Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur- Mayur Yang Ditawarkan (Kentang, Brokoli, Sawi) Di Desa Jeraya, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Posisi Strategis Komoditas Sayuran

Komoditas hortikultura, khususnya sayuran dan buah-buahan mempunyai

beberapa peranan strategis, yaitu: (1) sumber bahan makanan bergizi

bagimasyarakat yang kaya akan vitamin dan mineral; (2) sumber pendapatan dan

kesempatan kerja, serta kesempatan berusaha; (3) bahan baku agroindustri; dan(4)

sebagai komoditas potensial ekspor yang merupakan sumber devisa negara;dan

(5) pasar bagi sektor non pertanian, khususnya industri hulu.

Sayuran adalah salah satu kelompok hortikultura yang mempunyai arti dan

kedudukan tersendiri dalam proses pembangunan nasional di sub sektor pertanian.

Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral yang penting bagi pemenuhan

gizi masyarakat. Idealnya, seseorang harus mengkonsumsi sayuran sekitar 200

gram per hari agar metabolisme di dalam tubuh tidak terganggu akibat kekurangan

serat. Artinya penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 170 juta jiwa

memerlukan 34.000 ton sayuran perhari (Rahardi,2000).

Komoditas sayuran sangat strategis dan karenanya perlu memperoleh

prioritas pengembangan. Hal ini dilandasi dari sisi permintaan baik berupa

konsumsi segar maupun olahan meningkat dari waktu ke waktu. Sementara itu

dari sisi produksi masih berpotensi untuk terus ditingkatkan, baik melalui

perluasan areal (ekstensifikasi secara horisontal), peningkatan intensitas tanam

(ekstensifikasi secara vertikal) maupun peningkatan produktivitas melalui


(2)

2.1.2 Posisi Tanah Karo Sebagai Produsen Sayuran di Sumatera Utara

Pengembangan pertanian saat ini masih mempunyai peranan yang sangat

strategis dalam pengembangan ekonomi Sumatra Utara, terutama konstribusinya

terhadap ketahanan pangan, kesempatan kerja dan lapangan usaha. Kabupaten

Karo merupakan salah satu daerah di Sumatera Utara yang pengembangan

ekonominya bergerak di bidang pertanian. Komoditi utama yang menjadi andalan

kabupaten Karo adalah tanaman hortikultura.

Mata pencaharian utama dari penduduk di Kabupaten Karo adalah pada

bidang pertanian,sebagai produk unggulan sayuran seper

tinggi tingkat permintaannya untuk daerah lain. Perkembangan komoditi sayuran

sangat didukung pula oleh kondisi fisik wilayah yang sebagian besar berada pada

daerah dataran tinggi.

Tanah Karo telah menjadi top of mind dalam bisnis sayuran. Oleh

pedagang Tanah Karo dikirim kembali ke daerah yang membutuhkan seperti ke

Sumatera Barat, Riau ataupun Aceh. Ini adalah masalah bisnis di mana setiap

pedagang mencari keuntungan. Pengiriman sayur dari satu daerah ke daerah lain

tidak memiliki permasalahan karena lancarnya jaringan transportasi, baik darat

maupun udara.

Kepada pemerintah daerah Provinsi atau Kabupaten hendaknya dapat

menyadari bahwa sayur adalah kelompok komoditi unggulan Sumatera Utara.

Potensi itu meliputi pada semua kabupaten dataran tinggi di Sumatera Utara. Jika


(3)

terbantu dan lepas dari kemiskinan dan pengangguran. Sebetulnya pemasukan

devisa dari sayur Tanah Karo dapat diperbesar jika pemerintah bisa memberikan

bantuan kepada petani sayur. Tanah Karo sudah memiliki brand tersendiri sebagai

sentra produksi sayur di dalam maupun luar negeri. Ini adalah potensi yang perlu

dikembangkan. Bantuan bibit, gambaran pasar dan konsultansi pada petani

perorangan adalah hal yang perlu diberikan pada petani Tanah Karo, khususnya

petani yang berskala kecil dan menengah. Di tengah terbatasnya diversifikasi

produk barang ekspor lainnya (CPO, karet, kopi dan sebagainya) maka

memberdayakan potensi ekspor yang telah berjalan (sayur) adalah suatu solusi

bagi menambah meningkatkan penerimaan devisa Sumatera Utara (Miraza, 2010).

2.1.3 Permintaan dan Penawaran Sayuran di Sumatera Utara

Salah satu faktor yang paling menghambat dalam pengembangan usaha

hortikultura sayuran adalah fluktuasi harga yang sangat tinggi. Dalam era

perdagangan bebas saat ini tentu kita tidak bisa mengontrol harga, karena harga

ditentukan oleh jumlah permintaan dan penawaran dan beberapa faktor lainnya.

Harga produksi hasil pertanian yang selalu berfluktuasi tergantung dari

perubahan yang terjadi pada permintaan dan penawaran. Naik turunnya harga

dapat terjadi dalam jangka pendek yaitu per bulan, per minggu bahkan per hari

atau dapat pula terjadi dalam jangka panjang. Untuk komoditas pertanian yang

cepat rusak seperti sayur-sayuran dan buah-buahan pengaruh perubahan

permintaan pasar kadang-kadang sangat menyolok sekali sehingga harga yang

berlaku berubah dengan cepat. Hal ini dapat diamati perubahan harga pasar yang


(4)

rendah, sebaliknya pada saat tidak musim harga meningkat drastis. Keadaan

tersebut menyebabkan petani sulit dalam melakukan perencanaan produksi, begitu

juga dengan pedagangsulit dalam memperkirakan permintaan (Syahza, 2007).

Terutama pada saat ini, erupsi Gunung Sinabung sangat mempengaruhi

jumlah penawaran pada komoditas pertanian khususnya sayuran di Kabupaten

Karo. Lahan pertanian yang rusak akibat debu vulkanik dari Gunung Sinabung,

mengakibatkan sayur-sayuran atau buah-buahan menjadi rusak. Hal ini yang

menjadikan jumlah penawaran terhadap sayuran menjadi rendah sedangkan

permintaan tetap atau bisa menjadi lebih tinggi.

2.1.4 Produksi dan Produktivitas Sayuran Khususnya Brokoli, Kentang, dan Sawi di Indonesia

Sayuran merupakan komoditas penting yang dibudidayakan oleh petani di

berbagai daerah di Indonesia. Komoditas sayuran dapat secara nyata

mendatangkan keuntungan bagi petani di Indonesia. Dengan demikian,

keberhasilan dalam usahatani sayuran dapat memberikan sumbangan yang besar

bagi kesejahteraan petani.

Diantara sayuran utama yang ditanam petani di Indonesia, tanaman

kentang, brokoli, dan sawi merupakan tanaman yang memiliki luas lahan,

produksi dan produktivitas yang cukup tinggi di Indonesia.

Berikut adalah data luas panen, produksi dan produktivitas kentang, brokoli, dan


(5)

Tabel 5. Luas Panen (Ha) Sayur-mayur (Kentang, Brokoli, dan Sawi) di Indonesia, 2009-2013

No. Komoditi

Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

1. Kentang 71.238 66.531 59.882 65.989 70.187

2. Brokoli 8.088 8.728 9.441 11.776 12.422

3. Sawi 56.414 59.450 61.538 61.059 62.951

Sumber: Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Hortikultura

Tabel 6. Produksi (Kg) Sayur-mayur (Kentang, Brokoli, dan Sawi) di Indonesia, 2009-2013

No. Komoditi

Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

1. Kentang 1.176.304 1.060.805 955.488 1.094.232 1.124.282 2. Brokoli 96.038 101.205 113.491 135.837 151.288

3. Sawi 562.838 583.770 580.969 594.911 635.728

Sumber: Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Hortikultura

Tabel 7. Produktivitas (Kg/Ha) Sayur-mayur (Kentang, Brokoli, dan Sawi) di Indonesia, 2009-2013

No. Komoditi

Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

1. Kentang 16,51 15,94 15,96 16,58 16,02

2. Brokoli 11,87 11,60 12,02 11,54 12,18

3. Sawi 9,98 9,82 9,44 9,74 10,10

Sumber: Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Hortikultura

Dari Tabel 5, 6 dan 7 diperoleh data luas lahan, produksi, dan

produktivitas pada komoditi kentang, brokoli, dan sawi di Indonesia. Luas lahan,

produksi dan produktivitas pada komoditi kentang selama dekade terakhir


(6)

komoditi brokoli dan sawi selama dekade terakhir mengalami peningkatan secara

signifikan setiap tahunnya.

2.1.5 Gunung Sinabung

Gunung Sinabung adalah gunung berapi aktif di dataran tinggi Kabupaten

Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Ketinggian Gunung Sinabung mencapai 2.460

meter. Gunung ini merupakan puncak tertinggi di Sumatera Utara. Koordinat

puncak Gunung Sinabung adalah 30 10” LU, 980 23” BT. Gunung Sinabung tidak

pernah tercatat meletus lagi sejak tahun 1600 tetapi mendadak aktif kembali dan

meletus pada tanggal 27 Agustus 2010. Tanggal 29 Agustus 2010 dini hari sekitar

pukul 00.15 WIB, Gunung Sinabung mengeluarkan larva. Letusan terakhir

gunung ini terjadi pada September 2013 dan berlangsung hingga kini (Wikipedia,

2014).

Debu vulkanik Gunung Sinabung tersembur hingga 5.000 meter di udara.

Abu Gunung Sinabung cenderung meluncur dari arah barat daya menuju timur

laut dan menyelimuti pemukiman masyarakat. Beberapa ahli gunung api

menyatakan, letusan Gunung Sinabung kemungkinan akan terjadi dalam durasi

yang panjang. Akibat letusan gunung ini, beberapa material yang keluar dari

kepundan gunung tersebut yakni awan panas, material pijar, hujan abu, dan

kemungkinan gas beracun akan terlempar ke atmosfer. Ekonomi masyarakat pun

menjadi krisis karena situasi lahan pertanian yang dijadikan sumber pendapatan

tidak dapat lagi diharapkan akibat diselimuti debu vulkanik. Enam kecamatan

yang terkena dampak debu vulkanik Gunung Sinabung adalah Kecamatan


(7)

Rayat, Kecamatan Barusjahe dan Kecamatan Berastagi. Tercatatlebih dari 17 ribu

warga mengungsi akibat erupsi Gunung Sinabung (BPTP Sumatera Utara, 2014).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Penawaran

Penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang ditawarkan oleh produsen

atau penjual pada berbagai tingkat harga dalam jangka waktu tertentu. Penawaran

dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu penawaran individu dan penawaran

kolektif atau penawaran pasar. Penawaran individu yaitu penawaran yang berasal

dari seorang penjual. Sedangkan penawaran kolektif atau penawaran pasar yaitu

penawaran yang merupakan kumpulan dari penawaran individu. Ada banyak

faktor yang bisa mempengaruhi naik turunnya penawaran, yakni:

1) Faktor harga barang atau jasa

Bila harga suatu barang atau jasa naik, penjual atau produsen akan

menambah penawarannya sebaliknya apabila harga suatu barang atau jasa tertentu

turun, maka penjual atau produsen akan mengurangi penawaran barang atau jasa

tersebut.

2) Faktor biaya produksi

Jika biaya produksi suatu barang atau jasa tertentu naik maka penjual atau

produsen akan menurunkan penawaran barang atau jasa tersebut. hal ini

dikarenakan bila harga jual tetap sedangkan biaya produksi naik maka keuntungan

yang didapat makin sedikit atau bahkan bisa mengalami kerugian. Sebaliknya,


(8)

3) Faktor tingkat teknologi

Apabila produsen dalam proses produksi barang atau jasa menggunakan

teknologi modern maka hal ini dapat meningkatkan penawaran karena dengan

teknologi yang modern mampu menghasilkan barang atau jasa dengan lebih cepat

dan lebih banyak.

4) Faktor jumlah produsen

Munculnya produsen baru otomatis akan menambah penawaran karena

bertambahnya jumlah barang atau jasa yang diproduksi, sebaliknya berkurangnya

jumlah produksi akan mengurangi penawaran.

5) Faktor jenis barang atau jasa

Apabila barang atau jasa yang ditawarkan termasuk jenis musiman maka

bila datang musimnya penawaran akan meningkat sebaliknya bila musimnya

lewat penawaran akan berkurang kemudian menghilang (Pujianto, 2013).

Penawaran sayur-mayur di Kabupaten Karo sebelum terjadi erupsi

Gunung Sinabung sangat tinggi karena Kabupaten Karo adalah sentra produksi

sayur-mayur di Sumatera Utara. Sayur-mayur asal Kabupaten Karo tidak hanya

dipasarkan di wilayah Indonesia saja, namun hingga ke luar negeri seperti

Malaysia, Singapura, dan Taiwan.

Namun sejak Gunung Sinabung kembali aktif hingga saat ini yang

mengakibatkan lahan pertanian masyarakat tertutupi debu vulkanik dan sebagian

besar tanaman rusak bahkan mati, produksi sayur-mayur di Kabupaten Karo terus

mengalami penurunan. Di Desa Jeraya sendiri terjadi kerusakan sayur-mayur


(9)

Untuk tanaman brokoli kerusakan yang terjadi, yakni daun luar mengering

dan kehitaman serta abu vukanik masuk ke celah kedua hingga ketiga daun krop

brokoli. Untuk sawi terjadi kerusakan dimana daun sawi mengalami kekeringan,

menyusutnya daun sawi. Sedangkan untuk kentang tidak terjadi kerusakan hanya

saja tanaman ditutupi debu vulkanik yang tebal namun tanaman langsung disiram

dengan air agar terhindar dari kerusakan.

Kerusakan-kerusakan inilah yang menyebabkan produksi sayur-mayur

menurun sehingga jumlah sayur-mayur yang ditawarkan ke pasar berkurang dan

harga pun melambung tinggi. Tidak hanya petani saja yang dirugikan karena

lahan pertaniannya rusak dan pendapatannya berkurang bahkan merugi, namun

konsumen juga dirugikan karena jumlah sayur-mayur yang kurang tersedia dan

harganya menjadi lebih tinggi.

2.2.2 Produktivitas

Produktivitas merupakan hasil per satuan luas, tenaga kerja, modal atau

input lainnya. Pihak di luar keluarga petani cenderung mengukur produktivitas

usahatani menurut hasil biomassa, hasil komponen-komponen tertentu, hasil

ekonomis atau keuntungan, seringkali memandang perlu untuk memaksimalkan

hasil per satuan lahan. Keluarga petani memiliki cara mereka sendiri untuk

merumuskan dan mendefenisikan produktivitas, mungkin dengan satuan tenaga

kerja yang dibutuhkan pada saat penanaman atau penyiangan atau dengan satuan

air irigasi yang dimanfaatkan.

Produktivitas menyatakan rasio antara output dan input. Dalam pekerjaan


(10)

kemudian cara mengukur baik output maupun input. Secara garis besar setiap

variabel dapat dinyatakan dalam satuan fisik atau satuan nilai rupiah.

Produktivitas dipengaruhi oleh suatu kombinasi dari banyak faktor, antara lain:

varietas, tingkat kesesuaian lahan (termasuk luas dan kualitasnya), jenis teknologi

yang digunakan, ketersediaan modal, kualitas pupuk dan input lainnya,

ketersediaan dan kualitas infrastruktur pendukung (seperti irigasi) dan tingkat

pendidikan/pengetahuan petani (Sirait, 2009).

2.2.3 Pendapatan

Pendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total.

Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya

produksi (input). Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh

sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usahatani seperti berdagang, mengojek,

dll (Sofyan, 2006).

Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur

penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil

perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran

atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan

lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut (Ahmadi, 2001).

Pendapatan atau dapat juga disebut keuntungan, adalah merupakan selisih

antara penerimaan total dengan biaya total. Dimana biaya itu terdiri dari biaya

tetap dan biaya tidak tetap. Secara matematis analisis pendapatan dapat ditulis dan


(11)

Y = TR-TC

Keterangan:

Y = Pendapatan (Rp)

TR = Total Penerimaan (Rp)

TC = Total Biaya (Rp) (Soekartawi, 2002).

Sedangkan untuk menghitung penerimaan usahatani dapat dihitung dengan

rumus formula sebagai berikut:

TR = P.Q

Keterangan

P = Harga per satuan (Rp)

Q = Jumlah Produksi (kg) (Suratiyah, 2006)

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan untuk penelitian ini adalah

penelitian yang dilakukan oleh:

Ginting (2012) dengan judul skripsi

menyimpulkan bahwa bencana

meletusnya Gunung Sinabung memberikan dampak yang signifikan terhadap

sosial ekonomi di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.

Artinya pasca meletusnya Gunung Sinabung memberikan pengaruh yang cukup

besar terhadap penurunan tingkat sosial ekonomi masyarakat baik dalam tingkat

pendapatan atau penghasilan, sumber pendapatan untuk pendidikan anak, serta


(12)

Karo (2014) dengan judul skripsi Dampak Bencana Pasca Meletusnya

Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa

Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo menyimpulkan bahwa

meletusnya Gunung Sinabung memberikan dampak yang sangat buruk terhadap

kehidupan sosial ekonomi penduduk Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran

Kabupaten Karo.

Sirait (2009) dengan judul skripsi Beberapa Faktor Sosial Ekonomi yang

Mempengaruhi Kesempatan Kerja, Produktivitas, dan Pendapatan Petani

Sayur-Mayur di Kabupaten Karo (Kasus: Wortel, Tomat, dan Kol di Desa Merdeka,

Kecamatan Merdeka). Penelitian ini menyimpulkan bahwa besar kesempatan

kerja untuk tiap petani sampel berbeda, mulai dari petani sampel dengan

kesempatan kerja terkecil sebesar 10,5 HKP/tahun hingga petani dengan

kesempatan kerja terbesar sebesar 304,9 HKP/tahun; faktor luas lahan, jumlah

komoditi, dan pola tanam secara serempak berpengaruh nyata terhadap

kesempatan kerja petani sayur-mayur; faktor sosial ekonomi (tingkat pendidikan,

pengalaman bertani, tingkat kosmopolitan, jumlah tanggungan, dan luas lahan)

berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas lahan petani sayur-mayur,

produktivitas tenaga kerja petani sayur-mayur, dan terhadap pendapatan petani

sayur-mayur.

Penelitian yang dilakukan oleh Trisni (2013) dengan judul Dampak erupsi

Merapi Terhadap Pendapatan Petani Salak Nglumut di Desa Kaliurang Kecamatan

Srumbung Kabupaten Magelang. Yang menjadi rumusan masalah penelitian

terdahulu adalah adanya perbedaan Pendapatan Petani Salak Nglumut di Desa


(13)

penulis menemukan bahwa debu vulkanik dari erupsi Merapi menyebabkan

kerusakan parah terhadap Tanaman Salak Nglumut yang di usahatanikan oleh

Petani di daerah penelitian, sehingga terjadi penurunan Pendapatan yang cukup

drastis.

2.4 Kerangka Pemikiran

Erupsi Gunung Sinabung memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap

kehidupan masyarakat di Kabupaten Karo khususnya di Desa Jeraya. Desa Jeraya

adalah salah satu desa sentra produksi tanaman kentang, brokoli, dan sawi di

Kecamatan Simpang Empat dan terletak ± 5 km dari kaki Gunung Sinabung.

Erupsi Gunung Sinabung menyebabkan adanya perubahan yang nyata terhadap

produktivitas lahan sayur-mayur sehingga mempengaruhi jumlah sayur-mayur

yang ditawarkan dan pendapatan petani di Desa Jeraya.

Maka untuk melihat dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap

jumlahsayur-mayuryang ditawarkan di Desa Jeraya, Kecamatan Simpang Empat,

Kabupaten Karo akan dibandingkan besarnya jumlah produktivitas dan

pendapatan petani sebelum dan sesudah terjadinya erupsi Gunung Sinabung.

Untuk memudahkan dan mengarahkan penelitian, maka disusun skema kerangka


(14)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur Mayur Yang Ditawarkan (Kentang, Brokoli, Sawi)

Keterangan:

: Menyatakan Pengaruh

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan nyata produktivitas sayur-mayur (kentang, brokoli dan

sawi) di lokasi penelitian sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.

2. Terdapat perbedaan nyata jumlah sayur-mayur (kentang, brokoli dan sawi)

yang ditawarkan di lokasi penelitian sebelum dan sesudah erupsi Gunung

Sinabung.

3. Terdapat perbedaan nyata pendapatan petani sayur-mayur (kentang, brokoli

dan sawi) di lokasi penelitian sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.

Usahatani Sayur-mayur

Sebelum Erupsi

G Si b

Produktivitas Tanaman

Sesudah Erupsi

G Si b

Pendapatan Petani Jumlah

sayur-mayur yang ditawarkan

Produktivitas Tanaman

Jumlah sayur-mayur yang ditawarkan Pendapatan


(1)

Untuk tanaman brokoli kerusakan yang terjadi, yakni daun luar mengering dan kehitaman serta abu vukanik masuk ke celah kedua hingga ketiga daun krop brokoli. Untuk sawi terjadi kerusakan dimana daun sawi mengalami kekeringan, menyusutnya daun sawi. Sedangkan untuk kentang tidak terjadi kerusakan hanya saja tanaman ditutupi debu vulkanik yang tebal namun tanaman langsung disiram dengan air agar terhindar dari kerusakan.

Kerusakan-kerusakan inilah yang menyebabkan produksi sayur-mayur menurun sehingga jumlah sayur-mayur yang ditawarkan ke pasar berkurang dan harga pun melambung tinggi. Tidak hanya petani saja yang dirugikan karena lahan pertaniannya rusak dan pendapatannya berkurang bahkan merugi, namun konsumen juga dirugikan karena jumlah sayur-mayur yang kurang tersedia dan harganya menjadi lebih tinggi.

2.2.2 Produktivitas

Produktivitas merupakan hasil per satuan luas, tenaga kerja, modal atau input lainnya. Pihak di luar keluarga petani cenderung mengukur produktivitas usahatani menurut hasil biomassa, hasil komponen-komponen tertentu, hasil ekonomis atau keuntungan, seringkali memandang perlu untuk memaksimalkan hasil per satuan lahan. Keluarga petani memiliki cara mereka sendiri untuk merumuskan dan mendefenisikan produktivitas, mungkin dengan satuan tenaga kerja yang dibutuhkan pada saat penanaman atau penyiangan atau dengan satuan air irigasi yang dimanfaatkan.

Produktivitas menyatakan rasio antara output dan input. Dalam pekerjaan pengukuran produktivitas, terlebih dahulu harus disusun defenisi kerja dan


(2)

kemudian cara mengukur baik output maupun input. Secara garis besar setiap variabel dapat dinyatakan dalam satuan fisik atau satuan nilai rupiah. Produktivitas dipengaruhi oleh suatu kombinasi dari banyak faktor, antara lain: varietas, tingkat kesesuaian lahan (termasuk luas dan kualitasnya), jenis teknologi yang digunakan, ketersediaan modal, kualitas pupuk dan input lainnya, ketersediaan dan kualitas infrastruktur pendukung (seperti irigasi) dan tingkat pendidikan/pengetahuan petani (Sirait, 2009).

2.2.3 Pendapatan

Pendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input). Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usahatani seperti berdagang, mengojek, dll (Sofyan, 2006).

Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut (Ahmadi, 2001).

Pendapatan atau dapat juga disebut keuntungan, adalah merupakan selisih antara penerimaan total dengan biaya total. Dimana biaya itu terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Secara matematis analisis pendapatan dapat ditulis dan digambarkan sebagai berikut.


(3)

Y = TR-TC Keterangan:

Y = Pendapatan (Rp) TR = Total Penerimaan (Rp)

TC = Total Biaya (Rp) (Soekartawi, 2002).

Sedangkan untuk menghitung penerimaan usahatani dapat dihitung dengan rumus formula sebagai berikut:

TR = P.Q

Keterangan

P = Harga per satuan (Rp)

Q = Jumlah Produksi (kg) (Suratiyah, 2006)

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan untuk penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh:

Ginting (2012) dengan judul skripsi

menyimpulkan bahwa bencana

meletusnya Gunung Sinabung memberikan dampak yang signifikan terhadap sosial ekonomi di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo. Artinya pasca meletusnya Gunung Sinabung memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap penurunan tingkat sosial ekonomi masyarakat baik dalam tingkat pendapatan atau penghasilan, sumber pendapatan untuk pendidikan anak, serta kesehatan.


(4)

Karo (2014) dengan judul skripsi Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo menyimpulkan bahwa meletusnya Gunung Sinabung memberikan dampak yang sangat buruk terhadap kehidupan sosial ekonomi penduduk Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.

Sirait (2009) dengan judul skripsi Beberapa Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja, Produktivitas, dan Pendapatan Petani Sayur-Mayur di Kabupaten Karo (Kasus: Wortel, Tomat, dan Kol di Desa Merdeka, Kecamatan Merdeka). Penelitian ini menyimpulkan bahwa besar kesempatan kerja untuk tiap petani sampel berbeda, mulai dari petani sampel dengan kesempatan kerja terkecil sebesar 10,5 HKP/tahun hingga petani dengan kesempatan kerja terbesar sebesar 304,9 HKP/tahun; faktor luas lahan, jumlah komoditi, dan pola tanam secara serempak berpengaruh nyata terhadap kesempatan kerja petani sayur-mayur; faktor sosial ekonomi (tingkat pendidikan, pengalaman bertani, tingkat kosmopolitan, jumlah tanggungan, dan luas lahan) berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas lahan petani sayur-mayur, produktivitas tenaga kerja petani sayur-mayur, dan terhadap pendapatan petani sayur-mayur.

Penelitian yang dilakukan oleh Trisni (2013) dengan judul Dampak erupsi Merapi Terhadap Pendapatan Petani Salak Nglumut di Desa Kaliurang Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. Yang menjadi rumusan masalah penelitian terdahulu adalah adanya perbedaan Pendapatan Petani Salak Nglumut di Desa Kaliurang sebelum dan sesudah erupsi Merapi. Dimana dalam penelitian itu


(5)

penulis menemukan bahwa debu vulkanik dari erupsi Merapi menyebabkan kerusakan parah terhadap Tanaman Salak Nglumut yang di usahatanikan oleh Petani di daerah penelitian, sehingga terjadi penurunan Pendapatan yang cukup drastis.

2.4 Kerangka Pemikiran

Erupsi Gunung Sinabung memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di Kabupaten Karo khususnya di Desa Jeraya. Desa Jeraya adalah salah satu desa sentra produksi tanaman kentang, brokoli, dan sawi di Kecamatan Simpang Empat dan terletak ± 5 km dari kaki Gunung Sinabung. Erupsi Gunung Sinabung menyebabkan adanya perubahan yang nyata terhadap produktivitas lahan sayur-mayur sehingga mempengaruhi jumlah sayur-mayur yang ditawarkan dan pendapatan petani di Desa Jeraya.

Maka untuk melihat dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap jumlahsayur-mayuryang ditawarkan di Desa Jeraya, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo akan dibandingkan besarnya jumlah produktivitas dan pendapatan petani sebelum dan sesudah terjadinya erupsi Gunung Sinabung. Untuk memudahkan dan mengarahkan penelitian, maka disusun skema kerangka pemikiran sebagai berikut:


(6)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur Mayur Yang Ditawarkan (Kentang, Brokoli, Sawi)

Keterangan:

: Menyatakan Pengaruh 2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan nyata produktivitas sayur-mayur (kentang, brokoli dan sawi) di lokasi penelitian sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung. 2. Terdapat perbedaan nyata jumlah sayur-mayur (kentang, brokoli dan sawi)

yang ditawarkan di lokasi penelitian sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.

3. Terdapat perbedaan nyata pendapatan petani sayur-mayur (kentang, brokoli dan sawi) di lokasi penelitian sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.

Usahatani Sayur-mayur

Sebelum Erupsi

G Si b

Produktivitas Tanaman

Sesudah Erupsi

G Si b

Pendapatan Petani Jumlah

sayur-mayur yang ditawarkan

Produktivitas Tanaman

Jumlah sayur-mayur yang ditawarkan Pendapatan


Dokumen yang terkait

Analisis Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Kubis Di Kecamatan Simpang Empat(Studi Kasus: Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

15 160 96

Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Sosial Ekonomi Petani Kopi di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo

22 113 192

Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur- Mayur Yang Ditawarkan (Kentang, Brokoli, Sawi) Di Desa Jeraya, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

5 56 175

Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Sosial Ekonomi Petani Kopi di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo

5 55 191

Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur- Mayur Yang Ditawarkan (Kentang, Brokoli, Sawi) Di Desa Jeraya, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

5 24 175

Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur- Mayur Yang Ditawarkan (Kentang, Brokoli, Sawi) Di Desa Jeraya, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

0 0 15

Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur- Mayur Yang Ditawarkan (Kentang, Brokoli, Sawi) Di Desa Jeraya, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

0 0 1

Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur- Mayur Yang Ditawarkan (Kentang, Brokoli, Sawi) Di Desa Jeraya, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

0 0 9

Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur- Mayur Yang Ditawarkan (Kentang, Brokoli, Sawi) Di Desa Jeraya, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

0 0 2

Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur- Mayur Yang Ditawarkan (Kentang, Brokoli, Sawi) Di Desa Jeraya, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

0 0 102