KTI tentang hubungan antara persepsi den

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan lingkungan semakin dirasakan oleh manusia baik pada
tingkat global sampai ke tingkat lokal. Gejala kerusakan lingkungan dapat
disaksikan baik secara langsung atau tidak langsung. Pada tingkat global sudah
tampak adanya gejala perubahan iklim global sebagai akibat menipisnya
lapisan ozon, dan diperkirakan akan bepengaruh terhadap ekosistem
permukaan bumi. Sebaliknya pada tingkat lokal telah banyak kasus-kasus
kerusakan lingkungan sebagai akibat ulah aktivitas manusia dalam
memanfaatkan sumberdaya lingkungan di luar batas daya dukung alam.
Dampak yang dirasakan bukan hanya bersifat lokal akan tetapi dapat meluas
secara global/internasional.
Indonesia merupakan negara rawan bencana alam karena secara
geologis, terletak diantara lempeng Asia, Pasifik dan Australia. Bencana alam
dapat terjadi secara tiba-tiba ataupun terjadi secara perlahan-lahan. Bencana
alam merupakan suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu
masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan
manusia, baik dari sisi ekonomi tatanan masyarakat maupun lingkungan.
Bencana alam banyak menimbulkan berbagai penderitaan dan kerugian,

karena itulah muncul pengelolaan penanggulangan bencana alam atau lebih
dikenal dengan mitigasi bencana. Penanggulangan bencana alam adalah
merupakan upaya kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau
memperkecil akibat-akibat yang ditimbulkan oleh bencana alam yang meliputi
kesiapsiagaan dan kewaspadaan. Sosialisasi dibutuhkan untuk mengetahui

1

sejauh mana proses terjadinya bencana, gejala terjadinya bencana alam serta
tingkat bahaya yang ditimbulkannnya agar semua masyarakat memiliki
persepsi yang sama tentang penangulangan bencana alam dan berpartisipasi
dalam

penanggulangan

bencana.

Ada

beberapa


faktor

yang

dapat

menimbulkan besarnya kerugian dalam bencana alam yaitu kurangnya
pemahaman tentang karakteristik bencana, sikap dan perilaku yang
menunjukan ketidaksiapan atau ketidakberdayaan menghadapi bencana.
Sebagian besar penduduk Indonesia memang memiliki persepsi yang
kurang terhadap penanggulangan bencana alam sehingga partisipasi mereka
terhadap penanggulangan bencana alam pun kurang optimal. Salah satu upaya
pemerintah memberikan pendidikan penanggulangan bencana alam pada
masyarakat adalah memasukan kurikulum penanggulangan bencana alam ini
pada mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Hal ini disebabkan
persoalan lingkungan hidup merupakan persoalan yang bersifat sistemik,
kompleks, serta memiliki cakupan yang luas. Oleh sebab itu, materi atau isu
yang diangkat dalam penyelenggaraan kegiatan Pendidikan Lingkungan Hidup
juga sangat beragam termasuk diantaranya penanggulangan bencana.

Tujuan dari Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) adalah
suatu proses untuk membangun populasi manusia di dunia yang sadar dan
peduli terhadap lingkungan total (keseluruhan) dan segala masalah yang
berkaitan dengannya, dan masyarakat yang memiliki pengetahuan,
ketrampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk
bekerja sama, baik secara individu maupun secara kolektif, untuk dapat
memecahkan berbagai masalah lingkungan saat ini, dan mencegah
timbulnya masalah baru” (Unesco, 1978).

2

Berdasarkan tujuan di atas jelas terlihat bahwa tujuan dari pendidikan
Lingkungan Hidup bukan hanya pada pencapaian hasil belajar secara kognitif
saja melainkan juga termasuk di dalamnya sikap dan perilaku siswa. Sehingga
pengetahuan tentang penanggulangan bencana alam pada siswa akan turut
mewarnai persepsi siswa terhadap penanggulangan bencana alam serta
partisipasinya dalam penanggulangan bencana.
Berdasarkan hasil pengamatan MTs. Negeri Singaparna terletak di
wilayah yang berdekatan dengan daerah Cigalontang, daerah yang pernah
mengalami kerusakan terparah sewaktu bencana alam gempa menimpa

wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Hal ini menunjukan bahwa

dibutuhkan

persepsi yang sama tentang upaya penanggulan bencana alam termasuk juga
pada persepsi siswa, sehingga dengan adanya persepsi yang baik terhadap
penanggulangan bencana alam akan membantu meningkatkan tingkat
partisipasinya dalam penanggulangan bencana alam tersebut.
Partisipasi berarti ikut sertanya sesorang baik secara langsung maupun
tidak langsung, sejak dari gagasan, perumusan kebijakan hingga pelaksanaan
program. Jenis partisipasi yang dilakukan itu berbeda-beda, mulai partisipasi
secara fisik maupun secara non fisik. Jenis partisipasi bisa berupa partisipasi
buah pikiran, tenaga, harta benda dan partisipasi keterampilan.
Selanjutnya jika siswa memiliki persepsi yang baik tentang
penanggulangan bencana alam maka akan turut mewarnai terhadap partisipasi
yang akan dilakukan siswa dalam upaya penanggulangan bencana alam
tersebut. Atas dasar pemikiran tersebut di atas, peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang “ Hubungan Persepsi Siswa terhadap
Penanggulangan


Bencana

Alam

dengan

3

Partisipasi

Siswa

dalam

Penanggulangan Bencana Alam (Studi pada Siswa Kelas IX MTs Negeri
Singaparna Kabupaten Tasikmalaya)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah adakah hubungan antara persepsi siswa tentang
penanggulangan bencana alam dengan partisipasinya dalam penanggulangan

bencana?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan masalah penelitian yang telah dikemukakan di atas,
maka tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi
siswa tentang penanggulangan bencana alam dengan partisipasinya dalam
penanggulangan bencana alam.

4

BAB II
KAJIAN LITERATUR

A. Persepsi Siswa tentang Penanggulangan Bencana Alam
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan. Kata persepsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1061 )
berarti : 1) tanggapan (penerimaan) langsung dari suatu serapan, 2) proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indera. Sedang Slameto
(2010:102) mengemukakan persepsi adalah proses yang menyangkut
masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi
manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya.

Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus
tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja stimulus
menggerakkan indera. Dalam hal ini persepsi diartikan sebagai proses
mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif dengan bantuan
indera.
Menurut Ruch (1967) persepsi adalah suatu proses tentang petunjukpetunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan
diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan
bermakna pada suatu situasi tertentu. Senada dengan hal tersebut Atkinson dan
Hilgard (1991:201) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita
menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Gibson
dan Donely (1994: 53) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian
arti terhadap lingkungan oleh seorang individu.

5

Indonesia merupakan wilayah luas yang terletak pada garis khatulistiwa
pada posisi silang antara dua benua dan dua samudera, berada dalam wilayah
yang memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis yang
rawan terhadap terjadinya bencana dengan frekuensi yang cukup tinggi. Oleh
karena itu sangat diperlukan pengelolaan dalam penanggulangan bencana.

Mitigasi bencana atau manajemen bencana menurut Ramli (2010 :11)
adalah upaya sistematis dan komprehensif untuk menanggulangi semua
kejadian bencana secara cepat, tepat dan akurat untuk menekan korban dan
kerugian yang ditimbulkannya. Istilah yang digunakan untuk menunjuk pada
semua tindakan untuk mengurangi dampak dari suatu bencana alam yang
dapat dilakukan sebelum bencana alam itu terjadi, termasuk kesiapan dan
tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang. Mitigasi bencana alam
mencakup baik perencanaan dan pelaksanaan tindakan untuk mengurangi
resiko-resiko yang terkait dengan bahaya-bahaya karena ulah manusia dan
bahaya alam yang sudah diketahui, proses perencanaan dan pelaksanaan
tindakan-tindakan untuk mengurangi resiko-resiko yang terkait dengan
bahaya-bahaya karena ulah manusia dan bahaya alam yang sudah diketahui
dan proses perencanaan untuk respon terhadap bencana alam yang betul-betul.
Menurut Ramli (2010 :31) tahapan dalam mengahadapi bencana ada
tiga tahapan yaitu :
1. Pra bencana, tahapan ini meliputi tahapan kesiagaan, peringatan dini
dan mitigasi. Kesiagaan merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melaui pengorganisasian
melaui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Mitigasi bencana,
menurut PP No 21 tahun 2008 dalam Ramli (2010 :32) adalah

serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana baik melaui
6

pembangunan

fisik,

penyadaran

dan

peningkatan

kemampuan

menghadi ancaman bencana. Mitigasi bencana dilakukan melalui
pendekatan teknis,pendekatan manusia dan pendekatan administratif
serta pendekatan kultural.
2. Saat kejadian bencana terdiri dari tahapan tanggap darurat dan
penagggulangan bencana. Tanggap darurat merupakan serangkaian

kegiatan yang dilakukan pada saat kejadian bencana untuk menanggapi
dampak buruk yang ditimbulkan.
3. Pasca Bencana terdiri dari tahapan rehabilitasi dan rekontruksi.
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik pada tingkat yang memadai setelah terjadi bencana. Sedangkan
rekontruksi adalah pembangunan kembali semua sarana dan prasarana
pada wilayah bencana.
Persepsi siswa tentang penanggulangan

bencana alam (mitigasi

bencana) dapat berupa proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian
obyektif dengan bantuan indera tentang kejadian kesiapsiagaan prabencana,
saat bencana, dan pasca bencana. Prabencana alam berupa kesiapsiagaan atau
upaya memberikan pemahaman pada penduduk untuk mengantisipasi bencana
alam melaui pemberian informasi, peningkatan kesiagaan kalau terjadi
bencana alam serta langklah langkah untuk mempercil resiko bencana. Pada
saat kejadian berupa tanggap darurat yaitu upaya yang dilakukan segera pada
saat kejadian bencana alam untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan
terutama berupa penyelamatan korban, harta benda,evakuasi dan pengungsian.

Pasca bencana alam berupa pemulihan, rehabilitasi dan pembangunan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa
tentang

penanggulangan

bencana
7

alam

adalah

proses

seseorang

mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus terhadap sesuatu obyek
melalui panca-inderanya (penglihatan, pendengaran, peraba, dan pencium)
mengenai penanggulangan

bencana. Adapun indikator dalam persepi

penanggulangan

bencana alam adalah (1) persepsi tentang pengertian

penanggulangan

bencana, (2) persepsi tentang penanggulangan pra

bencana, (3) persepsi tentang penanggulangan ketika dan pasca bencana.
B. Partisipasi Siswa dalam Penanggulangan Bencana Alam
Secara etimologi, partisipasi berasal dari bahasa Inggris ”participation”
yang berarti mengambil bagian/keikutsertaan. Dalam kamus lengkap Bahasa
Indonesia dijelaskan “partisipasi” berarti: turut berperan serta dalam sesuatu
kegiatan, keikutsertaan, peran serta.
Hamidjoyo (1978) mengemukakan bahwa jenis partisipasi yang
dilakukan masyarakat itu berbeda-beda. Jenis partisipasi yang disumbangkan
oleh masyarakat itu dapat diperinci sebagai berikut: (1) Partisipasi buah
pikiran, yaitu menyumbangkan buah pikiran pengalaman, pengetahuan dalam
pertemuan pertemuan seperti ajang sono atau rapat; (2) Partisipasi tenaga,
dalam berbagai kegiatan yang yang tujuannya untuk perbaikan atau
pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain dan sebagainya; (3) Partisipasi
harta benda, yang diberikan oleh seseorang dalam suatu kegiatan untuk
perbaikan dan pembangunan desa pertolongan bagi orang lain dan sebagainya;
(4) Partisipasi keterampilan dan kemahiran, yang diberikan untuk mendorong
aneka ragam bentuk usaha dan industri; (5) Partisipasi sosial, yang diberikan
orang sebagai tanda paguyuban seperti ikut arisan, koperasi dan lain-lain.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi
siswa dalam penanggulangan bencana alam adalah keikutsertaan siswa dalam
hal tenaga, materi, dan pikiran maupun keterampilan yang disumbangkan
8

dalam membantu upaya untuk penanggulangan bencana. Adapun indikator
untuk partisipasi siswa dalam penanggulangan

bencana alam adalah (1)

Partisipasi buah pikiran,(2) Partisipasi tenaga, (3) Partisipasi harta benda, 4)
Partisipasi keterampilan dan kemahiran.

BAB III
9

METODE PENELITIAN

A. Sampel dan Sumber Data
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX MTs
Negeri Singaparna yang berjumlah 110 orang. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Total Sampling
yaitu kesemua anggota populasi dijadikan sampel penelitian, yang mana
jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 110 orang.
Tabel 1.
Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian
Jumlah
No
1
2
3
3

Kelas
Siswa
27
26
27
30
110

Kelas IX A
Kelas IX B
Kelas IX C
Kelas IX D
JUMLAH

B. Variabel
Dalam penelitian ini terdiri atas 2 (dua) variabel yaitu variabel independen
(bebas) dan variabel dependen (terikat): Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah persepsi terhadap penanggulangan alam (X) sedangkan variabel
terikatnya adalah partisipasi siswa dalam penanggulangan alam (Y).
C. Instrumen Penelitian
1. Angket persepsi penanggulangan bencana alam dengan indikator : (1)
persepsi tentang pengertian penanggulangan bencana, (2) persepsi
tentang

penanggulangan

pra

bencana,

(3)

persepsi

tentang

penanggulangan ketika dan pasca bencana. Untuk butir favorable skor

10

yang diberikan untuk jawaban Sangat Sesuai (SS) diberi skor 5, Sesuai (S)
diberi skor 4,Kurang Sesuai (KS) = 3, Tidak Sesuai (TS) = 2, Sangat Tidak
Sesuai (STS) = 1, sedangkan Untuk butir un favorable skor yang diberikan
untuk jawaban Sangat Sesuai (SS) diberi skor 1, Sesuai (S) diberi skor
2,Kurang Sesuai (KS) = 3, Tidak Sesuai (TS) = 4, Sangat Tidak Sesuai
(STS) = 5.
2. Angket partisipasi siswa dalam Penanggulangan Bencana Alam dengan
indikator : (1) Partisipasi buah pikiran, (2) Partisipasi tenaga, (3) Partisipasi
harta benda, (4) Partisipasi keterampilan dan kemahiran.

Siswa diminta

untuk memilih salah satu alternatif jawaban yang disediakan, yaitu selalu
(SL), sering (SR), jarang (JR), pernah (P) dan tidak pernah (TP), yang
sesuai dengan aktifitas siswa. Setiap respon mendapat nilai sesuai dengan
arah dari pernyataan yang bersangkutan.
D. Uji Coba Instrumen Penelitian
Kuesioner ini akan diuji cobakan pada responden yang bukan anggota
sampel penelitian yaitu pada siswa kelas IX MTs. PSA Miftahul Falah
Sindangsono Cigalontang, tetapi memiliki karakteristik yang sama dengan
anggota sampel yang akan diteliti sebenarnya. Syarat minimal untuk dapat
dianggap valid adalah rhitung lebih besar daripada rtabel. Instrument penelitian ini
sebelumnya diuji kelayakan dengan menggunakan uji validitas dan uji
reliabilitas.
1). Validitas
Menurut Arikunto, Suharsimi (2010:160) validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

11

diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti
secara tepat. Dalam penelitian ini pengukuran validitas diukur dengan
menggunakan bentuk metode statistik. Menurut Sugiyono (2003:273)
data yang terkumpul diuji dengan teknik korelasi product moment dari
Karl Pearson.
X

∑¿

¿
Y
∑ X∑ ¿
¿
X
∑ ¿2
¿
2
∑ Y¿
N ∑ Y 2−¿
¿
2
X –¿¿
N ∑¿
¿
√¿
N¿
r =¿

r hitung

=

koefisien korelasi

X1

=

Jumlah skor item

Y1

=

jumlah skor total nilai seluruh item

n

=

jumlah responden

Berdasarkan hasil uji coba angket persepsi tentang penanggulangan
bencana kepada 30 responden yang terdiri dari 40 butir pernyataan, pertanyaan
terdapat 5 pernyataan yang tidak valid, yaitu nomor

27,30,34,37 dan 40

karena harga rxy < 0,361. Selanjutnya untuk pernyataan yang lain memiliki
harga rxy > r tabel = 0,361 untuk α = 5% dengan n = 30 digunakan sebagai
instrumen penelitian . Dengan demikian 35 butir pernyataan tersebut dikatakan
valid dan dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian.

12

Untuk hasil uji coba
bencana

angket

partisipasi dalam penanggulangan

kepada 30 responden yang terdiri dari 40

butir pernyataan,

pertanyaan terdapat 3 pernyataan yang tidak valid, yaitu nomor 27,30,40
karena harga rxy < 0,361. Selanjutnya untuk 37 pernyataan yang lain memiliki
harga rxy > r tabel = 0,361 untuk α = 5% dengan n = 30 digunakan sebagai
instrumen penelitian . Dengan demikian 37

butir pernyataan tersebut

dikatakan valid dan dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian.

2) Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas suatu instrumen dilakukan dengan menganalisis
konsistensi butir-butir atau item pertanyaan dengan teknik consistency, yaitu
pengujian dengan menganalisis konsistensi butir atau pertanyaan yang ada
hanya satu kali. Adapun rumus yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah
sebagai berikut (Sugiyono, 2012 : 132):

r11 =

[ ][

∑ σi
n
1− 2
n−1
σi

2

]

Keterangan :
r11

= Reliabilitas angket yang dicari

n

= Banyaknya item dalam angket

∑ σ 2i
2

σi

= Varian total
= Jumlah varian skor tiap item

Berdasarkan hasil uji coba diperoleh nilai reliabilitas untuk angket
persepsi siswa tentang penaggulangan bencana sebesar 0,962 angket
partisipasi siswa dalam penanggulngan bencana sebesar 0,974 keduanya
termasuk memiliki nilai sangat reliabel.

13

E. Analisis Data
Teknik analisis data penelitian dalam penelitian ini menggunakan
dengan analisis korelasional. Sebelum melaksanakan analisis

korelasional

akan dilakukan terlebih dahulu uji normalitas dan uji linieritas.
1. Pengujian normalitas
Analisis data menggunakan SPSS dengan pedoman pengambilan
keputusan untuk uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov
yang dipadukan dengan kurva Normal Q-Qplots.

Dengan ketentuan

pengujian jika probabilitas atau Asymp (2-tailed) lebih besar dari level of
significant (α) maka data berdistribusi normal. Sedangkan menurut
Santoso dalam Sujianto, Agus Eko (2009:78) jika Sig atau signifikasi
nilai probabilitas > 0,05 maka data berdistribusi normal (simetris).
Sehingga seperti yang dikemukakan Oleh Sujianto, Agus Eko (2009:83)
pedoman pengambilan keputusan normalitas dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov dalam SPSS 16.0 adalah :
 Nilai Sig atau signifikasi atau nilai probabilitas < 0,05 distribusi data
adalah tidak normal,
 Nilai Sig atau signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05 distribusi data
adalah normal.
2. Persyaratan kedua dalam pengujian persyaratan analisis adalah uji
linieritas regresi. Uji linieritas regresi digunakan untuk mengetahui apakah
data yang diperoleh berbentuk linier atau tidak. Berikut ini akan disajikan
hasil uji linieritas regresi dari variabel-variabel tersebut masing-masing
digunakan teknik pengujian dengan prosedur polinominal ANOVA satu
jalur. Dengan kaidah : Jika Asymp. Sig. lebih kecil dari harga probabilitas

14

yang digunakan, maka regresi linier. Jika Asymp. Sig. lebih besar dari
harga probabilitas yang digunakan, maka regresi tidak linier.

3. Pengujian hipotesis mengunakan rumus korelasi Product momen, yaitu
X

∑¿

¿
Y
∑ X∑ ¿
¿
X
∑ ¿2
¿
2
∑ Y¿
N ∑ Y 2−¿
¿
X2 – ¿ ¿
N∑¿
¿
√¿
N¿
r =¿

r hitung

= koefisien korelasi,

X1

= Jumlah skor item

Y1

=

jumlah skor total nilai seluruh item

=

jumlah reponden

n

Uji korelasi ini bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel
atau lebih yang bukan berarti hubungan fungsional atau hubungan sebab
akibat. Sedangkan sifat korelasinya akan menentukan arah korelasinya.
Pengujian hipotesis untuk menguji hubungan melalui persamaan regresi
linier sederhana. Persamaan linier sederhana

y = a + bx, uji hipotesis

dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan hipotesis statistik :

15

Ho = ρxy = o
Ha = ρxy >o
Dengan kriteria pengujian
Pengujian

jika r-hitung > r-tabel maka Ho ditolak.

jika r-hitung < r-tabel maka Ho diterima Untuk mengetahui

signifikansi korelasi digunakan rumus uji-t.
t =

r √n.2
√ 1. r2

Dengan kriteria pengujian :
jika t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak
jika t-hitung < t-tabel maka Ho diterima.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
1. Persepsi siswa tentang penanggulangan bencana alam (X)
Pengambilan data dilakukan pada sampel penelitian yang berjumlah 110
orang. Kemudian hasil dari tes diolah/dianalisis dengan menggunakan SPSS
16.0 yang menunjukkan bahwa skor data tertinggi adalah 175 dan skor data
terendah adalah 66. Rata-ratanya sebesar 132,245 dengan standar deviasi
26,664.
Untuk mengetahui kategori data hasil penelitian maka kita bandingkan
dengan pedoman
penanggulangan

pengkategorian.
alam

adalah

(1)

Adapun indikator dalam persepi
persepsi

tentang

pengertian

penanggulangan bencana, (2) persepsi tentang penanggulangan pra
bencana, (3) persepsi tentang penanggulangan ketika dan pasca bencana.
Persepsi siswa tentang penanggulangan bencana alam
16

termasuk kedalam

kategori sedang, karena memiliki nilai rata-rata 132,245 lebih besar dari skor
minimum di tambah dua kali standar deviasi yaitu 119,328.
Tabel 2.
Pengkategorian Data Persepsi Siswa tentang Penanggulangan
Bencana Alam
N

Rentang Skor

o
1
2
3
4
Ket : X́

Kategori

Harga

X́ >skor min + 4 SD
X́ > skor min + 3 SD
X́ > skor min + 2 SD
X́ 172,656
Baik
X́ >¿ 145,992
Sedang
X́ > 119,328
Rendah
X́ < 119,328
= 132,245 sehingga termasuk ke dalam kategori rendah

Berdasarkan data hasil analisis SPSS 16.0 maka histogramnya dapat
disajikan dalam grafik (Gambar 1.)

Gambar 1. Histogram Persepsi Siswa tentang Penanggulangan
Bencana Alam
Untuk

analisis

gambar

penanggulangan bencana alam

histogram
di atas

persepsi

siswa

tentang

terlihat bahwa rata-rata yang

diperoleh sebesar 132,245 standar deviasi sebesar 26,664 dengan jumlah
responden sebanyak 110 orang. Selain data tersebut kita juga memperoleh nilai
maksimum 175 dan nilai minimumnya sebesar 66.
Data tersebut dikelompokan dengan membandingkan antara nilai ratarata dengan skor minimum ditambah dengan standar deviasi, sebagai berikut :

17

yang memiliki persepsi siswa tentang penanggulangan bencana alam

dengan

kategori sangat baik ada 2 orang (1,82%); yang memiliki persepsi siswa
tentang penanggulangan bencana alam dengan kategori baik ada 33 orang
(30%) yang memiliki persepsi siswa tentang penanggulangan bencana alam
dengan kategori sedang ada 38 orang (34,54%) dan yang memiliki persepsi
siswa tentang penanggulangan bencana alam dengan kategori rendah ada 37
orang (33,64%).

2. Partisipasi Siswa dalam penanggulangan bencana alam (Y)
Data angket partisipasi siswa dalam dalam penanggulangan bencana
alam yang diperoleh dari sampel penelitian yang berjumlah 110 orang. Data
hasil uji coba kemudian diolah oleh SPSS 16.0 sehingga diperoleh skor data
tertinggi adalah 175 dan skor data terendah adalah 52. Rata-rata sebesar
126,454 dengan standar deviasi 32,297. Untuk mengetahui kategori data hasil
penelitian maka kita bandingkan dengan pedoman pengkategorian. Adapun
indikator untuk partisipasi siswa dalam penanggulangan alam adalah : (1)
Partisipasi buah pikiran, (2) Partisipasi tenaga, (3) Partisipasi harta benda, (4)
Partisipasi keterampilan dan kemahiran. Partisipasi siswa dalam

dalam

penanggulangan bencana alam termasuk ke dalam kategori sedang, karena
memiliki nilai rata-rata 126,454 lebih besar dari skor minimum ditambah dua
kali standar deviasi ( X́

memiliki nilai > skor Min + 2 SD) yaitu 116,594.
Tabel 4.

Pengkategorian Data partisipasi siswa dalam penanggulangan bencana
alam

18

N
o
1
2
3
4

Rentang Skor

Kategori

Harga

Sangat Baik
X́ >skor min + 4 SD
X́ > 181,188
Baik
X́ > skor min + 3 SD
X́ >¿ 148,89
Sedang
X́ > skor min + 2 SD
X́ > 116,594
Rendah

Dokumen yang terkait

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

Konstruksi Media tentang Kontroversi Penerimaan Siswa Baru di Kota Malang (Analisis Framing pada Surat Kabar Radar Malang Periode 30 Juni – 3 Juli 2012)

0 72 56

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN PEMBENTUKAN CITRA POSITIF RUMAH SAKIT Studi pada Keluarga Pasien Rawat Jalan RSUD Dr. Saiful Anwar Malang tentang Pelayanan Poliklinik

2 56 65

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Komunikasi antarpribadi antara guru dan murid dalam memotivasi belajar di Sekolah Dasar Annajah Jakarta

17 110 92

Makna Kekerasan Pada Film Jagal (The Act Of Killing) (Analisis Semiotika Roland Barthes pada Film Dokumenter "Jagal (The Act of Killing)" tentang Pembunuhan Anti-PKI pada Tahun 1965-1966, Karya Joshua Oppenheimer)

17 109 98

Rancangan media informasi tentang makanan tradisional Peyeum Bandung

5 77 1

Politik Hukum Pembaharuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Kajian Pasal 74 beserta Penjelasannya)

0 1 22