POLITIK DINASTI : STUDI TENTANG POLA REKRUTMEN PARTAI DEMOKRAT DI KABUPATEN LAMONGAN PADA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014.

(1)

POLITIK DINASTI

(Studi tentang Pola Rekrutmen Partai Demokrat di

Kabupaten Lamongan Pada Pemilihan Umum Legislatif 2014)

Skripsi:

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat

Oleh:

LILIK AVIYANTI NIM: E04211019

PROGRAM STUDI POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2015


(2)

POLITIK DINASTI

(Studi tentang Pola Rekrutmen Partai Demokrat di

Kabupaten Lamongan Pada Pemilihan Umum Legislatif 2014)

Skripsi

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1) Program Studi Politik Islam

Oleh:

LILIK AVIYANTI NIM: E04211019

PROGRAM STUDI POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK POLITIK DINASTI

(Studi tentang Pola Rekrutmen Partai Demokrat di Kabupaten Lamongan Pada Pemilihan Umum Legislatif 2014)

oleh Lilik Aviyanti

Tujuan dari skripsi ini adalah untuk menganalisis pola rekrutmen Partai Demokrat di Kabupaten Lamongan, khususnya menjelang pemilu legislatif 2014. Karena data penelitian ini menunjukkan lima anggota keluarga dekat Bupati Fadeli mengisi jabatan DPRD di Kabupaten Lamongan. Mereka berasal dari bendera yang sama yakni Partai Demokrat.

Dalam skripsi, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yakni data yang digunakan merupakan data Kualitatif (data yang tidak terdiri dari angka-angka) melainkan berupa gambaran dan kata-kata. Sedangkan jenis penelitian ini adalah jenis case study, artinya penelitian ini berangkat dari studi kasus di lapangan, yang bertujuan untuk memperoleh data yang relevan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa DPC Partai Demokrat mengunakan dua pola dalam rekutmen Calon Legislatif, yaitu terbuka dan tertutup. Adapun dengan cara terbuka dibuktikan dengan membuka pendaftaran kepada semua masyarakat, baik itu dari internal partai maupun dari eksternal partai. Sedangkan pola rekrutmen yang bersifat tertutup dibuktikan dengan masih adanya faktor

patron-klien dalam menetapkan Calon Legislatif. Artinya di dalam Partai

Demokrat Kabupaten Lamongan masih ada faktor kedekatan yang dijadikan acuan untuk memperoleh jabatan, di mana hanya orang-orang yang dekat dengan pimpinan yang bisa menduduki jabatan strategis. Hasil dari rekrutmen yang dihasilkan oleh DPC Partai Demokrat Kabupaten Lamongan adalah buruk. Realitasnya di lapangan menunjukkan bahwa kinerja dari keluarga dekat Bupati Fadeli buruk dan masih banyak masyarakat yang tidak sejahtera.


(7)

xii

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM

ABSTRAK ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN SKRIPSI ... v

PERNYATAAN KEASLIAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR DIAGRAM DAN TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Metodologi Penelitian ... 9

F. Telaah Pustaka ... 16

BAB II KERANGKA TEORI ... 19

A. Politik Dinasti ... 19


(8)

C. Rekrutmen Politik ... 44

BAB III DESKRIPSI PARTAI DEMOKRAT ... 57

A. Gambaran Umum Kabupaten Lamongan ... 57

B. Sejarah Partai Demokrat ... 58

C. Deskripsi DPC Partai Demokrat di Kabupaten Lamongan . .. 62

D. Struktur Kepengurusan DPC Partai Demokrat di Kabupaten Lamongan Masa Bakti 2012-2017 ... 62

E. Rekapitulasi Jumlah Perolehan Suara DPC Partai Demokrat Kabupaten Lamongan Tahun 2014 ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ... 73

A. Pola Rekrutmen Partai Demokrat Kabupaten Lamongan Khususnya dalam menghadapi Pemilihan Umum Legislatif 2014... 73

B. Hasil Rekrutmen yang dihasilkan oleh Partai Demokrat Kabupaten Lamongan ... 98

BAB V PENUTUP ... 103

A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 104 DAFTAR PUSTAKA


(9)

xiv

DAFTAR DIAGRAM DAN TABEL

A.Diagram

Rekapitulasi perolehan suara DPC Partai Demokrat

Kabupaten Lamongan Pada Pemilu Legislatif 2014 ... 69 Rekapitulasi perolehan suara DPC Partai Demokrat

Kabupaten Lamongan Pada Pemilu Legislatif 2009 ... 70 B.Tabel

Tabel 1.1 Anggota DPRD Tepilih Kabupaben Lamongan Tahun 2014 ... 4 Tabel 1.2 Informan Triangulasi ... 16 Tabel 2.1 Tipologi Perspektif Budaya Politik Familisme ... 28 Tabel 3.1 Rekapitulasi perolehan suara DPC Partai Demokrat

Kabupaten Lamongan Pada Pemilu Legislatif 2014 ... 68 Tabel 3.2 Rekapitulasi perolehan suara DPC Partai Demokrat

Kabupaten Lamongan Pada Pemilu Legislatif 2009 ... 69 Tabel 3.3 Hasil Rekapitulasi Suara Calon Legislatif Partai Demokrat

Kabupaten Lamongan Pada Pemilu Legislatif 2014 ... 70 Tabel 4.1 Latar Belakang Keluarga Bupati Fadeli ... 79 Tabel 4.2 Status Hubungan Kekerabatan Keluarga Dekat Bupati Fadeli... 82 Tabel 4.3: Calon Anggota Legislatif Pemilu tahun 2014

dari Partai Demokrat Kabupaten Lamongan ... 83 Tabel 4.4: Calon Anggota Legislatif Pemilu tahun 2014


(10)

Tabel 4.5: Calon Anggota Legislatif Pemilu tahun 2014

dari Partai Demokrat Kabupaten Lamongan ... 86 Tabel 4.6: Calon Anggota Legislatif Pemilu tahun 2014

dari Partai Demokrat Kabupaten Lamongan ... 87 Tabel 4.7: Calon Anggota Legislatif Pemilu tahun 2014

dari Partai Demokrat Kabupaten Lamongan ... 89 Tabel 4.8 Daftar Nama Anggota DPRD Terpilih Kabupaten Lamongan

Pada Pemilu Legislatif 2014 ... 91 Tabel 4.9 Status Keanggotaan Caleg DPC Partai Demokrat


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pemilihan umum atau yang biasa disingkat pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara kesatuam Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Salah satu fungsi daripada pemilihan umum dalam negara demokratis adalah untuk menentukan kepemimpinan nasional secara kontitusional. Kepemimpinan nasional yang dimaksud adalah menyangkut juga kepemimpinan kolektif yang direfleksikan dalam diri para wakil rakyat. Oleh sebab itu, dalam bentuk dan jenis sistem pemerintahan apapun, pemilu menempati posisi yang strategis dalam rangka melaksanakan tujuan tersebut.1

Pemilu legislatif 2014 merupakan ajang untuk merekrut calon legislatif yang diusung dari berbagai macam partai politik untuk menduduki kursi sebagai anggota DPR, DPRD untuk masa bakti 2014-2019, dan ini dilakukan serentak di seluruh Indonesia. Maka dari itu, partai politik sangat berperan penting untuk melakukan rekrutmen terhadap orang-orang yang berkualitas untuk dijadikan calon anggota legislatifnya. Karena mengingat kualitas calon legislatif berpengaruh terhadap kualitas parlemen.

1


(12)

2

Partai politik dirumuskan sebagai kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Adapun tujuan dibentuknya sebuah partai adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dengan cara konstitusional di mana melalui kekuasaan tersebut partai politik dapat melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.2

Munculnya partai politik dalam negara demokrasi adalah sebuah keharusan yang tidak bisa dihindari. Tentu saja partai politik tidaklah hadir tanpa mengemban fungsi-fungsi tertentu yang berkaitan dengan demokrasi dan negara. Di negara demokrasi, salah satu fungsi partai politik adalah rekrutmen politik. Di mana partai politik bertujuan untuk mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggaota partai sekaligus menyeleksi calon-calon pemimpin.

Politik dinasti bukan lagi menjadi barang baru di Indonesia, banyak sekali daerah yang mengukuhkan kekuasaannya kepada kerabat dekatnya, seperti contoh di Banten, Kediri, Pasuran, Madura, dan lain-lain. Melihat maraknya fenomena politik dinasti di Indonesia, ini menunjukkan bahwa keberadaan demokrasi di Indonesia sudah terancam. Adanya politik dinasti menghilangkan kesetaraan yang menjadi salah satu nilai penting dalam demokrasi.

Menjamurnya politik dinasti di Indonesia merupakan bukti bahwa rekrutmen yang diterapkan oleh partai politik berjalan parsial. Realitasnya,

2


(13)

3

banyak sekali kader-kader partai yang kualitasnya di bawah standartisasi akan tetapi bisa menduduki jabatan strategis.

Ternyata demokrasi itu tidak mensejahterakan rakyat, tidak membuat masyarakat terdidik, justru sistem demokrasi itu disalahgunakan atau diciderai oleh oknum atau masyarakat yang undemokratik. Maksudnya, sistem demokrasi sebenarnya sudah benar, akan tetapi ketika sistem demokrasi diterapkan kepada orang yang belum paham tentang apa itu hakikat demokrasi maka demokrasi tersebut berarti demokrasi lipstik, artinya demokrasi yang hanya dibibir saja akan tetapi implementasinya masih kerajaan atau otokrasi. Sehingga yang disalahkan bukan sistemnya, tetapi orangnya yang harus ditingkatkan pemahamannya tentang demokrasi.

Pola rekrutmen yang berjalan melalui mekanisme demokrasi, meskipun keluarga Bupati yang menjabat atau mengisi legislatif akan berjalan demokratis dan memiliki kinerja yang baik.

Pada pemilu legislatif 2014, kabupaten Lamongan dikejutkan dengan lolosnya lima keluarga Bupati Fadeli ke dalam kursi DPRD Lamongan. Mereka terdiri dari dua anak kandung Bupati Fadeli yakni Debby Kurniawan dan Bety Nurfia Puspita. Kemudian menantu dari Bupati Fadeli yakni Retno Wardhani. Selanjutnya Nahdliyah Kartika Agustin dan Noor Fatonah yang mana merupakan keponakan dari Bupati Fadeli.

Dari rekapitulasi suara KPUD Lamongan diketahui sebanyak 50 calon anggota legislatif lolos sebagai anggota DPRD Lamongan. Mereka dari 9 partai politik di antaranya adalah PKB, PDIP, GOLKAR, Gerindra, Partai Demokrat,


(14)

4

PAN, PPP, PKS dan Hanura.3 Adapun komposisi dari anggota DPRD masa keanggotaan 2014-2019 adalah 10 orang dari Partai Demokrat, 10 orang dari PKB, 8 orang dari PDIP, 6 orang dari Partai Golkar, 6 orang dari PAN, 4 orang dari Gerindra, 4 orang dari PPP, serta masing-masing 1 legislator dari PKS dan Partai Hanura.

Dari 50 calon anggota DPRD tersebut, sebanyak 9 caleg terpilih berasal dari keluarga besar pejabat serta politisi yang masih duduk di kursi DPRD Provinsi Jawa Timur. Ke 9 calon legislatif tepilih tersebut, 6 di antaranya dari partai Demokrat dan lima orang masih kategori keluarga Bupati Fadeli.

Tabel 1.1 Anggota DPRD Tepilih Kabupaten Lamongan Tahun 2014

No NAMA LENGKAP DAPIL No.

Urut Alamat

Perolehan Suara

1. H. Kamaruddin, SH 1 1

Keputaran RT 03 RW 01

Desa Dinoyo Kec. Deket

Kab. Lamongan

13.213

2. Bety Nurfia Puspitarini, S.

Farm, Apt 1 2

Andanwangi 86 RT 02 RW 01

Desa/Kel. Tlogoanyar Kec.Lamongan Kab. Lamongan

15.815

3. Siti Maskamah Mursyid,

SE 1 5

Jetis Indah E-4 RT 03 RW 04

Desa/Kel. Jetis Kec. Lamongan Kab. Lamongan

5.546

4. Retno Wardhani, S.Kom 2 1

Lamongrejo No. 28 RT 01/RW 01 Desa/Kel. Jetis Kec. Lamongan Kab. Lamongan 15.399 3

http://www.kejari-lamongan.go.id/, diakses pada tanggal 22 November 2014, pukul 15.40


(15)

5

5. dr. Sanditiya Devis Saputra 2 2

S. drajat 13G RT 02/RW 03 Desa Sidoharjo Kec. Lamongan Kab. Lamongan

5.883

6. Moh. Amir 3 2

Patalan RT 01/RW 01 Desa/Kel. Sumberjo Kec. Pucuk Kab. Lamongan

5.781

7. Dra. Noor Fatonah 3 3

Ikan Lele V/2 RT 06/RW 05 Desa/Kel. Sukomulyo Kec. Lamongan Kab. Lamongan 6.610

8. Ir. Sugeng Santoso 4 1

Dandangan RT 04/RW 02

Kel/Desa Dlanggu Kec. Deket kab. Lamongan

5.093

9. Nahdliyah Kartika Agustin 4 3

Andan Wangi 115

RT 03/RW 01

Desa/Kel.

Tlogoanyar Kec.

Lamongan Kab.

Lamongan

7.603

10. Debby kurniawan, S.Kom 5 1

Lamongrejo No.28

RT 01/RW 01

Desa/Kel. Jetis

Kec. Lamongan

Kab. Lamongan

9.883

Sumber Data: Diolah dari data DPC Partai Demokrat Kabupaten Lamongan

Dilihat dari tabel di atas, Keluarga besar Fadeli tersebut berangkat dari lima dapil yang tidak sama. Dapil 1 yakni Bety Nurfia Puspitarini mendapatkan suara 15.815, dapil 2 adalah Retno Wardhani menperoleh 15.399 suara, dapil 3 ada Noor Fatonah yang memperoleh 6.610 suara, sedangkan dapil 4 yakni


(16)

6

Nahdliyah Kartika Agustin memperoleh 7.603 suara, dan dapil 5 adalah Debby Kurniawan dengan perolehan suara sebnyak 9.883 suara.4

Hal yang tak kalah mengejutkan lagi bahwa semua anggota DPRD yang terpilih pada pemilu legislatif 2014 tersebut dari background partai Demokrat. Kenyataan di atas merupakan sebuah trend yang menarik untuk dikaji. Hal ini yang menjadikan sebagian besar menganggap bahwa hal tersebut melahirkan kecacatan terhadap demokrasi. Demokrasi yang hakikatnya menuntut transparansi dari semua proses politik menjadi parsial dengan adanya dinasti politik. Oleh karena itu, adanya dinasti politik tersebut dianggap membahayakan kelangsungan demokrasi di Indonesia dan dinasti politik biasanya rentan terjadinya praktek KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).

Selain itu, proses menuju kursi empuk DPRD tersebut ditempuh dengan jalan yang tidak sehat. Terpilihnya anggota keluarga Bupati Fadeli sebagai DPRD Kabupaten Lamongan juga dikarenakan adanya peran dari Bupati Fadeli itu sendiri. Hal ini dibuktikan dengan adanya provokasi dari Bupati Fadeli yang mana jauh sebelum diadakannya pemilu legislatif 2014, Bupati Fadeli telah menggalang dukungan untuk anggota keluarganya agar tepilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Lamongan periode 2014-2019. Salah satu usaha untuk menggalang dukungan dan memenangkan keluarga Fadeli adalah memberikan bantuan kepada warga dan kelompok tani. Dalam memberikan bantuan tersebut, sejumlah jajaran Dinas pertanian diminta untuk memilih dan memenangkan caleg Demokrat, terutama anggota keluarga Bupati Fadeli. Mereka diancam akan dimutasi atau

4


(17)

7

akan dipersulit dalam bantuan apabila tidak memilih calon legislatif dari Partai Demokrat.5

Banyaknya kursi yang diperoleh Partai Demokrat dibandingkan partai-partai lain menjadikan jatah kursi Ketua DPRD Kabupaten Lamongan adalah milik kader Partai Demokrat. Tiga kader yang akan mengisi jabatan Ketua DPRD Kabupaten Lamongan diantaranya adalah Debby Kurniawan, Kaharuddin, dan Sanditya Davis. Namun, nama Debby Kurniawan yang mana sebelumnya merupakan kandidat kuat seolah tenggelam tersingkirkan oleh Kaharuddin. Ini merupakan permainan politik Bupati Fadeli, kemungkinan besar Bupati Fadeli telah berkompromi dengan para elit politik supaya mengajukan calon Ketua DPRD Kabupaten Lamongan selain Debby Kurniawan. Hal Ini dilakukan Bupati Fadeli agar politik dinasti yang telah dibangun tidak terlihat, karena santernya pemberitaan terkait dinasti Fadeli ini banyak yang menyerang Bupati Fadeli. Munculnya Kaharuddin sebagai kandidat kuat dan bahkan saat ini menjadi Ketua DPRD kabupaten Lamongan menimbulkan banyak kejanggalan, karena sebelumnya yang menjadi kandidat kuat adalah Debby yang notabene adalah anak dari Bupati Fadeli. Ini yang menjadikan masyarakat meyakini bahwa Kaharuddin hanyalah boneka dari Bupati Fadeli untuk mengakomodir semua kepentingannya di dewan maupun pemerintahan.6

5

www.lensaindonesia.com/2014/04/20/enam-anggota-keluarga-bupati-dipastikan-duduk-di-dprd-lamongan.html/(Jum’at, 20 Maret 2015, 10.00)

6

www.detik.com/news/read/2014/09/03/171319/2680427/475//1/jatah-kursi-ketua-dprd-lamongan-dianggap-boneka-dinasti-fadeli/(Jum’at, 03 Mei 2015, 14.00)


(18)

8

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pola Rekrutmen Partai Demokrat di Kabupaten Lamongan, khususnya dalam menghadapi Pemilihan Umum Legislatif 2014?

2. Bagaimana Hasil Rekrutmen yang dihasilkan oleh Partai Demokrat di Kabupaten Lamongan?

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis Pola Rekrutmen Partai Demokrat di Kabupaten Lamongan, khususnya dalam menghadapi Pemilihan Umum Legislatif 2014. 2. Untuk menganalisis Hasil Rekrutmen yang dihasilkan oleh Partai Demokrat di

Kabupaten Lamongan. D.Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh cakrawala dan wawasan pengetahuan yang lebih mendalam tentang Pola Rekrutmen Partai Demokrat di Kabupaten Lamongan dalam menghadapi pemilihan umum Legislatif 2014.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para elit politik agar tidak melakukan politik kekerabatan, hal ini supaya sistem demokrasi tidak parsial.


(19)

9

E.Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yakni data yang digunakan merupakan data Kualitatif (data yang tidak terdiri dari angka-angka) melainkan berupa gambaran dan kata-kata.7 Sedangkan jenis penelitian ini adalah jenis case study, artinya penelitian ini berangkat dari studi kasus di lapangan, yang bertujuan untuk memperoleh data yang relevan.

a. Sumber Data

1) Primer

Sumber data dalam hal ini adalah informan, disini informan yang dimaksudkan adalah Ketua DPC Partai Demokrat yakni Debby Kurniawan, kemudian Tim Penjaringan Calon Legislatif Partai Demokrat Kabupaten Lamongan yang meliputi Wakil Ketua I, Wakil Ketua II dan Wakil Bendahara III. Alasan memilih Ketua DPC Partai Demokrat adalah dikarenakan beliau merupakan Tim Penjaringan Calon Legislatif sekaligus DPRD Kabupaten Lamongan yang notabene merupakan anak kandung Bupati Fadeli. Sedangkan memilih Tim Penjaringan Calon Legislatif dikarenakan Tim inilah yang bertugas untuk menjaringan Calon Legislatif.

Selanjutnya Teknik yang digunakan dalam pemilihan informan menggunakan Snowball Sampling, artinya teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi

7

Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), 36.


(20)

10

besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang lengkap, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data.8 Jadi informannya adalah Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Lamongan dan Tim Penjaringan Calon Legislatif di DPC Partai Demokrat. Kalau informan ini dirasa masih kurang memberikan informasi, maka akan mencari informan lagi dari kader DPC partai Demokrat, tokoh masyarakat dan masyarakat.

2) Sekunder

Yang kedua ini adalah sumber sekunder, dimana jenis sumber data ini menggunakan literatur. Literatur yang digunakan adalah buku, jurnal yang berkaitan dengan objek penelitian.

2. Lokasi Dan Alasan Pemilihan

Peneliti mengambil lokasi penelitian di Kabupaten Lamongan tepatnya adalah di Jalan Somargo No. 47 Lamongan. Alasan memilih karena dilihat dari perolehan suara KPU pada pemilu legislatif 2014, 5 calon legislatif yang berhasil masuk ke kursi DPRD kabupaten Lamongan adalah keluarga dari Bupati Lamongan yakni Bupati Fadeli. Mereka juga dari partai yang sama yakni Demokrat. Padahal, selama ini partai Demokrat tidak pernah menang di Kabupaten Lamongan. Ini merupakan kali pertamanya partai Demokrat menang pada pemilihan umum di Kabupaten Lamongan dan yang menduduki kursi DPRD Kabupaten Lamongan yang notabene dari partai Demokrat masih

8

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D


(21)

11

keluarga Bupati Fadeli. Partai Demokrat juga hanya menang di Kabupaten, di Provinsi Demokrat masih kalah dengan partai PKB. Selain itu, banyak calon legislatif yang menduduki jabatan DPRD Kabupaten Lamongan tesebut menang bukan dari daerah pemilihannya. Justru yang dari daerah pemilihan itu kalah. Hal ini di rasa ada kejanggalan karena sekali menang pada pemilu yang menduduki jabatan strategis adalah keluarga Bupati Fadeli. Maka dari itu, sangat menarik sekali peneliti meneliti di Lamongan yang kali ini juga berhubungan dengan judul peneliti mengenai Politik Dinasti (Studi tentang Pola Rekrutmen Partai Demokrat di Kabupaten Lamongan pada Pemilihan Umum Legislatif 2014).

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Adapun pengumpulan data terkait penelitian ini menggunakan :

a. Metode Observasi.

Metode observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.9 Disini peneliti mengamati fenomena yang relevan dengan pokok bahasan peneliti, yakni mengenai

9

Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi “Mixed Method” (Bandung: Alfabeta, 2011), 226.


(22)

12

Politik Dinasti (Studi tentang Pola Rekrutmen Partai Demokrat di Kabupaten Lamongan pada Pemilihan Umum Legislatif 2014).

b. Metode Wawancara.

Metode wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan apabila peneliti ingin mengetahi hal-hal dari informan yang lebih mendalam.10 Peneliti langsung terjun ke lapangan, dengan cara menanyakan terhadap informan dalam hal ini adalah Ketua DPC Partai Demokrat dan Tim Penjaringan Calon Legislatif terkait pola rekrutmen Partai Demokrat di Kabupaten Lamongan. Selain itu, peneliti juga menanyakan kepada informan seperti kader Partai Demokrat, tokoh masyarakat dan juga masyarakt terkait kinerja anggota DPRD Kabupaten Lamongan yang berstatus keluarga dekat Bupati Fadeli.

c. Metode Dokumentasi.

Metode dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto,

10


(23)

13

gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studio dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Maka dari itu, peneliti menggunakan media cetak, media elektronik sebagai bahan bukti data yang relevan.11

4. Teknik Analisis Data

Tehnik analisis data dalam penelitian ini menggunakan Reduksi Data, Kategorisasi, dan Sintesisasi. Yang pertama Reduksi data yakni mengidentifikasi data yang sesuai dengan fokus dan masalah penelitian, yang kedua Kategorisasi, merupakan teknik analisis data berupaya memilah-milah kepada bagian data yang memiliki kesamaan, dan yang ketiga Sintesisasi, setelah data ditemukan kesamaannya maka data dicari kaitan antara satu kategori dengan kategori yang lainnya, sedangkan kategori yang satu dengan yang lainnya diberi nama/label12.

5. Teknik Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik keabsahan data triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

11

Ibid.,329.

12

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), 288-289.


(24)

14

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekkan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.13

Triangulasi sumber data berusaha untuk membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal itu dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.14

Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang berada diluar data tersebut, untuk keperluan pengecekan atau pembanding data tersebut. Triangulasi adalah aplikasi studi yang mengunakan multimetode untuk menelaah fenomena yang sama.

Adapun informan peneliti yang akan dijadikan pembanding adalah Kader dari DPC Partai Demokrat Kabupaten Lamongan, tokoh masyarakat dan masyarakat. Peneliti memilih Maz’amah yang merupakan kader DCP Partai Demokrat karena beliau ikut mendaftaran diri menjadi bakal calon legislatif yang mana beliau terpilih pada saat penjaringan partai akan tetapi gugur ketika

13 Ibid,. 330. 14 Ibid,. 331.


(25)

15

pemilu legislatif 2014 berlangsung. Dengan pengalaman itulah sehingga beliau mengetahui proses-proses rekrutmen yang dilakukan oleh DPC Partai Demokrat sekaligus untuk mengetahui kinerja dari keluarga dekat Bupati Fadeli. Adapun alasan peneliti memilih Budi Margono sebagai informan dikarenakan beliau merupakan kader bagian sekretariatan yang mana mengetahui tahapan rekrutmen Partai Demokrat, sekaligus yang memegang dokumen-dokumen penting Partai Demokrat. Peneliti memilih Budi Margono juga dikarenakan untuk mengetahui kualitas DPRD Kabupaten Lamongan yang masih berstatus keluarga dekat Bupati Fadeli.

Peneliti memilih Maruju adalah karena beliau merupakan salah satu Perangkat Desa. Dasar memilih beliau karena untuk membuktikan kebenaran yang terjadi di lapangan terkait money politik dan instruksi Camat-yang sebelumnya diinstruksi oleh Bupati Fadeli-agar memilih Partai Demokrat khususnya dari keluarga dekat Bupati Fadeli.

Sedangkan memilih Camat sebagai informan adalah selain beliau adalah tokoh masyarakat di dapil 5 juga birokrat yang dekat dengan Bupati Fadeli. Hal ini untuk mendapatkan data terkait kinerja Debby Kurniawan dan juga peran Bupati Fadeli terhadap terpilihnya keluarga dekatnya pada pemilu legislatif 2014.

Selain itu, peneliti juga memilih Nurul Huda dan Antok karena mereka adalah tokoh masyarakat di daerahnya. Nurul Huda mewakili dapil 4 sedangkan Antok dari dapil 1. Alasan memilih mereka karena untuk mendapatkan data terkait kinerja dari anggota DPRD yang mana masih


(26)

16

berstatus keluarga dekat Bupati Fadeli, yakni Nahdliyah Kartika Agustin (dapil 4) dan Bety Nurfia Puspitarini (dapil 1).

Informan selanjutnya adalah Ni’ayati, Nain Nujum, dan Jono. Alasan memilih mereka karena mereka adalah masyarakat yang mana merupakan pengguna jasa. Sehingga mereka mengetahui program kerja mana yang sudah terealisasikan maupun yang belum terealisasikan di dapilnya masing-masing. Ni’ayati merupakan masyarakat dari dapil 4, Nain Nujum dari dapil 5 jan Jono dari dapil 1.

Tabel 1.2 Informan Triangulasi

Nomor Nama Jenis

Kelamin Status

1 Maz’amah P Kader Partai Demokrat

2 Budi Margono L Kader Partai Demokrat

3 Maruju L Perangkat Desa

4 Camat L Tokoh Masyarakat

5 Nurul Huda L Tokoh Masyarakat

6 Ni’ayati P Masyarakat

7 Nain Nujum L Masyarakat

8 Antok L Tokoh Masyarakat

9 Jono L Masyarakat

F.Telaah Pustaka

Berdasarkan penelusuran terhadap penelitian dan penyajian yang telah ada, ditemukan karya ilmiah yang sealur dengan tema kajian penelitian ini. Pertama, tesis yang berjudul Politik Dinasti Dalam Pemilihan Presiden di

Filipina di Tahun 2001-2011 karya Etha Pasan (Ilmu Politik/Hubungan

Internasional, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 2013).15 Tesis ini menganalisis politik dinasti yang berkembang di Filipina pada pemilihan presiden

15

http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view &typ=html&buku_id=59343&obyek_id=4/(Ahad, 01 Juni 2014, 16.00)


(27)

17

di tahun 2001-2011. Hasil kajian dalam penelitian ini memperlihatkan terdapat faktor-faktor yang mendukung terjadinya politik dinasti di Filipina pada pemilihan presiden tahun 2001-2011 yakni: kelas sosial/budaya patron/klien, politik klan, budaya politik parochial. Sistem sosial yang ada pada masyarakat sejak awal peradaban masyarakat Filipina, hingga masa kemerdekaan cenderung membentuk pola yang sama yakni: terbentuknya kelas sosial atau budaya patronklien/penguasa dan bawahan. Selain itu, budaya parokial yang masih ada dalam masyarakat Filipina yang cenderung apatis terhadap kehidupan politiknya, sehingga sangat mudah untuk dimobilisasi oleh penguasa. Keberadaan ketiga faktor diatas didukung oleh situasi dan kondisi ekonomi masyarakat Filipina yang sebagian besar berada di bawah garis kemiskinan. Kondisi-kondisi sosial inilah yang telah berkontribusi bagi keberlangsungan politik dinasti dalam pemilihan pemimpin khususnya pemilihan presiden di Filipina.

Kedua, Skripsi yang berjudul Proses Rekrutmen Calon Anggota DPRD Provinsi Banten Periode 2009-2014 Studi Kasus Partai Keadilan Sejahtera dan

Partai Demokrat karya Ihyauddin (Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, 2012).16 Skripsi ini menjelaskan terkait perbedaan proses rekrutmen calon anggota DPRD yang dilakukan PKS dan Partai Demokrat. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan dalam proses rekrutmen calon anggota DPRD yang dilakukan oleh PKS dan Partai Demokrat. Akan tetapi secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan signifikan dari tipe-tipe rekrutmen yang digunakan kedua partai

16

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14864/1/10E00212.pdf/(Sabtu, 22 November 2014, 19.15)


(28)

18

tersebut. Sebenarnya PKS dan Partai Demokrat cenderung menggunakan tipe partisan, tipe immediate survival, dan tipe civil servis reform.


(29)

19

BAB II

KERANGKA TEORI

A.Politik Dinasti

Terkait teori politik kekerabatan, peneliti memakai kacamata Antropologi Politik yang dikemukakan oleh Donald V. Kurtz.

1. Pernikahan dan Exogami (Perkawianan di luar suku/pernikahan campuran) Dalam setiap masyarakat orang memang harus menikah di luar batas suatu lingkungan tertentu. Istilah ilmiyahnya disebut exogami. Sebenarnya istilah itu mempunyai arti yang amat relatif. Kalau orang dilarang menikah dengan saudara sekandungnya maka disebut exogami keluarga inti. Kalau orang dilarang menikah dengan semua orang yang mempunyai nama marga yang sama maka disebut exogami marga. Sedangkan jika seseotrang dilarang untuk menikah dengan semua orang yang hidup dalam desanya sendiri maka disebut exogami desa.17

2. Pernikahan dengan cross-cousin

Dalam banyak masyarakat di dunia ada preferensi untuk menikah dengan cross-cousin, artinya adalah menikah dengan anak saudara perempuan ayah atau anak saudara laki-laki ibu. Bahkan pada banyak masyarakat ada preferensi menikah dengan salah satu cross-cousin, ialah anak saudara laki-laki ibu.18

17 Donald V. Kurtz, Political Anthropologhy: Paradigms and Power (America:

Westview, 2001), 88.

18Ibid., 89.


(30)

20

3. Pernikahan parallel-cousin dari Keturunan Ayah

Parallel-cousin adalah anak-anak dari saudara kandung dari jenis

kelamin yang sama. Dibandingkan dengan pernikahan exogami cross-cousin, pernikahan parallel-cousin dari keturunan Ayah adalah perkawinan dalam suku. Ini terjadi dalam sebuah garis hubungan Ayah dan membutuhkan pernikahan dari seorang ego laki-laki untuk anak perempuan saudara laki-laki ayahnya. Pola pernikahan sepupu tidak sangat umum. Setidaknya sebagian ini karena tidak membangun aliansi dengan asosiasi keturunan lainnya.19

Sejak pernikahan parallel-cousin dari garis keturunan Ayah memperkuat ikatan kekerabatan internal kepada sebuah garis keturunan ayah dan memastikan bahwa kesatuan merajut erat laki-laki akan mengontrol dan mempertahankan sumber daya keturunan masing-masing, strategi ini juga menunjukkan bahwa semua garis keturunan dari keturunan Ayah lainnya adalah musuh yang nyata atau potensial.20

4. Permaduan/poligini

Permaduan atau poligini adalah strategi pernikahan dimana seorang pemimpin dapat memaksimalkan keuntungan sumber daya dari aliansi pernikahan. Hal ini menciptakan sebuah rumah tangga yang didasarkan pada pernikahan dari seorang pria untuk dua atau lebih wanita. Poligini tidak unik dalam catatan etnografis. Bahkan, hal itu diperbolehkan dalam sebagian besar masyarakat yang telah dipelajari secara etnografis (budaya). Namun, rumah tangga monogami, terdiri dari seorang pria dan seorang wanita, merupakan

19Ibid., 93. 20Ibid.,


(31)

21

bentuk paling umum dari rumah tangga di seluruh dunia. Bahkan dalam masyarakat poligini yang mana ketidakseimbangan jender mendukung poligami, realitas ekonomi tidak memungkinkan kebanyakan pria untuk mendukung lebih dari satu istri. Praktek poligami karena itu menunjukkan motivasi selain pertimbangan ekonomi sederhana atau birahi.21

Poligami dikaitkan dengan laki-laki-yang memiliki status yang lebih tinggi yang cenderung menjadi orang kaya dan berpengaruh dari masyarakat. Mereka juga lebih mungkin untuk bercita-cita untuk menginginkan posisi dari kepemimpinan dan penghargaan, status, otoritas, pengaruh, dan kekuasaan seperti beberapa posisi. Ketua lebih mungkin untuk hidup dalam rumah tangga poligini daripada pria dewasa (besar), dan kepala negara praindustri yang memungkinkan untuk melakukan hal yang sama daripada pemimpin.22

Meskipun demikian, poligami bisa mahal secara ekonomi dan emosional. Istri mungkin tidak akur. Suami mungkin memiliki masalah dengan satu atau lebih dari istri-istri. Kecemburuan dapat membuat ketegangan. Anak-anak dari istri yang berbeda dapat menimbulkan masalah serius mengenai kesuksesan di kantor. Untuk mengurangi ini dan masalah lain yang berkaitan dengan poligami, laki-laki diharapkan untuk memberikan keadilan kepada masing-masing istri.23

21Ibid., 96. 22Ibid., 23Ibid.,


(32)

22

5. Peringkat garis Keturunan

Sebuah Ramage mengacu pada struktur agamy, ambilocal, dan ambilineal asosiasi keturunan, atau garis keturunan, yang berada pada peringkat sebuah hirarki. Setiap garis keturunan dari Ramage merupakan sebuah pemerintahan yang dipimpin oleh seorang pemimpin, yang masing-masing bisa melacak keturunan untuk nenek moyang yang sama. Ramage adalah subjek segmentasi dan pembagian, dan jika satu kata bisa menyarankan dinamika sosial dan politik dari Ramage akan menjadi fleksibel, yang merupakan produk dari prinsip-prinsip agamy, ambilocality, ambilineality, dan segmentasi.24

Praktek Agamy sangat kontras dengan prinsip-prinsip pernikahan yang menentukan kategori-kategori tertentu dari pasangan-pasangan, seperti antar atau sepupu sejajar. Agamy mengacu aturan pernikahan yang memungkinkan individu untuk menikahi siapa saja yang mereka pilih, dalam batas-batas budaya tertentu. Ambilocal mengacu pada sebuah aturan dari tempat tinggal yang kontras dengan aturan yang menentukan di mana pengantin baru akan hidup [dengan atau dekat kerabat suami (viripatrilocal), kerabat istri (uxorimatrilocal), adik suami ibu (viriavunculocal), atau dengan diri mereka sendiri, yang terpisah dari kedua sisi (neolokal), Aturan ambilocal memungkinkan pengantin baru untuk menganggap bertempat tinggal baik dengan kerabat di suami atau istri atau terpisah dari masing-masing. Keturunan ambilineal tidak selalu menghalangi prinsip keturunan unilineal (patrilineal dan


(33)

23

matrilineal). Sebaliknya, keturunan ambilineal memungkinkan pasangan yang menikah, secara bebas untuk memilih jalur keturunan orangtua mereka dengan yang mengasosiasikan. Kemungkinan besar mereka akan memilih jalur yang paling menguntungkan ambisi sosial dan politik pasangan ini.25

6. Pengertian Politik Dinasti

Selain teori politik kekerabatan yang dikemukakan oleh Donald V. Kurtz, peneliti juga memakai teori politik dinasti yang dikemukakan oleh Alim Bathoro dan Wasisto Raharjo Djati.

Dinasti politik dalam dunia politik modern dikenal sebagai elite politik yang berbasiskan pertalian darah atau perkawinan sehingga sebagian pengamat menyebutnya oligarkhi politik. Dalam konteks Indonesia, kelompok elite adalah kelompok yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi proses pembuatan keputusan politik. Sehingga mereka terkadang relatif mudah menjangkau kekuasaan atau bertarung memperebutkan kekuasaan. Sebelum munculnya gejala dinasti politik, kelompok elit tersebut diasosiasikan elit partai politik, elit militer dan polisi, elit pengusaha atau pemodal, elit agama, elit preman atau mafia, elit artis, serta elit aktifis.26

Dalam kajian ilmu sosial dan politik, familisme sebagai budaya politik diartikan sebagai ketergantungan yang terlalu besar pada ikatan keluarga, yang melahirkan kebiasaan menempatkan keluarga dan ikatan kekerabatan pada kedudukan yang lebih tinggi daripada kewajiban sosial lainnya. Dalam

25Ibid., 97-98.

26 Alim Bathoro, Perangkap Dinasti politik Dalam Konsolidasi Demokrasi, Jurnal FISIP


(34)

24

pengertian lainnya, familisme juga dipahami sebagai new social order, yakni dorongan psikologis bagi seseorang untuk dapat berkarir di dalam dua ranah yakni publik sebagai birokrat dan privat sebagai komporat-swasta. Pengertian tersebut merujuk pada kasus Eropa pertengahan bahwa individualisme seseorang dalam ekspresi berpolitik tidak akan menjadi kuat jika tidak melibatkan sanak famili di dalamnya. Namun demikian, ekspresi berpolitik bukanlah untuk mengamankan kekuasaan, tetapi lebih mengarah pada artikulasi ide-ide dalam membangun masyarakat. Maka, melalui jejaring familisme, ide-ide tersebut akan terjaga dan tersampaikan oleh anggota keluarga lainnya yang berkecimpung dalam politik. Oleh karena itu, secara konseptual preferensi politik famili sebenarnya lebih mengarah pada perilaku menjaga moral daripada mengejar kekuasaan. Adapun orientasi terhadap menjaga kelanggengan kekuasaan tersebut sangatlah erat kaitannya dengan sifat naluri alamiyah manusia untuk senantiasa menjaga zona kenyamanan beserta fasilitas kemapanan di dalamnya. Hal itulah yang kemudian mendorong penguasa menjaga kekuasaan tetap terpusat dan tidak berpindah ke pihak lain melalui beragam cara.27

Konsep familisme di Eropa/Amerika Utara tidak sama seperti yang terjadi dalam kasus negara-negara Dunia Ketiga. Familisme dimaknai sebagai usaha untuk menyuburkan sikap favoritisme, nepotisme, seksionalisme, maupun regionalisme. Hal tersebut dilandasi adanya semangat bersama untuk menjaga dan mewujudkan kepentingan secara kolektif. Namun demikian,

27 Wasisto Raharjo Djati, Revivalisme Kekuatan Familisme dalam Demokrasi: Dinasti


(35)

25

derajat ketergantungan dalma familisme sendiri juga saling berdiferensiasi bergantung pada situasi dan kondisi tertentu. Artinya, hubungan darah (consanguinity) tidaklah menjadi patokan mendasar bagi seseorang untuk mendorong sanak keluarga dalam ranah politik. terdapat berbagai pertimbangan lainnya seperti tuntutan masyarakat, lingkungan, maupun kondisi tertentu yang kemudian mendorong adanya politik dinasti. Patrimonialisme maupun nepotisme yang kerap menjadi konsep teoritik dalam membahas dinasti politik sebenarnya merupakan salah satu varian dari budaya politik familisme.28

Dalam hal ini, terdapat tiga varian familisme dalam membincangkan dinasti politik dalam konteks ini. Pertama adalah familisme (familism), yakni dinasti politik yang didasarkan secara murni pada hubungan darah langsung dalam keluarga (consanguity) dan hubungan perkawinan (merriage) dengan klan lainnya. Bagi keluarga politik yang lebih lemah posisisnya akan menguntungkan dengan keluarga politik yang lebih kuat karena akan menjamin eksistensi keluarga politik keluarga lemah tersebut. Di sisi lainnya, keluarga politik mendapatkan jejaring yang lebih besar dengan mampu mengikat keluarga lainnya. Adapun terbentuknya suatu dinasti politik dalam bentuk familisme biasanya didasarkan pada klan untuk menjaga keistimewaan politik yang telah didapat. Loyalitas, kepatuhan, maupun solidaritas keluarga merpakan tiga poin penting familisme mempengaruhi corak dinasti politik. pola tersebut kemudian dihubungkan melalui komando saudara tua hingga


(36)

26

saudara muda dalam pemerintahan. Contoh kasus nyata dinasti politik model familisme ini seperti yang terjadi di Filipina, di mana terdapat 105 dinasti politik baik yang berkembang dalam ranah politik lokal maupun nasional. Hal yang menarik adalah pengaruh kekerabatan tidak hanya berlangsung pada level legislatif maupun eksekutif, tetapi juga menambah ke arena yudikatif maupun aparat penegakan hukum lainnya.29

Kedua adalah quasi-familisme. Model ini didasarkan pada sikap afeksi dan solidaritas dari anggota keluarga dalam struktur kekuasaan. Adapun afeksi yang dimaksudkan secara harfiah tidak dimaknai sebagai kasih sayang, namun sebagai bentuk orientasi politik keluarga didasarkan pada regionalisme, lingkungan, maupun tribalisme sama dengan keluarga tersebut. Artinya, dimensi dinasti politik ini tidak lagi berada dalam ranah keluarga inti saja, tetapi juga telah bercabang dengan keluarga lainnya yang tidak satu keturunan darah, namun memiliki sistem kekerabatan berbasis artifisial. Oleh karena itu, dalam model quasi-familisme, semua anggota famili berusaha mengidentifikasi ciri melalui simbol-simbol tertentu supaya mendapat legitimasi dari keluarga lainnya. Adapun proses identifikasi bisa melalui penggunaan nama keluarga, jalur perkawinan, maupun situs keluarga lainnya. Maka dalan quasi-familisme sendiri yang digalang adalah proses solidaritas bagi anggotanya baik yang berada dalam ranah formal dan informal. Hal inilah yang menjadikan


(37)

27

familisme berkembang seperti kekuatan politik oligarkis yang mampu memberikan pengaruh disegala lini kehidupan.30

Ketiga adalah egoisme-familisme. Model dinasti politik didasarkan pada pemenuhan aspek fungsionalisme dibanding hanya menuruti garis keturunan maupun ikatan darah. Konteks egoisme dapat dipahami dalam dua hal, yakni dari segi kepala daerah dan masyarakat. Egoisme dari kepala daerah pada dasarnya sama dengan konsepsi teori sebelumnya yakni kecenderungan mendahulukan keluarga daripada publik dalam pengisian posisi jabatan publik maupun suksesi pemerintahan. Kepala daerah yang digantikan masih memiliki pengaruh terhadap penggantinya. Hal ini dilakukan dengan tujuan mengamankan program-program kebijakan maupun proses penganggaran yang telah dilakukan.31

Adapun dari sisi masyarakat, egoisme sendiri ditunjukkan dengan kecenderungan untuk menjaga agar famili tertentu tetap menguasai tampuk kekuasaan. Hal tersebut terjadi karena penguasa berhasil membina dan memperkuat kohesi sosial dengan masyarakat melalui serangkaian program kebijakan “gentong babi” (pork barrel politis), meskipun sarat dengan tindak perilaku korupsi hanya menyangkut usaha politisasi anggaran. Dengan adanya program populis tersebut, penguasa dapat menanamkan romantisme dan jejaring politik secara efektif dan efisien kepada masyarakat. Masyarakat menilai bahwa rezim penguasa dinilai berhasil mengeluarkan kebijakan populis maupun budaya permisif yang masih kuat di masyarakat. Jika diringkas,

30 Ibid., 209-210 31 Ibid.,


(38)

28

konsepsi budaya politik familisme dapat dijelaskan dapat dijelaskan dalam tabel berikut ini.32

Tabel 2.1 Tipologi Perspektif Budaya Politik Familisme33

No. Indikator Familisme Quasi-Familisme Ego-Familisme

1. Dasar Pembentukan Dinasti Politik

Hubungan darah langsung

Hubungan afeksi, solidaritas, kepercayaan dan solidaritas dalam keluarga besar maupun kroninya

Dorongan

publik dan

faktor

emosional dan pertimbangan politik fungsional

2. Kaderisasi Anggota

keluarga inti dan kroni

Sanak kerabat maupun keluarga lain melalui jalur pernikahan yang seketurunan

Keluarga inti

3. Sifat Dinasti Politik Tertutup Semi tertutup Tertutup

7. SelayangPandang Politik Dinasti Di Indonesia

a. Politik Dinasti di Banten.

Ruang kerja Gubernur Banten di Pendapa Banten, Selasa, 11 Oktober 2005, kosong. Gubernur Banten (waktu itu) Djoko Munandar tidak ada. Hari itu merupakan hari pertama setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan pemberhentian sementara Djoko dari jabatannya sebagai Gubernur Banten.

Saat itu, Djoko tengah beristirahat di kediamannya di Kompleks Ciceri Indah, Kota Serang. Dia menolak berkomentar seputar penonaktifannya karena belum menerima salinan Keppres No 169/M/2005

32 Ibid., 33 Ibid., 211.


(39)

29

tertanggal 10 Oktober 2005 itu. Menjadi terdakwa kasus dugaan korupsi dana perumahan DPRD Banten 2001-2004 adalah alasan penonaktifannya. Djoko didakwa memperkaya anggota DPRD Banten dan merugikan keuangan negara Rp 14 miliar. Politikus Partai Persatuan Pembangunan ini divonis bersalah dan dihukum 2 tahun penjara serta denda Rp 100 juta oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Serang, 21 Desember 2005.

Tak puas dengan putusan ini, Djoko didampingi Henry Yosodiningrat mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Banten dan kasasi ke Mahkamah Agung. Hasilnya, MA menyatakan Djoko tak bersalah dan dibebaskan dari segala hukuman. Putusan MA No 2097K/PID/MA dikeluarkan 8 Mei 2008. Namun, salinan putusan baru diterima PN Serang 11 Februari 2009, dua bulan setelah Djoko meninggal karena sakit pada 5 Desember 2008.

1) Awal kekuasaan

Pemberhentian sementara Djoko jadi titik awal kekuasaan Wakil Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah di Banten. Atut langsung dilantik jadi Pelaksana Tugas Gubernur Banten. Sejak hari pertama Djoko diberhentikan, Atut menggantikan tugas-tugas gubernur. Saat itu, Atut mengatakan, ia akan melanjutkan program yang baik, termasuk pemberantasan korupsi. ”Saya akan mendukung kelancaran penanganan kasus korupsi di Banten. Siapa pun yang terbukti melakukan penyelewengan, akan kami serahkan kepada penegak hukum,” katanya.


(40)

30

Saat Pilkada Banten 2006, Atut mencalonkan diri sebagai gubernur Banten. Atut yang berpasangan dengan M Masduki memenangi Pilkada Banten. Keduanya menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Banten 2007-2012.

Sejak menjadi orang nomor satu di Banten itulah, satu per satu anggota keluarga besar Atut masuk ke politik praktis. Diawali kemunculan Airin Rachmi Diany, adik ipar Atut, dalam Pilkada Kabupaten Tangerang 2008. Istri Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan (adik Atut) itu jadi calon wakil bupati mendampingi Jazuli Juwaini dari PKS. Namun, pasangan ini dikalahkan pasangan petahana, Ismet Iskandar-Rano Karno.

Tahun yang sama, adik tiri Atut, Tubagus Haerul Jaman, maju sebagai calon wakil wali kota Serang berpasangan dengan Bunyamin (mantan Bupati Serang) dan menang. Kurang dari tiga tahun berkuasa, 1 Maret 2011, Bunyamin meninggal dunia. Jaman lalu diangkat menjadi Wali Kota Serang. Saat Pilkada Kota Serang 2013, ia kembali mencalonkan diri dan menang.

Tahun 2010, adik Atut, Ratu Tatu Chasanah, mengikuti Pilkada Kabupaten Serang. Ia terpilih jadi Wakil Bupati Serang 2010-2015 mendampingi Taufik Nuriman. Airin yang gagal di Pilkada Kabupaten Tangerang coba peruntungan di Pilkada Kota Tangerang Selatan 2010. Airin yang berpasangan dengan Benyamin Davnie terpilih sebagai Wali Kota Tangerang Selatan 2011-2015.


(41)

31

Ibu tiri Atut, Heryani, juga tak ketinggalan. Ia terpilih menjadi Wakil Bupati Pandeglang pada Pilkada 2011 mendampingi Erwan Kurtubi. Pada tahun yang sama, Atut kembali mencalonkan diri sebagai gubernur Banten didampingi Rano Karno. Untuk kedua kalinya, Atut terpilih sebagai Gubernur Banten.

2) Di luar eksekutif

Tak hanya jabatan di pemerintahan, sejumlah jabatan di lembaga legislatif juga dirambah. Pada Pemilu 2009, suami Atut, Hikmat Tomet, terpilih sebagai anggota DPR. Anak pertama mereka, Andika Hazrumy, jadi anggota DPD perwakilan Banten. Adde Rosi Khairunnisa, menantu Atut (istri Andika), jadi anggota DPRD Kota Serang.

Jabatan di sejumlah lembaga dan organisasi kemasyarakatan juga dikuasai. Hikmat (meninggal karena stroke pada 9 November 2013) jadi Ketua Dewan Kerajinan Nasional Provinsi Banten 2012-2017. Andika memimpin Karang Taruna Banten, Taruna Siaga Bencana, serta Asosiasi Pedagang Mie dan Bakso Banten. Adde jadi Ketua PMI Kota Serang serta Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak Provinsi Banten.

Sejak 2007 hingga sekarang, Atut jadi Ketua Umum PMI Banten. Sementara Wawan, adiknya, merupakan Ketua Kadin Provinsi Banten. Keluarga Atut juga menguasai Partai Golkar. Hampir semua kerabat dekatnya yang menjadi pimpinan daerah diusung Partai Golkar. Begitu pula kerabat yang menjadi anggota lembaga legislatif, diusung


(42)

32

partai berlambang beringin warisan Orde Baru ini. Juru bicara keluarga Atut, Fitron Nur Ikhsan, menjelaskan, keluarga Atut merupakan keluarga besar. Banyak anggota keluarga yang tertarik terjun ke politik praktis sehingga sulit mengurai motivasi mereka menguasai jabatan publik. Tiap-tiap anggota keluarga memiliki kemandirian sehingga punya pertimbangan sendiri ketika terjun ke politik praktis.

3) Tepat delapan tahun

Setelah delapan tahun berkuasa, keluarga Atut tersandung kasus hukum dan mulai goyah. Wawan ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi karena disangka menyuap Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar terkait sengketa Pilkada Kabupaten Lebak, 2 Oktober silam. Sehari kemudian, Atut dicegah ke luar negeri.

Pada 11 Oktober 2013, tepat delapan tahun berkuasa di Banten, Atut diperiksa KPK sebagai saksi kasus dugaan suap sengketa Pilkada Lebak. Delapan tahun lalu, Atut penuh mendukung pemberantasan korupsi di Banten. Kemarin, KPK menetapkan Atut sebagai tersangka. Siklus tengah berjalan tampaknya. Delapan tahun rentangnya.34

b. Politik Dinasti di Pasuruan.

Dinasti politik Wali Kota Hasani mengakar kuat di Pasuruan. Hal itu terjadi setelah dua anak, seorang menantu, dan seorang keponakan Hasani dilantik sebagai anggota DPRD Kota Pasuruan. Mereka akan duduk

34 Ana Shofiana Syatiri, “Politik Dinasti di Banten”,

http://nasional.kompas.com/read/2013/12/18/0729208/Dinasti.Politik.Ratu.Atut.Setelah. Delapan.Tahun.Berkuasa,/(Kamis, 30 Juli 2015, 18. 30)


(43)

33

di kursi dewan lima tahun ke depan. Kiprah keluarga orang nomor satu di Kota Pasuruan di parlemen tersebut sejatinya bukan hal baru. Namun, kali ini jumlah keluarga politikus PKB itu bertambah. Pada periode sebelumnya, hanya terdapat tiga keluarga Hasani di dewan. Yakni, Ketua DPRD 2009– 2014 Ismail Marzuki (anak pertama), Noor Ahmad Trimayuda (menantu), dan Andi Gita Khadafie (keponakan).

Tetapi, dalam periode lima tahun ke depan, bertambah seorang kerabat Hasani di dewan. Selain tiga nama di atas yang bertahan di parlemen, ada Indra Iskandar yang baru bergabung di parlemen pada periode kali ini. Indra Iskandar merupakan anak keempat Hasani. Seperti seluruh keluarga dan kerabatnya, Indra berangkat dari parpol sama, yakni Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Dalam pemilu legislatif (pileg) pada 9 April, parpol tersebut meraih 10 kursi. Indra yang berusia 30 tahun itu sebelumnya berprofesi kontraktor. Empat keluarga dan kerabat Hasani tersebut kemarin dilantik bersama dengan 26 anggota dewan lain di gedung DPRD Kota Pasuruan. Pada periode kali ini, jumlah anggota dewan di kota itu bertambah menjadi 30 orang. Sebelumnya, DPRD beranggota 25 orang.

Pengaruh keluarga Hasani di parlemen juga masih kuat. Saat pelantikan kemarin, Ismail Marzuki yang pada periode lalu menjabat ketua DPRD kembali ditunjuk menjadi ketua dewan sementara. Dia pun didampingi wakil ketua dewan sementara Arif Ilham dari Golkar. Keduanya


(44)

34

merupakan wakil dua parpol dengan perolehan suara tertinggi, yaitu PKB dan Golkar.35

c. Politik Dinasti di Kediri.

Bupati Kediri Sutrisno sudah seperti raja saja. Politik dinastinya meluas ke mana-mana, dia juga punya lebih dari seorang istri bak raja dengan permaisuri dan selir-selirnya.

Sutrisno menjabat Bupati Kediri selama dua periode sejak tahun 1999 sampai 2009. Dua kali maju dia didukung oleh PDIP. Setelah dua kali menjabat Bupati Kediri, dia pun mulai melanjutkan trah politiknya. Istri sahnya, Hariyanti Sutrisno maju ke Pilkada Kediri bertanding dengan istri sirinya, Nurlaila, lima tahun lalu. Hariyanti menang dan sampai kini masih menjabat Bupati Kediri.

Sementara itu setelah tidak jadi Bupati Kediri, Sutrisno menjabat sebagai Ketua DPC PDIP Kabupaten Kediri. Menjelang Pilkada serentak tahun 2015, Sutrisno pun kembali mendorong dua istrinya maju di Pilkada Kediri, kali ini Hariyanti akan berhadapan dengan istri ketiga Sutrisno, Sayekti.

Politik dinasti Sutrisno tak cukup sampai di situ. Deretan orang terdekatnya menjabat posisi penting di Kediri. Adik ipar Sutrisno, Sulkani, menjadi ketua DPRD Kabupaten Kediri. Sementara itu pengusaha muda

35

http://www.jpnn.com/read/2014/08/31/254969/Dua-Anak,-Menantu,-dan-Keponakan-Dilantik-Jadi-Dewan-/page2/ (Kamis, 30 Juli 2015, 19. 30)


(45)

35

sekaligus Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Kabupaten Kediri tak lain adalah anak menantunya Rahmadi Yogianto. Dia masih akan menjabat sampai tahun 2018 mendatang.36

B.Partai Politik

1. Pengertian Partai Politik

Partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut serta atau berpartisipasi dalam proses pengelolaan negara.37 Partai politik berangkat dari anggapan bahwa dengan membentuk wadah organisasi mereka bisa menyatukan orang-orang yang mempunyai pikiran serupa sehingga pikiran dan orientasi mereka bisa dikonsolidasikan. Dengan begitu pengaruh mereka bisa lebih besar dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan.38

Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik-(biasanya) dengan cara konstitusional-untuk melaksanakan programnya.39

Banyak sekali definisi mengenai partai politik yang dibuat oleh para sarjana. Di bagian ini dipaparkan beberapa contoh definisi yang dibuat para ahli ilmu klasik dan kontemporer. Menurut Carl J. Friedrich, partai politik

36 Budi Sugiharto, “Politik Dinasti di Kediri”,

http://news.detik.com/berita/2967472/silsilah-politik-dinasti-eks-bupati-kediri-sutrisno-dan-tiga-istrinya/(Kamis, 30 Juli 2015, 19.00)

37

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), 397.

38

Ibid., 403.

39


(46)

36

adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil serta materiil.40

Sigmund Neumann dalam buku karyanya, Modern Political Parties, mengemukakan definisi sebagai berikut:

Partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda.41

Menurut Neumann, partai politik merupakan perantara yang besar yang menghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideologi sosial dengan lembaga-lembaga pemerintahan yang resmi.

Dalam upaya mengisi suatu jabatan politik maupun jabatan administratif tidak lepas dari adanya peranan partai politik yang dianggap mampu menyediakan personel-personel yang dibutuhkan dalam suatu jabatan politik. Dengan demikian, partai politik jelas merupakan sarana yang paling penting dalam kebanyakan sistem politik untuk merekrut sebagian besar pemegang jabatan politik.42

Dalam hal ini, Zarkasih Nur mengatakan, bahwa partai politik berfungsi sebagai sarana rekrutmen politik, di mana partai politik berkewajiban

40 Carl J. Friedrich, Partai Politik; Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2008), 404.

41

Sigmund Neumann, Modern Political Parties; Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), 404.

42


(47)

37

untuk melakukan seleksi dan rekrutmen dalam rangka mengisi posisi dan jabatan politik tertentu. Dengan adanya rekrutmen politik maka dimungkinkan terjadinya rotasi dan mobilitas politik. Tanpa rotasi dan mobilitas politik pada sebuah sistem politik, maka akan muncul diktatorisme dan stagnasi politik dalam sistem tersebut.43

Miriam Boediardjo mengemukakan, bahwa fungsi partai politik pada negara yang demokratis, salah satunya adalah melaksanakan rekrutmen politik. secara lengkap, dia menyatakan, bahwa partai politik sebagai sarana rekrutmen politik juga berfungsi untuk mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai. Dengan demikian, partai turut memperluas partisipasi politik, caranya ialah melalui kontak pribadi, persuasi, dan lain-lain. juga diusahakan untuk dididik menjadi kader yang di masa mendatang akan menggantikan pemimpin lama.44

Dengan demikian, partai politik harus mengupayakan penyiapan kader-kader politik yang sangat dibutuhkan dalam proses rekrutmen politik. pengertian kader, menurut Susilo Bambang Yudhoyono adalah sebagai berikut.45

43 Zarkasih Nur, Partai Politik; Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2008), 404.

44

Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, 404.

45

Susilo Bambang Yudhoyono, Pengertian Kader; Kamaruddin Sahid, Memahami Sosiologi Politik (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011). 138.


(48)

38

a. Merupakan orang-orang pilihan yang berkualitas.

b. Merupakan anggota organisasi yang terlatih untuk melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan organisasi atau lembaga-lembaga lain yang berada di bawah kontrol organisasi.

c. Merupakan orang-orang yang memang dipersiapkan untuk memegang pekerjaan penting di suatu organisasi, baik pemerintahan maupun politik.

Dalam suatu organisasi patai politik, secara prinsip harus dibedakan antara mereka yang berkualitas “kader” dengan anggota. Kader adalah anggota yang terseleksi berdasarkan pengujian, penilaian dan pertimbangan tertentu hasil dari pengamatan terhadap keaktifan, kesetiaan, keterampilan, kepandaian, moral dan mentalitas, dedikasi, dan sebagainya, baik selama mengikuti kegiatan-kegiatan partai maupun kiprah operasional penugasan di lembaga-lembaga eksternal partai, sedangkan anggota mencakup semua orang yang terdaftar sebagai anggota partai, termasuk mereka yang tidak aktif sama sekali, namun namanya tercantum dalam daftar.46

Partai politik sebagai organisasi yang berkorelasi dengan kekuasaan negara dituntut kemampuannya untuk melakukan proses seleksi kader yang benar-benar militan dan sanggup mengemban misi organisasi.

Pola rekrutmen kader politik lokal di masa mendatang sedapat mungkin dicoba penerapannya melalui pertahapan dari hasil evaluasi sejak level paling bawah, dalam artian seorang kader yang dicalonkan pada tingkat kabupaten atau kota adalah yang telah berhasil di tingkat kecamatan.

46


(49)

39

Kemudian, kader yang dicalonkan pada tingkat provinsi adalah yang berhasil di tingkat kabupaten atau kota, demikian seterusnya. Jadi, suatu hal yang harus dihindari adalah kebiasaan “comot sana comot sini” yang dari segi asal-usul dan kualitasnya sangat diragukan.47

2. Fungsi Partai Politik

Fungsi utama partai politik ialah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu. Cara yang digunakan oleh suatu partai politik dalm sistem politik demokrasi untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan ialah dengan ikut serta dalam pemiliha umum, sedangkan cara yang digunakan partai tunggal dalam sistem politik totaliter berupa paksaan fisik dan psikologik oleh suatu diktatorial kelompok (komunis) maupun oleh diktatorial individu (fasis).48

Ketika melaksanakan fungsi tersebut, partai politik dalam sistem politik demokrasi melakukan tiga kegiatan. Ketiga kegiatan tersebut meliputi seleksi calon-calon, kampanye, dan melaksanakan fungsi pemerintahan (legislatif dan/atau eksekutif). Apabila kekuasaan untuk memerintah telah diperoleh, partai politik itu berperan pula sebagai pembuat keputusan politik. Partai politik yang tidak mencapai mayoritas di badan perwakilan rakyat akan berperan sebagai pengontrol terhadap partai mayoritas. Dalam sistem politik totaliter, kalaupun dilaksanakan, pemilihan umum lebih bersifat sebagai sarana pengesahan calon tunggal yang ditetapkan lebih dahulu oleh partai tunggal.

47

Ibid.,

48


(50)

40

Namun, partai politik, baik dalam sistem politik demokrasi maupun sistem politik totaliter, juga melaksanakan sejumlah fungsi lain. berikut dikemukakan sejumlah fungsi lain tersebut, diantaranya adalah:49

a. Sebagai sarana komunikasi politik.

Menurut Sigmunn Neumann dalam hubungannya dengan komunikasi politik, partai politik merupakan perantara yang besar yang menghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideologi sosial dengan lembaga pemerintahan yang resmi dan yang mengaitkan dengan aksi politik di dalam masyarakat politik yang lebih luas.50

b. Sebagai sarana sosialisasi politik.

Dalam ilmu politik sosialisasi politik diartikan sebagai suatu proses yang melaluinya seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik, yang umumnya berlaku dalam masyarakat di mana ia berada. Ia adalah bagian dari proses yang menentukan sikap politik seseorang, misalnya mengenai nasionalisme, kelas sosial, suku bangsa, ideologi, hak dan kewajiban.

Pelaksanaan fungsi sosialisasinya dilakukan melalui berbagai cara yaitu media massa, ceramah-ceramah, penerangan, kursus kader, penataran, dan sebagainya. sisi lain dari fungsi sosialisasi alah upaya menciptakan citra (image) bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum. Ini penting jika dikaitkan dengan tujuan partai untuk menguasai pemerintahan melalui

49

Ibid., 149

50

Sigmund Neumann, Modern Political Parties; Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), 404.


(51)

41

kemenangan dalam pemilu. Karena itu partai harus memperoleh dukungan seluas mungkin, dan partai berkepentingan agar para pendukungnya mempunyai solidaritas yang kuat dengan partainya.

Ada lagi yang lebih tinggi nilainya apabila partai politik dapat menjalankan fungsi sosialisasi yang satu ini, yakni mendidik anggota-anggotanya menjadi manusia yang sadar akan tanggung jawabnya sebagai warga negara dan menempatkan kepentingan sendiri di bawah kepentingan nasional.51

c. Sebagai sarana rekrutmen politik.

Fungsi ini berkaitan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik kepemimpinan internal maupun kepemimpinan nasional yang lebih luas. Untuk kepentingan internalnya, setiap partai butuh kader-kader yang berkualitas, karena hanya dengan kader yang berkualitas ia dapat menjadi partai yang menmpunyai kesempatan lebih besar untuk mengembangkan diri. Dengan mempunyai kader-kader yang baik, partai tidak akan sulit menentukan pimpinannya sendiri dan mempunyai peluang untuk mengajukan calon untuk masuk ke bursa kepemimpinan nasional.52

Rekrutmen politik menjamin kontinuitas dan kelestarian partai, sekaligus merupakan salah satu cara untuk menjaring dan melatih calon-calon pemimpin. Ada berbagai cara untuk melakukan rekrutmen politik, yaitu melalui kontak pribadi, persuasi, ataupun cara-cara lain.53

51

Budiardjo, Dasar-Dasar, 407-408.

52

Ibid., 408.

53


(52)

42

d. Sebagai sarana pengatur konflik.

Potensi konflik selalu ada di setiap masyarakat, apalagi di masyarakat yang bersifat heterogen. Setiap perbedaan menyimpan potensi konflik. Apabila keanekaragaman itu terjadi di negara yang menganut paham demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat dianggap hal yang lumrah dan mendapat tempat. Akan tetapi, di dalam negara yang bersifat heterogen, potensi pertentangan lebih besar dan dengan mudah mengundang konflik.54

Di sini peran partai politik diperlukan untuk membantu mengatasinya, atau sekurang-kurangnya dapat diatur sedemikian rupa sehingga akibat negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin.

e. Partisipasi politik.

Partisipasi politik ialah kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan umum dan dalam ikut menentukan pemimpin pemerintah. Kegiatan yang dimaksud, antara lain, mengajukan tuntutan, membayar pajak, melaksanakan keputusan, mengajukan kritik dan korelasi atas pelaksanaan suatu kebijakan umum, dan mendukung atau menentang calon pemimpin tertentu, mengajukan alternatif pemimpin, dan memilih wakil rakyat dalam pemilihan umum. Dalam hal ini, partai politik mempunyai fungsi untuk membuka kesempatan, mendorong, dan mengajak anggota dan anggota masyarakat yang lain untuk menggunakan partai politik sebagai saluran

54


(53)

43

kegiatan memengaruhi proses politik. Jadi, partai politik merupakan wadah partisipasi politik.55

f. Pemandu kepentingan.

Dalam masyarakat, terdapat sejumlah kepentingan yang berbeda bahkan acap kali bertentangan. Untuk menampung dan memadukan berbagai kepentingan yang berbeda bahkan bertentangan, maka partai politik dibentuk. Kegiatan menampung, menganalisis, dan memadukan pelbagai kepentingan yang berbeda bahkan bertentangan menjadi pelbagai alternatif kebijakan umum, kemudian diperjuangkan dalam proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Itulah ayng dimaksud dengan fungsi pemandu kepentingan.56

g. Kontrol politik.

Kontrol politik ialah kegiatan untuk menunjukkan kesalahan, kelemahan, dan penyimpangan dalam isi suatu kebijakan atau dalam pelaksanaan kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah. Dalam melakukan suatu kontrol politik atau pengawasan, harus ada tolak ukur yang jelas sehingga kegiatan itu bersifat relatif objektif.57

Tolak ukur suatu kontrol politik berupa nilai-nilai politik yang dianggap ideal dan baik (ideologi) yang dijabarkan ke dalam berbagai kebijakan atau peraturan perundang-undangan. Tujuan kontrol politik adalah meluruskan kebijakan atau pelaksanaan kebijakan yang menyimpang

55

Surbakti, Memahami Ilmu, 151.

56

Ibid., 151-152.

57


(54)

44

dan memperbaiki yang keliru sehingga kebijakan dan pelaksanaannya sejalan dengan tolak ukur tersebut. Fungsi kontrol ini merupakan salah satu mekanisme politik dalam sistem politik demokrasi untuk memperbaiki dan memperbaharui dirinya secara terus menerus.

Dalam melaksanakan fungsi kontrol politik tersebut, partai politik juga harus menggunakan tolak ukur tersebut sebab tolak ukur itu pada dasarnya merupakan hasil kesepakatan bersama sehingga seharusnya menjadi pegangan bersama.

C.Teori Rekrutmen Politik

Dalam partai politik terdapat beberapa fungsi penting yang dijalankan partai sebagai sarana dalam mengaplikasikan tujuan mereka. Salah satu fungsi partai politik yang terkait dengan ini adalah rekrutmen partai politik.58

Rekrutmen politik memegang peranan penting dalam sistem politik suatu negara, karena proses ini menentukan orang-orang yang akan menjalankan fungsi-fungsi sistem politik negara itu melalui lembaga-lembaga politik yang ada. Dalam hal ini, tercapai tidaknya tujuan suatu sistem politik sangat bergantung pada kualitas rekrutmen politik. Kualitas ini dapat dilihat dari apakah proses ini dapat menghasilkan orang-orang yang berkualitas atau tidak dan mendudukkannya pada jabatan sesuai atau tidak. Ini semua sangat bergantung pada pola-pola atau mekanisme rekrutmen yang digunakan.59

58

Ichlasul Amal, Edisi Teori-teori Mutakhir Partai Politik Edisi Revisi (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta, 1996), 28.

59


(55)

45

Tujuan dari rekrutmen politik adalah untuk mengetahui pengrekrutan orang-orang yang menjalankan kekuasaan politik. orang-orang yang menjalankan kekuasaan politik tersebut dapat menduduki jabatan politik yang meliputi presiden, perdana menteri, anggota legislatif seperti di Indonesia anggota MPR, DPR, kepala pemerintahan daerah seperti gubernur, bupati, walikota, anggota DPRD propinsi, kabupaten, dan kota atau menduduki jabatan dalam birokrasi nasional maupun lokal.60

Dalam hal ini, Philip Althoff dan Michael Rush menekankan studi pengrekrutan politik pada peranan sistem pengadaan atau pengisian jabatan politik dalam proses rekrutmen tersebut. Secara lebih kongkret, Ramlan Surbakti memberi pengertian, bahwa rekrutmen politik adalah seleksi dan pemilihan atau seleksi pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya. Rekrutmen merupakan kelanjutan dari fungsi mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai. Bila melihat pengertian yang dikemukakan Surbakti, ternyata unsur partai politik dipandang sebagai lembaga politik penting yang melaksanakan rekrutmen politik.61

Selain Ramlan Surbakti yang memasukkan unsur partai dalam pengertian rekrutmen politiknya, juga terdapat beberapa ahli lain yang memasukkan unsur partai tersebut, di antaranya adalah Sigmund Newman serta Saefullah Yusuf dan

60

Ibid.,

61

Michael Rush, Phillip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, terj. Kartini Kartono (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), 129.


(56)

46

Fahruddin Salim. Sigmund Newman mengatakan, bahwa rekrutmen politik adalah proses melalui mana partai mencari anggota baru dan mengajak orang berbakat untuk berpartisipasi dalam proses politik. Dengan didirikannya organisasi-organisasi massa yang melibatkan golongan-golongan buruh petani, pemuda, mahasiswa, dan sebagainya, kesempatan untuk berpartisipasi diperluas. Rekrutmen politik menjamin kontiuitas dan kelestarian partai, sekaligus merupakan salah satu cara untuk menyeleksi calon-calon pemimpin. Sedangkan Saefullah Yusuf dan Fahruddin Salim mengatakan, bahwa rekrutmen politik adalah proses melalui mana partai mencari anggota baru dan mengajak orang berbakat untuk berpartisipasi dalam proses politik. Kedua batasan, baik yang dikemukakan oleh Newman maupun Saefullah Yusuf dan Fahruddin Salim, kedua-duanya lebih menekankan pengertian rekrutmen politik sebagai kegiatan partai politik. Ini tidaklah keliru, karena aktivitas rekrutmen politik yang paling nyata dan terdepan adalah rekrutmen yang dilakukan oleh partai politik.

Rekrutmen merupakan suatu proses untuk mencari dan menyeleksi anggota untuk kegiatan regenerasi dari sebuah organisasi, baik partai politik, lembaga pemerintahan maupun organisasi lainnya. Namun, rekrutmen lebih dikenal dalam bahasa politik seperti yang terdapat dalam buku Dasar-Dasar Ilmu Politik yang menyebutkan: “proses mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai.”62

Istilah rekrutmen lebih dikenal dalam bahasa perpolitikan, dan kemudian diadopsi oleh partai politik seiring dengan kebutuhan partai akan dukungan

62


(57)

47

kekuasaan dari rakyat, dengan cara mengajak dan turut serta dalam keanggotaan partai tersebut. Rekrutmen sendiri memiliki acuan waktu dalam prosesnya, maka pada saat itu pula rekrutmen dilakukan pada saat partai memerlukan. Pendapat lainnya yang mengemukakan pengertian rekrutmen politik oleh Ramlan Surbakti dalam buku Memahami Ilmu Politik yang dimaksud rekrutmen politik adalah: “Seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya, dengan mengkhususkan kepada orang-orang yang mempunyai bakat yang cukup menonjol, partai politik menyeleksi dan

menempatkannya sebagai seorang calon pemimpin.”63

Rekrutmen politik partai dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan sebagai ajang untuk mencari dan menyeleksi keanggotaan baru untuk diikutsertakan dalam partai politik sebagai pembelajaran politik, disamping untuk melakukan regenerasi dalam partai politik tersebut maka dilakukan melalui mekanisme yang diterapkan oleh partai. Pengaruh rekrutmen politik sangat menentukan dalam regenerasi kehidupan partai. Hal itu dikarenakan partai memerlukan penyegaran keanggotaan untuk dapat bertahan dalam mempertahankan kekuasaan politiknya dimata masyarakat.

Dalam praktiknya, proses rekrutmen politik selalu bermakna ganda. Pertama, menyangkut seleksi untuk menduduki posisi-posisi politik yang tersedia,

seperti anggota legislatif, kepala negara, dan kepala daerah. Kedua, menyangkut transformasi peran-peran nonpolitik warga yang berasal dari aneka subkultur agar

63


(1)

102

ini sangat terlihat bahwa laju politik di negara ini belum terbuka. Masyarakat terasing dari sentuhan parpol.

Ini menunjukkan fungsi parpol dalam rekrutmen kader mengalami kegagalan. Apabila sudah ada standarisasi, maka fungsi parpol dalam rekrutmen kader yang berkualitas bisa tercapai.

Jadi, dari hasil penelitian diperoleh bahwa hasil rekrutmen yang dihasilkan oleh Partai Demokrat Kabupaten Lamongan adalah buruk. Hal ini dibuktikan dengan pola rekrutmen Calon Legislatif menggunakan jalan pintas karena lima keluarga dekat Bupati Fadeli memanfaatkan kekuasaan atau pengaruh Bupati Fadeli. Selain itu, realitas di lapangan menunjukkan bahwa kinerja dari keluarga dekat Bupati Fadeli itu buruk. Hal ini terlihat bahwa selama menjadi anggota DPRD Kabupaten Lamongan, masih banyak program kerja yang belum terealisasikan dan masih banyak masyarakat yang tidak sejahtera.


(2)

103

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pertama, Partai Demokrat Kabupaten Lamongan menggunakan dua pola dalam merekrut Calon Legislatif yaitu bersifat terbuka dan bersifat tertutup. Pola rekrutmen yang bersifat terbuka karena Partai Demokrat membuka pendaftaran bagi setiap warga yang ingin menjadi Bakal Calon Legislatif melalui Partai Demokrat. Artinya, Partai Demokrat membuka pendaftaran bagi kader maupun non kader. Sedangkan pola rekrutmen Partai Demokrat Kabupaten Lamongan bersifat tertutup adalah dibuktikan dengan adanya faktor patron-klien, artinya hanya orang yang dekat dengan pimpinan yang bisa menduduki jabatan strategis.

Kedua, hasil rekrutmen yang dihasilkan oleh Partai Demokrat Kabupaten Lamongan adalah buruk. Hal ini dibuktikan dengan pola rekrutmen Calon Legislatif menggunakan jalan pintas karena lima keluarga dekat Bupati Fadeli memanfaatkan kekuasaan atau pengaruh Bupati Fadeli. Selain itu, realitas di lapangan menunjukkan bahwa kinerja dari keluarga dekat Bupati Fadeli itu buruk. Hal ini terlihat bahwa masih banyak program kerja yang belum terealisasikan dan masih banyak masyarakat yang tidak sejahtera.


(3)

104

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian, terkait pola rekrutmen Partai Demokrat di Kabupaten Lamongan terdapat banyak kekurangan dalam merekrut calon legislatif.

1. Saran untuk pengurus DPC Partai Demokrat Kabupaten Lamongan

Seharusnya DPC Partai Demokrat membuat standarisasi terkait rekrutmen Calon Legislatif, karena ini yang menentukan tinggi rendahnya kualitas kader.

DPC Partai Demokrat juga harus lebih transparan dalam merekrut Calon Legislatif. Sehingga dalam Partai Demokrat bukan hanya orang yang dekat dengan pimpinan atau elit politik saja yang bisa memduduki kursi empuk. Sedangkan masyarakat yang lain termarginalisasikan.

2. Saran untuk Anggota DPRD Kabupaten Lamongan

Seharusnya anggota DPRD harus meningkatkan pemahaman tentang demokrasi, sehingga demokrasi itu bukan hanya dibibir saja tapi implementasinya juga. Anggota DPRD juga harus memaksimalkan kerja dan penuhi semua janji-janji pada saat mencalonkan diri, jangan hanya sebagian saja yang menikmati. Karena tuntutan ini yang akan menentukan peluang untuk tepilih dan pencitraan Partai Demokrat pada pemilu yang akan datang. 3. Saran untuk peneliti lanjutan

Penelitian ini bisa dilanjutkan dengan cakupan yang lebih luas, supaya hasil penelitian lebih memuaskan karena masih banyak masalah yang belum terpecahkan dari Partai Demokrat.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku:

Amal, Ichlasul Edisi Teori-teori Mutakhir Partai Politik Edisi Revisi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta, 1996.

Antok. Wawancara. Jalan Sumargo Kecamatan Lamongan, 30 Juli 2015.

Bathoro, Alim. Perangkap Dinasti politik Dalam Konsolidasi Demokrasi. Jurnal FISIP UMRAH Vol. 2, No. 2, 2011:115-116.

Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Camat. Wawancara. Kecamatan Laren, 30 Juli 2015.

Djati, Wasisto Raharjo. Revivalisme Kekuatan Familisme dalam Demokrasi: Dinasti Politik di Aras Lokal. Jurnal Sosiologi Masyarakat Vol. 18, No. 2, Juli 2013: 203-231.

Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: PT Cipta Adin Pustaka, 1990.

Erawan, I ketut Putra, Riswanda Imawan dkk. Draft Modul Organisasi dan Manajemen Kepartaian: Bab I Manajemen Sumberdaya Manusia Politik.

2010.

Fauzi. Wawancara. Jalan dr. Wahidin Sudiro Husodo Kec. Lamongan Kabupaten Lamongan, 27 Mei 2015.

Huda, Nurul. Wawancara. Jagran Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan, 30 Juli 2015.

Kurniawan, Debby. Wawancara. Jalan dr. Wahidin Sudiro Husodo Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan, 27 Mei 2015.

Kurtz, Donald V. Political Anthropologhy: Paradigms and Power. America: Westview, 2001.

Margono, Budi. Wawancara. Jalan Sumargo No.47 Lamongan, 7 Juli 2015. Marsh, David dan Gerry Stroker. Teori dan Metode dalam Ilmu Politik. Bandung:


(5)

Marsuki. Wawancara. Desa Jagran RT 02 RW 02 Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan, 7 Juli 2015.

Maruju. Wawancara. Jagran RT 01 RW 01 Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan, 20 Mei 2015.

Maz’amah. Wawancara. Jl. KH. Wachid Hasyim No.16 RT 01 RW 01

Desa/Kelurahan Karangtawar Kec. Laren Kab. Lamongan, 21 Juli 2015.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.

Nasruddin. Kuantifikasi Ilmu-Ilmu Sosial: Suatu Kemajuan atau Pembiasaan. Bogor: Institut Pertanian Bogor, 2002.

Ni’ayati. Wawancara. Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan, 29 Juli 2015.

Rahmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.

Rush, Michael dan Phillip Althoff. Pengantar Sosiologi Politik. Alih Bahasa oleh Kartini Kartono. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Sahid, Kamaruddin. Memahami Sosiologi Politik. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011. Siswanto. Wawancara. Gang Anggrek No. 31A Kecamatan Lamongan, 27 Juli

2014.

Sugiyono. Metode Penelitian Kombinas “Mixed Method”. Bandung: Alfabeta, 2011.

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo, 2010.

Syarbani, Syahrial. Pengetahuan Dasar Ilmu Politik. Bogor: September, 2011. Tangkilisan, Hesel Nogi. Kebijakan Publik yang Membumi.Yogyakarta: Yayasan

Pembaruan Administrasi Publik Indonesia, 2003.

Varma, S,P. Teori-Teori Politik Modern. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010. Wibowo, Eddi. Ilmu Politik Kontemporer. Yogyakarta: YPAPI, 2004.


(6)

2. Sumber online:

http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act =view&typ=html&buku_id=59343&obyek_id=4, diakses pada tanggal 1 Juni 2014 pukul 16.00

http://www.kejari-lamongan.go.id/, diakses pada tanggal 22 November 2014, pukul 15.40

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14864/1/10E00212.pdf, diakses pada tanggal 22 November 2014 pukul 19.15

http://repository.unand.ac.id/19778/2/cover%20aden.pdf, diakses pada tanggal 22 November 2014 pukul 20.00

www.lensaindonesia.com/2014/04/20/enam-anggota-keluarga-bupati-dipastikan-duduk-di-dprd-lamongan.html, diakses pada tanggal 20 Maret 2015, pukul 10.00.

www.detik.com/news/read/2014/09/03/171319/2680427/475//1/jatah-kursi-ketua-dprd-lamongan-dianggap-boneka-dinasti-fadeli, diakses pada tanggal 03 Mei 2015, pukul 14.00

Budi Sugiharto, “Politik Dinasti di Kediri”,

http://news.detik.com/berita/2967472/silsilah-politik-dinasti-eks-bupati-kediri-sutrisno-dan-tiga-istrinya/(Kamis, 30 Juli 2015, 19.00)

http://www.jpnn.com/read/2014/08/31/254969/Dua-Anak,-Menantu,-dan-Keponakan-Dilantik-Jadi-Dewan-/page2/ (Kamis, 30 Juli 2015, 19. 30)

Ana Shofiana Syatiri, “Politik Dinasti di Banten”,

http://nasional.kompas.com/read/2013/12/18/0729208/Dinasti.Politik.Ratu. Atut.Setelah.Delapan.Tahun.Berkuasa,/(Kamis, 30 Juli 2015, 18. 30)