KOMUNIKASI LEMBAGA DAKWAH AHBAABUL MUSTHAFA DENGAN MASYARAKAT DALAM PENDIRIAN DAKWAH CENTER DI PROBOLINGGO JAWA TIMUR.

(1)

KOMUNIKASI LEMBAGA DAKWAH AHBAABUL MUSTHAFA DENGAN MASYARAKAT DALAM PENDIRIAN DAKWAH CENTERDI

PROBOLINGGO JAWA TIMUR SKRIPSI

ALEISANDRA FAJRIN AMINAH B76211118

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UINIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2015


(2)

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Skripsi oleh Aleisandra Fajrin Aminah telah diperalrankan di depan tim penguji skripsi

Surabaya, 18 Agustus 2015 Mengesahkan,

NEGERI SLTNAN AMPEL

DAN KOMI.N.{IKASI

NIP. 1 95801 1 3 1 982032001 Penguji I,

Prof. Dr. H. Aswadi, M.Ag

NIP. I 9600412199403 1 001

NIP. 1 97301 1 41999A32004 Penguji IV,

Wahvtr llaihi, MA

Muchlis, S,Sos.I, M.Si


(3)

PER}IYATAAI\I KEASLIAN KARYA PEIruLISAN SKRIPSI

B i smillahirahmaninahim

Yang bertanda tangan di bawatr ini, saya:

Nama NIM

Program Studi Alamat

Aleisandra Fajrin Aminah 87621I I l8

Ilmu Komunikasi

Petemon IV No 30 Pojok, Sawahan, Surabaya.

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

l)

Skripsi ini tidak pernah dikumpulkan kepada lembaga pendidikan tinggi manapun untuk mendapatkan gelar akademik apapun.

2)

Skripsi

ini

adalah benar-benar hasil karya saya secara mandiri dan bukan merupakan hasil plagiasi atas karya orang lain.

3)

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi

ini sebagai hasil

plagiasi, saya akan bersedia menanggung segala konsekuensi hokum yang terjadi.

NIM 876211118

Surahava. 2< Agustus 2015


(4)

Nama NIM

Program Studi Judul

PERSETUJUAN PEMBIMB ING

.ALEISANDRA FAJRIN AMINAH

8762tttt8

llmu Komunikasi, Konsehtrasi public Relations

KomunikasiPersuasif Habib Hasan dalam pnedirian Dakwah Center Studipada Masyarakat Kabupaten probolinggo, Jawa Timur)

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan pada sidang skripsi.

Surabaya, T Juli2015

Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. H. Aswadi, M.Ag NIP. 1 96004121994031001


(5)

ABSTRAK

Aleisandra Fajrin Aminah, B76211118, 20115. Komunikasi Lembaga Dakwah Ahbaabul Musthafa dengan Masyarakat dalam Pendirian Dakwah Center di Probolinggo Jawa Timur. Skripsi Program Studi llmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Komunikasi, Lembaga Dakwah, Dakwah Center, Masyarakat. Ada tiga persoalan yang hendak dikaji dalam skripsi ini, yaitu: (1) Bagaimana bentuk-bentuk komunikasi antara lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa dengan masyarakat dalam pendirian Dakwah Center. (2) Apa saja upaya komunikasi yang dilakukan lembaga dakwah tersebut dengan masyarakat terkait pendirian Dakwah Center. (3) Media apa sajakah yang digunakan oleh lembaga dakwah tersebut dalam melakukan tindakan komunikasi.

Untuk mengungkap persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini digunakanlah metode deskriptif kualitatif yang berguna untuk memberikan fakta dan data mengenai tindakan komunikatif yang pengelola lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa lakukan untuk pendirian Dakwah Center, kemudian data tersebut dianalisis secara kritis dengan dasar pemikiran George Herbert Mead, sehingga diperoleh “makna” mendalam tentang berdakwah melalui pendirian Dakwah Center Ahbaabul Musthafa.

Dari basil penelitian ini ditemukan bahwa (1) Dalam asumsi dasar pemikiran Mead mengenai interpretasi dan makna dari bermacam-macam orang, pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat bentuk-bentuk komunikasi yang dilakukan oleh pengelola lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa (komunikator) dengan masyarakat (receiver / penerima pesan) diantaranya ialah komunkasi interpersonal, komunikasi public, dan komunikasi massa. (2) Upaya-upaya yang dilakukan oleh Habib Hasan untuk menarik masyarakat agar berkenan berpartisipasi ialah dengan pemberian “makna” pentinganya beramal jariyah dan strategi kendali komunikasi “wortel teruntai” dengan cara pemberian imbalan berupa sertifikat kepada para pembeli tanah waqof Dakwah Center Ahbaabul Musthafa. (3) Media yang digunakan Habib Hasan dalam melakukan komunikasi persuasif ialah radio Ahbaabul Musthafa dan proposal pengajuan dana.


(6)

Bertitik tolak dari penelitian ini, beberapa saran yang diperkirakan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi tindakan komunikatif Habib Hasan adalah (1) secara organisatoris, perlu diperbaiki lagi manajemen organisasinya agar komunikasi yang terjalin antara Pembina lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa (Habib Hasan) dengan para anggotanya (pengurus) bisa mengalir lebih baik lagi. Dengan demikian, informasi yang disampaikan oleh semua pihak Ahbaabul Musthafa kepada masyarakat mengenai pendirian Dakwah Center dapat seimbang atau sama, tidak berbeda-beda antara jawaban dari satu pengurus dengan pengurus lainnya. (2) Hendaknya Habib Hasan benar-benar memilih atau merekrut orang yang berkompeten untuk membantu tugas-tugasnya sehingga tindakan komunikatif kepada masyarakat pun bisa berjalan dengan cepat, lancar, dan baik.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN v

KATA PENGANTAR vi

ABSTRAK vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR BAGAN xi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penelitian 5

D. Manfaat Penelitian 5

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu 6

F. Definisi Konsep 7

G. Kerangka Pikir Penelitian 8

H. Metode Penelitian 12

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian 13

2. Subjek, Objek, dan Lokasi Penelitian 14

3. Jenis dan sumber data 15

4. Tahap-tahap Peneltian 17


(8)

BAB II : KAJIAN TEORI

A. Kajian Pustaka 24

1. Komunikasi 24

B. Kajian Teori

1. Interaksionisme Simbolik 44

BAB III : PENYAJIAN DATA

A. Deskripsi, Objek, dan Lokasi Penelitian 56

B. Deskripsi Data Penelitian 61

1. Sekilas tentang Dakwah Center Ahbaabul Musthafa 61

2. Pendirian Dakwah Center 71

3. Mengenal Sekilas Sosok Habib Hasan 74 4. Proses Komunikasi Persuasi Habib Hasan

dalam Pendirian Dakwah Center

Ahbaabul Musthafa 81

BAB IV : INTREPETASI HASIL PENELITIAN

A. Analisia Data 89

1. Bentuk-bentuk Komunikasi antara Pengurus Lembaga Dakwah Ahbaabul Musthafa dengan Masyarakat

Probolinggo 89

2. Analisa Upaya Lembaga Dakwah Ahbaabul Musthafa dalam Berkomunikasi dengan Masyarakat 93 3. Media yang Digunakan Lembaga Dakwah Ahbaabul

Musthafa 100


(9)

1. Komunikasi Persuasif dalam Teori

Interaksionisme Simbolik 102 BAB V : PENUTUP

A. SIMPULAN 110

B. REKOMENDASI 112

DAFTAR PUSTAKA xii


(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga dakwah memiliki peran penting dalam sebuah tatanan masyarakat. Peran tokoh-tokoh agama dalam sebuah lembaga dakwah di negeri yang menjunjung tinggi asas ketuhanan Yang Mahaesa ini sangat kuat bagi perkembangan masyarakat sekitarnya. Lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa sudah belasan tahun menjadi sahabat bagi masyarakat Probolinggo untuk memperdalam ilmu agama Islam. Hal itu tak terlepas dari peran seorang Habib Hasan bin Ismail Al Muhdhor di dalam lembaga tersebut. Pria berdarah arab itu adalah seorang tokoh agama yang mendedikasikan dirinya di kabupaten Probolinggo sebagai pengasuh Pondok Pesantren Az Zahir Probolinggo. Namanya sudah tidak asing lagi telinga masyarakat Probolinggo. Pasalnya, selain menjabat sebagai pengasuh sebuah pondok pesantren, Habib Hasan adalah pendiri dan pembina lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa. Lembaga tersebut memiliki kegiatan pengajian rutin yakni majelis ta’lim ibu-ibu dan bapak-bapak setempat. Lembaga tersebut juga sudah mengudarakan dakwah melalui radio Ahbaabul Musthafa di gelombang FM 1.073.

Sepak terjang lembaga dakwah Ahaabul Musthafa tak terlepas dari tokoh kunci yakni Habib Hasan yang berkompeten dalam dunia dakwah di kabupaten Probolinggo. Sosok Habib Hasan yang sudah tidak diragukan lagi mengingat ada pondok pesantrennya sudah berkembang pesat dengan


(11)

2

jumlah santri yang tidak hanya dalam hitungan ratusan yakni Pondok Pesantren Az-Zahir terletak di desa, Widoro, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo. PP Az-Zahir didirikan oleh Almaghfurllah Alhabib Segaf bin Al-Imam Al-Qutb Alhabib Abubakar bin Muhammad Assegaf dengan tujuan untuk memperkuat terhadap akhlaq dan aqidah para pemuda islam dengan berdasarkan ajaran aslafunas sholihin.1 Hal itu membuat semakin banyaknya pengikut jamaah pengajian Ahbaabul Musthafa tersebar di setiap desa dan kecamatan. Lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa sangat berpengaruh dalam perkembangan ajaran islam di kabupaten Probolinggo.

Tahun ini, Habib Hasan akan mendirikan Dakwah Center yang dinamai sama dengan majelis ta’limnya, Ahbaabul Musthafa. Tanah seluas 500 meter persegi sudah disiapkan untuk bangunannya. Namun berdasarkan beberapa orang yang sempat bercerita kepada peneliti, tanah seluas itu ditawarkan kepada masyarakat, barang siapa ingin membeli tanah tersebut Rp.100.000/meter sebagai waqof untuk pendirian Dakwah Center, akan dibuatkan sertifikat. Berdasarkan kesaksian peneliti sendiri ketika pralapangan, didapati banyak warga desa Besuk dan desa Pakuniran berkenan mengeluarkan uang pribadi mereka untuk tanah waqof tersebut. Tidak hanya orang kaya, tetapi juga orang miskin pun juga menyempatkan diri untuk ikut serta berpartisipasi dalam pendirian Dakwah Center, walaupun hanya membayar untuk 1 meter tanah saja. Mereka nampak

1


(12)

3

antusias ketika asisten Habib Hasan mendatangi dan mendaftar biodata mereka sebagai orang yang berwaqof untuk kemudian dibuatkan sertifikatnya.

Peneliti ingin mengetahui komunikasi seperti apakah yang dibangun oleh lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa dibalik antusiasme masyarakat yang membuat mereka percaya atas uang yang telah dikeluarkannya. Melihat ironi pada zaman sekarang banyak tokoh agama yang menyelewengkan wewenang dan amanah yang diberikan oleh masyarakat, adanya peristiwa yang terjadi pada masyarakat kabupaten Probolinggo dimana orang-orang miskin pun berkenan mengeluarkan uang pribadinya untuk pendirian Dakwah Center, menimbulkan decak kagum sekaligus rasa penasaran peneliti. Peneliti ingin mengungkap rahasia apa dibalik pemberian amanah yang begitu besar kepada tokoh agama mereka. Peneliti menduga peran komunikasi sangat besar dalam hal ini.

Peneliti ingin mengetahui segala macam bentuk komunikasi yang dilakukan oleh lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa kepada masyarakat, terutama yang berkaitan dengan interaksi simbolik antar personalnya. Menurut ilmu komunikasi, pembentukan feedback positif dan prilaku sekelompok orang diyakini sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang efektif yang berhasil dilakukan oleh komunikan kepada komunikator.

Dalam sudut pandang islam pun, unsur-unsur yang terkandung dalam komunikasi persuasif menjadi dasar kegiatan dakwah karena dakwah secara etimologis berarti mengajak atau menyeru. Dakwah


(13)

4

merupakan bagian dari tugas setiap muslim, dalam beberapa ayat Al-Quran disebutkan bahwa dakwah menuju jalan Allah SWT hukumnya wajib.

Rasulullah SAW sebagai manusia pilihan yang ditunjuk Allah SWT sebagai pendakwah ajaran islam di tengah kaum yang ingkar pun diperintahkan senantiasa menjaga sikap dan lisan agar lemah lembut, di situ menandakan adanya teknik komunikasi yang dilakukan dengan baik dan digunakan pula oleh seorang Nabi Muhammad SAW. Melalui komunikasi yang efektif, lawan bicara tidak akan mudah tersinggung sehingga mereka pun tidak akan menjauhkan diri dari kita. Komunikasi memiliki beragam bentuk dan teknik yang cocok untuk mengubah prilaku seseorang dari buruk menjadi baik, begitu pun sebaliknya. Namun apabila teknik komunikasi tersebut dilakukan dengan bijaksana dan dilandasi dengan iman, maka kebaikan lah yang akan didapat.

B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana bentuk-bentuk komunikasi lembaga dakwah Ahbaabul Musthafadengan masyarakat kabupaten Probolinggo dalam pendirian Dakwah Center?

b. Bagaimana upaya-upaya komunikasi yang dilakukan lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa dalam pendirian Dakwah Center?

c. Media apa yang digunakan oleh lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa dalam melakukan kegiatan komunikasi tersebut?


(14)

5

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan keseluruhan dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk komunikasi lembaga dakwah Ahbaabul Musthafadengan masyarakat terkait pendirian Dakwah Center.

b. Untuk mengetahui upaya-upaya komunikasi yang dilakukan oleh lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa terkait pendirian Dakwah Center. c. Untuk mengetahui media apa sajakah yang digunakan dalam kegiatan

komunikasi tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penilitian yang akan dilakukan ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak. Melalui penelitian ini, diharapkan mampu mendapat manfaat atas pemecahan permasalahan yang ditemukan pada fokus penelitian ini berdasarkan metode yang digunakan oleh peneliti.

Adapun manfaat yang ingin dicapai terbagi menjadi: a. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis di sini maksudnya adalah hasil penelitian yang dilakukan ini dapat menjadi rujukan referensi bagi peneliti lainnya yang akan meneliti fenomena atau seputar permasalahan yang sama. Juga menambah pengetahuan ilmiah mengenai masalah yang diangkat


(15)

6

melalui metode yang digunakan peneliti yakni studi kualitatif dengan interaksiosme simbolik mengenai komunikasi.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan atau referensi bagi pihak-pihak lain yang memerlukan informasi ilmiah seputar masalah komunikasi lembaga dakwah dengan masyarakat di sekitarnya. Diharapkan dapat diterapkan oleh lembaga dakwah serta tokoh agamanya dalam membangun komunikasi dengan masyarakat agar dapat bekerjasama dalam hal ini mendirikan Dakwah Center, dimana dalam proses komunikasi yang dilakukan tanpa memerlukan unsur paksaan.

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian yang akan dilakukan ini serupa dengan skripsi bermetode kualitatif ialah skripsi dengan judul Komunikasi Perawat dalam Membangun Konsep Diri Positif Lansia karya Ahmad Halim Hakim (D1211004), program studi Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2014. Dalam penelitian tersebut dijelaskan komunikasi persuasif perawat terhadap lansia yaitu dengan memberikan motivasi agar lansia lebih kuat, lebih bersemangat dan masih memiliki gairah dalam menjalani kehidupan di panti Wredha. Komunikasi persuasif perawat dalam memotivasi lansia dilakukan dengan teknik-teknik khusus yang didapatkan melalui pengalaman dan belajar dari perawat lainnya.


(16)

7

Teknik komunikasi persuasif perawat tersebut diantaranya : menggunakan bahasa yang halus dan ramah, disampaikan dengan tegas, menghindari perlakuan yang kasar, disampaikan pada waktu yang tepat, serta sabar dan ikhlas.

Pada penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan ini yakni membahas komunikasi persuasif yang di dalamnya tergambar proses pemberian pengaruh dan perubahan prilaku seseorang sesuai yang diharapkan oleh komunikator yang menggunakan teknik persuasif.

F. Definisi Konsep

a. Komunikasi

Dalam proses komunikasi ada lima elemen dasar yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dengan istilah “Who Says What in

Which Channel to Whom with What Effect”. Kelima elemen dasar tersebut adalah Who (sumber atau komunikator), Says What (pesan), in Which Channel (saluran), to Whom (Penerima), with What Effect (efek atau dampak). Lima elemen dasar dari komunikasi yang dikemukakan oleh Harold Laswell di atas akan bisa membantu para komunikator dalam menjalankan tugas mulianya.

Gerarld L Miller mengatakan, komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang


(17)

8

disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.2 Sementara itu, menurut ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain, agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya.

G. Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir penelitian ini bermaksud untuk menyederhanakan dan memfokuskan pemahaman terhadap rangkaian penelitian yang dilakukan, sehingga penelitian ini dapat terarah sesuai konsep awal.

Bagan 1.1 Karangka pikir penelitian

2

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosda Karya (Bandung : 2010), hlm 68

Lembaga Dakwah Ahbaabul Msuthafa

Komunikasi

Teori Interaksi Simbolik Pembentukan Makna

Pendirian Dakwah Center

Ahbaabul Musthafa

Sekelompok Orang (masyarakat)


(18)

9

Lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa yang di dalamnya terdapat para pengurus melakukan kegiatan komunikasi dimana dalam penelitian ini dianalisa dari sudut pandang teori interaksi simbolik. Kegiatan komunikasi tersebut dilakukan kepada masyarakat Probolinggo dan akan membentuk “makna” atau “persepsi” terhadap masyarakat sebagai penerima pesan. Ketika makna yang dipahami masyarakat sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pihak lembaga dakwah tersebut, maka tujuan untuk mendapatkan partisipasi masyarakat dalam pendirian Dakwah Center pun tercapai.

Teori Interaksi Simbolik

Arti dari kata “interaksi” dan “simbolik”. Menurut kamus komunikasi oleh Effendy, definisi interaksi adalah proses saling mempengaruhi dalam bentuk perilaku atau kegiatan di antara anggota-anggota masyarakat, dan definisi simbolik adalah bersifat melambangkan sesuatu. Simbolik berasal dari bahasa Latin “Symbolic(us)” dan bahasa

Yunani “symbolicos”. Dan seperti yang dikatakan oleh Susanne K. Langer, dimana salah satu kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang, dimana manusia adalah satu-satunya hewan yang menggunakan lambang.3

3

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosda Karya (Bandung : 2008), hlm 92


(19)

10

Ernest Cassirer mengatakan bahwa keunggulan manusia dari mahluk lain adalah keistimewaan mereka sebagai animal symbolicum.4 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi interaksi adalah hal yang saling melakukan aksi, berhubungan, mempengaruhi; antarhubungan.5 Dan definisi simbolis adalah sebagai lambang; menjadi lambang; mengenai lambang. 6

Interaksi simbolik menurut Effendy adalah suatu paham yang menyatakan bahwa hakekat terjadinya interaksi sosial antara individu dan antar individu dengan kelompok, kemudian antara kelompok dengan kelompok dalam masyarakat, ialah karena komunikasi suatu kesatuan pemikiran di mana sebelumnya pada diri masing-masing yang terlibat terjadi internalisasi atau pembatinan.

Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu. Banyak ahli di belakang perspektif ini yang mengatakan bahwa individu merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka mengatakan bahwa individu adalah objek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis

4

ibid

5

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: 2001) hlm 438

6


(20)

11

melalui interaksinya dengan individu yang lain. Menurut Ralph Larossa dan Donald C. Reitzes (1993), interaksi simbolik pada intinya menjelaskan tentang kerangka referensi untuk memahami bagaimana manusia bersama dengan orang lain menciptakan dunia simbolik dan bagaimana cara dunia membentuk perilaku manusia.

Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap. Seperti yang dicatat oleh Douglas (1970), makna itu berasal dari interaksi, tidak ada cara lain untuk membentuk makna selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi.

Definisi singkat dari ke tiga ide dasar dari interaksi simbolik ialah: (1) Pikiran (Mind) adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain, (2) Diri (Self) adalah kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan dunia luarnya, dan (3) Masyarakat (Society) adalah jejaring hubungan sosial yang


(21)

12

diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu di tengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya. Seperti halnya Habib Hasan yang melakukan komunikasi persuasif kepada masyarakat sehingga pendirian Dakwah Center Ahbaabul Musthafa yang mungkin hanya akan melibatkan dirinya dan orang-orang berkepentingan saja, namun melalui komunikasi tersebut ia mampu mendapatkan dukungan dari masyarakat yang tidak memiliki kepentingan sekalipun. Dalam teori interaksi simbolik, penulis berasumsi bahwa teori ini lebih menekankan pada interaksi atau pendekatan antarindividu dengan simbol-simbol dengan tujuan mempengaruhi. Sejalan dengan apa yang dilakukan oleh Habib Hasan, ia pun melakukan interaksi atau pendekatan-pendekatan secara fisik maupun psikologis (emosional) untuk mempengaruhi masyarakat agar bersedia berpikiran dan bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Habib Hasan tanpa adanya tekanan / paksaan.

H. Metode Penelitian

Metode sangat besar pengaruhnya dengan kesuksesan penelitian yang dilakukan. Pada penelitian di bidang komunikasi sosial yang berjudul Komunikasi Lembaga Dakwah Ahbaabul Msuthafa dengan Masyarakat


(22)

13

dalam Pendirian Dakwah Center di Probolinggo, Jawa Timur memiliki kecenderungan kuat untuk menggunakan metode sebagai berikut.

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

a. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Metode ini digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu: telah digunakan secara luas, banyak memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan, menggambarkan keadaan-keadaan yang mungkin terdapat dalam situasi tertentu, dapat memecahkan masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari, membantu untuk mengetahui bagaimana cara mencapai tujuan.

b. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dimulai dengan cara mendefinisikan konsep yang sangat umum, yang mengalami perubahan karena hasil penelitian. Variabel kualitatif merupakan produk atau hasil penelitian itu sendiri. Jenis penelitian ini menggunakan jenis pendekatan dekriptif, yaitu penelitian yang akan melakukan penggambaran secara mendalam tentang situaasi atau proses yang diteliti. Penelitian kualitatif tidak berusaha menguji hipotesis. Meski demikian, bukan


(23)

14

berarti penelitian ini tidak memiliki asumsi awal yang menjadi permasalahan penelitian. Tidak ada hipotesis yang diajukan para peneliti kualitatif.7

Data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data yang berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik dibalik fenomena secara mendalam, rinci, dan tuntas. Penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakan metode deskriptif.

Menurut Keirl dan Miller dalam Moleong yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental terletak pada pengamatan pada manusia pada kawasannya sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya.8

2. Subyek, Obyek, dan Lokasi Penelitian

a. Subyek Penelitian

7

Muhammad Idrus, 2009, Metode Penelitian Ilmu Sosial : Pendekatan Kualitaif dan

Kuantitatif, Jakarta: Erlangga, hlm 21-24

8

Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda Karya, (Bandung: 2009) hlm 40


(24)

15

Subyek penelitian dalam hal ini adalah terkait dengan lingkungan sekitar latar penelitian yang ditunjuk oleh peneliti dan dianggap memiliki pengetahuan luas dan memadai terkait dengan obyek penelitian. Adapun subyek penelitiannya adalah pengelola lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa dan masyarakat sekitarnya. b. Obyek Penelitian

Obyek yang menjadi kajian dalam penelitian ini ialah keilmuan komunikasi, bagaimana lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa berkomunikasi dengan masyarakatnya. Juga keilmuan sosial yang menjelaskan bagaimana upaya-upaya (strategi) yang dilakukan lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa dalam pendirian Dakwah Center sehingga mampu membentuk persepsi sosial yang baik bagi masyarakat. Adapun obyek penelitiannya adalah komunikasi lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa dengan masyarakat Probolinggo.

c. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di PP Az Zahir, desa Widoro, kecamatan Krejengan, kabupaten Probolinggo dan masyarakat sekitarnya.

3. Jenis dan Sumber Data

Dalam hal untuk keakuratan data, penelitian ini digali dari beberapa jenis dan sumber data, antara lain:


(25)

16

a. Data Primer

Data primer yang merupakan data pokok dari penelitian ini merupakan data yang diperoleh secara langsung dari penelitian perorangan, kelompok dan organisasi.9

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder.10 Dalam hal ini berupa data yang mendukung hasil penelitian.

2) Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi sumber data primer dan sekunder. Dalam penelitian ini yang dimaksud sumber data primer adalah informan yang sudah dipilih karena dapat memberikan data terkait tujuan penelitian.

Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah data primer. Sumber data ini dipilih dengan tujuan dapat menjadi pelengkap dan pendukung sumber data primer. Data yang dicari adalah data perihal komunikasi persuasif yang dilakukan oleh lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa dengan masyarakat dalam pendirian Dakwah Center dan dokumentasi resmi lain yang meliputi arsip-arsip penting mengenai pendirian Dakwah Center Ahbaabul Musthafa.

9

Rosady Ruslan, 2006, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm 29

10


(26)

17

4. Tahap-tahap Penelitian

Ada 3 tahapan yang dilaksanakan dalam proses penelitian ini, yaitu: a) Pralapangan

Tahap ini merupakan tahapan persiapan sebelum melakukan penelitian, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Menyusun Rancangan Penelitian

Penelitian ini diawali dengan menentukan obyek yang akan dijadikan penelitian, membuat rumusan masalah yang akan diteliti dari fenomena yang ada di lapangan, serta segala hal yang diteliti terkait metodologinya dalam proposal penelitian.

2. Mengurus Perizinan

Setelah proposal penelitian disetujui, dilanjutkan dengan mengurus surat izin penelitian untuk melakukan wawancara atau penggalian serta observasi data-data yang dibutuhkan.

b) Penelitian atau pelaksanaan lapangan

Sebelum melakukan wawancara lapangan, penulis melakukan observasi lapangan terlebih dahulu yakni memahami latar penelitian dan persiapan diri meliputi:

1. Klasifikasi data dalam tahapan ini peneliti melakukan identifikasi identitas subyek penelitian


(27)

18

2. Melakukan pendekatan kepada informan dalam penelitian serta melakukan pengamatan secara langsung seputar data

3. Membuat pedoman wawancara seputar hal-hal yang ingin diteliti 4. Berperan sambil mengumpulkan data sebanyak-banyaknya yang

valid dan peneliti mewawancarai masyarakat sekitar pondok pesantren Az Zahir dan pengelola lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa yang dipimpin oleh Habib Hasan, tentang bentuk serta upaya-upaya yang dilakukan oleh lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa dengan masyarakat dalam pendirian Dakwah Center di Probolinggo Jawa Timur.

c) Laporan

Setelah tahap lapangan selesai, penulis membuat serta menyusun laporan yang berisi kegiatan yang telah dilakukan dalam bentuk tulisan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti sebagai berikut:

a. Wawancara Mendalam (depth news)

Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan masyarakat kabupaten Probolinggo dan para pengurus lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa agar mendapatkan data lengkap dan


(28)

19

mendalam. Wawancara ini akan dilakukan dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif. Setelah itu penulis mengumpulkan dan mengklarifikasikan data yang diperoleh. b. Observasi

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. Peneliti dengan sengaja terlibat langsung dalam aktivitas keseharian yanng diteliti peneliti untuk mendekatkan diri dan memahami lebih lanjut apa yang diteliti dan juga pendukung data wawancara.

6. Teknik Analisis Data

Hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan tiga alur kegiatan secara bersamaan, yaitu reduksi data, display data, penarikan kesimpulan atau verifikasi.

a. Reduksi data dalam hal ini melakukan pemilihan data yang menjadi perhatian penelitian. Dari banyak data yang ditemukan, selanjutnya dipilih data yang tepat dan akurat.11

b. Penyajian (Display) dilakukan untuk menarik kesimpulan dari sekumpulan informasi atau data yang selanjutnya disajikan dalam bentuk teks yang bersifat naratif yaitu tentang bentuk dan upaya

11

Prof.Dr. Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, hlm 247.


(29)

20

komunikasi yang dilakukan lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa dengan dan kepada masyarakat sekitarnya.

c. Penarikan kesimpulan, dalam hal ini peneliti menarik kesimpulan awal dari hasil sementara yang ada, kemudian melakukan verifikasi atau pencocokan hasil kesimpulan awal dengan kesimpulan akhir dengan bukti-bukti yang ada dalam penelitian, dalam hal ini jika hasilnya sama maka kesimpulan dianggap kredibel.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk membuktikan hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan dari segala segi makna diperlukan teknik keabsahan data yaitu:

a. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data. Ada tiga dasar tipe triangulasi dalam penelitian kualitatif, yaitu:

1) Triangulasi Data

Triangulasi data adalah penggunaan beragam sumber data dalam suatu penelitian sampai benar-benar valid seperti: dokumentasi, hasil wawancara, dan hasil observasi.


(30)

21

Triangulasi peneliti adalah mengadakan pengecekan diluar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data, seperti: pembimbing peneliti bertindak sebagai pengamat.

3) Triangulasi Teori

Triangulasi teori adalah penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat.

b. Ketekunan Pengamatan

Bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.12

Peneliti mengadakan pengamatan dengan teliti dan secara berkesinambungan, kemudian menelaah secara rinci dan berulang-ulang dalam tiap kali melakukan penelitian sehingga ditemui seluruh data penelitian dan hasilnya sudah mampu dipahami dengan baik.

c. Diskusi dengan teman sejawat

Diskusi ini dilakukan untuk mengetahui hal-hal (data) yang belum diteliti bisa juga dijadikan sebagai tambahan tentang

12

Lexy J.Moleong, 2009, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung:PT.Remaja Rosda Karya, hal.329


(31)

22

penjabaran data di lapangan dan sebagai pembanding antara data yang satu dengan yang lain.

d. Dokumentasi

Hal ini dilakukan peneliti untuk mencari data yanng lebih valid, berupa foto-foto atau dokumen yang ada.

I. Sistematika Pembahasan

Agar mempermudah penelitian dibutuhkan sistematika pembahasan. Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini dibagi menjadi lima bab meliputi:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini terdiri dari sembilan sub bab antara lain latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka konseptual, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II: KAJIAN TEORITIS

Membahas tentang kajian pustaka dan kajian teori. BAB III : PENYAJIAN DATA

Berisi tentansg deskripsi subyek penelitian dan deskripsi tentang data penelitian.

BAB IV : INTERPRETASI HASIL PENELITIAN

Pada analisis data dijelaskan tentang temuan penelitian dan konfirmasi temuan dengan teori.


(32)

23

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan rekomendasi dari penelitian ini.


(33)

24

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Komunikasi

Secara praktis, komunikasi adalah proses penyampaian pesan kepada orang lain. Kata kunci dalam komunikasi adalah pesan itu sendiri. Dari pesan itulah sebuah proses komunikasi dimulai. Komunikasi terjadi karena ada pesan yang ingin atau harus disampaikan kepada pihak lain. Pesan di sini tidak sebatas informasi, melainkan juga simbol atau lambang. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang-orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama. Kemampuan manusia menggunakan lambang atau simbol memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara manusia dan objek (baik nyata maupun abstrak) tanpa kehadiran manusia dan objek tersebut. Oleh karenanya, komunikasi juga disebut-sebut sebagai proses simbolik.13

a. Pengertian Komunikasi Secara Bahasa

Komunikasi berakar kata Latin, ”comunicare”, artinya "tomakecommon" – membuat kesamaan pengertian, kesamaan

13

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosda Karya (Bandung : 2010), hal 92


(34)

25

persepsi. Akar kata Latin lainnya “communis” atau

communicatus” atau “common” dalam bahasa Inggris yang

berarti “sama”, kesamaan makna (commonness). Ada juga akar kata Latin ”communico” yang artinya membagi. Maksudnya membagi gagasan, ide, atau pikiran.14

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) mengartikan komunikasi sebagai ”proses penyampaian dan pemerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami”.

The Oxford English Dictionary mengartikan komunikasi sebagai “The imparting, conveying, or exchange of ideas, knowledge, information, etc.“ (Pemberian, penyampaian, atau pertukaran ide, pengetahuan, informasi, dsb.)

b. Pengertian Komunikasi Menurut Para Ahli

Para ahli komunikasi berbeda-beda redaksional dalam mendefinisikan komunikasi, seperti “pengalihan informasi untuk memperoleh tanggapan” (JL. Aranguren), “koordinasi makna antara seseorang dengan khalayak” (Melvin L DeFleur), dan “saling berbagi informasi, gagasan, atau sikap” (Wilbur Schramm).

Pengertian komunikasi paling populer datang dari Harold Lasswell, yakni “Who says what in which channel to

14


(35)

26

whom and with what effects”, siapa mengatakan apa melalui saluran mana kepada siapa dan dengan pengaruh apa.

c. Fungsi Komunikasi

Secara fungsional, komunikasi dilakukan untuk kepentingan-kepentingan tertentu dan terbagi menjadi:15

1. Komunikasi sosial.

Melalui komunikasi, kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar seperti sekolah dan peguruan tinggi, RT/RW, desa, kota, dan Negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.

2. Komunikasi ekspresif

Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan emosi. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan non verbal.

3. Komunikasi ritual

Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif, komunikasi ritual biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara seperti

15

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2010), hlm 5 – 33


(36)

27

khitanan, pernikahan, ulang tahun, ruwat desa, dan lain-lain. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut, menegaskan kembali komitmen mereka pada tradisi-tradisi keluarga, komunitas, suku, bangsa, negara, ideologi, atau agama mereka.

4. Komunikasi instrumental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum yakni menginformasikan (to inform), mengajar (to educate), mendorong (to motivated), mengubah; sikap, keyakinan, dan perilaku (to influence), serta menghibur (to entertain).

Terkadang, tanpa disadari keempat fungsi tersebut terkandung dalam suatu peristiwa dan saling tumpang tindih. Hanya saja, ada salah satu fungsi yang terlihat sangat mendominasi. Setiap orang dapat mengkonseptualisasikan dan mengembangkan fungsi komunikasi dalam kehidupan masing-masing.

Secara teknis, komunikasi juga beragam jenis, seperti: 1. Verbal Communication (komunikasi lisan, menggunakan

bahasa)

2. Non Verbal Communication (bahasa isyarat, gestur, bahasa tubuh / body language)


(37)

28

4. Face to face communication (komunikasi tatap muka) 5. Indirect Communication (komunikasi tidak langsung /

menggunakan media) 6. Komunikasi lisan 7. Komunikasi tulisan

8. Komunikasi Intrapersonal (Intrapersonal Communication) 9. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication) 10.Komunikasi Kelompok (Group Communication)

11.Komunkasi Publik (Public Communication) 12.Komunikasi Massa (Mass Communication) 13.Komunikasi Politik

14.Komunikasi Budaya 15.Komunikasi Olahraga 16.Komunikasi Pembangunan 17.Komunikasi Keluarga 18.Komunikasi Dakwah

d. Alur dan Komponen Komunikasi

Setiap komunikasi memiliki alur dan komponen sebagai berikut:

1. Komunikator/Sender– Pengirim pesan

2. Encoding - Proses penyusunan ide menjadi simbol/pesan 3. Message – Pesan


(38)

29

5. Decoding - Proses pemecahan/ penerjemahan simbol-simbol

6. Komunikan/Receiver– Penerima pesan 7. Feed back - Umpan balik, respon.16 e. Bentuk-bentuk Komunikasi

1) Komunikasi Interpersonal (Antarpribadi)

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun non verbal.17 Hal ini dapat mencakup semua aspek komunikasi seperti mendengarkan, membujuk, menegaskan, komunikasi nonverbal, dan sebagainya.

Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal : a) Berada dalam jarak yang dekat

b) Mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal

c) Informal

d) Tanpa terencana

e) Penambahan wawasan, pengetahuan, efek yang ditimbulkan bisa kognisi (perubahan perilaku / perilaku

16

Ibid, hlm 69 – 71

17


(39)

30

baru), sikap, psikomotorik afektif karena dalam bentuk face to face atau langsung

f) Komunikasi Intrapersonal (Komunikasi Intrapribadi) Komunikasi intrapersonal adalah proses komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang atau komunikasi dengan diri sendiri.18 Contohnya berpikir. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan.

2) Komunikasi Massa (Mass Communication)

Komunikasi Massa (Mass Communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), berbiaya mahal yang dikelola oleh lembaga atau orang-orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah orang besar berada di banyak tempat.19

Ciri-ciri komunikasi massa :

18

Ibid, hlm 80

19


(40)

31

a) Menggunakan media masa dengan organisasi (lembaga

media) yang jelas

b) Komunikator memiliki keahlian tertentu

c) Pesan searah dan umum, serta melalui proses produksi

dan terencana

d) Khalayak yang dituju heterogen dan anonim

e) Kegiatan media masa teratur dan berkesinambungan

f) Ada pengaruh yang dikehendaki

g) Dalam konteks sosial terjadi saling mempengaruhi

antara media dan kondisi masyarakat serta sebaliknya

h) Hubungan antara komunikator (biasanya media massa)

dan komunikan (pemirsanya) tidak bersifat pribadi 3) Komunikasi Kelompok (Group Communication)

Komunikasi kelompok adalah komunikasi sekelompok orang yang memiliki tujuan yang sama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama. Sekelompok orang ini biasanya keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat, kelompok diskusi, kelompok belajar, komite yang tengah rapat. Komunikasi kelompok dapat terjadi pada sekelompok kecil hingga sekelompok besar orang. Dalam proses terjadinya komunikasi kelompok, komunikasi antarpribadi pun terlibatkan. Oleh karenanya,


(41)

32

kebanyakan teori komunikasi antarpribadi juga berlaku bagi komunikasi kelompok.20

Ciri-ciri komunikasi Kelompok :

a) Jumlah lebih dari dua orang

b) Formal/Informal

c) Terencana

f. Teknik Komunikasi

Teknik berbicara efektif adalah berbicara secara menarik dan jelas sehingga dapat dimengerti dan mencapai tujuan yang diharapkan di dalam komunikasi. Teknik berbicara di dalam berkomunikasi harus menyesuaikan diri antara komunikator dan komunikan kepada pesan (message) yang dipercakapkan.

Teknik komunikasi digunakan supaya komunikasi antar manusia terjalin secara efektif. Pengertian teknik adalah suatu cara yang digunakan untuk melakukan sesuatu hal. Sedangkan pengertian komunikasi adalah penyampaian informasi dari komunikator ke komunikan melalui media tertentu. Maka pengertian teknik komunikasi adalah suatu cara yang digunakan dalam menyampaikan informasi dari komunikator ke komunikan dengan media tertentu. Dengan adanya teknik

20


(42)

33

ini diharapkan setiap orang dapat secara efektif melakukan komunikasi satu sama lain dan secara tepat menggunakannya.

Beberapa teknik dalam komunikasi :

a) Ucapan yang jelas dan idenya tidak ada makna ganda, utuh. b) Berbicara dengan tegas, tidak berbelit-belit

c) Memahami betul siapa yang diajak bicara, hadapkan wajah dan badan, pahami pikiran lawan bicara

d) Menyampaikan tidak berbelit-belit, tulus dan terbuka e) Sampaikan informasi dengan bahasa penerima informa f) Menyampaikan dengan kemampuan dan kadar akal

penerima informasi

g) Sampaikan informasi dengan global dan tujuannya baru detailnya

h) Berikan contoh nyata, lebih baik jadikan anda sebagai model langsung

i) Sampaikan informasi dengan lembut

j) Kendalikan noise dan carilah umpan balik untuk meyakinkan informasi anda diterima. Contoh dengan bertanya atau menyuruh mengulanginya.21

Dengan adanya beberapa teknik komunikasi ini diharapkan hambatan-hambatan dalam komunikasi dapat diminimalisasi. Bukan hanya komunikasi antar individu saja

21


(43)

34

yang membutuhkan teknik komunikasi, dalam berkomunikasi dengan stakeholder atau antar karyawan juga perlu teknik komunikasi tersendiri.

a. Teknik Komunikasi Semi Formal

Ada teknik komunikasi semi formal yang bisa berupa: 1) Informative Communication (Komunikasi Informatif)

Informative communication adalah suatu pesan yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang tentang hal-hal baru yang diketahuinya. Teknik ini berdampak kognitif pasalnya komunikan hanya mengetahui saja. Seperti halnya dalam penyampaian berita dalam media cetak maupun elektronik, pada teknik informatif ini berlaku komunikasi satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, medianya menimbulkan keserempakan, serta komunikannya heterogen. Biasanya teknik informatif yang digunakan oleh media massa bersifat asosiasi, yaitu dengan cara menumpangkan penyajian pesan pada obyek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak.22

2) Persuasive Communication (Komunikasi Persuasif)

Komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku komunikan yang lebih

22

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosda Karya (Bandung : 2010), hlm 33


(44)

35

menekan sisi psikologis komunikan. Penekanan ini dimaksudkan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, tetapi persuasi dilakukan dengan halus, luwes, yang mengandung sifat-sifat manusiawi sehingga mengakibatkan kesadaran dan kerelaan yang disertai perasaan senang. Agar komunikasi persuasif mencapai tujuan dan sasarannya, maka perlu dilakukan perencanaan yang matang dengan menggunakan komponen-komponen ilmu komunikasi yaitu komunikator, pesan, media, dan komunikan, sehingga dapat terciptanya pikiran, perasaan, dan hasil penginderaannya terorganisasi secara mantap dan terpadu. Biasanya teknik ini afektif, komunikan bukan hanya sekedar tahu, tapi tergerak hatinya dan menimbulkan perasaan tertentu.23

3) Coersive/ Instruktive Communication (Komunikasi Bersifat Perintah)

Komunikasi instruktif atau koersi teknik komunikasi berupa perintah, ancaman, sangsi dan lain-lain yang bersifat paksaan, sehingga orang-orang yang dijadikan sasaran (komunikan) melakukannya secara terpaksa. Biasanya teknik komunikasi seperti ini bersifat fear arousing, yang bersifat menakut-nakuti atau

23


(45)

36

menggambarkan resiko yang buruk, serta tidak luput dari sifat red-herring, yaitu interest atau muatan kepentingan untuk meraih kemenangan dalam suatu konflik, perdebatan dengan menepis argumentasi yang lemah kemudian dijadikan untuk menyerang lawan. Teknik ini bisa digunakan oleh atasan terhadap bawahannya yang menuntut adanya kedisiplinan kerja karyawannya.

4) Human Relation (Hubungan Manusia)

Hubungan manusiawi merupakan terjemahan dari human relation. Adapula yang mengartikan hubungan manusia dan hubungan antar manusia, namun dalam kaitannya hubungan manusia tidak hanya dalam hal berkomunikasi saja, namun di dalam pelaksanaannya terkandung nilai nilai kemanusiaan serta unsur-unsur kejiwaan yang amat mendalam.

Hubungan manusia pada umumnya dilakukan untuk menghilangkan hambatan-hambatan komunikasi, meniadakan salah pengertian dan mengembangkan tabiat manusia.24

b. Teknik Pendekatan Komunikasi

Untuk melakukan hubungan manusia biasanya digunakan pula teknik pendekatan yaitu pendekatan emosional

24

Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarprinadi, Kencana Prenada Media Group, (Jakarta: 2011), hlm 36


(46)

37

(emotional approach) dan pendekatan sosial budaya ( sosio-cultur approach);

a) Pendekatan emosional.

Dalam hubungan ini komunikator mempertaruhkan kepercayaan komunikan terhadap fakta pesan yang disampaikan, maka teknik ini berujung pay off atau reward, yaitu bujukan atau rayuan dengan cara “mengiming-imingi” komunikan dengan hal yang menguntungkan atau menjanjikan harapan. Pada umumnya emotional approach ini menggunakan konseling sebagai senjata yang ampuh, baik secara langsung maupun tidak langsung, hal ini bertujuan agar pesan bisa secara langsung menyentuh perasaan komunikan.

b) Pendekatan sosial budaya.

Salah satu tujuan komunikasi adalah tersampaikannya pesan dari komunikator kepada komunikan. Maka dianjurkan bagi komunikator terlebih dahulu memahami perilaku sosial serta budaya masyarakat setempat yang akan menjadi komunikan. Hal ini bertujuan agar komunikan, lebih memahami serta tidak merasa tersinggung oleh pesan yang disampaikan oleh


(47)

38

komunikator, selain hal tersebut masyarakat yang menjadi komunikan tidak dapat terlepas dari budaya.25

c. Teknik Mendengar Aktif

Mendengarkan merupakan suatu kegiatan memperhatikan dengan sebaik-baiknya dengan menggunakan indera pendengaran, sehinggga memahami maksud secara tepat dari pihak komunikator. Untuk mendengarkan dengan baik diperlukan konsentrasi yang tinggi dari pikiran agar dapat menangkap dan menginterpretasi berita atau pesan yang dikirim komunikan. Proses mendengarkan secara aktif dan efektif tidak hanya menggunakan indera pendengaran, tetapi perpaduan antara indera pendengaran dengan pikiran, yakni sebagai berikut:26

1) Mendengarkan secara evaluatif

Ketika mendengarkan pembicaraan, pendengar berupaya mendengarkan sambil mengadakan evaluasi terhadap kata-kata yang diucapkan pembicara. Hasil penilaian ini disampaikan kembali kepada pembicara dalam berbagai macam bentuk yaitu menolak, menyetujui, menyanggah, atau mandukung isi pembicaraan.

2) Mendengarkan secara proyektif

25

Teknik pendekatan Komunikasi, www.academia.edudiakses pada 18 Mei 2015

26


(48)

39

Pendengar berusaha memproyeksikan dirinya ke alam pikiran pembicara. Pendengar berusaha memahami pandangan dari pembicara sampai pembicaraan selesai dan pendengar memahami setiap arti kata dari pembicara. Cara mendengarkan yang aktif dan efektif, yaitu sebagai berikut: a) Mendengarkan dengan penuh konsentrasi apa yang

sedang dibicarakan

b) Menangkap pesan-pesan penting atau inti pembicaraan c) Mempersiapkan alat tulis menulis untuk mencatat inti

pembicaraan

d) Bila pembicaraan terjadi secara langsung tanpa menggunakan media komunikasi, pendengar dapat langsung bertanya kepada pembicara perihal isi pembicaraan yang tidak dipahami (bila pembicaraan terjadi ketika rapat, tunggu sampai pada acara tanya, jawab).

g. Hambatan Komunikasi

Tidak mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif. Bahkan beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkinlah seseorang melakukan komunikasi yang sebenar-benarnya efektif. Ada banyak hambatan yang bisa merusak komunikasi. Ada beberapa hal yang merupakan


(49)

40

hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator kalau ingin komunikasinya sukses.

Hal ini dalam dunia komunikasi disebut noise (gangguan komunikasi). Proses komunikasi tidak akan berjalan lancar jika terjadi gangguan dalam komunikasi. Gangguan atau hambatan itu secara umum dapat dikelompokkan menjadi hambatan internal dan hambatan eksternal yaitu:

a) Hambatan internal

Hambatan yang berasal dari dalam diri individu yang terkait kondisi fisik dan psikologis.

b) Hambatan eksternal

Hambatan yang berasal dari luar individu yang terkait dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya. Menurut Prof. Onong Uchjana Effendy, MA dalam bukunya Ilmu, Teori, dan Filasafat Komunikasi, ada 4 jenis hambatan komunikasi, yaitu:

1) Gangguan

Ada 2 jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurutsifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik yaitu gangguan yang disebabkan oleh saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik dan gangguan


(50)

41

semantik yaitu pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak atau salah pengertian.

2) Kepentingan

Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan.

3) Motivasi terpendam

Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan, dan kekurangannya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tak sesuai dengan motivasinya.

4) Prasangka

Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. Menurut Dr. Erliana Hasan, M.Si dalam bukunya Komunikasi Pemerintahan ada beberapa faktor yang memengaruhi tercapainya komunikasi yang efektif:


(51)

42

1. Perbedaan latar belakang

Setiap orang ingin diperlakukan sebagai pribadi, dan memang setiap orang berbeda, berkaitan dengan perbedaan itu merupakan tanggung jawab komunikator untuk mengenal perbedaan tersebut dan menyesuaikan isi pesan yang hendak disampaikan dengan kondisi penerima pesan secara tepat, dan memilih media serta saluran komunikasi yang sesuai supaya respon yang diharapkan dapat dicapai. Semakin besar persamaan orang-orang yang terlibat dalam pembicaraan semakin besar kemungkinan tercapainya komunikasi yang efektif. Perbedaan yang mungkin dapat menimbulkan kesalahan dalam berkomunikasi antara lain perbedaan persepsi, perbedaan pengalaman dan latar belakang, dan sikap praduga / stereotip.

2. Faktor bahasa

Bahasa merupakan elemen komunikasi yang tidak bisa dipisahkan dalam setiap proses komunikasi. Mengapa menusia berbahasa dan mengapa ada beraneka ragam bahasa di dunia? Kemampuan berbahasa manusia yang


(52)

43

membedakannya dari hewan lain yang lebih rendah, merupakan akibat dari pembesaran dan perkembangan otak manusia. Bahasa yang digunakan seseorang verbal maupun nonverbal (bahasa tubuh) ikut berpengaruh dalam proses komunikasi antara lain perbedaan arti kata, penggunaan istilah atau bahasa tertentu, dan komunikasi nonverbal. 27

3. Sikap pada waktu berkomunikasi

Hal ini ikut berperan, bahkan sering menjadi faktor utama, sikap-sikap seseorang yang dapat menghambat komunikasi tersebut antara lain:

a. Mendengar hanya apa yang ingin didengar b. Mengadakan penilaian terhadap pembaca c. Sibuk mempersiapkan jawaban

d. Bukan pendengar yang baik e. Pengaruh faktor emosi f. Kurang percaya diri

g. Gaya / cara bicara dan nada suara 4. Faktor lingkungan

Lingkungan dan kondisi tempat seseorang berkomunikasi juga ikut menentukan proses

27

John C Condon, Semantics and Communication, edisi ketiga, Mcmillan, (Yew York; 1989), hlm 9, dalam ibid hlm 265


(53)

44

maupun hasil komunikasi tersebut, hal-hal yang berpengaruh antara lain:

a. Faktor tempat

b. Faktor situasi/waktu28

B. Kajian Teori

1. Interaksionisme Simbolik

Interaksi simbolik merupakan salah satu prespektif teori yang baru muncul setelah adanya teori aksi (action theory) yang dipelopori dan dikembangkan oleh Max Weber. Teori interaksi simbolik berkembang pertama kali di Universitas Chicago dan dikenal dengan mahzab Chicago tokoh utama dari teori ini berasal dari berbagai Universitas di luar Chicago. Diantaranya John Dewey dan C. H Cooley, filsuf yang semula mengembangkan teori interaksi simbolik di universitas Michigan kemudian pindah ke Chicago dan banyak memberi pengaruh kepada W. I Thomas dan George Herbert Mead.29

Sebagaimana diketahui konsep itu muncul tatkala Mead mengajar psikologi sosial di Chicago sekitar tahun 1916-1928. Waktu itu dunia sedang dilanda perang besar antara Jerman bersama Austria

28

Onong Uchjana Effendy, Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya Bakti, (Bandung: 2003), hlm 99

29

Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, Kencana Prenada Media Group, (Jakarta: 2011), hlm 181


(54)

45

melawan Perancis, Inggris dan negara-negara sekutu, termasuk Amerika Serikat. Setelah selesai Perang Dunia Pertama, Amerika Serikat mengalami depresi ekonomi yang sangat berat. Pada saat itu di Amerika Serikat banyak terjadi persoalan sosial. Dari masalah pengangguran, tingginya kriminalitas, prostitusi, munculnya kasus-kasus perceraian di masyarakat, hingga banyaknya orang yang mengidap depresi dan persoalan sosial lain yang mengidab masyarakat urban yang sekulair. Itulah problema masyarakat modern yang menjadi perhatian ilmuwan sosial pada masa itu.30

Keadaan itu nampaknya mendorong Mead

mengamati keseharian kehidupan manusia, terutama mengenai bagaimana individu melakukan interaksi. Kemudian dia mengembangkan teori Psikologi sosial. Pada dasarnya dia percaya bahwa ilmu pengetahuan bisa memberikan solusi terhadap berbagai persoalan sosial. Untuk itu selain dia memformulasikan pemikirannya dalam teori interaksi simbolik, keseharian Mead juga aktif dalam kegiatan reformasi sosial. Dia terlibat kegiatan pengumpulan dana yang berkenaan dengan kebijakan di bidang pemukiman sosial di Universitas Chicago. Kondisi eksternal semacam itulah yang menjadi setting sosial ketika Mead menghasilkan pemikiran- pemikirannya. Karena itu tidaklah mengherankan jika kajian tentang “mind”, Mead

30

Ari Alfian dkk, Teori Interaksi Simbolik George Herbert Mead, ronikurosaki.blogspot.sg/2014/05/teori-interaksi-simbolik-menurut-george.html,diakses pada 6 juni 2015


(55)

46

melihat “mind” secara pragmatis. Yakni mind atau pikiran melibatkan proses berpikir yang mengarah pada penyelesaian masalah. Saat itu Mead berasumsi, dunia nyata penuh dengan masalah (sesuai dengan keadaan saat itu), dan fungsi pikiranlah untuk mencoba menyelesaikan masalah dan memungkinkan orang lebih efektif dalam kehidupan.31

Begitu pula dalam membahas konsep The Self, George Herbert Mead senantiasa memperhitungkan faktor struktural yaitu society. Karena pada dasarnya menurut pengamatan Mead konsep diri (the self) yang dia sebut sebagai “I” menentukan kehendak, keinginan, termasuk ambisi-ambisi dari mahkluk yang namanya manusia. Namun disisi lain diri manusia juga memiliki konsepsi “Me”, yang sangat memperhitungkan keadaan sekelilingnya. “Me” senantiasa dipengaruhi oleh interaksi internal yang dikaitkan dengan keadaan masyarakat. Itulah struktur sosial yang berpengaruh terhadap konsepsi the self.32

a. Lingkup Pembahasan Teori Interaksi Simbolik

Menurut Mead, manusia mempunyai sejumlah kemungkinan tindakan dan pemikiranya sebelum ia memulai tindakan yang sebenarnya dengan melalui pertimbangan. Karena

31

ibid

32

Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, Kencana Prenada Media Group, (Jakarta: 2011), hlm 189


(56)

47

itu, dalam tindakan manusia terdapat suatu proses mental yang tertutup yang mendahului proses tindakan yang sesungguhnya.33

Berpikir menurut Mead adalah suatu proses individu berinteraksi dengan dirinya sendiri dengan memilih dan menggunakan simbol-simbol yang bermakna. Melalui proses interaksi dengan dirinya sendiri itu, individu memilih mana diantara stimulus yang tertuju padanya akan ditanggapinya. Dengan demikian, individu tidak secara langsung menanggapi stimulus, tetapi terlebih dahulu memilih dan kemudian memutuskan stimulus yang akan ditanggapinya.

Simbol atau tanda yang diberikan oleh manusia dalam melakukan interaksi mempunyai makna-makna tertentu, sehingga dapat menimbulkan komunikasi. Menurut Mead, komunikasi secara murni baru terjadi bila masing-masing pihak tidak saja memberikan makna pada perilaku mereka sendiri, tetapi memahami atau berusaha memahami makna yang diberikan oleh pihak lain.

Dalam hubungan ini, Habermas mengemukakan dua kecenderungan fungsional dalam argumen bahasa dan komunikasi serta hubungan dengan perkembangan manusia. Pertama, bahwa manusia dapat mengarahkan orientasi perilaku mereka pada

33

Ari Alfian dkk, Teori Interaksi Simbolik Goerge Herbert Mead, ronikurosaki.blogspot.sg/2014/05/teori-interaksi-simbolik-menurut-george.html , diakses pada 6 juni 2015


(57)

48

konsekuensi-konsekuensi yang paling positif. Kedua, sebagai kenyataan bahwa manusia terlibat dalam interaksi makna yang kompleks dengan orang yang lain, dapat memaksa mereka untuk cepat berinteraksi dengan apa yang diinginkankan orang lain.34

Pada awal perkembangannya, interaksi simbolik lebih menekankan studinya tentang perilaku manusia pada hubungan interpersonal, bukan pada keseluruhan kelompok atau masyarakat. Proporsi paling mendasar dari interaksi simbolik adalah perilaku dan interaksi manusia itu dapat dibedakan, karena ditampilkan lewat simbol dan maknanya.35 Mencari makna dibalik yang sensual menjadi penting didalam interaksi simbolis. Secara umum ada enam proporsi yang dipakai dalam konsep interaksi simbolik, yaitu:

a) Perilaku manusia mempunyai makna dibalik yang menggejala b) Pemaknaan manusia perlu dicari sumber pada interaksi sosial

manusia

c) Masyarakat merupakan proses yang berkembang holistik, tak terpisah, tidak linear, tidak terduga

d) Perilaku manusia itu berlaku berdasarkan berdasar penafsiran fenomenlogik, yaitu berlangsung atas maksud, pemaknaan, dan tujuan, bukan didasarkan atas proses mekanik dan otomatis

34

Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, Kencana Prenada Media Group, (Jakarta: 2011), hlm 190

35


(58)

49

e) Konsep mental manusia itu berkembang dialektik, dan f) Prilaku manusia itu wajar dan konstruktif reaktif36 b. Interaksi Simbolik dalam Realitas Sosial

Manusia mempunyai kemampuan untuk menciptakan dan memanipulasi simbol-simbol. Kemampuannya itu diperlukan untuk komunikasi antarpribadi dan pikiran subyektif. Guna memandang proses dan relativitas bentuk-bentuk yang ada, maka Mead selanjutnya menggunakan tiga perspektif yang berbeda; evolusionisme Darwin, idealism dialektis Jerman, dan pragmatism Amerika, meskipun Mead “menolak” dikatakan hanya mensintesis ketiga perpektif itu.37

a) Sikap-isyarat (Gestur)

Gestur adalah gerakan organisme pertama yang bertindak sebagai rangsangan khusus yang menimbulkan tanggapan (secara sosial) yang tepat dari organisme kedua. Isyarat suara sangat penting perannya dalam pengembangan isyarat yang signifikan. Namun, tak semua isyarat suara signifikan, kekhususan manusia di bidang isyarat (bahasa) ini pada hakikatnya yang bertanggung jawab pada asal-muasal

36

Ari Alfian dkk, Teori Interaksi Simbolik Goerge Herbert Mead, ronikurosaki.blogspot.sg/2014/05/teori-interaksi-simbolik-menurut-george.html , diakses pada 6 juni 2015

37

Ari Alfian dkk, Teori Interaksi Simbolik Goerge Herbert Mead, ronikurosaki.blogspot.sg/2014/05/teori-interaksi-simbolik-menurut-george.html , diakses pada 6 juni 2015


(59)

50

pertumbuhan masyarakat dan pengetahuan manusia sekarang dengan seluruh kontrol terhadap alam dan lingkungan dimungkinkan berkat pengetahuan38

b) Simbol-simbol Signifikan

Simbol signifikan adalah sejenis gerak isyarat yang hanya dapat diciptakan oleh manusia. Isyarat menjadi simbol signifikan bila muncul dari individu yang membuat simbol-simbol itu sama dengan dengan sejenis tanggapan (tetapi tidak perlu sama) yang diperoleh dari orang yang menjadi sasaran isyarat. Jadi disini dapat disimpulkan simbol-simbol signifikan ada 2, yaitu simbol bahasa dan simbol isyarat fisik. Fungsi bahasa atau simbol yang signifikan pada umumnya adalah menggerakan tindakan yang sama di pihak individu yang berbicara dan juga pihak yang lainnya. Pengaruh lain dari bahasa merangsang orang yang berbicara dan orang yang mendengarkannya. Simbol isyarat fisik menciptakan peluang diantara individu yang terlibat dalam tindakan sosial tertentu untuk mengacu pada obyek atau obyek-obyek yang menjadi sasaran tindakan itu.39

38

Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, Kencana Prenada Media Group, (Jakarta: 2011), hlm 128

39

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, (Bandung: 2010), hlm 399


(60)

51

c) Pikiran (mind)

Didefinisikan Mead sebagai proses percakapan seseorang dengan sendirinya, tidak ditemukan dalam diri individu; pikiran adalah fenomena sosial. Pikiran muncul dan berkembang dalam proses sosial serta merupakan bagian integral dari proses sosial. Karakteristik istimewa dari pikiran adalah kemampuan individu untuk “memunculkan dalam dirinya sendiri tidak hanya satu respon saja, tetapi juga respon komunitas secara keseluruhan, itulah yang dinamakan pikiran”.40

d) Diri (self)

Pada dasarnya diri adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai obyek. Diri adalah kemampuan khusus untuk menjadi subyek maupun obyek, untuk mempunyai diri, individu harus mencapai keadaan “diluar dirinya sendiri” sehingga mampu mengevaluasi diri sendiri, mampu menjadi obyek bagi dirinya sendiri. Dalam bertindak rasional ini mereka mencoba memeriksa diri sendiri secara interpersonal, obyektif, dan tanpa emosi. Mead mengidentifikasi dua aspek atau fase diri, yang ia namakan “I” dan “Me”. Mead menyatakan, diri pada dasarnya diri adalah proses sosial yang berlangsung dalam

40

Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, Kencana Prenada Media Group, (Jakarta: 2011), hlm 190


(61)

52

dua fase yang dapat dibedakan, perlu diingat “I” dan “Me” adalah proses yang terjadi didalam proses diri yang lebih luas. Bagian terpenting dari pembahasan Mead adalah hubungan timbal balik antara diri sebagai obyek dan diri sebagai subyek. Diri sebagai obyek ditujukan oleh Mead melalui konsep “Me”, sementara ketika sebagai subyek yang bertindak ditunjukan dengan konsep “I”.41

Menurut Mead, diri juga mengadung “I” yang merujuk pada aspek diri yang aktif dan mengikuti gerak hati. Mead menyebutkan bahwa seseorang itu dalam membentuk konsep dirinya dengan jalan mengambil perspektif orang lain dan melihat dirinya sendiri sebagai obyek. Untuk itu, ia melewati tiga tahap yaitu pertama, fase bermain dimana individu “memainkan” peran sosial orang lain. Tahap ini menyumbang perkembangan kemampuan untuk merangsang perilaku individu itu sendiri menurut perspektif orang lain dalam suatu peran yang berhubungan dengan itu. Kedua, fase pertandingan dimana konsep diri individu terdiri dari kesadaran subjektif terhadap perannya yang khusus dalam kegiatan bersama itu, termasuk persepsi-persepsi tentang harapan dan respons dari yang lain. Ketiga, fase mengambil peran (generalized other)

41


(62)

53

yaitu ketika individu mengontrol perilakunya sendiri menurut peran-peran umum bersifat impersonal. Menurut Mead, generalized other itu bisa mengatasi kelompok atau komunitas tertentu secara transeden atau juga mengatasi batas-batas kemasyarakatan.42

e) Masyarakat

Pada tingkatan paling umum, Mead menggunakan istilah masyarakat (society) yang berarti proses sosial diri tanpa henti yang mendahului pikiran dan diri. Masyarat penting peranannya dalam membentuk pikiran dan diri. Ditingkat lain, masyarakat mencerminkan sekumpulan tanggapan terorganisir yang diambil oleh individu dalam bentuk “aku” (me). Konsep Mead tentang masyarakat juga menekankan pada kekhususan model praksis manusia dimana tangan menjembatani interaksi manusia dengan dunia interaksi antara manusia dengan manusia lain. Ia menekankan adanya keterkaitan antara pengalaman praktis yang dijembatani oleh tangan. Pembicaraan dan tangan secara bersama-sama berperan dalam pengembangan manusia sosial. Maksudnya, beberapa jenis aktivitas kerjasama telah menyebabkan adanya kedirian.

42

Ari Alfian dkk, Teori Interaksi Simbolik Goerge Herbert Mead, ronikurosaki.blogspot.sg/2014/05/teori-interaksi-simbolik-menurut-george.html , diakses pada 6 juni 2015


(63)

54

c. Metodologi yang Digunakan dalam Interaksi Simbolik

Interaksionisme simbolik menganalisa manusia dari aspek perilaku tersembunyi, yaitu proses mental yang namanya berpikir. Karenanya untuk menganalisis realitas yang tersembunyi, dan kedalaman data, yang paling sesuai dan tepat adalah metodologi kualitatif. Sedangkan dari aspek ontologinya (the nature of reality) mendasarkan pada paradigma construtivism ataupun relativism yang mengasumsikan bahwa realitas itu merupakan hasil konstruksi mental dari individu-individu pelaku sosial, karenanya realitas itu dipahami secara beragam oleh setiap individu. Adapun prinsip metodologi interaksionisme simbolik ini sebagai berikut:43 a) Simbol dan interaksi itu menyatu. Tak cukup bila seseorang

hanya merekam fakta. Seseorang juga harus mencari yang lebih jauh dari itu, yakni mencari konteks sehingga dapat ditangkap simbol dan makna sebenarnya.

b) Karena simbol dan makna itu tak lepas dari sikap pribadi, maka jati diri subyek perlu “ditangkap’. Pemahaman mengenai konsep jati tiri subyek yang demikian itu adalah penting.

c) Peneliti harus sekaligus mengaitkan antara simbol dan jati diri dengan lingkungan yang menjadi hubungan sosialnya, dan lainnya.

43

Ari Alfian dkk, Teori Interaksi Simbolik Goerge Herbert Mead, ronikurosaki.blogspot.sg/2014/05/teori-interaksi-simbolik-menurut-george.html , diakses pada 6 juni 2015


(64)

55

d) Hendaknya direkam situasi yang menggambarkan simbol dan maknanya, bukan hanya merekam fakta sensual.

e) Metode-metode yang digunakan hendaknya mampu merefleksikan bentuk prilaku dan prosesnya.

f) Metode yang dipakai hendaknya mampu menangkap makna dibalik interaksi.

g) Sensitizing yaitu sekadar mengarahkan pemikiran,itu yang cocok dengan interaksionisme simbolik, dan ketika mulai memasuki lapangan perlu dirumuskan menjadi yang lebih operasional, menjadi scientific concept.


(65)

56

BAB III

PENYAJIAN DATA

A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian 1. Subyek Penelitian

Dalam hal ini, subyek penelitian adalah beberapa pengurus lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa sebagai panitia pendirian dan pelaksanaan teknis Dakwah Center serta beberapa warga kecamatan Besuk dan Pakuniran yang merupakan bagian dari masyarakat Probolinggo.

Berdasar penelitian yang diambil, deskripsi subyek merupakan bagian wajib yang harus digali karena untuk mengetahui permasalahan yang diuji, tentu latar belakang seorang subyek atau informan harus ada. Berikut adalah profil informan:

a. Nama lengkap: Suryono Nama panggilan: Suryono

Alamat: Desa Widoro, Kecamatan Krejengan, Probolinggo (-/+ 200 meter dari PP Az Zahir)

Umur: -/+ 50 tahun

Suryono adalah ketua pengurus Dakwah Center Ahbaabul Musthafa. Suryono juga merupakan salah seorang yang menemani Habib Hasan dari awal terjun berdakwah hingga sekarang,


(66)

57

dibanding pengurus lainnya, Suryono diyakini jauh lebih mengenal Habib Hasan dan lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa b. Nama lengkap: Muhammad Zubair

Nama panggilan: Zubair

Alamat: Desa Jurang Jero, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo

Umur: 21 tahun

Muhammad Zubair adalah sekretaris dalam jajaran kepengurusan lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa yang dapat dipercaya keterangannya. Di usianya yang masih muda, ia sudah menjadi orang kepercayaan di lembaga tersebut. Ia meruapakan mantan pelajar SMK berprestasi di salah satu sekolah menengah kejuruan negeri kabupaten Probolinggo.

c. Nama lengkap: Rohima Nama panggilan: Rohima

Alamat: Dsn Nangkah, Ds Gunggungan Lor, Kec Besuk, Kab Probolinggo

Umur: 46 tahun

Rohima adalah Salah satu warga yang menjadi pembeli tanah waqaf Dakwah Center Ahbaabul Musthafa. Profesi sehari-harinya sebagai pedagang sayur di Pasar Seninan, Probolinggo. Pendidikan terakhirnya sebatas Madrasah Ibtidaiyah Nurul Qodir, namun tidak sampai tamat.


(67)

58

d. Nama lengkap: Badriyah Nama panggilan: Bad

Alamat: Ds Kecik, Kec Besuk, Kab Probolinggo

Umur: 43 tahun

Badriyah adalah salah satu pembeli tanah waqaf Dakwah Center Ahbaabul Musthafa sekaligus jamaah setia pengajian Ahbaabul Musthafa. Profesi sehari-harinya sebagai penjual barang kebutuhan sehari-hari di toko kecil miliknya sendiri. Ia hanya berpendidikan terakhir di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Qodir.

e. Nama lengkap: Arifatun Nama panggilan: Rifa

Alamat: Ds Kecik, Kec Besuk, Kab Probolinggo

Umur: 30 tahun

Arifatun adalah salah satu pembeli tanah waqaf Dakwah Center Ahbaabul Musthafa. Profesinya ialah sebagai guru SDN II Kecik, Probolinggo. Pendidikan terakhirnya yakni S1 Pendidikan Guru Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Zainul Hasan Probolinggo.

f. Nama lengkap: Muhammad Suhar Nama panggilan: Suhar

Alamat: Dsn Nangkah, Ds Gunggungan Lor, Kec Besuk, Kab Probolinggo


(1)

111

secara langsung (komunikasi interpersonal dan komunikasi publik) kepada jamaahnya saat pengajian berlangsung dan jamaahnya pun merespon dengan baik apa yang disampaikan Habib Hasan tentang tawaran beramal jariyah membangun Dakwah Center Ahbaabul Musthafa. Kedua, Habib Hasan menyampaikan pesan secara tidak langsung menggunakan saluran gelombang radio dakwah Ahbaabul Musthafa (komunikasi massa) dan para pendengar setia radio tersebut menerima pesan tersebut dengan baik sehingga tidak hanya jamaahnya, melainkan simpatisan yang bukan jamaahnya berkenan membeli tanah waqaf Dakwah Center Ahbaabul Musthafa. Ketiga, Habib Hasan melakukan komunikasi secara personal dan terteutup kepada masyarakat kalangan elit Probolinggo seperti para pejabat dan para pengusaha untuk mengajak mereka berpartisipasi dalam pembangunan Dakwah Center Ahbaabul Musthafa (komunikasi interpersonal).

Adapun upaya-upaya yang dilakukan lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa dalam melakukan komunikasi untuk terujudnya pendirian dan pembangunan Dakwah Center Ahbaabul Musthafa yakni pemberian “makna” Habib Hasan kepada masyarakat Probolinggo tentang “beramal jariyah”. Habib Hasan menyusun kalimat atau berusaha melakukan penegasan dalam berkata-kata tentang pentingnya beramal jariyah kepada masyarakat agar pemaknaan yang Habib Hasan coba sampaikan kepada mereka bisa ditangkap dengan baik. Masyarakat pun pada akhirnya memiliki makna yang sama dengan pemaknaan yang Habib Hasan berikan


(2)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

112

tentang konsep beramal jariyah. Dengan begitu, masyarakat akan merasa sukarela melakukan amal jariyah, bukan merasa sukar rela. Upaya kedua yakni menggunakan strategi kendali komunikasi “wortel teruntai”. Strategi wortel teruntai menekankan pada pemberian imbalan nyata maupun kiasan kepada masyarakat oleh lemabaga dakwah Ahbaabul Musthafa apabila masyarakat berkenan mengikuti apa yang diinginkan oleh lembaga dakwah tersebut yakni bersama-sama berpartisipasi dalam pendirian Dakwah Center Ahbaabul Musthafa.

Media yang digunakan lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa dalam melakukan komunikasi persuasif tersebut yakni radio dakwah Ahbaabul Musthafa Probolinggo di gelombang 107,3 FM kepada masyarakat luas dan proposal permintaan dana untuk pembangunan Dakwah Center Ahbaabul Musthafa yang ditujukan kepada masyarakat kalangan elit.

B. REKOMENDASI

Dalam melakukan komunikasi kepada masyarakat yang di dalamnya juga termasuk orang-orang terdekatnya, lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa kurang menyeleksi dalam pemberian tugas kepada pengurus lembaga dakwahnya. Seperti dalam pemberian tugas untuk membuat proposal pengajuan dana sumbangan pembangunan Dakwah Center Ahbaabul Musthafa kepada Suryono, ia mengaku sangat tidak siap dengan tugas tersebut. Ia merasa ilmunya tidak mencukupi untuk membuat proposal tersebut. Proposal pengajuan dana sumbangan tersebut


(3)

113

rencananya ditujukan kepada orang-orang berpengaruh di Probolinggo yang akan diberikan oleh Habib Hasan sendiri kepada mereka melalui pendekatan secara personal. Karena ketidaksiapannya itu akhirnya hingga berminggu-minggu pelaksanaan pemberian proposal kepada pihak-pihak yang diinginkan sampai penelitian ini dilakukan tidak dapat terlaksana.

Suryono mengaku bahwa ia bukan akdemisi, ia minim dengan skill pembuatan proposal. Namun ia merasa tidak berani menolak keinginan Habib Hasan, ia pun berusaha mencari sendiri orang yang bisa membantunya untuk membuat proposal. Sungguh disayangkan, lembaga yang sudah dibangun bertahun-tahun dan bisa dibilang berjaya, tapi di dalam manajemen kepengurusannya kurang berjalan dengan baik. Masih ada kurang keterbukaan diri dari bawahan dan kurang tajamnya analisis atasan terhadap kemampuan yang dimiliki oleh bawahannya, apalagi bawahan tersebut jabatannya tinggi yakni sebagai ketua pengurus yang dalam strukstur keorganisasian letaknya dekat dengan jabatan pembinanya yakni Habib Hasan. Itu pun dirasa masih keliru, sebab seharusnya yang diberikan tugas semacam itu ialah sekeretaris kepengurusan, bukan ketua. Mungkin faktor kepercayaan tinggi kepada seorang Suryono yang menemani Habib Hasan selama bertahun-tahun dalam berdakwah, ia memberikan tugas tersebut kepadanya.

Kemudian Suryono juga mengaku kepengurusan di lembaga Ahabbul Musthafa sifatnya tidak baku. Jadi kapan pun bisa bongkar pasang. Tidak mengikat secara penuh seperti organisasi pada umumnya.


(4)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

114

Bahkan Suryono mengaku bisa dibilang Ahbaabul Musthafa bukan organisasi kelembagaan melainkan sifatnya seperti keluarga saja. Menurut peneliti, hal tersebut akan membuat pelaksanaan kegiatan lembaga tidak efisien. Seharusnya dibuat yang baku agar masing-masing pejabat lembaga tersebut bertanggung jawab penuh dan matang di tugas-tugas jabatannya.

Adapun rekomendasi bagi institusi UIN Sunan Ampel Surabaya, hendaknya pada penelitian komunikasi lembaga dakwah Ahbaabul Musthafa yang dilakukan kepada masyarakat Probolinggo dan menghasilkan buah manis ini bisa ditiru. UIN Sunan Ampel harus bisa dekat dengan publik, harus bisa lebih informatif dan kreatif dalam proses menuju puncak. Karena keterlibatan publik / masyarakat ternyata sangat berpengaruh pada penilaian baik atau buruknya sebuah institusi. Apabila sebuah institusi walaupun besar, tetapi tidak dilirik dan tidak diperhatikan oleh masyarakat khususnya sekitarnya, maka tidak akan bernilai apa-apa.

Mudah-mudahan UIN Sunan Ampel ke depannya bisa lebih maju dalam kualitas SDM para pengajar dan mahasiswanya, sarana dan prasarananya, serta hubungan baik dengan publik internal maupun eksternalnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Budyatna, Muhammad dan kawan. 2011. Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Basyir, Kunawi dkk. 2011. Civic Education. Surabaya : IAIN SA Press

Dewi, Fitriana Utami. 2013. Public Speaking. Jogjakarta : Pustaka Pelajar

Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya

Arief, Moch Choirul. 2012. Menulis Naskah Public Relations. Surabaya : Revka Petra Media

De Vito, Joseph A. 2010. Komunikasi Antarmanusia. Tangerang : Karisma Publishing

Ruslan, Rosadi. 2005. Kampanye Public Relation. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Ruslan, Rosadi. 2006. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

J.Moleong, Lexy, 2009, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung:PT.Remaja Rosda Karya


(6)

Rumanti, Maria Asssumpta, 2005, Cet. III, Dasar-dasar Public Relations, Jakarta: Grasindo

Skripsi

Hakim, Ahmad Halim dkk. 2014. Komunikasi Perawat dalam Membangun Konsep Diri Positif Lansia.Surakarta : Universitas Sebelas Maret Surakarta

Nur, Fatmah. 2006. Komunikasi Ibu dan Anak dalam Membentuk Perilaku Beribadah pada Anak. Bandung : Universitas Islam Bandung

Internet

http://www.academia.edu/3769918/Teori_Keseimbangan_Homeostasis http://kuliahonlinekomunikasi.blogspot.com/2011/10/teori-peluru-atau-jarum-hipodermik_23.html

http://en.wikipedia.org/wiki/Balancetheory http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi

1

http://id.wikipedia.org/wiki/Dakwah www.fahmizolla.blogspot.com

ronikurosaki.blogspot.sg/2014/05/teori-interaksi-simbolik-menurut-george.html