efektif dan efisien. Dalam organisasi modern ada beberapa bentuk struktur organisasi yang secara formal disusun menurut fungsi dan dalam bentuk matriks.8 Struktur organisasi fungsional menghimpun seluruh individu yang terlibat dalam suatu aktivitas atau beberapa aktivitas yang berkaitan dalam suatu departemen. Sebagai contoh, organisasi yang dibagi menurut 7

Anwar Abu Bakar, Al-Muyassar, Al-Qur’an dan Terjemahan., (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008), hal: 136

8


(16)

6

fungsi dapat memiliki bagian pendidikan, pengembangan, penelitian dan humas. Seorang manajer pada organisasi tersebut akan bertanggungjawab atas bagiannya masing-masing. Struktur organisasi matriks berusaha memaksimalkan keunggulan dan meminimalkan kelemahan dari struktur organisasi fungsional. Terdapat cirri khas dari struktur organisasi matriks yaitu system otoritas ganda. Organisasi fungsisional yang tradisional dan organisasi yang berdasrkan produk menjalankan rantai komando yang keras.

Organisasi dakwah merupakan alat untuk pelaksanaan dakwah agar mencapai tujuan yang telah ditentukan secara efektif dan efisien. Mengorganisir dakwah berarti menghimpun atau mengatur sumber daya manusia dan tenaga ke dalam suatu kerangka struktur dan hubungan menurut pola tertentu sehingga dapat melakukan kegiatan dakwah secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.9

LDNU adalah salah satu lembaga yang terbentuk didalam tubuh NU bertugas untuk melaksanakan kebijakan di bidang pengembangan dakwah agama Islam yang menganut faham ahlussunnah wal jamaah. Banyak tokoh-tokoh masyarakat yang sebenarnya mempunyai latar bekang dakwah bersatu dalam lingkup sebuah lembaga yang mengutamakan pengembangan dakwah. Manajemen pengorganisaian dakwah ini menarik untuk dibahas karena dari tokoh yang sudah mempunyai jadwal sendiri bergabung dalam suatu lembaga.

9

Zaini Mukhtarom,Dasar-dasar Manajemen Dakwah,(Yogyakarta: Al Amien dan IKFA, 1996), hal. 15


(17)

7

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti membatasi permasalahan kedalam perumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana Pengorganisasian di Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Jawa Timur?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui pengorganisasian di lembaga dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Jawa Timur.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

1) Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi para peneliti lain maupun masyarakat umum serta diharapkan dapat memberikan manfaat guna menambah pengetahuan yang berkaitan dengan studi pengorganisasian dakwah.

2) Menjadi bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi pihak-pihak tertentu guna menjadikan skripsi ini menjadi acuan untuk penelitian lanjutan terhadap objek sejenis.


(18)

8

2. Manfaat Praktis

1) Sebagai masukan dan saran evaluasi LDNU sehingga mampu mengetahui faktor-faktor manakah yang sangat berpengaruh dalam membangun pengorganisasian dakwah.

2) Sebagai kajian para peneliti yang dapat mengambil poin-poin pembelajaran dari pnelitian ini dan diharapkan wacana tentang pengorganisasian ini berkembang ke arah yang lebih baik.

3) Menambah wawasan bagi praktisi organisasi. Bahwa pengorganisasian sangat penting dalam sebuah organisasi.

E. Definisi Konsep

Pengorganisasian adalah seluruh proses pengelompokan orang-orang, alat-alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.10 Jadi, manajemen pengorganisasian bisa diartikan sebagai suatu fungsi manajamen yang spesifik (pengorganisasian) untuk mencapai suatu organisasi dakwah yang efektif dan efisien. Dalam penelitian ini, yang nantinya akan di jelaskan pada kerangka teori dan acuan untuk melakukan penelitian yaitu mengenai masalah tentang spesialisasi kerja (pembagian kerja), departementasilisasi kerja (pengelompokan kerja), rantai komando dan rentang kendali.

10

M. Munir dan Wahyu Ilaihi,Manajemen Dakwah,(Jakarta: PRENADA MEDIA, 2006), hal. 117


(19)

9

F. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini akan dirancang menjadi lima bab. Di bab pertama, pembahasan ditekankan pada fokus penelitian, yaitu manajemen pengorganisasian dakwah. Dari fokus ini, terumuskan masalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Agar memperoleh pemahaman fokus penelitian dengan benar, maka alasan munculnya fokus serta konseptualisasi dikemukakan dalam bab pertama. Demikian pula, fokus penelitian yang dibahas dalam studi kepustakaan.

Dalam bab kedua dibahas tentang teori yang menjadi pondasi dari latar belakang di atas yaitu teori manajemen yang kemudian digabungkan dengan teori pengorganisasian dakwah. Sebelum masuk pada teori, ada penelitian terdahulu yang relevan guna untuk refrensi dan perbandingan penelitian agar penelitian yang dilakukan terfokus dan ada batasan.

Dalam bab ketiga, peneliti membahas metode penelitian, jenis data penelitian menjadi patokan awal dalam menentukan pendekatan dan jenis penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan teknik pengumpulan data dan teknik analisa data yang sudah didapatkan.

Dalam bab keempat, pembahasan tentang data di lapangan digambarkan dan dijelaskan apa adanya hingga memperoleh hal-hal di balik fenomena. Agar data memiliki makna, perlu konfirmasi dengan teori. Hasil konfirmasi ini berupa analisa dan temuan penelitian yang dibahas dalam bab keempat.


(20)

10

Dalam bab kelima, temuan data merupakan jawaban atas rumusan masalah yang dibahas secara singkat dalam bab keempat. Karena hanya ada satu rumusan masalah, maka kesimpulannya juga satu. Berdasarkan kesimpulan ini, saran-saran diajukan dengan dua sasaran, sesuai dengan kegunaan penelitian, yaitu saran teoritis dan saran praktis.


(21)

12

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dalam konteks ini penulis telah membaca dan mencari dari penelitian yang sudah dilakukan peneliti lain terutama dengan tema manajemen pengorganisasian dakwah. Ada beberapa penelitian yang dianggap relevan untuk mendukung dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:

\

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Judul

Manajemen Pengorganisasian Dakwah Di Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Jawa Timur

Penelitian Yang Dianggap Relevan

No Judul Persamaan Perbedaan Rumusan

Masalah 1. Manajemen Pengorganisasian Yayasan Hasyim Asy’ari Yogyakarta (Jamiluddin, 2011)

1. Beberapa teori ada yang sama, yaitu:

spesialisasi kerja,

departementalis asi dan rantai komando. 2. Objek penelitian sama-sama pada lembaga Islam. 1. Ada tambahan teori yaitu rentang kendali. 1. Bagaimana Manajemen Pengorganisa sian di Yayasan Hasyim Asy’ari? 2. Fungsi Pengorganisasian Dakwah Di Dewan Pengurus

1. Hampir mirip dengan penelitian sebelumnya, 1. Ada tambahan bentuk pengorganisa 1. Bagaimana penerapan fungsi pengorganisa


(22)

13 Daerah Partai Keadilan Sejahtera Kota Yogyakarta (Siti Latifah, 2008) penelitian ini menggunakan teori yang sama dan menggunakan tiga bentuk pengorganisasi an, yaitu: spesialisasi kerja, departementali sasi kerja dan rentang kendali. 2. Judul penelitain fokus pada pengorganisasi an dakwah. sian yaitu rantai komando. 2. Objek penelitian ini pada partai politik. sian dakwah di Dewan Pengurus Daerah Partai Keadilan Sejahtera Kota Yogyakarta? 3. Manajemen Pengorganisasian Majalah Suara Muhammadiyah Kecamatan Gondomangan Kota Yogyakarta (Studi Kasus pada Departemen Redaksi Majalah Suara Muhammadiyah tahun 2003-2007). (Riyanto, 2008) 1. Pembahasan teori memeliki kesamaan pada bagian pembagian kerja dan departementali sasi.

1. Skripsi milik Riyanto menambaha kan delegasi dan wewenang serta pengambilan keputusan pada teorinya, 2. Objek penilitian Riyanto fokus pada departemen media. 1. Bagaimana Manajemen Pengorganisa sian pada Departemen Redaksi Majalah Suara Muhammadi yah di Kecamatan Gondomanga n Kota Yogyakarta?


(23)

14

B. Pengorganisasian

1. Definisi pengorganisasian

Pengorganisasian adalah seluruh proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.1 Pada proses pengorganisasian ini akan menghasilkan struktur organisasi, wewenang dan tanggung jawab. Jadi, yang ditonjolkan adalah wewenang yang mengikuti tanggung jawab, bukan tanggung jawab yang mengikuti wewenang. Islam sendiri sangat perhatian dalam memandang tanggung jawab dan wewenang sebagaimana yang dicontohkan oleh Rosulullah SAW. yang mengajak para sahabat untuk berpartisipasi melalui pendekatan secara musyawarah.

Ada beberapa pengertian pengorganisasian menurut para ahli: a. Dr. H. B. Siswanto, M.Si.

Pengorganisasian adalah sekelompok orang yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk merealisasikan tujuan bersama.2

1

M. Munir dan Wahyu Ilaihi,Manajemen Dakwah.(Jakarta: Prenada Media, 2006), hal. 117 2


(24)

15

b. Ignatius hadiesuprobo

Pengorganisasian adalah memmusatkan perhatiannya pada struktur dan proses alokasi tugas sasaran-sasaran umum yang dapat tercapai.3

c. M. Munir dan Wahyu Ilaihi

Pengorganisasian adalah seluruh proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.4

d. Drs. Bedjo Siswanto

Pengorganisasian adalah sekelompok orang yang menggabungkan diri dengan suatu ikatan norma, peraturan, ketentuan, dan kebijakan yang telah diformulasikan dan masing-masing pihak siap untuk menjalankannya dengan penuh tanggungjawab.5

Jadi, pemahaman akan pengorganisasian dapat dilihat dari beberapa aspek. Yaitu, ada sumber daya manusia, kerja sama, mempunyai wewenang dan tanggung jawab serta memiliki tujuan yang jelas.

Organisasi dakwah merupakan alat untuk pelaksanaan dakwah agar mencapai tujuan yang telah ditentukan secara efektif dan efisien. 3

Ignatius Hadiesuprobo,Dasar-Dasar Manajemen,(Jakarta: Erlangga, 1983), hal. 70 4

M. Munir dan Wahyu Ilaihi,Manajemen Dakwah.(Jakarta: Prenada Media, 2006), hal. 117 5


(25)

16

Mengorganisir dakwah berarti menghimpun atau mengatur sumber daya manusia dan tenaga ke dalam suatu kerangka struktur dan hubungan menurut pola tertentu sehingga dapat melakukan kegiatan dakwah secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.6

Pada bagian di atas telah disinggung, bahwa pengorganisasian itu memiliki arti penting bagi proses dakwah dan dengan pengorganisasian rencana dakwah akan lebih mudah aplikasinya. Untuk itu pada dasarnya tujuan dari pengorganisasian dakwah adalah:7

a. Membagi kegiatan-kegiatan dakwah menjadi departemen-departemen atau divisi-divisi dan tugas-tugas yang terperinci dan spesifik.

b. Membagi kegiatan dakwah serta tanggung jawab yang berkaitan dengan masing-masing jabatan atau tugas dakwah.

c. Mengkoordinasikan berbagai tugas organisasi dakwah.

d. Mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan dakwah ke dalam unit-unit. e. Membangun hubungan di kalangan da’i, baik secara individual,

kelompok, dan departemen.

f. Menetapkan garis-garis wewenang formal.

g. Mengalokasikan dan memberikan sumber daya organisasi dakwah.

6

Zaini Mukhtarom,Dasar-dasar Manajemen Dakwah,(Yogyakarta: Al Amien dan IKFA, 1996), hal. 15

7


(26)

17

h. Dapat menyalurkan kegiatan-kegiatan dakwah secara logis dan sistematis.

2. Struktur organisasi

Di suatu organisasi baik itu profit maupun non profit pasti mempunyai struktur organisasi. Struktur organisasi dibuat untuk mengetahui wewenag dan tanggung jawab tugas yang sudah ditentukan dan mempermudah segala urusan agar tujuan cepat tecapai secara efektif dan efisien. Dalam organisasi modern ada beberapa bentuk struktur organisasi yang secara formal disusun menurut fungsi dan dalam bentuk matriks.8

a. Struktur organisasi fungsional

Struktur organisasi fungsional menghioun seluruh individu yang terlibat dalam suatu aktivitas atau beberapa aktivitas yang berkaitan dalam suatu departemen. Sebagai contoh, organisasi yang dibagi menurut fungsi dapat memiliki bagian pendidikan, pengembangan, penelitian dan humas. Seorang manajer pada organisasi tersebut akan bertanggungjawab atas bagiannya masing-masing.

8


(27)

18

Gambar 2.1.

Contoh Struktur Organisasi Fungsional

b. Struktur organisasi matriks

Struktur urganisasi matriks berusaha memaksimalkan keunggulan dan meminimalkan kelemahan dari struktur organisasi fungsional. Terdapat cirri khas dari struktur organisasi matriks yaitu system otoritas ganda. Organisasi fungsisional yang tradisional dan organisasi yang berdasrkan produk menjalankan rantai komando yang keras.

Gambar 2.2.

Contoh Struktur Organisasi Matriks Ketua

Umum

Kepala Bagian Umum Kepala Bagian

Pendidikan

Kepala Bagian Pengembangan

Kepala Bagian Humas

Ketua Umum

Kepala Bagian Umum Kepala Bagian

Pendidikan

Kepala Bagian Pengembangan

Kepala Bagian Humas

Pendidikan Madrasah


(28)

19

C. Macam-Macam Bentuk Pengorganisasian 1. Spesialisasi Kerja (Pembagian Kerja)

Manajemen spesialisasi kerja diartikan sebagai tingkat kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang ditekuninya, dan tugas-tugas organisasi dibagi menjadi pekerjaan-pekerjaan terpisah

“pembagian kerja”. Hakikat spesialisasi kerja adalah suatu kegiatan

yang dilakukan oleh seorang individu akan menjadi lebih baik jika pekerjaan tersebut dipecah-pecah menjadi sejumlah langkah, dan tiap langkah diselesaikan oleh seorang individu yang berlainan.9 Jadi, setiap individu memiliki spesialisasi dalam mengerjakan bagian dari suatu kegiatan, bukan mengerjakan seluruh kegiatan.

Permasalahan yang berhubungan dengan pembagian kerja bertalian dengan sampai seberapa jauh pekerjaan dispesialisasi. Seluruh pekerjaan dispesialisasi sampai suatu tingkat dan kemampuan untuk membagi pekerjaan di antara pemegang pekerjaan. Berikut keuntungan yang diperoleh atas adanya spesialisasi pekerjaan.

a. Apabila suatu pekerjaan terdiri atas sedikit tugas, manajemen mudah memberikan pelatihan penggantinya bagi bawahan diberhentikan, dimutasikan atau mangkir. Aktivitas pelatihan yang minimum akan memerlukan biaya alokasi yang renda.

b. Apabila suatu pekerjaan hanya memerlukan tugas yang sedikit jumlahnya, bawahan dapat menjadi ahli dalam melaksanakan tugas

9

M. Munir dan Wahyu Ilaihi ,Manajemen Dakwah,(Jakarta: PRENADA MEDIA, 2006),hal. 120


(29)

20

tersebut. Keahlian yang tinggi akan menghasilkan keluaran yang lebih baik.10

Prinsip pembagian kerja adalah dengan adanya spesialisasi, jumlah objek yang harus diperhatikan dan dikerjakan orang menjadi berkurang dan spesialisasi sebagai cara yang paling baik untuk memanfaatkan orang dan kelompok orang.11

2. Departementalisasi (Pengelompokan Kerja)

Setelah unit kerja dakwah dibagi-bagi melalui spesialisasi kerja, maka selanjutnya diperlukan pengelompokan pekerjaan-pekerjaan yang diklasifikasikan melalui spesialisasi kerja, sehingga tugas yang sama atau mirip dapat dikelompokkan secara bersama-sama, sehingga dapat dikoordinasikan.12Dalam bentuk ini, semua kerja yang tugasnya sama dikelompokkan menjadi satu bidang sehingga dapat terkoordinasikan. Sebagai contoh, departemen financial berarti ada pada bagian administrasi.

Departementalisasi kerja adalah proses penentuan deretan dan kedalaman pekerjaan individu, yaitu jumlah tugas organisasi dipecah-pecah ke dalam beberapa tugas yang lebih kecil dan berurutan. Selanjutnya, tugas yang dibagi harus digabungkan kedalam kelompok.

10

H. B. Siswanto,Pengantar Manajemen,(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013), hal. 86 11

H. B. Siswanto,Pengantar Manajemen,(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013), hal. 98

12

M. Munir dan Wahyu Ilaihi ,Manajemen Dakwah,(Jakarta: PRENADA MEDIA, 2006),,hal. 125


(30)

21

Proses penggabungan pekerjaan ke dalam kelompok dinamakan departementalisasi.13

3. Rantai Komando

Rantai komando adalah sebuah garis wewenang yang tidak terputus yang membentang dari tingkat atas organisasi terus sampai tingkat paling bawah dan menjelaskan hasil kerja dakwah ke departemen masing-masing.14

Salah satu prinsip organisasi adalah rantai komando. Rantai komando artinya tidak ada satu orangpun anggota suatu organisasi melapor lebih dari satu orang atasan pada tiap fungsi tunggal. Atasan mempunyai kekuasaan umum, namun ini menjadi maslah-masalah yang kompleks yang sesungguhnya di mana diterapkan beberpa bentuk staf organisasi fungsional. Prinsip suatu rantai komando mungkin dapat bermanfaat dalam suatu perencanaan suatu organisasi, apabila hal ini diartikan sebagai suatu hubungan-hubungan antara atasan dan bawahan.15 Artinya, setiap wewenang dan tanggung jawab kerja yang dilakukan harus ada koordinasi setiap departemen, agar tidak ada kesalahpahaman.

Pada rantai komando akan memberikan sebuah kemudahan bagi para anggota untuk menentukan siapa yang harus dituju jika mereka menemukan beberapa permasalahan dan juga kepada siapa mereka

13

Drs. Bedjo Siswanto,Manajemen Modern,(Bandung: Sinar Baru, 1990), hal. 89

14

M. Munir dan Wahyu Ilaihi ,Manajemen Dakwah,(Jakarta: PRENADA MEDIA, 2006),, hal. 126

15


(31)

22

harus bertanggungjawab. Ada 3 konsep yang harus diperhatikan dalam rantai komando, yaitu:

a. Wewenang b. Tanggung jawab c. Komando.16

Wewenang mengarah pada hak-hak yang sudah ada pada sebuah posisi departemen untuk memberikan perintah yang harus ditaati. Ketika hak-hak sudah didapat untuk melakukan sesuatu, maka harus melaksanakan kewajibannya. Ini yang dinamakan tanggungjawab. Dan komando dapat membantu menjalankan konsep garis wewenang yang tidak terputus.

4. Rentang Kendali

Rentang kendali merupakan konsep yang merujuk pada jumlah bawahan yang dapat disupervisi oleh seorang manajer secara efisien dan efektif.17

Rentang kendali juga merupakan tingkat pengendalian atau tingkat delegasi tanggungjawab. Prinsip ini ada batasan-batasan tertentu terhadap bawahan yang dapat dimanajemeni oleh seorang manajer.18

Konsep rentang kendali dalam pengorganisasian ini karena dapat menentukan jumlah tingkatan dan kuantitas manajer yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Jadi, jika rentang kendali semakin luas atau 16

M. Munir dan Wahyu Ilaihi ,Manajemen Dakwah,(Jakarta: PRENADA MEDIA, 2006),,hal. 127

17

M. Munir dan Wahyu Ilaihi ,Manajemen Dakwah,(Jakarta: PRENADA MEDIA, 2006),,hal. 127

18


(32)

23

semakin le ada masala bisa ditang

Istilah para bawaha

D. Pengorganisasi Pengor orang, alat-ala rupa sehingga suatu kesatuan da

Pengor merupakan w dapat dilakuka dalam surah pengorganisasi

19

M. Munir dan Wahyu Ila 128

20

M. Munir dan Wahyu Ila 117

23

n lebar, maka semakin efisien desain organisasi salah yang sering muncul, yaitu kurangnya efe

ngani dengan cara pelatihan dan pembinaan.19 ah di dalam perusahaan adanya supervisor y

ahan yang berada dalam departemen yang dipi

isasian dalam Perspektif Islam

organisasian adalah seluruh proses pengelom alat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewena gga tercipta suatu organisasi yang dapat dige uan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang te organisasian dalam pandangan Islam buka wadah, akan tetapi lebih menekankan bagai kukan secara rapi, teratur, dan sistematis.20 Ha ah Ash-Shaff ayat 4 juga dijelaska sasian:

19

Ilaihi ,Manajemen Dakwah,(Jakarta: PRENADA MEDI 20

Ilaihi ,Manajemen Dakwah,(Jakarta: PRENADA MEDI

23

sasi tersebut. Tapi efektifitas. Hal ini

9

yang mengontrol dipimpin.

ompokkan orang-enang sedemikian digerakkan sebagai telah ditentukan. bukan semata-mata

aimana pekerjaan al ini terkandung skan pentingnya

19

EDIA, 2006),,hal. 20


(33)

24

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan seperti bangunan yang tersusun kokoh.”21

Dari keterangan surat diatas, menjelaskan bahwa Allah menyukai orang-orang dalam barisan yang teratur, artinya disini adalah pengorganisasian. Dalam sebuah organisasi atau tim harus memiliki sistem yang teratur agar terorganisir dengan baik. Dan diayat terakhir dijelaskan bahwa jika sebuah lembaga mempunyai system yang baik dan benar, maka lembaga tersebut akan menjadi kokoh atau terorganisir.

Pada proses pengorganisasian ini akan menghasilkan sebuah rumusan struktur organisasi dan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab. Jadi, yang ditonjolkan adalah wewenang yang mengikuti tanggung jawab, bukan tanggung jawab yang mengikuti wewenang. Islam sendiri sangat perhatian dalam memandang tanggung jawab dan wewenang sebagaimana yang dicontohkan oleh Rosulullah SAW. yang mengajak para sahabat untuk berpartisipasi melalui pendekatan empati yang sangat persuasif dan musyawarah.22

Ini dibahas dalam Al-Qur’an surah Al-Imron ayat 159 dijelaskan pentingnya bermusyawarah:

21

Anwar Abu Bakar, Al-Muyassar, Al-Qur’an dan Terjemahan., (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008), hal: 1187

22

M. Munir dan Wahyu Ilaihi ,Manajemen Dakwah,(Jakarta: PRENADA MEDIA, 2006), hal. 118


(34)

25

Artiny

Dalam menjadi masa pimpinan sang kebijakan har masalah dalam musyawarah g dan kembali pa

23

Anwar Abu Bakar, Al-M Algensindo, 2008), hal: 13

25

nya: “Maka disebakan dari rahmat Allah-lah lemah lembut terhadap mereka, se bersikap keras lagi bersikap kasar, te menjauhkan diri dari sekelilingmu. maafkanlah mereka, dan bermusyawarahl mereka dalam urusan itu. Kemudian apabi membulatkan tekat, maka bertawakwallah sesunggunya Allah menyukai orang betawakkal kepada-Nya”.23

m sebuah organisasi jika tidak ada koordinasi asalah tersendiri, melihat penggalan surat sangat diperlukan. Ketegasan, pengambilan

arus diambil dengan langkah yang baik. Ag lam sebuah organisasi/lembaga perlu diada h guna masalah yang sudah ada bisa diselesaika

i pada tujuan yang sudah ditentukan.

23

l-Muyassar, Al-Qur’an dan Terjemahan., (Bandung: Sin l: 136

25

lah kamu berlaku sekiranya kamu asar, tentulah mereka u. Karena itu awarahlah dengan apabila kamu telah allah kepada Allah, orang-orang yang

si yang baik, akan surat diatas, peran n keputusan dan Agar tidak terjadi dakan rapat atau saikan dengan baik

23


(35)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari atau alat untuk penelitian. Penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana Manajemen pengorganisasian dakwah di Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara trianggulasi, analisis data bersifat induktif.1

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif descriptive, yaitu menganalisa dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan.2 Metode descriptive tersebut digunakan untuk mendeskripsikan apa yang telah terjadi untuk mendapatkan semua fakta yang berkaitan dengan Manajemen pengorganisasian dakwah di Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Jawa Timur.

1

Sugiyono,Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 1.

2


(36)

28

B. Lokasi Penelitian

Obyek dalam penelitian ini “Pengorganisasian di Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Jawa Timur” yang beralamatkan di Jalan Gayung

Sari Barat No. 9 Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Telp. 031-8288027.

C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti wawancara atau hasil pengisian kuesioner.3 Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari hasil wawancara dan observasi kepada narasumber yaitu kepada pimpinan dan sekretaris Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Jawa Timur.

b. Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber yang berkaitan seperti halnya melalui buku-buku, literatur, artikel, yang didapat dari website yang terkait dengan penelitian ini dan mampu untuk dipertanggungjawabkan. Selain itu, penulis juga dapat menambah pengetahuan dari berbagai majalah, data perusahaan, dan sumber lain untuk melengkapi penulisan tugas akhir

3


(37)

29

tersebut.4 Data sekunder yang ada adalah buku profil PWNU yang di dalamnya juga membahas tentang LDNU itu sendiri.

2. Sumber Data

Sumber data adalah salah satu hal yang paling vital dalam penelitian. Memahami sumber data sangat penting, jadi data yang diperoleh tidak akan meleset dari yang diharapkannya.5 Adapun data yang nantinya akan dipakai untuk melengkapi data tersebut adalah informan. Informan yaitu orang-orang yang memberikan informasi tentang segala yang terkait dalam penelitian.

Dalam penelitian ini sumber data yang akan didapatkan dari dua orang, yaitu pimpinan dan sekretaris LDNU. Dua orang sudah cukup untuk memberikan informasi, karena keduanya merupakan orang yang sangat penting dalam organisasi.

D. Tahap-tahap Penelitian

Ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan dalam melakukan penelitian yaitu usaha mengenali tahap-tahap penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut nantinya akan memberikan gambaran tentang keseluruhan,

4

Mardalis,Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), hal. 83.

5


(38)

30

pelaksanaan dan pengumpulan data, analisis data sampai pada penulisan skripsi. Adapun tahap-tahap yang akan dilakukan adalah:6

1. Tahap pra lapangan

Tahap ini merupakan tahap awal dalam mengadakan penelitian, peneliti memulai dari membuat proposal penelitian, memilih lapangan atau subyek penelitian. Adapun tahap-tahap yang dilakukan peneliti, yakni antara lain:

a) Menyusun rancangan penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyusun rancangan penelitian. Rancangan ini terdiri dari mencari judul yang sesuai dengan konsentrasi dan jurusan yang ditekuni peneliti. Kemudian setelah judul disetujui oleh ketua jurusan, peneliti membuat proposal penelitian untuk diajukan kepada jurusan. Proposal ini merupakan langkah awal apakah penelitian ini akan dilanjutkan atau harus mencari judul penelitian lain.

b) Memilih lapangan penelitian

Dalam konteks penelitian yang dilakukan peneliti sebelum membuat usulan pengajuan judul, peneliti terlebih dahulu mencari data atau informasi tentang obyek yang akan diteliti melalui beberapa cara, yang kemudian tertarik untuk dijadikan obyek penelitian yang sesuai

6


(39)

31

dengan jurusan. Dalam hal ini peneliti menetapkan Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Jawa Timur yang beralamatkan di Jalan Gayung Sari Barat No. 9 Surabaya sebagai obyek penelitian.

c) Mengurus Perizinan

Setelah membuat usulan penelitian dalam bentuk proposal, peneliti mengurus perizinan melakukan penelitian di obyek yang akan diteliti dengan cara meminta surat pengantar dari Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya yang diperuntukkan untuk penelitian di Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Jawa Timur.

d) Memilih dan memanfaatkan informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi penelitian. Orang yang akan dipilih untuk dijadikan informan pada penelitian ini adalah pimpinan dan sekretaris Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Jawa Timur.

e) Menyiapkan perlengkapan penelitian

Sebelum terjun ke lapangan, peneliti menyiapkan semua perlengkapan yang akan digunakan untuk meneliti. Sehingga peneliti siap terjun ke lapangan penelitian dengan bekal tersebut. Jadi saat penelitian tidak terbengkalai dan sesuai rencana.


(40)

32

2. Tahap lapangan

Tahap lapangan ini, peneliti mencari informasi dan data-data yang menjadi pendukung utama dalam penelitian ini. Pada tahap ini, peneliti lebih fokus pada pencarian data di lapangan dalam menggali data. Ketika peneliti memasuki lapangan, peneliti selalu menjaga keakraban kepada subyek penelitian. Keakraban di perlukan, agar peneliti dan subyek penelitian melebur menjadi satu dan tidak ada lagi dinding pemisah keduanya. Dengan demikian subyek dengan suka rela menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti dan memberikan informasi yang terkait dengan penelitian. Tidak hanya keakraban yang di bangun, tetapi peneliti juga melihat keterbatasan waktu, tenaga dan biaya yang dimiliki. Agar tidak sampai terpancing untuk kegiatan yang ada di lapangan dan melewati keterbatasan yang dimiliki peneliti. Catatan lapangan juga menjadi alat terpenting saat berada di lapangan. Catatan lapangan ini didapatkan saat peneliti mendapatkan berbagai data dan informasi saat di lapangan. Catatan lapangan ini di gunakan ketika peneliti lupa atau membutuhkan data-data saat menyusun laporan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk melakukan penelitian agar peneliti dapat memperoleh data yang valid serta dapat dipertanggung jawabkan, maka data tersebut diperoleh melalui:


(41)

33

Gambar 3.1

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam mendapatkan informasi dan data

1. Observasi

Dikutip oleh Sugiono, menurut Nasution observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data. Yaitu fakta nyata yang diperoleh dari observasi. Data tersebut dikumpulkan dan dibantu dengan alat canggih sehingga benda yang sangat kecil dan jauh dapat diobservasi dengan jelas.7 Dalam observasi ini penulis melakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung terhadap objek penelitian yaitu manajemen pengorganisasian dakwah di Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Jawa Timur.

7

Sugiyono,Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 64 Teknik

pengumpulan data

Wawancara

Dokumentasi Observasi


(42)

34

2. Wawancara

Menurut Esterberg yang dikutip oleh Sugiono, wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontribusikan makna dalam suatu topik tertentu. Beliau menambahkan bahwa wawancara (interview) merupakan hatinya penelitian sosial.8Pada wawancara ini penulis mengadakan komunikasi langsung dan mengajukan beberapa pertanyaan ke beberapa pihak yang bersangkutan baik secara lisan dan mendengarkan langsung keterangan-keterangan atau informasi dari narasumber yaitu pimpinan dan sekretaris Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Jawa Timur.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang berlalu. Baik berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya.9Studi dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat di lakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang tertulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan.Dalam hal ini penulis mengumpulkan data-data yang sudah tersimpan berupa catatan, transkip, buku, brosur, dan agenda yang berada di Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Jawa Timur.

8

Sugiyono,Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 72

9


(43)

35

F. Teknis Validitas Data

1. Memperpanjang keikutsertaan

Hal ini dilakukan untuk memperkuat pengumpulan data. Untuk lebih memvalidkan kembali data yang terkumpul dan dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga peneliti perlu kembali ke lapangan untuk melakukan pengamatan dan wawancara ulang dengan sumber data yang telah ditemui atau informan baru.10 Teknik ini sangat penting untuk memeprkuat hasil penelitian yang sudah ada. Dan juga digunakan untuk memperoleh data yang belum didapat. Wawancara kedua dilakukan untuk menambah dan menggali lebih dalam lagi informasi yang sudah ada. 2. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan bertujuan meneliti objek secara cermat dan terperinci untuk memperoleh kedalaman serta terhindar dari kesalahan interpretasi terhadap data yang ada. Ketekunan pengamatan yang dilakukan peneliti dengan cara sebagai berikut :

a. Menanyakan kembali data hasil wawancara dengan informan guna keabsahan data.

b. Mengoreksi kembali hasil catatan dokumen penelitian dengan yang ada di lapangan.

10


(44)

36

3. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dan teknik ini berfungsi untuk menguji kredibilitas data.11 Maksud dari triangulasi disini adalah data wawancara diperiksa dalam keabsahan data, kemudian dibandingkan dengan hasil pengumpulan data observasi dan dokumentasi.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam tahap triangulasi data sebagai berikut:

a. Peneliti melakukan pengecekan tentang hasil dari pengamatan wawancara, maupun hasil data yang diperoleh dengan cara observasi dan dokumentasi.

b. Penulis meneliti apa yang dikatakan informan secara umum dengan mengecek data yang sudah ada apakah sesuai atau tidak.

c. Membandingkan pendapat dan atau perspektif informan satu dengan informan yang lain.

d. Membandingkan wawancara dengan isi dokumen

Dengan demikian data yang dikumpulkan peneliti dapat dipertanggungjawabkan.

11


(45)

37

G. Teknis Analisa Data

Analisa data adalah proses menemukan dan menyusun data yang diperolah dari hasil wawancara dengan informan, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengklarifikasikan kedalam kategori, menjabarkan dan memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari untuk membuat kesimpulan sehingga dapat dipahami oleh peneliti dan pembaca.12 Intinya analisis data adalah menjabarkan hasil peniltian dan disesuaikan dengan teori sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang valid. Dengan ini penulis dan pembaca dapat memehami hasil peniltian dengan mudah.

Menurut Bogdan dan Bliken yang dikutip oleh Lexy J. Meleong ,

“Secara konseptual analisis data merupakan proses sistemaris pencarian dan

pengaturan transkip wawancara, catatan lapangan dan materi-materi lain yang telah di kumpulkan untuk peningkatan pemahaman mengenai materi tersebut dan untuk memungkinkan menyajikan apa yang sudah di temukan kepada

orang lain”.13 Prinsip pokok teknik analisis kualitatif adalah mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna. Analisis data pada riset kualitatif dapat berupa kata-kata, kalimat-kalimat atau narasi-narasi, baik yang diperoleh dari wawancara mendalam maupun observasi. Tahap analisis data memegang peran penting dalam riset. Artinya kemampuan riset memberi makna kepada

12

Sugiyono,Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 89.

13


(46)

38

data merupakan kunci apakah data yang diperoleh memenuhi unsur reabilitas dan validitas atau tidak.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan analisis interaktif. Teknik analisis data kualitatif dengan analisis interaktif melalui tahapan sebagai berikut:

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan data dari semua data yang sudah didapat. Setelah itu data yang tidak diperlukan kemudian disisihkan dan data-data yang penting untuk penelitian dikumpulkan menjadi satu dan diklasifikasikan menjadi lebih spesifik. Dengan kata lain, reduksi data adalah proses penyerdehanaan data dan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian.

2. Penyajian data

Penyajian data adalah proses pengorganisasian untuk memudahkan data untuk dianalisis dan disimpulkan. Data-data tersebut kemudian dipilah dan disortir menurut kelompoknya dan di susun dengan kategori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang di hadapi.


(47)

39

3. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan dalam proses ini adalah membuat pernyataan atau kesimpulan secara bulat tentang suatu permasalahan yang diteliti dalam bahasa yang deskriptif dan bersifat interpretatif.


(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya LDNU

Kalangan pesantren gigih melawan kolonialisme dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1916. Kemudian tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri (Kebangkitan Pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Selanjutnya didirikanlah Nahdlatul Tujjar, (Pergerakan Kaum Saudagar) yang dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagi kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.

Sementara itu, keterbelakangan, baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya


(49)

✂ ✄

dengan bangsa lain, sebagai jawabannya, muncullah berbagai organisasi pendidikan dan pembebasan.

Berangkat dari komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kiai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari

1926). Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy’ari sebagai Ketua Akbar.

Untuk menegaskan prisip dasar organisasi ini, maka KH. Hasyim

Asy’ari merumuskan Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I’tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut

kemudian diejawantahkan dalam Khittah NU , yang dijadikan dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.

Nahdlatul Ulama (NU) menganut paham Ahlussunah Wal

Jama’ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim

aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya Al-Qur’an, Sunnah, tetapi juga

menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu, seperti Abu Hasan


(50)

☎ ✆

Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian

dalam bidang fikih mengikuti empat madzhab; Hanafi, Maliki, Syafi’i,

dan Hanbali. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.

Asas Dalam Kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia Nahdlatul Ulama berasas kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Tujuan Nahdlatul Ulama adalah berlakunya ajaran Islam yang menganut faham Ahlussunnah wal Jama’ah untuk terwujudnya tatanan

masyarakat yang berkeadilan demi kemaslahatan, kesejahteraan umat dan demi terciptanya rahmat bagi semesta.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka Nahdlatul Ulama melaksanakan usaha-usaha sebagai berikut:

a. Di bidang agama, mengupayakan terlaksananya ajaran Islam yang menganut faham Ahlussunnah wal Jamaah.

b. Di bidang pendidikan, pengajaran dan kebudayaan mengupayakan terwujudnya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran serta pengembangan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam untuk membina umat agar menjadi muslim yang takwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas dan trampil, serta berguna bagi agama, bangsa dan negara.


(51)

✝✝

c. Di bidang sosial, mengupayakan dan mendorong pemberdayaan di bidang kesehatan, kemaslahatan dan ketahanan keluarga, dan

pendampingan masyarakat yang terpinggirkan (mustadl’afin).

d. Di bidang ekonomi, mengupayakan peningkatan pendapatan masyarakat dan lapangan kerja/usaha untuk kemakmuran yang merata. e. Mengembangkan usaha-usaha lain melalui kerjasama dengan pihak

dalam maupun luar negeri yang bermanfaat bagi masyarakat banyak guna terwujudnya Khairul Ummah.

Basis pendukung NU ini mengalami pergeseran, sejalan dengan pembangunan dan perkembangan industrialisasi. Warga NU di desa banyak yang bermigrasi ke kota memasuki sektor industri. Jika selama ini basis NU lebih kuat di sektor pertanian di pedesaan, maka saat ini, pada sektor perburuhan di perkotaan, juga cukup dominan. Demikian juga dengan terbukanya sistem pendidikan, basis intelektual dalam NU juga semakin meluas, sejalan dengan cepatnya mobilitas sosial yang terjadi selama ini.1

1


(52)

✞ ✟

2. Perangkat Organisasi

Perangkat organisasi yang ada di Nahdlatul Ulama adalah: a. Badan otonom

Badan Otonom adalah perangkat organisasi Nahdlatul Ulama yang berfungsi melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu dan beranggotakan perorangan.

Badan Otonom dikelompokkan dalam katagori Badan Otonom berbasis usia dan kelompok masyarakat tertentu, dan Badan Otonom berbasis profesi dan kekhususan lainnya. Badan otonom yang dimaksud yaitu:

1) Jenis Badan Otonom berbasis usia dan kelompok masyarakat tertentu adalah:

(a) Muslimat Nahdlatul Ulama disingkat Muslimat NU untuk anggota perempuan Nahdlatul Ulama.

(b) Fatayat Nahdlatul Ulama disingkat Fatayat NU untuk anggota perempuan muda Nahdlatul Ulama berusia maksimal 40 (empat puluh) tahun.

(c) Gerakan Pemuda Ansor Nahdlatul Ulama disingkat GP Ansor NU untuk anggota laki-laki muda Nahdlatul Ulama yang maksimal berusia 40 (empat puluh) tahun.


(53)

✠6

(d) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama disingkat IPNU untuk pelajar dan santri laki-laki Nahdlatul Ulama yang maksimal berusia 27 (dua puluh tujuh) tahun.

(e) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama disingkat IPPNU untuk pelajar dan santri perempuan Nahdlatul Ulama yang maksimal berusia 27 (dua puluh tujuh) tahun.

(f) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia disingkat PMII untuk mahasiswa Nahdlatul Ulama yang maksimal berusia 30 (tiga puluh) tahun.

2) Badan Otonom berbasis profesi dan kekhususan lainnya: (a) Jam'iyyah Ahli Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah

disingkat JATMAN untuk anggota Nahdlatul Ulama pengamal tharekat yang mu'tabar.

(b) Jam'iyyatul Qurra Wal Huffazh disingkat JQH, untuk anggota Nahdlatul Ulama yang berprofesi Qori/Qoriah dan Hafizh/Hafizhah.

(c) Ikatan Sarjana Nahdlalul Ulama disingkat ISNU adalah Badan Otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama pada kelompok sarjana dan kaum intelektual.


(54)

✡ ☛

(d) Serikat Buruh Muslimin Indonesia disingkat SARBUMUSI untuk anggota Nahdlatul Ulama yang berprofesi sebagai buruh/karyawan/tenaga kerja.

(e) Pagar Nusa untuk anggota Nahdlatul Ulama yang bergerak pada pengembangan seni bela diri.

(f) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama disingkat PERGUNU untuk anggota Nahdlatul Ulama yang berprofesi sebagai guru atau ustadz.

(g) Serikat Nelayan Nahdlatul Ulama untuk anggota Nahdlatul Ulama yang berprofesi sebagai nelayan.

(h) Ikatan Seni Hadrah Indonesia Nahdaltul Ulama disingkat ISHARINU untuk anggota Nahdlatul Ulama yang bergerak dalam pengembangan seni hadrah dan shalawat.2

b. Lajnah

Lajnah adalah perangkat organisasi Nahdlatul Ulama untuk melaksanakan program Nahdlatul Ulama yang memerlukan penanganan khusus. Ada beberapa bagian dari Lajnah, yaitu:

1. Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama, disingkat LFNU, bertugas

mengelola masalah ru’yah, hisab dan pengembangan ilmu

falak.

2

Tim Revisi POA,Pedoman Organisasi dan Administrasi PWNU Jawa Timur, (Surabaya: Lajnah PWNU, 2013), hal: 65


(55)

☞8

2. Lajnah Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama, disingkat LTNNU,

bertugas mengembangkan penulisan, penerjemahan dan penerbitan kitab / buku serta media informasi menurut faham Ahlusunnah wal Jamaah.

3. Lajnah Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama, disingkat LPTNU, bertugas mengembangkan pendidikan tinggi Nahdaltul Ulama.3 c. Lembaga

Lembaga adalah perangkat departementasi organisasi Nahdlatul Ulama yang berfungsi sebagai pelaksana kebijakan Nahdlatul Ulama, berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu dan/atau yang memerlukan penanganan khusus.

1) Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama disingkat LDNU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan agama Islam yang menganut faham Ahlussunnah wal Jamaah.

2) Lembaga Pendidikan Maarif Nahdlatul Ulama disingkat LP Maarif NU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama dibidang pendidikan dan pengajaran formal.

3) Rabithah Ma'ahid al Islamiyah Nahdlatul Ulama disingkat RMI NU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama

3

Tim Revisi POA,Pedoman Organisasi dan Administrasi PWNU Jawa Timur, (Surabaya: Lajnah PWNU, 2013), hal: 64


(56)

✌9

dibidang pengembangan pondok pesantren dan pendidikan keagamaan.

4) Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama disingkat LPNU bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan ekonomi warga Nahdlatul Ulama.

5) Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama disingkat LPPNU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan dan pengelolaan pertanian, kehutanan dan lingkungan hidup.

6) Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama disingkat LKKNU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang kesejahteraan keluarga, sosial dan kependudukan.

7) Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama disingkat LAKPESDAM NU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengkajian dan pengembangan sumber daya manusia.

8) Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama disingkat LPBHNU, bertugas melaksanakan pendampingan, penyuluhan, konsultasi, dan kajian kebijakan hukum.

9) Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama disingkat LESBUMI NU, bertugas melaksanakan


(57)

✍ ✎

kebijakan Nahdlatul Ulama dibidang pengembangan seni dan budaya.

10) Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama disingkat LAZISNU, bertugas menghimpun, mengelola dan mentasharufkan zakat dan shadaqah kepada mustahiqnya.

11) Lembaga Waqaf dan Pertanahan Nahdlatul Ulama disingkat LWPNU, bertugas mengurus, mengelola serta mengembangkan tanah dan bangunan serta harta benda wakaf lainnya milik Nahdlatul Ulama.

12) Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama disingkat LBMNU, bertugas membahas masalah-masalah maudlu'iyah (tematik) dan waqi'iyah (aktual) yang akan menjadi Keputusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

13) Lembaga Ta'mir Masjid Nahdlatul Ulama disingkat LTMNU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan dan pemberdayaan Masjid.

14) Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama disingkat LKNU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang kesehatan. 15) Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama disingkat LFNU, bertugas

mengelola masalah ru'yah, hisab dan pengembangan ilmu falak. 16) Lembaga Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama disingkat LTNNU,


(58)

✏ ✑

penerbitan kitab/buku serta media informasi menurut faham Ahlussunnah wal Jamaah.

17) Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama disingkat LPTNU, bertugas mengembangkan pendidikan tinggi Nahdlatul Ulama. 18) Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim

Nahdlatul Ulama disingkat LPBI NU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama dalam pencegahan dan penanggulangan bencana serta eksplorasi kelautan.4

Menurut Bapak Sumarkhan selaku ketua LDNU Jawa Timur, Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) mempunyai visi misi menjalankan misi dakwah aswaja yang diamanatkan oleh para kyai NU. NU sendiri awal terbentuk misi utamanya adalah berdakwah. Setelah dakwah NU berkembang barulah dibentuk sebuah lembaga yang bernama Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama. LDNU merupaka corong atau tunas NU di bidang Dakwah. Tahun berdiri LDNU belum diketahui secara pasti, namun pendirian lembaga ini tidak jauh dengan awal mula berdirinya NU itu sendiri. Tugas dari LDNU adalah melaksanakan misi dakwah PWNU dan mempunyai wewenang berdakwah sesuai dengan program kerja yang dibuat oleh anggota LDNU dengan persetujuan PWNU.

4

Tim Revisi POA,Pedoman Organisasi dan Administrasi PWNU Jawa Timur, (Surabaya: Lajnah PWNU, 2013), hal: 63


(59)

✒ ✓

Gambar 4.1

Kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama

3. Visi, Misi. Makna Lambang dan Tujuan Berdirinya a. Visi dan Misi

(1) Visi

Berlakunya ajaran Islam yang menganut faham

Ahlussunnah wal Jama’ah untuk terwujudnya tatanan

masyarakat yang berkeadilan demi kemaslahatan, kesejahteraan umat dan demi terciptanya rahmat bagi semesta.

(2) Misi

(a) Di bidang agama, mengupayakan terlaksananya ajaran Islam yang menganut faham Ahlussunnah wal Jamaah.


(60)

✔ ✕

(b) Di bidang pendidikan, pengajaran dan kebudayaan mengupayakan terwujudnya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran serta pengembangan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam untuk membina umat agar menjadi muslim yang takwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas dan trampil, serta berguna bagi agama, bangsa dan negara.

(c) Di bidang sosial, mengupayakan dan mendorong pemberdayaan di bidang kesehatan, kemaslahatan dan ketahanan keluarga, dan pendampingan masyarakat yang

terpinggirkan (mustadl’afin).

(d) Di bidang ekonomi, mengupayakan peningkatan pendapatan masyarakat dan lapangan kerja/usaha untuk kemakmuran yang merata.

(e) Mengembangkan usaha-usaha lain melalui kerjasama dengan pihak dalam maupun luar negeri yang bermanfaat bagi masyarakat banyak guna terwujudnya Khairul Ummah.5

b. Makna Lambang

Lambang adalah lambang Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama sebagaimana akan dijelaskan dalam pasal tersendiri. Atribut adalah

5


(61)

✖ ✗

sarana yang bisa ditempati/ditempeli lambing Lembaga dakwah Nahdlatul Ulama yang diperuntukkan dengan maksud tertentu. Penggunaan adalah pemakaian lambang dalam atribut sebagaimana yang ditentukan dalam pedoman ini.

Lambang Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama adalah gambar bola dunia yang dilingkari tali tersimpul; disekelilingi oleh 9 (Sembilan) bintang, 5 (lima) terletak melingkar atas garis khatulistiwa yang 1 (satu) diantaranya terbesar terletak ditengah atas, sedang 4 (empat) bintang lainnya terletak melingkar di bawah khatulistiwa. Lambang sebagaimana dimaksud dicetak dengan warna putih di atas warna dasar hijau.

Lambang Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama sebagaimana dirincikan di atas merupakan identitas resmi organisasi yang ada dalam atribut-atribut organisasi seperti:

1) Bendera 2) Stempel

3) Kop Surat / Amplop 4) Papan Nama

5) Duaja / Panji-panji 6) Lencana


(62)

✘✘

8) Dan atribut lain.

Gambar 4.2

Lambang Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama

c. Tujuan LDNU

Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama disingkat LDNU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan agama Islam yang menganut faham Ahlussunnah wal Jamaah.


(63)

✙6

4. Program Kerja LDNU

Tabel 4.1

Program Kerja Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama

PROGRAM KERJA PW.LDNU JAWA TIMUR PERIODE 2013 - 2018

PROGRAM KEGIATAN SASARAN WAKTU PELAKSANA SUMBER

DANA Peningkatan SDM PW.LDNU & PC.LDNU Jatim

1. Raker PW-LDNU JATIM Seluruh Pengurus LDNU Periode 2013-2018 Minggu-2 Oktober 2013 PW-LDNU JATIM PW.LDNU JATIM

2. RAKOR PW

dan PC

LDNU JATIM

PW dan PC LDNU JATIM Kondisio nal PW.LDNU JATIM PW.LDNU JATIM dan Sponsorship 3. Pengiriman

delegasi ke forum ilmiah seperti seminar, workshop dan lokakarya Pengurus PW.LDNU JATIM Kondisio nal PW.LDNU JATIM PW.LDNU JATIM Penguatan & pemantapan aqidah, faham serta amaliyah ASWAJA 4. Istighasah rutin / Bulan

Seluruh pengurus PWNU, Lembaga, Lajnah dan BANOM serta Jamaah Yasin Tahlil di sekitar Kota Surabaya dan Setiap Sabtu Legi / Bulan

PW.LDNU JATIM

PW.LDNU JATIM dan sponsorship


(64)

✚ ✛

Sidoarjo 5. Pengiriman

Khotib

Jumat, Idul Fitri & Idul

Adha ke

Masjid-masjid

Masid-masjid di seluruh JATIM Kondisio nal PW.LDNU JATIM DONATUR 6. Pengiriman

da’i / da’iyah

pembangun Kawasan & daerah tertinggal aspek pembangun an keagaamaa

nya di

Provinsi JATIM Kondisio nal PW.LDNU JATIM PW.LDNU JATIM & Pemprov JATIM

7. Pengiriman

da’i / da’iyah

ke media elektronik Media elektronik Kondisio nal PW.LDNU JATIM PW.LDNU JATIM dan sponsorship 8. Pengiriman

da’i keluar

Jawa

Masyarakat yang masih lemah dari sisi aqidah dan faham ASWAJA-nya Kondisio nal PW.LDNU JATIM kerjasama dengan Pemprov JATIM PW.LDNU JATIM & Pemprov JATIM

9. KISWAH Seluruh pengurus PWNU, Lembaga / Lajnah dan BANOM serta Jamaah Yasin Tahlil di sekitar Kota Surabaya

Minggu-3 / Bulan

PW.LDNU JATIM

PW.LDNU JATIM & Pemprov JATIM


(65)

✜8 dan Sidoarjo 10. Bengkel keluarga sakinah Warga Nahdliyyin wilayah Surabaya, Sidoarjo, gresik, dan sekitarnya. Setiap Rabu malam PW.LDNU JATIM PW.LDNU JATIM & sponsorship

11. Pendamping

an dan

pembinaan mental dan rohani masyarakat sekitar lokalisasi Dolly Masyarakat sekitar lokalisasi Dolly Juni 2013 – Desembe r 2014 PW.LDNU JATIM PW.LDNU JATIM & Pemkot Surabaya 12. Pengiriman da’I penyuluh Masyarakat yang masih lemah dari sisi aqidah dan faham & amaliyah ASWAJA-nya

Januari – Desembe r setiap tahun

PW.LDNU JATIM

PW.LDNU JATIM & Kemenag JATIM 13. Pencetakan dan penyebaran buku ASWAJA Seluruh PC.LDNU se JATIM dan PONPES yang di tunjuk Kondisio nal PW.LDNU JATIM PW.LDNU JATIM & sponsorship Pengembanga n dan penyebaran dakwah ASWAJA yang santun dan menyejukkan 14. Pengiriman

da’I /

da’iyah ke Hongkong

Da’I / da’iyah PC.NU & PW.NU se-Jatim Kondisio nal PW.LDNU JATIM PW.LDNU JATIM & Pemprov JATIM 15. Semiloka “Revitalisasi dakwah Islam Pengurus PC.NU & PW.NU se-Jatim Kondisio nal PW.LDNU JATIM Sponsorship


(66)

✢9

Rahmatan Lil Alamin (ASWAJA) 16. Seminar

kebangsaan

“Mencari

Titik Temu & Jalan Tengah Konflik Syiah-Sunni

Pengurus PC.NU & PW.NU serta

Ulama se-Jatim Kondisio nal PW.LDNU JATIM Pemprov JATIM

5. Struktur Organisasi

Gambar 4.3

Struktur Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama

Ketua Wakil Ketua Sekretaris Wakil Bendahara Wakil Bidang Pendidikan Bidang Organisasi Bidang Pengembangan Penasihat Bidang Penerbitan Bidang Humas


(67)

60

SUSUNAN PENGURUS

PIMPINAN WILAYAH LEMBAGA DAKWAH NAHDLATUL ULAMA JAWA TIMUR

MASA KHIDMAT 2013-2018

Penasihat : KH. Choiron Syakur

Drs. H. Hizbul Waton, MM. Drs. H. Fahrur Rozie, M.Hi. Drs. H. Athor Subroto, M.Si. Dra. Hj. Kartika Hidayati, MM. Dra. Hj. Ucik Nur Hidayati Drs. Moh. Isa, M.Si.

Dr. H. Achmad Sunarto, MEI Dr. Hj. Mihmidati Afif, M. Ag.

Ketua : Drs. H. Ilhamullah Sumarkan, M.Ag.

Wakil Ketua : Drs. H. Farmadi Hasyim, M.Hi. Drs. KH. Syukron Jazilan, M.Ag. Drs. H. Moh. Ersyad, M.Hi. H. Asyik Ismoyo, M.Si. Drs. H. Abdul Haris, M.Hum. Mahir Amin, S.Ag., M.Fil.I.


(68)

61

Drs. H. Nurhasan

DR. H. Moh. Toha, M.Ag.

Sekretaris : Ach. Syauqi Amin, M.Hi.

Wakil Sekretaris : Muhlis Amal, s.Ag., M.Pd.I. Nur Cholis, M.Hi.

Mufaizah, M.Pd.I. Abdul wasid, M.Fil.I.

Bendahara : Drs. H. Hasan Baisuni, M.Si.

Wakil Bendahara : H. Abdul Munif, M.Si. H. Moh. Nuh

Drs. H. Agus Tohir, M.Si. H. Moch. Imron, HZ., SH.

Bidang-Bidang :

Bidang Organisasi : Drs. H. Marfai’I Shobar

Drs. H. Chabib Manan H. Moh. Farchan, SE. H. Muzammil

Bidang Pendidikan dan Kaderisasi

: Drs. Abdullah Satar, M.Ag. Syaiful Rahman, M.HI.

Miftachul Choir Masyhuri, M.Pd.I. Bahtiar, S.Hi.


(69)

62

Haikal Junaedi, S.HI.

Bidang Penerangan dan Penerbitan

: H. Khoirot Roziqin, M.Pd.I. Drs. H. Ali Mahsun, M.Ag. Dr. Joko Hartono

Drs. Ahmad Suhadi

Nafik Mubarok, SH., M.HI.

Bidang Penelitian dan Pengembangan

: Drs. H. Moh. Lutfi, Lc. DR. H. Sharif Thoyib. M.Si. Achmad Fawaid, S.Pd.I. Miftahul Choir, S.Pd.I. RPA. Wazirul Jihad, SS.

Bidang Humas dan Kerjasama

: KH. Ghozali Huda

Drs. H. Ainul Yaqin, Apt. Achmad Junaedi, M.Ag. Lisfiyana. S.Hi.

Bibi Erna Futivha, S.Hi. Fanni Zuhrofillah, S.Sos.I.


(70)

63

B. Penyajian Data

Dalam dunia kerja baik itu non profit atau profit pasti mempunyai kriteria khusus untuk mempunyai anggota/katyawan. Keahlian khusus yang dimiliki oleh anggota ini sangat diperlukan untuk menunjang terlaksananya suatu tujuan. Tidak semua orang mampu bekerja secara efektif dan efisien. Hanya orang-orang yang mempunyai tanggungjawab besar yang mempu bekerja secara maksimal. Oleh karena itu, LDNU mempunyai standart untuk memilih atau mencari seorang anggota. Ini seperti yang diungkapkan oleh sekretaris LDNU sendiri.

Tim pembantu, jadi gini toh, di ldnu setiap 4 yahun sekali ada pemilihan pengurus baru di pwnu, namanya pengurus wilayah (PW) singkatnya pw, nah ketika terpilih ketuanya itu, nanti dibuatlah tim formatur, tim yang tugasnya menyusun kepengurusan. Nanti ada usulan-usulan, nanti diseleksi sama

tim. Siapa yang menjadi ketua dibidang ini gitu… fdan untuk

pengurus di ldnunya sendiri, nanti yang usulkan ketua, sekretaris nanti sama ke bawah itu ketua yang mengusulkan, jadi tim formatur itu hanya, hanya menentukan ketua. Ya jelasnya apa kriterianya itu pernah aktif di pwnu beberapa tahun, kemampuan dibidang itu bagaimana, dibidang yang akan diraih, tanggung jawabnya, jadi itu pasti aspeknya itu aspek pertimbangnnya itu pertama aspek kapabilitas, kemampuan dibidang yang akan diserahi tanggung jawab, yang kedua adalah pertimbangan pengorganisasian, apakah dia pernah aktif di NU, sampai tingkat mana, kan nu ada tingkatan sampai ranting-ranting itu desa,6

6

Hasil wawancara dengan bapak Saoki, Senin 13 Juni 2016, pukul 19.23 WIB, di ruang dosen Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya


(71)

64

PWNU adalah tingkatan atas dari LDNU. Pemilihan ketua LDNU ditentukan oleh tim dari PWNU. PWNU sendiri mempunyai standart untuk memilih ketua LDNU. Untuk memilih ketua LDNU, PWNU membuat tim yang diberi nama tim formatur. Tim formatur ini mempunyai tugas menyusun kepengurusan PWNU. Orang yang terpilih menjadi ketua di bawah naungan PWNU sudah benar-benar ahli dalam bidangnya. Untuk menjadi anggota LDNU setidaknya sudah aktif di organisasi NU mulai dari tingkat daerah hingga wilayah. Anggota LDNU dipilih langsung oleh ketua LDNU sendiri. Pemilihan ini dilakukan dengan seleksi oleh ketua LDNU. Setelah ketua LDNU memilih anggotanya, kemudian usul keanggotaan diserahkan kepada tim PWNU untuk disetujui. Ini dipertegas oleh Ketua LDNU.

kalau untuk ketua itu langsung ditentukan oleh ketua PWNU,

lalu kemudian untuk kelengkapan….. LDNU itu kami

menyusun dan kita usulkan ke PWNU. Disetujui yaa itu yang

di SKKP .yaa kita punya pertimbangan bahwa mereka-mereka

yang masuk itu di LDNU itu adalah orang-orang yang menekuni di bidang dakwah yang punya skill di bidang dakwah disamping itu punya kelebihan di bidang tulis menulis di bidang administrsi, di bidang computer yaa itu juga nanti itu. Misalya yaa rata-rata semua bisa dakwah dengan ceramah, dengan mauidlhoh itu.7

Ketua LDNU mempunyai criteria khusus untuk membentuk anggotanya. Anggota LDNU yang terpilih harus mampu setidaknya

7

Hasil wawancara dengan bapak Sumarkhan, Rabu 22 Juni 2016, pukul 10.22 WIB, di kantor LPPM UIN Sunan Ampel Surabaya


(72)

65

berdakwah. Dan untuk kemampuan tambahan seperti keahlian

mengoperasikan Komputer juga menjadi penunjang dalam bidang

administrasi.

Ketua LDNU periode 2013-2018 sudah aktif lebih dari 10 tahun. Jadi sudah sah untuk menjadi pengurus wilayah. Sebelumnya ketua LDNU sudah aktif menjadi angota dibidang lain seperti LAZIZNU. Dalam pemilihan ketua pengurus wilayah tiap lembaga dipilih oleh PWNU langsung.

“Tim formatur, jadi gini toh, di LDNU setiap 4 tahun sekali ada pemilihan pengurus baru di PWNU, namanya pengurus wilayah (PW), nah ketika terpilih ketuanya itu, nanti dibuatlah tim formatur, tim yang tugasnya menyusun kepengurusan. Nanti ada usulan-usulan, nanti diseleksi sama tim. Siapa yang

menjadi ketua dibidang ini gitu… dan untuk pengurus di

LDNU-nya sendiri, nanti yang usulkan ketua, sekretaris nanti sama ke bawah itu ketua yang mengusulkan, jadi tim formatur itu hanya menentukan ketua.8

Tim formatur adalah tim yang dibuat untuk memilih ketua tiap lembaga. Tugas dari tim tersebut hanya memilih ketua lembaga. Dan setelah pemilihan ketua LDNU, kepengurusan LDNU belum ada anggota. Anggota LDNU dipilih oleh ketua LDNU sendiri.

8

Hasil wawancara dengan bapak Saoki, Senin 13 Juni 2016, pukul 19.23 WIB, di ruang dosen Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya


(73)

66

Semua anggota LDNU yang dipilih oleh ketua sudah dipertimbangkan dengan matang, mulai dari skill berdakwah, menulis hingga dibidang computer untuk administrasi.

Untuk menambah kemmpuan anggota, setiap lembaga pasti mempunyai program kerja pelatihan berupa workshop. Ini sesuai dengan program kerja yang diadakan oleh LDNU. Program kerja sudah dijelaskan pada penjelasan gambaran umum. Pelatihan dan pembinaan dilakukan kerjasama dengan instansi lain, seperti Pemprov, kemenag dan lain-lain. Ini dibenarkan oleh ketua LDNU.

“iya pembinaan dalam dai dan kader, bisa juga berkerjasama

dengan lembaga2 formal seperti dengan pemprov, ….., bentuk

terkait dengan supporting kegiatan itu diantaranya kegiatan pemprov atau anggaran pemprov untuk di sumbangkan ke

kegiatan lembaga dakwah ini. Termasuk juga dengan

pemerintah dalam negeri”9

Anggota di LDNU, selain ada pengurus harian juga ada bidang-bidang yang membantu dalam kegitatan organisasi. Untuk membagi kegiatan-kegiatan dakwah perlu adanya departemen-departemen atau divisi-devisi dan tugas-tugas yang terperinci dan spesifik. Di LDNU sendiri pengelompokan kerja dibagi sesuai dengan keahliannya masing-masing. Ada beberapa departemen atau devisi yang ada di LDNU. Yaitu: bidang organisasi, bidang

9

Hasil wawancara dengan bapak Sumarkhan, Rabu 22 Juni 2016, pukul 10.22 WIB, di kantor LPPM UIN Sunan Ampel Surabaya


(74)

67

pendidikan dan kaderisasi, bidang penerangan dan penerbitan, bidang penelitian dan pengembangan serta bidang humas dan kerjasama. Dan juga ada pengurus harian seperti ketua, sekretaris dan bendahara.

“iya kan tadi ada bidang-bidang itu. Nanti ada bidang humas, bidang pendanaan mencari dana, ada bidang skretariat, kan gitu toh?? Yaa mereka masing-masing. Yaa Cuma dalam satu pekerjaan yang besar lalu kita akan membentuk kepanitiaan sendiri lagi untuk bisa bekerja sesuai dengan tugasnya.”10

Semua bidang-bidang itu nantinya mempunyai tugas untuk membuat program kerja yang akan dirapatkan pada rapat pleno. Program yang sudah ada ditiap bidang nanti diusulkan tiap rapat dan program tersebut dipertimbangkan kembali.

“Ya bidang itu sudah.. nanti biasanya tiap bidang eee nanti ada reker.. nah di raker itu nanti setiap bidang disuruh buat program kerja gitu, nah itu buat acuan program ldnu disitu, setiap bidangnya saya gak hafal, program kerja nanti jadi satu mana yang dijadikan program kerja atau enggak, kalo raker itu biasanya ada rapat komisi, semua masing-masing bidang ngumpul sama bidangnya untuk bahas programnya, setelah itu rapat pleno, pleno itu semua bidang ngumpul semua, mempresentasikan apa saja yang akan diusulkan program kerjanya. Nanti membuat tim, mana yang perlu dirubah / diganti, lebih-lebih kemudian disinkronkan dengan bidang-bidang yang lain.”11

10

Hasil wawancara dengan bapak Sumarkhan, Rabu 22 Juni 2016, pukul 10.22 WIB, di kantor LPPM UIN Sunan Ampel Surabaya

11

Hasil wawancara dengan bapak Saoki, Senin 13 Juni 2016, pukul 19.23 WIB, di ruang dosen Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya


(75)

68

Setalah pengelompokan kerja kemudian membuat rencana kerja. Setiap departemen mempunyak tanggungjawab penuh atas rencana kerja yang sudah dibuatnya. Tiap departemen harus saling mengkoordinasi setiap ada tugas dalam organisasi dakwah ini.

Manfaat dari pengelompokan kerja ini adalah untuk mempermudah pekerjaan dan mempercepat pekerjaan. Semua sudah mempunya jobdesk masing-masing sehingga tujuan jelas dicapai dan tugas-tugas yang dilakukan sesuai dengan apa yang dilakukannya. Anggota harus mempunyai tanggung jawab dan wewenang sehingga tidak focus terhadap apa yang menjadinya tugasnya.

“Manfaatnya itu, ya… itu.. untuk mempermudah pekerjaan, untuk mempermudah pelaksaan program LDNU, jadi nanti itu setelah ditentukan ini bidang ini, kan nanti ditentukan seperti itu. Bidang dakwah misalnya.. bidang dakwah ini programnya apa saja. Dan itu kapan, yang pertama itu kapan, nanti kemudian pertahun.. pertahun itu ada evaluasi, ada rapat evaluasi. Nah itu nanti di evaluasi mana program yang enggak jalan dan kenapa bisa enggak jalan nanti kemudian dicari solusi bareng-bareng, gimana solusinya..”12

Untuk menjadikan organisasi dapat terorganisir dengan baik maka diperlukan komunikasi yang baik juga. Peran ketua sangat vital dalam berkomunikasi. Ketua harus tau situasi dan kondisi para anggotanya.

12

Hasil wawancara dengan bapak Saoki, Senin 13 Juni 2016, pukul 19.23 WIB, di ruang dosen Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya


(76)

69

Komunikasi sangat diperlukan agar tidak ada kesalah pahaman. Komunikasi dilakukan agar mendapatkan sebuah informasi.

“yaa kita mengomandonya melalui bentuk rapat2 undangan pertemuan yaa walaupun tidak harus rutin sesuai dengan jadwal itu. Jadi kita undang lalu yg mengundang itu tidak langsung saya tapi melalui skretaris, melalui bagian2 humas tadi itu.”13

Ketua mengomando bawahan pada saat rapat kerja melalui sekretaris untuk membuat surat kemudian diadakan rapat. Dengan kesibukan masinh-masing anggota, rapat biasanya dadakan hari sabtu. Karena pada hari sabtu kegiatan anggota hanya pada LDNU.

“Untuk koordinasinya biasanya kan hari sabtu, jadi untuk rapat itu hari sabtu, di hari libur kerja, pokoknya di luar hari kerja, kecuali hal-hal yang sangat mendesak meskipun hari kerja dan waktu sama-sama bisa baru rapat, diluar itu yang pasti hari sabtu rapatnya. Termasuk kegiatan-kegiatan itu hari sabtu. Apalagi kegiatan yang melibatkan cabang-cabang ya pasti sabtu minggu, karena apa, karena kan semua kerja, dicari hari yang kira-kira orang itu bisa semua ya sabtu minggu itu”14

Dan koordinasi yang dilakukan dibenarkan oleh bapak Saoki. Bahwa koordinasi atau komunikasi yang dilakukan di LDNU diadakan hari Sabtu.

13

Hasil wawancara dengan bapak Sumarkhan, Rabu 22 Juni 2016, pukul 10.22 WIB, di kantor LPPM UIN Sunan Ampel Surabaya

14

Hasil wawancara dengan bapak Saoki, Senin 13 Juni 2016, pukul 19.23 WIB, di ruang dosen Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya


(1)

✯6

Komunikasi tidak ada batasan dari tingkat atas hingga bawahan ini ada

2 macam yaitu komunikasi formal seperti undangan dan komunikasi

nonformal seperti, Whatsapp, sms hingga telpon. Ketua bisa saja

berkomunikasi langsung dengan anggota bagian jika itu memang sangat

diperlukan. Komunikasi yang dilakukan memang tidak ada batasandan

sifatnya fleksibel.

Rentang kendali merupakan konsep yang merujuk pada jumlah

bawahan yang dapat disupervisi oleh seorang manajer secara efisien dan

efektif.27 Artinya tiap departementalisasi ada koordinator untuk

menyampaikan saran dan pendapat para anggota kepada ketua umum. Istilah

di dalam perusahaan adalah supervisor yang mengontrol bawahan dalam

departemen yang dipimpim. Dengan komunikasi yang fleksibel, atasan atau

ketua bisa mengkoordinasi langsung semua para anggota dan komunikasi


(2)

✰8

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah penulis lakukan, dan dalam rangka

menjawab rumusan masalah yang telah penulis rumuskan, maka penelitian

ini disimpulkan bahwa penerapan manajemen pengorganisasian di

Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Jawa Timur mempunyai beberapa hal

menarik yang tidak ditemui di organisasi lainnya. Namun secara

keseluruhan, Manajamen Pengorganisasian di Lembaga Dakwah Nahdlatul

Ulama Jawa Timur sebagai berikut: Spesialisasi kerja memilih pengurus

untuk merumuskan program-program dan menentukan job description

yang akan dilaksanakan. Pemilihan anggota LDNU sendiri dilakukan

langsung oleh ketua. Anggota yang terpilih sudah mempunyai kempuan

masing-masing dan ketua sudah memahami hal tersebut.

Departementalisasi hal ini diperlihatkan dengan adanya pembagian

bidang-bidang yang meliputi bidang Organisasi, Pendidikan dan

Kaderisasi, bidang Penerangan dan Penerbitan, bidang Penelitian dan

Pengembangan, serta bidang Humas dan Kerjasama. Rantai Komando

adalah garis lurus yang tidak terputus dari setiap bidang di Lembaga

dakwah Nahdlatul Ulama Jawa Timur. Komunikasi / koordinasi tiap lini


(3)

✱ ✲

biasanya bersifat resmi dan non resmi. Yang resmi berupa surat dan yang

non resmi berupa pesan singkat melalui sosial media salah satunya

Whatsapp.

2. Saran dan Rekomandasi

Berdasarkan kondisi obyektif pelaksanaan manajemen

pengorganisasian di Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Jawa Timur serta

bentuk-bentuk pengorganisasiannya, melalui penyusunan skripsi ini,

peniliti memberikan saran-saran berikut:

1. Diharapkan kepada pengurus LDNU senantiasa meningkatkan

perhatiannya terhadap pelaksanaan bentuk-bentuk pengorganisasian

agar program berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

2. Diharapakan untuk pengurus lebih meningkatkan pola manajerialnya,

sehinga menjadi panutan bagi pengurus lainnya mulai dari tinggakat

wilayah hingga daerah.

3. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penyajian data yang disajikan masih

kurang sempurna karena peneliti tidak bisa mendapatkan semua informasi

secara detail. Akan tetapi secara garis besar penelitian tersebut sudah


(4)

81

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Nana Herdiana. 2013. Manajemen Bisnis Syariah & Kewirausahaan.Pustaka Setia: Bandung.

Widjaya. 1987. Perencanaan Sebagai Fungsi Manajemen. PT. Bina Aksara: Jakarta.

Munir, M. dan Ilaihi, Wahyu. 2006.Manajemen Dakwah. Prenada Media: Jakarta.

Mukhtarom, Zaini. 1996.Dasar-dasar Manajemen Dakwah. Al Amien dan IKFA: Yogyakarta.

Siswanto, Bedjo. 1990. Manajemen Modern Konsep dan Aplikasi. Sinar Baru: Bandung.

Handoko, T. Hani. 2012. Manajemen Edisi 2. BPEF: Yogyakarta.

Terry, George R. 1996. Principles of Management (Dasar-Dasar Manajemen). Bumi Aksara: Jakarta.

Sukarna. 1992.Dasar-Dasar Manajemen. C.V. Mandar Maju: Bandung.

Siswanto, Drs. Bedjo. 1990.Manajemen Modern. Sinar Baru: Bandung

Widjaja, Drs. Amin. 1993. Manajemen Suatu Pengantar. PT. Rineka Cipta: Jakarta.


(5)

82

Sugiyono. 2014.Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta: Bandung.

Azwar, Saifudin. 2003.Metode Penelitian. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Mardalis. 1999. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Bumi Aksara: Jakarta.

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Airlangga University Press: Surabaya.

Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Tim Revisi POA. 2013. Pedoman Organisasi dan Administrasi PWNU Jawa Timur.Lajnah PWNU: Surabaya.

Bakar, Anwar Abu. 2008. Al-Muyassar, Al-Qur’an dan Terjemahan. Sinar Baru Algensindo: Bandung.

Latifah, Siti. 2008. Fungsi Pengorganisasian Dakwah Di Dewan Pengurus Daerah Partai Keadilan Sejahtera Kota Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga: Yogyakarta.

Riyanto. 2008. Manajemen Pengorganisasian Majalah Suara Muhammadiyah Kecamatan Gondomanan kota Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga: Yogyakarta.

Jamiludin. 2011. Manajemen Pengorganisasian Yayasan Hasyim Asy’ari


(6)

83

Katsir, Khoiron. 2015. Penelitian Manajemen Organisasi Nirlaba Di Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Jawa Timur. UIN Sunan Ampel: Surabaya.

Kasanah, Uswatun. 2016. Strategi Membangun Kemitraan Melalui Program Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan Di Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) Surabaya. UIN Sunan Ampel: Surabaya.

www.nu.or.id