ANALISIS SEMIOTIK STRATEGI DAKWAH KH. HASYIM ASY’ARI DALAM FILM “SANG KIAI”.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S.KOM.I)

Oleh :

Lia Nurvita Anggraini

B01210030

Oleh:

Lia Nurvita Anggraini

NIM. B01210030

PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2015


(2)

iii Bismillahirrahmaanirrahiim

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Lia Nurvita Anggraini

NIM : B01210030

Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Alamat : Ds. Balongmojo RT. 04 RW. 02 Kec. Benjeng Kab. Gresik Menyatakan dengaan sesungguhnya bahwa:

1) Skripsi ini tidak pernah dikumpulkan kepada lembaga pendidikan tinggi mana pun untuk mendapatkan gelar akademik apapun

2) Skripsi ini adalah benar-benar hasil karya saya secara mandiri dan bukan merupakan plagiasi atas karya orang lain

3) Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini sebagai hasil plagiasi, saya akan bersedia menanggung segala konsekuensi hukum yang terjadi.

Surabaya, 28 Januari 2015 Yang Menyatakan,

Lia Nurvita Anggraini NIM. B01210030


(3)

ii Skripsi oleh :

Nama : Lia Nurvita Anggraini

NIM : B01210030

Fak/Jur : Dakwah dan Komunikasi/KPI

Judul : ANALISIS SEMIOTIK STRATEGI DAKWAK KH. HASYIM

ASY’ARI DALAM FILM “SANG KIAI

Ini telah diperiksa akan disetujui untuk diujikan.

Surabaya, 28 Januari 2015 Pembimbing,

Wahyu Ilaihi, MA NIP: 19780402 200801 2 026


(4)

iv

Mengesahkan, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Dekan,

Dr. Hj. Suhartini, M.Si NIP: 19580113 198203 2 001

Tim Penguji Ketua, Wahyu Ilaihi, MA NIP: 19780402 200801 2 026

Sekretaris,

H. Fahrur Razi, S.Ag, M.Hi NIP. 19690612 200604 1 018

Penguji I,

Lukman Hakim, S.Ag, M.Si, MA NIP. 19730821 200501 1 004

Penguji II,

Dr. Agoes Moh. Moefad, SH, M.Si NIP. 19700825 200501 1 004


(5)

vi

Segala puji bagi Allah dan Rasulnya, ku bersyukur atas segala kemudahan yang Allah berikan dalam setiap kehidupan, tidak terkecuali bersyukur atas

terselesainya tugas akhir studi SI di UIN Sunan Ampel Surabaya. Ku persembahkan karya ini teruntuk Ibunda tercinta, yang selama ini selalu

memberi motivasi dan doa, dan yang telah memberikan pendidikan sebagai warisan terbesar dalam hidupku, berserta ayahanda yang sudah bekerja keras

dan berdoa untuk kesuksesan anaknya. Semoga kesehatan dan kebahagiaan selalu menyertainya.

Tidak lupa kupersembahkan teruntuk adikku tersayang yang tangguh, rajin dan cerewet Shofiatul Zahro’ jangan pernah terlintas give up untuk terus melangkah

ke depan.

Dan kepada Bapak dan Ibu Dosen yang selama ini mendidikku, khususnya bagi Dosen Pembimbing, Ibu Wahyu Ilaihi, MA. Yang begitu sabar dan telaten untuk

selalu mendidik dan membimbingku.

Kepada keluarga besar KH. Husen Rifa’i di PP. Jabal Noer Geluran-Taman-Sidoarjo, dan keluarga besar KH. Imam Chambali di PPM. Al-Jihad Surabaya,

yang selalu memberikan ilmu dan doa selama ini, karena dengan nasehat dari beliau-beliau saya bisa bertahan hidup jauh dari keluarga dan bertanggung

jawab atas kewajiban. Terima kasih tak terkira teruntuk guru-guruku. Dan kepada teman-teman pondok Al-Jihad seperjuangan di kamar Siti Masyitoh,

Nurul Hidayati, Siti Nurjannah, Kunti Fadhila, Ulifatul Badriah, Munirotul Fitriah, teman-teman kamar Ummi Kulsum yang rempong, mbk Athur, mbk Vika, Nanda, Khoir, Dewi, Ifadah, Azizah, Sasa, Wahida, Ofi, Titik, Nia, Ilvin, Fira, Ifa,

sahabat saya Liana Nur Sa’adah dan Fenni Damayanti, kalian semua selalu mendorong dan menyemangati agar selalu maju dan tidak berputus asa, dan selalu saling mengingatkan dalam kebaikan. Sukses bersama-sama untuk kita

semua. Aamiin.

Kepada teman-teman KPI, KKN, Alumni PP. Jabal Noer yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu terimakasih banyak atas saran, motivasi, dan pengalaman

yang telah kalian berikan kepadaku. Semoga sukses juga buat kalian semua. Aamiin.


(6)

(7)

vii

LIA Nurvita Anggraini, NIM, B01210030, 2015, ANALISIS SEMIOTIK, STRATEGI DAKWAH KH. HASIM ASY’ARI DALAM FILM “SANG KIAI”. Skripsi Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. Kata Kunci: Semiotik, Film, Strategi Dakwah, KH. Hasyim Asy’ari

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah (1) Apa saja strategi dakwah yang digunakan KH. Hasyim Asy’ari dalam film “Sang Kiai” (2) Bagaimana strategi dakwah KH. Hasyim Asy’ari dalam film “Sang Kiai”. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui apa saja strategi dakwah yang digunakan KH. Hasyim Asy’ari dalam film “Sang Kiai” dan mengetahui bagaimana strategi dakwah KH. Hasyim Asy’ari dalam film “Sang Kiai” berdasarkan teori analisis semiotik model Charles Sander Pierce.

Untuk mengidentifikasi persoalan tersebut secara mendalam dan menyeluruh, dalam penelitian ini digunakan metode kualitatf non kancah. Kemudian data yang diperoleh, peneliti melakukan observasi dan dokumentasi. Data kemudian dianalisis menggunakan analisis semiotik model Charles Sander Pierce.

Adapun hasil dari penelitian ini yaitu strategi dakwah yang digunakan KH. Hasyim Asy’ari dalam film “Sang Kiai” adalah strategi sentimentil, strategi rasional, strategi ta’lim dan strategi indrawi. KH. Hasyim Asy’ari menggunakan strategi sentimentil ketika ia menerima santri baru yang tidak memiliki hasil bumi. Strategi indrawi digunakan ketika KH. Hasyim Asy’ari ikut serta menanam dan memanen padi disawahnya bersama para petani dan ketika KH. Hasyim Asy’ari meninggalkan ancaman Jepang untuk menunaikan ibadah sholat.Strategi rasional digunakan ketika KH. Hasyim Asy’ari memberi penanaman aqidah kepada anak-anaknya dan digunakan ketika menghadapi tentara Jepang. Strategi ta’lim digunakan ketika KH. Hasyim Asy’ari menanyai para santri yang tidak mengikuti sholat jama’ah setelah pengajian, ketika Bung Tomo menemuinya dan ketika KH. Hasyim Asy’ari memberi penanaman pembentukan karakter kepada anak-anaknya sebelum bergabung melawan sekutu.


(8)

x

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Konseptual ... 7

F. Sistematika Pembahasan ... 9

BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kajian Pustaka ... 11

1. Strategi Dakwah ... 11

2. KH. Hasyim Asy’ari ... 18

3. Film Sebagai Media Dakwah ... 21


(9)

xi

C. Tahapan Penelitian ... 40

BAB IV : PENYAJIAN DAN TEMUAN PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 43

1. Seputar Profil Rapi Film ... 43

2. Synopsis Film Sang Kiai ... 47

3. Sekilas Profil Pemain Film Sang Kiai ... 50

B. Analisis Data ... 54

1. Keberpihakan Kepada Kaum Dhu’afa ... 54

2. Internalisasi Agama Dalam Kehidupan Sehari-hari ... 59

3. Nasionalisme ... 66

C. Relevansi Teoritis dengan Ilmu Dakwah. ... 83

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87 DAFTAR PUSTAKA


(10)

1

A. Latar Belakang

Setiap agama yang timbul di kehidupan manusia di dunia dapat dipastikan mempunyai tujuan untuk menyebarkan ajaran kebenaran kepada seluruh umat manusia. Agama islam sendiri dalam penyebaran syari’at islam telah ada sejak diutusnya Nabi Muhammad SAW dan usaha untuk menyebarkan kebenaran agama yang diyakini datang dari Tuhan dan menganutnya dianggap sebagai suatu tugas suci dan pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa yang disebut dakwah. Sebagaimana hadits nabi:


(11)

tantangan dan tuntutan dakwah, komunikasi dakwah terus menerus mengikuti perkembangan peradaban manusia.

Semakin tepat dan efektif media yang dipakai semakin efektif pula upaya pemahaman ajaran Islam pada komunikan dakwah, untuk mencapai maksimalitas dari tujuan dakwah.2 Untuk menyampaikan dakwah pada saat

ini tidak hanya dapat dilakukan melalui TV, Radio, Surat Cetak, maupun internet. Namun Film bioskop juga tepat untuk dijadikan proses dalam menyampaikan pesan dakwah.

Film merupakan salah satu media dakwah yang efisien karena menampilkan unsur gambar (visual) dan suara (audio) secara bersamaan pada saat mengkomunikasikan pesan dan informasi. Penggunaan media modern seperti media film sudah selayaknya digunakan bagi aktifis dakwah, agar dakwah dapat diterima oleh publik secara komprehensif.3

Perkembangan film religi di Indonesia mulai bangkit sejak adanya film Ayat-Ayat Cinta pada tahun 2008, kemudian film Ketika Cinta Bertasbih. Selanjutnya adalah film Emak Ingin Naik Haji, film Perempuan Berkalung Sorban, film Do’a yang Mengancam, film Kun Fayakun, film Sang Pencerah dan juga film Sang Kyai.

Film Sang Kyai, merupakan film Indonesia terbaru di tahun 2013. Film ini telah diputar perdana pada tanggal 30 Mei 2013, di bioskop seluruh Indonesia. Film yang disutradari oleh Rako Projanto ini menampilkan karya

2Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2010), h.105


(12)

yang komplek dimana film terbaru ini di lengkapi dengan unsur drama, perang dan dakwah.

Film yang mengangkat kehidupan KH Hasyim Asy'ari dinobatkan sebagai film terbaik Festival Film Indonesia 2013. Hal itu diumumkan di malam anugerah FFI 2013 yang digelar di Marina Convention Center, Semarang.4

Film tersebut berhasil unggul dari "5 Cm", "Belenggu", "Habibie & Ainun" serta "Laura & Marsha". Penghargaan ini sekaligus menempatkan "Sang Kiai" membawa piala citra terbanyak di ajang tersebut. Sebelumnya "Sang Kiai" juga mendapat penghargaan untuk kategori Sutradara Terbaik.5

Secara umum Film Sang Kiai ini bercerita tentang perjalanan perjuangan umat islam tatkala melawan penjajah dan mempertahankan kemerdekaan NKRI.Sebuah perjuangan revolusiner agama dan bangsa, K.H. Hasyim Asy’ari. Pada tahun 1942, Jepang untuk pertama kalinya mendarat di Banten dan melakukan ekspansi ke Indonesia. Keadaan beberapa daerah di Jawa Timur sempat tidak kondusif. Di pesantren Tebuireng, K.H. Hasyim Asy’ari dan para santrinya mendiskusikan masalah terkait ekspansi yang akan dilakukan oleh Jepang hingga ke pesantren Tebuireng atau tidak.

Selang beberapa hari kemudian, tentara Jepang mengobrak-abrik pesantren Tebuireng dan melakukan penahanan terhadap K.H. Hasyim Asy’ari. Jepang menuduh K.H. Hsyim Asy’ari terlibat dalam cukir (kerusuhan pabrik gula). Keadaan ini membuat kericuhan di pesantren

4http://www.republika.co.id/berita/video/umat/13/12/11/mxn0fc-film-sang-kiai-terbaik


(13)

Tebuireng dan menimbulkan reaksi dari para putra beliau K.H. Wahid Hasyim, Karim Hasyim, dan Yusuf Hasyim serta para santri yang ada di Tebuireng seperti Baidlowi (menantunya), Kang Solichin, orang kepercayaan, serta tiga santri mudanya, Harun, Hamid dan Abdi.

Harun dan Hamid menyusul ketempat Sang Kiai (KH. Hasyim Asy’ari) ditahan. Di tengah perjalanan ketika mengintai, sewaktu dikejar tentara Jepang Hamid ditembak dari belakang oleh tentara Jepang, karena mengaku sebagai santri Tebuireng. Harun yang melihat hal tersebut langsung menggotong jasad temannya dan membawa ke Tebuireng. Suasana menjadi panas. Pada pagi hari, para santri Tebuireng berontak dengan menggedor-gedor pagar tempat Sang Kiai ditahan.

Usaha untuk membebaskan K.H. Hasyim Asy’ari terus dilakukan K.H. Wahid Hasyim bersama KH. Wahab Hasbullah meminta agar Sang Kiai dibebaskan. Tapi upayanya tidak diindahkan oleh Kepala Kempetei Jepang. Saat santri Tebuireng dan K.H. Wahid Hasyim menuju tempat ditahannya K.H. Hasyim Asy’ari, tentara Jepang terus menyiksa K.H. Hasyim Asy’ari dengan menyambuk tangan beliau. Hingga akhirnya K.H. Wahid Hasyim memilih cara yang lebih halus untuk melunakkan Jepang. Sayangnya hal tersebut membuat K.H. Hasyim Asy’ari dipindah penjara hingga tiga kali, yakni mulai dari daerah Jombang, Mojokerto hingga Bubutan Surabaya.

Harun mengajak istrinya untuk keluar dari Tebuireng, karena rasa kecewanya terhadap sang kyai. Namun, Sri enggan untuk pergi karena banyak sekali jasa yang dilakukan K.H. Hasyim Asy’ari dan keluarga


(14)

terhadap Harun dan Sri. Disisi lain ia teringat akan pesan Bu Nyai Masduro “Perempuan itu ibarat pakaian bagi laki-laki, menghangatkan di musim hujan dan meneduhkan di musim kemarau”. “Mas, terkadang mata itu bisa menyesatkan apa yang kita lihat”. Tapi hal tersebut tidak digubris oleh Harun, dan keputusannya meninggalkan pesantren Tebuireng pun dijalaninya.

Jepang mulai mengalami kalah perang, tapi mengembalikan kedaulatan kepada Sekutu. Utusan Presiden Soekarno menghadap K.H. Hasyim Asy’ari. Pesan Presiden Soekarno itu soal hukumnya membela tanah air. Terjadilah resolusi jihad di Surabaya. Para santri bersiap untuk berjihad. Pada titik ini, Harun mulai terbuka matanya. Peristiwa matinya Mallaby ini adalah awal perang dahsyat 10 November 1945 yang melibatkan rakyat, berbagai barisan pemuda serta Laskar Hizbullah bentukan K.H. Hasyim Asy’ari yang terdiri dari para santri.

Berdasarkan penjelasan diatas kita bisa memahami bahwa sosok KH. Hasyim Asy’ari sebagai tokoh agama yang mampu memberikan pengaruh besar terhadap tokoh-tokoh seperti Bung Tomo, anak-anaknya dan para santri dalam memperjuangkan kemerdekaan. Hal itu tidak terlepas dari peran beliau dalam berdakwah. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian “Analisis Semiotik, Strategi KH. Hasyim Asy’ari dalam Film “Sang Kiai””.


(15)

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini kami akan mencari:

1. Apa saja strategi dakwah yang digunakan KH. Hasyim Asy’ari dalam film “Sang Kiai”?

2. Bagaimana strategi dakwah KH. Hasyim Asy’ari dalam film “Sang Kiai”?

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan materi dan rumusan yang telah dipaparkan diatas maka penulis melakukan penelitian dengan tujuan:

1. Untuk mengetahui apa saja strategi dakwah yang digunakan KH. Hasyim Asy’ari dalam film “Sang Kiai”?

2. Untuk mengetahui bagaimana strategi dakwah yang digunakan KH. Hasyim Asy’ari dalam film “Sang Kiai”?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Secara Teoritis

a. Hasil dari penelitian dapat memberikan konstribusi berupa ilmu pengetahuan dan pemikiran baru terhadap perkembangan keilmuan dibidang komunikasi khususnya pada prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)

b. Hasil penelitian ini setidaknya dapat menjadi khasanah pengembangan media dakwah melalui film bagi prodi Komunikasi


(16)

dan Penyiaran Islam (KPI) khususnya pada konsentrasi Radio dan Televisi Dakwah (RTV)

2. Manfaat Secara Praktis

a. Memberikan pengetahuan kepada kaum muslim tentang strategi dakwah yang disampaikan dalam film.

b. Memperluas ajaran agama islam dengan cara berdakwah melalui film.

c. Peneltian ini bisa dijadikan tambahan keilmuan dan pengembangan bagi Fakultas Dakwah dan Komunikasi khususnya prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).

E. Definisi Konseptual

Untuk memperoleh pemahaman mengenai penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskan definisi pokok dan teori-teori yang dikembangkan sesuai dengan judul, untuk menghindari salah pemahaman atau ketumpang tindihan makna dalam masalah penelitian ini. Maka peneliti akan menguraikan sebagai berikut:

1. Analisis Semiotik

Pengertian semiotik secara terminologis merupakan ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Dalam kajian ilmu komunikasi semiotik sering digunakan dalam penelitian pemberitaan di media massa, komunikasi


(17)

periklanan, tanda-tanda non-verbal, film, komik kartun dan sastra sampai kepada musik.

Dari penjelasan diatas, dapat kita pahami bahwa analisis semiotik adalah upaya untuk mempelajari linguistik bahasa dan lebih luas dari hal tersebut adalah semua perilaku manusia yang mengandung mkna atau fungsi sebagai tanda. Bahasa merupakan bagian dari obyek yang dikaji dalam semiologi.

Selain bahasa yang merupakan representasi terhadap obyek tertentu. Pemikiran tertentu atau makna tertentu, obyek semiotika juga mempelajari pada masalah-masalah linguistik.

Dalam kajian penelitian ini penulis menggunakan analisis semiotik untuk mengkaji film dalam hal adegan, pemikiran dan simbol lainnya yang berkenaan dengan strategi dakwah sang tokoh dalam hal ini adalah KH. Hasyim Asy’ari.

2. Strategi Dakwah

Dalam kamus umum bahasa indonesia "strategi" berarti: akal (tipu muslihat) untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan kata strategi itu sendiri berasal dari bahasa inggris "strategy" yang artinya siasat. Selanjutnya Anwar Arifin memberikan pengertian bahwa suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan, guna mencapai tujuan.6


(18)

Strategi dakwah artinya metode, siasat, taktik yang digunakan dalam aktifitas (kegiatan) dakwah.7

Film merupakan salah satu media dakwah. Strategi dakwah dalam film dimaksudkan bagaimana seorang tokoh enggunakan strategi dakwah dalam menampaikan pesan, tindakan atau pikirannya. Sehingga tujuan dari dakwahnya bisa tercapai.

3. Film Sang Kiai

Sang Kiai adalah film dramaIndonesia tahun 2013 yang mengangkat kisah seorang pejuang kemerdekaan sekaligus salah satu pendiri Nahdlatul Ulama dari Jombang, Jawa Timur yakni Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari. Film ini dibintangi oleh Ikranagara, Christine Hakim, Agus Kuncoro, Adipati Dolken.

Film ini terpilih sebagai wakil Indonesia untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik dalam Academy Awards ke-86.

Berkat kemenangannya dalam Festival Film Indonesia 2013 untuk kategori Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Pemeran Pendukung Pria Terbaik dan Tata Suara Terbaik, film ini dipertontonkan kembali kepada khalayak ramai di layar lebar pada 9 Januari 2014.8

F. Sistematika Pembahasan

BAB I: PENDAHULUAN. Berisi tentang latar belakang masalah

yang membantu pembaca untuk memahami penelitian tentang “Bagaimana

7 Syukir Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya, Al-Iklas, 1983), h. 32


(19)

Strategi Dawah KH. Hasyim Asy’ari dalam Film “Sang Kiai””. Selain itu bab ini dilengkapi dengan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konseptual dan Sistematika Pembahasan.

BAB II: KERANGKA TEORITIK. Berisi kerangka teoritik

mengenai penyampaian dakwah melalui media film, meliputi tiga sub bab, yaitu kajian pustaka, kajian teoritik dan penelitian terdahulu yang relevan.

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menjelaskan

secara rinci dan operasional tentang metode dan teknik yang akan digunakan dalam mengkaji subyek penelitian yaitu meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, jenis dan sumber data, unit analisis, tahapan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV: PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. Berisi penyajian

dan analisis data dari bab-bab sebelumnya, yang memuat tentang deskripsi obyek penelitian, penyajian data, analisis data, serta pembahasan.

BAB V: PENUTUP. Bab ini merupakan bab terakhir pada penulisan


(20)

11 A. Kajian Pustaka

1. Strategi Dakwah

a. Pengertian Strategi Dakwah

Strategi pada dasarnya adalah penentuan cara yang harus dilakukan agar mungkin memperoleh hasil yang optimal, efektif, dan dalam jangka waktu yang relatif singkat, serta tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.1

Setiap kegiatan apapun tidak akan mencapai kesuksesan yang maksimal tanpa didorong oleh strategi yang matang. Kegiatan dengan strategi yang matang pun kadang-kadang terjadi kegagalan yang berakhir dengan tujuan tak tercapai. Apalagi tanpa perencanaan sebuah strategi, bisa dibayangkan apa yang nantinya akan terjadi. Itulah sebabnya mengapa strategi perlu disebar luaskan penjelasannya, agar semua orang mengenal apa itu strategi dan apa manfaatnya.

Berikut pendapat tentang strategi dakwah: a) Ali Aziz

Strategi dakwah adalah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan

1 H Malayu S.P Hasibunan, Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah (Jakarta: Bumi


(21)

dakwah tertentu, yang artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi perlu dirumuskan tujuan yang jelas serta dapat diukur keberhasilannya.2

b) Asmuni Syukir

Strategi dakwah artinya siasat atau taktik, yang dipergunakan dalam aktivitas dakwah yang harus memperhatikan beberapa dari azas-azas dakwah.3

c) Purnomo Setiawan Hari

Kata strategi itu sebenarnya berasal dari bahasa Yunani “Strategos” kata itu diambil dari kata stratus yang berarti militer dan Ag yang berarti memimpin. Jadi strategi dalam konteks awalnya ini diartikan sebagai generalship yang artinya sesuatu yang dikerjakan oleh para jendral dalam membuat rencana untuk menakhlukkan musuh dan memenangkan peperangan.4

d) Halim

Strategi adalah sebuah seni dalam menentukan rancangan untuk membangun sebuah perjuangan (pergerakan)

2 Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana. 2004, h. 349

3 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), h. 32

4 Setiawan Hari Purnomo, Management Strategi: Sebuah Konsep Pengantar (Jakarta:


(22)

yang dapat dijadikan siasat yang biasanya lahir dari pemkiran, penelitian dan pengalaman seseorang untuk mencapai tujuan.5

e) Napa J. Awat

Yang dimaksud dengan strategi adalah suatu kesatuan rencana yang komprenship dan terpadu yang menghubungkan kondisi internal organisasi dengan situasi lingkungan eksternal agar tujuan organisasi dapat tercapai.6

Dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi dakwah membutuhkan penyesuaian yang tepat, yakni dengan memperkecil kelemahan dan ancaman serta memperbesar keunggulan dan peluang, karena strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas serta dapat diukur keberhasilannya.

Dalam konteks perubahan dan perkembangan sosial yang seringkali keluar dari nilai dan moralitas agama. Sajian dan pencapaian dakwah memerlukan penanganan dan perencanaan yang strategis. Karenanya proses dan aktifitas dakwah yang dipahami sebagai rekayasa sosial untuk merubah tata pikir dan tata kehidupan masyarakat menjadi lebih baik.

Meskipun dakwah mengajak kepada kebenaran, tetapi apabila tidak dirancang dan dikelola dengan baik maka ia akan

5 A. Halim, Strategi Dakwah Yang Terabaikan, dalam jurnal Ilmu Dakwah (Surabaya:

Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, 2002), h. 43

6 Napa J. Ajwat, Manajemen Strategi: Suatu Pendekatan Sistem (Yogyakarta: Liberty,


(23)

dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir dengan baik. Pilihan strategi dalam proses dakwah merupakan salah satu dari pilar-pilar utama keberhasilan dakwah.

b. Macam-Macam Strategi Dakwah

Al-Bayanuni mendefinisikan strategi dakwah sebagai berikut:


(24)

ini diterapkan oleh Rasulullah SAW, saat menghadapi kaum musyrik makkah. Menekankan aspek kemanusiaan semacam kebersamaan, perhatian kepada fakir miskin, kasih sayang kepada anak yatim dan sebagainya. Ternyata, para pengikut Nabi Muhammad SAW pada masa awal umumnya berasal dari golongan kaum lemah. Dengan strategi ini, kaum lemah merasa dihargai dan kaum mulia merasa dihormati.

b) Strategi Rasional (al-manhaj al-‘aqli)

Strategi rasional adalah dakwah dengan beberapa metode yang memfokuskan pada aspek akal pikiran. Strategi ini mendorong mitra dakwah untuk berpikir, merenungkan dan mengambil pelajaran. Penggunaan hukum logika, diskusi, atau penampilan contoh dan bukti sejarah merupakan dari beberapa metode dari strategi rasional.

Rasulullah SAW menggunakan strategi ini untuk menghadapi argumentasi para pemuka Yahudi. Mereka terkenal dengan kecerdikannya. Kepada mereka, strategi rasional adalah strategi yang paling tepat.

c) Strategi Indrawi (al-manhaj al-hissi)

Strategi indrawi juga dapat dinamakan dengan strategi eksperimen atau strategi ilmiah. Ia didefinisikan sebagai sistem dakwah atau kumpulan metode dakwah yang berorientasi pada pancaindra dan berpegang teguh pada hasil penelitian dan


(25)

percobaan. Metode yang dihimpun oleh strategi ini adalah praktik keagamaan dan keteladanan. Nabi Muhammad SAW mempraktikkan Islam sebagai perwujudan strategi indrawi yang disaksikan oleh sahabat. Para sahabat bisa menyaksikan mukjizat nabi secara langsung, seperti terbelahnya rembulan, bahkan menyaksikan malaikat Jibril dalam bentuk manusia.

Sedangkan strategi dakwah berdasarkan surat al-Baqarah ayat 129 dan 151, ali Imran ayat 164, dan al-Jumu’ah ayat 2 adalah ada tiga:8

a) Strategi Tilawah yaitu strategi yang meminta mitra dakwahnya untuk mendengarkan penjelasan pendakwah atau mitra dakwah diminta membaca sendiri pesan yang ditulis oleh pendakwah. b) Strategi Tazkiyah (menyucikan jiwa) yakni menggunkan aspek

kejiwaan.

c) Strategi Ta’lim yaitu strategi yang hampir sama dengan strategi tilawah namun strategi ta’lim ini lebih bersifat mendalam, dilakukan secara formal dan sistematis. Artinya metode ini hanya dapat diterapkan pada mitra dakwah yang tetap, dengan kurikulum yang telah dirancang, dilakukan secara bertahap, serta memiliki target dan tujuan tertentu. Misalnya nabi mengajarkan Al-Qur’an kepada para sahabat dan akhirnya sahabat hafal dengan Al-Qur’an dan Hadis. Strategi ini

8 http://tihurua.blogspot.com/2012/03/kesempitan-dan-kegelisahan-hidup.html diakses


(26)

memang mebutuhkan waktu yang lebih lama dari strategi lainnya.

c. Asas-Asas Strategi Dakwah

Strategi dakwah artinya sebagai metode, siasat, taktik yang dipergunakan dalam aktivitas dakwah, yang dipergunakan di dalam usaha dakwah.9

Strategi dakwah yang dipergunakan di dalam usaha dakwah harus memperhatikan beberapa azas dakwah antara lain:10

a) Azas Filosofis: azas ini terutama membicarakan masalah yang erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses atau dalam aktifitas dakwah.

b) Azas Kemampuan dan Keahlian Da’i (achievement and professional).

c) Azas Sosiologis: azas ini membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya politik pemerintah setempat, mayoritas agama didaerah setempat, filosofis sasaran dakwah. Sosiokultural sasaran dakwah dan sebagainya.

d) Azas Psychologis: azas ini membahas masalah yang erat hubungannya dengan kejiwaan manusia. Seorang da’i adalah manusia, begitupun sasaran dakwahnya yang memiliki karakter

9 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.

32


(27)

(kejiwaan) yang unik yakni berbeda satu sama lainnya. Apalagi masalah agama, yang merupakan masalah idiologi atau kepercayaan (rakhaniah) tak luput dari masalah-masalah psychologis sebagai azas (dasar) dakwahnya.

e) Azas Efektifias dan Efisiensi: azas ini maksudnya adalah di dalam aktifitas dakwah harus berusaha menseimbangkan antara biaya, waktu maupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya, bahkan kalau bisa waktu, biaya dan tenaga sedikit dapat memperoleh hasil yang maksimal mungkin. Dengan kata lain ekonomis biaya, tenaga dan waktu tapi dapat mencapai hasil yang semaksimal mungkin atau setidak-tidaknya seimbang antara keduanya.

Melihat azas-azas strategi dakwah di atas, seorang da’i perlu sekali memiliki pengetahuan-pengetahuan yang erat hubungnnya dengan azas-azas tersebut.11

2. KH. Hasyim Asy’ari

a. Profil KH. Hasyim Asy’ari

KH. Hasyim Asy’ari lahir di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, pada tanggal 10 April 1875. Meninggal di Jombang, Jawa Timur, pada tanggal 25 Juli 1947 pada umur 72 tahun. (4 Jumadil Awwal 1292 H- 6 Ramadhan 1366 H). Beliau dimakamkan di


(28)

Tebuireng Jombang. KH. Hasyim Asy’ari adalah salah seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama (organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia). Dikalangan Nahdliyin dan ulama pesantren ia dijuluki dengan sebutan "Hadratus Syeikh" yang berarti “maha guru”12

KH. Hasyim Asy'ari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15 tahun, ia berkelana menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan di Sidoarjo.13

Pada tahun 1892, KH. Hasyim Asy'ari pergi menimba ilmu ke Mekah, dan berguru pada Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh Mahfudh at-Tarmisi, Syekh Ahmad Amin Al-Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh Rahmaullah, Syekh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As-Saqqaf, dan Sayyid Husein Al-Habsyi.14

Di Makkah, awalnya KH. Hasyim Asy'ari belajar dibawah bimgingan Syaikh Mafudz dari Termas (Pacitan) yang merupakan ulama dari Indonesia pertama yang mengajar Sahih Bukhori di Makkah. Syaikh Mafudz adalah ahli hadis dan hal ini sangat menarik minat belajar KH.

12 http://id.wikipedia.org/wiki/Hasjim_Asy%27ari diakses pada tanggal 14 juli 2014, jam

11.01 WIB 13 Ibid 14 Ibid


(29)

Hasyim Asy'ari sehingga sekembalinya ke Indonesia pesantren ia sangat terkenal dalam pengajaran ilmu hadist. Ia mendapatkan ijazah langsung dari Syaikh Mafudz untuk mengajar Sahih Bukhari, dimana Syaikh Mahfudz merupakan pewaris terakhir dari pertalian penerima (isnad) hadis dari 23 generasi penerima karya ini. Selain belajar hadis ia juga belajar tassawuf (sufi) dengan mendalami Tarekat Qadiriyah dan Naqsyabandiyah.15

KH. Hasyim Asy'ari juga mempelajari fiqih madzab Syafi'i di bawah asuhan Syaikh Ahmad Katib dari Minangkabau yang juga ahli dalam bidang astronomi (ilmu falak), matematika (ilmu hisab), dan aljabar. Di masa belajar pada Syaikh Ahmad Katib inilah KH. Hasyim Asy'ari mempelajari Tafsir Al-manar karya monumental Muhammad Abduh. Pada prinsipnya ia mengagumi rasionalitas pemikiran Abduh akan tetapi kurang setuju dengan ejekan Abduh terhadap ulama tradisionalis.16

Gurunya yang lain adalah termasuk ulama terkenal dari Banten yang mukim di Makkah yaitu Syaikh Nawawi al-Bantani. Sementara guru yang bukan dari Nusantara antara lain Syaikh Shata dan Syaikh Dagistani yang merupakan ulama terkenal pada masa itu. Pada tahun 1899, sepulangnya dari Mekah, KH. Hasyim Asy'ari mendirikan Pesantren Tebuireng, yang kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad 20.

15 Ibid


(30)

Pada tahun 1926, KH Hasyim Asy'ari menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya Nadhlatul Ulama (NU), yang berarti kebangkitan ulama.17

3. Film Sebagai Media Dakwah

a. Pengertian Film

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, film adalah selaput tipis yang dibuat dari selluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop).18 Sedangkan secara etimologis, film adalah gambar hidup

cerita hidup, sedangkan menurut beberapa pendapat, film adalah susunan gambar yang ada dalam selliloid. Kemudian diputar menurut teknologi proyektor yang sebetulnya telah menawarkan nafas demokrasi, dan bisa ditafsirkan dalam berbagai makna.19

Film adalah sekumpulan gambar-gambar bergerak yang dijadikan satu untuk disajikan kepada penonton (public). Film mempunyai kelebihan bermain pada sisi emosional dan mempunyai pengaruh yang lebih tajam untuk memainkan emosi pemirsa, film hadir dalam bentuk penglihatan dan pendengaran inilah penonton dalam melihat langsung nilai-nilai yang terkandung dalam film.20

17 Ibid

18 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 316

19 Gatot Prakoso, Film Pinggiran-Antalogi Film Pendek, Eksperimental & Documenter

FFTV-IKJ dengan YLP (Jakarta: Fatma Perss, 1977), h. 22.

20 Syukriadi Sambas, Komunikasi Penyiaran Islam (Bandung: Benang Merah


(31)

Film dapat dijadikan media dakwah dengan kelebihan sebagai audio visual, keunikan film sebagai wasilah dakwah antara lain:21

1) Secara psikologis penyuguhan secara hidup dan tampak yang dapat berlanjut dengan “Animation” memiliki kecenderungan yang unik dalam keunggulan daya efektifnya terhadap penonton. 2) Media film yang menyuguhkan pesan yang hidup dapat

mengurangi keraguan, apa yang disuguhkan mudah diingat dan mengurangi kelupaan.

b. Jenis-jenis Film

Film dapat dikelompokkan pada jenis film cerita, film berita, film documenter dan film kartun.

a) Film Cerita

Film cerita adalah film yang menyajikan kepada publik sebuah cerita. Sebagai cerita harus mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa manusia. Film yang bersifat auditif visual, yang dapat disajikan kepada publik dalam bentuk gambar yang dapat dilihat dengan suara yang dapat didengar, dan yang merupakan suatu hidangan yang sudah masak untuk dinikmati, sungguh merupakan suatu medium yang bagus untuk mengolah unsur-unsur tadi.22

21 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana, 2004), h. 153

22 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori Dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra


(32)

b) Film Berita

Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (newsvalue). Kriteria berita itu adalah penting dan menarik. Yang terpenting dalam film berita adalah peristiwanya terekam secara utuh.

Film berita sudah tua usianya, lebih tua dari film cerita. Bahkan film cerita yang pertama-tama dipertunjukkan kepada publik kebanyakan berdasarkan film berita.23

c) Film Dokumenter

Film documenter (documnetary film) didefinisikan oleh Robert Flaherty sebagai “karya ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of actuality)”. Berbeda dengan film berita yang merupakan kenyataan, maka film dokumenter merupakan hasil interpretasi pribadi (pembuatnya) mengenai kenyataan tersebut.

Raymond Spottiswoode dalam bukunya A Grammar of the film menyatakan: “Film Dokumenter dilihat dari segi subjek dan pendekatannya adalah penyajian hubungan manusia yang didramatisir dengan kehidupan kelembagaannya, baik lembaga industri, sosial, maupun politik dan dilihat dari segi teknik

23 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori Dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra


(33)

merupakan bentuk yang kurang penting dibandingkan dengan isinya.24

d) Film Kartun

Film kartun (cartoon film) dibuat untuk dikonsumsi anak-anak. Tujuan utama dari flm kartun adalah untuk menghibur. Walaupun tujuan utamanya untuk menghibur, tapi terdapat pula film-film kartun yang mengandung unsur-unsur pendidikan didalamnya.25

Timbulnya gagasan untuk menciptakan film kartun ini adalah dari para seniman pelukis. Ditemukannya sinematografi telah menimbulkan gagasan kepada mereka untuk menghidupkan gambar-gambar yang mereka lukis. Titik berat pembuatan film kartun adalah seni lukis. Dan setiap lukisan memerlukan ketelitian. Satu per satu dilukis dengan seksama untuk kemudian dipotret satu per satu pula. Film kartun tidak dilukis oleh satu orang tetapi oleh pelukis-pelukis dalam jumlah banyak.26

c. Perkembangan Dakwah Melalui Film

Perkembangan tekhnologi membawa perubahan besar terhadap peradaban manusia. Dengan semakin majunya tekhnologi informasi membuat bumi menjadi sangat sempit. Hasil kemajuan

24 Ibid, h. 215

25 Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa, Suatu Pengantar

(Bandung: Simbiosa Rekatama Media) h. 138

26 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori Dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra


(34)

dibidang ini berdampak pada derasnya arus informasi yang tak mengenal batas ruang dan waktu. Derasnya arus informasi ini didukung oleh berbagai media sebagai corong penyampai pesan baik itu komunikasi yang bersifat massa maupun pribadi. Film merupakan media komunikasi yang efektif dalam mengkomunikasikan nilai-nilai kepada masyarakat sehingga prilaku penonton dapat berubah mengikuti apa yang disaksikannya dalam berbagai film yang disaksikannya. Melihat hal demikian film sangat memungkinkan sekali media film digunakan sebagai sarana penyampai syiar Islam kepada masyarakat luas.27

Film sebagai salah satu media komunikasi, tentunya memiliki pesan yang akan disampaikan. Maka isi pesan dalam film merupakan dimensi isi, sedangkan Film sebagai alat (media) berposisi sebagai dimensi hubungan. Dalam hal ini, pengaruh suatu pesan akan berbeda bila disajikan dengan media yan berbeda. Misalnya, suatu cerita yang penuh dengan kekerasan dan seksualisme yang disajikan oleh media audio-visual (Film dan Televisi) boleh jadi menimbulkan pengaruh yang jauh lebih hebat, misalnya dalam bentuk peniruan oleh anak-anak atau remaja yang disebabkan oleh tontonan sebuah film, bila dibanding dengan penyajian cerita yang sama lewat majalah dan radio, karena film memiliki sifat audio visual-visual,sedangkan majalah mempunyai sifat visual saja dan radio mempunyai sifat audio

27 http://hilwanisari.wordpress.com/2012/01/04/film-sebagai-media-dakwah/ diakses pada


(35)

saja. Berkenaan dengan ini, tidaklah mengejutkan bila Marshall Mcluhan mengatakan The medium is the message.28

Film sebagai salah satu produk kemajuan teknologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap arus komunikasi yang terjadi ditengah-tengah masyarakat. Bila dilihat lebih jauh film bukan hanya sekedar tontonan atau hiburan belaka, melainkan sebagai suatu media komunikasi yang efektif. Melalui film kita dapat mengekspresikan seni dan kreativitas sekaligus mengkomunikasikan nilai-nilai ataupun kebudayaan dari berbagai kondisi masyarakat. Dengan demikian melalui film bisa disampaikan identitas suatu bangsa. Layaknya sebuah pemandangan, Film tidak hanya sebagai tontonan belaka. Akan tetapi dalam film terkandung pesona dan kehebatan melalui cerita-cerita yang sangat lokal, para pembuat film yang tahu kehidupan, mengerti masyarakatnya, bisa menyampaikan pesan-pesan universal untuk seluruh umat manusia. Film tidak mengenal batasan geografis, yang memang dibuat orang bukan untuk kepentingan politik. Bahasa film cuma satu, bahasa umat manusia.29 Film-film yang baik, tentunya akan memberikan pengalaman batin dan pengalaman audio visual baru mengenai sebuah masyarakat, suatu kebudayaan, yang unik dan sering tak terduga bagi orang yang menontonya. Film merupakan media komunikasi yang efektif dalam mengkomunikasikan nilai-nilai kepada masyarakat sehingga prilaku

28 Ibid 29 Ibid


(36)

penonton dapat berubah mengikuti apa yang disaksikannya dalam berbagai film yang disaksikannya. Melihat hal demikian film sangat memungkinkan sekali digunakan ssebagai sarana penyampai syiar Islam kepada masyarakat luas. Dalam penyampaian pesan melalui Film terjadi proses yang berdampak signifikan bagi para penontonnya. Ketika menonton sebuah film, terjadi identifikasi psikologis dari diri penonton terhadap apa yang disaksikannya. Penonton memahami dan merasakan seperti apa yang dialami salah satu pemeran. Pesan-pesan yang termuat dalam sejumlah adegan film akan membekas dalam jiwa penonton, sehingga pada akhirnya pesan-pesan itu membentuk karakter penonton. Seperti apa yang diungkapkan Asep Kusnawan (2004) yang mengutip Onong Uchayana E (2000), film merupakan medium komunikasi yang ampuh, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Dengan demikian lebih jauh film diharapkan dapat memperbaiki kondisi masyarakat melalui pesan-pesan yang disampaikannya.30

Keberhasilan dakwah melalui media televisi tidak hanya tergantung kepada kelebihan-kelebihan yang dimiliki media. Akan tetapi sangat tergantung pula pada orang yang mempergunakan media ini yang hal ini sejalan dengan istilah The Man Behind The Gun. Sehingga bagaimanapun canggihnya sebuah karya teknologi termasuk televisi, akan tetapi apabila orang yang ingin memanfaatkan peralatan

30 Ibid


(37)

itu ternyata tidak mampu mengoperasionalkannya, maka peralatan itu tidak akan ada gunanya. Demikian juga bagi seorang da’i yang ingin memanfaatkan media televisi untuk berdakwah, ia dituntut untuk memahami betul bagaimana penggunaan media ini, termasuk di dalamnya penentuan metode dan teknik dakwahnya. Karena tanpa adanya metode dan teknik dakwah yang tepat dalam mempergunakan media televisi, justru hanya akan membuang tenaga dan biaya, serta juga akan menambah jauhnya kegiatan dakwah dengan masyarakat. Dari hasil pengamatan penulis, baik melalui literatur yang sudah ada serta pengamatan langsung terhadap perkembangan dakwah melalui media televisi di Indonesia, dengan pendekatan sedikit pengetahuan penulis mengenai dasar-dasar produksi program televisi dan metodologi dakwah, kelihatannya ada perkembangan di dalam penggunaan metode dan teknik dakwahnya (secara khususnya tekniknya) yang hal itu juga dipengaruhi oleh perkembangan industri pertelevisian di Indonesia itu sendiri. Untuk lebih mempermudah identifikasi dan klasifikasi metode dan teknik dakwah yang dipergunakan.

d. Peran Film Sebagai Media Dakwah

Televisi sebagai salah satu produk ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK) dalam bidang komunikasi telah hadir ditengah-tengah kehidupan umat manusia. Sebagai sarana informasi televisi dapat dijadikan media dakwah melalui acara-acara yang disajikan


(38)

lewat tayangan-tayangan hiburan, talk shaw, dan film. Dalam tulisan ini akan diketengahkan tentang peran film sebagai sarana untuk menyiarkan dakwah Islamiyah. Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok agar supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai massage yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan. Dengan demikian maka esensi dakwah adalah terletak pada ajakan, dorongan (motivasi), rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran agama dengan penuh kesadaran demi untuk keuntungan pribadinya sendiri bukan untuk kepentingan juru dakwah atau juru penerang.31

Film itu seperti diketahui merupakan salah satu acara yang ditayangkan televisi. Terdapat beberapa pesan moral yang dapat diangkat atau diambil maknanya dari tayangan-tayangan film yang disesuaikan dengan alur atau jalan cerita dari isi film tersebut. Sebab film memberikan peluang untuk terjadinya peniruan apakah itu positif ataupun negatif. Dikarenakan dampak yang ditimbulkan lewat acara-acara film begitu besar maka sungguh pas dan tepat jika proses

31 http://hilwanisari.wordpress.com/2012/01/04/film-sebagai-media-dakwah/ diakses pada


(39)

dakwah pun dilakukan melalui film-film yang bertemakan dakwah. Salah satu film yang memberikan pesan dakwah adalah Kiamat Sudah Dekat, dalam film itu menceriatakan tentang pemuda modern yang funky dan gaul dan jauh dari agama. Ia mencintai seorang gadis muslimah anak Pak Haji. Pada akhir cerita ini pemuda tersebut akhirnya dapat menikahi gadis muslimah tersebut dengan persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh orang tuanya yang pada akhirnya membuat pemuda itu menjadi sadar dan taat beribadah.32

Kiamat Sudah Dekat” bukan satu-satunya film televisi yang mengandung unsur dakwah, sebagaimana film-film yang lainnya. Bahkan bila kita amati masih banyak lagi film-film yang dikonsumsi oleh pemirsa (mad’u) seperti film Rahasia Illahi, Demi Masa, Insyaf, Taubat, dan masih banyak lagi film yang lain yang diwarnai oleh pesan-pesan dakwah Islamiyah. Salah satu fungsi film yang ditayangkan oleh televisi yaitu sebagai alat komunikasi. Sebab komunikasi adalah salah satu faktor yang penting bagi perkembangan hidup manusia sebagai makhluk sosial. Tanpa mengadakan komunikasi individu tidak mungkin dapat berkembang dengan normal dalam lingkungan sosialnya. Oleh karena tak ada manusia individu yang berkembang tanpa komunikasi dengan manusia individu yang lainnya.33

32 Ibid


(40)

Sejak manusia dilahirkan, oleh tuhan diberinya kemampuan-kemampuan dasar untuk berkomunikasi denngan orang lain atau dengan situasi lingkungan dengan menggunakan berbagai macam media yang salah satunya melalui acara-acara yang ditayangkan oleh televisi. Dengan melihat permasalahan di atas maka bisa dikatakan bahwa komunikasi dakwah lewat film bisa mempengaruhi kondisi psikologis pemirsa yang menyaksikannya sehingga dapat menerima ajaran-ajaran Islam. Hal ini sesuai dengan sasaran dakwah yang menjadi tujuan dakwah yaitu ” Amar ma’ruf nahi Munkar“.34

e. Kelebihan dan Kekurangan Film Sebagai Media Dakwah

Film memberikan pengaruh yang besar pada jiwa manusia. Dalam satu proses menonton film, terjadi suatu gejala yang disebut oleh ilmu jiwa sosial sebagai identifikasi psikologis. Ketika proses decoding terjadi, para penontn kerap menyamakan atau meniru seluruh pribadinya dengan peran film. Penonton bukan hanya dapat memahami atau merasakan seperti yang dialami oleh salah satu pemeran, lebih dari itu mereka juga seolah-olah mengalami sendiri adegan-adegan dalam film. Pengaruh film bukan hanya sampai disitu. Pesan-pesan yang termuat dalam film akan membekas dalam jiwa penonton. Lebih jauh pesan itu akan membentuk karakter penonton.35

34 Ibid


(41)

1) Kelebihan Film sebagai media dakwah ini antara lain:36

a) Secara Psikologis, penyuguhan secara hidup dan nampak yang dapat berlanjut dengan animation mempunyai kecenderungan umum yang unik dalam keunggulan daya efektifitasnya terhadap penonton. Banyak hal-hal yang abstrak dan samar-samar serta sulit diterangkan, dapat disuguhkan pada khalayak secara lebih baik dan efisien oleh media film ini.

b) Bahwa media film yang menyuguhkan pesan yang hidup akan mengurangi keraguan apa yang disuguhkan, lebih mudah diingat dan mengurangi kelupaan.

c) Khusus bagi khalayak anak-anak dan sementara kalangan orang dewasa cenderung menerima secara bulat, tanpa lebih banyak mengajukan pertanyaan terhadap seluruh kenyataan situasi yang disuguhkan film.

2) Kekurangan film sebagai media dakwah:

Pakar komunikasi Rogers & Shoemaker menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pesan yang disampaikan dari sumber kepada penerima. Komunikasi yang menyebar melalui media massa akan memiliki dampak vertikal (mengalami taraf internalisasi/penghayatan) apalagi jika para tokoh (opinion-leaders) ikut menebarkannya. Sementara pakar komunikasi lain,

36 Drs. H. Hasan Bisri WD, MA, Ilmu Dakwah, (Surabaya: Biro Penerbitan dan


(42)

Lazarfield menyatakan bahwa jalannya pesan melalui media massa akan sangat mempengaruhi masyarakat penerimanya.37

Dalam aspek kehadirannya terjadinya perubahan penjadwalan kegiatan sehari-hari dalam keluarga muslim dan muslimah. Sebagai contoh adalah, waktu selepas maghrib yang biasanya digunakan anak-anak muslim-muslimah untuk mengaji dan belajar agama berubah dengan menonton acara-acara yang kebanyakan tidak bermanfaat atau bahkan merusak. Sementara bagi para remaja dan orangtua, selepas bekerja atau sekolah dibandingkan datang ke pengajian dan majlis-majlis taklim atau membaca buku, kebanyakan lebih senang menghabiskan waktunya dengan menonton TV. Sebenarnya TV dapat menjadi sarana dakwah yang luar biasa, sesuai dengan teori komunikasi yang menyatakan bahwa media audio-visual memiliki pengaruh yang tertinggi dalam membentuk kepribadian seseorang maupun masyarakat, asal dikemas dan dirancang agar sesuai dengan nilai-nilai yang Islami.38

B. Penelitian Dahulu yang Relevan

Adapun penelitian terdahulu yang dapat dijadikan panduan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

37 http://hilwanisari.wordpress.com/2012/01/04/film-sebagai-media-dakwah/ diakses pada

tanggal 14 juli 2014, jam 10.00 WIB. 38 Ibid


(43)

Sri Utami, 2010, Dakwah Dalam Film Sang Pencerah (Analisis Semiotik Strategi Dakwah Dalam Film Sang Pencerah), Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Dalam skripsi ini penelitian ini menggunakan metode kualitatif non kancah dan menggunakan analisis semiotik Charles Sanders Peirce. Skripsi ini menghasilkan sejauh mana strategi dan model dakwah yang digunakan Ahmad Dahlan dalam film Sang Pencerah.

Adapun persamaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang adalah sama-sama menggunakan metode kualitatif non kancah dan menggunakan analisis semiotik Charles Sanders Peirce dan sama-sama menggunakan media film dalam penelitiannya. Dan perbedaan dari penelitian terdahulu adalah film yang diteliti dan tujuan penelitiannya.39

Maulidia Arianti Yosita, 2013, Tawassul Sebagai Strategi Dakwah KH. Muhammad Hasan Di Pondok Pesantren Baitul Ulum Tempel Gempol Pasuruan. Dalam skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini menyimpulkan, bahwa proses tawassul yang dilakukan oleh KH. Muhammad Hasan adalah membaca fatihah, kemudian dilanjutkan dengan membaca surat Ikhlas, surat Al-Falaq, surat An-Naas, surat Al-Fatihah, Istighfar, Sholawat dan Syahadat.

Persamaan penelitian yang dahulu sama sekarang adalah sama-sama menggunakan strategi dakwah. Dan adapun perbedaannya adalah peneliti

39 Sri Utami, Dakwah Dalam Film Sang Pencerah (Analisis Semiotik Strategi Dakwah

Dalam Film Sang Pencerah), (Surabaya: Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya,2010)


(44)

yang dahulu menggunakan media pondok pesantren sebagai objek penelitiannya dan penelitian yang sekarang menggunakan media film.40

Fitri Munadiro, 2008. Dakwah Islam di JTV (Analisis Semiotik Nama Progam Wak Kaji Show). Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Skripsi ini menggunakan analisis semiotik Roland Barthes. Penelitian ini mengangkat topik tentang makna yang terkandung dalam nama progam wak kaji show, dikarenakan kita sebagai manusia adalah makhluk sosial yang hidup penuh dengan lambang atau symbol.

Adapun perbedannya adalah penelitian yang dahulu menggunakan analisis semiotik Roland Barthes. Sedangkan penelitian yang sekarang menggunakan analisis semiotik Charles Sanders Pierce.41

40 Maulidia Arianti Yosita, Tawassul Sebagai Strategi Dakwah KH. Muhammad Hasan

Di Pondok Pesantren Baitul Ulum Tempel Gempol Pasuruan, (Surabaya: Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya,2013)

1 Fitri Munadiro, Dakwah Islam di JTV (Analisis Semiotik Nama Progam Wak Kaji

Show). (Surabaya: Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya,2008)


(45)

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan jalan keluarnya. Sehingga dengan kata lain, metodelogi ini menjadi pisau bedah bagi penelitian untuk mengupas penelitian, sehingga tercipta hasil karya penelitian yang akurat. Yaitu dengan menggunakan data yang pasti dengan membaca informasi tertulis, berfikir dan melihat objek. Dengan demikian peneliti memaparkan serta menjabarkan secara rinci dan menyeluruh sehingga menghasilkan suatu bentuk data yang menyeluruh.1

Pendekatan dalam penelitan ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, perepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.2

Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

1 Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda, 1989), h.49

2Moleong Lexy, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung, Remaja


(46)

lisan dan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis. Tetapi, perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan. Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Sedangkan dalam bukunya Introduction to Qualitatif yang diterjemahkan oleh Arief Furqon, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menfhasilkan data diskriptif baik ucapan maupun tulisan dan perilaku yang dapat diambil dari orang-orang atau subyek itu sendiri.3 Selain itu peneliti menggunakan model

deskriptif karena peneliti yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginteprestasi.4

Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis teks semiotik karena peneliti memfokuskan pada kajian makna strategi dakwah KH. Hasyim Asy’ari dalam film sang kiai, yang terkait dengan perilaku, perepsi, motivasi, dan tindakan.

Robert Bogdan, Steven J. Taylor, Introduction to Qualitatif Methode, (Surabaya:

Terjemah Arif Furqon, Usaha Nasional, 1992), 21-22.

4MulyanaDedi, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan


(47)

Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis semiotik model Charles Sanders Peirce. Pada semiotik model pierce ini, lebih menekankan pada logika dan filosofi dari tanda-tanda yang ada di masyarakat.5

Yang dimaksud tanda ini sangat luas. Pierce membedakan tanda atas lambang (symbol), ikon (icon), dan indeks (index). Dapat dijelaskan sebagai berikut:6

1. Lambang: suatu tanda dimana hubungan antara tanda dan acuannya

merupakan hubungan yang sudah terbentuk secara konvensional. Lambing ini adalah tanda yang dibentuk karena adanya consensus dari para pengguna tanda.

2. Ikon: suatu tanda yang mana hubungan antara tanda dan acuannya berupa hubungan berupa kemiripan. Jadi, ikon adalah bentuk tanda yang dalam berbagai bentuk menyerupai objek dari tanda tersebut.

3. Indeks: suatu tanda yang mana hubungan tanda dan acuannya timbul

karena adanya kedekatan eksistensi. Jadi indeks adalah suatu tanda yang mempunyai hubungan langsung (kausalitas) dengan objeknya.

Dalam analisis semiotic Charles S. Pierce, Semiotika berasal dari tiga elemen utama, yang disebut Pierce teori segitiga makna atau triangle meaning, yaitu:7

5 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta, kencana, 2009), h. 264

6 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta, kencana, 2009), h. 264


(48)

Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indra manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain diluar tanda itu sendiri. Acuan tanda ini disebut objek. Acuan tanda atau objek adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.

Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Hal yang terpenting dalam pross semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi.

Sesuai dengan pendekatan dan jenis penelitian tersebut, peneliti mencoba menjelaskan atau mengungkap tanda dalam bentuk bahasa dan gambar mengenai Strategi Dakwah KH. Hasyim Asy’ari dalam Film “Sang Kiai”.

Sign

Object

Interprentant


(49)

B. Unit Analisis

Unit analisisnya adalah film Sang Kiai yang di sutradarai oleh Rako Prijanto yang menceritakan tentang perjalanan KH. Hasyim Asy’ari tatkala melawan penjajah dan mempertahankan kemerdekaan NKRI. Dalam film ini dilengkapi dengan unsur drama, perang, dan dakwah. Secara keseluruhan durasi film Sang Kiai adalah 134 menit yang nantinya akan dianalisis dengan menggunakan analisis semiotic model Charles Sanders Peirce.

Pada penelitan ini yang termasuk dalam ruang lingkup penelitiannya adalah shot dan scene yang telah dipilih, hanya shot dan scene yang memiliki muatan strategi dakwah yang dianalisis. Analisis semiotika digunakan pada analisis media dengan asumsi media dikomunikasikan oleh seperangkat tanda, dan film merupakan salah satu fenomena komunikasi yang sarat akan tanda-tanda tersebut. Dalam film pesan yang disampaikan oleh pembuat film atau sutradara belum tentu dapat diterima oleh penonton. Karena dalam film banyak dijumpai tanda-tanda ataupun symbol yang mempunyai makna tersembunyi.

C. Tahapan Penelitian

a. Penjajakan

Tahap ini adalah untuk memperoleh gambaran umum mengenai objek yang akan diteliti, yaitu film Sang Kiai. Langkah yang dilakukan peneliti adalah menyusun rangkaian penelitian, mula-mula peneliti menonton film Sang Kiai, kemudian berusaha memahami strategi


(50)

dakwah di dalamnya, lalu peneliti mengkonsultasikan serta mengusulkan judul skripsi kepada ketua jurusan dan setelah disetujui oleh ketua jurusan, peneliti membuat proposal penelitian dengan diberi pengarahan oleh dosen pembimbing dan dilanjutkan dengan ujian proposal.

b. Mencari dan Menentukan Tema

Tahap ini merupakan orientasi untuk memperoleh gambaran umum mengenai strategi dakwah yang terdapat dalam film Sang Kyai, langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah mencari dan menentukan tema yang sesuai dengan penelitian ini, dan tema yang dipilih adalah kegiatan tentang isi pesan dan bahasa dalam film yaitu strategi dakwah. Disini juga menentukan rumusan masalah peneliti yang hendak dicapai dari penelitian ini hingga pada rasional mengapa topic diputuskan untuk dikaji.

c. Mengumpulkan Data

Dalam tahap ini peneliti akan mengumpulkan data dari video Film Sang Kiai, mengenai shot dan scene yang mengandung strategi dakwah.

d. Tahap analisis data

Tahap ini untuk membedah gambar dan bahasa yang ada kemudian dianalisis menggunakan analisis semiotic model Charles Sanders Peirce. Setelah itu menarik kesimpulan untuk memperoleh arti dan makna dari tanda yang lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian yang dilakukan.


(51)

e. Menarik kesimpulan

Menarik kesimpulan dengan membuat laporan penelitian yang sudah sistematis, disetujui oleh pembimbing penelitian serta dijilid.


(52)

A. Setting Penelitian

1. Seputar Profil Rapi Films

Rapi Films adalah perusahaan produksi film veteran di industri perfilman Indonesia. Mereka sudah bergerak di industri ini selama lebih dari 35 tahun. Sebagai salah satu produser terkemuka di Negara ini, Rapi Films bukan hanya memproduksi film untuk pasar domestik, tetapi selama 15 tahun terakhir ini mereka juga sudah berhasil menembus pasar internasional.1

Rapi Films yang didirikan pada tahun 1968, memulai operasinya dengan mengimport film dari Amerika dan Eropa ke Indonesia. Pada tahun 1971, mereka memulai divisi baru untuk memproduksi film panjang. Sampai dengan hari ini, Rapi Films telah menyelesaikan 95 produksi film panjang dan telah menerima penghargaan Film Terbaik dan Pencapaian Box-Office Tertinggi untuk beberapa film produksi mereka.2

Di antara merebaknya film-film hantu, Rapi Film nekad menggarap film Sang Kyai. Tahun 2012 banyak film Indonesia yang mulai berkualitas. Sebut saja 5cm, Habibie dan Ainun, Brandal-Berandal Ciliwung, Di Timur Matahari, Negeri 5 Menara, Tanah Surga Katanya, Perahu Kertas, The Raid,

1http://www.indonesianfilmcenter.com/pages/filminfo/production.php?comid=763 di

aksespadatanggal 2 juli 2014 jam 9.41

2http://www.indonesianfilmcenter.com/pages/filminfo/production.php?comid=763 di


(53)

Soegija, dan Republik Twitter. Tak termasuk film instan yang dibintangi oleh para hantu seleb. Banyaknya film yang memiliki misi inspiratif ini boleh jadi merupakan tanda kebangkitan perfilman Indonesia.

Film garapan RAPI Film yang berdurasi 136 menit ini menyabet empat Piala Citra, sekaligus dinobatkan sebagai film bioskop terbaik pada Malam Penganugrahan Festifal Film Indonesia (FFI) 2013 yang berlangsung di Marina Convention Centre (MCC) Semarang, pada tanggal 7 Desember 2013 malam. Empat ketegori Piala Citra yang dimenangi “Sang Kiai” produksi PT. Rapi Film, yakni film bioskop terbaik pada tahun 2013, sutradara terbaik, pemeran pendukung pria terbaik dan penata suara terbaik.3

Film merupakan media komunikasi yang mengemas sebuah kejadian dan peristiwa untuk dapat dinikmati sebagai hiburan dan sekaligus pencerahan. Sebagai media penghibur dan sekaligus pencerah (mendidik) sebuah film diproduksi secara serius. Unsur hiburan tak akan berkesan jika tak ada pesan yang mudah dicerna oleh penonton. Film-film serius yang kutulis di atas merupakan contoh bagaimana film dibuat bukan sebagai tontonan hiburan tetapi juga tontonan inspiratif.

Sang Kiai headline Film tentang tokoh panutan bagi bangsa Indonesia termasuk yang penggarapannya serius. Film seperti ini adalah tontonan yang menghibur sekaligus mendidik. Film yang digarap oleh RAPI Film, Sang Kiai adalah film yang mengisahkan perjuangan KH. Hasyim Asy’ari ini diharapkan dapat menggenahkan kaum muda terhadap sosok sang pahlawan.


(54)

Siapa yang tahu kalau beliaulah Kyai Pertama di Indonesia yang menyerukan Jihad kepada para santri, melawan Sekutu hingga pecah perang 10 November 1945.

Film yang disutradarai oleh Rako Priyanto ini melibatkan beberapa aktor antara lain, Ikra Negara sebagai K.H. Hasyim Asy’ari, Christine Hakim sebagai Nyai Kapu, Agus Kuncoro sebagai Wahid Hasyim, Adipati Dolken sebagai Harun, dan Dimas Aditya sebagai Husyein. Syuting film ini dituntaskan di Gedung Joeang 45 Solo, setelah Kediri, Nggondang, Klaten, Magelang, Ambarawa, dan Semarang. Sang Kiai direncanakan tayang pada pertengahan 2013.4

Berikut ini adalah profil singkat seputar film Sang Kiai, serta nama-nama sejumlah orang yang terlibat didalamnya, yakni sebagai berikut:

“Sang Kiai”

4 http://mataharitimoer.com/sang-kyai-di-antara-para-hantu/, diakses pada tanggal 26


(55)

Judul Film : Sang Kiai

Sutradara : Rako Prijanto

Produser : Subagio S. dan Gope T Samtani

Produser Eksekutif : Sunil G Samtani dan Priya NK

Produser Pelaksana : Tutut Kolopaking dan Taufik Kusnandar Penulis Naskah : Anggoro Saronto

Pemain : Ikranagara, Adipati Dolken, Agus Kuncoro

Adi, Dayat Simbaia, Christine Hakim, Boy Permana

Genre : Drama, Sejarah

Produksi : Rapi Films

Tanggal Release : 30 Mei 201

Penata Kamera : Muhammad Firdaus

Penata Artistik : Franz X. R Paat

Editor : Cesa David Luckmansyah

Penata Suara : Khikmawan Santosa, Mohammad Ikhsan, Yusuf Andi Patawari

Penata Musik : Aghi Narottama, Bemby Gusti

Penata Busana : Gemailla Gea

Penata Rias : Gunawan Saragih

Penata Efek : Adam Howarth

Casting : Sanca Khatulistiwa

Supervisi Post Produksi : Andi A Manoppo Original Soundtrack : Ungu (Bila Tiba)


(56)

2. Synopsis Film Sang Kiai

Sang Kiai merupakan sebuah film kolosal produksi Rapi Film yang mengangkat kisah perjuangan ulama karismatik pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, yakni KH. Hasyim Asy'ari (kakek dari KH. Abudrrahman Wahid/Gus Dur). Beliau adalah tokoh kunci dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan pada era 1942-1947. Lewat "Resolusi Jihad", tokoh yang dijuluki Hadratus Syeikh atau Maha Guru ini mengimbau dan mengajak para santri pejuang untuk berjihad fisabilillah melawan penjajah yang kemudian melahirkan peristiwa perang besar yang kita kenal sebagai hari Pahlawan 10 November 1945.

Pada tahun 1942 Jepang melakukan ekspansi ke Indonesia. Di Jawa Timur, beberapa KH dari beberapa pesantren ditangkapi karena melakukan perlawanan. KH Hasyim Asy'ari sebagai pimpinan Pondok Pesantren Tebu Ireng ditangkap karena dianggap menentang Jepang. Penangkapan ini membuat kericuhan di Tebu Ireng, dan menimbulkan reaksi dari para putra beliau; KH Wahid Hasyim, Karim Hasyim dan Yusuf Hasyim serta deretan para santri: Baidlowi (menantu beliau), Kang Solichin, orang kepercayaan, serta tiga santri muda; Harun, Kamid dan Abdi.

Penangkapan itu membuat situasi pesantren kacau. Maisyaroh–lebih kerap disebut Nyai Kapu–istri KH Hasyim Asy'ari, diungsikan ke daerah Denaran. KH Wahid Hasyim bersama Wahab Hasbullah meminta agar KH Hasyim Asy'ari dibebaskan. Kepala Kempetei yang menahan beliau, tidak bersedia membebaskan. Bahkan KH Hasyim Asy'ari dipindah penjara hingga


(57)

tiga kali. Mulai dari penjara Jombang, Mojokerto hingga ke penjara Bubutan Surabaya. KH Wahid Hasyim dan KH Wahab Hasbullah lalu meminta bantuan Abdul Hamid Ono, orang Jepang, kenalan keluarga. Sementara proses berlangsung, KH Wahid Hasyim dan KH Wahab Hasbullah mengadakan pertemuan NU di Jakarta, dengan agenda membebaskan para Kiai. Dalam pertemuan tersebut dicapai kesepakatan jalan damai.

Sepeninggal KH Hasyim Asy'ari, sebagian santri memilih hengkang dari pesantren. Harun dan Kamid yang membuntuti saat KH Hasyim Asy'ari ditangkap, mengalami nasib tragis. Kamid ditembak mati, saat kepergok dengan patroli tentara Jepang. Kematian Kamid dan penangkapan KH Hasyim Asy'ari memunculkan kemarahan dalam diri Harun. Berbeda dengan Abdi yang memilih jalan damai mengikuti langkah KH Wahid Hasyim, Harun memilih ikut para militan dalam mencuri ransum tentara Jepang.

Jepang membebaskan para Kiai, termasuk KH Hasyim Asy'ari. Mereka mempertimbangkan bahwa membebaskan para Kiai agar bisa diajak kerjasama. Jepang bahkan mendudukkan KH Hasyim Asy'ari sebagai ketua Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia). Karena tidak berkedudukan di Jakarta, KH Hasyim Asy'ari melimpahkan wewenang pada KH Wahid Hasyim. Beliau memilih menetap di Tebu Ireng.

Melalui Masyumi Jepang minta rakyat melipatgandakan hasil bumi, bahkan melalui ceramah di masjid. Shumubu (departemen agama) yang dipimpin Husein Djajadingrat dan petinggi Shumubu, Wirohadjono melalui media "Suara Muslimin" meminta Masyumi agar menyitir ayat-ayat dalam


(58)

menggerakkan pengumpulan hasil bumi. Ketegangan antara Masyumi dan Shumubu mulai.

Harun mempertanyakan hal ini pada KH Hasyim Asy'ari. Ia merasa Masyumi berpihak pada Jepang. KH Hasyim Asy'ari menjawab bahwa Masyumi hanya berpihak pada pembesar-pembesar yang adil. Harun kecewa dan keluar dari lingkup pesantren. Abdi yang mengetahui hal itu mencegah. Menurutnya, Harun tidak dapat membaca rencana KH Hasyim Asy'ari. Tapi Harun bersikukuh untuk pergi dari situ.

Jepang kemudian mengukuhkan KH Hasyim Asy'ari sebagai ketua Shumubu sekaligus ketua Masyumi. KH Hasyim Asy'ari menerima jabatan tersebut dengan pertimbangan untuk berjuang lewat dalam. Beliau bisa menolak perintah para santri masuk Heiho, malah terbentuk barisan Hizbullah.

Jepang mulai mengalami kalah perang, tapi mengembalikan kedaulatan kepada Sekutu. Utusan Presiden Soekarno menghadap KH Hasyim Asy'ari. Pesan Presiden Soekarno itu soal hukumnya membela tanah air. Terjadilah Resolusi Jihad di Surabaya. Para Santri bersiap untuk berjihad. Pada titik ini, Harun mulai terbuka matanya. Peristiwa tewasnya Mallaby ini adalah awal perang dahsyat 10 November 1945 yang melibatkan rakyat, berbagai barisan pemuda serta laskar Hizbullah bentukan KH Hasyim Asy'ari yang terdiri dari para santri.5

5 http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-s008-13-020007_sang-kiai#.VMYEUdlUOKE,


(59)

3. Sekilas Profil Pemain Film Sang Kiai

a. Ikranagara

Ia memulai kiprah di dunia kesenian melalui drama dan puisi. Keterlibatannya di dunia film sendiri diakui Ikra karena faktor keisengan belaka. Sekurangnya hingga detik ini sudah sekitar 13 film berhasil ia bintangi. Tidak hanya bermain film, penghargaan pun berhasil diraih, seperti Pemeran Pembantu Pria Terpuji Festival Film Bandung (2009), dan Pemeran Utama Pria Terbaik Indonesian Movie Award (2009).6

Berperan sebagai tokoh pejuang kemerdekaan sekaligus salah satu pendiri Nahdlatul Ulama, KH. Hasyim Asyari, bagi Ikranagara bukan perkara mudah. Meski sudah cukup asam garam di dunia akting, peran yang satu ini membawanya pada pengalaman spiritual. Ketika ia main di Tebuireng tempat KH. Hasyim Asy’ari hidup, disana ia merasa KH. HasyimAsy’ari masih hidup, rohnya masih ada di situ.7

Aktor senior ini rupanya tidak kuat menjadi pemeran utama. Beliau mengaku bisa sakit jantung. Ikra tidak main-main. Sebab, KH Hasyim Asy'ari memang sosok pria kharismatik yang bisa dibilang takpernah mengeluarkan emosinya. Terlepas dari itu semua, Ikra bangga. Sebab, ia melakoni sosok pria yang lebih dari sekadar pahlawan nasional. Setidaknya, ia sudah bekerja

6http://id.wikipedia.org/wiki/Ikranagara, diakses pada tanggal 2 juli 2014, jam 10.21

7


(60)

keras demi perfilman Indonesia. Sehingga, perjuangan Sang Kiai dapat menginspirasi munculnya kiai-kiai yang lain.8

b. Adipati Dolken

Adipati Koesmadji, (lahir di Bandung, 19 Agustus1991) atau dikenal juga sebagai Adipati Dolken adalah aktor dari Indonesia. Adipati Koesmadji mulai dikenal sejak berperan sebagai Virgo dalam sinetron Kepompong yang tayang di SCTV.9

Sepanjang karirnya di dunia layar lebar, actor muda Adipati Dolken mengaku kalau film terbarunya yang berjudul Sang Kiai adalah film terkerennya sampai saat ini. Selain itu, film Sang Kiai juga membangkitkan semangatnya untuk meningkatkan kualitas acting dan terlibat di film yang berkualitas.10

Di film Sang Kiai, Adipati Dolken berperan sebagai salah satu murid kepercayaan KH. Hasyim Asy'ari yang bernama Harun di pondok pesantren Tebu Ireng. Sebagai murid pesantren, Harun memiliki semangat yang membara untuk memperjuangkan kemerdekaan. Terlebih lagi ketika para penjajah menyerang pondok pesantrennya. Film bertema kolosal inilah yang membuat bintang film Perahu Kertas(2012) tersebut merasa ketagihan untuk bisa terlibat di film yang serupa meskipun tantangannya jauh lebih besar.11

8

file:///E:/skripsi%20lia/komposisi/main-di-sang-kyai-ikranagara-bisa-sakit-jantung.htmdiaksespadatanggal 2 juli 2014, jam 10. 30

9http://id.wikipedia.org/wiki/Adipati_Koesmadjidiaksespada 2 juli 2014, jam 10.40

10

http://www.21cineplex.com/m/slowmotion/adipati-dolken-sang-kiai-film-terkeren-saya,3828.htmdiaksespada 2 juli 2014, jam 10.44

11


(61)

c. Aguskuncoro

Agus Kuncoro Adi (lahir di Jakarta, 11 Agustus1972, umur 41 tahun) adalah seorang aktor Indonesia. Agus mengawali debutnya lewat film Saur Sepuh IV, Titisan Darah Biru (1991). Namanya melejit lewat perannya sebagai Azzam dalam sinetron religi Para Pencari Tuhan.12

Agus Kuncoro mendapatkan peran sebagai orang terdekat KH. Hasyim Asyari dalam film Sang Kiai yang diputar pada bulan Mei 2013 lalu. Agus Kuncoro mendapatkan peran sebagai putra Hasyim Asy'ari, yakni ayah dari mendiang Gus Dur.

d. Cristine Hakim

Herlina Christine Natalia Hakim (lahir di Kuala Tungkal, Jambi, 25 Desember1956; umur 57 tahun) atau lebih dikenal dengan nama Christine Hakim adalah salah satu aktris senior dan terkemuka di Indonesia. Meski dilahirkan di Jambi, namun orang tuanya merupakan campuran Minangkabau, Aceh, Banten, Jawa, dan Lebanon. Hal inilah yang menyebabkan Christine kecil sering mempertanyakan identitas dirinya.

Sepanjang kariernya sebagai artis film Indonesia, Christine Hakim dikenal sebagai artis yang memiliki acting sangat bagus. Sehingga telah banyak mendapatkan pujian dan meraih penghargaan piala Citra selama beberapa kali.Karena itulah dia juga kerap dikatakan hanya bermain di


(62)

film yang berkualitas bagus di bawah arahan sutradara-sutradara yang handal.13

e. Dimas Aditya

Dimas Aditia lahir di Jakarta, 7 September 1984 umur 30 tahun adalah aktor Indonesia. Nama dari Dimas Aditya dikenal luas oleh masyarakat Indonesia setelah membintangi film layar lebar Kawin Kontrak bersama dengan Dinda Kanyadewi. Ia merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara pasangan Benny Alimin dan Inriani.

Dalam film pertamanya ini, Dimas akan berperan sebagai Rama salah satu dari 3 anggota The Gank yang tengah menjalankan liburan libidonya untuk melakukan kawin kontrak. Dan difilmnya yang kedua, ia mendapatkan tantangan berperan sebagai Banci di film Drop Out yang bermain bersama Titi Kamal.

Dalam film garapan Rapi Films ini, Dimas memerankan tokoh Husein. Dia adalah seorang penerjemah sekaligus saksi mata perjuangan Hasyim Asy'ari dalam merebut kemerdekaan. Husein bekerja untuk Jepang karena terpaksa.

Dalam film ini adalah pertama kalinya memerankan tokoh sebagai penerjemah. Bagi Dimas peran ini cukup menantang karena harus memerankan tokoh yang terpaksa bekerja untuk Jepang demi bertahan hidup. Ada beban moril,'' kata dia. Dia pun berharap film ini dapat diterima dengan


(1)

85

ke majelis-majelis ta’lim dan sejenisnya. Mereka lebih suka pergi ke mall, nonton bioskop dan belanja.dari situlah media film ini sangat berpengaruh dalam kaitannya dengan dakwah masa kini.

Film adalah bagian dari unsur media dakwah yang mana da’i menyampaikan dakwahnya melalui media dakwah berupa film. Termasuk film-film religi yang mulai digemari di Indonesia Film yang dimainkan oleh Ikranegara dalam film Sang Kiai merupakan film yang bertema dakwah pada tahun 2013. Film bertema dakwah bangkit setelah adanya film Ayat-Ayat Cinta, dan disusul dengan film bertema dakwah dan selalu dilatar belakangi dengan cinta seperti Ketika Cinta Bertasbih, Dalam Mihrab Cinta, Dibawah Lindungan Ka’bah dan yang terakhir ini 99 Cahaya di Langit Eropa dan Assalamu’alaikum Beijing. Berbeda dengan film yang bertema dakwah dan cinta, Sang Kiai hadir dengan tema perjuangan KH. Hasyim Asy’ari dalam berdakwah dan menghadapi para penjajah untuk kemerdekaan Indonesia. Menurut peneliti, film ini memang mampu menarik simpati siapa saja yang menontonnya. Karena film yang bertakjub tentang dakwah, perjuangan dan bahkan cerita percintaan juga terselip disalah satu adegan film.


(2)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Dalam penelitian ini, sesuai dengan rumusan masalah, peneliti ingin mengungkapkan strategi yang digunakan dalam film Sang Kiai, yakni sebagai berikut:

1. Strategi dakwah yang digunakan KH. Hasyim Asy’ari dalam film Sang Kiai adalah strategi sentimentil, strategi rasional, strategi ta’lim dan strategi indrawi.

2. KH. Hasyim Asy’ari menggunakan strategi sentimentil ketika ia menerima santri baru yang tidak memiliki hasil bumi. Strategi indrawi digunakan ketika KH. Hasyim Asy’ari ikut serta menanam dan memanen padi disawahnya bersama para petani dan ketika KH. Hasyim Asy’ari meninggalkan ancaman Jepang untuk menunaikan ibadah sholat. Strategi rasional digunakan ketika KH. Hasyim Asy’ari memberi penanaman aqidah kepada anak-anaknya dan digunakan ketika menghadapi tentara Jepang. Strategi ta’lim digunakan ketika KH. Hasyim Asy’ari menanyai para santri yang tidak mengikuti sholat jama’ah setelah pengajian, ketika Bung Tomo menemuinya dan ketika KH. Hasyim Asy’ari memberi penanaman pembentukan karakter kepada anak-anaknya sebelum bergabung melawan sekutu.


(3)

B. Saran

Berdasarkan penyajian data dan analisis yang dilakukan, maka peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut:

1. Sebuah film hendaknya yang memiliki makna dan nilai positif yang terkandung seperti film Sang Kiai ini, dan banyak inspiratif yang bisa kita ambil dari film ini.

2. Menurut saya, film yang seperti Sang Kiai ini yang seharusnya banyak diproduksi di Indonesia. Karena mengandung unsur agama dan nasionalisme. Dengan begitu kita akan tau bagaimana para pahlawan terdahulu dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dengan begitu kita akan lebih bisa menghargai jasa-jasa para pahlawan kita. Bukan film horor yang dibungkus pornoaksi atau sebaliknya film pornoaksi yang di bungkus horor. Bukan pula film komedi yang dibumbui pornografi. Walaupun tidak mudah membuat film seperti ini, namun tema yang dibawa oleh film ini mungkin bisa diadopsi oleh film-film lain.

3. Sangat perlu dilakukan penelitian yang sejenisnya dalam tingkat yang lebih luas.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Ary Ginanjar. Emotional Spiritual Quotient, Jakarta: Arga, 2001. Ajwat, Napa J. Manajemen Strategi: Suatu Pendekatan Sistem, Yogyakarta:

Liberty, 1989.

Al-Asqalani, Ibn Hajar. Bulughul Maram, Bandung:Khazanah, 2010. Amin, Munir Samsul. Ilmu Dakwah, Jakarta, Amzah, 2009.

Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Arifin, Anwar. Strategi Komunikasi, Bandung: Armico, 1984.

Asmuni, Syukir. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya, Al-Iklas, 1983). Azis, M Ali. Ilmu Dakwah Edisi Revisi, Jakarta, Kencana, 2009.

. Ilmu Dakwah Edisi Revisi, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2004.

. Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana. 2004.

Bisri, Hasan. Ilmu Dakwah, Surabaya: Biro Penerbitan dan Pengembangan Ilmiah, 1998.

Budiman, Kris. Semiotik Visual, Yogyakarta: Penerbit Buku Baik, 2004.

Dedi, Mulyana. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002.

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Teori Dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003.

Halim, A. Strategi Dakwah Yang Terabaikan, dalam jurnal Ilmu Dakwah, Surabaya: Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, 2002.

Hasibunan, H Malayu S.P. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

Ilaihi, Wahyu. Komunikasi Dakwah, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2010. Ismail, Faisal. Kata Pengantar dalam bukunya Andi Darmawan, dkk, Metodolog


(5)

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002.

Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta, kencana, 2009. Kusnawan, Asep. Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2009.

Meleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda, 1989..

Munadiro, Fitri. Dakwah Islam di JTV (Analisis Semiotik Nama Progam Wak Kaji Show). Surabaya: Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya,2008.

Prakoso, Gatot. Film Pinggiran-Antalogi Film Pendek, Eksperimental & Documenter FFTV-IKJ dengan YLP, Jakarta: Fatma Perss, 1977.

Purnomo, Setiawan Hari. Management Strategi: Sebuah Konsep Pengantar, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 1996.

S, Muhammad. Hadits Arba’in Nawawi terjemah. Surabaya: Bursa Ilmu.

Sambas, Syukriadi. Komunikasi Penyiaran Islam, Bandung: Benang Merah Prees,2004.

Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983. Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah, Surabaya: Al-Ikhlas, 1993. Utami, Sri. Dakwah Dalam Film Sang Pencerah (Analisis Semiotik Strategi

Dakwah Dalam Film Sang Pencerah), Surabaya: Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya,2010.

Yosita, Maulidia Arianti. Tawassul Sebagai Strategi Dakwah KH. Muhammmad Hasan Di Pondok Pesantren Baitul Ulum Tempel Gempol Pasuruan, Surabaya: Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, 2013.


(6)

Internet

file:///E:/skripsi%20lia/komposisi/main-di-sang-kyai-ikranagara-bisasakitjantung.htm

http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-s008-13-020007_sangkiai#.VMYEUdlUOKE,

http://hilwanisari.wordpress.com/2012/01/04/film-sebagai-media-dakwah/ http://id.wikipedia.org/wiki/Adipati_Koesmadji

http://id.wikipedia.org/wiki/Agus_Kuncoro http://id.wikipedia.org/wiki/Christine_Hakim http://id.wikipedia.org/wiki/Hasjim_Asy%27ari http://id.wikipedia.org/wiki/Ikranagara,

http://id.wikipedia.org/wiki/Sang_Kiai

http://mataharitimoer.com/sang-kyai-di-antara-para-hantu/,

http://tihurua.blogspot.com/2012/03/kesempitan-dan-kegelisahan-hidup.html

http://www.21cineplex.com/m/slowmotion/adipati-dolken-sang-kiai-film-terkeren-saya,3828.htm

http://www.indonesianfilmcenter.com/pages/filminfo/production.php?comid=763

http://www.merdeka.com/artis/ikranagara-temukan-ruh-hasyim-ashari-di-pesantren-tebu-ireng.html

http://www.republika.co.id/berita/video/umat/13/12/11/mxn0fc-film-sang-kiai-terbaik