Ekstrak Daun Sambiloto (Andrographis paniculata) Dalam Mengendalikan Pertumbuhan Bakteri Aeromonas hydrophila, Edwarsiella tarda dan Jamur Saprolegnia sp. Secara In Vitro

22

TINJAUAN PUSTAKA

Andrographolide Pada Daun Sambiloto
Pada tanaman sambiloto kandungan andrographolide terakumulasi paling
tinggi pada bagian daun (2,39%) sedangkan paling rendah ditemukan di biji.
Andrographolide mudah larut dalam metanol, etanol, piridin, asam asetat dan
aseton, dan sulit larut dalam eter dan air. Titik leleh dari senyawa
andrographolide adalah 228o-230o C dan panjang gelombang (λ) maksimal adalah
223 nm. Selain faktor tempat pertumbuhan dan genetik aksesi sambiloto, kadar
andrographolide juga dipengaruhi oleh waktu pengambilan sampel. Sambiloto
yang diambil dari tempat yang sama tetapi sampling dilakukan pada waktu yang
berbeda ternyata berbeda intensitas absorpsi puncaknya ketika dilakukan analisa
kadar andrographolide (Royani dkk., 2014).
Ekstrak Daun Sambiloto Terhadap Beberapa Bakteri
Ikan air tawar yang banyak dibudidayakan di daerah Riau dan mempunyai
nilai ekonomis tinggi adalah jenis catfish seperti lele dumbo, patin dan baung.
Jenis ikan ini sangat rentan terhadap penyakit Edwardsielliosis yang di sebabkan
oleh bakteri Edwardsiella tarda. Telah dilakukan percobaan terhadap tumbuhan
sambiloto (Andrographis paniculata) dalam mengendalikan penyakit Koi Herpes

Virus (KHV) pada ikan mas (Cyprinus carpio) secara in vitro dengan waktu
perendaman yang tidak terbatas, dosis terbaik 0,4 g/l dengan persentase kelulus
hidupan 42,22 %. Dalam penelitian Lukistyowati (2012) menyatakan bahwa
pemberian larutan sambiloto dapat menghambat pertumbuhan Edwardsiella tarda.

Universitas Sumatera Utara

23

Zona hambat yang dihasilkan dari larutan sambiloto diduga karena kandungan
senyawa utama andrographolide yang berperan sebagai antibiotik dan antibakteri
(Lukistyowati, 2012).
Kecilnya zona hambat yang terbentuk dapat dipengaruhi pula oleh mutu
ekstrak daun. Mutu ekstrak dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor biologi
dan faktor kimia. Faktor biologi meliputi spesies tanaman, lokasi tanaman asal,
waktu pemanenan, penyimpanan bahan baku, umur serta bagian tanaman yang
digunakan. Lokasi tanaman dipengaruhi oleh lingkungan seperti tanah, atmosfir,
cuaca, temperatur, cahaya, air, senyawa organik dan anorganik. Waktu panen juga
mempengaruhi kandungan zat aktif daun sambiloto, dimana kandungan zat aktif
tersebut mencapai jumlah optimal pada saat tanaman akan berbunga (Sawitti dkk.,

2013).
Bakteri Aeromonas hydrophila dan Penyakit Motile Aeromonas Septicemia
Aeromonas hydrophila merupakan bakteri heterotrofik uniseluller,
tergolong protista prokariot yang dicirikan dengan tidak adanya membran yang
memisahkan inti dengan sitoplasma. Bakteri ini biasanya berukuran 0,7-1,8 x 1,01,5 μm dan bergerak menggunakan sebuah polar flagel. A. hydrophila bersifat
motil dengan flagela tunggal di salah satu ujungnya. Bakteri ini berbentuk batang
sampai dengan kokus dengan ujung membulat, fakultatif anaerob, dan bersifat
mesofilik dengan suhu optimum 20 - 30 ºC. Bakteri ini juga mampu
memfermentasikan beberapa gula seperti glukosa, fruktosa, maltosa, dan
trehalosa. Pada nutrient agar, setelah 24 jam dapat diamati koloni bakteri dengan
diameter 1-3 mm yang berbentuk cembung, halus dan terang. A. hydrophila
mampu tumbuh dan berkembang biak pada suhu 37 0C dan tetap motil pada suhu

Universitas Sumatera Utara

24

tersebut. Disamping itu, bakteri Aeromonas hydrophila mampu tumbuh pada
kisaran pH 4,7 - 11 (Haryani dkk., 2012).
Ikan lele dumbo memiliki pertumbuhan yang cepat namun sangat rentan

terhadap penyakit khususnya serangan bakteri. Salah satu bakteri yang menyerang
ikan lele dumbo yaitu A. hydrophila yang biasa dikenal dengan penyakit Motile
Aeromonas Septicemia (MAS) atau penyakit bercak merah. A. hydrophila
merupakan mikroorganisme akuatik yang berada di perairan laut maupun perairan
tawar, dalam kondisi stres bakteri tersebut menjadi patogen dan bersifat patogen
oportunistik pada penyakit Hemoragi septicemia (penyakit bercak merah) pada
ikan (Asniatih dkk., 2013).
Pengendalian penyakit MAS pada ikan sering diatasi dengan penggunaan
obat-obatan dan antibiotik, namun hasilnya kurang memuaskan. Penyakit ini
dapat menimbulkan kematian pada ikan budidaya yang dapat merugikan para
petani ikan Penggunaan obat-obatan yang secara terus menerus menyebabkan
timbulnya bakteri patogen yang resisten, penimbunan residu oba-tobatan di dalam
tubuh ikan maupun pencemaran lingkungan yang akhirnya mempengaruhi
organisme yang berguna (Assidqi dkk., 2012).
Bakteri A. hydrophila merupakan bakteri septisemia sehingga penyebaran
bakteri di dalam tubuh inang terjadi sangat cepat. Ikan lele yang diinjeksi dengan
A. hydrophila kepadatan 106 cfu/ml mengalami peradangan dan kematian
mencapai 60% selama 12-24 jam pasca-injeksi. Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa infeksi A. hydrophila pada ikan nila menyebabkan perubahan pada organ
luar ikan yaitu eksoptalmia, pendarahan, dan luka pada permukaan tubuh dan sirip

(Hardi dkk., 2014).

Universitas Sumatera Utara

25

Bakteri Edwarsiella tarda Dan Penyakit Edwardsiellosis
Edwardsiella

tarda

adalah

penyebab

penyakit

Edwardsiellosis

/


Emphisemathous Putrevactive disease of Catfish (EPDC) atau Edwardsiella
Septicaemia (ES). Penyakit Edwardsiellosis dikenal sebagai penyakit utama pada
budidaya catfish di Amerika. E. tarda tidak memproduksi endotoksin seperti
umumnya bakteri gram negatif lainnya, tetapi menghasilkan 2 eksotoksin yang
dapat menyebabkan lesi. E. tarda dapat diidentifikasi melalui gejala klinis, isolasi
dan identifikasi secara morfologi dan moleloler DNA. Edwardsiellosis dapat
ditularkan secara horizontal antara ikan sakit dan ikan sehat. E. tarda dapat
bertahan di dalam air dan lumpur sehingga air dan lumpur yang sudah bebas dari
ikan yang sakit pun dapat menjadi karier dan menyebabkan timbulnya kembali
penyakit (Narwiyani, 2010).
Edwardsiella tarda sebagian besar ditemukan pada kehidupan air tawar dan
laut termasuk pada kura-kura, ikan, anjing laut, ular dan kadal serta menyebabkan
penyakit pada catfish, penguin dan belut. Ikan yang terserang tidak menunjukkan
gejala klinik yang tersifat, hanya anoreksia yang bersifat umum. Gejala lain yaitu
pendarahan pada kulit, kehilangan warna tubuh dan terjadi luka yang merata pada
seluruh permukaan tubuh. Sekurang-kurangnya 250 kasus penyakit yang
disebabkan oleh E. tarda telah dilaporkan menimbulkan gastroenteritis,
septicemia dan infeksi pada jaringan lunak (Ratnawati dkk., 2013).
Serangan E. tarda pada ikan dalam tahap infeksi kecil hanya menampakkan

luka-luka kecil. Sebagai perkembangan penyakit lebih lanjut, luka bernanah
berkembang dalam otot rusuk dan lambung. Pada kasus akut, luka bernanah
secara cepat bertambah dengan berbagai ukuran, kemudian luka-luka terisi gas

Universitas Sumatera Utara

26

dan terlihat bentuk cembung yang menyebar ke seluruh tubuh. Warna tubuh
hilang, dan luka-luka merata di seluruh tubuh. Jika luka digores akan tercium bau
busuk (H 2 S) (Andriyanto dkk., 2009).
Jamur Saprolegnia sp.
Dalam budidaya ikan, ketersediaan benih ikan secara kontinyu dalam
kuantitas cukup dan mempunyai kualitas yang baik merupakan syarat mutlak
untuk meningkatkan produksi. Salah satu permasalahan yang sering dihadapi
dalam pembenihan secara intensif adalah serangan penyakit yang disebabkan oleh
jamur dari Saprolegnia sp. yang dapat menurunkan derajat penetasan telur. Saat
proses inkubasi sering ditemukan telur ikan yang mati akibat serangan jamur.
Beberapa bahan kimia yang umum digunakan sebagai anti jamur antara lain
adalah methylene blue dan gentian violet. Selain itu, NaCl juga diketahui efektif

dalam mengobati serangan jamur Saprolegnia sp. Namun, penggunaan anti jamur
berbahan kimia dalam jangka waktu yang panjang dan secara terus-menerus
sebaiknya dihindarkan karena dapat menimbulkan efek yang berbahaya bagi
organisme yang menggunakannya. Salah satu alternatif yang dianjurkan adalah
pencegahan dan pengobatan infeksi Saprolegnia sp. dengan menggunakan
senyawa fitokimia dari tumbuhan herbal (Lingga dkk., 2012).
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
BSLT merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk
pencarian senyawa antikanker baru yang berasal dari tanaman. Brine Shrimp
Lethality Test merupakan salah satu metode skrining untuk menentukan toksisitas
suatu bahan. Uji toksisitas ini dapat di ketahui dari jumlah kematian larva A.
salina Leach. karena pengaruh ekstrak atau senyawa bahan alam pada konsentrasi

Universitas Sumatera Utara

27

yang diberikan. Selain itu metode BSLT ini memiliki keuntungan saat waktu
pelaksanaan yang cepat, biaya selektif yang murah, praktis, tidak memerlukan
teknik yang aseptis, sempel yang relatif sedikit, dan hasil ujinya berkorelasi baik

dengan beberapa metode uji sitotoksik. Pengujian ini merupakan tahap awal untuk
mengetahui apakah senyawa tersebut berpotensi atau tidak sebagai antikanker
yang selanjutnya dapat dilakukan uji sitotoksik menggunakan biakan sel kanker
(Purwanto dkk., 2015).
Artemia salina yang digunakan pada pengujian toksisitas ialah Artemia
salina yang berada pada tahap nauplii atau tahap larva. Hal ini dikarenakan
Artemia salina pada tahap nauplii sangat mirip dengan sel manusia. Korelasi
antara uji toksisitas akut ini dengan uji aktivitas sitotoksik adalah jika motalitas
terhadap Artemia salina yang ditimbulkan memiliki nilai LC50< 1000 μg/mL.
LC50 (Lethal Concentration 50) merupakan konsentrasi zat yang menyebabkan
terjadinya kematian pada 50% hewan uji (Oratmangun dkk., 2014).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Uji Daya Hambat Ekstrak Kulit Batang Rhizophora MUCRONATA Terhadap Pertumbuhan Bakteri Aeromonas HYDROPHILA, Streptococcus AGALACTIAE Dan Jamur Saprolegnia SP. Secara In Vitro

9 60 98

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Biji Teratai (Nymphaea pubescens L) Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila, Streptococcus agalactiae dan Jamur Saprolegnia sp.

0 48 97

Ekstrak Daun Sambiloto (Andrographis paniculata) Dalam Mengendalikan Pertumbuhan Bakteri Aeromonas hydrophila, Edwarsiella tarda dan Jamur Saprolegnia sp. Secara In Vitro

4 24 73

Ekstrak Daun Sambiloto (Andrographis paniculata) Dalam Mengendalikan Pertumbuhan Bakteri Aeromonas hydrophila, Edwarsiella tarda dan Jamur Saprolegnia sp. Secara In Vitro

0 1 17

Ekstrak Daun Sambiloto (Andrographis paniculata) Dalam Mengendalikan Pertumbuhan Bakteri Aeromonas hydrophila, Edwarsiella tarda dan Jamur Saprolegnia sp. Secara In Vitro

0 0 2

Ekstrak Daun Sambiloto (Andrographis paniculata) Dalam Mengendalikan Pertumbuhan Bakteri Aeromonas hydrophila, Edwarsiella tarda dan Jamur Saprolegnia sp. Secara In Vitro

0 0 4

Ekstrak Daun Sambiloto (Andrographis paniculata) Dalam Mengendalikan Pertumbuhan Bakteri Aeromonas hydrophila, Edwarsiella tarda dan Jamur Saprolegnia sp. Secara In Vitro

0 0 3

Ekstrak Daun Sambiloto (Andrographis paniculata) Dalam Mengendalikan Pertumbuhan Bakteri Aeromonas hydrophila, Edwarsiella tarda dan Jamur Saprolegnia sp. Secara In Vitro

1 0 18

EFEKTIVITAS EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Aeromonas hydrophila GPl-04 SECARA IN VITRO

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteri Aeromonas hydrophila 2.1.1 Klasifikasi Aeromonas hydrophila - EFEKTIVITAS EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Aeromonas hydrophila GPl-04 SECARA IN VITRO - repository

0 0 15