Prosiding Simposium Fisika Nasional XXV

SIKAP SISWA SEKOLAH MENENGAH MALAYSIA DAN INDONESIA TERHADAP SAINS DAN TEKNOLOGI

1 1 1 2 A.Halim 3 , M.Hasan , Muhibuddin , Nasrullah Idris , T.Subahan B Meerah ,

3 Lilia Halim 3 , and Kamisah Othman

1 Department of Science Education, Training Teacher and Education Faculty, Syiah Kuala University

2 Department of Physics, Mathematic and Science Faculty, Syiah Kuala University

3 Department of Science Education, Education Faculty, National University of Malaysia Email: subhan@ukm.my ; bdlhalim@yahoo.com

ABSTRAK

Kajian ini bersifat survei dengan menggunakan Instrumen Pengukuran Budaya Sains dan Teknologi (IPBST) pada 467 siswa Sekolah Menengah di Indonesia dan 784 siswa Sekolah Menengah di Malaysia. Hasil kajian menunjukkan siswa SM Malaysia memiliki sikap yang lebih beretika terhadap Sains dan Teknologi, sikap lebih positif terhadap penggunaan hewan percobaan dan terhadap sifat dan praktek ilmiah. Sedangkan siswa SM Indonesia memiliki tingkat kesadaran yang lebih baik terhadap lingkungan, sikap lebih positif terhadap Sains dan Teknologi. Secara keseluruhan profil sikap terhadap Sains dan Teknologi antara siswa SM Malaysia dan SM Indonesia tidak terdapat perbedaan yang berarti pada taraf signifikansi 1% (t = 0.04). Berdasarkan interprestasi skala yang disarankan oleh Green & Akey, hasil kajian ini (rata-rata 2.023 dan 2.009) termasuk kategori tinggi, artinya siswa SM Malaysia dan Indonesia sama-sama memiliki sikap positif terhadap Sains dan Teknologi.

Kata kunci: budaya, sains dan teknologi, sikap siswa, indikator budaya S&T

ABSTRACT

This study is a survey using Instruments of Science and Technology Culture Measurement (IPBST) on 467 high school students in Indonesia, and 784 high school students in Malaysia. The study results indicate Malaysian high school students has a more ethical attitude towards Science and Technology, more positive attitudes towards the use of experimental animals and the nature and practice of science. While, Indonesian high school students has a better level of awareness of the environment, more positive attitudes towards Science and Technology. Overall profile of attitudes towards science and technology among students SM SM Malaysia and Indonesia there is no significant difference at 1% significance level (t = 0.04). Based on the interpretation of scales suggested by Green & Akey, the results of this study (average of 2,023 and 2,009) were high, it means that Malaysian and Indonesia high school students both have a positive attitude towards Science and Technology.

Keywords: culture, science and technology, student attitudes, indicators of S & T culture

PENDAHULUAN

Berbagai bentuk definisi tentang sikap (attitude) yang telah dikemukan oleh pakar pendidikan dan psikologi. Menurut Webster’s New World Telecom Dictionary (2008) sikap didefinisikan sebagai salah satu cara aksi, perasaan atau pemikiran yang menunjukkan

Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012 | 243 Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012 | 243

Attitude is a hypothetical construct that represents an individual’s like or dislike for an item. Attitudes are positive, negative or neutral views of an “attitude object”: i.e. a person, behaviour or event. People can also be “ambivalent” towards a target, meaning that they simultaneously possess a positive and a negative bias towards the attitude in question. Attitudes are composed from various forms of judgments. Attitudes develop on the ABC model (affect, behavioral change and cognition). The affective response is a physiological response that expresses an individual’s preference for an entity. The behavioral intention is a verbal indication of the intention of an individual. The cognitive response is a cognitive evaluation of the entity to form an attitude. Most attitudes in individuals are a result of observational learning from their environment (Jung 1995).

Berdasarkan beberapa kutipan di atas itilah sikap (attitude) dapat didefinisikan secara ringkas dalam bentuk susunan kalimat berikut: ”Sikap (attitude) adalah bentuk respon, tindakan, atau prilaku sebagai manifestasi terhadap pandangan atau kecenderungan mental seseorang terhadap satu masalah (attitude object), yang terkait dengan proses sains”. Pemahaman dengan istilah sikap akan lebih mudah dengan melihat kata-kata yang memiliki arti sama atau kata-kata sinonim dari istilah sikap. Perkataan yang semakna dengan istilah sikap adalah: State of mind: mood, opinion, idea about, viewpoint, point of view, standpoint, outlook, perspective, belief, air, demeanor, manner, condition of mind, habitual mode of regarding something, disposition of mind, state of feeling, mindset, manner of thinking, way of looking at things, position, reaction, bias, slant, set, leaning, proclivity, bent, inclination, propensity, cast, emotion, temper, temperament, sensibility, disposition, mental state, notion, philosophy, view, approach, stance, stand, orientation, nature, makeup, frame of mind, character.

Dengan demikian istilah sikap terhadap sain dan teknologi dapat dipahami sebagai suatu bentuk respon, tindakan, atau prilaku dari manifestasi terhadap pandangan atau

244 | Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012 244 | Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012

Oleh karena itu, sikap (siswa) terhadap sains dan teknologi sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, dan opini siswa terhadap sumber rujukan dan lingkungan tempat ia belajar. Dalam konteks yang lebih umun sikap siswa terhadap sains dan teknologi sangat tergantung pada wawasan dan program dari sistem pendidikan suatu negara. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa lingkungan kelas dan lingkungan rumah mempengaruhi sikap siswa terhadap sains dan teknologi. Simpson dan Oliver (1990) menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan kepribadian siswa, sekolah dan keluarga. Beberapa peneliti menemukan hubungan antara keluarga (orang tua) dengan sikap dan ketertarikan remaja terhadap sains ( Talton & Simpson, 1986) .

Sebaliknya Ebenezer and Zoller (1993) menemukan bahwa siswa lebih suka mengambil bagian dalam pembelajaran sains dan teknologi daripada menyelesaiankan studi berorientasi ceramah dalam ruang kelas. Lebih jauh beberapa kajian dalam konteks negara Malaysia menunjukkan kemerosotan tingkat kesadaran dan penghargaan terhadap sians dan teknologi pada masyarakat biasa dan masyarakat akademik. Tingkat kesadaran (awareness) yang terkait dengan sains dan isu umum tentang teknologi didapati rendah dan menurun dari 2,29 pada tahun 1996 menjadi 2.23 pada tahun 1998, dan terus turun menjadi 2.18 pada tahun 2000 sesuai dengan skala indeks 4 berarti maksimun (Rosilawati Othman 2007).

Berdasarkan beberapa hasil penelitian terdahulu tersebut menunjukkan bahwa sikap siswa atau masyarakat biasa terhadap sains dan teknologi sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan kelompok belajar siswa. Khusus terkait dengan sikap siswa terhadap sains dan teknologi perlu dikaji lebih mendetail, karena ia akan berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum dan sistem pendidikan sains dan teknologi pada suatu negara. Malaysia dan Indonesia masih mempunyai kesamaan, terutama dalam sektor pendidikan, khususnya pendidikan sains dan teknologi. Karena itu, kajian komperatif ini memilih Malaysia sebagai salah satu sampel penelitian.

Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012 | 245

METODOLOGI

Pengukuran tahapan eksistensi sikap siswa terhadap sains dan teknologi secara menyeluruh memerlukan instrumen yang reliabel dan valid. Oleh karena itu, dalam penelitian sebelumnya telah dikembangkan satu bentuk instrumen budaya sains dan teknologi yang terdiri dari tiga dimensi utama; sikap, pengetahuan, dan karakteristik saintis. Dalam penelitian sekarang ini akan difokuskan pada indikator sikap siswa terhadap sains dan teknologi yang terdiri dari 10 item seperti ditunjukkan dalam tabel 1 berikut.

Tabel 1. Item untuk indikator A: Sikap terhadap sains dan teknologi

No Item Indikator A: Sikap Terhadap Sains dan Teknologi

S TP TS STS A1 Saya pikir sains menyenangkan

SS

1 2 3 4 5 ( I think science is enjoyable)

A2 Saya rasa sains sangat penting. (I think science is very important)

1 2 3 4 5 A3 Sains membantu saya untuk meningkatkan kemampuan berfikir saya

1 2 3 4 5 (Science helps me to improves my thinking ability)

A4 Sains membantu saya menyelesaikan masalah (Science helps me to solve problem)

1 2 3 4 5 A5 Sains dan teknologi penting untuk masyarakat

1 2 3 4 5 (Science and technology are important for society)

A6 Saya suka mempelajari sains di sekolah. (I like to study science in school)

1 2 3 4 5 A7 Saya berminat dengan pekerjaan yang terkait dengan sains

1 2 3 4 5 (I am interested in jobs relating to science)

A8 Saya harap lebih banyak waktu diberikan untuk belajar sains (I wish more time is given for study science)

1 2 3 4 5 A9 Saya berminat menjadi saintis (ilmuan)

1 2 3 4 5 (I would like to be a scientist)

A1 Apa yang saya belajar tentang sains adalah penting untuk kehidupan 0 saya. (What I learn about science is important for my life)

1 2 3 4 5 SS = Sangat Setuju; S = Setuju; TP = Tidak Pasti; TS = Tidak Setuju; STS = Sangat Tidak Setuju.

Setiap item dalam tabel 1 untuk indikator A telah dilakukan validitasi dan reliabilitas dalam penelitian sebelumnya (Halim 2008) dan didapat nilainya seperti dalam tabel 2 berikut.

Tabel 2. Nilai validasi dan koefisien reliabilitas

Items Scale Mean if

Alpha if Item Item Deleted

Scale Variance

Corrected Item-

if Item Deleted Total Correlation

| Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012

Hasil analisis item menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas rata-rata untuk 10 item adalah 0.8011. Dengan melihat nilai :alpha if item deleted” didapat bahwa jika item 8 dihilangkan, maka koefisien kebolehpercayaan alpha Cronbach akan meningkat menjadi 0.86. Dalam peleksanaan penelitian item 8 tetap dipertahankan, tetapi dalam analisis data item 8 dipisahkan karena kurang memberi kontribusi terhadap keseluruhan item. Kesemua item tersebut diberikan kepada 467 siswa Sekolah Menengah di Indonesia dan 784 siswa Sekolah Menengah Kebangsaan di Malaysia berumur 16 tahun. Untuk pengambilan sampel digunakan teknik cluster sampling berdasarkan kemampuan akademik respondensi (rendah, sedang, dan tinggi) yang diperoleh dari hasil wawancara dengan guru bidang studi.

Untuk mendapatkan informasi secara menyeluruh tentang sikap siswa Malaysia dan Indonesia digunakan metode statitik deskriptif. Sedangkan untuk mengetahui sifat komperatif antara siswa Malaysia dan Indonesia digunakan metode statitik inferensi dengan formulasi uji-t. Perbedaan sikap terhadap sains dan teknologi antara laki-laki dan perempuan juga dianalisis dengan menggunakan formulasi uji t. Selanjutnya untuk mengetahui item yang paling berpengaruh terhadap sikap terhadap sains dan teknologi digunakan statistik inferensi dengan formulasi koefisien korelasi (r).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Terdapat tiga jenis informasi yang ingin didapat melalui penelitian ini. Pertama, gambaran deskriptif secara menyeluruh tentang sikap siswa terhadap sains dan teknologi, Kedua, perbendaan sikap antara siswa Sekolah Menengah di Malaysian dan Indonesia.

a) Deskriptif Sikap terhadap Sains dan Teknologi

Secara keseluruhan sikap siswa Sekolah Menengah di Malaysian dan Indonesia ditunjukkan oleh grafik dalam gambar 1 berikut.

Gambar 1. Sikap siswa Indonesia (kiri) dan Malaysian (kanan) terhadap sains dan teknologi.

Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012 | 247

Grafik sebelah kanan (dalam gambar 1 diatas) menggambarkan sikap siswa Sekolah Menengah Malaysia, sedangkan grafik sebelah kiri menunjukkan sikap siswa Sekolah Menengah Indonesian terhadap sains dan teknologi. Kategori respon siswa dimulai dari SS (Sangat Setuju) dengan indeks 1 sampai dengan STS (Sangat Tidak Setuju) dengan indeks 5. Rata-rata untuk sikap siswa SM Indonesia 1.99, sedangkan sikap siswa SM Malaysia 2.12. Ini memberi gambaran secara kasar bahwa siswa SM Indonesia lebih cenderung memilih sikap setuju dan sangat setuju dibadingkan sikap siswa SM Malaysia yang cenderung memilih setuju dan tidak memahami (netral) terhadap item-item dalam indikator sikap terhadap sains dan teknologi. Apakah angka ini memang menujukkan beda secara statistik atau tidak ada perbedaan secara signifikansi akan dikaji dengan menggunakan uji t pada bagian selanjutnya. Tingkat penyembaran respon siswa lebih menonjol pada siwa SM Malaysia (0.53) dibandingkan sengan penyebaran respon siswa SM Indonesia (0.43). Ini memberi gambaran bahwa siswa SM Indonesia lebih seragam dalam memberi respon terhadap sains dan teknologi dibandingkan dengan siswa SM Malaysia.

b) Perbedaan Sikap Siswa SM Malaysia dan Indonesia

Secara lebih mendetail respon siswa terhadap sains dan teknologi dapat diuji dengan menggunakan formulasi uji-t. Keseluruhan indikator budaya sains dan teknologi, perbedaan budaya sains dan teknologi siswa SM Malaysia dan Indonesia ditunjukkan dalam tabel 2 berikut.

Tabel 3. Perbedaan respon rata-rata antara siswa SM Malaysia dan SM Indonesia

Subscales

Reject P M(1)

Mean

Standard deviations

Ho A 2.120

Yes 0.0000 B 1.909

Yes 0.0004 C 2.528

Yes 0.0000 D 2.538

Yes 0.0000 E 2.739

Yes 0.0000 F 2.107

No 0.0330 G 2.266

No 0.9060 H 1.874

Yes 0.0000 I 2.478

Yes 0.0000 J

Ket: (1): Siswa Sekolah Menengah Malaysia; (2): Siswa Sekolah Menengah Indonesia.

248 | Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012

A : Sikap terhadap Sains dan Teknologi F : Memahami Keterbatasan Akal Manusia B : Kesadaran terhadap Lingkungan

G : Pandangan Siswa Terhadap Indikator Sains dan Teknologi

C : Sifat Pengetahuan Sains H : Kebiasaan Siswa Berpemikiran Ilmiah D : Etika Sains dan Teknologi

I : Kegiatan Siswa Sains di luar Sekolah E : Sikap Siswa Terhadap Penggunaan Hewan Percobaan

J : Pengetahuan Dasar Siswa tentang Sains.

Berdasarkan tabel 3 dapat dipahami bahwa siswa SM Malaysia dan Indonesia memiliki sikap yang berbeda secara statistik (t = 4.616 dan T = 2.580) pada taraf signifikansi 0.05. Ini dapat dipahami bahwa sikap siswa SM Indonesia lebih cenderung ke arah setuju dan sangat setuju (rata-rata = 1.99) dibandingkan sikap siswa SM Malaysia (rata-rata = 2.12) yang lebih cenderung ke arah setuju dan tidak memahami. Secara lebih mendetail dapat dianalisis untuk mengetahui item mana saja (dalam indikator sikap) yang berbeda secara statistik antara siswa SM Malaysia dan Indonesia. Hasil analisis ditunjukkan dalam tabel 4 berikut.

Tabel 4.

Items

Reject P M(1)

Mean

Standard deviations

A1 1.83 1.87 0.77 0.66 -0.940

A4 2.05 2.43 0.87 0.77 -7.751

Yes 0.000 A10

A9 2.15 2.68 0.98 1.01 -8.957

Ket: (1): Siswa Sekolah Menengah Malaysia; (2): Siswa Sekolah Menengah Indonesia. A1 : Saya pikir sains menyenangkan

A6 : Saya suka mempelajari sains di sekolah A2 : Saya rasa sains sangat penting.

A7 : Saya berminat dengan pekerjaan yang

terkait dengan sains

A3 : Sains membantu saya untuk meningkatkan A8 : Saya harap lebih banyak waktu kemampuan berfikir saya

diberikan untuk belajar sains A4 : Sains membantu saya menyelesaikan masalah

A9 : Saya berminat menjadi saintis (ilmuan) A5 : Sains dan teknologi penting untuk masyarakat

A10 : Apa yang saya belajar tentang sains adalah penting untuk kehidupan saya.

Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012 | 249

Berdasarkan data dalam tabel 4 dapat dipahami bahwa siswa SM Malaysia dan Indonesia memiliki sikap yang sama terkait dengan (i) kegunaan sains dan teknologi dan (ii) keinginan mempelajari dan pekerjaan yang terkait dengan sains dan teknologi. Sebaliknya kedua kelompok siswa berbeda pandangan tentang (i) pentingnya sains dan teknologi bagi mansyarakat dan (ii) pentingnya sains dan teknologi bagi diri siswa. Berdasarkan rata-rata untuk item A10 dapat dipahami bahwa siswa SM Indonesia lebih cenderung kearah ”setuju” dan ”sangat setuju” dengan penyataan bahwa mempelajari sains merupakan sesuatu yang sangat penting bagi diri siswa (M(2) = 1.43). Sebaliknya peranan sains dan teknologi dalam penyelesaian masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-hari, siswa SM Indonesia melihat kurang peranan dan siswa cenderung kearah tidak memahami (TP) atau tidak melihat peranan sains dan teknologi dalam kehidupan sehari-hari (M(2) = 2.89).

KESIMPULAN

Item-item indikator yang mewakili sikap siswa terhadap sains dan teknologi yang sangat dominan dan besar sumbangannya adalah item A2 : Saya rasa sains dan teknologi sangat penting dan item A6 : Saya suka mempelajari sains di sekolah. Sedangkan item A8 agak kurang bermakna sumbangannya terhadap indikator sikap terhaap sains dan teknologi. Item A8 lebih banyak siswa memilih tidak paham dan tidak setuju, tambahan pula kalau item ini digugurkan dalam instrumen sikap, indeks reliabilitas intrumen meningkat menjadi 0.856.

Siswa Sekolah Menengah Malaysia dan Indonesia memiliki pandangan yang sama terhadap kegunaan sains dan teknologi. Secara keseluruhan mereka setuju dan sangat setuju dengan pernyataan bahwa sains dan teknologi sangat penting dan menyenangkan. Kedua kelompok siswa juga memiliki minat yang tinggi dengan perkerjaan yang terkait dengan sains dan teknologi. Mengenai peranan sains dan teknologi dalam kehidupan siswa dan masyarakat, kedua kelompok siswa memiliki pandangan yang berbeda. Siswa SM Indonesia lebih cenderung kearah ”sangat setuju” (M(2) = 1.43) dengan peranan sains dan teknologi untuk masyarakat, sedangkan siswa SM Malaysia lebih kearah ”setuju” (M(1) = 1.60). Selanjutnya kepentingan sains dan teknologi, juga kedua kelompok siswa memiliki pandangan yang berbeda.

UCAPAN TERIMAKASIH

Pelaksanaan penelitian menggunakan dana Hibah Penelitian Kerjasama Luar Negeri Indonesian dan dana OPF Fakulti Pendidikan, Universiti Kebangsanaan Malaysia. Oleh

250 | Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012 250 | Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012

DAFTAR PUSTAKA

Ebenezer, J.B., & Zoller, U. (1993). Grade 10 students’ perceptions of attitudes toward science teaching and school science. Journal of Research in Science Teaching, 30(2),175-186.

Green, S.B., Salkind, N.J. & Akey, T.M. 1997. Using SPSS For Windows, Analyzing and Understanding Data. New Jersey: Prentice-Hall. Jung, C.G. 1995. Two Essays on Analytical Psychology, Collected Works, Volume 7, Princeton, NJ: Princeton University Press. Philosophy Dictionary.2005. The Oxford Dictionary of Philosophy. Copyright © 1994, 1996, 2005 by Oxford University Press Simpson, R.D., & Oliver, J.S. (1990). A summary of major influences on attitude toward

science and achievement in science among adolescent students. Science Education, 7(1), 1-18.

Talton, E.L., & Simpson, R.D. (1986). Relationships of attitudes toward self, family and school with attitude toward science among adolescents. Science Education, 7(4), 365-374.

The American Heritage® Dictionary of the English Language,. 2007. Edition Copyright © 2007., Published by Houghton Mifflin Company. Webster's New World Telecom Dictionary Copyright © 2008 by Wiley Publishing, Inc., Indianapolis, Indiana. Dr Sue Collins, Michael Reiss and Dr Shirley Simon (2006) A literature review of research conducted on young people’s attitudes to science education and biomedical science, Institute of Education, University of London

TANYA JAWAB:

Nama Penanya, Pertanyaan dan Jawaban

1. Abdul Faqih: Bagaimana Pembelajaran Sains dan Teknologi berbasis al-quran ini kita terap disekolah, mengingat waktu yang cukup terbatas

Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012 | 251

Jawaban: Persamasalahan yang ada disekolah selama ini, guru agama dan guru sains berbeda orangnya, bukan satu satu individu, sehingga pembelajaran Sain dan Teknologi terpisah atau ada gab dengan agama. Salah satu cara yang paling efektif adalah setiap guru yang ditugaskan mengajar Fisika, Kimia, dan Biologi juga memahami asal usul setiap pengetahuan (sumber al-quran dan hadist)

2. Sri Astuti: Bagaimana kita ajarkan siswa sehingga mereka menyadari pentingnya memahami Sains dan teknologhi serta mereka sadar akan lingkungan.

Jawaban: Kalau memungkinkan kita buat satu modul yang isinya menyetuh fenomena akibat dari ketidakpedulian kita terhadap lingklungan. Diberikan pengetahuan tentang dampak setiap prilaku manuasia yang menyimpan dari agama, Sains dan Teknologi.

252 | Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI PADA MATA PELAJARAN IPA

1 Abdul Faqih, 2 Dwikoranto

Unit Program Belajar Jarak Jauh UT Surabaya, 2 FMIPA Unesa E-mail: faqih@ut-surabaya.net , dwi_bsc.saja@yahoo.co.id

ABSTRAK

Untuk dapat memperbaiki suatu proses pembelajaran, kita perlu mengoreksi proses pembelajaran. mengakifkan siswa dalam proses pembelajaran agar bermakna bagi siswa sehingga pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan peneliti berkolaborasi dengan guru SD Mojoruntut Sidoarjo.Penelitian ini menggunakan PTK diharapkan sebanyak II siklus telah berhasil. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan kegiatan, pengamatan/observasi, dan refleksi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas VI SDN Mojoruntut. Data diambil menggunakan instrumen berupa lembar observasi kegiatan belajar mengajar, lembar kerja siswa, dan soal evaluasi. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini adalah: (1) memotivasi siswa melalui tanya jawab tentang materi pembelajaran; (2) menyampaikan tujuan pembelajaran; (3) menjelaskan materi dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses melalui kegiatan eksperimen; (4) melakukan kegiatan eksperimen; (5) berdiskusi membahas hasil eksperimen; (6) membimbing membuat kesimpulan; (7)mengerjakan soal evaluasi; (8) menindak lanjuti hasil pembelajaran. Dari hasil analis didapatkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II. Hasil belajar siswa dilihat dari rata-rata kelas yaitu, siklus I (60,00) dan siklus II (87,89). Simpulan dari penelitian ini adalah pendekatan keterampilan proses dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa Kelas VI Sekolah Dasar. Pendekatan pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.

Kata Kunci: Pendekatan keterampilan proses, hasil belajar IPA

ABSTRACT

To be able to improve quality of education in school require to correct done study process. Isn'T it, activating student in course of study to be having a meaning for student very is urgen done so that the target of study can reach. Repair of this study is executed by researcher of berkolaborasi with teacher of SD Mojoruntut Sidoarjo. This Research use classroom action research expected by counted II cycles have succeeded. Each;Every cycle consist of four phase that is: planning, perception and activity, and refleksi. this Research target is Class student of VI SDN Mojoruntut. Data taken to use instrument in the form of school activity observation sheet, student spread sheet, and evaluation problem. Stages;Steps which gone through in execution of repair of this study is: (1) motivating student through question and answer concerning study items; (2) submitting the target of study; (3) explaining items by using approach of skill of process through activity of experiment; (4) doing activity of experiment; (5) discusing to study result of experiment; (6) guiding to make conclusion; (isn't it evaluation problem; (8) acting result of study. Of analyst result got that result learn

Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012 | 253 Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012 | 253

Keyword: Approach of process skill, result of learning.

PENDAHULUAN

Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara global telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dan dirasakan dalam kehidupan sehari- hari yang terjadi di lingkungan kita. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ditunjang oleh ilmu pengetahuan alam yang menjadi dasar dan penunjang teknologi-teknologi baru.

IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi secara logis sistematis tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti: pengamatan, penyelidikan, penyusunan hipotesis, dan yang diikuti pengujian gagasan-gagasan.

Pendidikan ilmu pengetahuan alam di sekolah dasar bertujuan untuk menyiapkan peserta didik agar tanggap menghadapi lingkunganya, karena dengan belajar ilmu pengetahuan alam siswa dapat belajar memahami fenomena-fenomena alam yang terjadi di lingkungannya. Oleh sebab itu pembelajaran ilmu pengetahuan alam di Sekolah Dasar menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung sehingga pembelajaran yang diterima dapat bertahan lebih lama yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Seperti yang kita ketahui bersama hampir di semua sekolah, pembelajaran ilmu pengetahuan alam hanya dengan mengutarakan suatu konsep secara tulisan saja sehingga pembelajaran bagi peserta didik sangat membosankan, seperti yang dikatakan oleh Uzer Usman (2000) bahwa“pengajaran yang menggunakan banyak verbalisme tentu akan cepat membosankan, sebaliknya pengajaran akan lebih menarik bila siswa gembira belajar karena merasa tertarik dan mengerti pelajaran yang diterimanya”.

Bruner (1977) menyatakan bahwa “proses pembelajaran di kelas bukan untuk menghasilkan perpustakaan hidup untuk suatu subjek keilmuwan, tetapi untuk melatih siswa berfikir kritis, mempertimbangkan hal-hal yang ada di sekitarnya, dan berpartisipasi aktif dalam proses mendapakan pengetahuan” .

254 | Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012

Guru tidak hanya menyampaikan materi saja tetapi guru haruslah dapat merangsang perkembangan siswa. Peran guru dalam pembelajaran bukan sebagai pemberi informasi melainkan sebagai penuntun untuk mendapatkan informasi.

Adam dan Decey (2003) mengemukakan “peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: (a) guru sebagai demonstrator, (b) guru sebagai pengelola kelas, (c) guru sebagai mediator dan fasilitator dan (d) guru sebagai evaluator”.

Dalam kurikulum KTSP (2006) mata pelajaran ilmu pengetahuan alam di Sekolah Dasar, pembelajaran ilmu pengetahuan alam harus dapat menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.

Seorang guru hendaknya memandang pembelajaran ilmu pengetahuan alam tidak hanya menekankan pada hasil saja, melainkan juga menekankan pada proses untuk memahami proses dan konsep tersebut, sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Jika guru dalam mengajarkan konsep ilmu pengetahuan alam lebih menekankan pada proses dimana siswa mengkonstruksikan pengetahuanya sendiri untuk memahami masalah atau objek yang diamati, dapat membawa dampak yang positif bagi kemajuan belajar siswa yang berorientasi pada peningkatan hasil dan prestasi belajar siswa.

Secara psikologis, siswa sekolah dasar akan dengan mudah memahami konsep-konsep yang abstrak dan rumit jika disertai contoh-contoh konkrit melalui konsep yang telah siswa miliki sebelumnya dan berlangsung wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Pemahaman siswa akan lebih bermakna dan dapat mengingat lebih lama, lebih-lebih jika siswa mendapat kesempatan mempraktekkan sendiri, melakukan penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik dan penanganan benda-benda.

Guru perlu merancang dan melaksanakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa mengkonstruksikan pemikiranya sendiri untuk menemukan konsep dan prinsip ilmu pengetahuan alam tersebut serta mengetahui untuk apa konsep tersebut dipelajari. Dengan memberikan kesempatan kepada siswa mengkonstruksikan pemikiranya sendiri, siswa dapat belajar lebih aktif, kreatif, menumbuhkan kesan bermakna dan menarik bagi siswa, sehingga hasil belajar yang diharapkan dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam dapat tercapai.

Dalam proses pembelajaran ilmu pengetahuan alam harus menggunakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman langsung melalui

Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012 | 255 Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012 | 255

Bila meninjau cara pembelajaran yang diharapkan itu maka salah satu pendekatan pembelajaran yang memiliki sifat dan karakter tersebut adalah pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses. Pada pelaksanaan mata pelajaran ilmu pengetahuan alam tentang sumber-sumber energi, siswa Kelas VI SDN Mojoruntut Sidoarjo menunjukkan sikap pasif dan terlihat masih kurang termotivasi terhadap pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang rendah dengan rata-rata kelas yaitu 51,58.

Berdasarkan kenyataan di atas, penelitian perlu dilaksanakan, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam dalam mempelajari sumber-sumber energi. Setelah mengadakan diskusi dengan Teman Sejawat, ternyata ditemukan faktor-faktor penyebab rendahnya pemahaman siswa dalam materi sumber-sumber energi, diantaranya:

1. Metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran kurang bervariasi.

2. Siswa tidak dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran sehingga siswa hanya sebagai penerima informasi dari guru.

3. Guru kurang memberi bimbingan dan latihan kepada siswa. Dengan menyadari harapan dan kenyataan tersebut, maka perlu perbaikan

pembelajaran dengan mengimplementasi Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.

Rumusan masalah penelitian yang akan dijawab adalah “Apakah Implementasi pendekatan keterampilan proses pada pembelajaran IPA tentang sumber-sumber energi berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas VI SDN Mojoruntut Sidoarjo? ”.

Sesuai dengan permasalahan yang terdapat di atas, tujuan penelitian ini adalah ”Untuk mendeskripsikan apakah Implementasi pendekatan keterampilan proses pada pembelajaran IPA tentang sumber-sumber energi berpengaruh terhadap hasil belajar siswa Kelas VI SDN Mojoruntut Sidoarjo.

Manfaat Penelitian bagi Guru; untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme seorang guru, Mengetahui apakah dengan pendekatan keterampilan proses hasil belajar siswa

256 | Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012 256 | Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian adalah di SDN Mojoruntut Sidoarjo. Waktu pelaksanaan penelitian adalah pada bulan Maret 2009. Mata pelajaran eksakta yang diteliti sebagai subyek penelitian adalah Ilmu Pengetahuan Alam. Kelas yang dijadikan ruang pelaksanaan praktek perbaikan baik siklus I dan siklus II adalah kelas VI. Jumlah siswa sebanyak 19 orang. Terdiri dari

12 orang laki-laki dan 7 orang perempuan. Karakteristik siswa ditinjau dari sudut usia berkisar 10-12 tahun. Karena usia rata-rata adalah 10-12 tahun dan kemampuan siswa dianggap homogen maka dalam pembelajaran dilaksanakan sistem klasikal. Karakteristik siswa yang merupakan subyek penelitian ditinjau dari segi usia cukup homogen, tetapi dari segi ekonomi dan latar belakang orang tua cukup heterogen.

Prosedur Penelitian Siklus I

Perencanaan: Langkah-langkah yang ditempuh dalam perencanaan perbaikan pembelajaran IPA untuk

siklus I adalah sebagai berikut: 1). Membuat rencana perbaikan pembelajaran siklus I (terlampir) beserta skenario tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam 2). Menyiapkan materi pembelajaran ilmu pengetahuan alam tentang sumber-sumber energi yang tersusun secara sistematis 3). Menyiapkan sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran ilmu pengetahuan alam tentang sumber-sumber energi 4). Menyiapkan instrumen pengumpulan data berupa lembar observasi guru, lembar observasi siswa dan lembar evaluasi sebagai umpan balik dalam mengetahui pemahaman siswa tentang sumber-sumber energi

Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012 | 257

Pelaksanaan Langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:

1) Kegiatan awal

a) Membuka pelajaran dengan mengucap salam

b) Berdo’a

c) Mengabsen siswa

d) Mempersiapkan materi ajar dan alat peraga

e) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

2) Kegiatan inti

a) Siswa memperhatikan cerita guru tentang bermain mobil-mobilan

b) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang mengapa mobil dapat bergerak merupakan hasil dari energy tertentu.

c) Siswa memperhatikan petunjuk guru sebelum melakukan eksperimen

d) Siswa dibagi menjadi 3 kelompok

e) Setiap kelompok diberi lembar kerja siswa

f) Siswa melakukan eksperimen sesuai dengan lembar kerja yang telah diberikan

g) Siswa berdiskusi mencatat hasil pengamatan pada eksperimen yang telah dilaksanakan

3) Kegiatan penutup

a) Siswa mengerjakan tugas dari guru

b) Guru menutup pelajaran dengan salam.

Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan guru kelas dibantu oleh Supervisor dan peneliti. Jenis pengamatannya adalah melihat kesesuaian antara penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam melakukan pengamatan terhadap hasil belajar siswa. Hasil pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi guru, lembar observasi siswa dan soal evaluasi siswa pada pembelajaran siklus I. Refleksi

Berdasarkan dari data yang dikumpulkan selama kegiatan pembelajaran siklus I kemudian dilakukan analisis data. Berdasarkan analisis data kemudian dilakukan refleksi dengan merenungkan apa yang telah dilakukan dan bagaimana dampaknya terhadap proses belajar siswa untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kegagalan. Selanjutnya, melakukan

258 | Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012 258 | Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012

Prosedur Penelitian Siklus II

Perencanaan: Langkah-langkah yang ditempuh dalam perencanaan perbaikan pembelajaran IPA untuk siklus II adalah ditempuh sebagai berikut: 1). Membuat rencana perbaikan pembelajaran siklus II (terlampir) beserta skenario tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam 2). Menyiapkan materi pembelajaran ilmu pengetahuan alam tentang sumber-sumber energi yang tersusun secara sistematis 3). Menyiapkan sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran ilmu pengetahuan alam tentang sumber-sumber energi 4). Menyiapkan instrumen pengumpulan data berupa lembar observasi guru, lembar observasi siswa dan lembar evaluasi sebagai umpan balik dalam mengetahui pemahaman siswa tentang sumber-sumber energi

Pelaksanaan Langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut :

1) Kegiatan awal Membuka pelajaran dengan mengucap salam, Berdo’a, Mengabsen siswa, Mempersiapkan materi ajar dan alat peraga, Guru Menggali pengetahuan awal (apersepsi). Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2) Kegiatan inti

a) Siswa memperhatikan cerita guru tentang bermain mobil-mobilan

b) Siswa dan guru bertanya jawab tentang isi cerita

c) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang sumber energy dan aplikasinya dalam kehidupan.

d) Siswa memperhatikan petunjuk guru sebelum melakukan eksperimen

e) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok

f) Setiap kelompok diberi lembar kerja siswa

g) Siswa melakukan eksperimen sesuai dengan lembar kerja yang telah diberikan

h) Siswa dibimbing oleh guru dalam melakukan eksperimen Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012 | 259 h) Siswa dibimbing oleh guru dalam melakukan eksperimen Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012 | 259

3) Kegiatan penutup Siswa bersama guru membuat kesimpulan secara bersama-sama.Siswa mengerjakan tugas dari guru. Guru memberikan pekerjaan rumah sebagai tindak lanjut, Guru menutup pelajaran dengan salam. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti, guru kelas dibantu oleh Supervisor. Jenis pengamatannya adalah melihat kesesuaian antara penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam melakukan pengamatan terhadap hasil belajar siswa. Hasil pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi guru, lembar observasi siswa dan soal evaluasi siswa pada pembelajaran siklus II. Refleksi

Berdasarkan analisis data kemudian dilakukan refleksi dengan merenungkan apa yang telah dilakukan dan bagaimana dampaknya terhadap proses belajar siswa untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kegagalan yang dicapai selama tindakan perbaikan pembelajaran. Hasil refleksi pada siklus II menunjukkan adanya keberhasilan penelitian sehingga tidak perlu dilaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Siklus I

Dari hasil penelitian dan berdasarkan data-data yang diperoleh, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang sumber-sumber energi pada awalnya rendah dengan rata-rata kelas 51,58 Akan tetapi setelah diadakan perbaikan mulai ada peningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus I, rata-rata kelas telah mencapai 68.

Dari segi presentase tingkat keberhasilan siswa. Setelah diadakan perbaikan ada siklus I mengalami peningkatan dari 42,11% siswa yang mendapat nilai 60 keatas menjadi 63,16% siswa yang mendapat nilai 60 keatas.

260 | Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012

Tabel 1 Daftar Hasil Evaluasi pada Siklus I

Nilai

No Kode Siswa

Sebelum Perbaikan

Perbaikan siklus I 1 2 3 4

Tabel 2 Distribusi Hasil Evaluasi Sebelum Perbaikan

Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012 | 261

Tabel 3 Distribusi Hasil Evaluasi Siklus I

Tabel 4 Hasil Observasi Guru pada Siklus I

Muncul No

Aspek yang diobservasi Komentar

PERSIAPAN

Menentukan

Persiapan merumuskan tujuan pembelajaran

bahan pembelajaran dan

sudah bagus Mengorganisasikan materi dan alat bantu

I pembelajaran

Merencanakan skenario kegiatan pembelajaran Merencanakan prosedur, jenis dan menyiapkan

alat penilaian

PELAKSANAAN

Menggunakan alat bantu peraga

√ Berilah Melaksanakan pembelajaran secara individu,

kesempatan kelompok dan klasikal

yang lebih Melaksanakan pembelajaran sesuai tujuan dan

banyak urutan yang logis

kepada siswa Menggunakan media/ alat peraga

untuk

II Menggunakan waktu yang efisien.

bertanya, aktif Memperhatikan pertanyaan dan respon siswa

√ melakukan Meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses

eksperimen. pembelajaran

√ Guru harus lebih banyak membimbing

√ siswa.

Berikan Melaksanakan evaluasi dalam proses

EVALUASI

evaluasi untuk III Melaksanakan evaluasi akhir pembelajaran

dikerja Memberikan tugas (PR)

kan 262

| Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012

√ dirumah Berdasarkan data yang diperoleh pada table 4 dan setelah dilakukan diskusi dengan

Superviror dapat disadari, terdapat kekurangan seperti guru tidak memberitahukan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan pada kegiatan awal, siswa tidak diberikan kesempatan untuk bertanya ketika guru bercerita dan menjelaskan perkalian sebagain penjumlahan berulang, siswa tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusi, guru tidak menyimpulkan hasil diskusi setelah kegiatan eksperimen berakhir dan anggota kelompok eksperimen terlalu banyak sehingga ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam melakukan eksperimen. Untuk itu perlu diadakan perbaikan kembali pada siklus II dengan penambahan penekanan yaitu dengan menerangkan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan pada kegiatan awal, guru memberikan kesempatan untuk bertanya pada siswa, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menyampaikan hasil diskusi, guru menyimpulkan hasil diskusi setelah kegiatan eksperimen berakhir dan mengurangi anggota kelompok dalam melakukan eksperimen. Hal tersebut dilakukan untuk lebih mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.

Tabel 5 Hasil Observasi Siswa pada Siklus I

No Aspek Yang Diobservasi Komentar

1 Termotivasi dengan kegiatan yang

Siswa kurang dilakukan guru

terlibat aktif

2 Memperhatikan penjelasan guru

dalam pembelajaran.

3 Aktif bertanya saat pembelajaran berlangsung

√ Siswa tidak mau bertanya

4 Bersemangat dalam kegiatan jika ada hal

pembelajaran

yang kurang

5 Bekerja dalam kelompok untuk dimengerti.

mengerjakan LKS

6 Berdiskusi antar siswa dan guru

7 Berdiskusi antar siswa

8 Menyajikan hasil diskusi

9 Menyimpulkan pembelajaran

bersama guru

10 Mengerjakan tugas dari guru

Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012 | 263

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada Siklus I sudah ada peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1. Siswa lebih bersemangat dalam mengerjakan eksperimen. Siswa lebih antusias dalam mempelajari sumber-sumber energi dengan melakukan eksperimen dalam kelompok. Sudah ada peningkatan hasil belajar siswa. Masih ada siswa yang kurang aktif dalam melakukan eksperimen. Sedangkan siswa yang kemampuannya ada di bawah rata-rata masih perlu banyak bimbingan guru. Aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat dilihat pada tabel 5.

Hasil Siklus II

Dari hasil penelitian, hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang sumber-sumber energi diadakan perbaikan, yang semula rata-rata kelas pada siklus I adalah 68 pada perbaikan siklus II mengalami peningkatan menjadi 87,89.

Tabel 6 Daftar Hasil Evaluasi pada Siklus II Nilai

No

Nama Siswa

264 | Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012

Dari segi presentase tingkat keberhasilan siswa. Setelah diadakan perbaikan pada siklus II mengalami peningkatan dari 63,16% siswa yang mendapat nilai 60 keatas menjadi 78,95% siswa yang mendapat nilai 60 keatas.

Tabel 3 Distribusi Hasil Evaluasi pada Perbaikan siklus I No

Nilai ( N )

Tabel 7 Distribusi Hasil Evaluasi sesudah Perbaikan Siklus II

Frekuensi

No Nilai ( N )

Berdasarkan data-data yang diperoleh pada tabel dan setelah melakukan diskusi dengan supervisor setelah melaksanakan tindakan perbaikan dalam siklus II, ternyata berdampak positif terhadap hasil belajar siswa . Pada perbaikan siklus II ini siswa sangat sangat antusias dalam melaksanakan kegiatan eksperimen, sehingga semua siswa aktif dalam pembelajaran siswa. Nilai rata-rata siswa mencapai 87,89 dan ketuntasan belajar siswa mencapai 78,95 %. Dengan demikian pembelajaran sumber-sumber energi dinyatakan

Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012 | 265 Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012 | 265

Tabel 8 Hasil Observasi Guru pada Siklus II

No Aspek Yang Diobservasi

Tidak ada

I PERSIAPAN Menentukan bahan pembelajaran

Persiapan dan merumuskan tujuan

sudah pembelajaran

bagus Mengorganisasikan materi dan alat

bantu pembelajaran Merencanakan skenario kegiatan

pembelajaran Merencanakan prosedur, jenis dan

menyiapkan alat penilaian

II PELAKSANAAN Menggunakan alat bantu peraga

Proses Melaksanakan pembelajaran secara

pembelaja individu, kelompok dan klasikal

ran sudah Melaksanakan pembelajaran sesuai

berlangsu tujuan dan urutan yang logis

ng sesuai Menggunakan media/alat peraga

rencana Menggunakan waktu yang efisien.

Memperhatikan pertanyaan dan

respon siswa Meningkatkan keterlibatan siswa

dalam proses pembelajaran III

EVALUASI Melaksanakan evaluasi dalam proses

Evaluasi Melaksanakan evaluasi akhir

sudah pembelajaran

dilakukan Memberikan tugas (PR)

dengan baik

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada Siklus II sudah berjalan dengan baik hal tersebut dapat diketahui dari peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat pada tabel

4.4. Siswa sudah aktif dalam pembelajaran. Siswa tampak antusias mengikuti pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses pada pelajaran IPA tentang sumber-sumber energi. Aktifitas siswa dapat dilihat pada tabel 4.9.

266 | Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012

Tabel 9 Hasil Observasi Siswa pada Siklus II

No Aspek Yang Diobservasi

Tidak ada

1 Termotifasi dengan kegiatan yang dilakukan guru

Siswa

2 Memperhatikan penjelasan guru

sudah

3 Aktif bertanya saat pembelajaran

aktif dalam

berlangsung pembelaja

4 Bersemangat dalam kegiatan ran

pembelajaran

5 Bekerja dalam kelompok untuk

mengerjakan LKS

6 Berdiskusi antar siswa dan guru

7 Berdiskusi antar siswa

8 Menyajikan hasil diskusi

9 Menyimpulkan pembelajaran bersama

guru

10 Mengerjakan tugas dari guru

Pembahasan

Dari hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Dengan Implementasi pendekatan keterampilan proses dalam perbaikan pembelajaran, membuktikan dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran yang berdampak langsung pada hasil belajar siswa.

Siklus I

Dengan memperhatikan hasil perbaikan pembelajaran pada siklus I, sudah ada peningkatan hasil belajar siswa. Nilai rata-rata kelas yang sebelum perbaikan hanya 51,58 pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I sudah menunjukkan adanya peningkatan yaitu

68. Siswa yang mendapat nilai 60 ke atas sebelum perbaikan hanya 42,11 %, setelah diadakan perbaikan pada siklus I Siswa yang mendapat nilai 60 ke atas sudah mencapai 63,16

Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012 | 267

%. Siswa yang mendapat nilai 60 sebanyak 5 orang, Siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak

4 orang, Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 2 orang, dan siswa yang mendapat nilai 90 sebanyak 1 orang. Hal itu dimungkinkan karena pembelajaran yang dilaksanakan sudah menggunakan pendekatan keterampilan proses melalui kegiatan eksperimen. Gambaran Hasil nilai yang didapat pada Siklus I dapat dilihat pada Grafik 4.10 dibawah ini.

Grafik 4.10 : Distribusi Hasil Evaluasi Pra Siklus dan Siklus I

Jumlah Siswa

2 2 2 2 Pra Siklus 1 1 1 1 1 Siklus I

Nilai

Situasi belajar pada siklus I ini juga mengalami peningkatan. Semuanya dapat dibuktikan pada saat pembelajaran berlangsung, siswa berani berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Meskipun masih ada siswa yang kurang aktif .

Siklus II

Dengan memperhatikan hasil perbaikan pembelajaran pada siklus II sudah menunjukkan adanya peningkatan yang cukup pesat . Nilai rata-rata kelas pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I 68. Pada siklus II rata-rata kelas menjadi 87,89. Siswa yang mendapat nilai 60 ke atas pada siklus I 63,16%. Pada siklus II siswa yang mendapat nilai 60 ke atas mencapai 78,95%. Siswa yang mendapat nilai 60 sebanyak 4 orang, Siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 5 orang, Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 4 orang, Siswa yang mendapat nilai 90 sebanyak 2 orang, Siswa yang mendapat nilai 100 sebanyak 1 orang. Semua itu di mungkinkan karena pembelajaran yang dilaksanakan sudah didukung dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses

Melalui kegiatan eksperimen. Gambaran Hasil nilai yang didapat pada Siklus II dapat dilihat pada Grafik 4.11 dibawah ini.

268 | Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012

Grafik 4.11 : Distribusi Hasil Evaluasi Siklus I dan

Siklus II

Jumlah Siswa

2 2 2 2 Siklus I 1 1 1 1 1 Siklus II

Pada perbaikan siklus II ini siswa sangat antusias dalam melaksanakan kegiatan eksperimen, sehingga semua siswa aktif dalam pembelajaran hal tersebut sudah ditunjukkan dengan keberhasilan siswa yaitu 84,21% dari siswa telah mencapai nilai 60 ke atas.

Keseluruhan hasil nilai siswa sebelum perbaikan pembelajaran, sesudah perbaikan pembelajaran siklus 1 dan sesudah perbaikan pembelajaran siklus 2 dapat dilihat pada grafik

Grafik 4.12 : Distribusi Hasil Evaluasi Pra Siklus,

Siklus I dan Siklus II

Jumlah Siswa

Pra Siklus 2 2 2 2 2 Siklus I

1 1 1 1 1 1 1 Siklus II

Nilai

Pada grafik terlihat bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang baik selama proses perbaikan pembelajaran. Dengan demikian pendekatan keterampilan proses yang digunakan pada mata pelajaran IPA tentang sumber-sumber energi di kelas VI SDN Mojoruntut Sidoarjo telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa.

PENUTUP

Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012 | 269