EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN. pdf

1

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN
KETERAMPILAN SENI BATIK DI SMA N 1 CANGKRINGAN
Yunan Helmi Subroto
(Guru dengan tugas tambahan sebagai Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum pada SMA N 1
Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta)

ABSTRAK :
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang penyelenggaraan
program pendidikan keterampilan seni batik yang diselenggarakan di SMA N 1 Cangkringan,
khususnya tentang: (1) relevansi program dengan kebutuhan siswa; (2) karakteristik siswa
difokuskan pada motivasi belajar; karakteristik guru; ketersediaan fasilitas, serta program
belajar; (3) proses belajar mengajar meliputi: satuan pelajaran, aktivitas guru dan siswa,
kegiatan belajar mengajar, dan pelaksanaan penilaian; (4) dan hasil belajar siswa. Jenis
penelitian ini merupakan penelitian evaluasi yang menggunakan pendekatan kuantitatif.
Model evaluasi yang digunakan adalah model CIPP (context, input, process, product). Data
dikumpulkan menggunakan metode: angket, observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Sumber data penelitian adalah: kepala sekolah, guru, dan siswa. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) program keterampilan relevan dengan

kebutuhan siswa dilihat dari kondisi masyarakat cangkringan yang membutuhkan
peningkatan sumber daya manusia; (2) motivasi belajar keterampilan siswa tinggi,
karakteristik guru ditinjau dari pendidikan terakhir, pengalaman mengajar dan pengalaman
pelatihan, memenuhi persyaratan sebagai pelaksana program keterampilan seni batik.
Ketersediaan fasilitas fisik dan fasilitas dana masih kurang memadai; (3) materi pelajaran
perlu dikembangkan. Aktifitas siswa dan aktifitas guru sudah maksimal. Guru tidak
hanya menilai hasil belajar tetapi juga proses. Hambatan dalam pelaksanaan program yaitu
pada ketersediaan fasilitas peralatan praktek dan dana; (4) dan hasil belajar berdasarkan
prestasi Ulangan Akhir Semester Gasal mata pelajaran Keterampilan Seni Batik
menunjukkan kemampuan kognitif dan psykomotorik siswa tinggi. Penilaian terhadap
kemampuan affektif dilihat dari minat, sikap, nilai-nilai dan konsep diri siswa
menunjukkan sikap yang positif.
Kata kunci : Pendidikan Keterampilan, Evaluasi Program

ABSTRACT :
This research aimed at obtaining data of the implementation of Batik’s Art skill
educational program carried out in Senior High School 1 Cangkringan (SMAN 1
Cangkringan), primarily related to: (1) program relevance to the students’ needs; (2)
Students’ characteristics related to on learning motivation, teachers’ characteristic, the
availability of facilities, and learning program; (3) learning program process, including

subjects, teachers’ and students’ activities, learning-teaching activities, evaluation process,
and (4) the students’ achievement. This research was an evaluation research using
quantitative approach. Evaluation model being adopted here was CIPP model (context, input,
process,product). Data were collected using questionnaire, observation, interview and
documentation. The sources of the research data are: (1) headmaster, (2) teachers, and
(3) students. The data analysis technique employed here was descriptive analysis.

2

The results indicate the followings. First, the skill program is relevant to the
students’ needs as it is seen from Cangkringan’s society condition which needs human
resource improvement. Second, to the learning skill student motivation is high. The
teacher’s characteristic observed from their last education, education specialization,
learning experience and training experience, have met requirements as the organizer of
Batik’s Art skill program. The availability of physical facilities and fund is not sufficient.
Third, the subjects must be developed further. The student’s and teacher’s activities have
been optimum. The teachers were evaluate not only the achievement in learning but
also its process. The hindrance in program implementation is related to the availability
of equipment to do practices and fund. Fourth, the result of learning revealed from the
achievement in the end of semester examination (UAS) for Batik’s Art skill subject reflects

the students’ high cognitive and psychomotor capability. Judgment on students’ affective
capability seen from their interest, attitude, values and self-consept indicates positive
performance.
Keywords: Skill Education, Evaluation Program

A. PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Sedangkan tujuan diselenggarakannya pendidikan tersebut adalah
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU
SISDIKNAS No.20 tahun 2003).
Dalam kurikulum 2006 (KTSP) SMA, program ketrampilan secara tegas
dinyatakan dalam muatan struktur kurikulum. Hal ini menunjukkan bahwa betapa
pentingnya bekal ketrampilan bagi generasi penerus bangsa agar dapat hidup secara
mandiri dengan mengembangkan kecakapan dan kreatifitas mereka. Usaha ini dilakukan

oleh pemerintah sedini mungkin dimulai dari pendidikan dasar dan dilanjutkan kepada
jenjang pendidikan berikutnya.
Menghadapi era globalisasi terutama akan berlakunya Masyarakat Ekonomi
ASEAN (ASEAN Economic Community) pada penghujung tahun 2015 ini, pendidikan
ketrampilan akan menjadi issu yang sangat strategis. MEA akan membentuk masyarakat
yang ada di dalamnya menjadi terintegrasi. Dalam masyarakat dengan ekonomi yang

3

terintegrasi memungkinkan semua sumber daya agar bergerak bebas tanpa hambatan dari
negara yang satu ke negara yang lain. Untuk bisa tetap bertahan hidup dan memenangkan
persaingan maka tenaga kerja dan barang/jasa tersebut haruslah yang berkualitas dan
harga relatif lebih murah serta akses dan pelayanan yang lebih cepat. Disamping itu,
produk-produk yang tergolong unik dan tidak bisa diproduksi di dalam negeri tentu akan
mendorong suatu negara untuk mencari ke negara lain. Dalam hal ini produk batik dapat
menjadi salah satu alternatif produk tersebut.
Dalam tataran kesempatan kerja, MEA dapat menjadi hambatan maupun peluang
bagi sesorang untuk menjual jasa tenaga kerjanya. Ketika masyarakat tidak mempunyai
bargaining power terhadap tenaga kerja luar negeri yang masik ke dalam negeri, maka


kehadiran MEA tentu menjadi faktor penghambat. Angka pengangguran akan semakin
meningkat tinggi, pendapatan riil turun, daya beli melemah dan persoalan ekonomi
maupun sosial lainnya. Data statistik menunjukkan bahwa tingkat pengangguran pada
pada tahun 2015 (data Februari 2014-Februari 2015) telah meningkat 300 ribu orang atau
total jumlah pengangguran sebesar 7,45 juta orang. Jika data dilihat sejak tahun 2010,
maka

rata-rata

jumlah

penganggurannya

7,4

juta

orang

(www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/973). Dari jumlah itu didominasi oleh lulusan

SMK dan SMA masing-masing 9,05% dan 8,17%.
Program

Keterampilan

seni batik yang tercantum dalam KTSP SMA N 1

Cangkringan tahun 2015/2016

membantu mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional

dengan menekankan pada apresiasi kerja siswa sebagai dasar pembentukan etos kerja dan
membekali siswa pengetahuan dan keterampilan dasar di bidang kreatifitas seni batik.
Program Keterampilan di SMA lebih ditekankan untuk membekali tamatan dengan
keterampilan dasar dan etos kerja sebagai suatu nilai tambah. Oleh karena itu misi
utama Program Pendidikan Keterampilan adalah lebih diarahkan untuk membangkitkan
kecintaan dan apresiasi terhadap keterampilan kerja bukan untuk menyiapkan siswa
memasuki lapangan kerja.
Pelaksanaan Program Pendidikan Keterampilan di SMA N 1 Cangkringan
membutuhkan seperangkat kurikulum. Selain itu dibutuhkan pula pemahaman guru,

kepala sekolah, dan para pengawas serta masyarakat terhadap Program Keterampilan.
Faktor penting lainnya dalam pelaksanaan Program Pendidikan Keterampilan, adalah
kemampuan sekolah menyediakan fasilitas belajar yang memadai, dana yang cukup dan
guru yang kompeten dibidangnya. Disamping itu dibutuhkan pula dukungan masyarakat
sekitar serta motivasi belajar siswanya.

4

Program ketrampilan seni batik di SMA N 1 Cangkringan baru diadakan mulai
tahun pelajaran 2015/2016 ini sebagai program untuk menjawab tantangan dan persoalan
jaman di atas. Program ketrampilan ini menggantikan program ketrampilan yang sudah
ada sebelumnya, yaitu Bahasa Jepang. Oleh karenanya siswa yang mendapatkan
pendidikan ketrampilan seni batik ini baru kelas X, sedangkan kelas XI dan XII tetap
masih menggunakan program Bahasa Jepang.
Pada tahun pelajaran berikutnya, sekolah harus memutuskan apakah program ini
akan dilanjutkan di kelas XI dan XII, ataukah hanya sampai kelas XI, atau bahkan hanya
cukup sampai kelas X saja. Oleh karena itu diperlukan sebuah kajian untuk mengevaluasi
pelaksanaan program ketrampilan seni batik ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang penyelenggaraan
program pendidikan keterampilan seni batik yang diselenggarakan di SMA N 1

Cangkringan, khususnya tentang: (1) relevansi program dengan kebutuhan siswa; (2)
karakteristik siswa difokuskan pada motivasi belajar; karakteristik guru; ketersediaan
fasilitas, serta program belajar; (3) proses belajar mengajar meliputi: satuan pelajaran,
aktivitas guru dan siswa, kegiatan belajar mengajar, dan pelaksanaan penilaian; (4) dan
hasil belajar siswa.
Hasil penelitian evaluasi program pendidikan ketrampilan seni batik ini akan
memberikan manfaat kepada beberapa pihak. Bagi siswa,

B. METODE PENELITIAN
Populasi penelitian ini adalah, kepala sekolah, guru mata pelajaran keterampilan
seni batik, dan siswa kelas X yang kesemuanya berjumlah 98 orang. Ukuran sampel
dalam penelitian ini ditentukan menurut Tabel Krejcie dan Morgan (Isaac dan Michael,
1981: 193), yakni sebanyak 78 orang. Teknik sampel yang digunakan adalah purposive
sampling.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner, angket,
observasi dan wawancara serta dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan
menggunakan model CIPP (Context, Input, Process, Product), dengan mendeskripsikan
dan memaknai data dari masing-masing komponen yang dievaluasi. Data yang
dikumpulkan akan dianalisis dengan mendeskripsikan berdasarkan mean, standar deviasi

dan kategorisasi.
Untuk mengetahui tingkat kecenderungan masing-masing komponen, dilakukan
dengan mengkategorikan tingkat kecenderungan. Untuk keperluan ini diperlukan Mean

5

ideal (Mi) dan Standar Deviasi ideal (Sdi), skor tertinggi dan skor terendah yang
diperoleh instrumen sebagai kriterianya.

C. HASIL PENELITIAN
1. Evaluasi Konteks.
Gambaran secara umum masyarakat Cangkringan dapat ditunjukkan oleh keadaan
latar belakang pendidikan dan besarnya penghasilan orang tua siswa yang bisa dilihat
dari diagram dalam Gambar 1 dan 2.

Latar Belakang Pendidikan
60
50
40
30

Jumlah ( % )

20
10
0

Gambar 1. Diagram keadaan latar belakang pendidikan orang tua siswa
SMAN 1 Cangkringan tahun pelajaran 2015/2016

Penghasilan (Rupiah)
35
30
25
20
Jumlah ( % )

15
10
5
0

< 500
ribu

500 – 1
juta

1–2
juta

2–5
juta

> 5 juta

Gambar 2. Diagram Tingkat penghasilan orang tua siswa
SMAN 1 Cangkringan tahun pelajaran 2015/2016

6

Dari diagram 1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar orang tua siswa
berlatar belakang pendidikan SLTA yaitu lebih dari 50%, disusul oleh latar belakang
pendidikan SLTP, dan sedikit yang lulusan PT. Sedangkan diagram 2 menunjukkan
bahwa sebagian besar penghasilan orang tua masih jauh di bawah UMP DIY, atau
sekitar dari 32% berpenghasilan kurang dari 500 ribu sebulan.
Visi pendidikan SMA Negeri 1 Cangkringan adalah sekolah unggul, dinamis,
berdisiplin tinggi, berakhlak mulia, berbudaya dan berwawasan lingkungan. Mulai
tahun 2015 SMA Negeri 1 Cangkringan dipercaya oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi DIY sebagai sekolah berbasis budaya. Sekolah ini juga
menetapkan peraturan bahwa setiap tanggal 29 semua guru, karyawan dan siswa
diwajibkan mengenakan pakaian adat jawa.
Ditinjau dari prestasi yang pernah diraih berdasarkan data 3 (tiga) tahun
terakhir, yaitu tahun 2013 sampai dengan 2015 menunjukkan bahwa prestasi non
akademik lebih banyak mendominasi dibandingkan prestasi akademik. Pada tahun
2015 SMA Negeri 1 Cangkringan memperoleh juara 2 Lomba Sekolah Sehat tingkat
Kabupaten dan juara 1 tingkat provinsi, juara 1 penilaian Sekolah Adiwiyata tingkat
Kabupaten dan akan masuk dalam penilaian tingkat provinsi tahun 2016 nanti.
Sedangkan prestasi yang diperoleh siswa dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Hasil Prestasi akademik

No
1

Jenis Kejuaraan
Juara 4 Olimpiade Sain - Geografi

Tingkat

Tahun

Kabupaten

2014

Tabel 2. Hasil Prestasi Non Akademik

No

Jenis Kejuaraan

Tingkat

Tahun

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Juara 1 Lomba PIK-R
Juara 1MHQ Putri
Juara 4 MHQ Putri
Juara 1 O2SN
The Winner of Poem Reading Competesion
Juara Favorit Story Telling USD
Juara 1 Lawatan Sejarah
Juara 1 Walo Kota Cup Taekwondo
Juara 2 Taekwondo POPDA
Juara 1 Road Race Motor Break Sentul

Propinsi DIY
Kabupaten
Propinsi DIY
Kabupaten
Regional Jawa
Propinsi DIY
Propinsi DIY
Kabupaten/Kota
Kabupaten
Nasional

2015
2015
2015
2015
2014
2014
2014
2014
2014
2013

7

2. Evaluasi Input.
Evaluasi input meliputi : karakteristik guru, motivasi belajar siswa, fasilitas
pendukung program keterampilan. Berikut ini penjelasan tentang aspek-aspek
evaluasi input:
1) Karakteristik Guru Keterampilan Seni Batik.
Jumlah guru keterampilan seni batik hanya ada satu orang. Jumlah itu disesuaikan
dengan beban mengajar yang hanya diperuntukkan kelas X saja dengan jumlah siswa
sebanyak 96 orang. Guru keterampilan ini adalah mahasiswa semester akhir ISI
Yogyakarta dengan jurusan yang sesuai bidangnya, yaitu Seni Batik. Meskipun masih
menyelesaikan studinya S1 di Perguruan Tinggi, namun telah banyak kegiatan yang
menunjukkan tinnginya profesionalitas bidang yang digeluti. Berdasarkan wawancara
yang dilakukan dengan peneliti, guru tersebut sering mengikuti pameran karya seni
batik berskala nasional dan juga lomba-lomba desain batik dengan memperoleh gelar
juara.
2) Motivasi Belajar
Angket motivasi belajar menggunakan skala Likert dengan 5 opsi jawaban. Hasil
analisa data angket terhadap motivasi belajar siswa diperoleh nilai mean 4,04, standar
deviasi 2,96. Berdasarkan hasil analisa data skor yang diperoleh dibandingkan
dengan kriteria penilaian, maka nilai rata-rata 4,04 dinyatakan tinggi. Dengan
demikian motivasi belajar siswa untuk mengikuti pelajaran ketrampilan seni batik
termasuk tinggi.
3) Fasilitas Pembelajaran
Evaluasi terhadap fasilitas pembelajaran ini meliputi ruangan pembelajaran,
perlengkapan (bahan) dan peralatan praktek serta media pembelajarannya.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, fasilitas pembelajaran keterampilan seni
batik ini termasuk kurang. Ruangan pembelajaran memanfaatkan ruangan
laboratorium biologi, kompor sebagai salah satu alat praktek tersedia dengan jumlah
1:5 atau 1 kompor untuk 2 orang siswa. Demikian pula untuk peralatan lainnya seperti
wajan, gawangan dan bak (tempat) warna. Kondisi semacam ini tentu menjadikan
pembelajarannya akan banyak memakan waktu. Sebagai solusinya, jadwal pelajaran
diletakkan pada jam terakhir sehingga jika belum selesai bisa diteruskan setelah
pulang sekolah. Dengan demikian pelajaran keterampilan berlangsung selama 4 hari,
karena kelas X ada 4 kelas.

8

3. Evaluasi Proses.
Dalam penelitian ini evaluasi proses ditujukan untuk mengungkap tentang satuan
pelajaran, aktivitas guru, aktivitas siswa, kegiatan belajar mengajar, dan penilaian.
Berdasarkan observasi di lapangan ditemukan hal-hal berikut ini :
a. Satuan Pelajaran
Aspek yang dinilai mencakup: menentukan bahan pelajaran dan merumuskan
tujuan khusus, memilih dan mengorganisasikan materi, media dan sumber belajar,
kegiatan belajar mengajar. Merancang pengelolaan kelas, merancang prosedur dan
mempersiapkan alat penilaian, sudah mengacu pada petunjuk teknis dan
kurikulum.
b. Aktivitas Guru.
Berdasarkan beberapa hasil observasi ketika guru mengajar, maka dapat dikatakan
sudah baik. Guru sering memberikan dorongan kepada para siswanya untuk maju.
Melalui pengalaman pameran dan lomba-lomba yang pernah digelutinya, guru
menyampaikan paparan tentang nilai tambah yang bisa diperoleh dari
keterampilan membatik. Secara praktek dengan penuh kesabaran dan ketekunan,
guru membimbing siswanya satu persatu untuk bisa melakukan praktek membatik
sesuai dengan materi yang ditentukan atau diajarkan.
c. Aktifitas siswa
Selama pembelajaran berlangsung, hampir seluruh siswa terlihat antusias dalam
mengikuti seluruh proses pembelajaran. Ini mungkin pelajaran seni batik ini lebih
berorientasi kepada praktek, sehingga mereka seakan kurang waktu dalam belajar.
Tidak ada siswa yang tanpa aktifitas baik secara individu maupun kelompok.
d. Kegiatan belajar mengajar
Kegiatan belajar mengajar merupakan inetraksi antara guru dengan siswa, antara
aktivitas guru dengan aktivitas siswa. Berdasarkan observasi di lapangan terlihat
bahwa kegiatan belajar mangajar berlangsung sangat baik. Dalam keterbatasan
alat dan bahan, guru dapat memaksimalkan penggunaan bahan dan alat tersebut.
Misalnya, keterbatasan bahan kain sebagai media untuk membatik, diatasi dengan
cara membagi bahan tersebut menjadi potongan-potongan kecil, yang kemudian
didesain sebagai sapu tangan. Metode dan model pembelajarn juga disesuaikan
dengan kondisi yang ada. Misalnya pendampingan teman sebaya, memanfaatkan
siswa yang pernah menerima pengetahuan seni batik untuk mengajari temannya
yang baru belajar seni batik untu pertama kalinya.

9

e. Penilaian.
Evaluasi terhadap penilaian terdiri penilaian ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik. Pada ranah kognitif, penilaian dilakukan melalui ulangan harian,
ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester. Sedangkan pada ranah
afektif dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung meliputi sikap siswa
terhadap mata pelajaran keterampilan yang diperlukan, misalnya tanggungjawab
untuk membersihkan ruangan sehabis praktek, persiapan alat dan bahan,
kedisiplinan, minat, dan sebagainya. Pada ranah psikomotorik dilakukan melalui
penilaian autentik, yaitu menilai secara nyata bagaimana siswa melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu sesuai dengan materi yang diiajarkan. Misalnya
mendesain pola batik, pewarnaan bahan, dan sebagainya, yang diperoleh selama
proses pembelajaran berlangsung. Penilaian melalui tugas-tugas tentu juga
dilakukan, bisa berupa proyek maupun produk. Evaluasi proses di bidang
penilaian ini bisa dikatakan cukup baik. Setiap pertemuan guru senantiasa
menanyakan perkembangan tugas atau proyek yang dilakukan dan secara langsung
pada saat itu juga mengadakan koreksi, saran dan lain sebagainya. Tidak jarang
guru harus memperagakan dulu bagaimana seharusnya mengerjakan tugas yang
oleh siswa tadi belum begitu dikuasai.

4. Evaluasi Produk.
Evaluasi produk dilakukan terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa dalam
pembelajaran, baik hasil belajar kognitif, afektif maupun psikomotor. Berdasarkan
hasil analis data tentang sikap siswa diperoleh nilai mean 3,64, standar deviasi 2,45.
Nilai mean sebesar 3,64 berada pada kategori tinggi. Maka dapat dinyatakan hasil
belajar afektif siswa sesudah mengikuti program keterampilan seni batik sudah baik.
Sedangkan hasil analisis data nilai kognitif diperoleh dari nilai UAS murni semester
gasal tahun pelajaran 2015/2016 sebesar 74. Sedangkan nilai rapot kognitif rata-rata
80 dengan standar deviasi 2,4. Angka ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan mata
pelajaran yang serumpun seperti mata pelajaran seni budaya kelas X yang hanya
sebesar 61. Dan untuk analisis data nilai psikomotorik menunjukkan angka yang lebih
tinggi, dengan rata-rata nilai rapot 81. Dalam evaluasi produk juga dilakukan analisa
terhadap karya-karya siswa sebagai hasil tugas yang diberikan oleh guru. Berdasarkan
wawancara yang dilakukan peneliti terhadap guru keterampilan ini, bahwa karya
siswa bisa dikatakan sudah baik, apalagi mereka baru 1 semester belajar membatik.

10

D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
1. Evaluasi Konteks
Berdasarkan data diperoleh informasi bahwa latar belakang pendidikan orang
tua siswa SMA Negeri 1 Cangkringan 50% lebih lulusan SLTA dan penghasilan
kurang dari 500 ribu sebulan sebanyak 32%. Latar belakang pendidikan yang hanya
SLTA dan dukungan ekonomi yang sangat rendah sudah tentu akan berpengaruh
terhadap kemampuan anak-anaknya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi lagi. Maka keberadaan mata pelajaran keterampilan seni batik di SMA
Negeri 1 Cangkringan sangat tepat sekali untuk membekali kehidupan meeka dengan
keterampilan hidup, sehingga diharapkan mereka bisa menjadi manusia yang mandiri,
mampu berwirausaha dengan memanfaatkan peluang ekonomi yang ada, terutama
menghadapi era pasar bebas ASEAN (Masyarakat Ekonomi ASEAN).
Keberadaan mata pelajaran seni batik yang menggantikan mata pelajaran
Bahasa Jepang ini juga sejalan dengan visi-misi pendidikan di SMA Negeri 1
Cangkringan yang merupakan sekolah berbasis budaya. Seni batik adalah salah satu
budaya, bahkan ciri khas bangsa Indonesia. Usaha pelestarian budaya ini sangat
efektif di tempuh lewat jalur pendidikan. Dalam hal ini seni batik akan tepat sekali
sebagai mata pelajaran yang mengembangkan budaya daerah sekaligus nasional
Indonesia.
Ditinjau dari segi prestasi, maka bidang non akademiklah yang paling banyak
mendominasi, sedangkan prestasi akademik sangat berat untuk bisa diraih. Dari data
yang diperoleh jelas bahwa dalam level daerah maupun nasional banyak siswa SMA
Negeri 1 Cangkringan memperoleh juara. Kehadiran pelajaran keteramplan seni batik
dapat semakin memperkuat prestasi non akademik ini. Seperti kita ketahui bahwa
masa depan generasi bangsa tidak hanya semata-mata ditentukan oleh aspek kognitif
saja, tapi juga psikomotoriknya.

2. Evaluasi Input
Dari data diperoleh bahwa latar belakang pendidikan guru keterampilan seni
batik belum memenuhi standar pendidik dan tenaga kependidikan yaitu S1 (sarjana).
Namun jika dilihat dari kiprah kegiatan dan pengalamannya dalam berbagai even
perlombaannya menunjukkan bahwa dia adalah sosok guru yang profesional ditinjau
dari bidang seni batik yang digelutinya. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa guru
seni batik di SMA Negeri 1 Cangkringan sudah layak untuk mengajar keterampilan.

11

Disamping pengalamannya itu, berdasarkan data hasil wawancara juga didapatkan
informasi bahwa kemampuan dan jiwa kewirausahaannya cukup tinggi. Sehingga hal
ini sangat bermanfaat sekali ketika memberikan motivasi kepada para siswa untuk
berkarya dan mandiri, tidak hanya dalam teori tapi juga praktek.
Ditinjau dari motivasi belajar siswa maka berdasar analisis data yang ada,
termasuk kategori tinggi. Siswa sangat antusis sekali dalam mengikuti setiap kegiatan
atau instruksi yang diberikan guru. Jarang sekali siswa yang tidak masuk tanpa
keterangan. Jika dikaitkan dengan rencana kepala sekolah agar siswa membuat desain
batik sendiri, kemudian melakukan praktek membatik pada media kain yang mereka
beli sendiri sesuai dengan selera dan kemampuan finansialnya dan jika sudah jadi
dijahitkan sendiri untuk kemudian dipakai sendiri pada hari berpakaian batik, maka
diperkirakan akan memacu semangat siswa untuk lebih giat lagi belajar.
Berdasarkan data yang ada ditemukan bahwa ruangan praktek membatik
belum ada, selama ini baru memanfaatkan laboratorium biologi. Perlengkapan dan
peralatan batik juga masih kurang. Jika rencana kepala sekolah di atas direalisasikan,
maka perlu adanya penambahan jumlah dan kapasitas bak pewarna yang lebih besar
lagi. Fasilitas yang selama ini ada untuk sementara masih mencukupi karena karyakarya siswa masih tergolong sangat kecil (ukuran sapu tangan). Jika ingin membuat
produk yang lebih besar lagi, maka jelas tempat prakteknya belum representatif dan
tidak layak sebagai ruangan praktek seni batik.
3. Evaluasi Proses.
Pada penelitian ditemukan bahwa proses pelaksanaan program keterampilan
seni batik sudah cukup baik. Dalam pembuatan satuan pembelajaran pada umumnya
guru sudah sesuai dengan kurikulum, dalam merumuskan tujuan khusus masih
kurang lengkap dan kurang jelas, urutan materi sudah disesuaikan dengan
tingkat

kesulitan pengerjaannya.

Untuk

mempermudah

siswa

memahami

pelajaran, guru sudah menggunakan metode sesuai dengan materi dan tujuan.
Alat peraga yang dibuat oleh guru juga sudah disesuaikan dengan materi dan tujuan
pembelajaran. Orientasi kegiatan belajar mengajar sudah mengacu pada pembekalan
keterampilan dasar dan kewirausahaan yang merupakan karakteristik program
pendidikan keterampilan. Dalam rancangan penilaian hasil belajar soal tes lebih
banyak mengukur kemampuan ingatan.
Aktivitas guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari mencerminkan
kesungguhan dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, yaitu terampil

12

memotivasi siswa dengan cara menyampaikan tujuan pembelajaran, terampil
menjelaskan langkah-langkah pembuatan produk serta membimbing siswa. Dengan
tingkat aktivitas guru yang tinggi diharapkan proses belajar dapat berlangsung dengan
baik. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Meskipun secara umum siswa
menilai baik terhadap aktivitas guru dan kemampuan guru dalam mengajar, tetapi
terdapat beberapa komponen kegiatan belajar yang belum optimal, seperti orientasi
kegiatan belajar mengajar dalam hal melatih kreativitas siswa, pengenalan dunia
usaha dan dunia industri. Temuan penelitian sehubungan dengan pelaksanaan
penilaian adalah selama ini guru tidak hanya menilai hasilnya saja tetapi sudah
menilai proses. Guru tidak melaksanakan tes unjuk kerja /performance test pada
setiap akhir semester karena tidak ada kesempatan (alokasi waktu), dana dan guru
berpendapat bahwa nilai dari produk yang dibuat siswa sudah cukup.

4. Evaluasi Produk.
Hasil dari evaluasi produk menggambarkan bahwa program pembelajaran
keterampilan seni batik menunjukkan hasil yang baik. Hal ini dibuktikan dengan nilai
UAS murni dan nilai rapot dimana aspek kognitif, sikap dan psikomotorik tergolong
tinggi. Jika dibandingkan dengan pelajaran lain yang mempunyai karakteristik yang
sama seperti seni budaya, maka nilai seni batik termasuk relatif lebih tinggi.
Karakteristik yang sama tersebut bisa dilihat dari muatan materi yang diajarkan
maupun pihak pembuat soal UAS tersebut. Pembuat soal kedua mata pelajaran
tersebut adalah masing-masing guru mata pelajaran itu sendiri. Sedangkan dari nilai
afektif menunjukkan sikap yang positif terhadap mata pelajaran seni batik. Sementara
pada akhir semester gasal tahun pelajaran 2015/2016 ini tidak ada tes khusus ranah
psikomotorik atau praktek. Nilai psikomotorik diambilkan dari nilai selama proses
praktek pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Namun nilai psikomotorik ini
sebetulnya bisa dilihat dari kualitas hasil karya siswa yang berupa kain batik seukuran
sapu tangan atau tapak meja.
Berdasarkan observasi di lapangan, sekolah mulai mengusahakan tempat
praktek seni batik ini dalam area khusus yang terbuka dengan memanfaatkan space
ruang yang masih kosong, yaitu di belakang ruang kelas. Tempat seperti ini tentu
lebih nyaman, tidak terasa gerah dan panas, siswa lebih leluasa bergerak dan
beraktifitas seirama dengan kegiatan prakteknya. Namun perlu disadari pula sisi

13

kelemahannya, yaitu hembusan angin yang lebih kencang akan mengganggu api pada
kompor gas yang digunakan selama praktek.

E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Program pembelajaran keterampilan seni batik yang baru diterapkan pada semester
gasal tahun pelajaran 2015/2016 di SMA Negeri 1 Cangkringan ini sudah sesuai
dengan kebutuhan siswa. Kecenderungan masyarakat Cangringan yang tidak
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi karena minimnya dukungan
orangtua terutama dari sisi finansial, siswa mendapatkan bekal keterampilan untuk
bisa hidup mandiri dan mengembangkan kewirausahaannya. Muatan materi seni batik
perlu ditambah dengan pemasaran online, agar produk mereka bisa lebih dikenal
masyarakat. Atau bisa pula bekerja sama dengan mata pelajaran TIK agar pemasaran
online mendapat proporsi yang lebih banyak. Solusi jangka pendek bisa ditempuh
dengan memasukkan kegiatan ini ke dalam website sekolah.
2. Karakteristik guru

guru dan siswa sudah sesuai untuk mendukung tercapainya

program keterampilan seni batik ini. Fasilitas ruang praktek dan ketersediaan bahan
dan alat kurang mencukupi. Sekolah bisa meminta siswa untuk menyediakan bahan
kain sendiri dengan memberikan motivasi bahwa produk siswa akan dipakai sebagai
pakaian di sekolah. Bagi siswa ini merupakan kebanggaan tersendiri.
3. Proses pembelajaran sampai dengan kegiatan penilaiannya sudah berjalan baik.
4. Hasil belajar siswa baik kognitif, afektif dan terutama psikomotoriknya dapat
dikatakan baik. Soal UAS yang berorientasi pada pengukuran kemampuan praktek
perlu diperbanyak, meskipun sebetulnya pada ranah ini yang paling tepat adalah
penilalaian otentik ketika proses pembelajaran berlangsung.
5. Secara umum program pembelajaran keterampilan seni batik ini sudah berjalan
dengan baik. Menurut pendapat peneliti, program ini bisa dilanjutkan pada jenjang
kelas yang lebih tinggi lagi (kelas XI). Namun karena di kelas XI masih ada pelajaran
keterampilan Bahasa Jepang, maka perlu dievaluasi juga efektifitas program Bahasa
Jepang ini.

F. DAFTAR RUJUKAN

Brinkerhoff, R. O. et al. (1987). Program evaluation practitioners guide for
trainers and educator. Boston: Kluwer Nijhoff Publishing.

14

Djawad, D. & Oemar, H. (1989). Model-model mengajar. Bandung: IKIP
Bandung
Gagne, R. M. (1983). The condition of learning. New York: Holt, Rinehart and
Winston Inc.
Gonzalez, E. B. & Vickery, D. J. (1978). The design of home economics
laboratories for Asian Second- Level Schools. Colombo
Gorman, M. R. (1976). The psichology of classroom learning an inductive
approach. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company.
Gredler, M. E. B. (1986). Learning and instruction theory into practice. New
York: Macmillan Publishing Company.
Isaac, S & Michael, W. B. (1981). Handbook in research and evaluation (2nd ed)
California: Edits Publishers.
Kindsvatter, R.Wilen, W.& Ishler, M . (1996). Dynamics of effectif teaching. New
York: Longman Publishers.
Said, H. H. (1988). Evaluasi kurikulum. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti Proyek
Pengembangan LPTK.
Suciati. (1996). Teori belajar, motivasi dan keterampilan mengajar. Jakarta:Dirjen Dikti
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud.
Sudjana, D. (2000). Strategi pembelajaran. Bandung : Falah Production.
Suharsimi, A. & Asnah, S. (2000). Pengembangan progam muatan lokal. Jakarta:
Universitas Jakarta.