PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Pe (5)

Community Water Services and Health (CWSH)

B berpenghasilan rendah melalui perbaikan higinitas dan

erdasarkan Memorandum of Understanding (MOU)

antara Pemerintah Republik Indonesia dan Asian perilaku sehat keluarga yang berkaitan dengan air, Development Bank (ADB) telah diperoleh kesepakatan

didukung oleh perbaikan akses terhadap air minum dan bahwa ADB akan memberikan dukungan terhadap

sanitasi.

upaya-upaya Pemerintah Republik Indonesia untuk mengurangi berbagai permasalahan dan keterbatasan

Tujuan Khusus:

yang berkaitan dengan pelayanan penyediaan sarana Pemerintah daerah mampu meningkatkan air minum dan peningkatan pelayanan kesehatan, baik

pelayanan air minum dan pelayanan kesehatan melalui di wilayah pedesaan maupun di perkotaan.

pelembagaan sistem yang tanggap terhadap kebutuhan Berkaitan dengan hal tersebut pada Country

dan berbasis keluarga serta program-program yang Program Mission ADB (CPM) tahun 2002, telah

memfokuskan pada masyarakat berpenghasilan dipastikan bahwa “Community Water Services and Health

rendah, dan dalam kemitraan dengan masyarakat sipil Project” (CWSHP) masuk pada Country Strategy and

dan sektor swasta.

Program (CSP) 2003-2005 untuk Indonesia. Selain itu ADB telah memasukkan proyek CWSH sebagai

Output

pinjaman yang akan berlaku efektif tahun 2004 kepada Pemerintah Indonesia.

Adapun output yang diharapkan dari proyek ini adalah: Pada saat ini, proyek CWSH sedang dalam taraf

a. Pemerintah daerah diberdayakan dan dapat persiapan. Salah satu kegiatan utama yang harus

memfasilitasi perencanaan dan pelaksanaan proyek dilakukan dalam tahap persiapan proyek CWSH adalah

berbasis masyarakat (termasuk manajemen proyek), Project Preparation Technical Assistance (PPTA).

dan mampu memberikan pelayanan kesehatan Secara umum, tujuan PPTA ini adalah membantu

berbasis keluarga khususnya terhadap penyakit pemerintah Indonesia untuk mengidentifikasi dan

menular berbasis air.

mempersiapkan proposal proyek yang diharapkan

b. Masyarakat dan keluarga diberdayakan sehingga mampu merencanakan, mengadvokasi, mengelola

dapat diimplementasikan mulai tahun anggaran 2004. dan memelihara program ABPL, serta meningkatkan

Sedangkan keluaran dari kegiatan PPTA ini akan perilaku dan higinitas kesehatan. dipergunakan oleh ADB dan Pemerintah Indonesia

c. Pembangunan sarana dan prasarana air minum dan untuk memproses dan memformulasikan investasi yang sanitasi yang memadai, mudah terjangkau dan diperlukan dalam meningkatkan pelayanan penyediaan berkelanjutan bagi masyarakat, di samping air minum dan pelayanan kesehatan. pembangunan fasilitas kesehatan lainnya yang Tim PPTA mulai efektif bekerja tanggal 16 Juni 2003 berkaitan dengan pengawasan penyakit berbasis

dan akan berakhir pada bulan Maret 2004 (10 bulan).

air.

Tim ini akan menyusun SPAR (Sub Project Appraisal

d. Sistem pelaksanaan dan pengkoordinasian proyek Report) kabupaten yang berasal dari propinsi-propinsi

yang efisien, meliputi kegiatan monitoring dan terpilih.

evaluasi dari hasil-hasil proyek.

Tujuan dan Output

Lokasi Proyek

Tujuan Umum: Tim Teknis Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Meningkatkan kualitas hidup dan derajat kesehatan

(AMPL) Pusat yang beranggotakan sektor-sektor terkait masyarakat perdesaan dan pinggir perkotaan yang (AMPL) Pusat yang beranggotakan sektor-sektor terkait masyarakat perdesaan dan pinggir perkotaan yang

Tim Teknis telah berupaya melakukan pembicaraan intensif dengan Propinsi Papua yang menempati ranking ke-2 agar dapat berpartisipasi dalam proyek CWSH. Hal ini dilakukan hingga minggu kedua bulan Agustus 2003. Tim Teknis akhirnya memutuskan untuk mengganti Propinsi Papua dengan Propinsi Bengkulu sebagai propinsi keempat yang akan berpartisipasi dalam proyek ini.

Lokakarya Tingkat Propinsi telah diselenggarakan di Palangkaraya, Jambi, Pontianak, dan Bengkulu. Dari lokakarya ini telah ditetapkan kabupaten terpilih sebanyak tiga kabupaten untuk masing-masing propinsi terpilih. Untuk Propinsi Kalimantan Tengah telah dipilih

Persiapan: Workshop Nasional Proyek Community Water Kabupaten Kapuas, Kotawaringin Timur, dan Barito Services and Health (CWSH) berlangsung 2 Juli 2003 di

Selatan. Untuk Propinsi Kalimantan Barat telah Bekasi

ditetapkan Kabupaten Ketapang, Sintang, dan Landak. Untuk Propinsi Jambi telah dipilih Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Bungo, dan Batang Hari. Sedangkan

(Bappenas, Depkes, Depdagri, Depkimpraswil, untuk Propinsi Bengkulu telah ditetapkan Kabupaten Depkeu) telah mengembangkan kriteria untuk memilih Bengkulu Utara, Bengkulu Selatan, dan Rejang Lebong. calon propinsi untuk berpartisipasi dalam proyek Lokakarya tingkat propinsi ini kemudian ditindaklanjuti berdasarkan angka Human Development Index (HDI), dengan lokakarya kabupaten dalam rangka proses awal Gender-related Development Index (GDI), Human Poverty penyusunan proposal proyek (SPAR). Index (HPI), cakupan air minum dan sanitasi, angka Pada acara Tripartite Meeting tanggal 2 September diare, dan keberadaan beberapa proyek air minum dan 2003 telah disepakati untuk menambah jumlah sanitasi serta mempertimbangkan kesempatan untuk keseluruhan kabupaten yang akan berpartisipasi dalam perolehan keterkaitan dengan proyek-proyek ADB proyek ini menjadi 19 kabupaten yang berasal dari lainnya, seperti FHN, DHS dan RWSS.

empat propinsi terpilih.

Proses Persiapan

Penutup

Pada tanggal 23 Juni 2003 telah dilakukan Proyek CWSH ini merupakan proyek pertama di peluncuran proyek. Dalam pertemuan ini telah dipilih

tahun 2003 yang dalam penyusunan usulan proyeknya

12 propinsi yaitu Kalimantan Barat, Papua, Lampung, mengikuti prosedur dan ketentuan baru yaitu Keputusan Sulawesi Tengah, Jambi, Banten, Gorontalo, Kalimantan

Menteri Keuangan RI No. 35/KMK.07/2003 tentang Selatan, Kalimantan Tengah, Bengkulu, Riau, dan

Perencanaan, Pelaksanaan/Penatausahaan, dan Sulawesi Tenggara.

Pemantauan Penerusan Pinjaman Luar Negeri Pada Lokakarya National Proyek CWSH tanggal 2

Pemerintah kepada Daerah. Sesuai dengan ketentuan Juli 2003 telah diundang 12 propinsi tersebut di atas

KMK 35, ada kewajiban bagi Pemerintah Daerah yang terdiri atas unsur Bappeda dan Dinas Kesehatan.

Propinsi dan Kabupaten untuk menanggung beban Sampai dengan akhir acara, ternyata wakil dari Propinsi

bersama dengan Pemerintah Pusat dalam Papua tidak ada yang hadir.

pengembalian pinjaman, sehingga kemungkinan lokasi Tanggal 22 Juli 2003 telah dilakukan rapat koordinasi

propinsi yang telah ditetapkan tersebut di atas dapat Tim Teknis AMPL di Bappenas bersama Tim PPTA

berubah sejalan dengan kesediaan Pemerintah Daerah CWSH. Dalam rapat diputuskan akan dilakukan

untuk menanggung beban bersama.

Program Air Bersih dan Sanitasi Perdesaan Propinsi Nusa Tenggara Timur (ProAir)

ropinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dikenal kemampuan masing-masing kabupaten. Selanjutnya sebagai daerah yang angka curah hujannya

kegiatan ini diberi nama khusus yaitu ProAir, untuk

rendah, oleh karena itu wilayah ini dikenal pula sebagai membedakannya dengan proyek air minum dan daerah yang sulit air. Selain kondisi daerah yang

sanitasi perdesaan lainnya.

sedemikian itu, pengetahuan penduduk tentang higinitas yang masih kurang, serta sebagian penduduk

Tujuan

yang masih tinggal di tempat yang belum memenuhi standar lingkungan yang sehat, menyebabkan

a. Tujuan Umum

penduduk Nusa Tenggara Timur berada dalam kondisi Memberikan konstribusi untuk menurunkan risiko rentan terhadap penyakit yang ditularkan melalui air.

kesehatan bagi masyarakat perdesaan akibat pe- Memperhatikan keadaan di atas, Pemerintah RI dan

nyakit yang ditularkan melalui air yang digunakan Pemerintah Jerman pada tahun 1998 sepakat untuk

melalui peningkatan pelayanan prasarana dan sa- bekerja sama dalam pembangunan di bidang air minum

rana air minum dan sanitasi di masyarakat perde- dan sanitasi di Propinsi Nusa Tenggara Timur.

saan di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Menindaklanjuti kerja sama di atas, pada tahun

b. Tujuan Khusus

2001 dilakukan pertemuan antarsektor terkait di tingkat Masyarakat perdesaan mampu mengelola sendiri pusat dan daerah dengan German Bank for

prasarana dan sarana air bersih dan sanitasinya Reconstruction (KfW) Jerman. Dalam pertemuan

secara berkesinambungan dan diharapkan peme- tersebut disepakati bahwa German Ministery for

rintah setempat dapat mengadopsi pendekatan Economic Cooperation (BMZ), KfW dan Deutsche

ini.

Gesselschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) mengkoordinasikan program bantuan teknis dan

Lokasi

bantuan keuangan. Kabupaten yang menerima bantuan ProAir berlokasi pada daerah perdesaan di program adalah Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten

Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Sumba Barat, dan Sumba Barat, dan Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Kabupaten Timor Tengah Selatan, Propinsi Nusa Pada tanggal 12 Desember 2001 diterbitkan Grant

Tenggara Timur.

Agreement “Rural Water Supply and Sanitation”. KfW Jerman memberikan hibah untuk Propinsi Nusa

Pelaksanaan Program

Tenggara Timur sebesar 15,6 juta DM untuk biaya Berbeda dengan cara pendekatan yang dilakukan investasi (pembangunan konstruksi, pengadaan barang

pada masa lalu yang mendasarkan pada standar dan jasa) serta untuk biaya konsultan. Sedangkan untuk

normatif dari pemerintah (Supply Driven), maka pada dana pendampingnya, masing-masing kabupaten akan

pelaksanaan program ProAir menggunakan pendekatan menyediakan dana investasi di dalam Daftar Isian

berdasarkan kebutuhan masyarakat (Demand Driven). Proyek Daerah (DIPDA) sebesar 10 persen dari nilai

Ada beberapa tahap yang harus dilalui dalam hibah yang diberikan oleh KfW Jerman dan dana non

pelaksanaan program ProAir, yaitu tahap sosialisasi dan investasi yang besarnya sesuai kebutuhan dan

diseminasi, tahap permohonan dan penilaian, tahap

perencanaan, tahap rancang bangun dan pembuatan teknologi yang paling sesuai dengan kondisi kontrak, tahap konstruksi dan tahap pascakonstruksi.

masyarakat

Pelaksanaan ProAir dilakukan secara bertahap dimulai dengan pelaksanaan kegiatan di Kabupaten

B Kendala Non Fisik

Sumba Timur. Pelaksanaan di Kabupaten Sumba Timur - Kurangnya pemahaman dari pelaksana di daerah telah sampai pada tahap III. Tahap I, sosialisasi dan

terhadap pendekatan demand driven berakibat pada diseminasi, telah dilaksanakan melalui kampanye yang

relatif lambatnya tanggapan masyarakat terhadap dilakukan oleh Tim Koordinasi ProAir Kabupaten (TKK)

program ini.

yang menghasilkan banyak permohonan yang diajukan - Mekanisme penyaluran dana (Fund Chanelling) oleh masyarakat. Selanjutnya dalam tahap II, semua

masih belum dipahami secara baik, sehingga masih permohonan tersebut diterima oleh ProAir dan dinilai

ditemui banyak kendala baik dalam proses kelayakannya oleh Tim Pelaksana dan Unit Pelaksana

pengajuan dana maupun pencairannya. Proyek (Project Implementation Unit-PIU). Tahap III

berupa perencanaan pelaksanaan yang akan

Rencana ke depan

melibatkan kelompok masyarakat dalam rencana Agar kendala–kendala tersebut dapat dilewati pelaksanaan yang sesungguhnya melalui proses

dengan baik, maka ke depan direncanakan: partisipatif di bidang higinitas dan sanitasi dengan

a. Melakukan pembinaan secara rutin, termasuk menggunakan metoda MPA-PHAST yang akan

melakukan sosialisasi kembali program ProAir difasilitasi oleh tenaga motivator.

dengan cara advokasi kepada pemerintah daerah dan DPRD Kabupaten

b. Mencari pilihan teknologi baru di bidang air minum dan sanitasi yang sesuai untuk diterapkan di NTT.

Pemetaan: Pemetaan penduduk menjadi faktor penting dalam menentukan keberhasilan suatu proyek.

Kendala

Ada beberapa kendala yang ditemui selama pelaksanaan program, baik yang bersifat fisik maupun non fisik yaitu :

A Kendala Fisik

- Kondisi geografis, dan lokasi permukiman yang terpencar menyulitkan dalam menentukan pilihan

SANIMAS

SANIMAS

Sebuah Inisiatif Pengelolaan Sanitasi

Berbasis Masyarakat

Oleh: A Lambertus, WSP-EAP

Apakah SANIMAS?

Tujuan SANIMAS

SANIMAS atau Sanitasi oleh Masyarakat merupakan Dengan terbatasnya opsi pembuangan limbah yang ada sebuah inisiatif yang dirancang untuk mempromosikan

saat ini, SANIMAS bertujuan untuk mengenalkan pilihan Sanitasi Berbasis Masyarakat (SBM) sebagai pilihan bagi lain, yaitu Sistem Pembuangan Limbah Berbasis masyarakat miskin perkotaan. Masyarakat. Upaya ini diharapkan bisa menjadi pilihan

pemerintah setempat dalam strategi pembangunan

Latar Belakang

sanitasinya.

Kondisi sanitasi lingkungan yang buruk di kawasan miskin perkotaan mengakibatkan kerugian ekonomi serta

Pendekatan yang Tanggap Pada Kebutuhan (TPK)

menurunkan kualitas hidup, terutama di kalangan wanita dan anak-anak. Situasi sanitasi yang parah menyebabkan

Saat ini SANIMAS sedang diujicobakan di tujuh kota, berulangnya epidemi infeksi perut sehingga keberjangkitan

yaitu Blitar, Pasuruan, Kediri, Mojokerto, Sidoarjo, dan penyakit thypus di Indonesia tercatat tertinggi di Asia Timur.

Pamekasan di Jawa Timur dan Denpasar di Bali. Lokasi Akibatnya kerugian ekonomi yang diderita diperkirakan

terpilih melalui proses yang cukup panjang. Pertama, sebesar 47 triliun rupiah per tahun (4,4% PDB 1997) atau

dilakukan pengenalan SANIMAS kepada 21 kota di Jawa setara dengan Rp 120.000 per rumah tangga per bulan.

Timur (15) dan Bali (6) yang berkepadatan penduduk di Kondisi sanitasi lingkungan yang buruk di kawasan miskin

atas 700 orang per ha. Juga disampaikan bahwa selanjutnya perkotaan tentu berkaitan dengan sistem pembuangan

sebuah seminar akan diselenggarakan dengan tujuan limbah tinja yang ada saat ini. Sarana yang umum

mendiskusikan SANIMAS secara lebih rinci. Kota yang digunakan di perkotaan bisa dikategorikan dalam:

berminat dipersilakan berpartisipasi dengan syarat ! Sistim sanitasi terpusat (sewerage system) yang

partisipan terdiri atas seluruh sektor terkait dan bersedia dibangun di beberapa kota besar dengan cakupan

menyediakan biaya perjalanan. Ternyata seluruh kota pelayanan yang sangat tidak berarti

mengirimkan wakil masing-masing dan secara aktif ! Pembuangan limbah tinja setempat (on site) yang pada

berpartisipasi dalam seminar. Pada akhir pertemuan umumnya terdiri atas jamban dengan atau tanpa tangki

disampaikan bahwa kegiatan ini juga bertujuan untuk septic. Jenis inilah yang populer digunakan saat ini

melakukan seleksi kota karena SANIMAS hanya mampu ! Pembuangan limbah langsung ke badan sungai atau

memfasilitasi maksimum delapan kota. Syarat yang lapangan.

disepakati bersama untuk ikut serta:

Bersedia menyediakan anggaran pendamping

Menentukan sektor penanggung jawab kegiatan

Presentase Pembuangan

Memilih dan menempatkan dua fasilitator pendamping

Akhir Limbah Tinja Perkotaan

setempat

di Indonesia

Peminat dipersilakan mengirimkan surat ajuan dengan Jenis Sarana

mencantumkan syarat yang telah disepakati. Ternyata 12 Tangki Septik

Persen

63.07 kota menanggapi tawaran tersebut dengan mengirimkan Kolam/sawah

3.28 surat minat. Ke-12 kota adalah Bangli, Gianyar, dan Sungai/danau

16.70 Denpasar di Bali, Pamekasan, Mojokerto, Sidoarjo, Lobang Tanah

14.44 Pasuruan, Probolinggo, Blitar, Kediri, Batu, dan Malang di Pantai/Lapangan

1.28 Jawa Timur. Dalam proses seleksi lanjutan kota Lainnya

1.23 Probolinggo, Malang, Batu dan Gianyar tidak mencapai

BPS2002

skore yang telah ditetapkan. Selanjutnya Nota Kesepahaman (MoU) dengan kedelapan kota tersisa

ditanda tangani. Namun, Bangli akhirnya mengundurkan Ada dua pilihan menyangkut pelayanan SBM yang diri karena DPRD setempat tidak setuju untuk menyediakan

umum dipilih oleh warga pengguna. Pada hakekatnya anggaran pendamping.

warga memilih sarana sanitasi yang dapat memberi rasa Dalam proses seleksi masyarakat, pendekatan Tanggap

nyaman dan prestisius. Untuk itu warga berharap dapat Pada Kebutuhan juga diberlakukan. Selama proses tersebut

memilih SBM dengan sambungan rumah, namun kondisi diselenggarakan sepuluh kelompok masyarakat

lingkungan setempat ternyata berpengaruh pada pilihan berkompetisi untuk mendapatkan fasilitasi SANIMAS.

tersebut.

Melalui proses kompetisi pada akhirnya delapan kelompok masyarakat terpilih untuk mendapatkan fasilitasi SANIMAS.

Lokasi dengan kondisi:

Selain pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan ada ! Kontur tanah yang relatif rata dua prinsip penting lain yang diterapkan SANIMAS. Pilihan

! Dilanda banjir rutin

teknologi sarana ditentukan oleh masyarakat sendiri. ! Tanah terbatas, bahkan untuk pembangunan jamban Fasilitator sekadar menyampaikan ragam pilihan teknologi

sekalipun

yang ada dan untung rugi dalam penggunaannya. Prinsip ! Susunan rumah padat/digunakan sebagai rumah se- lain, masyarakat bertanggung jawab dalam pembangunan

wa

fisik sarana dan pengelo-

Warga tidak mempunyai pilihan selain memilih MC/

laan dana yang bersum-

MCK sebagai sarananya. Dari tujuh kelompok masyarakat

ber dari swadaya, peme-

yang difasilitasi SANIMAS, empat kelompok beruntung dapat

rintah, SANIMAS dan LSM

membangun sarana dengan sambungan rumah

(BORDA) untuk beberapa

sedangkan sisanya terpaksa membangun MC/MCK.

kasus.

Untuk pembangunannya ada empat sumber pendanaan: masyarakat (tunai dan bahan), pemerintah

Tahapan SANIMAS

setempat, SANIMAS, dan untuk beberapa kasus kekurangan biaya disediakan oleh BORDA. Secara fisik

Ada tiga komponen dalam tahapan pelaksanaan sarana diperkirakan akan selesai pada bulan November SANIMAS.

Pertama: Pengembangan Kapasitas Penerapan SBM. Komponen Ketiga: Manajemen Pelaksanaan Tujuannya, mendefinisikan aturan-aturan proyek, SANIMAS. Dana pelaksanaan SANIMAS yang berupa pengembangan ragam teknologi SBM, dan pembuatan hibah disediakan oleh Pemerintah Australia melalui AusAID. perangkat implementasi untuk diuji dan didemonstrasikan. Penanggung jawab harian kegiatan dikendalikan oleh Keluaran yang dihasilkan dari komponen pertama terdiri sebuah LSM, yaitu Bremen Overseas Research and atas: Development Asociation atau biasa disebut BORDA yang

Kompilasi, analisa dan sintesa pelajaran yang dipetik bekedudukan di Kayen No. 176, Jl. Kaliurang Km. 6.6, dari dalam dan luar Indonesia Sleman Yogjakarta. BORDA dibantu oleh tiga LSM lainnya

Aturan dan persyaratan kelayakan untuk berpartisipasi yaitu Lembaga Pengkajian Kemasyarakatan & dalam SANIMAS Pembangunan (LPKP) yang membawahi Pasuruan, Blitar,

Ragam pilihan teknologi SBM dan Kediri berkedudukan di Malang, Jawa Timur. Bina

Modul pelatihan untuk lembaga fasilitasi dan pemerin- Ekonomi Sosial Terpadu (BEST) sebuah LSM lainnya tah setempat bertanggung jawab untuk Pamekasan, Sidoarjo dan Komponen Kedua: Promosi dan Demonstrasi SBM. Mojokerto,berkedudukan di Surabaya. Sedangkan untuk Tujuannya adalah pengembangan keahlian, pengetahuan Denpasar penanggung jawabnya adalah Bali Fokus yang dan kesadaran SBM sebagai pilihan sanitasi yang layak

berkedudukan di Bali.

diterapkan di lingkungan miskin perkotaan. Di tingkat warga, SANIMAS difasilitasi oleh dua fasilator Salah satu keluaran dari komponen ini adalah lapangan. Satu orang merupakan staf dari dinas terkait, terwujudnya sebuah sistem Sanitasi Berbasis Masyarakat dan yang lainnya adalah staf yang direkrut dari LSM yang merupakan pilihan dan kesepakatan seluruh warga setempat. Kegiatan SANIMAS akan berakhir April tahun pengguna. Seluruh, perlu digaris bawahi karena satu 2004, di mana akan dilaksanakan sebuah seminar tingkat keluarga yang tidak setuju bisa saja membatalkan Nasional sehingga pelajaran yang didapat selama uji coba pembangunan SBM, walau seluruh proses yang telah dilalui konsep SANIMAS dapat didesiminasikan. merupakan kesepakatan warga.

Water and Sanitation for Low Income

Communities Project (WSLIC) II

anyak penduduk perdesaan masih tergantung

Tujuan

pada sumber air minum tradisional. Padahal Proyek ini bertujuan meningkatkan status kesehatan,

sumber air itu tak jarang lokasinya sulit dijangkau, debit- produktivitas serta kualitas hidup masyarakat nya tak mencukupi pada saat musim kering, kualitasnya

berpenghasilan rendah melalui perubahan perilaku, belum memenuhi syarat untuk dikonsumsi secara

pelayanan kesehatan berbasis lingkungan, penyediaan langsung, dan jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan masya-

rakat desa. Kondisi yang buruk itu

menjadi hambatan yang sangat besar bagi wanita dan anak-anak karena waktunya tersita untuk mendapatkan air bagi keperluan mencuci, memasak, dan minum. Selain itu, banyak keluarga berpenghasilan rendah dan berada di lokasi terpencil membuang kotorannya di tempat terbuka atau sungai. Kebiasaan buruk ini sering menimbulkan terjangkitnya penyakit diare atau lainnya ke masyarakat yang sama-sama menggunakan sumber air tersebut.

Proyek WSLIC-1 telah ber- Tinjau: Kelompok kerja AMPL sedang meninjau proyek WSLIC di Jawa Timur langsung pada tahun 1993-1999 untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut. Dari hasil studi dampak kesehatan terhadap pembangunan

air minum dan sanitasi yang aman, cukup dan mudah sarana air minum dan sanitasi lainnya terlihat adanya

dijangkau, berkesinambungan dan efektif melalui penurunan tingkat penyakit diare hingga sepertiganya.

partisipasi masyarakat.

Namun proyek WSLIC-1 menghadapi kendala kerumitan penyaluran administrasi keuangan. Proyek

Lokasi

ini dilanjutkan kembali dengan WSLIC-2 yang berakhir Proyek ini dilaksanakan di tujuh propinsi yakni Jawa pada 2006. Total dana yang disediakan untuk proyek

Timur, Nusa Tenggara Barat, Sumatra Barat, Sumatra kedua ini sebesar 106 juta dollar AS dari IDA (World

Selatan, Bangka-Belitung, Jawa Barat, dan Sulawesi Bank), pemerintah Indonesia, dan pemerintah Australia

Selatan. Pemilihan propinsi ini didasarkan kriteria: melalui AusAID ditambah dana masyarakat.

tingkat terjangkitnya penyakit diare, tingkat kemiskinan, dan tingkat pelayanan air bersih dan sanitasi.

Metoda

WSLIC-2 mempunyai empat komponen utama yakni peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat, peningkatan kesehatan dan sanitasi melalui pelayanan kesehatan dan perubahan perilaku, penyediaan sarana air minum dan sanitasi, serta pengelolaan/manajemen proyek.

Proyek ini menerapkan suatu metode pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat. Seluruh

anggota masyarakat memiliki kesempatan untuk terlibat (berpartisipasi) dalam pemilihan kegiatan untuk kesehatan, air minum dan sanitasi, dengan fokus khusus pada permintaan perempuan dan masyarakat

miskin. metode yang diterapkan. Akibatnya, proyek yang

Metode yang digunakan adalah PHAST seharusnya telah berjalan pada 2001 tersendat. Proyek (Participatory Health and Sanitation Transformation/

harus mempersiapkan sumber daya manusia terlebih transformasi hidup bersih dan sanitasi dengan

dahulu. Proyek merekrut LSM dan konsultan kemudian menggunakan metode partisipatori). Metode ini didasari

melatihnya. Mereka kemudian baru melatih para oleh metodologi partisipatif lain yakni SARAR (Percaya

fasilitator.

diri, pemberdayaan budi, perencanaan kegiatan, dan Kendala lainnya adalah sistem administrasi tanggung jawab bersama).

keuangan yang langsung masuk ke rekening Dengan metode tanggap kebutuhan tersebut

masyarakat. Cara seperti ini belum diatur dalam sistem masyarakat terlibat dari mulai perencanaan,

perundangan yang ada. Oleh karena itu, proyek harus pelaksanaan, sampai pemeliharaan. Masyarakat

mempersiapkan terlebih dahulu agar masyarakat bisa menentukan sendiri pilihan teknologi sarana yang akan

mengelola uang tersebut secara bertanggung jawab dibangun. Kegiatan mereka didanai oleh hibah desa

dengan standar akuntansi yang bisa diaudit. Audit yang berasal dari Bank Dunia dan bantuan pemerintah

dilakukan terhadap 60 persen Tim Kerja Masyarakat daerah yang mencakup 80 persen dari total

(TKM) tiap tahun.

pembiayaan. Selebihnya dari kontribusi masyarakat Ada hal khusus lain yang perlu dipikirkan ke depan berupa 4 persen tunai, dan 16 persen barang dan

yakni berkaitan dengan opsi kesehatan. Apakah tenaga (in-kind).

komponen kesehatan ini harus dari bawah? Hingga Agustus 2003, tercatat ada 870 desa yang

Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa Tim masuk daftar terpilih. Yang sedang berproses ada 779

Koordinasi Kabupaten (TKK) tak mengikuti proses sejak desa. Yang sudah menandatangani kontrak ada 387

awal. Tak heran jalinan komunikasi berlangsung kurang desa. Sedangkan yang telah selesai melaksanakan

harmonis.

proyek sebanyak 221 desa. Sampai akhir tahun ini diperkirakan akan ada seribu desa yang terlibat dari

Rencana ke depan

2.000 desa yang ditargetkan proyek WSLIC-2 hingga Untuk mengatasi tersendatnya komunikasi di antara 2006.

pelaksana di tingkat kabupaten maka akan dibentuk semacam tim teknis yang melibatkan pihak-pihak terkait

Kendala

yang menangani aspek teknis kesehatan, Sebagai sebuah proyek baru yang penuh inovasi

pemberdayaan masyarakat dan lainnya agar semuanya aplikasi metode MPA, WSLIC-2 pun menghadapi

mengetahui proses yang terjadi sehingga koordinasi kendala. Di awal proyek, kendala itu muncul karena

di lapangan berlangsung dengan baik. keterbatasan sumber daya manusia yang mengerti

WAWASAN

Memberdayakan Tanpa Memaksakan

Pada tahun 1997-1998, Water and Sanitation Pro- dilakukan masyarakat dan mempertimbangkan jenis gram Bank Dunia dan IRC International Water and Sani-

teknologi yang dimanfaatkan sesuai dengan kondisi tation Center menyusun sebuah metode pemberdayaan

masyarakat.

masyarakat yang dikenal sebagai Methodology for Par-

Kesinambungan Finansial

ticipatory Assesment (MPA). Metode ini merupakan Kesinambungan finansial didapatkan jika masyarakat gabungan dari metodologi sebelumnya yakni Minimum

terlibat dalam perencanaan. Selain itu, dalam Evaluation Procedures (MEP) dan SARAR (Self-esteem,

menetapkan biaya operasi dan pemeliharaan serta iuran Associative strength, Resourcefulness, Action planning,

telah melibatkan semua kelompok masyarakat (kaya/ Responsibilty).

miskin, laki/perempuan). Iuran ditarik berdasarkan Metode ini telah diujicobakan pada tahun 1998-1999

tingkat pelayanan yang didapatkan pengguna atau di 88 komunitas pengelola air dari 18 proyek di 15

jumlah konsumsi air bersih setiap KK. negara. Studi itu dilaksanakan oleh tim dari universi-

Kesinambungan Lingkungan

tas, LSM lokal dan nasional, instansi terkait, dan Kesinambungan lingkungan akan terjadi bila pelaksana proyek. Dari studi itu diperoleh pelajaran

perencanaan oleh masyarakat telah memperhatikan bahwa Sarana Air Bersih (SAB) yang sinambung adalah

aspek lingkungan dalam kaitannya dengan sumber air SAB yang dapat memuaskan sebagian besar pengguna

yang dimanfaatkan dan pembuangan air limbah. termasuk mereka yang berpenghasilan rendah.

Kesinambungan Institusi

Pelayanan dianggap memuaskan apabila dapat Kesinambungan institusi merupakan proses dirasakan manfaatnya dan penggunaan SAB yang

pembentukan badan pengelola yang telah efektif, dan hal ini terjadi karena sebagian besar

memperhatikan kesetaraan gender dan pelibatan masyarakat memiliki akses (paling tidak 80%).

kelompok miskin, serta mewujudkan nilai-nilai Pelayanan yang sinambung dan penggunaan yang

demokrasi dan transparansi

efektif ada kaitannya satu sama lain dengan program Kesinambungan Sosial Kesinambungan Sosial yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat. Hal ini

Kesinambungan sosial akan terjadi kalau seluruh dapat terjadi kalau dari awal para pengguna dilibatkan

kelompok masyarakat diberikan kesempatan dalam perencanaan untuk memberikan suara dan

menetapkan pilihan teknologi, jenis sarana, tingkat mempunyai hak pilih. Selain itu terdapat kesetaraan

pelayanan, jenis pelatihan termasuk kelompok

masyarakat yang disertakan dengan memperhatikan serta manfaat . Kesemuanya mensyaratkan partisipasi

dalam pengelolaan sarana dan berbagi beban kerja

nilai-nilai Demand Responsive Approach (DRA). Seluruh masyarakat dalam berkontribusi, pengawasan pada

kelompok masyarakat telah menyumbangkan suaranya pelaksanaan proyek , dan berbagi tanggung jawab

dalam pengambilan keputusan (suara dimaksudkan secara transparan .

sebagai kondisi ketika seseorang dapat mengeluarkan Akhirnya disimpulkan terdapat lima aspek yang

pendapatnya dan didengar) mengenai bentuk dan mempengaruhi kesinambungan sebuah proyek. Lima

besarnya kontribusi dan iuran, penetapan mekanisme aspek itu adalah:

pengelolaan sarana, serta pemilihan anggota badan

Kesinambungan Teknis

pengelola sarana.

Kesinambungan tehnis terjadi kalau perencanaan

Dengan menggunakan kelima aspek ini agar dapat Kenyataan di lapangan memperlihatkan sarana yang meningkatkan proses perencanaan yang tanggap pada

dibangun tidak bertahan lama. Atau sering dikatakan kebutuhan, MPA menggunakan metode partisipatif,

menjadi monumen. Mengapa hal ini bisa terjadi? yang terdiri dari:

Berdasarkan berbagai studi yang dilakukan oleh Wa-

Kegiatan

Metode

Inventarisasi karakteristik desa

Diskusi terbuka

Klasifikasi sosial Klasifikasi kesejahteraan Pemetaan sosial

Diskusi dan menggambar Penilaian penggunan sarana

Kantung suara

Penilaian pengambilan keputusan

Matriks voting

Penentuan sampel untuk transect walk dan pertemuan kelompok diskusi terfokus (FGD) menggunakan pemetaan sosial Penilaian pengelolaan, pemeliharaan dan pengelolaan keuangan

Diskusi dengan anggota badan pelayanan

pengelola (baik laki-laki dan Penilaian sejarah pembangunan pelayanan

perempuan)

Penilaian divisi pembagian beban kerja dan manfaat Review pekerjaan sistem pelayanan

Transect walks, dilengkapi dengan Skala pemeringkatan oleh para pengguna

penilaian rating scale dan checklist untuk Penilaian terhadap non-pengguna

sarana air bersih dan sanitasi Penilaian kepuasan pengguna terhadap permintaan

Ladders, Card sorting Divisi beban kerja dan manfaat

Pemilihan kartu (card sorting) Pleno hasil keseluruhan kegiatan oleh masyarakat

Presentasi skor-skor dan diskusi terbuka

Inventarisasi kelembagaan yang mempengaruhi pelayanan Diskusi terbuka, pen-skor-an, kantung suara

Informasi akan berguna untuk membuat dasar ter Sanitation Program (WSP), kegagalan atau ketidak karakteristik sosial dan sarana pelayanan di masyarakat

kesinambungan proyek itu terjadi akibat ketiadaan rasa menurut pandangan seluruh komponen masyarakat

memiliki masyarakat. Kondisi ini menjadikan Indone- dalam pleno desa. Masyarakat dapat mencocokkan

sia sebagai lokasi yang sesuai bagi pemanfaatan kebutuhannya dengan pilihan teknis, kemampuan dan

metode MPA.

kemauan untuk membayar di antara kelompok yang Bagi Indonesia, metode ini bisa dikatakan baru. berbeda serta menilai tingkat kebutuhannya sendiri.

Karenanya berbagai kendala muncul di lapangan. MPA tidak hanya dapat digunakan oleh masyarakat tapi

Berdasarkan pengalaman, justru yang agak sulit juga bagi semua komponen yang terkait seperti

menerima metode ini adalah para pengambil keputusan pengelola layanan masyarakat, pelaksana proyek,

dan pengelola proyek. Mengapa? Selama ini mereka manajer proyek, dan pengambil keputusan.

terbiasa mengambil kebijaksanaan yang top down dan Bagaimana dengan Indonesia? Di Indonesia sejak

bersifat instruksional sehingga sulit untuk menerima tahun 1980 telah banyak dibangun sarana air bersih dan

aspirasi masyarakat. Mereka juga jarang turun langsung sanitasi. Pembangunan sarana-sarana tersebut

ke tengah-tengah masyarakat. Banyak di antaranya dilaksanakan melalu berbagai proyek yang dibiayai

berpandangan bahwa masyarakat itu tak dapat berdaya baik dari Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara,

dengan sendirinya.

negara donor, lembaga donor diantaranya bank dunia.

Tak Sinambung: Pembangunan yang dipaksakan tidak akan berkesinambungan. Gambar di atas menunjukkan betapa masyarakat tak peduli dengan bangunan fisik yang rusak padahal bangunan tersebut memiliki peran penting bagi kelangsungan hidup mereka.

Dari sisi pelaksanaan MPA, sebenarnya tak ada punya jabatan sehingga punya penghasilan tetap dan kendala yang berarti. Hanya saja MPA akan lebih

ada masyarakat tidak mengenyam pendidikan karena mudah diterapkan oleh fasilitator yang masih mau

mereka buruh tani dan tidak punya penghasilan tetap. belajar. MPA sulit diaplikasikan oleh fasilitator yang pola

Bagi masyarakat, yang penting mereka mengerti/ pikirnya telah terbentuk dan cenderung lebih suka

memahami dan mampu mengungkapkan. Dengan mengajar daripada belajar. Pemberdayaan dengan

simbol/gambar pun tak jadi soal, asalkan mereka bisa menggunakan MPA itu dimungkinkan dengan

menyampaikan suaranya dan menentukan pilihan tanpa kelompok masyarakat manapun. Apakah kelompok

paksaan. Melihat keberhasilan penerapan MPA ini miskin, kaya, berpendidikan, bahkan buta huruf

secara nyata, bukan teori, banyak permintaan datang sekalipun. Metode itu bisa diterapkan dengan cara-cara

dari sektor dan proyek-proyek lain. Negara lain pun yang gampang dimengerti oleh masyararakat. Dengan

seperti Laos, Cambodia juga Vietnam telah kata lain MPA dapat disesuaikan dengan kondisi.

mengadopsi metode ini. Metode ini telah memberikan Sebuah contoh, di Laos, penerapan metode ini

dampak terhadap perkembangan kebijakan pemerintah menemui kesulitan untuk mengklasifikasikan berapa

setempat termasuk juga terhadap lembaga lain yang penduduk kaya dan miskin. Karena di sana pembedaan

bergerak di luar sektor air bersih dan sanitasi. seperti itu tidak diperbolehkan. Dengan bahasa

Tentang kemungkinan penerapan metode ini bagi masyarakat setempat ternyata pembedaan itu bisa

sektor lain, tidak ada masalah. Metode bisa sama. terwujud. Disebutkan masyarakat terdidik yang dicirikan

Hanya saja perlu penyesuaian indikator. (Disarikan dari misalnya dengan penggunaan perhiasan yang banyak,

wawancara dengan Ratna I. Josodipoero, Hygiene Edu- cation Specialist, WSP.)

A wal Oktober 2003 kami menerima undangan pertemuan dari WSP-EAP World Bank dengan agenda membahas Program Handwashing. Banyak

pertanyaan berseliweran di benak kami. Tentu saja kita semua tahu Mencuci Tangan sudah menjadi bagian dari tradisi umat beradab. Tetapi adakah hal yang demikian penting sehingga Mencuci Tangan perlu dibahas dalam sebuah pertemuan yang dihadiri oleh wakil dari Bank Dunia Jakarta, USAID, UNICEF, John Hopkins University, Universitas Indonesia, Koalisi Untuk Indonesia Sehat, Bappenas, dan Departemen Kesehatan? Apalagi salah satu agenda pertemuan ini adalah menjadikan Indonesia sebagai negara kelima di dunia yang akan terlibat dalam Global Initiative for Handwashing yang dilahirkan oleh Bank Dunia pada tahun 2000. Artikel berikut tidak akan berusaha menjelaskan yang terjadi dalam pertemuan tersebut, tetapi lebih mengantar kita untuk memahami lebih jauh tentang Mencuci Tangan.

Kilas Balik

Sejarah Mencuci Tangan sebenarnya dimulai pada abad 19 ketika banyak wanita di Eropa dan Amerika meninggal setelah melahirkan. Jumlah yang meninggal mencapai sekitar 25 persen dari jumlah wanita yang melahirkan. Penyebabnya adalah Streptococcus pyogenes bacteria. Kemudian di awal tahun 1843 Dr Oliver Wendell Holmes menganjurkan mencuci tangan sebagai langkah pencegahannya. Ia mempercayai

bahwa kasus tersebut dipicu oleh perilaku dokter sendiri.

Adalah Dr Ignaz Semmelweis pada tahun 1850 yang mengamati bahwa tingkat kematian wanita yang melahirkan tiga kali lebih banyak terjadi pada kasus yang ditangani dokter dibanding yang ditangani oleh tenaga non-medis. Hasil pengamatannya kemudian menunjukkan bahwa para dokter tidak mencuci tangan

dahulu sebelum membantu ibu melahirkan. Padahal para dokter tersebut baru saja menangani pasien lain atau bahkan baru saja mengotopsi mayat.

Ia menganjurkan untuk mencuci tangan terlebih dahulu sebelum para dokter melakukan tindakan. Hasilnya tingkat kematian menurun tajam. Ironisnya, tanpa mempertim- bangkan fakta tersebut, Dr Semmelweiss dikucilkan oleh koleganya sendiri. Mungkin saja mencuci tangan masih hal yang aneh pada saat itu. Ketersediaan air bersih yang relatif masih sulit, serta dibutuhkan upaya besar untuk memanaskannya, serta air masih dikaitkan dengan penyakit malaria dan demam tifoid yang ditengarai menjadi penjelasan bagi penolakan dari para dokter.

Tentunya kelihatan janggal untuk ukuran kita sekarang bahwa kaum medis justru menolak mencuci tangan. Penolakan terus berlanjut bahkan dalam seminar di Academy of Medicine di Paris pada tahun 1879 penyebaran penyakit melalui tangan masih diragukan. Adalah Louis Pasteur sendiri dalam seminar tersebut yang berteriak lantang mengatakan bahwa “Kalian para dokterlah yang membunuh para wanita yang habis

Mencuci Tangan (Handwashing)

18

melahirkan tersebut dengan membawa mikroba dan perbaikan sanitasi akan lebih efektif jika dilengkapi mematikan dari pasien yang sakit ke wanita yang

dengan program mencuci tangan. melahirkan.’’

Penelitian lain lagi menunjukkan bahwa mencuci Kisah di atas memberi gambaran perjalanan awal

tangan bisa mengurangi penularan penyakit infeksi kesadaran mencuci tangan sebagai suatu langkah

hingga 50 persen. Sumber lain menyatakan dapat pencegahan penyebaran penyakit. Dibutuhkan waktu

mengurangi bahkan sampai 65 persen. Selain itu, dan usaha yang tidak sedikit sebelum sampai pada

mencuci tangan secara teratur dapat mengurangi tahap mencuci tangan menjadi bagian dari kebudayaan

penyebaran bakteri yang tahan terhadap antibiotik. manusia beradab dan tidak sekadar bagian dari rutinitas

Beberapa fakta di atas menunjukkan pentingnya para dokter. Mencuci tangan sekarang sudah menjadi

mencuci tangan sebagai alat pencegahan penularan materi pelajaran di hampir semua sekolah, bahkan

beragam penyakit. Jadi, cuci tanganlah! fasilitas mencuci tangan sudah menjadi bagian dari fasilitas publik.

Benarkah Mencuci Tangan sudah Membudaya?

Sebuah studi oleh Applied Ecology Research Group

Seberapa Pentingkah Mencuci Tangan?

University of Wesminster Inggris menyatakan bahwa Mari kita melihat pada angka yang dapat kita temui

hanya 32 persen (dari 292 pengguna toilet yang pada beberapa hasil penelitian. Pada tahun 1996,

dipantau) yang mencuci tangan setelah menggunakan dengan tidak mencuci tangan secara baik ternyata

toilet.

menjadi penyumbang 40 persen dari penyakit yang Sementara hasil pengamatan di 5 (lima) kota disebabkan makanan yang terkontaminasi termasuk

metropolitan Amerika Serikat yang dilakukan oleh the salmonella di Amerika Serikat. Angka ini merujuk pada

American Society of Microbiology’s Clean Hands jumlah 80 juta orang yang mengalami keracunan

Campaign menunjukkan bahwa walaupun 95 persen makanan yang berdampak pada peningkatan biaya

orang yang dijadikan sampel menyatakan bahwa kesehatan, berkurangnya produktifitas, dan jumlah yang

mereka mencuci tangan setelah menggunakan toilet meninggal mencapai 10.000 jiwa.

umum, tetapi berdasarkan pemantauan ditemukan Lebih dari 2 juta anak-anak meninggal di negara

bahwa hanya 67 persen yang benar-benar mencuci berkembang setiap tahun diakibatkan oleh diare. Setiap

tangan.

menit terdapat 15 orang terkena diare atau 300 kasus Bagaimana di Indonesia? Sebuah lembaga di per seribu penduduk. Menurut Direktorat Jenderal

Indonesia melakukan pengamatan di salah satu toilet Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan

Jakarta Hilton Convention Center (JHCC) di bulan Juni Lingkungan Departemen Kesehatan, diare menjadi

2003 terhadap 33 laki-laki pengguna toilet. Ternyata penyebab kematian kedua pada Balita di Indonesia.

hanya 8 (delapan) orang yang mencuci tangan setelah Sementara tinjauan terbaru dalam The Lancet Infectious

menggunakan toilet. Walaupun data ini tidak dapat Diseases Journal menyarankan bahwa 42-47 persen dari

dikatakan mewakili kondisi Indonesia tetapi ternyata seluruh insiden diare dapat dicegah hanya dengan

pada toilet yang nota bene berada di Jakarta pun mencuci tangan. Hasil penelitian di Pakistan

mencuci tangan masih belum banyak yang menunjukkan mencuci tangan mengurangi insiden diare

melakukannya.

sampai sekitar 44 persen. Studi oleh Khan (1982) Apakah mereka tidak mengetahui pentingnya membuktikan bahwa mencuci tangan merupakan cara

mencuci tangan? Berdasarkan penelitian di Inggris, efektif mencegah diare. Studi lainnya oleh Alam (1989)

sepertinya mereka menyadari pentingnya mencuci dan Clemens (1987) membuktikan bahwa ibu yang

tangan tetapi mereka mengemukakan beberapa alasan mencuci tangan merupakan faktor yang berperan

lain seperti toilet yang mereka gunakan kelihatan bersih, penting untuk menekan tingkat kejadian diare pada

mereka tidak menyentuh apapun selain milik sendiri, anak. Hal ini membuat program penyediaan air bersih

atau tangannya masih kelihatan bersih—kendati bersih bukan berarti tidak ada kumannya.

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa walaupun · Setelah aktifitas di luar rumah seperti bermain, ber- mencuci tangan disepakati sebagai tindakan yang perlu

kebun, berolahraga dan seba-gainya. tetapi dalam prakteknya masih jarang dilakukan. Bahkan

Waktu yang dibutuhkan untuk mencuci tangan tidak lebih di negara yang kita anggap sebagai sebuah negara

dari 2 menit.

maju seperti Inggris sekalipun.

Cara Benar Mencuci Tangan

Mencuci Tangan Dapat Mencegah Penyebaran

Terdapat tiga tahapan sederhana mencuci tangan

Penyakit

yang benar yaitu (a) cuci tangan melalui kran, pancuran Bakteri dan virus dapat menyebar melalui beragam cara

atau gayung pembilas. Sebaiknya mempergunakan air antara lain melalui air dan makanan yang tercemar; riak

hangat; (b) gunakan sabun (tidak perlu yang anti bakteri) batuk atau bersin; tangan kotor; permukaan (tanah, meja

selama 10 sampai 15 detik. Pastikan bagian dan lainnya) yang tercemar; cairan penderita. Jika kita

tersembunyi seperti sela-sela jari dan lipatan buku jari dengan secara tidak sengaja menyentuh bakteri atau

ikut tersabuni; (c) keringkan dengan handuk atau tissu virus melalui sumber di atas maka jutaan mikroba akan

bersih.

berada di tangan kita masing-masing. Sebagian besar tidak berbahaya, tetapi beberapa jenis mikroba dapat menyebabkan flu, dan diare. Hanya dengan menyentuh hidung, mata atau mulut, maka kita akan segera terinfeksi. Mencuci tangan merupakan langkah pertama melawan penyebaran beragam jenis penyakit mulai dari flu, meningitis, hepatitis A, dan diare. Langkah sederhana mencuci tangan ternyata ampuh mencegah penyebaran penyakit.

Terlepas dari beragamnya penyakit yang dapat dicegah dengan hanya mencuci tangan. Tetapi yang menjadi sektor perhatian bagi sektor air minum dan penyehatan lingkungan adalah menyangkut penyakit bawaan air seperti diare.

Kapan harus mencuci tangan?

Tidak dapat ditentukan seberapa sering seharusnya sehari kita mencuci tangan tapi paling tidak kita harus

mencuci tangan ketika: · Sebelum makan dan memasak · Setelah dari kamar mandi

· Setelah membersihkan rumah · Setelah menyentuh binatang · Setelah menjenguk teman yang

sakit · Setelah membersihkan hidung, batuk, atau bersin

CERMIN

MCK Jempiring

Bukan MCK Moerdiono

S Lombok, dan daerah Bali sekitarnya.

ebagai daerah tujuan utama wisata dunia,

Pulau Bali terkenal akan keindahan alam Sedangkan para pemilik tanah di Gang dan kebudayaannya. Namun demikian, di balik

Jempiring, rata-rata mengontrakkan rumah atau keindahan yang disajikan, Kota Denpasar

tanah mereka untuk tempat tinggal. “Namun sebagai ibukota Provinsi Bali bernasib “naas”

sayang, tidak banyak pemilik tanah yang yang hampir sama dengan yang dialami kota-

membangun fasilitas sanitasi yang layak bagi kota besar lainnya di

penghuninya,” ujar Pulau Jawa. Pesatnya

Yasa yang juga pembangunan,

bekerja di Kantor pertumbuhan ekonomi

Kelurahan Ubung ini. dan penduduk yang

Made Yasa men- tinggi menyebabkan

catat populasi yang sebagian wajah Kota

menghuni Gang Denpasar carut marut,

Jempiring sekitar terlihat semakin padat

300 Kepala Ke- dan kumuh.

luarga. Mereka rata- Berapa lokasi ke-

rata hidup sebagai kumuhan dapat dilihat

pedagang kaki lima, secara nyata antara

buruh bangunan, dan lain di Banjar Sari dan

pekerjaan sektor Banjar Batur di Ke-

informal lainnya. lurahan Ubung, Keca-

Rendahnya kesada- matan Denpasar Ba- Kumuh: Gang Jempiring terlihat kumuh sebelum ada

ran masyarakat dan rat. Bahkan menurut pembangunan MCK.

tidak tersedianya keterangan Dinas

fasilitas sanitasi yang Lingkungan Hidup dan Pekerjaan Umum, Gang

memadai menyebabkan Banjar Sari Jempiring yang terletak di wilayah Banjar Sari

berkembang menjadi salah satu kawasan padat menempati urutan pertama kampung kumuh di

perkotaan (kampung kumuh) dengan Kota Denpasar. Banjar Sari yang terletak di

permasalahan sanitasi terutama akibat belakang Terminal Ubung, terminal antar kota/

buangan tinja manusia.

propinsi terbesar di Bali merupakan daerah Sebenarnya pemerintah sempat menaruh transit. Hal inilah yang menyebabkan Ubung

perhatian atas kondisi fasilitas sanitasi yang khususnya Gang Jempiring berkembang

minim di Gang Jempiring. Yasa mengakui menjadi pemukiman padat yang dihuni oleh

masyarakat di sekitar Gang Jempiring pernah berbagai etnis dan daerah.

mendapatkan bantuan dari pemerintah Orde

I Made Yasa, Kepala Lingkungan Banjar Baru. Tepatnya pada tahun 1980. Saat itu Sari, mengatakan kebanyakan masyarakat

pemerintah membangun 4 unit MCK. yang tinggal di Ubung berasal dari Jawa Timur,

Bali Fokus bersama BORDA pada bulan Juli tahun 2002 yang lalu. Dari proses identifikasi, perumusan masalah sampai dengan rekomendasi solusi yang pernah dilakukan oleh Bali Fokus, BORDA dan bersama-sama masyarakat Banjar Sari selama kurun waktu bulan Agustus sampai dengan Desember 2002 terungkap bahwa keberadaan MCK-MCK Moerdiono sudah sangat memprihatinkan, seperti kamar mandi dan WC-nya kotor, dan bau tak sedap. Lebih parah lagi, hampir semua MCK itu

tanki septiknya jebol sehingga Pertemuan: Masyarakat Gang Jempiring berkumpul untuk

kotoran (tinja) langsung dibuang ke membicarakan apa yang terbaik bagi tempat tinggalnya.

saluran drainase terdekat. Beberapa hal lain yang “Masyarakat Banjar Sari mengenalnya dengan

terungkap dalam perumusan masalah sanitasi sebutan ‘MCK Moerdiono’,” terang Yasa.

di Gang Jempiring, Banjar Sari ialah bahwa Hanya saja fasilitas sanitasi tersebut kini

tingkat kesadaran masyarakat untuk turut kondisinya sudah sangat memprihatinkan.

merawat dan menjaga kebersihan fasilitas ‘’MCK Moerdiono hanya sempat bertahan

umum sangat rendah. Penyebabnya rasa selama 4 tahun,” kata I Wayan Gandra salah

memiliki fasilitas umum ini sangat rendah. satu pemilik MCK sumbangan tersebut. Gandra

Bali Fokus sebagai organisasi swadaya mengakui bahwa selama ini MCK miliknya tidak

masyarakat yang bergerak di bidang pernah terawat. Sejak tanki septik MCK penuh

lingkungan hidup dan pengembangan dan tidak bisa disedot, Gandra kesulitan untuk

masyarakat bekerja sama dengan BORDA mengatasinya, sehingga ia membuang begitu

(Bremen Overseas Research Development saja kotoran MCK langsung ke saluran

Association) sebuah lembaga non-profit yang drainase. Selain itu, menurut salah satu pemilik

berpusat di Bremen, Jerman, menggagas sekitar 20 (dua puluh) rumah kos ini, air PAM

sebuah proyek demonstrasi. Proyek yang menyalurkan air bersih untuk MCK jarang

demonstrasi ini ditawarkan kepada masyarakat kalau tidak mau disebut tidak pernah mengalir.

Gang Jempiring sebagai salah satu solusi dari Kesadaran masyarakat pun disinyalir sebagai

permasalahan sanitasi yang mereka alami. penyebab cepatnya kerusakan MCK-MCK

Sebuah proyek yang sarat dengan inovasi dan tersebut. Made Yasa yang juga pemilik salah

juga teknologi tepat guna yang diyakini dapat satu MCK Moerdiono menceritakan

menjaga kondisi MCK Jempiring hingga pengalamannya menemukan pembalut wanita

bertahan lama dan berkelanjutan. “terkubur” dan menyumbat saluran pembuangan

Proyek ini dikatakan inovatif karena MCK dari kloset. “Kami terpaksa memotong pipa

Jempiring lahir dari kebutuhan dan partisipasi saluran air kotor agar tidak menyumbat kloset,”

masyarakat. Proses pendekatan nonteknis/ papar Yasa.

partisipatif dimulai sejak Juli-Agustus tahun Permasalahan yang berkaitan dengan

2002 yang lalu sampai dengan operasional sanitasi di atas terungkap pada waktu

MCK Jempiring yang diresmikan pada hari pertemuan sosialisasi program Community

Rabu tanggal 6 Agustus 2003. Dalam proses Based Sanitation yang diselenggarakan oleh Rabu tanggal 6 Agustus 2003. Dalam proses Based Sanitation yang diselenggarakan oleh

Jadi proyek ini bukan lahir dari sebuah ruang kosong, seperti yang biasa terjadi di masa lalu. Bu-kanlah model pendekatan top down ala MCK Moerdiono yang membuat MCK Jempiring dapat berdiri di Banjar Sari. Karena hampir seluruh keputusan yang berkaitan dengan penyelesaian permasalahan sanitasi selalu dikonsultasikan dan dikoordinasikan dengan masyakarat. “Kami sering melaku- kan pertemuan dengan masyarakat Banjar Sari, khususnya warga di Gang Jempiring,” ujar Made Yudi Arsana, salah seorang pro- gram officer Bali Fokus. “Ada sekitar 10 kali pertemuan dengan masyarakat sebelum muncul solusi pem- bangunan MCK Jempiring,” tambah pria lulusan Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya ini.

Bahkan menurut Yudi, sebelumnya muncul 4 alternatif, yaitu :

1. Membuat MCK di Balai Banjar Sari (tepat di balai Banjar Sari)

2. Membuat MCK umum baru di Gang Jempiring.

3. Memilih sistem pemipaan bersama (komunal)

4. Renovasi MCK yang sudah ada

Setelah melalui beberapa kali pertemuan, pada tanggal 31 Januari 2003 yang lalu ditan- datangani nota kesepakatan antara warga Banjar Sari dan Bali Fokus yang pada intinya terdiri atas tiga hal. Pertama, warga Gang Jempiring, Banjar Sari membutuhkan fasilitas sani-tasi. Kedua, warga di sekitar Gang Jempiring bersedia untuk berkontribusi dalam pera-watan dan pe-meliharaan MCK dan terakhir, warga mendukung dibangunnya MCK baru bersedia untuk memelihara dan turut menjaga kebersihan MCK itu.

Kemudian berdasarkan peta permasalahan sanitasi di Gang Jempiring yang disusun oleh masyarakat, terdapat 3 calon lahan yang

potensial untuk dibangun MCK. Setelah satu bulan survei teknis yang lebih detail maka diperoleh kesepa- katan lahan milik I Ketut Nasib yang akan dibangun MCK baru. Kedua lokasi lainnya tidak memenuhi syarat karena selain terlalu dekat dengan MCK yang lama juga ada pemilik lahan yang tidak setuju lahan- nya dibangun MCK.