2.4 Faktor faktor Yang mempengaruhi peri

2.4 Faktor-faktor Yang mempengaruhi perilaku Pengelolaan DIabetes Mellitus
2.4.1 Motivasi diri
Motivasi dalam diri adalah daya yang timbul dari dalam diri seseorang yang mendorong orang untuk
berbuat sesuatu. Dengan adanya motivasi itu penderita diabetes mellitus berbuat dalam bentuk aktivitas
dengan melibatkan semua panca indera dan anggota badan. Aktivitas yang timbul karena motivasi akan
menghasilkan sesuatu baik yang bersifat positif-konstruktif maupun bersifat negatif destruktif
(Notoatmodjo, 2003).
Motivasi dapat timbul dari dalam diri penderita diabetes karena ada kebutuhan dasar manusia yang
bersifat universal, tetapi dapat pula dirangsang dari luar. Sebab utama adanya motivasi karena ada
kebutuhan mendasar, misalnya kebutuhan akan kehidupan yang layak dan kebutuhan akan kesehatan.
Seperti halnya penderita diabetes mellitus akan termotivasi untuk memperoleh penyembuhan dan
kehidupan yang layak. Motivasi tersebut menimbulkan sikap, tindakan atau perilaku untuk mengelola
diabetes mellitus demi tujuan penyembuhannya tercapai (Notoatmodjo, 2003).
Diperlukan penyuluhan dari tenaga kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan Menderita diabetes
mellitus akan manfaat pengelolaan diabetes mellitus. Sehingga pengetahuan tersebut akan memotivasi
penderita dalam usaha meningkatkan status kesehatannya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnomo
(2013) diperoleh hasil bahwa dari 53 responden sebanyak 30 responden bermotivasi kuat 93%
menyatakan bahwa mereka perlu melakukan latihan fisik untuk mengontrol kadar glukosa dalam
darahnya. Hal ini sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Lestari (2003) dan Indriyanti (2005)
bahwa motivasi terkuat yang mendasari penderita diabetes mellitus melakukan olahraga dalam upaya
pengelolaan diabetes mellitus adalah untuk menormalkan glukosa darah.

2.4.2 Dukungan dari keluarga
Dukungan keluarga merupakan dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai
sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga. Bentuk dukungan keluarga berupa dukungan
emosi dukungan Instrumental dukungan penilaian dan dukungan informasi. Dukungan sosial emosi
meliputi kepedulian, empat cinta, perhatian dan kepercayaan. Dukungan instrumental yaitu dukungan
yang bersifat nyata atau berbentuk materi yang bertujuan untuk meringankan beban bagi penderita
diabetes yang membutuhkanya. Dukungan informasi yaitu dukungan yang dilakukan dengan memberi
informasi, nasehat dan petunjuk tentang cara pemecahan masalah. Dukungan penilaian yaitu komunikasi
tentang informasi yang relevan untuk evaluasi diri penderita diabetes, dapat berbentuk bimbingan dan
bantuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Setiadi, 2007)

Berdasarkan hasil penelitian Susanti & Sulistyarini (2013) menyatakan bahwa dukungan keluarga
pada pasien diabetes mellitus di ruang rawat inap di RS. Baptis Kediri dari 25 responden, sebanyak 17
responden memiliki dukungan keluarga yang baik yaitu 68%. Sumber dukungan yang ada dapat
dilakukan oleh keluarga dengan cara mengenal adanya gangguan kesehatansedini mungkin seperti pada
saat anggota keluarga yang menderita penyakit diabetes mellitus mengalami keluhan ketika kadar glukosa
meningkat atau menurun. Keluarga dapat saling membantu untuk memberikan perawatan, pada penelitian
ini juga didapatkan anggota keluarga yang mampu dalam hal ekonomi sehingga dapat memodifikasi rum
ah dan memberi kesempatan pada anggota keluarga yang mendenta diabetes mellitus untuk memilih
fasilitas yang diinginkan. Serta dukungan keluarga dapat memberikan motivasi pada pasien diabetes

mellitus dalam menjalankan terapi dan melakukan pengelolaan diabetes mellitus untuk meningkatkan
kesehatan.
2.4.3 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu obek tertentu. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang
(overt behavior) (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan yang btik dapat memotivasi timbulnya perubahan positif terhadap sikap, persepsi serta
perilaku sehat penderita diabetes mellitus dalam hal mengelola penyakit diabetes yang dideritanya
(Utama, 2004). Penelitian utomo (2011) membuktikan bahwa pengetahuan tentang pengelolaan diabetes
mellitus berhubungan secara signifikan dengan keberhasilan pengelolaan diabetes mellitus tipe 2 P =
0,015). Hal inl menunjukkan bahwa orang yang mempunyai pengetahuan baik mempunyai risiko 4 kali
untuk berhasil dalam pengelolaan diabetes mellitus tipe 2 dibandingkan dengan yang berpengetahuan
kurang dan secara statistik bermakna.
2.4.4 Dukungan dari tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan memberikan dukungan dengan cara pemberian penyuluhan atau edukasi dan
memberikan pelayanan yang baik bagi penderita dialetes mellitus dalam hal mengelola penyakitnya. Pada
akhirnya penyuluhan/edukasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan bertujuan untuk memberikan
pengetahuan pengelolaan diabetes. Supaya penyandang diabetes mellitus dapat mengubah perilaku,
meningkatkan kepatuhan dan kualitas hidupnya (Basuki, 2005).

Penelitian di Puskesmas Balangnipa Kabupaten Sinjai dan di Rumah Sakit Kota Tidore, yaitu seluruh
responden tidak pernah Mendapatkan penyuluhan/konsultasi gizi diabetes mellitus. Hal tersebut

dikarenakan kurangnya tenaga kesehatan yang bertugas memberikan penyuluhan/konsultasi serta
kurangnya kerjasama antara dokter dan tenaga gizi dalam memberikan konsultasi (Arta, 2010, Rustam,
2010). Penyuluhan/konsultasi ini sangat penting bagi penderita diabetes mellitus karena melalui
penyuluhan/konsultasi ini mereka dapat memahami mengenai penyakitnya dan diharapkan dapat
memperbaiki pola hidup mereka. Seperti halnya memperbaiki pola makan, aktivitas fisik, konsumsi obat
dan hal lainnya yang berhubungan dengan pengelolaan diabetes mellitus. Sehingga penderita diabetes
mellitus dapat melakukan perawatan secara mandiri. Penyuluhan merupakan salah satu faktor terpenting
dalam pengelolaan diabetes mellitus khususnya dalam penerapan diet yang baik. Dimana dalam
penyuluhan ini dapat diberikan pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan dietnya dengan baik
(Wakhidiyah & Intan Zaina, 2010).