Paket pengembangan pelatihan keluarga ideal bagi pasangan suami istri di Desa Kemantren Paciran Lamongan.

(1)

PAKET PENGEMBANGAN PELATIHAN KELUARGA IDEAL BAGI PASANGAN SUAMI ISTRI DI DESA KEMANTREN PACIRAN

LAMONGAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

KHOIRUN NISA’

B53213054

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Khoirun Nisa’ (B53213054), Paket Pengembangan Pelatihan Keluarga Ideal bagi

Pasangan Suami Istri di Desa Kemantren Paciran Lamongan.

Fokus permasalahan dalam penelitian skripsi ini adalah 1) Bagaimana Proses Pelatihan Keluarga Ideal kepada Sepasang Suami Istri di Desa Kemantren Paciran Lamongan; dan 2) Bagaimana Hasil Implementasi dari Pelatihan Keluarga Ideal kepada Sepasang Suami Istri di Desa Kemantren Paciran lamongan.

Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R&D) dengan menggabungkan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh melalui hasil wawancara secara lisan dan tulisan. Selain itu, observasi, saran, kritik dan komentar tertulis dan catatan data yang diperoleh melalui angket dan wawancara juga melengkapi data kualitatif. Adapun data kuantitatif diperoleh melalui skala penilaian buku paket dari tim uji ahli yang berupa angket.

Proses pelatihan keluarga ideal dilakukan melalui beberapa tahap, yakni pendahuluan (membangun rapport), kuesioner pre-test (identifikasi & diagnosis), materi pelatihan (prognosis & treatment) dan kuesioner post-test (evaluasi). Pelatihan keluarga ideal ini berjalan efektif sesuai prosedur pelatihan dan hasilnya terukur melalui evaluasi konkret. Hasil implementasi dari pelatihan tersebut dapat ditunjukkan melalui adanya perubahan ucapan, sikap dan perilaku sepasang suami istri dalam menerapkan upaya membangun keluarga ideal. Seperti, sepasang suami istri lebih menjalankan peran masing-masing dengan baik, saling terbuka, suami lebih membantu menyelesaikan pekerjaan domestik rumah tangga, suami istri saling menghargai, suami istri mulai bekerja sama untuk mencari solusi setiap ada persoalan rumah tangga. Selain itu, suami istri lebih saling mengalah (tidak egois) dan saling belajar memahami sifat masing-masing.

Adapun proses pelatihan keluarga ideal dalam penelitian ini cukup berhasil. Sebelum pelatihan diberikan, suami istri memperoleh skor masing-masing dengan nilai yang sama, yakni 64%. Setelah diberikan pelatihan, terjadi peningkatan skor, skor untuk suami sebesar 86% dan istri 88%. Sehingga, masing-masing suami dan istri memperoleh peningkatan skor sebesar 22% dan 24%. Adapun produk yang diujikan dalam penelitian ini juga dinyatakan sangat tepat dengan skala penilaian sebesar 80,9%.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

MOTTO ...iii

PERSEMBAHAN ...iv

PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI ...v

ABSTRAK ...vi

KATA PENGANTAR ...vii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ...xii

DAFTAR BAGAN ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

BAGIAN INTI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...10

C. Tujuan Penelitian ...10

D. Manfaat Penelitian ...11

E. Definisi Konsep ...12

F. Spesifikasi Produk ...15

G. Metode Penelitian ...18

H. Sistematika Pembahasan ...32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik ...34

1. Keluarga Ideal ...34

a. Pengertian Keluarga Ideal ...34

b. Hal-hal yang Perlu Dipersiapkan untuk Mencapai Keluarga Ideal ...36

2. Hak dan Kewajiban Suami Istri ...44

a. Kewajiban Suami ...44

b. Kewajiban Istri ...48

c. Hak dan Kewajiban Bersama ...50

3. Kiat Praktis Pembagian Tugas Pekerjaan Domestik dalam Rumah Tangga ...63

4. Komunikasi Interpersonal Suami Istri ...71

5. Bimbingan Seks Suami Istri Menurut Pandangan Islam dan Medis ...75

6. Pelatihan dan Pengembangan ...89

a. Definisi Pelatihan dan Pengembangan ...89

b. Tujuan dan Manfaat Pelatihan dan Pengembangan ...90

c. Kebutuhan Pelatihan dan Pengembangan ...90


(8)

e. Penerapan Hasil Pelatihan ...92

7. Materi Paket Pelatihan Keluarga Ideal bagi Pasangan Suami Istri ...92

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ...96

BAB III PENYAJIAN DATA A. Produk Paket Pelatihan Keluarga Ideal bagi Pasangan Suami Istri ...98

1. Deskripsi Produk Paket Pelatihan Keluarga Ideal ...98

2. Analisis Tingkat Ketepatan, Kelayakan dan Kegunaan Paket ...102

3. Revisi Produk ...107

B. Deskripsi Umum Objek Penelitian ...109

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ...109

a. Letak Geografis Lokasi Penelitian ...109

b. Kondisi Masyarakat...109

2. Peran Suami Istri di Desa Kemantren Paciran Lamongan ...111

3. Deskripsi Konselor ...114

4. Deskripsi Konseli /Peserta Pelatihan ...115

C. Pelatihan Keluaga Ideal kepada Sepasang Suami Istri di Desa Kemantren Paciran Lamongan ...119

1. Proses Pelatihan Keluarga Ideal kepada Sepasang Suami Istri ...119

a. Proses Pelatihan...119

b. Pengolahan Waktu Pelatihan ...130

c. Lokasi Pelatihan ...132

2. Hasil Implementasi Pelatihan Keluarga Ideal kepada Sepasang Suami Istri ...134

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Data Paket Pelatihan Keluarga Ideal kepada Sepasang Suami Istri di Desa Kemantren Paciran Lamongan ...136

1. Analisis Pelaksanaan Pelatihan ...136

2. Analisis Hasil Implementasi Pelatihan ...138

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...145

B. Saran ...146 DAFTAR PUSTAKA


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan ditetapkan oleh Allah Swt. sebagai hukum paling pokok dari sunnah-sunnah para Rasul adalah nikmat Allah Swt. untuk hamba-Nya sejak nabi Adam a.s. Allah juga telah mewariskan bumi ini kepada umat manusia untuk tinggal di dalamnya, sebagaimana firman Allah Swt. dalam al

Qur’an Surat ar-Ra’d ayat 38:

الُسُر اَن

ۡلَسۡرَأ ۡدَقَلَو

ااجَٰوۡزَأ ۡمََُ اَن

ۡلَعَجَو َكِلۡبَ ق نِ م

يِ رُذَو

اة

ةيآا ...

Dan sungguh telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, dan Kami

memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan....2

Segala hal di dunia ini tercipta berpasang-pasangan. Ada pagi dan malam, suka dan duka, sedih dan gembira dan lain sebagainya. Begitu pun dengan manusia yang diciptakan untuk berpasangan dengan lawan jenisnya. Di saat manusia sudah memasuki usia dewasa yang menjadikan dirinya matang secara fisik dan psikisnya, tentu sangat wajar manusia mulai memikirkan tentang pasangan hidup. Pasangan yang akan menemani perjalanan hidupnya, baik dalam kehidupan berdua, kehidupan berkeluarga, dan juga kehidupan bermasyarakat.

Pembahasan bahwa setiap manusia diciptakan berpasang-pasangan telah Allah Swt. firmankan dalam al Qur’an Surat ar-Rum ayat 21:

2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,


(10)

2

جَٰوۡزَأ ۡمُكِسُفنَأ ۡنِ م مُكَل َقَلَخ

ۡنَأ ٓۦِهِتَٰياَء ۡنِمَو

اا

آوُ نُك ۡسَتِ ل

اَه ۡ يَلِإ

َلَعَجَو

مُكَن ۡ يَ ب

اة دَو م

اةَ

َۡۡرَو

نِإ

ِف

َكِلَٰذ

َٰيََٓ

ت

م ۡوَقِ ل

َنوُر كَفَ تَ ي

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia Menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia Menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda

(kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir”.3

Ayat tersebut menjelaskan bahwa seorang perempuan dengan laki-laki yang saling mencintai dan menyayangi dengan penuh ketulusan, kemudian melangkahkan kaki menuju pernikahan, maka yang akan dijumpai adalah ketenteraman, kedamaian dan kesejukan. Pernikahan telah dibingkai dengan indah oleh agama.

Menurut UU perkawinan No. 1 tahun 1974 BAB I pasal 1 menjelaskan bahwa pernikahan adalah ikatan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.4 Dengan demikian, ikatan lahir secara nampak antara suami istri harus ada, yaitu dalam bentuk formal sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh agama sesuai yang dianut oleh kedua mempelai dan juga peraturan yang ditetapkan oleh negara setempat.5

3 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,

2010), hal. 406.

4 Tim Permata Press, Undang-Undang Perkawinan & Administrasi Kependudukan, Kewarganegaraan (Surabaya: Permata Press, 2015), hal. 2015.

5 Faizah Noer Laela, “Konseling Perkawinan sebagai Salah Satu Upaya Membentuk

Keluarga Bahagia”, Jurnal Bimbingan Konseling Islam, Volume 02, Nomor 01 (Juni 2012), hal. 116.


(11)

3

Pernikahan dianalogikan sebagai pembangunan pencakar langit, yang mana dalam pembangunannya didahului dua proses, yakni menetapkan ide dan membuat desain. Jika bangunan tersebut didirikan atas dasar nekat, kita sudah tahu apa yang terjadi selanjutnya, yakni keruntuhan di tengah jalan dari pembangunan tersebut. Sebuah bangunan saja memerlukan ide dan desain yang bagus, untuk mencapai hasil yang kukuh dan bagus. Apalagi untuk mencapai pernikahan yang penuh kebahagiaan, keharmonisan serta keberkahan, tentu membutuhkan fondasi yang kukuh, dihiasi dengan desain perencanaan yang bagus pula. Karena di dalam pernikahan, impian suami istri dan masa depan anak akan dibangun.6

Pernikahan juga laksana kapal di tengah samudra luas, yang mana siap atau tidak siap kemungkinan akan terhempas badai dan angin topan, sehingga sangat mungkin dapat merobohkan tiang-tiang kapal. Oleh karena itu dibutuhkan nahkoda dan pendamping yang saling membantu, juga perlu adanya keahlian dan pengetahuan yang cukup untuk mengatasi badai dan angin yang menerpa dari segala penjuru.7

Pernikahan mempunyai tujuan pokok yang besar sebagai sarana melanggengkan hikmah utama di dalamnya, yakni kelangsungan ras manusia dan membangun peradaban dunia. Allah Swt. berfirman dalam al Qur’an Surat an-Nahl ayat 72:

جَٰوۡزَأ ۡمُكِسُفنَأ ۡنِ م مُكَل َلَعَج ُ َٱَو

اا

َلَعَجَو

مُكَل

ۡنِ م

مُكِجَٰوۡزَأ

َيِنَب

اةَدَفَحَو

ةيآا ...

6 Indra Noveldy dan Nunik Hermawati, Menikah untuk Bahagia; Formula Cinta Membangun Surga di Rumah (Jakarta Selatan: Noura Books, 2015), hal. 43.

7 Kang Abay at all., Pernikahan Impian; Menuju Rumah Tangga Dambaan (Bandung:


(12)

4

Dan Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan

menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu anak-anak dan cucu-cucu....8

Ayat tersebut menjelaskan bahwa seorang wanita sangat direkomendasikan untuk menjadi sosok yang wadud dan walud. Maksudnya, ia harus punya cinta, kasih sayang, dan kesetiaan, di samping potensi besar untuk melahirkan keturunan. Melalui kedua predikat tersebut, wanita telah mengumpulkan dua kebaikan.9

Pernikahan yang didirikan berdasarkan asas-asas Islami bertujuan untuk mendapatkan keturunan yang sah dan baik serta mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan dalam kehidupan manusia. Kebahagiaan tersebut bukan saja terbatas dalam ukuran-ukuran fisik-biologis, tetapi juga dalam psikologis dan sosial serta agamis.10

Menikah juga memiliki beberapa manfaat yang sangat penting, yakni menyelamatkan pandangan (dari kecerobohan), memelihara farji dan mengharap keturunan yang lebih baik, membersihkan hati, menguatkan tekad untuk beribadah, beristirahat dari mengatur rumah tangga sampai berusaha keras untuk melatih diri agar merasa cukup.11

Adanya peraturan dan undang-undang yang menjelaskan kepada manusia bagaimana menciptakan kehidupan perkawinan pada jalan yang lurus

8 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,

2010), hal. 274.

9 Sayyid Ahmad Al-Musayyar, Fiqih Cinta Kasih: Rahasia Kebahagiaan Rumah Tangga.

Terjemahan oleh Habiburrahim (Jakarta: Erlangga, 2008), hal. 8.

10 Hasan Basri, Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1995), hal. 24.

11 Muhammad at-Tihami, Merawat Cinta Kasih: Terjemah Qurratul Uyun. Terjemahan


(13)

5

dan dengan dasar yang kuat, menjadi bekal terpenting bagi pasangan suami istri. Islam mengatur hubungan dan memberikan batasan-batasan, menjelaskan hak dan kewajiban agar bahtera hidup berlayar dengan tenang dan damai. Rumah tangga berjalan tidak sia-sia dan kehidupan yang dipenuhi dengan ridha-Nya.12

Setiap perjalanan hidup tidak pernah terlepas dari sebuah masalah. Begitu pun dengan kehidupan rumah tangga, akan ada banyak masalah yang timbul dari berbagai arah. Oleh karena itu, butuh adanya persiapan yang matang secara fisik dan psikis untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Persiapan fisik misalnya kesehatan fisik, ketahanan fisik dan lain sebagainya. Adapun persiapan psikis seperti membekali diri dengan ilmu pengetahuan yang cukup, baik ilmu tentang kehidupan rumah tangga dan sebagainya, kesehatan psikis, dan mental yang baik. Di samping itu, perlu adanya kerja sama suami istri untuk memupuk hubungan dengan penuh cinta kasih.13

Studi psikologi dan eksperimental membuktikan bahwa pernikahan ideal adalah mimpi yang jauh dari kenyataan. Artinya, amat sulit diwujudkan jika masing-masing pasangan suami istri menghendaki bahwa pernikahannya akan menjadi puncak kesempurnaan ideal. Sebaliknya, sebuah pernikahan akan menjadi mimpi indah, jika masing-masing pasangan menjunjung tinggi

12 Abdul Hamid Kisyik, Bimbingan Islam untuk Mencapai Keluarga Sakinah. Terjemahan

oleh Ida Nursida (Bandung: Al-Bayan, 1997), hal. 11.

13 Imam Musbikin, Membangun Rumah Tangga Sakinah (Yogyakarta: Mitra Pustaka,


(14)

6

toleransi, memahami watak pasangan, dan berusaha menerima apa adanya watak tersebut.14

Kenyataan di lapangan berkata lain. Tidak semua pasangan suami istri dapat merasakan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Peneliti mendapati adanya kasus istri yang tidak bahagia dalam berhubungan intim.15 Ada juga pasangan suami istri yang sama-sama menyatakan bahwa mereka sering tidak merasakan kebahagian saat berhubungan intim.16

Setelah peneliti cermati, ada beberapa alasan yang menjadikan suami istri tidak merasakan kebahagiaan saat berhubungan intim, antara lain: 1) Suami memaksakan kehendak untuk melakukan hubungan intim, sedangkan istri sedang tidak berminat (dikarenakan capek atau karena hal lain); 2) Suami menyatakan kepada istri akan perbuatan dosa dikarenakan istri tidak mau melayani suami; 3) Istri tetap melayani suami, meskipun ada perasaan terpaksa; dan 4) Suami merasakan adanya sikap keterpaksaan istri saat melayani suami. Peneliti menarik kesimpulan bahwa faktor yang menjadikan suami istri atau salah satunya tidak merasa senang atau bahagia saat berhubungan intim adalah dikarenakan adanya ketidakpahaman masing-masing suami istri tentang tata cara melakukan hubungan intim yang baik. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan saat berhubungan intim, seperti kondisi fisik, psikis, dan situasi di sekitar. Jika suami istri tidak memahami tata cara berhubungan intim dengan

14 Ahmad Bahjat, Hakikat Cinta Menuju Rumah Tangga Ideal. Terjemahan oleh Saiful

Hadi(Bandung: Pustaka Hidayah, 2002), hal. 14-15.

15 Hasil wawancara lisan dengan ID (istri), di Ds. Kemantren Paciran pada tanggal 18

Februari 2017 pukul 10.00 WIB.

16 Hasil wawancara tertulis dengan AFM (suami) dan SRH (istri), di Ds. Kemantren Paciran


(15)

7

baik, maka sangat wajar suami atau istri atau keduanya tidak merasakan kebahagiaan.

Peneliti mendapati kasus lain, diantaranya komunikasi suami istri tidak berjalan dengan baik sehingga menyebabkan kesalahpahaman antara suami istri yang menjadikan konflik tersendiri, suami mengeluh atas pekerjaan istri yang menurutnya kurang baik (contoh kecilnya, masakan istri dibilang kurang enak), istri juga mengeluh karena suami tidak peka untuk membantu istri (suami tidak membantu momong anak saat istri sedang repot memasak),17 suami memperlakukan istri dengan cara tidak baik,18 istri membentak suami19 dan lain sebagainya.

Melalui beberapa kasus yang telah peneliti uraikan di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa ada empat aspek yang jika tidak diperhatikan oleh suami istri dengan baik, maka akan menimbulkan permasalahan suami istri. Adapun beberapa aspek tersebut adalah hak dan kewajiban suami istri, tugas pekerjaan domestik dalam rumah tangga, komunikasi dan hubungan intim suami istri.

Peneliti mencermati serta mengamati bahwa ada beberapa faktor yang menjadikan suami istri belum bisa membangun rumah tangga yang bahagia, antara lain:

17 Hasil wawancara kepada AFM (suami) dan SRH (istri), di Ds. Kemantren Paciran pada

tanggal 10 Maret 2017 dan 18 Maret 2017.

18 Hasil observasi terhadap LH (suami) dan IH (istri), di Ds. Kemantren Paciran pada

tanggal 24 Februari 2017.

19 Hasil observasi terhadap YSP (suami) dan ID (istri), di Ds. Kemantren Paciran pada


(16)

8

1. Minimnya pemahaman suami istri tentang bagaimana menjalani kehidupan rumah tangga yang baik;

2. Saat masih menjadi calon pengantin, mereka hanya mendapatkan konseling pranikah seputar sejauh mana kesiapan masing-masing mempelai. Seharusnya, calon pengantin perlu dibekali tentang segala hal yang menunjang persiapan lahir dan batin masing-masing mempelai. Hal ini sangat dibutuhkan bagi calon pengantin, terlebih bagi calon pengantin yang belum memiliki bekal pengetahuan tentang kehidupan rumah tangga;20

3. Tidak adanya penyuluhan secara khusus yang ditujukan kepada suami istri tentang manajemen kehidupan rumah tangga yang baik;

4. Belum ada buku panduan khusus yang menjadi pegangan suami istri; dan 5. Faktor lain yang berkaitan, seperti adanya mertua dari pihak pria atau

wanita yang turut ikut campur dalam kehidupan rumah tangga anaknya sehingga memunculkan konflik antara suami istri, anak yang mendapati pola pengasuhan kurang tepat yang terbawa sampai pada cara dia dalam menjalani kehidupan rumah tangga.

Mengenai tentang konseling pranikah yang tidak diadakan sesuai program yang ada, peneliti menanyakan secara langsung kepada kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Paciran. Sebagaimana penjelasan dari bapak Sutrisno (kepala KUA Paciran), “Sebenarnya program konseling pranikah memang ada.

20 Hasil wawancara terhadap AM (istri), ID (istri), IH (Istri), di Ds. Kemantren pada tanggal


(17)

9

Namun, karena dana dari pemerintah tidak ada, menjadikan konseling pranikah tidak terlaksana dengan baik. Kami meyiasati agar konseling pranikah tetap terlaksana meski hanya sekadarnya dengan cara menanyakan seputar kesiapan lahir batin calon mempelai untuk menikah. Kami juga menjelaskan bahwa kehidupan rumah tangga tidak seindah angan-angan. Kami juga menanyakan kepada calon mempelai tentang bagaimana cara calon pengantin menghadapi permasalahan rumah tangga”.21

Beberapa kasus yang telah peneliti uraikan di atas, tentu sangat tidak diharapkan terjadi lagi. Bahkan, suami atau istri akan terbesit bagaimana cara menyelesaikan konflik. Namun, kerap kali suami istri belum bisa menemukan solusi dari penyelesaian konflik yang terjadi. Konflik yang tidak segera diselesaikan atau mala dipendam, tentu menjadi tekanan batin tersendiri. Hal-hal seperti ini perlu adanya solusi yang dapat membantu pasangan suami istri dalam menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi serta meminimalisir terjadinya konflik sehingga suami istri dapat menjalani kehidupan rumah tangga dengan lebih baik dan lebih bahagia.

Melalui latar belakang yang telah peneliti paparkan di atas, peneliti memiliki ide untuk mengemas paket keluarga ideal sebagai salah satu solusi yang ditujukan kepada suami istri. Paket ini bisa dijadikan sebagai langkah

kuratif (pengobatan) bagi pasangan suami istri yang memang terdapat

permasalahan. Juga, sebagai langkah preventif (pencegahan) bagi pasangan

21 Hasil wawancara kepada Kantor Urusan Agama (KUA) Paciran, pada tanggal 06 April


(18)

10

suami istri untuk meminimalisir terjadinya konflik. Dan yang terakhir, sebagai langkah development (pengembangan) bagi pasangan suami istri yang menginginkan kehidupan rumah tangga lebih baik lagi.

Peneliti tertarik mengangkat penelitian dengan judul “Paket Pengembangan Pelatihan Keluarga Ideal bagi Pasangan Suami Istri di Desa Kemantren Paciran Lamongan”. Penelitian yang kemudian menjadi produk ini bertujuan untuk memberi pemahaman tentang arti pernikahan yang penuh makna serta pentingnya adanya kerjasama suami istri.

Peneliti berusaha mengemas dengan baik produk ini sehingga bisa menjadi pegangan wajib bagi pasangan suami istri dalam mencapai keluarga ideal, sehingga dapat menyatukan visi dan misi dalam mencapai keluarga

sakinah, mawaddah, warrahmah yang dari buah pernikahan ini akan tercipta

generasi penerus agama dan bangsa yang baik. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah peneliti paparkan di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Proses Pelatihan Keluarga Ideal kepada Sepasang Suami Istri di Desa Kemantren Paciran Lamongan?

2. Bagaimana Hasil Implementasi dari Pelatihan Keluarga Ideal kepada Sepasang Suami Istri di Desa Kemantren Paciran lamongan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:


(19)

11

1. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Pelatihan Keluarga Ideal bagi Sepasang Suami Istri di Desa Kemantren Paciran Lamongan.

2. Untuk Mengetahui Hasil Implementasi dari Pelatihan Keluarga Ideal bagi Sepasang Suami Istri di Desa Kemantren Paciran Lamongan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Aspek Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pada ilmu pengetahuan untuk menambah wawasan kepada Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam, khususnya Konsentrasi Keluarga dalam hal menciptakan keluarga ideal bagi pasangan suami istri. Hasil penelitian ini juga diharapkan berguna sebagai pelengkap bahan kajian dan bermanfaat sebagai bahan referensi bacaan. Hasil penelitian ini juga dimaksudkan agar bermanfaat sebagai petunjuk arahan maupun acuan serta bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian yang relevan dengan hasil penelitian ini.

2. Aspek Praktis

Hasil penelitian ini juga dapat bermanfaat dari segi praktis. Peneliti membagi manfaat ini dalam beberapa lingkup sebagai berikut:

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi pemahaman tersendiri secara tepat dalam menciptakan keluarga yang penuh


(20)

12

kebahagiaan melalui pelatihan Keluarga Ideal. Melalui penelitian ini, peneliti tentu mendapat banyak wawasan tentang kiat-kiat menciptakan keluarga ideal secara maksimal. Peneliti juga bisa belajar dari berbagai macam pola hubungan pasangan suami istri saat berada di lapangan.

b. Bagi Pasangan Suami Istri

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi konsep tentang strategi dalam mencapai keluarga yang dilingkupi kebahagiaan melalui pelatihan keluarga ideal sehingga dapat membentuk atau meningkatkan keharmonisan rumah tangga bagi pasangan suami istri. c. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi penggugah hati masyarakat agar tergerak untuk mengetahui serta memahami tentang konsep keluarga ideal sehingga dapat tercipta lingkungan masyarakat yang penuh kedamaian, kesejukkan dan keindahan karena dihuni oleh masyarakat yang berasal dari keluarga yang penuh cinta dan kasih. E. Definisi Konsep

1. Keluarga Ideal (Sakinah)

Keluarga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki beberapa arti, yakni: a) Ibu dan bapak beserta anak-anaknya; b) Orang seisi rumah yang menjadi tanggungan; c) Sanak saudara atau kaum kerabat; dan d) Satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam


(21)

13

masyarakat.22 Menurut George Murdock, dalam bukunya Social Structure, menguraikan bahwa keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat kerja sama ekonomi dan terjadi reproduksi. Adapun, menurut Zakaria Lemat, bahwa keluarga merupakan kelompok paling kecil dalam masyarakat, sekurang-kurangnya dianggotai oleh suami dan istri atau ibu bapak dan anak-anak.23

Ideal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sesuatu yang sangat sesuai dengan yang dicita-citakan atau diangan-angankan atau dikehendaki.24 Di samping ideal, penulis juga mengambil kata yang berkaitan, yakni sakinah (ةنيكس), mengandung arti

“ketenangan”.25 Adapun keluarga ideal yang dimaksudkan dalam

penelitian ini adalah kelompok paling kecil dalam masyarakat yang minimal terdiri dari suami dan istri (baik yang sudah tinggal di rumah sendiri atau masih tinggal dengan mertua) yang menjalani kehidupan rumah tangga sesuai dengan yang diinginkan masing-masing, dihiasi dengan ketenangan dan kebahagiaan, sehingga dapat mencapai tujuan bersama.

Keluarga bisa dikatakan sebagai keluarga ideal, salah satunya jika terdapat kerjasama yang baik antara suami istri dalam melaksanakan hak

22 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), hal. 536.

23 Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga (Jakarta: Kencana, 2012), hal. 3.

24 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), hal. 416.

25 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir; Kamus Arab-Indonesia. Telaah oleh Ali


(22)

14

dan kewajiban masing-masing. Adapun hak dan kewajiban suami istri sebagai berikut:

a. Kewajiban Suami. Mencakup: Memimpin, Memelihara dan

Bertanggung Jawab; Mencukupi Keperluan Ekonomi; Memenuhi Kebutuhan Biologis; dan Melakukan Pergaulan yang Baik.

b. Kewajiban Istri. Mencakup: Taat kepada Allah dan Suami; Menjaga

Kehormatan Diri; Melayani Kebutuhan Biologi Suami dengan Baik; dan Mengurus Rumah Tangga.26

Hak dan kewajiban suami istri juga telah dikembangkan dalam berbagai ilmu, salah satunya adalah di dalam buku Baiti Jannati karya Abdul Syukur al-Azizi sebagai berikut:

a. Hak dan Kewajiban Suami. Mencakup: Merawat dan Menjaga

Kepercayaan; Menghiasi Rumah Tangga dengan Kejujuran; Mempertajam Spirit Perhatian terhadap Istri; Mempererat Jalinan Kasih Sayang; dan Memberikan Nafkah yang Halal.

b. Hak dan Kewajiban Istri. Mencakup: Hak mendapatkan Nafkah; Taat

kepada Suami; Berwajah Ceria di Depan Suami; Berbicara yang Menyenangkan Suami; Mensyukuri Pemberian Suami; Tidak Mendikte Suami; Mendengarkan dan Menerima Nasihat Suami; Tidak Keluar Rumah tanpa Izin Suami; Memenuhi Ajakan Jima’; Tidak Meminta Cerai tanpa Alasan yang Dibenarkan; Jujur kepada Suami;


(23)

15

Menjaga Rahasia Suami; Menjadi Pendamping yang Baik; dan Mengajak Suami Beribadah di Malam Hari.27

2. Paket Pelatihan Keluarga Ideal bagi Pasangan Suami Istri

Paket Pelatihan Keluarga Ideal bagi Pasangan Suami Istri merupakan media layanan bimbingan dan konseling yang ditujukan kepada pasangan suami istri yang berisi materi tentang kiat-kiat meningkatkan kualitas peran suami istri agar tercipta keluarga harmonis serta keluarga yang diimpikan oleh masing-masing suami istri.

Peneliti menguatkan paket pelatihan ini pada aspek hak dan kewajiban suami istri. Hal ini memiliki maksud tersendiri bagi peneliti bahwa penjelasan tentang hak dan kewajiban suami istri menjadi rujukan bagi perkembangan ilmu yang membahas tentang kehidupan rumah tangga. Peneliti berusaha mengemas hak dan kewajiban suami istri dengan baik tanpa mengandung kesan paksaan yang menjadikan suami istri melakukan kewajiban-kewajiban secara terpaksa. Peneliti memiliki harapan agar suami istri dapat melaksanakan kewajiban masing-masing dengan senang hati.

F. Spesifikasi Produk

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti paparkan, maka penelitian ini dirancang dan dikemas sebaik mungkin, tentunya memiliki manfaat yang besar, praktis, menarik, mudah dipahami, sistematis dan akurat.


(24)

16

Oleh karenanya, penelitian pengembangan ini diharapkan dapat memenuhi empat kriteria sebagai berikut:

1. Ketepatan, maksudnya isi paket yang dikembangkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan peneliti, prosedur paket serta tepat sasaran. Hal ini dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat validitas paket yang dikembangkan dengan menggunakan skala penilaian.

2. Kelayakan, maksudnya paket yang dikembangkan telah memenuhi persyaratan yang ada, baik dari segi prosedur, isi, maupun pelaksanaannya sehingga paket tersebut dapat diterima oleh pasangan suami istri khususnya dan masyarakat umumnya. Atau bisa jadi, paket pengembangan ini dapat dijadikan acuan bagi berbagai pihak untuk mempublikasikan ke masyarakat yang membutuhkan.

3. Kegunaan, maksudnya paket yang dikembangkan memiliki daya guna dan bermanfaat untuk dijadikan pegangan oleh pasangan suami istri dalam rangka mencapai keluarga sakinah.

4. Respon aktif positif, maksudnya tampilan atau sampul dan isi paket memiliki daya tarik yang kuat bagi pasangan suami istri untuk membaca, memahami dengan seksama dan pada akhirnya tergugah untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan rumah tangga sehari-hari.28

Paket pelatihan keluarga ideal bagi pasangan suami istri dalam mencapai keluarga sakinah terdiri dari tiga bagian, yaitu:

28 Mukfiyah Ma’isyah, “Konseling Keluarga dalam Meningkatkan Kualitas Peran Ibu

Rumah Tangga: Pengembangan Paket Pelatihan di Desa Kepuh Kejayan Pasuruan” (Skripsi,


(25)

17

1. Bentuk Paket

Bentuk Paket Pelatihan Keluarga Ideal bagi Pasangan Suami istri ini terdiri dari empat (4) topik, yaitu: a). Hak dan Kewajiban Suami Istri; b). Kiat Praktis Pembagian Tugas Pekerjaan Domestik dalam Rumah Tangga; c). Komunikasi Suami Istri; dan d). Hubungan Intim Menurut Pandangan Islam dan Medis.

2. Isi Paket

Isi paket ini terdiri dari dua bagian, yaitu:

a. Buku panduan bagi pasangan suami istri yang berisi petunjuk atau pedoman bagi pasangan suami istri dalam mengikuti pelaksanaan pelatihan agar dapat memudahkan mereka dalam mencapai target yang diinginkan setelah pelatihan.

b. Materi pelatihan berasal dari buku materi yang terdiri dari: 1). Hak dan Kewajiban Suami Istri; 2). Kiat Praktis Pembagian Tugas Pekerjaan Domestik dalam Rumah Tangga; 3). Komunikasi Suami Istri; dan 4). Hubungan Intim Menurut Pandangan Islam dan Medis. 3. Pelaksanaan Pelatihan

Pelaksanaan pelatihan ini dirancang dengan menggunakan teknik sarasehan. Selain itu, pelatihan ini dilengkapi dengan beberapa simulasi,

yakni simulasi “Always Loving You” (berisi tentang ajakan yang ditujukan

kepada suami istri untuk senantiasa mengungkapkan rasa terima kasih, permintaan maaf, cinta dan kasih sayang) dan simulasi “Human


(26)

18

Validation Process Model” (bertujuan untuk meningkatkan hubungan suami istri).

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Peneliti menggunakan metode penelitian pengembangan atau

research and development dalam penelitian ini. Research and development

adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, melalui penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan kemudian menguji keefektifannya agar dapat menghasilkan produk yang berdaya guna bagi kehidupan masyarakat luas.29 Penelitian ini juga erat kaitannya dengan penelitian evaluatif, yakni sebuah kegiatan pengumpulan data atau informasi untuk dibandingkan dengan kriteria, kemudian diambil kesimpulan.30

Penelitian evaluatif bermaksud mengumpulkan data tentang implementasi kebijakan. Dengan demikian manfaat hasil penelitian juga untuk pihak yang membuat kebijakan. Tujuan penelitian evaluatif adalah untuk mengetahui keterlaksanaan kebijakan., bukan hanya pada kesimpulan sudah terlaksana dengan baik atau tidaknya, tetapi ingin mengetahui kalau belum baik implementasinya, apa yang telah menyebabkan, di mana letak kelemahannya, dan kalau lemah apa sebabnya. Dengan kata lain, penelitian evaluatif bermaksud mencari

29 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D)

(Bandung: Alfabeta, 2015), hal. 407.

30 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka


(27)

19

titik lemah dari implementasi yang mungkin juga letak kelemahan sebuah kebijakan. Berdasarkan data hasil penelitian tersebut, pengambil kebijakan dapat memperbaiki unsur-unsur yang lemah dari kebijakan, yang tujuan akhirnya adalah meningkatkan mutu dari implementasi dari kebijakan. Penelitian evaluatif ini mempunyai manfaat sebagai pengembangan kualitas (quality improvement).31

Peneliti menggunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan melalui pendekatan kualitatif yang meliputi: wawancara, observasi, saran, dan kritik secara tertulis. Di samping itu, peneliti juga menggali data menggunakan pendekatan kuantitatif melalui angket. Peneliti menggunakan angket sebagai uji ahli produk untuk tim uji ahli.

2. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah sepasang suami istri yang belum bisa dikatakan sebagai keluarga ideal dikarenakan dalam hubungan pasangan suami istri tersebut masih banyak didapati konflik yang belum bisa terselesaikan dengan baik. Baik konflik internal rumah tangga maupun eksternal. Adapun lokasi penelitian ini berada di Desa kemantren Kecamatan Paciran kabupaten Lamongan.

3. Tahap-Tahap Penelitian

Tahapan-tahapan dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Perencanaan

31 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka


(28)

20

Peneliti melakukan studi literatur dengan mempelajari berbagai buku yang membahas tentang keluarga ideal bagi suami istri. Kemudian, peneliti mengumpulkan data-data yang telah dipelajari untuk menjadi bahan pelatihan saat di lapangan.

b. Pengembangan

1) Merumuskan tujuan yaitu menciptakan keluarga ideal bagi pasangan suami istri yang mana dalam pencapaiaannya dibutuhkan kerjasama yang baik dari masing-masing suami istri. 2) Menyusun naskah pengembangan dengan mempersiapkan materi tentang: a). Hak dan Kewajiban Suami Istri; b). Kiat Praktis Pembagian Tugas Pekerjaan Domestik dalam Rumah Tangga; c). Komunikasi Suami Istri; dan d). Hubungan Intim Menurut Pandangan Islam dan Medis.

3) Mengembangkan paket yang menjadi petunjuk bagi pasangan suami istri agar dapat mengikuti proses bimbingan dengan tepat sehingga peserta penelitian memahami target yang ingin dicapai setelah diadakannya pelatihan.

c. Menyusun Strategi Evaluasi

Peneliti sangat perlu menyusun strategi evaluasi. Hal ini dilakukan agar tingkat keberhasilan paket dapat diketahui sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal.


(29)

21

Tahap uji coba dilakukan untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Adapun uji coba ini melalui dua tahap, yaitu:

1) Uji ahli. Bertujuan untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang

mendasar baik dalam segi isi buku paket maupun rancangannya.

2) Uji kelompok kecil dan terbatas. Bertujuan untuk mengetahui

efektifitas perubahan produk yang dihasilkan dari uji ahli serta menentukan tingkat pemahaman para peserta pelatihan terhadap materi paket.

e. Tahap Revisi Produk

Revisi produk merupakan kegiatan yang dilakukan setelah tahap uji coba, dan juga sebagai kegiatan terakhir dari proses pengembangan serta langkah penyempurnaan paket.32

4. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data

Berdasarkan jenisnya, data dalam penelitian ini diklasifikasikan dalam dua macam, yaitu:

1) Data Primer merupakan data utama dari penelitian ini. Data primer berupa segala aktivitas verbal dan nonverbal, sikap dan perilaku yang diperoleh dari proses pelatihan yang diikuti oleh sepasang suami istri, juga hasil tulisan tangan informan yang

32 Mukfiyah Ma’isyah, “Konseling Keluarga dalam Meningkatkan Kualitas Peran Ibu

Rumah Tangga: Pengembangan Paket Pelatihan di Desa Kepuh Kejayan Pasuruan” (Skripsi, Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016), hal. 16-18.


(30)

22

tersedia di lembar kerja pernyataan yang terdapat dalam buku paket latihan.

2) Data Sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung melalui data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh dengan mudah melalui membaca, mendengar dan mengamati.33 Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari buku-buku referensi yang menjadi pelengkap buku pelatihan. b. Sumber Data

Terdapat dua sumber data dalam penelitian ini, yaitu:

1) Sumber data primer yaitu sumber data yang didapatkan langsung dari lapangan, yaitu segala informasi yang didapatkan dari sepasang suami istri yang menjadi peserta pelatihan, kepala desa, mudin, kepala Kantor Urusan Agama (KUA) dan masyarakat yang sudah berkeluarga.

2) Sumber data sekunder berupa literatur yang terkait dan hasil pengamatan peneliti terhadap situasi dan kondisi yang tergambar dari proses pelatihan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi

33 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Yogyakarta: Graha


(31)

23

Observasi merupakan proses pengamatan peneliti menggunakan pancaindra dengan seksama.34 Mata yang tidak sekedar memandang, tetapi memandang dengan penuh perhatian, telinga yang mendengar dengan penuh pemahaman, dan lain sebagainya. Kemudian, hasil pengamatan tersebut peneliti analisis dengan menggunakan ilmu yang berkaitan dengan hasil pengamatan tersebut. Ada beberapa aspek yang diamati oleh peneliti, yakni aspek fisik dan psikis. Aspek fisik maksudnya segala sikap dan perilaku yang tampak kemudian diiringi dengan ekspresi tertentu. Adapun aspek psikis maksudnya makna kejiwaan (berupa perasaan, pikiran) yang tersingkap dari ekspresi yang dimunculkan.

Peneliti mengambil metode observasi nonpartisipan di mana peneliti tidak ikut serta dalam proses kehidupan berumah tangga yang dijalani oleh suami istri. Peneliti hanya mengamati saja yang bertujuan agar dapat memahami kondisi yang sebenarnya. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui aktifitas suami istri sehari-hari, baik aktifitas berupa verbal maupun nonverbal, sikap dan perilaku yang dimunculkan. Observasi ini dilakukan sebelum dan sesudah diberikan pelatihan.

Adapun kegiatan observasi yang peneliti lakukan antara lain: 1) Tanggal 15 Februari 2017

34 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial (Surabaya: Airlangga University Press,


(32)

24

Peneliti sedang bersilaturrahim ke rumah ID (istri). YSP (suami) kebetulan tidak berada di rumah. Peneliti dan ID duduk santai sambil berbincang-bincang seputar kehidupan rumah tangga. Di sela-sela perbincangan kami, YSP (suami) menelpon. ID dan YSP pun berbicara lewat telepon. Tidak lama kemudian, ID membentak YSP dengan nada kesal dikarenakan rasa tidak sukanya terhadap sikap suami. Peneliti pada waktu itu mengingatkan istri agar bersabar. ID pun menyatakan kepada peneliti tentang beberapa sikap suami yang tidak disukai. Seperti, sikap prosesif dan cemburu yang berlebihan. ID kesal karena suami sering mengulangi sikap tersebut. Hal ini terlihat dari ekspresi kekesalan yang terbaca dari wajah ID.

2) Tanggal 24 Februari 2017

Peneliti sedang berada di rumah LH (suami) dan IH (istri). Waktu itu, peneliti mendapati suami sedang memperlakukan istri secara tidak baik. Seperti, suami berbicara kasar terhadap istri, suami tidak menghargai pekerjaan istri dan suami tidak menghiraukan pendapat istri dengan baik. Terlihat jelas dari ekspresi IH yang sangat kesal dan sedih atas sikap LH.

3) Tanggal 28 Februari 2017

Peneliti sedang silaturrahim ke rumah AFM (suami) dan SRH (istri). Waktu itu, peneliti sedang berbincang dengan SRH. Kemudian, suaminya menyuruhnya membelikan rokok dengan


(33)

25

nada yang kasar. Setelah dibelikan rokok, suaminya pergi. Istri menanyakan soal tujuan kepergiannya. Namun, suami hanya

menjawab, “mau main!” (menjawab dengan singkat). Peneliti

melihat ekspresi kekesalan SRH terhadap AFM. b. Wawancara

Wawancara merupakan proses tanya jawab yang dilakukan oleh peneliti kepada pihak yang diwawancarai yang hasilnya berbentuk tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, hasil pemikiran, dan pengetahuan seseorang tentang segala sesuatu yang dipertanyakan sehubungan dengan masalah penelitian.35 Hasil dari wawancara tersebut akan menjadi pelengkap data yang dibutuhkan oleh peneliti.

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti berupa wawancara terbuka dan tertutup. Wawancara tertutup maksudnya wawancara yang dilakukan dalam kondisi subjek tidak mengetahui kalau diwawancarai. Wawancara tertutup ini dilakukan pada saat ada persoalan kursial yang dialami oleh pasangan suami istri. Adapun wawancara terbuka dilakukan dalam kondisi subjek menyadari dan tahu tujuan dari wawancara.36

Wawancara ini dilakukan sebelum dan sesudah pelatihan. Wawancara yang dilakukan sebelum pelatihan bertujuan agar memperoleh informasi tentang seluk beluk kehidupan rumah tangga

35 Hadari Nawawi & Martini Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 1995), hal. 98.

36 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006),


(34)

26

yang dijalani suami istri. Adapun wawancara yang dilakukan setelah pelatihan bertujuan untuk menggali informasi tentang dampak dari pelaksanaan pelatihan. Dengan demikian, akan diketahui ada tidaknya perubahan-perubahan pada pola sifat, sikap, dan perilaku suami istri.

Adapun kegiatan wawancara yang peneliti lakukan antara lain: 1) Tanggal 18 Februari 2017: Wawancara peneliti dengan ID (istri YSP) tentang hubungan intim. Wawancara ini bersifat tertutup, dilakukan di rumah ID. Adapun intrumen dalam wawancara ini hanya menggunakan memo dan bulpoin yang digunakan setelah peneliti berada di rumah.

2) Tanggal 10 Maret 2017: Wawancara Peneliti dengan SRH (istri) tentang cara suami istri menjalani kehidupan rumah tangga dalam keseharian mereka. Wawancara ini bersifat terbuka, dilakukan di rumah SRH. Peneliti menggunakan instrumen memo dan bulpoin pada saat melakukan wawancara ini.

3) 30 Maret 2017: Wawancara peneliti dengan AM (istri), ID (istri) dan IH (istri) mengenai ada atau tidak adanya konseling pranikah. Wawancara ini bersifat terbuka, dilakukan di rumah masing-masing. Adapun instrumen dalam kegiatan wawancara ini menggunakan memo dan bulpoin yang digunakan setelah peneliti berada di rumah peneliti.

4) Tanggal 06 April 2017: Wawancara peneliti dengan Kepala Kantor Urusan Agama (KUA). Wawancara ini bersifat terbuka,


(35)

27

dilakukan di KUA. Peneliti menggunakan instrumen satu lembar kertas yang berisi daftar pertanyaan sebagai pedoman wawancara dan perekam suara berupa handphone. Kemudian, peneliti meminta tanda tangan Kepala KUA sebagai tanda bukti telah melakukan kegiatan wawancara.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan proses pengambilan data yang diperoleh dari dokumen37 berupa benda-benda tertulis, seperti buku, notulen, catatan, harian, peraturan-peraturan dan lain-lain38 atau berbentuk film yang telah ada.39 Peneliti menggunakan dokumentasi melalui record berupa rekaman, hasil tulisan peserta selama pelatihan berlangsung, serta foto buku panduan suami istri yang terdapat di KUA. Adapun instrumen yang digunakan dalam kegiatan dokumentasi ini antara lain: handphone yang digunakan untuk merekam dan kegiatan foto-foto dan lembar kertas yang berisi daftar pertanyaan yang akan diisi oleh peserta pelatihan.

d. Angket (Kuesioner)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pernyataan atau

37 Husaini Usman, Metodologi Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 55.

38 Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi

Aksara, 1996), hal. 202.

39 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


(36)

28

pertanyaan tertulis kepada responden untuk diisinya.40 Kuesioner dalam penelitian ini berbentuk kuesioner tertutup dan terbuka. Tertutup maksudnya responden hanya memiliki jawaban yang telah disediakan peneliti. Adapun kuesioner terbuka maksudnya peneliti memberikan kesempatan bagi responden untuk memberikan jawaban sesuai dengan jalan pikiran dan perasaan masing-masing.41

Instrumen yang digunakan dalam kegiatan kuesioner ini berupa lembaran yang berisi pre-test dan post-test yang diisi oleh peserta sebelum dan sesudah diberikan pelatihan. Juga, berupa lembaran kertas yang berisi penilaian uji kelayakan paket. Adapun instrumen tersebutsebagaimana terlampir.

Kuesioner diberikan kepada pasangan suami istri peserta pelatihan (responden) yang berupa pre-test dan post-test yang berguna sebagai alat pengukur potensi, manfaat serta dampak pelatihan yang berpengaruh pada perubahan rangkaian perilaku. Hasil kuisioner ini kemudian diberikan kepada tim uji ahli untuk mengetahui apakah paket sudah memenuhi kriteria paket yang telah ditentukan, yaitu kelayakan, kegunaan, ketepatan, dan respon positif responden. 6. Teknik Analisis Data

Analisis data ini bertujuan agar peneliti memperoleh hasil temuan yang sesuai dengan fokus permasalahan dalam penelitian. Analisis data

40 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,

2004), hal. 55.

41 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,


(37)

29

yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data lapangan model Miles dan Huberman. Analisis ini dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.42 Peneliti mulai melakukan analisis data saat sudah memulai mengumpulkan data yang didapat dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi dan kuesioner. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis melalui cara berikut:

a. Melakukan Analisa Produk yang akan Dikembangkan

Melakukan analisa produk yang akan dikembangkan ini dimulai dari pengumpulan informasi dan data. Informasi yang dibutuhkan adalah sesuai atau tidaknya produk yang akan dikembangkan ini dengan problematika peserta pelatihan.

b. Pengembangan Produk Awal

Model pengembangan ini dirancang dalam format dan tahapan yang jelas, sederhana, dan sistematis sehingga memudahkan pasangan suami istri untuk mengaplikasikan produk dalam kehidupan sehari-hari.

c. Uji Coba Lapangan dan Revisi Produk

Penelitian dengan model pengembangan paket ini memiliki tahapan khusus yang berbentuk uji lapangan dan revisi produk. Melalui penilaian dan revisi atas produk pengembangan, maka dapat

42 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010),


(38)

30

dihasilkan produk efektif dan tentunya diharapkan memiliki daya tarik bagi para penggunanya untuk memahami isinya.43

7. Uji Keabsahan Hasil Penelitian

Salah satu hal yang terpenting dalam sebuah penelitian adalah uji keabsahan hasil penelitian. Uji keabsahan hasil penelitian sebagai tolak ukur dari kualitas hasil penelitian. Peneliti menggunakan teknik keabsahan data sebagai berikut:

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Peneliti dalam penelitian research and development ini sangat berperan penting dalam mengikuti setiap proses penelitian dari awal hingga akhir. Oleh karena itu, peneliti melakukan pengamatan secara menyeluruh dari semua sesi pelatihan dan di luar pelatihan (saat peserta konsultasi) agar memperoleh data secara maksimal dan mendalam sehingga dapat tergambar isi materi apa yang cocok dan tepat untuk dimasukkan ke dalam produk.

b. Ketekunan Pengamatan

Peningkatan ketekunan pengamatan di lapangan sangat perlu dilakukan dalam rangka memperoleh derajat pengabsahan hasil penelitian yang maksimal. Ketekunan pengamatan ini dilakukan dengan melibatkan seluruh panca indra, perasaan dan insting peneliti. Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan kriteria atau

43 Mukfiyah Ma’isyah, “Konseling Keluarga dalam Meningkatkan Kualitas Peran Ibu

Rumah Tangga: Pengembangan Paket Pelatihan di Desa Kepuh Kejayan Pasuruan” (Skripsi, Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016), hal. 22.


(39)

31

unsur yang relevan dengan masalah atau isu yang sedang diangkat oleh peneliti.

c. Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik pengabsahan data yang melibatkan peneliti, metode, teori dan sumber data. Cara ini digunakan agar peneliti bisa menarik kesimpulan secara maksimal. Triangulasi dibagi sebagai berikut:

1) Triangulasi peneliti adalah pengujian validitas hasil penelitian yang melibatkan peneliti lain untuk melakukan pengecekan ulang secara langsung baik dari segi wawancara ulang, atau perekaman data yang sama di lapangan.

2) Triangulasi sumber data adalah proses membandingkan hasil pengamatan atau data yang satu dengan data yang lain dengan berbagai sumber data yang berbeda.

3) Triangulasi metodologi merupakan proses membandingkan data sejenis dengan menggunakan berbagai teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda.

4) Triangulasi teoritis merupakan proses mengkaji satu permasalahan dilihat dari berbagai sudut pandang teori yang lebih dari satu.44

44 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012), hal.


(40)

32

Triangulasi yang diterapkan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data, metode dan teoritis. Peneliti melakukan triangulasi sumber data dengan menggunakan berbagai sumber data, yakni data primer dan sekunder.

Adapun triangulasi metode yang dilakukan peneliti adalah dengan mengumpulkan semua data sejenis yang didapat dari hasil observasi, wawancara, kuesioner dan dokumentasi. Melalui pengkombinasian dan perbandingan data ini, maka akan saling melengkapi. Sehingga lebih memungkinkan memperoleh hasil penelitian yang akurat. Adapun triangulasi teoritis dilakukan peneliti dengan menyikapi dengan bijak segala permasalahan rumah tangga dengan merujuk dari beberapa teori.

H. Sistematika Pembahasan

Skripsi ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:

Bagian awal. Bagian awal terdiri dari: Judul Penelitian (Sampul); Persetujuan Pembimbing; Pengesahan Tim Penguji; Motto dan Persembahan; Pernyataan Otentisitas Skripsi; Abstrak; Kata Pengantar; Daftar Isi; Daftar Tabel; dan Daftar Bagan.

Bagian inti. Bagian inti terdiri dari lima bab. Masing-masing bab berisi sub bab, antara lain:

Bab I. Pendahuluan. Pendahuluan terdiri dari: Latar Belakang Masalah; Rumusan Masalah; Tujuan Penelitian; Manfaat Penelitian; Definisi Konsep; Spesifikasi Produk; Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan.


(41)

33

BAB II. Tinjauan Pustaka. Tinjauan pustaka terdiri dari: Kajian Keluarga Ideal; Hak dan Kewajiban Suami Istri; Kiat Praktis Pembagian Tugas Pekerjaan Domestik dalam Rumah Tangga; Komunikasi Interpersonal Suami Istri; dan Bimbingan Seks Suami Istri Menurut Pandangan Islam dan Medis. Kemudian akan dibahas kerangka berfikir pengertian pengembangan paket pelatihan keluarga ideal bagi suami istri.

BAB III. Penyajian Data. Penyajian data terdiri dari: Deskripsi Umum Objek Penelitian dan Pelatihan Keluarga Ideal bagi Pasangan Suami Istri di Desa Kemantren.

BAB IV. Analisis Data. Terdiri dari: Analisis Data Paket Pelatihan Keluarga Ideal bagi Pasangan Suami Istri di Desa Kemantren dan Revisi Produk.

BAB V. Penutup. Terdiri dari: Kesimpulan dan Saran.

Bagian akhir. Terdiri dari: Daftar Pustaka dan Lampiran-lampiran.

Demikian sistematika pembahasan dari skripsi yang berjudul, “Paket

Pelatihan Keluarga Ideal bagi Pasangan Suami Istri (Studi Kasus Sepasang Suami Istri di Desa Kemantren Paciran Lamongan)”.


(42)

BAB II

KELUARGA IDEAL, PASANGAN SUAMI ISTRI, PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN

A. Kajian Teoritik 1. Keluarga Ideal

a. Pengertian Keluarga Ideal

Keluarga memiliki beberapa pengertian sebagai berikut: 1) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki

beberapa arti, yakni ibu dan bapak beserta anak-anaknya, orang seisi rumah yang menjadi tanggungan, sanak saudara atau kaum kerabat, satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat.45

2) Keluarga yaitu suami atau ayah, istri atau ibu dan anak-anak, dengan kata lain keluarga inti yang hidup terpisah dari orang lain di tempat tinggal mereka sendiri, dan para anggotanya satu sama lain.46

3) Keluarga adalah suatu kesatuan sosial yang terkecil di dalam masyarakat, yang diikat oleh tali pernikahan yang sah.47

4) George Murdock, dalam bukunyaSocial Structure, menguraikan bahwa keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat kerja sama ekonomi dan

45 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), hal. 536.

46Jane Cary Peck,Wanita dan Keluarga(Yogyakarta: Kanisius, 1995), hal. 12. 47Abror Spdik,Fikih Keluarga Muslim(Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2015), hal. 75.


(43)

35

terjadi reproduksi. Adapun menurut Zakaria Lemat, keluarga merupakan kelompok paling kecil dalam masyarakat, sekurang-kurangnya dianggotai oleh suami dan istri atau ibu bapak dan anak-anak.48

5) Keluarga merupakan sebuah institusi terkecil di dalam masyarakat yang berfungsi sebagai wahana untuk mewujudkan kehidupan yang tentram, aman, damai dan sejahtera dalam suasana cinta dan kasih sayang diantara anggotanya.49

Ideal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sesuatu yang sangat sesuai dengan yang dicita-citakan atau diangan-angankan atau dikehendaki.50Di samping ideal (dalam penelitian ini), penulis juga mengambil kata yang berkaitan, yakni sakinah ( ), mengandung arti ketenangan .51

Adapun pasangan suami istri adalah pria dan wanita yang menjadi pasangan hidup secara sah dan resmi melalui jalur pernikahan.52 Keluarga ideal yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kelompok paling kecil dalam masyarakat yang minimal terdiri dari suami dan istri (baik yang sudah tinggal di rumah sendiri atau

48 Sri Lestari, Psikologi Keluarga; Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga(Jakarta: Kencana, 2012), hal. 3.

49Mufidah,Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender (Edisi Revisi)(Malang:

UIN-Maliki Press, 2013), hal. 33.

50 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), hal. 416.

51 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir; Kamus Arab-Indonesia. Telaah oleh Ali

Ma shum dan Zainal Abidin (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), hal. 646.

52 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai


(44)

36

masih tinggal dengan mertua) yang menjalani kehidupan rumah tangga sesuai dengan keinginan dan harapan masing-masing, dihiasi dengan ketenangan dan kebahagiaan, sehingga dapat mencapai tujuan bersama.

b. Hal-hal yang Perlu Dipersiapkan untuk Mencapai Keluarga Ideal Pernikahan yang didasari atas asas Islami, tentu telah memiliki taraf kedewasaan diri yang baik dengan segala cabang-cabangnya serta telah mempunyai dan memenuhi persyaratan-persyaratan pokok lainnya yang tidak dapat diabaikan bila menghendaki suatu pernikahan yang bahagia dan penuh kesejahteraan, keharmonisan dan keserasian yang menyeluruh.

Kondisi ideal yang melekat pada diri suami dan istri sebenarnya suatu hal yang tidaklah sepenuhnya diperoleh. Namun, tidak akan menghalangi berlangsungnya suatu pernikahan yang berbahagia bila kedua belah pihak telah menyetujuinya dan berbulat hati untuk bersatu dalam membina sebuah rumah tangga dengan kesiapan mental guna menanggung segala macam resiko yang akan dihadapi dalam perjalanan pernikahan selanjutnya.

Walaupun predikat ideal sukar diperoleh sepenuhnya oleh masing-masing pribadi yang akan menjadi pasangan dalam pernikahan, alangkah baiknya bila masing-masing pihak selalu memahami dan berusaha mendapatkannya di sepanjang jalur kehidupan bersama yang akan dijalani. Taraf kesadaran dan kesabaran


(45)

37

yang didukung oleh pengetahuan dan pengalaman hidup yang cukup, sangat menunjang pencapaian tujuan-tujuan pernikahan.53

Sedikitnya ada tiga bekal utama yang perlu diperhatikan untuk mencapai kebahagiaan dalam rumah tangga, sebagaimana yang dikutib dari Asma Nadia, dalam bukunya yang berjudul Sakinah

Bersamamu, sebagai berikut:

1) Membangun jiwa sakinah. Allah berfirman: litaskunuu ilaihaa, artinya agar kau berteduh wahai para suami kepada istrimu.

Litaskunuuberasal darisakana yaskunu(berdiam atau berteduh).

Dari kata sakana muncul istilah sakinah yang berarti tenang. Firman lain, Allah Swt. berkata: alaa bidzikrillahi tathma’innul

quluub, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang (QS.

Ar-Ra d: 28). Kalau disimpulkan keduanya, jelaslah bahwa hanya dengan banyak berdzikir kepada Allah,insya Allahdapat dicapai ketenangan dalam diri juga rumah tangga.

2) Menghidupkan semangat mawaddah. Mawaddah berarti cinta. Tanpa mawaddah, kehidupan keluarga akan terasa hampa dan menjenuhkan. Mawaddah biasanya sangat bersifat pribadi. Ia terlepas dari persoalan fisik. Itu sebabnya, Allah Swt. memberi penyeimbangnya, yaknirahmah, agar saat cinta mulai kehilangan cahaya, masih ada semangatrahmahyang akan menjaganya.

53Hasan Basri, Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama(Yogyakarta: Pustaka


(46)

38

3) Mempertahankan spirit rahmah. Rahmah artinya kasih sayang, diambil dari katarahima yarhamu. Katarahmahlebih bermakna kesungguhan untuk berbuat baik kepada orang lain, apalagi kepada keluarga. Katarahmahlebih mencerminkan sikap saling memahami kekurangan masing-masing, lalu berusaha untuk saling melengkapi. Sikap ini menekankan adanya tolong menolong dalam bersinergi, sehingga kekurangan menjadi kesempurnaan. Sikap rahmah pun lebih sering berperan ketika semangat cinta mulai menurun.

Mawaddahdanrahmah bagaikan sepasang sayap. Bila sayap

itu berfungsi dengan baik,insya Allahtujuan kehidupan keluarga yang penuh berkah dan diridhai Allah Swt. akan tercapai. Begitu indahnya cara Islam dalam mengantarkan manusia menuju kebahagiaan kehidupan rumah tangga yang bisa dilakukan siapa saja tanpa memandang status sosial. Hanya perlu kerja sama yang baik dari pasangan suami istri.54

Pasangan yang mau menikah, sangat diperlukan adanya persiapan untuk menikah. Persiapan inilah yang menjadi bekal dalam mengarungi kehidupan rumah tangga. Diantara persiapan menikah antara lain:

54Asma Nadia,Sakinah Bersamamu; Belajar Lebih Bijak Berumah Tangga Melalui Cerita


(47)

39

1) Kesehatan fisik dan psikis. Agama Islam sangat meperhatikan

kesehatan manusia dan memerintahkan mereka agar menjaga kebersihan dan menjauhi hal-hal yang najis atau kotor, serta menganjurkan agar manusia berolah raga. Dengan begitu, jelas bahwa kesehatan sangat diperlukan untuk bekal menikah. Tidak hanya kesehatan fisik, kesehatan psikis juga sangat diperlukan. Seperti, jiwa yang senantiasa tenang, tentram dan damai menjadi salah satu hal penting untuk bekal menikah.

2) Keilmuan. Suami istri perlu memiliki bekal ilmu yang akan

menemani setiap perjalanan rumah tangga mereka.

3) Akal. Manusia sebelum menikah, diperlukan untuk memiliki bekal dalam penggunaan akal yang baik, memiliki pemikiran yang matang terhadap segala hal, dapat menyimpulkan dengan baik segala peristiwa yang terjadi.

4) Jiwa dan akhlak yang baik. Melalui ibadah sehari-hari, seperti

shalat, puasa, zakat dan haji, akan dapat mengokohkan akhlak seseorang, mensucikan jiwanya, dan mendidik perasaan hatinya, mengarahkan bermacam-macam emosinya ke arah yang positif, menajamkan perasaannya, memperkuat kehendaknya, memantapkan tekad, menyeimbangkan karakternya hingga hanya karakter baiknya yang dominan, menstabilkan tabiatnya hingga dia tidak akan ragu-ragu atau terlalu lamban namun juga tidak terlalu terburu-buru dan gegabah, tidak akan terlalu lemah dan


(48)

40

menjadi orang yang statis, namun juga tidak dikuasai sifat tergesa-gesa dan mudah panik, tidak mudah menjadi sangat gembira dan tidak gampang merasa sangat menderita, serta juga tidak kehilangan kesadaran dan perasaan hatinya.55

Kesalahan besar seorang suami atau istri adalah, mereka yang ingin menjalani kehidupan rumah tangganya tanpa mau mengalami pelbagai problem dan kesulitan-kesulitan hidup. Mereka mengidam-idamkan sebuah kehidupan rumah tangga yang ideal bersama pasangan dan menginginkan untuk mewujudkannya. Dia menginginkan hak-haknya saja tanpa mau menunaikan kewajiban yang seharusnya dilakukan sebagai seorang suami atau istri. Hal ini adalah satu gambaran yang sangat berbeda dan sebuah pandangan yang salah jika menginginkan kehidupan keluarga yang ideal.56

Penelitian terhadap 1.000 pria menikah yang berusia antara 21-78 tahun, mengenai alasan yang membuat pernikahan berjalan baik dan membuahkan hasil cukup menarik, sebagai berikut:

1) Adanya komunikasi yang baik

Komunikasi ini berupa cerita yang ringan sampai pada cerita yang berat (sesuatu yang penting atau adanya permasalahan). Suami istri saling berkomunikasi secara timbal baik. saling mengetahui kapan sebaiknya dia berbicara dan kapan

55Muhammad Washfi,Mencapai Keluarga Barokah. Terjemahan oleh Humaidi Syuhud

dan Ahmadi Andianto (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2005), hal. 151, 152, 153, 164, 171.

56 Adil Fathi Abdullah,Ketika Suami Istri Hidup Bermasalah. Terjemahan oleh Abdul


(49)

41

dia hanya cukup mendengar. Kalau suami dilanda masalah, istri cukup diam mendengarkan. Dan kalau dirasa butuh pendapat, istri dengan pelan-pelan menyampaikan pendapatnya. Begitupun sebaliknya suami kepada istri.

2) Menjadikan kehidupan rumah tangga sebagai kehidupan pribadi Ada beberapa hal yang menjadi kehidupan pribadi suami istri dan tidak ada ruang bagi orang lain untuk mengetahuinya. Hal-hal yang bersifat pribadi seperti, rahasia tempat tidur , segala permasalahan pribadi rumah tangga, dan lain sebagainya yang dianggap penting bagi suami istri.

3) Pribadi yang mandiri

Suami maupun istri perlu memiliki kepribadian yang mandiri. Walaupun suami sedang bekerja dan istri disibukkan dengan segala aktivitas rumah tangga, istri tetap bisa berdiri mandiri dengan kedua kaki. Istri pandai membagi waktu kapan dia mengurus rumah, kapan dia mengurus anak, dan kapan dia memberi waktu untuk suami. Istri memiliki keterampilan bagaimana menciptakan suasana rumah yang damai dan bahagia. Para suami masa kini umumnya menginginkan seorang istri yang mandiri dan percaya diri.

Begitu pula dengan suami, suami tetap bisa mandiri mengurus dirinya sendiri. Ketika istri lagi tidak bisa melayaninya karena disibukkan dengan urusan lain (dalam ranah rumah


(50)

42

tangga sendiri), suami dengan tidak egois bisa melakukannya sendiri dengan penuh pengertian. Suami juga pandai membagi waktu antara kerja dengan keluarga. Dengan begitu, kehidupan rumah tangga akan tetap berjalan dengan baik.

4) Peka terhadap segala hal

Suami istri perlu adanya rasa peka terhadap segala hal yang ada dalam kehidupan rumah tangga. Ketika suami sedang

badmood, istri dengan kepandaiannya berusaha untuk

mengembalikan mood suami. Ketika suami terlihat sedang dilanda masalah, istri berusaha ada untuk suami dengan membuka diri. Begitupun sebaliknya suami terhadap istri.

5) Menikmati setiap saat dengan menyenangkan

Kesibukan suami di tempat kerja atau kesibukan istri mengurus pekerjaan rumah tangga, bukan menjadi alasan untuk tidak bisa menikmati kehidupan rumah tangga. Hal yang perlu ditanamkan dalam diri agar kehidupan rumah tangga bisa dinikmati setiap saat adalah dengan menikmati segala aktivitas tersebut. Bekerja memang terkadang membuat tubuh lelah, tetapi ketika bekerja didasari dengan rasa cinta dan sayang kepada pasangan, tentu akan memberi kekuatan tersendiri. Sehingga rasa lelah akan tetap terasa nikmat. Kelelahan tersebut akan terbalas dengan saling memberi cinta kasih setelah urusan pekerjaan selesai, baik pekerjaan suami atau istri. Selalu ada cara untuk


(51)

43

membahagiakan pasangan. Sehingga, segala kebutuhan pasangan bisa terpenuhi dengan baik.

6) Pernikahan merupakan hal paling penting

Bagi suami istri yang menikah atas dasar cinta yang tulus dan memantapkan hati untuk mendapatkan rahmat Allah Swt. melalui menikah, tentu bagi pasangan suami istri, pernikahan menjadi hal yang paling penting. Mereka akan berusaha dengan maksimal untuk menjalani kehidupan rumah tangga dengan penuh kebahagiaan.

7) Tidak perhitungan

Pekerjaan rumah tangga bukanlah menjadi tugas istri semata. Suami yang melihat istri yang dicintainya kelelahan, atau mengetahui banyaknya pekerjaan rumah, tentu akan tergerak hati untuk membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Dengan begitu, sudah tidak ada lagi kata ini tugasku dan itu tugasmu , yang ada adalah saling membantu untuk menyelesaikan bersama-sama.

8) Menerima apa adanya

Suami istri yang saling perhatian, tentu akan mengetahui segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri pasangan. Ketulusan hati yang akan menggerakkan pasangan untuk saling menerima apa adanya. Sehingga tidak ada sikap untuk merubah diri yang dilakukan dengan terpaksa untuk kebahagiaan


(52)

44

pasangan. Suami atau istri tersebut akan tergerak dengan sendirinya untuk berusaha menjadi pribadi yang lebih baik demi pasangan yang dicintainya.57

2. Hak dan Kewajiban Suami Istri

Islam lebih mengutamakan dan menonjolkan kewajiban daripada hak, karena secara prinsip menurut Islam, kewajiban yang ditunaikan di satu pihak, menimbulkan penerimaan hak kepada pihak lainnya. Oleh karena itu, penulis lebih menekankan kepada kewajiban masing-masing suami istri. Melalui kewajiban suami istri, dengan sendirinya akan lahir hak-hak suami istri. Berikut ini penulis uraikan tentang kewajiban-kewajiban suami istri sebagai berikut:

a. Kewajiban Suami

1) Memimpin, memelihara dan bertanggung jawab

Memimpin, memelihara dan bertanggung jawab seorang suami terhadap istrinya. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam al Qur an Surat an-Nisa ayat 34:

...

Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah

memberikan nafkah dari hartanya....58

57 Imam Musbikin, Membangun Rumah Tangga Sakinah (Yogyakarta: Mitra Pustaka,

2007), hal. 327-333.


(53)

45

Allah SWT. menetapkan lelaki sebagai pemimpin dengan dua pertimbangan pokok, yaitu: Pertama, karena Allah

melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain, yakni

masing-masing memiliki keistimewaan-keistimewaan. Keistimewaan yang dimiliki lelaki lebih menunjang tugas kepemimpinan daripada keistimewaan yang dimiliki perempuan. Di sisi lain, keistimewaan yang dimiliki perempuan lebih menunjang tugasnya sebagai pemberi rasa damai dan tenang kepada laki-laki serta lebih mendukung fungsinya dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Kedua, disebabkan

karena mereka telah menafkahkan sebagian harta mereka.

Bentuk kata kerja past tance/masa lampau yang digunakan ayat ini telah menafkahkan , menunjukkan bahwa memberi nafkah kepada wanita telah menjadi suatu kelaziman bagi lelaki, serta kenyataan umum dalam masyarakat umat manusia sejak dahulu hingga kini.59

Tugas suami dan tugas istri memang amat berbeda, masing-masing diserahi tugas yang cocok dengan kodratnya. Kaum pria melebihi kaum wanita dalam hal kekuatan fisik, yang sanggup memikul pekerjaan yang sukar-sukar dan menghadapi marabahaya yang besar. Sebaliknya, kaum wanita melebihi kaum

59M. Quraish Shihab,Tafsir al-Misbah(Ciputat: Lentera Hati, 2000), hal. 404, 405, 407,


(54)

46

pria dalam sifat kasih sayang. Untuk membantu pertumbuhan makhluk manusia, Allah telah menganugerahkan kepada kaum Hawa (wanita) tabiat cinta dan kasih sayang yang lebih besar daripada yang diberikan kepada kaum Adam (pria). Karena itu secara alami telah tercipta pembagian kerja antara kaum pria dan kaum wanita. Masing-masing harus melaksanakan tugas pokok guna kemajuan umat manusia secara keseluruhan. Karena kaum pria dianugerahi fisik yang kuat, tepat sekali jika mereka memikul tugas perjuangan hidup yang tidak mudah. Karena itu, tugas kaum laki-laki adalah menanggung pemeliharaan keluarga. Adapun kaum wanita yang dianugerahi tabiat kasih sayang yang berlebihan, tepat sekali jika mereka memikul tugas mengasuh anak-anak. Pada umumnya, tugas mencari nafkah adalah tugas kaum pria, sedangkan tugas mengurus rumah tangga dan mengasuh anak-anak adalah tugas kaum wanita.60

2) Mencukupi Keperluan Ekonomi

Kewajiban seorang suami untuk memenuhi keperluan ekonomi istri telah diatur dalam alQur anSurat al-Baqarah ayat 233:

...

...

... Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka

dengan cara yang patut....61

60Abdul Qadir Djaelani,Keluarga Sakinah(Surabaya: PT Bina Ilmu, 1995), hal. 107-108. 61 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV Penerbit


(55)

47

Kewajiban seorang ayah (suami) memberi nafkah dan pakaian terhadap ibu (istri) dengan cara yang baik. Artinya sesuai dengan yang berlaku menurut kebiasaan di negeri mereka masing-masing, tetapi tidak boros dan juga tidak kikir, sesuai dengan kemampuannya, dan bersikap pertengahan.62

3) Memenuhi Kebutuhan Biologis

Suami berkewajiban memenuhi kebutuhan biologis terhadap istrinya dengan cara melakukan hubungan seks. Allah Swt. berfirman dalam alQur an Surat al-Baqarah ayat 223:

Istri-istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja dengan cara yang kamu sukai. Dan utamakanlah (yang baik) untuk dirimu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu (kelak) akan menemui-Nya. Dan

sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang

beriman.63

4) Melakukan Pergaulan yang Baik

Penjelasan tentang melakukan pergaulan yang baik terhadap istri telah Allah Swt. firmankan dalamal Qur an Surat an-Nisa ayat 19:

Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu

62Abdul Qadir Djaelani,Keluarga Sakinah(Surabaya: PT Bina Ilmu, 1995), hal. 114. 63 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV Penerbit


(56)

48

tidak menyukai sesuatu, padahal Allah Menjadikan kebaikan

yang banyak padanya.64

b. Kewajiban Istri

1) Taat kepada Allah dan Suami

Kewajiban seorang istri untuk taat kepada Allah dan taat kepada suami tertuang dalam firman Allah Swt. dalam alQur an Surat An-Nisa ayat 34:

...

...

... Maka perempuan-perempuan yang saleh, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak

ada, karena Allah telah Menjaga mereka....65

2) Menjaga Kehormatan Diri

Sebagaimana telah disebutkan pada surah an-Nisa ayat 34 bahwa disamping taat kepada Allah dan taat kepada suami, istri juga harus menjaga kehormatan dirinya, baik di saat suaminya berada di rumah, lebih-lebih apabila suaminya tidak ada di rumah. Keterangan ayat tersebut, diperkuat dengan sabda Rasulullah Saw. yang berbunyi:

Sebaik-baik perempuan itu adalah seorang istri yang apabila kamu melihat kepadanya, membuatmu gembira. Dan apabila kamu memerintahkannya, maka ia mentaatimu. Dan apabila kamu pergi meninggalkan dia, maka ia memelihara kehormatan

dirinya dan hartamu.66

64 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV Penerbit

Diponegoro, 2010), hal. 80.

65 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV Penerbit

Diponegoro, 2010), hal. 84.


(1)

147

istri dalam menjalani peran masing-masing dengan baik sehingga ilmu tentang keluarga ideal dapat dengan mudah dipelajari dengan menggunakan media yang mudah untuk dijangkau. Selain itu, jika lembar kuesioner sebagaimana yang terdapat dalam paket ini dirasa penting untuk dikembangkan, maka alangkah lebih baik jika peneliti benar-benar memperhatikan poin-poin pada kuesioner agar hasil penelitian yang didapatkan benar-benar memuaskan.

2. Saran untuk pembaca

Jika pembaca menemukan hal yang mungkin kurang berkenan, baik terkait dengan isi paket maupun hasil penelitian, maka itu merupakan murni kesalahan peneliti. Oleh karena itu, kepada pembaca budiman, alangkah baiknya setelah membaca paket hasil penelitian ini kemudian melengkapinya dengan referensi-referensi terkait yang telah peneliti sediakan pada halaman daftar pustaka sehingga pemahaman yang pembaca inginkan semakin mendalam.

Kepada Anda pembaca dari pasangan suami istri, paket hasil penelitian ini bukanlah hal yang dapat mencukupi segala kebutuhan suami istri sebagai bekal menuju rumah tangga ideal (impian). Meski demikian, jika suami istri benar-benar mengaplikasikan apa yang tertulis di dalam paket ini, maka keluarga Anda bisa dikatakan sebagai keluarga ideal (impian), karena Anda bersama pasangan telah berusaha untuk senantiasa bekerja sama dalam membangun keluarga ideal (impian bersama).


(2)

148

3. Saran untuk Kantor Urusan Agama (KUA) Paciran

Konseling Pranikah (pemberian materi-materi yang menunjang kehidupan rumah tangga yang baik) sebaiknya tetap dilaksanakan dengan baik. Hal ini bertujuan untuk memberi pemahaman kepada calon pengantin tentang kehidupan rumah tangga sehingga memiliki kesiapan secara matang dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Konseling Pranikah juga sebagai salah satu upaya untuk meminimalisir angka perceraian.

4. Saran untuk pemerintah

Sebaiknya ada pengontrolan kepada masing-masing Kantor Urusan Agama (KUA) untuk memastikan terlaksananya Konseling Pranikah dengan baik. Jika memang pemerintah tidak menganggarkan dana untuk program Konseling Pranikah, diharapkan ada pertimbangan yang lebih bijak untuk kemaslahatan bersama.

5. Saran untuk mahasiswa BKI konsentrasi keluarga

Diharapkan agar membekali diri dengan ilmu tentang kehidupan rumah tangga secara maksimal, cermat membaca persoalan rumah tangga serta belajar menyikapinya dengan bijak. Bekal yang diperoleh dari bangku perkuliahan atau di luar perkuliahan diharapkan menjadikan mahasiswa bertanggung jawab dan tergerak hati jika mendapati fenomena lapangan yang membutuhkan ilmunya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abay at all., Pernikahan Impian; Menuju Rumah Tangga Dambaan, Bandung:

Mizania, 2014

Abdullah, Adil Fathi, Ketika Suami Istri Hidup Bermasalah. Terjemahan oleh

Abdul Hayyie al-Kattanie dan Solahuddin Abdul Rahman, Jakarta: Gema Insani Press, 2005

Al-Azizi, Abdul Syukur, Baiti Jannati,Yogyakarta: Saufa, 2015

Al-Musayyar, Sayyid Ahmad, Fiqih Cinta Kasih: Rahasia Kebahagiaan Rumah

Tangga. Terjemahan oleh Habiburrahim, Jakarta: Erlangga, 2008

Amrullah, Muhammad Fairuz Nadhir, Terjemah Qurrotul ‘Uyuun: Surga di Malam

Pengantin,Surabaya: Pustaka Media, 2005

Arifin, Menikah untuk Bahagia; Fiqih Pernikahan dan Kamasutra Islami,Jakarta:

PT Elex Media Komputindo, 2013

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:

Rineka Cipta, 2014

Asy-Syadzili, Karim, Tamasya di Ranjang Asmara; Membangun Hubungan Seks

Suami Istri yang Indah dan Abadi. Terjemahan oleh Andi Subarkah, Surakarta: Penerbit Insan Kamil, 2010

At-Tihami, Muhammad, Merawat Cinta Kasih: Terjemah Qurratul Uyun.

Terjemahan oleh Ama al-Khalili dan Anang Zamroni, Surabaya: Ampel Mulia, 2004

Bahjat, Ahmad, Hakikat Cinta Menuju Rumah Tangga Ideal. Terjemahan oleh

Saiful Hadi, Bandung: Pustaka Hidayah, 2002

Barthos, Basir, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Bumi Aksara, 1995

Basri, Hasan, Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 1995

Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Sosial, Surabaya: Airlangga University

Press, 2001

Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV Penerbit


(4)

Djaelani, Abdul Qadir, Keluarga Sakinah,Surabaya: PT Bina Ilmu, 1995

Handoko, Hani, Manajemen Personalian dan Sumber Daya,Yogyakarta: BPFE,

2000

Hardjana, Agus M., Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, Yogyakarta:

Kanisius, 2003

HR. Annasai, Asyrotun Nisa’ Li Al Nasai,Maktabah Syamilah, Juz 1

Ibnu Abi Hatim ar-Razi, Tafsir al-Qur’an al-‘Adlim (Saudi Arab: Maktabah Dar

al-Mushthafa al-Baz, 1419

Imtichanah, Leyla, Istri dan Suami yang Dirindukan Surga, Bandung: Pastel

Books, 2016

Istiadah, Pembagian Kerja Rumah Tangga dalam Islam, Jakarta Pusat: Lembaga

Kajian Agama & Jender at all., 1999

Januar, M. Iwan, Bukan Pernikahan Cinderella,Jakarta: Gema Insani Press, 2007

Kisyik, Abdul Hamid, Bimbingan Islam untuk Mencapai Keluarga Sakinah.

Terjemahan oleh Ida Nursida, Bandung: Al-Bayan, 1997

Laela, Faizah Noer, “Konseling Perkawinan sebagai Salah Satu Upaya Membentuk Keluarga Bahagia”, Jurnal Bimbingan Konseling Islam, Volume 02, Nomor 01 (Juni 2012)

Lestari, Sri, Psikologi Keluarga; Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam

Keluarga,Jakarta: Kencana, 2012

Ma’isyah, Mukfiyah, “Konseling Keluarga dalam Meningkatkan Kualitas Peran Ibu Rumah Tangga: Pengembangan Paket Pelatihan di Desa Kepuh Kejayan Pasuruan”, Skripsi, Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016

Mahalli, Mudjab, Menikahlah Engkau Menjadi Kaya,Yogyakarta: Mitra Pustaka,

2008

Mangkunegara, Anwar Prabu, Perencanaan & Pengembangan SDM, Bandung: PT

Refika Aditama, 2006

Manshur, Abd al-Qadir, Buku Pintar Fikih Wanita; Segala Hal yang Ingin Anda

Ketahui tentang Perempuan dalam Hukum Islam, Jakarta: Zaman, 2009

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja


(5)

Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender (Edisi Revisi), Malang:

UIN-Maliki Press, 2013

Munawwir, Ahmad Warson, Al Munawwir; Kamus Arab-Indonesia. Telaah oleh

Ali Ma’shum dan Zainal Abidin, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997

Musbikin, Imam, Membangun Rumah Tangga Sakinah, Yogyakarta: Mitra Pustaka,

2007

Nadia, Asma, Sakinah Bersamamu; Belajar Lebih Bijak Berumah Tangga Melalui

Cerita,Depok: AsmaNadia Publishing House, 2010

Nawawi, Hadari & Martini Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial,

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995

Noveldy, Indra dan Nunik Hermawati, Menikah untuk Bahagia; Formula Cinta

Membangun Surga di Rumah,Jakarta Selatan: Noura Books, 2015

Peck, Jane Cary, Wanita dan Keluarga,Yogyakarta: Kanisius, 1995

Qolawun, Awy A., Dari Seks pada Rumah Tangga hingga Bohong pada Suami,

Jakarta Selatan: Mizania, 2015

Sarwono, Jonathan, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2006

Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah,Ciputat: Lentera Hati, 2000

Spdik, Abror, Fikih Keluarga Muslim,Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2015

Subagyo, Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta,

2004

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,

2010

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D),Bandung: Alfabeta, 2015

Surtiretna, Nina, Bimbingan Seks Suami Istri Pandangan Islam dan Medis,

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999

Sutrisno, Edy, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Kencana Prenada


(6)

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka, 2005

Tim Permata Press, Undang-Undang Perkawinan & Administrasi Kependudukan,

Kewarganegaraan, Surabaya: Permata Press, 2015

Tjiptono, Fandi dan Anastasia Diana, Total Quality Management, Yogyakarta:

Andi Offset, 1998

Usman, Husaini dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta:

Bumi Aksara, 1996

Washfi, Muhammad, Mencapai Keluarga Barokah. Terjemahan oleh Humaidi