Gambaran Kualitas Hidup Penderita Kelainan Pigmentasi Wajah pada Pengunjung Posyandu di Kecamatan Medan Labuhan

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kelainan pigmentasi atau yang disebut juga sebagai melanosis adalah
kelainan pada proses pembentukan pigmen melanin kulit. Gangguan pigmentasi
pada kulit ini dapat diklasifikasikan menjadi : (1) hipomelanosis atau leukoderma,
seperti pada vitiligo, albinisme, (2) hipermelanosis coklat atau melanoderma yang
disebabkan oleh meningkatnya pigmen melanin atau jumlah melanosit di
epidermis, seperti pada efelid, melasma atau lentigo dan (3) ceruloderma atau
hipermelanosis keabuan atau kebiruan disebabkan oleh peningkatan melanin atau
jumlah melanosit di dermis, seperti pada mongolian spot (Lubis, 2008).
Warna kulit manusia ditentukan oleh campuran beberapa kromfore yaitu
oxyhemoglobin memberikan warna merah, deoxygenated hemoglobin (biru),
carotene suatu pigmen eksogen (kunig-oranye), melanin (coklat). Melanin

merupakan komponen utama pada pembentukan warna kulit, baik epidermal
pigmentation maupun dermal pigmentation (Lubis, 2008).


Prevalensi melanosis sangat bervariasi pada berbagai populasi tergantung
jenis dari melanosis tersebut. Melasma merupakan kelainan hipermelanosis yang
sangat sering dijumpai, bersifat didapat, dengan distribusi simetris pada daerah
yang sering terpapar sinar matahari dan biasanya dijumpai pada wanita usia
reproduksi (Lubis, 2008). Banyaknya bahan-bahan pemutih yang dijual bebas
berpengaruh terhadap keterbatasan insiden pasti yang sebenarnya (Chan, 2008).
Diperkirakan di Amerika Serikat, sekitar 5-6 juta wanita menderita kelainan ini.
Prevalensi melasma pada kulit Asia tidak diketahui akan tetapi diperkirakan
berkisar 40% terjadi pada wanita dan 20% pada pria (Chan, 2008). Di RSUP. H.
Adam Malik Medan, berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis selama
periode Januari sampai Desember 2009, dari total 5.369 pasien yang berobat ke
Poliklinik Sub Bagian Kosmetik Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin,

Universitas Sumatera Utara

2

22 orang (0,41%) diantaranya merupakan pasien dengan diagnosis melasma
(Lubis, 2008).
Sedangkan jenis hipomelanosis vitiligo ditemukan pada 0,1-2,9% dari

penduduk dunia, di usia berapapun, tersering pada usia 10-40, dengan dominasi
pada perempuan (Dito dan Taruna, 2014).
Kelainan pigmentasi merupakan kelainan kulit yang memiliki dampak
besar pada kualitas hidup pasien, terutama kelainan pigmentasi yang mengenai
wajah. Adapun jenis melanosis yang menyebabkan kelainan pigmentasi yang
dapat terlokasi di wajah antara lain : melasma, efelid, lentigo, vitiligo, albinisme
okulokutanea, melanosis pasca inflamasi, dan masih banyak penyebab lainnya.
Kelainan pigmentasi pada wajah dapat mempengaruhi emosional dan
psikologis penderita secara signifikan terutama pada penderita wanita yang
berpengaruh pada kepercayaan diri, sehingga dapat menurunkan kualitas hidup
penderita. Menurut Lubis (2011) melasma terutama mengenai wanita usia
reproduksi, sedangkan pria hanya 10% dari keseluruhan kasus, dan secara klinis
serta histologis memberikan gambaran yang sama seperti pada wanita. Penelitian
oleh Goh dan Dlova di Singapura mendapatkan rasio melasma antara wanita dan
pria sebesar 21:1. Di Indonesia perbandingan kasus melasma antara wanita dan
pria adalah 24:1, terbanyak pada wanita usia subur berusia 30-44 tahun dengan
riwayat terpapar langsung sinar matahari. Menurut Sudharmono (2004) di Jakarta,
dari 145 pasien melasma hampir seluruh pasien berjenis kelamin wanita (97,93%),
kecuali 3 pasien berjenis kelamin pria (2,07%).
Beberapa kelainan pigmentasi yang dapat terlokasi di wajah seperti

melasma, efelid, vitiligo dan yang lainnya merupakan penyakit kulit yang bersifat
kronis yang memerlukan pengobatan jangka panjang dan belum ada terapi yang
efektif sehingga akan berdampak buruk pada kualitas hidup penderita. Porter, et
al., (2003) melaporkan bahwa sebagian besar pasien vitiligo mengalami
kecemasan dan rasa malu saat bertemu orang asing atau awal berhubungan
seksual dan banyak penderita merasa bahwa mereka telah menjadi korban
komentar yang kasar. Hal ini penting untuk diketahui sekaligus untuk menangani

Universitas Sumatera Utara

3

psikologis penderita dalam meningkatkan kualitas hidup mereka dan dalam
mendapatkan respon pengobatan.
Kualitas hidup penderita kelainan pigmentasi wajah dapat dinilai dengan
kuesioner DLQI (Dermatology Life Quality Index). DLQI adalah salah satu
kuesioner kualitas hidup yang secara khusus dirancang untuk penyakit kulit dan
dapat dapat digunakan baik untuk mengukur kualitas hidup dan untuk
membandingkannya dengan penemuan pada penyakit kulit lainnya (Putri, 2014).
Kuesioner ini mudah dimengerti dan dapat langsung ditanyakan kepada penderita

untuk dijawab tanpa penjalasan lebih lanjut.
Kasus kelainan pigmentasi yang berdampak pada wajah pada dewasa ini
makin sering dijumpai dan penderita melanosis memiliki kulit yang mengalami
kelainan pigmentasi seumur hidupnya, hal ini jelas merupakan masalah. Dengan
alasan tersebut, pada penelitian ini peneliti ingin melihat gambaran kualitas hidup
penderita kelainan pigmentasi wajah. Berdasarkan pengamatan awal, beberapa
posyandu di Kecamatan Medan Labuhan memiliki jumlah pengunjung kelainan
pigmentasi wajah terbanyak dibandingkan posyandu di beberapa kecamatan
lainnya, sehingga pengunjung posyandu di Kecamatan Medan Labuhan dipilih
sebagai tempat penelitian ini.

1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran kualitas hidup pada penderita kelainan pigmentasi
wajah ?

1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Menilai gambaran kualitas hidup pada penderita kelainan pigmentasi wajah.

Universitas Sumatera Utara


4

1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Mengetahui tipe kelainan pigmentasi wajah pada pengunjung posyandu
di Kecamatan Medan Labuhan.
1.3.2.2. Menilai gambaran kualitas hidup penderita kelainan pigmentasi wajah
berdasarkan usia pada pengunjung posyandu di Kecamatan Medan
Labuhan
1.3.2.3. Menilai gambaran kualitas hidup penderita kelainan pigmentasi wajah
berdasarkan lama menderita pada pengunjung posyandu di Kecamatan
Medan Labuhan
1.3.2.4. Menilai gambaran kualitas hidup penderita kelainan pigmentasi wajah
berdasarkan tipe kelainan pigmentasi pada pengunjung posyandu di
Kecamatan Medan Labuhan

1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Penelitian
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya
mengenai penyakit kulit kelainan pigmentasi terutama di bagian wajah.


1.4.2. Bagi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi mengenai gambaran
kualitas hidup penderita kelainan pigmentasi terutama di bagian wajah.

1.4.3. Bagi Masyarakat
Agar masyarakat lebih mengetahui tentang penyakit kelainan pigmentasi
terutama di bagian wajah dan dampaknya terhadap kualitas hidup.

Universitas Sumatera Utara